Perancangan buku cerita bergambar “Pilt Monster Yang Tak Menyeramkan”

PERANCANGAN BUKU CERITA BERGAMBAR

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Guna Mencapai Gelar Sarjana pada Jurusan Desain Komunikasi Visual Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret

Oleh: FEBRIAN ERYANTO AJI PRATAMA C0707023 JURUSAN DESAIN KOMUNIKASI VISUAL FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

2012

PERSEMBAHAN

Dengan tulus kupersembahkan karya sederhana ini untuk : Seluruh keluarga tercinta

MOTTO

Senyum dapat mengubah apapun yang sulit Menjadi mudah dan berarti

(Febrian Eryanto AP)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan YME yang telah memberikan keajaiban dan kekuatan kepada penulis, sehingga penulis dapat menyusun dan menyelesaikan Tugas Akhir ini guna memenuhi persyaratan untuk mencapai gelar Sarjana Seni Rupa Jurusan Desain Komunikasi Visual Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Dalam penyusunan Tugas Akhir ini tentunya tidak lepas dari bimbingan, bantuan, dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Tuhan YME atas semua berkah, mimpi, imajinasi yang tak terbatas.

2. Drs. M. Suharto, M.Sn, selaku Ketua Jurusan Desain Komunikasi Visual.

3. Jazuli Abdin Munib, S.Sn, selaku Pembimbing I Tugas Akhir.

4. Arief Iman Santoso, S.Sn, selaku Pembimbing II Tugas Akhir.

5. Esty Wulandari, S. Sos, M. Si, selaku sekretaris sidang TA.

6. Kak Rico yang telah bekerja sama memberikan dongengnya.

7. Bapak (Alm), Ibu dan Adikku yang selalu mendukungku.

8. Teman-teman satu kontrakan, dan yang pernah mampir di hidup saya yang tidak dapat kusebutkan satu-persatu, terimakasih atas segala bantuan yang diberikan.

9. Tokusatsu luar maupun dalam negeri, yang sudah memberikan imajinasi tak terbatas.

Akhirnya penulis berharap penyusunan Konsep Pengantar Karya Tugas Akhir yang berjudul Perancangan Buku

Pilt Monster yang Tak Menyeramkan

dapat berguna. Meskipun demikian, penulis sadar bahwa

masih banyak kekurangan yang harus diperbaiki dan banyak hal yang harus dipelajari. Kritik dan saran penulis harapkan dan semoga dapat menjadikan ini lebih baik.

Surakarta, 30 Januari 2012

Penulis

Febrian Eryanto Aji Pratama

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL HALAMAN PERSETUJUAN HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN MOTTO HALAMAN PERSEMBAHAN

..

KATA PENGANTAR DAFTAR ISI ABSTRAK

ABSTRACT BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar

B. Rumus

...

C. Tujuan Perancangan

F. Target Audience

G. Metode Penelitian

BAB II. KAJIAN TEORI

A. Tinjauan Umum

i ii iii iv

v vi vii xii

xiii

B.

2. Sejarah Buku

3. Jenis-jenis Buku

4. Tata Aturan Halaman Buku

C. Tinjauan tentang Cerita Bergambar

1. Pengertian

2. Pentingnya Cerita

3. Pengertian Cerita Bergambar

5. Manfaat Dongeng Bagi Anak-

7. Jenis Buku Cerita Bergambar

8. Karakter buku dengan Bergambar

D. Tinjauan tentang

1. Pengertian Ilustrasi

2. Fungsi Ilustrasi .

E. Tinjauan Visual

F.

G. Pengertian Komunikasi

H.

I.

BAB III. IDENTIFIKASI DATA

A. Identifikasi Data Produk

1. Profil Ceri

B. Kompetitor

1. Cergam

2. Cergam Si Cantik dan Buruk Rupa

C. Anal

D. Positioning

E. USP (unique Selling Preposition) ..

BAB IV. KONSEP KREATIF PERANCANGAN DAN PERENCANAAN MEDIA

A. Metode

B. Spesi

C. Konsep Berfikir

D.

1. Gaya Gambar

2. Konsep Kreatif

3. Cerita Asli da

7. Graphic Standar Manual

E. Media Promosi dan Media Placement

F. Pred

BAB V. VISUALISASI KARYA

A. Perancangan Buku Cerita Bergambar Pilt Monster yang Tak Menyeramkan

B. ...

BAB VI. PENUTUP

A.

B. Saran

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

PERANCANGAN BUKU CERITA BERGAMBAR

Febrian Eryanto Aji Pratama 1

Jazuli Abdin Munib, S.Sn 2 Arif Iman Santoso, S.Sn 3

ABSTRAK

Febrian Eryanto Aji Pratama, 2011. Pengantar karya Tugas Akhir ini berjudul Perancangan

Pilt Monster yang Tak Menyeramkan .

Adapun permasalahan yang dikaji adalah bagaimana merancang buku cerita bergambar Pilt Monster yang Tak Menyeramkan yang cocok bagi anak-anak, dikemas secara ekslusif, serta media tersebut mampu memperbaiki sikap moral pada anak. Moral anak zaman sekarang sudah berbeda dengan zaman dulu. Hilangnya sopan santun dan rasa kemanusiaan yang terdidik lewat televisi. Untuk mengatasi itu salah satu media yang tepat adalah cerita bergambar. Media tersebut tidak hanya harus sesuai dengan anak-anak, tapi juga harus memiliki nilai artistik agar menarik minat targetnya. Diharapkan lewat media cerita bergambar tersebut mampu memperbaiki sikap moral anak kearah yang lebih baik.

1. Mahasiswa Jurusan Deskomvis Fakultas Sastra dan Seni Rupa UNS dengan NIM C0707023

2. Jazuli Abdin Munib, S.Sn sebagai Dosen Pembimbing I

3. Arif Iman Santoso, S.Sn sebagai Dosen Pembimbing II

DESIGNING PICTURE BOOK PILT MONSTER YANG TAK MENYERAMKAN

Febrian Eryanto Aji Pratama 4

Jazuli Abdin Munib, S.Sn 5 Arif Iman Santoso, S.Sn 6

ABSTRACT

Febrian Eryanto Aji Pratama, 2011. Pilt Monster yang Tak Menyeramkan . A problem

that research here is how to create picture book Pilt Monster yang Tak Menyeramkan would be convenient for children, exclusive packed, and that media can bring awareness of forest conservation for children. Children attitude right now is different from the past. Decent and humanity now gone with the educated of television. One of media in point is picture book. That media not only has to correspond to children, but also have that artistic point and pull for target yen. Expected by that picture book media can give attitude education children to the right place.

