Makalah Batik Tasikmalaya

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bicara soal batik, mungkin bagi sebagian orang ada yang belum tau apa itu batik. Kalau kita bahas Batik merupakan sebuah karya seni berupa kain yang bercorak yang biasanya di buat dengan cara tutup dan celup. Pembuatan dengan cara tutup maksudnya proses menutup bagian kain yang dikehendaki menggunakan malam atau cairan lilin yang digunakan dalam membatik, biasanya berwarna coklat. . Sedangkan proses pembuatan dengan celup berarti mewarnai kain batik dengan cara dicelup. Batik ini merupakan hasil karya anak bangsa Indonesia, makanya batik akan banyak di jumpai di berbagai daerah di Indonesia.

Indonesia merupakan negara yang memiliki berbagai keragaman hasil karya. Salah satu hasil karya tersebut adalah batik. Para pembuat batik di Idonesia sangat banyak sekali sehingga dari semua pembuat batik yang berada di masing-masing daerah tersebut hasil berbeda, makanya hasil batik dari daerah-daerah memiliki ciri-ciri atau ke unikan yang berbeda. Kita bisa jumpai daerah- daerah penghasil batik di Indonesia salah satunya adalah Kota Tasikmalaya. Kota Tasikmalaya memang memiliki berbagai hasil karya, selain kelom geulis dan payung tasik, kota santri ini juga mempunyai hasil karya seni berupan batik.

1.2 Rumusan Masalah - Sejarah Batik Tasikmalaya - Motif Batik Tasikmalaya

- Proses Membuat Batik Cap dan Tulis 1.3 Tujuan

Untuk menambah wawasan serta pengetahuan kita tentang batik tasikmalaya dan juga untuk memenuhi tugas.


(2)

BAB II PEMBAHASAN 2.1 Sejarah Batik Tasikmalaya

Padasaat pangeran Dipenogoro melawan penjajah, mungkin karena orang Jawa Tengah ( Yogya ) merasa tidak aman, maka ada sejumlah orang dari daerah tidak aman ini mengungsi ke daerah Jawa Barat bagian Timur yaitu Tasikmalaya.

Orang-orang pengungsian dari Jawa Tengah inilah menurut cerita yang mulai mengembangkan kain batik, mulai pembuatan kain hitam yang direndam dalam busukan daun Tarum ( Indigofera). Sehingga sampai sekarang didaerah Tasikmalaya ada daerah yang disebut “ Tarum”

Air buangan bekas celup dengan daun Tarum menimbulkan aliran air hitam dosekitar daerah tersebut sehingga daerah pembuat kain hitam itu disebut “ Cihideung “ artinya air hitam. Dari bentuk kain hitam berkembang menjadi kain batik, mula-mula dengan gaya dan corak dari asal daerah mereka, lama-kelamaan berkembang sesuai dengan selera masyarakat setempat. Selera masyarakat setempat adalah antara lain menyukai warna-warna yang cerah. Maka tidak mengherankan apabila pada perkembangan sampai saat ini, warna barik-batik dari daerah Tasikmalaya adalah warna cerah dan lebih dari dua warna.

Motif batik daerah ini mumpunyai gaya tersendiri atau corak khas Tasikmalaya, yaitu ornamennya pada umumnya antara abstrak klasik dan realistis. Pembatik daerah ini mempunyai kreatifitas mengubah motif batik dan menyusun kombinasi warna.

Dilihat dengan peninggalan-peninggalan yang ada sekarang dan cerita-cerita yang turun-temurun dari terdahulu, maka diperkirakan didaerah Tasikmalaya batik dikenal sejak zaman “Tarumanagara” dimana peninggalan yang ada sekarang ialah banyaknya pohon tarum didapat disana yang berguna un-tuk pembuatan batik waktu itu. Desa peninggalan yang sekarang masih ada pembatikan dikerja-kan ialah: Sukapura, Mangunreja, Manonjaya dan Tasikmalaya kota.


(3)

ke-XVII dan awal abad ke-XVIII akibat dari peperangan antara kerajaan di Jawa Tengah, maka banyak dari penduduk daerah: Tegal, Pekalongan, Ba-nyumas dan Kudus yang merantau kedaerah Barat dan menetap di Ciamis dan Tasikmalaya. Sebagian besar dari mereka ini adalah pengusaha-pengusaha batik daerahnya dan menuju kearah Barat sambil berdagang batik. Dengan datangnya penduduk baru ini, dikenallah selanjutnya pembutan baik memakai soga yang asalnya dari Jawa Tengah. Produksi batik Tasikmalaya sekarang adalah campuran dari batik-batik asal Pekalongan, Tegal, Banyumas, Kudus yang beraneka pola dan warna.

