PENGARUH MODEL PEMECAHAN MASALAH DAN KREATIVITAS TERHADAP HASIL BELAJAR IPA MATERI SISTEM PENCERNAAN MAKANAN MANUSIA SISWA DI SDN 060856 MEDAN.

(1)

PENGARUH MODEL PEMECAHAN MASALAH DAN KREATIVITAS TERHADAP HASIL BELAJAR IPA SISWA MATERI

SISTEM PENCERNAAN MAKANAN MANUSIA DI SDN 060856 MEDAN

TESIS

Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan Pada

Program Studi Pendidikan Dasar

Oleh:

RESTAR TARIGAN NIM. 8156181026

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

MEDAN

2017


(2)

i ABSTRAK

Restar Tarigan (8156181026). Pengaruh Model Pemecahan Masalah Dan Kreativitas Terhadap Hasil Belajar IPA Materi Sistem Pencernaan Makanan Manusia Siswa di SDN 060856 Medan. Tesis Program Studi Pendidikan Dasar Pascasarjana Universitas Negeri Medan. 2017.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis. (1) Pengaruh model pembelajaran terhadap hasil belajar IPA siswa, (2) Pengaruh tingkat kreativitas terhadap hasil belajar IPA siswa. (3) Interaksi antara model pembelajaran dengan tingkat kreativitas dalam mempengaruhi hasil belajar IPA siswa. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu (quasi experiment). Populasi penelitian ini adalah siswa kelas V SD 060856 Medan. Sampel dalam penelitian ini dipilih secara purposive random sampling sebanyak dua kelas. Kelas eksperimen diberi perlakuan pembelajaran dengan model pemecahan masalah dan kelas kontrol diberi perlakuan pembelajaran langsung. Instrumen yang digunakan terdiri dari: tes hasil belajar IPA dan angket kreativitas belajar. Analisis data dilakukan dengan menggunakan ANAVA dua jalur. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa hasil belajar IPA siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran pemecahan masalah berbeda secara signifikan dan lebih baik dibandingkan siswa yang dibelajarkan dengan pembelajaran langsung. Siswa dengan kreativitas tinggi menunjukkan hasil belajar yang lebih tinggi dibanding siswa dengan kreativitas rendah. Terdapat Interaksi antara kedua model pembelajaran dan tingkat kreativitas dalam mempengaruhi hasil belajar IPA siswa. Hasil penelitan ini menyarankan bahwa model pembelajaran pemecahan masalah merupakan solusi dan alternatif pilihan guru dalam meningkatkan hasil belajar IPA siswa.

Kata Kunci : Hasil Belajar, Kreativitas, Pemecahan Masalah, Sistem Pencernaan Makanan pada Manusia


(3)

ii ABSTRACT

Restar Tarigan (8156181026). Effect of Problem Solving Model and Creativity On Science Student Learning Outcomes on the subject The Digestive System On Food In Humans at SDN 060856 Medan. Thesis Basic Education Program Post-Graduate Studies, State University of Medan. 2017.

This study aimed to analyze. (1) The influence of science learning outcomes of students. (2) The influence of science learning outcomes of students who have high creativity and the students who have low creativity. (3) The interaction between the learning model with the level of creativity in influencing student learning outcomes. This study is a quasi-experimental research (quasi experiment). This population is the class V SD 060856 Medan. The sample in this study selected by purposive random sampling as much as two grades. Class experiment treated with a problem-solving model, the control class treated with direct instruction model. The instrument used consisted of: science achievement test and learning creativity questionnaire sheet. Data analysis was performed using ANOVA two lanes. The results of this study indicate that the learning outcomes of students that learned Science with problem solving learning model is significantly different and better than the students that learned by direct instruction learning. Students with high creativity indicates higher learning outcomes than students with low creativity. In this study shows there is an interaction between the learning model and the level of creativity in influencing student Science learning outcomes.. The results of this research suggest that the learning model problem solving is a solution to and alternatives for the teachers to improve student science learning outcomes.

Keywords: Science Student Learning outcomes, Creativity, Problem Solving Model


(4)

iii

KATA PENGANTAR

Segala puji serta syukur penulis sampaikan ke hadirat Tuhan YME yang telah memberikan berkat dan kasih-Nya kepada penulis untuk dapat menyelesaikan penulisan tesis yang berjudul “Pengaruh Model Pemecahan Masalah dan Kreativitas Terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Materi Sistem Pencernaan Makanan Manusia di SDN 060856 Medan”. Penulisan tesis ini diajukan untuk memenuhi persyaratan dalam memproleh gelar Magister Pendidikan program studi Pendidikan Dasar Sekolah Pasca Sarjana Universitas Negeri Medan.