4 Student of Visual Communication Design Department, Faculty of Letters, Sebelas Maret University, Student Number C0707023

5 Jazuli Abdin Munib, S.Sn, as The First Consultant

6 Arif Iman Santoso, S.Sn, as The Second Consultant

Febrian Eryanto Aji Pratama 1 2 3 ka

Jazuli Abdin Munib, S.Sn

Arif Iman Santoso, S.Sn

an .u

n s.

ABSTRAK

c.

2011. Pengantar karya Tugas Akhir ini berjudul Perancangan Buku

id

Pilt Monster yang Tak Menyeramkan . Adapun

permasalahan yang dikaji adalah bagaimana merancang buku cerita bergambar Pilt Monster yang Tak Menyeramkan yang cocok bagi anak-anak, dikemas secara ekslusif, serta media tersebut mampu memperbaiki sikap moral pada anak. Moral anak zaman sekarang sudah berbeda dengan zaman dulu. Hilangnya sopan santun dan rasa kemanusiaan yang terdidik lewat televisi. Untuk mengatasi itu

salah satu media yang tepat adalah cerita bergambar. Media c o tersebut tidak hanya harus sesuai dengan anak-anak, tapi juga harus m m memiliki nilai artistik agar menarik minat targetnya. Diharapkan lewat media cerita bergambar tersebut mampu memperbaiki sikap it moral anak kearah yang lebih baik. o

tu

ser

d ig

ilib

.u n

2 Mahasiswa Jurusan Desain Komunikasi Visual dengan NIM C0707023

3 Dosen Pembimbing I

s.

Dosen Pembimbing II

c. id

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dewasa ini perkembangan sikap moral pada anak cenderung banyak mengarah ke arah negatif. Banyak diantara mereka sudah mengetahui hal yang seharusnya tidak mereka pahami pada waktunya. Misalnya saja masalah percintaan, gaya hidup dimana mereka hanya memandang orang hanya dari fisik dan materiil. Bagi anak sekarang sudah mulai membeda-bedakan teman berdasrkan ukuran kekayaan, bentuk fisik, dan hal lain yang mengarah pada rasisme. Hal ini diakibatkan oleh tayangan televisi yang semakin banyak mempertontonkan kehidupan yang hanya mengedepankan mimpi, contohnya saja sinetron. Dengan demikian perilaku anak- anak pun mulai menjurus pada hal-hal yang negatif, misalnya saja, mulai mengucapkan kata-kata yang tak pantas di dengar, membeda-bedakan temannya hanya melalui penampilan fisik dan materiil saja.

Merujuk pada masalah inilah, perhatian anak-anak dari yang semula hanya terpaku ke layar kaca dan menonton tayangan yang tidak bermutu dialihkan ke bacaan bergambar yang biasa disebut cergam. Cergam sendiri buku yang berisi karangan yang menuturkan perbuatan, pengalaman atau penderitaan orang yang disertai gambar (Kamus Besar Bahasa Indonesia). Buku genre ini rata-rata ditujukan untuk anak usia 5-10 tahun naskah rata-rata 1000-1500 kata. Ilustrasi yang disajikan memegang peranan penting, sama dengan teks pada penyampaian ceritanya. Topik penulisannya luas dan beraneka ragam. Pada format ini kebanyakan adalah cerita fiksi.

Secara naluriah, setiap anak senang dengan cerita atau dongeng karena berkembangnya kemampuan berbicara anak semakin menuntut keingintahuan mereka akan banyak hal dengan cara diceritakan. Disini cergam diharapkan dapat memberikan efek menyenangkan, bahagia dan ceria, khususnya bila cerita yang disajikan adalah cerita lucu. Secara psikologis, cerita lucu membuat anak senang dan gembira. Rasa nyaman dan bahagia lebih memudahkannya untuk meyerap nilai-nilai yang kita ajarkan melalui cerita. Perlu kita ketahui bahwa lucu tidak sama dengan clowning (membadut). Kriteria lucu di sini bukan menonjolkan cerita tentang perilaku yang terlihat kebodoh-bodohan atau konyol, sehingga anak tidak belajar meniru untuk melecehkan kondisi orang lain yang memiliki kekurangan. Kelucuan yang segar dan mendidik bisa membuat anak tidak saja mudah tersenyum, bisa tertawa atau jarang menangis, tetapi mampu menstimulasi kreatifitasnya dan keingintahuannya.

Untuk membimbing anak agar tidak melecehkan orang lain dengan memandang fisi

dengan tidak memandang perbedaan. Untuk itulah buku bergambar ini perlu dibuat agar sedikit banyak mampu mengubah paradigma anak dan mampu memperbaiki sikap moral mereka ke arah yang lebih baik. Dan juga membuat anak-anak cinta membaca. Dengan penggabungan ilustrasi dari barat dan perpaduan unsur budaya daerah di Indonesia diharapkan muncul suatu style/gaya baru dalam penyampaian pesan dalam bentuk cerita bergambar, dan mampu mencuri perhatian anak-anak dan membuat meraka mau membaca dan pesan moral yang terkandung di dalamnya bisa tersampaikan dengan benar dan tepat sasaran.

B. Rumusan Masalah

Dari uraian yang telah disampaikan diatas, penulis ingin membuat sebuah alternatif baru untuk perkembangan moral anak dengan sebuah cerita bergambar. Untuk perlu diupayakan penyelesaian dengan adanya permasalahan sebagai berikut :

1. Bagaimana merancang ilustrasi untuk cerita bergambar -anak dan juga menyampaikan pesan moral yang terkandung di dalamnya.

2. Bagaimana merancang media komunikasi untuk promosi buku cerita bergambar

C. Tujuan Perancangan

Berdasarkan permasalahan diatas, maka dapat diketahui tujuan perancangan promosi sebagai berikut:

1. Membuat cerita bergambar sebagai media utama untuk menyampaikan isi pesan moral yang terkandung dalam cergam tersebut dengan tampilan visual yang menarik.

2. Membuat perpaduan ilustrasi antara gaya barat dengan unsur budaya daerah Indonesia.

D. Manfaat Perancangan

Perancangan ini dimanfaatkan untuk berbagai pihak. Bagi anak-anak sendiri untuk menanamkan nilai moral untuk tidak memandang seseorang ataupun sesuatu hanya dari penampilan fisik/luarnya saja. Bagi orang tua anak diharapkan orang tua Perancangan ini dimanfaatkan untuk berbagai pihak. Bagi anak-anak sendiri untuk menanamkan nilai moral untuk tidak memandang seseorang ataupun sesuatu hanya dari penampilan fisik/luarnya saja. Bagi orang tua anak diharapkan orang tua

E. Target Market

Pilt Monster yang Tak Menyeramkan

-anak yang masih duduk di sekolah dasar. Target market tersebut dapat ditinjau dalam segmentasi sebagai berikut:

1. Segmentasi Geografis

a. Wilayah

: Kota Surakarta

2. Demografi dan Sosiografi

a. Umur

: 6-10 tahun

b. Jenis Kelamin

: laki-laki dan perempuan

c. Kelas sosial ekonomi

: menengah ke atas

d. Pendidikan

: SD kelas 1-5

3. Segmentasi Psikografi Profil psikografis target market buku

a. Cerdas, penuh pemikiran kedepan.

b. Mau belajar untuk bersikap lebih baik.