Bu Uun (salah satu perajin batik tulis Sukapura)

Pembatikan dikenal di Ciamis sekitar abad ke-XIX setelah selesainya peperangan Diponegoro, dimana pengikut-pengikut Diponegoro banyak yang meninggalkan Yogyakarta, menuju ke selatan. Sebagian ada yang menetap didaerah Banyumas dan sebagian ada yang meneruskan perjalanan ke selatan dan menetap di Ciamis dan Tasikmalaya sekarang. Mereka ini merantau dengan keluarganya dan ditempat baru menetap menjadi penduduk dan melanjutkan tata cara hidup dan pekerjaannya. Sebagian dari mereka ada yang ahli dalam pembatikan sebagai pekerjaan kerajinan rumah tangga bagi kaum wanita. Lama kelamaan pekerjaan ini bisa berkembang pada penduduk sekitarnya akibat adanya pergaulan sehari-hari atau hubungan keluarga. Bahan-bahan yang dipakai untuk kainnya hasil tenunan sendiri dan bahan catnya dibuat dari pohon seperti: mengkudu, pohon tom, dan sebagainya.


(4)

Motif Batik Tasikmalaya cenderung sederhana, dan umumnya kuat pada pola geometris. Selain itu, batik Tasikmalaya juga kaya akan ragam hias flora dan fauna. Nuansa Parahyangan tergambar pada motif bunga anggrek dan burung, merak-ngibing, cala-culu, pisang bali, sapujagat, serta Awi Ngarambat. Motif-motif Batik Tasikmalaya antara lain: akar, antanan, balimbing, guci latar batu, lancah tasik, awi ngarambat, sente, rereng daun peutey papangkah, tsunami udey, merak, calaculu, gunung kawi, kadaka, lamban samping, lancah sawat ungu, rereng orlet, renfiel, rereng sintung, manuk rereng peutey selong, manuk latar sisik, merak latar haremis, merak ngibing, parang, sidomukti payung, sisit naga, taleus sukaraja, turih-wajit-limar. Bahkan, daun kangkung dan sarang laba-laba pun dimodifikasi menjadi motif yang indah di tangan para seniman batik Tasikmalaya. Simple, lucu, namun tak kalah artistik dari motif-motif batik lainnya.

a. Warna Batik Tasikmalaya

Warna Batik Tasikmalaya sangat sedap dipandang mata. Ya, Warna-warna cerah dan ceria seperti merah, biru, hijau, oranye, ungu, coklat, serta warna latar kekuningan mendominasi kain-kain cantik itu. Sementara pada batik yang diprodu;ksi di Desa Sukapura, terdapat ciri khas warna yang agak berbeda, yaitu warna-warna tanah seperti merah, hitam, dan coklat.Proses pewarnaan pada Batik Tasikmalaya yang diproduksi di desa Sukapura menempuh proses pewarnaan yang lebih rumit. Budaya membatik di wilayah Sukapura sudah ada lebih dari seabad silam. Para leluhur mewariskan sebuah tradisi membatik, diantaranya adalah cara perendaman kain yang lebih intensif. Sebelum dibatik, kain harus melalui proses rendam dan bilas sebanyak 15 kali di dalam campuran air bersih, merang, dan minyak kacang tanah. Hal tersebut dilakukan untuk merapatkan serat kain sehingga kain lebih kuat dalam mengikat warna. Dengan proses tersebut, warna batik Sukapura dijamin awet dan tak mudah pudar.

b. Contoh Motif Batik Tasikmalaya - Kain Batik Tulis Sukapura


(5)

Tak dapat dipungkiri, batik ini memiliki keistimewaan tersendiri. Dibuat oleh seorang ibu tua, pembatik di Desa Sukapura, sebuah desa di Jawa Barat yang tidak terlalu mudah dicari. Batik dengan warna khas Sukapura ini pun sudah jarang sekali. Sementara batik di sekitarnya berwarna-warni bak pelangi, batik Sukapura ini tetap mempertahankan warna-warna klasik. Nama-nama batik Desa Sukapura pun unik. Ada yang diberi nama ‘Dokter,’ ‘Jaksa,’ dan banyak lagi. Tentu, batik cantik ini dapat dikategorikan sebagai collectible item. Batik Tulis ini dibuat melalui proses yang detail dan lama. Melalui proses molani, yaitu desain batik awal, hingga melukis dengan canting tulis dan malam, sampai proses ngelorot, yaitu mengubah warna dengan rebusan. Proses pembuatan untuk sehelai kain saja bisa memakan waktu mulai dari 2 minggu hingga berbulan-bulan, tergantung tingkat kesulitan dan kehalusannya. Bahan yang digunakan adalah kain katun primisima yang halus, dan dirancang khusus untuk menyerap warna lebih dalam

- Kain Batik Tulis Sukapura Motif Puger Panjang


(6)

Contoh lainnya:

- Batik Tulis Motif Gambir Sakeuti

Batik Tulis Motif Lereng Konde

Batik Tulis Motif Guci Tambal Warna Warni


(7)

2. 3 Proses Membuat Batik Cap dan Tulis

Hingga kini dikenal tiga proses pembuatan batik, yaitu batik tulis, cap, dan print. Namun batik print oleh para seniman batik dan pengrajin batik lebih suka disebut kain bermotif batik. Hal ini lantaran minimnya usaha yang dilakukan dan begitu massalnya produk yang bisa dihasilkan. Sementara itu, batik tulis dan cap dianggap orisinal karena penggunaan lilin atau malam sebagai media perintang warna, hingga hampir seluruh prosesnya dengan tangan manusia.

Batik tulis dan cap juga hanya diterapkan pada bahan dari serat alami, seperti katun, sutra dan wol. Secara umum proses pembuatan batik melalui 3 tahapan yaitu pemberian malam(lilin) pada kain, pewarnaan, dan pelepasan lilin dari kain. Kain putih yang akan dibatik dapat diberi warna dasar sesuai selera kita atau tetap berwarna putih sebelum kemudian di beri malam. Proses pemberian malam ini dapat menggunakan proses batik tulis dengan canting tangan atau dengan proses cap.

Pada bagian kain yang diberi malam maka proses pewarnaan pada batik tidak dapat masuk karena tertutup oleh malam (wax resist). Setelah diberi malam, batik dicelup dengan warna. Proses pewarnaan ini dapat dilakukan beberapa kali sesuai keinginan,tergantung berapa warna yang diinginkan.

Jika proses pewarnaan dan pemberian malam selesai maka malam dilunturkan dengan proses pemanasan. Proses perebusan ini dilakukan dua kali, yang terakhir dengan larutan soda ash untuk mematikan warna yang menempel pada batik, dan menghindari kelunturan. Setelah perebusan selesai, batik direndam air dingin dan dijemur.

Alat- alat yang diperlukan:

Canting atau cap --> canting adalah alat untuk membatik , biasanya terbuat dari bahan tembaga yang ujungnya menyerupai paruh burung sedangkan cap adalah alat semacam stempel besar yang terbuat dari tembaga.

Gawangan --> adalah tempat untuk meletakkan kain yang akan dibatik jika prosesnya adalah batik tulis. Gawangan dapat terbuat dari kayu atau bambu


(8)

Wajan --> berupa wajan kecil untuk mencairkan malam atau lilin. Wajan ini bisa terbuat dari tembaga atau tanah liat (untuk batik tulis)

Anglo / kompor kecil--> digunakan untuk memanaskan wajan (untuk batik tulis) Malam/lilin --> malam batik terbuat dari campuran berbagai jenis bahan yang berupa gondorukem, lemak minyak kelapa, dan parafin

Bahan pewarna --> Pewarna bisa menggunakan pewarna kimia/buatan atau dengan Pewarna alami (diambil dari kulit kayu soga, daun indigo dsb )

- PROSES MENDETAIL BATIK CAP

Tidak seperti batik tulis yang proses pembuatannya menggunakan canting, pada proses pembuatan batik cap alat yang digunakan yaitu cap (semacam stempel besar yang terbuat dari tembaga) yang sudah didesain dengan motif tertentu dengan dimensi 20cm X 20cm.