F. Target Audience

1. Segmentasi Geografis

a. Wilayah

: Kota Surakarta

2. Demografi dan Sosiologi Target audience buku cer merupakan perluasan dari target market yang ada. Hal ini dikarenakan, individu disekitar target market dapat menjadi target audience (dalam hal ini orang tua) yang mampu mempengaruhi target primer untuk mengambil keputusan memilih buku ini.

a. Umur

: 25-45 tahun

b. Jenis Kelamin

: laki-laki dan perempuan

c. Status sosial

: menengah ke atas

d. Tingkat Pendidikan: semua tingkat pendidikan

3. Psikografi Profil psikografis audience Menyeramk

c. Cerdas, penuh pemikiran kedepan

d. Mau membimbing anak ke arah yang lebih baik

Dari uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa target audience dari buku k itu sendiri dan orang yang mau membimbing anak menjadi lebih baik dan mengawasi perkembangan sikap moral anak.

G. Metode Penelitian

1. Metode Pengumpulkan Data

a. Data Primer Menggunakan cara dengan mengumpulkan buku cerita bergambar dan wawancara. Wawancara merupakan suatu proses interaksi dan komunikasi secara langsung. Metode ini dilakukan dengan cara menanyakan daftar pertanyaan seputar fakta, pendapat atau sikap, informasi dan persepsi diri yang diberikan kepada audience. Metode ini digunakan dengan harapan memperoleh tujuan yang relevan dan memperoleh informasi dengan realibilitas dan validasi setinggi mungkin. (Koentjaraningrat, Metode-Metode Penelitian Masyarakat , P.T. Gramedia Jakarta, 1977)

b. Data Sekunder Yang dimaksud data sekunder adalah data yang diperoleh dalam bentuk yang tersedia melalui publikasi dan informasi yang dikeluarkan di berbagai organisasi

atau perusahaan termasuk

majalah jurnal. (Koentjaraningrat, Metode-Metode Penelitian Masyarakat, P.T. Gramedia Jakarta, 1977)

2. Metode Analisis

a. Analisis Kualitatif Metode yang digunakan bersifat deskriptif, maksudnya meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu system pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa dengan tujuan untuk membuat deskripsi, gambaran mengenai fakta-fakta sifat-sifat hubungan antar fenomena yang

Metode analisis berperan sebagai upaya untuk mendalami subjek dan objek penelitian secara mendalam. Pada pendekatan kualitatif, data dapat berupa gejala-gejala yang dapat dikategorikan atau dalam bentuk lainnya, seperti data-data yang diperoleh melalui berbagai kajian pustaka dan juga literature elektronik, seperti internet.

Tujuan penelitian ini berkaitan dengan pengembangan pengertian dan konsep-konsep untuk mendapatkan pemahaman

yang mendalam. (Koentjaraningrat, Metode-Metode Penelitian Masyarakat, P.T. Gramedia Jakarta, 1977)

H. Target Visual

Untuk mendukung agar target audience dan target market berjalan sesuai dengan yang diinginkan perlu adanya suatu Perencanaan media. Perancangan media tersebut melalui media bellow the line yaitu media lini bawah dikarenakan efektivitas media ini untuk mencapai tujuan dari permasalahan, media tersebut antara lain :

1. Target karya

a. Pilt Monster yang Tak Menyeramkan

2. Media Promosi

a. Media Lini Bawah (BTL)

1) Paper Bag

2) Poster

3) X banner

3. Material Promosi

a. Kaos

4. Merchandising 4. Merchandising

b. Pin

c. Pembatas buku

d. Gantungan Kunci

KAJIAN TEORI

A. Tinjauan Umum

Dewasa ini pertumbuhan media cetak mengalami peningkatan yang sangat pesat. Proses komunikasi dengan sarana barang cetak perlu dibuat daya tarik yang semenarik mungkin dalam penyajiannya. Dalam hal ini sebuah produk yang dibuat harus mampu untuk merangsang calon konsumen untuk membeli dan memilikinya. Yang disebut dengan produk ialah segala sesuatu yang dapat ditawarkan kepada pasar untuk diperhatikan, dibeli, digunakan atau dikonsumsikan, dalam hal ini istilah produk mencakupi benda fisik, jasa, kepribadian, tempat, organisasi dan ide ( Philip Kotler, 1983:30 ).

Disamping perencanaan produk tersebut harus mempunyai nilai jual, baik dilihat dari segi segmentasi pasar serta target market yang dituju, maka langkah yang harus diambil selanjutnya adalah memberikan merek atau brand. Sebuah brand menunjukkan tanda pengenal yang mengkombinasikan dari nama, kata, simbol, atau desain yang menjadi ciri khas sebuah produk yang membedakannya dari produk- produk saingannya. Branding atau penetapan merek akan dipakai sebagai istilah umum yang menyatakan penetapan nama merek, tanda merek dan merek dagang untuk sebuah produk. Pada proses penciptaanya sebuah produk cetak harus dapat dibuat semaksimal mungkin agar dapat menarik perhatian didalam persaingan di pasar media cetak.

B. Tinjauan tentang Buku

1. Pengertian Buku

Buku adalah kumpulan kertas atau bahan lainnya yang dijilid menjadi satu. Pada salah satu ujungnya dan berisi tulisan atau gambar. Setiap sisi dari sebuah lembaran kertas pada buku disebut sebuah halaman. Seiring dengan perkembangan dalam bidang dunia informatika, kini dikenal pula istilah e-book atau buku-e atau buku elektronik, yang mengandalkan komputer dan internet jika aksesnya online.

i kelebihan dibandingkan media penyampai informasi secara audio visual, dimana buku dapat dimiliki secara nyata, dapat dibaca kapan saja dan dimana saja.

Buku adalah lembar kertas berjilid, berisi tulisan, gambar atau kosong. Sedangkan baca atau membaca adalah melihat isi sesuatu yang tertulis dengan teliti serta memahaminya dengan melisankan dalam hati, dapat pula dengan mengeja atau mengatakan apa yang tertulis. Dari sini dapat ditarik kesimpulan bahwa buku bacaan adalah lembaran kertas berjilid, yang berisi tulisan maupun gambar, untuk menyampaikan informasi dan dipahami oleh orang yang membaca.