Proses Pembuatan batik cap adalah sebagai berikut :

 Kain mori diletakkan di atas meja datar yang telah dilapisi dengan bahan yang empuk

 Malam direbus hingga mencair dan dijaga agar suhu cairan malam ini tetap dalam kondiri 60 s/d 70 derajat Celcius

 Cap lalu dimasukkan kedalam cairan malam tadi (kurang lebih yang tercelup cairan malam adalah 2 cm bagian bawah cap )

 Cap kemudian di-cap-kan (di-stempel-kan) dengan tekanan yang cukup di atas kain mori yang telah disiapkan tadi.

 Cairan malam akan meresap ke dalam pori-pori kain mori hingga tembus ke sisi lain permukaan kain mori.


(9)

 Setelah proses penge-cap-an selesai , kain mori selanjutnya akan akan masuk ke proses pewarnaan, dengan cara mencelupkan kain mori ini ke dalam tangki yang berisi warna yang sudah dipilih.

Kain mori yang permukaannya telah diresapi oleh cairan malam, tidak akan terkena dalam proses pewarnaan ini.

 Setelah proses pewarnaan, proses berikutnya adalah penghilangan berkas motif cairan malam melalui proses penggodogan atau ngelorot.

sehingga akan nampak 2 warna, yaitu warna dasar asli kain mori yang tadi tertutup malam, dan warna setelah proses pewarnaan tadi.


(10)

Jika akan diberikan kombinasi pewarnaan lagi, maka harus dimulai lagi dari proses penge-cap-an cairan malam - pewarnaan - penggodogan lagi.Sehingga diperlukan proses berulang untuk setiap warna.

Hal yang menarik dari batik cap adalah pada proses perkawinan warna, karena permukaan kain mori yang telah diwarna sebelumnya akan diwarna lagi pada proses pewarnaan berikutnya, sehingga perlu keahlian khusus dalam proses pemilihan & perkawinan warna.

 Proses terakhir dari pembuatan batik cap adalah proses pembersihan dan pencerahan warna dengan soda.

 Selanjutnya dikeringkan dan disetrika.

Contoh-contoh alat cap :


(11)

Alat untuk menulisnya atau yang biasa disebut canting terbuat dari tembaga dengan gagang dari bambu. Ujung dari canting atau biasa disebut cucuk, mempunyai lubang yang bervariasi, sehingga bisa menentukan besar kecilnya motif. Sedangkan bak penampung canting disebut sebagai nyamplung. Nyamplung ini bisa berisi cairan malam

Teknik batik tulis dilakukan dengan menorehkan cairan malam melalui canting tulis. Proses pembuatan batik tulis malam mirip seperti batik cap. . Cairan malam tetap terjaga kondisi suhunya pada 70 derajat celcius. Canting tulis mengambil cairan malam melalui nyamplung. Kemudian cucuk canting harus berlubang, sehingga perlu ditiup agar membran cairan terbuka. Setelah itu cairan malam baru dioleskan sesuai motif yang telah digambar di kain mori dengan pensil.

Jadi ringkas nya proses batik tulis : Siapkan kain mori terbentang

Gambar sketsa motif batik yang akan dibuat dengan menggunakan pensil Torehkan cairan malam atau warna menggunakan canting tulis secara teliti


(12)

Jika cairan malam yang ditorehkan sudah selesai semua ,maka proses selanjutnya adalah pewarnaan, lorot malam, bilas soda, jemur, dan setrika (mirip seperti batik cap)

Proses Mendetail Pembuatan Batik Tulis

 Siapkan kain, buat motif diatas kain dengan menggunakan pensil

 Setelah motif selesai dibuat, sampirkan kain pada gawangan

 Nyalakan kompor/anglo. Taruh malam/lilin ke dalam wajan dan panaskan wajan dengan api kecil sampai malam mencair sempurna. Biarkan api tetap menyala kecil

 Tahap selanjutnya, menutupi dengan lilin malam bagian-bagian yang akan tetap berwarna putih (tidak berwarna). Canting untuk bagian halus, atau kuas untuk bagian berukuran besar. Tujuannya adalah supaya saat pencelupan bahan kedalam larutan pewarna, bagian yang diberi lapisan lilin tidak terkena.

 Mulailah dengan cara ambil sedikit malam cair dengan menggunakan canting, tiup-tiup sebentar biar tidak terlalu panas, kemudian goreskan canting dengan mengikuti motif yang telah ada. Hati-hati jangan sampai malam yang cair menetes diatas permukaan kain karena akan mempengarufi hasil motif batik.