Buku adalah jendela dunia, lewat buku kita bisa mengetahui banyak hal-hal baru. Buku bisa membawa kita menjelajah ke dunia lain. Lewat buku juga, wawasan dan pengetahuan kita terbuka akan hal-hal baru. Buku adalah alat perantara antara penulis dengan pembacanya, sehingga hal-hal yang disampaikan oleh penulis dapat dimengerti dan dipahami oleh pembacanya (Barbara Tuchman, 1989).

2. Sejarah Buku

Jika kita berbicara buku, maka tak akan lepas dari kertas dan cetak, yang Jika kita berbicara buku, maka tak akan lepas dari kertas dan cetak, yang

Hingga saat ini, penerbitan buku masih bertahan di tengah era penyebaran informasi digital. Tiap negara industri mempunyai banyak penerbit untuk konsumsi lokal maupun ekspor, dan beribu-ribu judul buku diterbitkan setiap tahunnya. Hampir semua terbitan buku harus didesain, tidak hanya sebagan menyampaikan informasi belaka, dan itu berarti ada yang bertanggungjawab atas seluruh tampilan fisik dan visual.

Perkembangan buku dari format awal hingga menjadi bentuk yang kita kenal sekarang, membutuhkan suatu proses yang rumit. Informasi yang tertulis pertama yang dapat dipindah-pindah berupa lempeng tanah liat yang digunakan di Mesopotamia, serta gulungan lontar yang digunakan oleh orang Mesir kuno sekitar 5000 SM. Buku mulai dibuat dengan format yang modern pada sekitar abad pertama atau kedua, dengan bentuk seperti naskah kuno berupa lembaran lontar atau kertas perkamen yang dilipat vertikal untuk menciptakan halamanhalamannya. Meskipun bentuknya mudah dibawa bawa, namun pada masa itu buku masih bersifat benda berharga yang disimpan di perpustakaan istana, dan tempat-tempat ibadah.

Naskah tertua yang ditemukan baru-baru ini di Korea adalah naskah agama Budha yang berasal dari tahun 751. Sedangkan buku tertua yang ditemukan di Cina adalah Chinnese Diamond Dalam perkembangan selanjutnya, sejarah buku tak akan lepas dari sejarah percetakan, karena dua hal ini saling berkaitan. Pada awalnya percetakan ditemukan Naskah tertua yang ditemukan baru-baru ini di Korea adalah naskah agama Budha yang berasal dari tahun 751. Sedangkan buku tertua yang ditemukan di Cina adalah Chinnese Diamond Dalam perkembangan selanjutnya, sejarah buku tak akan lepas dari sejarah percetakan, karena dua hal ini saling berkaitan. Pada awalnya percetakan ditemukan

Pada tahun 1041, masa kekaisaran Dinasti Song, di negeri Cina ditemukan teknik cetak moveable type dari bahan keramik oleh Bi Sheng. Kemudian pada tahun 1234, masa pemerintahan dinasti Goryeo, Korea berhasil mengembangkan teknik cetak moveable type berbahan metal, alat ini ditemukan oleh Chwe Yoon Eyee. Buku hasil cetakan moveable type yang masih ada hingga kini adalah buku yang berjudul Jikji, yang dicetak pada tahun 1377 di Korea. Teknologi cetak ini kemudian masuk ke Eropa melalui jalur perdagangan Cina ke Arab melewati India.

Cetakannya terbuat dari balok kayu, dan dicetak di atas gulungan perkamen. Bukti cetak pertama yang ditemukan mengarah pada mesin cetak dari Cina pada abad ke-13. Namun, perkembangan mesin cetak yang paling signifikan berasal dari Eropa. Hal tersebut menjadi kunci bagi perkembangan percetakan dimasa selanjutnya, dengan memperkenalkan efisiensi produksi dan distribusi informasi tercetak secara manual.

Pada tahun 1450 terjadi revolusi besar dalam peradaban manusia dengan ditemukannya mesin cetak yang menggunakan tinta minyak oleh Johannes Gutenberg. Ia ole 1000 Years 1000 People. Hasil cetakan pertamanya adalah sebuah masterpiece buku Bible yang dikenal dengan B42 atau Mazarin Bible.

Pada tahun 1469, didirikan sebuah perusahaan percetakan di Venice. Kemudian tahun 1470 Johan Heynlin membuka percetakan di Paris. Tahun 1476 William Caxton membuka percetakan di Inggris. Pada tahun 1539, percetakan mulai masuk ke Amerika, dibawa oleh Juan Pablos yang berkebangsaan Italia. Ia

Stephen Day membangun percetakan di Massachusetts Bay, Amerika Utara. Ia juga membantu mendirikan Cambridge Press.

Pada awal abad 16, Blake membuat relief dengan teknik Etsa, setelah adanya penemuan bahwa asam bisa digunakan untuk menampilkan ukiran di atas pelat metal. Teknik ini pernah juga dipakai oleh seniman-seniman terkenal seperti Rembrant van Rijn, Francisco Goya, dan Pablo Picasso untuk menciptakan karya seninya.

Pada akhir abad ke 18, muncul beberapa inovasi dalam teknis cetak grafis. Bewick mengembangkan metode dengan menggunakan peralatan gravir pada ujung kayu. Kemudian Aloys Senefelder, menemukan litografi pada tahun 1798 teknik ini baru mendapat perhatian besar pada tahun 1890-an setelah Pierre Bonnard, Henri de Toulouse-Lautrec dan seniman lainnya menciptakan cetak warna.

Pada awal abad 19, jenis baru cetak huruf diperkenalkan oleh Stanhope, George E. Clymer, Koenig dan lainnya. Dan saat ini teknologi percetakan telah terseba

Wikipedia).

Inovasi buku yang sederhana dan mudah dibawa, dengan tulisan yang dapat dibaca dengan jelas serta desain yang elegan, menjadi dasar bagi penerbitan buku modern. Pengaruh yang signifikan terhadap penerbitan modern bermula pada abad ke-

19, dan berkaitan dengan produksi massal. Dengan adanya revolusi industri, maka muncul metode mekanis untuk pembuatan kertas, penyusunan tulisan, hingga pencetakan (Jennings 132-3).