 Setelah semua motif yang tidak ingin diwarna dgn warna tertentu tertutup malam, maka proses selanjutnya adalah proses pewarnaan.Proses pewarnaan pertama pada bagian yang tidak tertutup oleh lilin dilakukan dengan mencelupkan kain tersebut pada warna tertentu.Siapkan bahan pewarna di dalam ember, kemudian celupkan kainnya ke dalam larutan pewarna.Kain dicelup dengan warna yang dimulai dengan warna-warna muda, dilanjutkan dengan warna lebih tua atau gelap nantinya.


(13)

 Setelah itu adalah proses nglorot, dimana kain yg telah berubah warna tadi direbus dgn air panas. Proses ini bertujuan untuk menghilangkan lapisan lilin sehingga motif yg telah digambar menjadi terlihat jelas.Jika kita menginginkan beberapa warna pada batik yg kita buat, maka proses 3, 4, dan 5 bisa diulang beberapa kali tergantung jumlah warna yg kita inginkan.

 Setelah kain bersih dari lilin dan kering, dapat dilakukan kembali proses pembatikan dengan penutupan lilin (menggunakan alat canting)untuk menahan warna berikutnya .

 Dilanjutkan dengan proses pencelupan warna yang kedua ,pemberian malam lagi, pencelupan ketiga dst.Misalkan dalam satu kain diinginkan ada 5 warna maka proses diatas tadi diulang sebanyak jumlah warna yg diinginkan berada dalam kain tsb satu persatu (Proses membuka/nglorot dan menutup lilin malam dapat dilakukan berulangkali sesuai dengan banyaknya warna dan kompleksitas motif yang diinginkan.)

 Setelah beberapa kali proses pewarnaan, kain yang telah dibatik dicelupkan ke campuran air dans oda ash untuk mematikan warna yang menempel pada batik, dan menghindari kelunturan.

 Proses terakhir adalah mencuci /direndam air dingin dan dijemur sebelum dapat digunakan dan dipakai.


(14)

BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan

Batik adalah salah satu cara pembuatan bahan pakaian. Selain itu batik bisa mengacu pada dua hal. Yang pertama adalah teknik pewarnaan kain dengan menggunakan malam untuk mencegah pewarnaan sebagian dari kain. Dalam literatur internasional, teknik ini dikenal sebagai wax-resist dyeing. Pengertian kedua adalah kain atau busana yang dibuat dengan teknik tersebut, termasuk penggunaan motif-motif tertentu yang memiliki kekhasan. Batik Indonesia, sebagai keseluruhan teknik, teknologi, serta pengembangan motif dan budaya yang terkait, oleh UNESCO telah ditetapkan sebagai Warisan Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan Nonbendawi (Masterpieces of the Oral and Intangible Heritage


(15)

3.2 Saran

Batik di Indonesia itu sangatlah beragam dimulai batik yang di kenal masyarakat yaitu batik cirebon dengan ke-khasannya yaitu batik Mega Mendung. Tapi batik khas dari tasikmalaya ini pula tidak kalah dengan batik dari daerah yang lain, dengan berbagai ciri khas.

DAFTAR PUSTAKA

http://www.budayaindonesia.net/2013/08/batik-tasik.html https://rennytha.wordpress.com/cara-membuat-batik/

http://sekilaspengetahuan.blogspot.com/2012/06/ciri-ciri-batik-khas-tasikmalaya.html

https://rizkiabdillah.wordpress.com/info-daerah/jawa-barat/kota-tasikmalaya/kerajinan-tasikmalaya/batik-tasikmalaya/


(16)

(1)

Alat untuk menulisnya atau yang biasa disebut canting terbuat dari tembaga dengan gagang dari bambu. Ujung dari canting atau biasa disebut cucuk, mempunyai lubang yang bervariasi, sehingga bisa menentukan besar kecilnya motif. Sedangkan bak penampung canting disebut sebagai nyamplung. Nyamplung ini bisa berisi cairan malam

Teknik batik tulis dilakukan dengan menorehkan cairan malam melalui canting tulis. Proses pembuatan batik tulis malam mirip seperti batik cap. . Cairan malam tetap terjaga kondisi suhunya pada 70 derajat celcius. Canting tulis mengambil cairan malam melalui nyamplung. Kemudian cucuk canting harus berlubang, sehingga perlu ditiup agar membran cairan terbuka. Setelah itu cairan malam baru dioleskan sesuai motif yang telah digambar di kain mori dengan pensil.