3. Jenis-jenis Buku

Jenis-Jenis Buku Berdasarkan jenisnya, buku dapat dibedakan dalam beberapa kategori yaitu:

a. Novel Novel adalah sebuah karya fiksi prosa yang tertulis dan naratif; biasanya dalam bentuk cerita. Penulis novel disebut novelis. Kata novel berasal dari bahasa Italia novella yang berarti "sebuah kisah, sepotong berita". Novel lebih panjang setidaknya 40.000 kata dan lebih kompleks dari cerpen, dan tidak dibatasi keterbatasan struktural dan metrikal sandiwara atau sajak. Umumnya sebuah novel bercerita tentang tokoh-tokoh dan kelakuan mereka dalam kehidupan sehari-hari, dengan menitik beratkan pada sisi-sisi yang aneh dari naratif tersebut. Novel dalam bahasa Indonesia dibedakan dari roman. Sebuah roman alur ceritanya lebih kompleks dan jumlah pemeran atau tokoh cerita

b. Majalah Majalah adalah penerbitan berkala yang berisi bermacam-macam artikel dalam subjek yang bervariasi. Majalah biasa diterbitkan mingguan, dua mingguan, bulanan. Majalah biasanya memiliki artikel mengenai topik populer ditujukan kepada masyarakat umum dan ditulis dengan bahasa yang mudah dimengerti oleh banyak orang. Publikasi akademi yang menulis artikel padat ilmu disebut

c. Kamus Kamus adalah sejenis buku rujukan yang menerangkan makna katakata. Ia berfungsi untuk membantu seseorang mengenal perkataan baru. Selain menerangkan maksud kata, kamus juga mungkin mempunyai pedoman sebutan, asal-usul atau etimologi sesuatu perkataan dan juga contoh pengunaan bagi sesuatu berkataan. Untuk memperjelas kadang kala terdapat c. Kamus Kamus adalah sejenis buku rujukan yang menerangkan makna katakata. Ia berfungsi untuk membantu seseorang mengenal perkataan baru. Selain menerangkan maksud kata, kamus juga mungkin mempunyai pedoman sebutan, asal-usul atau etimologi sesuatu perkataan dan juga contoh pengunaan bagi sesuatu berkataan. Untuk memperjelas kadang kala terdapat

d. Buku Panduan Buku panduan adalah buku yang didesain agar dapat digunakan oleh orang yang dipandu untuk memandu diri sendiri dengan informasi yang diberikan di

e. Buku Katalog Sejenis brosur yang menerangkan, dan kadang-kadang ditambah dengan ilustrasi, tentang berbagai produk. Ukurannya bermacam-macam mulai dari ukuran saku sampai yang sebesar buku telepon, tergantung keperluan (Frank Jefkins : 137).

f. Buku Komik Komik adalah suatu bentuk seni yang menggunakan gambar-gambar tidak bergerak yang disusun sedemikian rupa sehingga membentuk jalinan cerita. Biasanya, komik dicetak di atas kertas dan dilengkapi dengan teks Wikipedia).

4. Tata Aturan Halaman Buku

a. Cover Merupakan bagian terluar buku berfungsi sebagai penarik perhatian konsumen serta untuk melindungi isi buku

b. Halaman Kosong b. Halaman Kosong

d. Halaman Judul Merupakan halaman yang berisi teks berupa judul tanpa disertai dengan apapun. Pada halaman ini teks judul merupakan point of interest dari halaman tersebut

e. Halaman Ilustrasi Merupakan halaman pendukung (ada atau tidak adanya, tidak begitu berpengaruh dengan identitas buku) ilustrasi hanya sebagai pendukung atau untuk mempercantik buku

f. Pembuka Merupakan halaman yang hampir mirip dengan halaman judul namun terdapat beberapa ornamen atau ilustrasi pendukungnya

g. Halaman Identitas Penerbitan Halaman ini berisikan identitas buku yaitu berupa judul, pengarang, tahun penerbitan, desainer, nama pencetak, banyak halaman serta ukuran buku

h. Halaman Isi Merupakan halaman inti dari karya pengarang

C. Tinjauan tentang Cerita Bergambar

1. Pengertian Cerita

Cerita merupakan salah satu bentuk karya sastra. Buku untuk anak biasanya mencerminkan masalah-masalah masa kini. Karena kehidupannya terfokus pada masa kini, masih sukar bagi anak untuk membayangkan masa lalu dan masa depan. Cerita untuk anak adalah cerita yang menempatkan mata anak-anak sebagai pengamat utama dan masa anak-anak sebagai fokus utamanya. (Tarigan, 1995: 5).

2. Pentingnya Cerita

Suyanto dan Abbas dalam Musfiroh (2005: 23) menyatakan cerita dapat digunakan sebagai sarana mendidik dan membentuk kepribadian anak. Nilai-nilai luhur ditanamkan pada diri anak melalui penghayatan terhadap makna dan maksud cerita. Tranmisi budaya terjadi secara alamiah. Anak memiliki referensi yang mendalam karena setelah menyimak, anak melakukan serangkaian aktivitas kognisi dan afeksi yang rumit dari fakta cerita separti nama tokoh, sifat tokoh, latar tempat, dan budaya, serta hubungan sebab akibat dalam alur cerita dan pesan moral yang tersirat didalamnya, misalnya makna kebaikan, kejujuran, dan kerja sama. Proses ini terjadi secara lebih kuat dari pada nasehat atau paparan.

Musfiroh (2005: 24) menyatakan bercerita menjadi sesuatu yang penting bagi anak karena beberapa alasan antara lain :

a. Bercerita merupakan alat perbandingan budi pekerti yang paling mudah dicerna anak disamping teladan yang dilihat anak tiap hari.

b. Bercerita merupakanmetode dan materi yang dapat diintegrasikan dengan dasar ketrampilan lain, yakni berbicara, membaca, menulis dan menyimak, tidak terkecuali untuk anak taman kanak-kanak.

c. Bercerita memberi ruang lingkup yang bebas pada anak untuk mengembangkan kemampuan bersimpati dan berempati terhadap peristiwa yang menimpa orang lain. Hal tersebut mendasari anak untuk memiliki kepekaan sosial.

d. Bercerita memberi contoh pada anak bagaimana menyikapi suatu permasalahan dengan baik, bagaimana melakukan pembicaraan yang baik, sekaligus memberi pelajaran pada anak bagaimana cara mengendalikan keinginan-keinginan yang dinilai negatif oleh masyarakat.

e. Bercerita memberikan barometer sosial pada anak, nilai-nilai apa saja yang diterima oleh masyarakat sekitar, seperti patuh pada perintah orang tua, mengalah pada adik, dan selalu bersikap jujur.

f. Bercerita memberikan pelajaran budaya dan budi pekerti yang memiliki retensi lebih kuat dari pada pelajaran budi pekerti yang diberikan melalui penuturan dan perintah langsung.

g. Bercerita memberikan ruang ruang gerak pada anak, kapan sesuatu nilai yang berhasil ditangkap akan diaplikasikan.

h. Bercerita memberikan efek psikologis yang positif bagi anak dan guru sebagai pencerita, seperti kedekatan emosional sebagai pengganti figur lekat orang tua.

i. Bercerita membangkitkan rasa tahu anak akan peristiwa atau cerita, alur, plot, dan menumbuhkan kemampuan merangkai sebab akibat dari suatu peristiwa dan memberikan peluang bagi anak untuk belajar menelaah kejadian-kejadian di sekelilingnya.

j. Bercerita memberikan daya tarik bersekolah bagi anak. Cerita memberikan efek reaktif dan imajinatif yang dibutuhkan anak TK, membantu pembentukan serabut syaraf, respon positif yang dimunculkan memperlancar hubungan antarneuron. Secara tidak langsung, cerita merangsang otak untuk menganyam jaringan intelektual anak.

k. Bercerita mendorong anak memberikan makna bagi proses belajar terutama mengenai empati sehingga anak dapat mengkonkretkan rabaan psikologis mereka bagaimana seharusnya memandang suatu masalah dari sudut pandang orang lain. Dengan kata lain, anak belajar memahami sudut pandang orang lain secara lebih jelas berdasarkan perkembangan psikologis masing-masing.