Jadi ringkas nya proses batik tulis : Siapkan kain mori terbentang

Gambar sketsa motif batik yang akan dibuat dengan menggunakan pensil Torehkan cairan malam atau warna menggunakan canting tulis secara teliti


(2)

Jika cairan malam yang ditorehkan sudah selesai semua ,maka proses selanjutnya adalah pewarnaan, lorot malam, bilas soda, jemur, dan setrika (mirip seperti batik cap)

Proses Mendetail Pembuatan Batik Tulis

 Siapkan kain, buat motif diatas kain dengan menggunakan pensil

 Setelah motif selesai dibuat, sampirkan kain pada gawangan

 Nyalakan kompor/anglo. Taruh malam/lilin ke dalam wajan dan panaskan wajan dengan api kecil sampai malam mencair sempurna. Biarkan api tetap menyala kecil

 Tahap selanjutnya, menutupi dengan lilin malam bagian-bagian yang akan tetap berwarna putih (tidak berwarna). Canting untuk bagian halus, atau kuas untuk bagian berukuran besar. Tujuannya adalah supaya saat pencelupan bahan kedalam larutan pewarna, bagian yang diberi lapisan lilin tidak terkena.

 Mulailah dengan cara ambil sedikit malam cair dengan menggunakan canting, tiup-tiup sebentar biar tidak terlalu panas, kemudian goreskan canting dengan mengikuti motif yang telah ada. Hati-hati jangan sampai malam yang cair menetes diatas permukaan kain karena akan mempengarufi hasil motif batik.

 Setelah semua motif yang tidak ingin diwarna dgn warna tertentu tertutup malam, maka proses selanjutnya adalah proses pewarnaan.Proses


(3)

 Setelah itu adalah proses nglorot, dimana kain yg telah berubah warna tadi direbus dgn air panas. Proses ini bertujuan untuk menghilangkan lapisan lilin sehingga motif yg telah digambar menjadi terlihat jelas.Jika kita menginginkan beberapa warna pada batik yg kita buat, maka proses 3, 4, dan 5 bisa diulang beberapa kali tergantung jumlah warna yg kita inginkan.

 Setelah kain bersih dari lilin dan kering, dapat dilakukan kembali proses pembatikan dengan penutupan lilin (menggunakan alat canting)untuk menahan warna berikutnya .

 Dilanjutkan dengan proses pencelupan warna yang kedua ,pemberian malam lagi, pencelupan ketiga dst.Misalkan dalam satu kain diinginkan ada 5 warna maka proses diatas tadi diulang sebanyak jumlah warna yg diinginkan berada dalam kain tsb satu persatu (Proses membuka/nglorot dan menutup lilin malam dapat dilakukan berulangkali sesuai dengan banyaknya warna dan kompleksitas motif yang diinginkan.)

 Setelah beberapa kali proses pewarnaan, kain yang telah dibatik dicelupkan ke campuran air dans oda ash untuk mematikan warna yang menempel pada batik, dan menghindari kelunturan.

 Proses terakhir adalah mencuci /direndam air dingin dan dijemur sebelum dapat digunakan dan dipakai.


(4)

BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan

Batik adalah salah satu cara pembuatan bahan pakaian. Selain itu batik bisa mengacu pada dua hal. Yang pertama adalah teknik pewarnaan kain dengan menggunakan malam untuk mencegah pewarnaan sebagian dari kain. Dalam literatur internasional, teknik ini dikenal sebagai wax-resist dyeing. Pengertian


(5)

3.2 Saran

Batik di Indonesia itu sangatlah beragam dimulai batik yang di kenal masyarakat yaitu batik cirebon dengan ke-khasannya yaitu batik Mega Mendung. Tapi batik khas dari tasikmalaya ini pula tidak kalah dengan batik dari daerah yang lain, dengan berbagai ciri khas.

DAFTAR PUSTAKA

http://www.budayaindonesia.net/2013/08/batik-tasik.html https://rennytha.wordpress.com/cara-membuat-batik/

http://sekilaspengetahuan.blogspot.com/2012/06/ciri-ciri-batik-khas-tasikmalaya.html

https://rizkiabdillah.wordpress.com/info-daerah/jawa-barat/kota-tasikmalaya/kerajinan-tasikmalaya/batik-tasikmalaya/


(6)