3. Pengertian Cerita Bergambar

Untuk lingkup nusantara, terdapat sebutan tersendiri untuk komik seperti diungkapkan oleh pengamat budaya Arswendo Atmowiloto (1986) yaitu cerita bergambar atau disingkat menjadi Cergam yang dicetuskan oleh seorang komikus Medan bernama Zam Nuldyn sekitar tahun 1970. Cerita bergambar merupakan sebuah kesatuan cerita disertai dengan gambar-gambar yang berfungsi sebagai penghias dan pendukung cerita yang dapat membantu proses pemahaman terhadap isi cerita tersebut. Menurut wikipedia the free encylopedia dalam Ardianto (2007: 6) cerita bergambar adalah suatu bentuk seni yang menggunakan gambar-gambar tidak bergerak yang disusun sedemikian rupa sehingga membentuk jalinan cerita. Gambar adalah suatu bentuk ekspresi komunikasi universal yang dikenal khayalak luas. Melalui cerita bergambar diharapkan pembaca dapat dengan mudah menerima informasi dan diskripsi cerita yang hendak disampaikan.

Sementara itu Dr. Seno Gumira Ajidarma (2002), jurnalis dan pengamat komik, mengemukakan bahwa komikus Teguh Santosa (1971) mengiklankannya dengan kata-kata "disadjikan setjara filmis dan kolosal" yang sangat relevan dengan novel bergambar. Akronim cerita bergambar, menurut

cerpen (cerita pendek) yang sudah lebih dulu digunakan, dan konotasinya menjadi lebih bagus, meski terlepas dari masalah tepat tidaknya dari segi kebahasaan atau etimologis kata-nya. Tetapi menilik kembali pada kelahiran komik, maka adanya teks dan gambar secara bersamaan dinilai oleh Francis Laccasin (1971) sebagai sarana pengungkapan yang benar-benar orisinal. Kehadiran teks bukan lagi suatu keharusan karena ada unsur motion yang bisa dipertimbangkan sebagai jati diri komik lainnya.

Karena itu di dalam istilah komik klasik Indonesia, cerita bergambar, tak lagi graphic narration (terutama di dalam film & komik). Sejak tahun 2006, Cergam juga digunakan sebagai nama penerbitan majalah yang khusus mengulas dan menampilkan cergamis muda. Majalah yang diasuh oleh: Hartono Soenarto, Setya Adyaksa, Iwan Gunawan dan rekan - rekan, mempunyai slogan "Baca: Cergam"! Wikipedia).

4. Pengertian Dongeng

Dongeng merupakan suatu kisah yang diangkat dari pemikiran fiktif dan kisah nyata, menjadi suatu alur perjalanan hidup dengan pesan moral yang mengandung makna hidup dan cara berinteraksi dengan makhluk lainnya. Dongeng juga merupakan dunia hayalan dan imajinasi dari pemikiran seseorang yang kemudian Dongeng merupakan suatu kisah yang diangkat dari pemikiran fiktif dan kisah nyata, menjadi suatu alur perjalanan hidup dengan pesan moral yang mengandung makna hidup dan cara berinteraksi dengan makhluk lainnya. Dongeng juga merupakan dunia hayalan dan imajinasi dari pemikiran seseorang yang kemudian

5. Manfaat Dongeng bagi Anak-anak

Manfaat dongeng bagi anak anak antara lain:

a. Mengajarkan nilai moral yang baik

b. Mengembangkan daya imajinasi anak

c. Menambah wawasan anak-anak

d. Meningkatkan kreativitas anak

e. Mendekatkan anak-anak dengan orangtuanya

f. Menghilangkan ketegangan/stres

6. Teknik Bercerita dengan Buku Cerita Bergambar

Bercerita dengan alat peraga buku bergambar dikategorikan sebagai reading aloud (membaca nyaring). Bercerita dengan media buku bergambar dipilih apabila guru memiliki keterbatasan pengalaman (guru belum berpengalaman bercerita), guru memiliki kekhawatiran kehilangan detail cerita, dan memiliki keterbatasan sarana cerita, serta takut salah berbahasa.

Musfiroh (2005: 142) menyatakan teknik-teknik membacakan cerita dengan alat peraga buku cerita bergambar adalah sebagai berikut :

i. Pencerita sebaiknya membaca terlebih dahulu buku yang hendak dibacakan didepan anak. Guru memiliki keyakinan memahami cerita, menghayati unsur drama, dan melafalkan setiap kata dalam buku dengan tepat serta tahu pasti makna tiap-tiap kata tersebut. Dengan demikian konsentrasi anak terhadap cerita menjadi tidak tertanggu dan rentang perhatian anak terhadap cerita manjadi 5 menit lebih panjang dari biasanya. Rentang perhatian yang lebih panjang tersebut merupakan salah satu ciri dari anak yang kreatif.

ii. Pencerita tidak terpaku pada buku, sebaiknya guru menperhatikan reaksi anak saat membacakan buku tersebut. Hal ini bermanfaat bagi guru karena dengan melihat reaksi anak, guru dapat mendeteksi anak-anak yang kreatif, karena anak kreatif mempunyai reaksi yang kreatif serta belajar dengan caracara yang kreatif. Contoh dari reaksi kreatif tersebut adalah apabila guru bercerita anak-anak akan mengajukan pertanyaan, kemudian membuat tebak-tebakan sendiri yang akhirnya anak tersebut akan menemukan sendiri jawabannya. Hasil dari temuan tersebut merupakan awal dari ide kreatifnya.

iii. Pencerita membacakan cerita dengan lambat (slowly) dengan kalimat ujaran yang lebih dramatik daripada urutan biasa. Hal ini bertujuan agar anak dapat meresapi isi cerita yang disampaikan oleh guru sehingga anak dapat membangun imajinasinya dari cerita yang mereka dengar. Melalui imajinasiimajinasinya tersebut anak membangun pengetahuan sehingga dapat melahirkan ide-ide yang dituangkan lewat cerita yang mereka bangun dari imajinasinya.

iv. Pada bagian-bagian tertentu, pencerita berhenti sejenak untuk memberikan

komentar, atau meminta anak-anak memberikan komentar mereka. Dengan demikian dapat memberi kesempatan pada anak untuk berkomentar terhadap cerita yang disampaikan dan dapat merangsang anak untuk mengajukan pertanyaan seputar cerita yang disampaikan seperti tokoh, alur cerita dan akhir dari cerita tersebut. Pertanyaan-pertanyaan tersebut yang merangsang anak untuk menemukan ide kratifnya.

v. Pencerita memperhatikan semua anak dan berusaha untuk menjalin kontak mata. Dengan menjalin kontak mata tersebut, guru dapat melihat anak-anak yang mempunyai rentang perhatian panjang, dimana rentang perhatian tersebut merupakan salah satu ciri anak kreatif.

vi. Pencerita sebaiknya sering berhenti untuk menunjukan gambargambar dalam

buku, dan pastikan semua anak dapat melihat gambar tersebut. Dengan memberi kesempatan anak untuk melihat gambar, maka akan memberi kesempatan anak untuk berfantasi dengan gambar tersebut. Anak yang mempunyai banyak fantasi dapat dikatakan sebagai anak yang kreatif.

vii. Pastikan bahwa jari selalu siap dalam posisi untuk membuka halaman selanjutnya.

Anak-anak yang kreatif mempunyai rasa ingin tahu yang kuat, mereka akan selalu bertanya-tanya khususnya tentang kelanjutan cerita yang dibacakan guru. Oleh karena itu guru harus selalu siap untuk memposisikan jarinya untuk membuka halaman selanjutnya.

viii. Pencerita sebaiknya malakukan pembacaan sesuai rentang atensi anak dan tidak

bercerita lebih dari 10 menit (Wright dalam Musfiroh, 2005: 143). Hal ini bertujuan agar anak tidak bosan terhadap cerita yang disampaikan oleh peneliti.

bosan mereka tidak akan bisa berekplorasi sesuai dengan apa yang mereka kehendaki. Karena dengan bereksplorasi anak membangun rasa percaya diri. Rasa percaya diri itulah yang akan menjadi bekal anak untuk mengorganisasikan kemampuan diri. Dari keberhasilan anak mengorganisasikan kemampuan diri itu nantinya yang akan dipergunakan anak untuk menjadi pemimpin baik itu dirinya sendiri maupun kelompoknya. Karena ciri dari anak kreatif itu sendiri adalah anak mampu mengorganisasikan kemampuan diri yang menakjubkan.

ix. Pecerita sebaiknya memegang buku disamping kiri bahu bersikap tegak lurus

kedepan. x. Saat tangan kanan pencerita menunjukan gambar, arah perhatian disesuaikan dengan urutan cerita. xi. Pencerita memposisikan tempat duduk ditengah agar anak bisa melihat dari berbagai arah sehingga anak dapat melihat gambar secara keseluruhan. xii. Pencerita melibatkan anak dalam cerita supaya terjalin komunikasi multiarah.

Komunikasi yang multiarah tersebut akan merangsang anak untuk terlibat dengan kegiatan bercerita tersebut. Apabila anak terlibat dalam kegiatan cerita maka anak akan mendapatkan kosakata baru lebih banyak. Kosakata tersebut akan menjadi bekal anak untuk menjadi pencerita alami. Hal ini dikarenakan anak yang kreatif menikmati permainan dengan kata-kata serta sebagai pencerita yang alami.

xiii. Pencerita tetap bercerita pada saat tangan membuka halaman buku. xiv. Pencerita sebaiknya menyebutkan identitas buku, seperti judul buku dan

pengarang supaya anak-anak belajar menghargai karya orang lain (Priyono dalam Musfiroh, 2005: 143). Dengan guru menyebutkan judul dan pengarangnya, kosakata anak menjadi bertambah. Kosakata tersebut yang akan mendorong anak

7. Jenis Buku Cerita Bergambar

a. Baby Books Buku ini diposisikan untuk bayi dan batita (bawah tiga tahun). Kebanyakan materinya berupa pantun dan nyanyian sederhana (lullabies and nursery rhymes), permainan dengan jari, atau sekadar ilustrasi cerita tanpa kata-kata sama sekali (sepenuhnya mengandalkan ilustrasi serta kreativitas orang tua dan anak untuk berimajinasi). Panjang cerita dan formatnya beragam, disesuaikan dengan isi materi. Buku-buku untuk batita biasanya berupa cerita sederhana berisi kurang dari 300 kata. Ceritanya terkait erat dengan keseharian anak, atau bermuatan edukatif tentang pengenalan warna, angka, bentuk, dan lain-lain. Jumlah halaman sekitar 12 dan banyak yang berbentuk board books (buku yang kertasnya sangat tebal, seperti karton), pop-ups (buku yang halamannya berbentuk tiga dimensi), lift-the flaps atau buku-buku khusus (buku-buku yang dapat bersuara, memiliki format unik atau dengan tekstur tertentu). Di Indonesia belum ada penerbit yang menggarap serius buku anak genre ini, tapi kita dapat melihat contohnya pada produk-produk yang didistribusikan oleh PT Tiga Raksa.

b. Picture books Pada umumnya berbentuk buku setebal 32 halaman untuk anak usia 4 8 tahun. Naskahnya bisa mencapai 1.500 kata, namun rata-rata 1.000 kata saja. Plotnya masih sederhana, dengan satu karakter utama yang seutuhnya menjadi pusat perhatian dan menjadi alat penyentuh emosi dan pola pikir anak. Ilustrasi memainkan peran yang sama besar dengan teks dalam penyampaian cerita. Buku anak pada genre ini bisa menggunakan lebih dari 1.500 kata, biasanya b. Picture books Pada umumnya berbentuk buku setebal 32 halaman untuk anak usia 4 8 tahun. Naskahnya bisa mencapai 1.500 kata, namun rata-rata 1.000 kata saja. Plotnya masih sederhana, dengan satu karakter utama yang seutuhnya menjadi pusat perhatian dan menjadi alat penyentuh emosi dan pola pikir anak. Ilustrasi memainkan peran yang sama besar dengan teks dalam penyampaian cerita. Buku anak pada genre ini bisa menggunakan lebih dari 1.500 kata, biasanya

c. Early Picture Books Sebentuk dengan picture books, namun dilengkapi sedemikian rupa untuk usia-usia akhir di batas 4 hingga 8 tahun. Ceritanya sederhana dan berisi kurang dari 1.000 kata. Banyak buku genre ini yang dicetak ulang dalam format board book untuk melebarkan jangkauan pembacanya.

d. Easy Readers Juga dikenal dengan sebutan easy-to-read, buku-buku genre ini biasanya untuk anak-anak yang baru mulai membaca sendiri (usia 6 8 tahun). Masih tetap ada ilustrasi berwarna di setiap halamannya, tapi dengan format yang

ceritanya dibagi dalam bab-bab pendek. Tebal buku biasanya 32 64 halaman dan panjang teksnya beragam antara 200 1.500 kata, atau paling banyak 2.000 kata. Cerita disampaikan dalam bentuk aksi dan percakapan interaktif, menggunakan kalimat-kalimat sederhana (satu gagasan per kalimat). Biasanya ada 2 5 kalimat di tiap halaman. Seri I Can Read yang diterbitkan Harper Trophy merupakan contoh terbaik buku genre ini.

e. Transition Books

9 tahun. Merupakan jembatan penghubung antara genre easy readers dan chapter books . Gaya penulisannya persis seperti easy readers, namun lebih 9 tahun. Merupakan jembatan penghubung antara genre easy readers dan chapter books . Gaya penulisannya persis seperti easy readers, namun lebih

f. Chapter Books Untuk usia 7 10 tahun. Terdiri dari naskah setebal 45 60 halaman yang dibagi dalam tiga hingga empat halaman per bab. Kisahnya lebih padat dibanding genre transition books, walaupun tetap memakai banyak ramuan aksi petualangan. Kalimat-kalimatnya mulai sedikit kompleks, tapi paragraf yang dipakai pendek (rata-rata 2 4 kalimat). Tipikal dari genre ini adalah cerita di akhir setiap bab dibuat menggantung di tengah-tengah sebuah kejadian agar pembaca penasaran dan terstimulasi untuk terus membuka bab-bab selanjutnya. Serial Herbie Jones karangan Suzy Kline (Puffin Publishing) dan Ramona karya Beverly Cleary (Morrow Publishing) dikatakan masuk dalam genre buku anak ini.

g. Middle Grade Untuk usia 8 12 tahun, merupakan usia emas anak dalam membaca. Naskahnya lebih panjang (100 150 halaman), ceritanya mulai kompleks (bagian-bagian sub-plot menampilkan banyak karakter tambahan yang berperan penting dalam jalinan cerita), dan tema-temanya cukup modern. Anak-anak di usia ini mulai tertarik dan mengidolakan karakter dalam cerita. Hal ini menjelaskan keberhasilan beberapa seri petualangan yang terdiri dari

20 atau lebih buku dengan tokoh yang sama. Kelompok fiksinya beragam 20 atau lebih buku dengan tokoh yang sama. Kelompok fiksinya beragam

h. Young Adult Naskahnya antara 130 200 halaman, genre ini untuk anak usia 12 tahun ke atas. Plot ce meskipun tetap ada satu karakter yang difokuskan. Tema-tema yang diangkat seringnya relevan dengan kehidupan remaja saat ini. Buku The Outsiders karya S.E. Hinton menjadi tonggak sejarah buku cerita anak di genre ini yang menceritakan permasalahan remaja saat itu ketika pertama kali diterbitkan pada tahun 1967. Kategori new-age (usia 10 14 tahun) perlu diperhatikan, terutama untuk buku-buku kelompok nonfiksi remaja. Buku-buku di kelompok ini sedikit lebih pendek dibanding untuk kelompok usia 12 tahun ke atas, serta topiknya (fiksi dan nonfiksi) lebih cocok untuk anak-anak yang telah melewati buku genre middle grade, tetapi belum siap membaca buku- buku fiksi atau belum mempelajari subjek nonfiksi yang materinya ditujukan untuk pembaca di kelas sekolah menengah.(www.marypearson.com accesed March 23th 2007 )

8. Karakter Buku dengan Bergambar

Jika sebuah buku dalam kontennya banyak mengandung gambar atau foto sebaiknya tidak terlalu kecil, atau setidaknya tidak jauh dari ukuran 20cm x 27cm, 15 21cm x 28cm, 21x29,7cm, Adapun peletakan page number pada tiap halaman sebaiknya mengikuti aturan untuk halaman ganjil diletakkan pada bagian kiri buku, Jika sebuah buku dalam kontennya banyak mengandung gambar atau foto sebaiknya tidak terlalu kecil, atau setidaknya tidak jauh dari ukuran 20cm x 27cm, 15 21cm x 28cm, 21x29,7cm, Adapun peletakan page number pada tiap halaman sebaiknya mengikuti aturan untuk halaman ganjil diletakkan pada bagian kiri buku,

a. Layout dan Tipografi Menurut Literatur yang diambil dari teori Desain Komunikasi Visual terdapat delapan prinsip dasar dalam desain ( Eight Laws of Design ), yaitu antara lain:

1) Unity ( Kesatuan ) Dalam Sebuah Tampilan Desain terdapat beberapa unsur-unsur desain, diantara semua unsure tersebut sebuah tampilan harus terlihat secara utuh, menjadi sebuah Satu kesatuan Fokus yang bertujuan mengarahkan pandangan pemirsa kepada satu pesan utama dalam tampilan.

2) Variety ( Variasi ) Tampilan Desain memiliki nilai variasi, variasi dalam arti aslinya adalah bermacam-macam, dalam hal ini yang dimaksud adalah tampilan tidak monotone dan diulang berkali-kali sehingga membosankan. Variasi tidak perlu berlainan secara mencolok, namun dapat dikejar dengan menggunakan unsure contrast seperti tebal/tipis huruf (berat dan ringan ) dan ruang kosong , warna ataupun dengan Gambar.

3) Balance ( Keseimbangan ) Unsur Keseimbangan dalam Desain memiliki peran utama, keseimbangan antara Ilustrasi ( Gambar ) dan Copy write memiliki beberapa variasi penggunaan keseimbangan sesuai yang dibutuhkan. Keseimbangan secara umum terbagi atas Keseimbangan Simetris, Keseimbangan Asimetris dan Keseimbangan Horisontal.

4) Rhytm ( Irama )

Suatu Gerak dalam Tampilan Desain akan berfungsi mengarahkan perhatian pemirsa dari suatu tempat atau bidang ketempat, atau bidang yang lain, sehingga tercipta kesan gerak. Meskipun suatu tampilan statis, namun sangat mungkin untuk memperoleh perhatian dan menggerakan arah pandang mata pemirsanya, dari atas kebawah contohnya.

5) Harmony ( Keserasian ) Keserasian adalah suatu Usaha menyusun berbagai macam bentuk, warna dan beberapa elemen lain yang disusun secara seimbang dalam suatu susunan komposisi yang utuh agar enak dilihat. Keserasian dapat dicapai melalui kesamaan arah, bentuk, tujuannya adalah agar tampilan tersebut tidak monoton dan membosankan. Harmony harus tidak tajam, mengganggu, kecuali jika dalam tampilan tersebut mengarah pada tanggapan menggunakan taktik goncangan bombastic.

6) Proportion ( Proporsi ) Proporsi merupakan perbandingan antara satu bagian dari suatu obyek atau komposisi terhadap bagian yang lain atau terhadap keseluruhan objek atau komposisi.