Dalam menyelesaikan tesis ini, penulis telah banyak menerima bantuan dari berbagai pihak, sehingga akhirnya penulisan tesis ini dapat diselesaikan. Oleh karenanya, dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Syawal Gultom, M.Pd., selaku Rektor Universitas Negeri Medan yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melaksanakan studi di Universitas Negeri Medan.

2. Bapak Prof. Dr. Bornok Sinaga, M.Pd., selaku Direktur Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan.

3. Ibu Prof. Dr. Anita Yus, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Dasar Pascasarjana Universitas Negeri Medan sekaligus narasumber dan penguji tesis ini.

4. Bapak Dr. Daulat Saragi, M.Hum., selaku Sekretaris Program Studi Pendidikan Dasar Pascasarjana Universitas Negeri Medan.


(5)

iv

5. Ibu Prof. Dr. Retno Dwi Suyanti, M.Si., selaku Pembimbing I yang telah banyak memberikan petunjuk serta spirit yang begitu berarti bagi penulis sejak penyusunan proposal sampai penyelesaian tesis ini.

6. Bapak Dr. Yasaratodo Wau, M.Pd., selaku Pembimbing II yang dengan sangat sabar memberikan masukan dan arahan yang sangat berharga bagi penulis.

7. Ibu Dr. Fauziyah Harahap, M.Si, dan Bapak Dr. Hasruddin, M.Pd., selaku narasumber sekaligus tim penguji yang telah memberikan masukan kepada penulis demi perbaikan tesis ini

8. Ibu Hj. Wirda, S.Pd selaku Kepala SDN 060856 Medan beserta guru-guru, staf dan pegawai.

9. Kedua Orangtua tercinta Bapak R.Tarigan dan Ibu L. Br Sembiring, S.Pd, kakak, abang dan adik yang selalu memberi support kepada penulis dalam mewujudkan mimpi-mimpi.

10. Semua pihak, sahabat, keluarga yang telah memberikan dorongan, semangat, serta bantuan lainnya kepada penulis.

Penulis menyadari bahwa tesis ini tidak luput dari kekurangan. Untuk itu, penulis mengharapkan sumbangan pikiran, kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan tesis ini. Akhirnya penulis berharap semoga tesis ini dapat bermanfaat dalam menambah ilmu pengetahuan bagi dunia pendidikan.

Medan, Maret 2017 Penulis

Restar Tarigan NIM. 8156181026


(6)

v

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Identifikasi Masalah ... 9

1.3. Batasan Masalah ... 9

1.4. Rumusan Masalah ... 10

1.5. Tujuan Penelitian ... 10

1.6. Manfaat Penelitian ... 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 12

2.1. Kerangka Teoritis ... 12

2.1.1. Hakikat Hasil Belajar ... 12

A. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar ... 17

2.1.2. Hakikat Model Pembelajaran Pemecahan Masalah dan Pembelajaran Langsung ... 20

1. Model Pemecahan Masalah ... 21

A. Sintaks Model Pemecahan Masalah ... 26

B. Pelaksanaan Model Pemecahan Masalah ... 28

2. Model Pembelajaran Langsung ... 28

A. Sintaks Pembelajaran Langsung ... 32

2.1.3. Hakikat Kreativitas Siswa ... 34

A. Pribadi Kreatif ... 35

2.1.4. Materi Sistem Pencernaan Makanan pada Manusia ... 37

2.1.5. Hasil Penelitian yang Relevan ... 51

2.2. Kerangka Berpikir ... 51

2.2.1 Hasil belajar siswa yang dibelajarkan dengan Model Pembelajaran Pemecahan Masalah lebih tinggi dari siswa yang mendapat Pembelajaran Langsung ... 51


(7)

vi

2.2.3 Interaksi antara Model Pemecahan Masalah dan Tingkat

Kreativitas terhadap Hasil Belajar ... 53

2.3.Hipotesis Penelitian ... 55

BAB III METODE PENELITIAN ... 56

3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ... 56

3.2.Populasi dan Sampel Penelitian ... 56

3.3.Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 57

3.4.Desain Penelitian ... 59

3.5.Insrumen Penelitian ... 63

3.5.1. PengembanganInsrumen Penelitian ... 63

3.5.2. Uji Coba Instrumen ... 64

3.6.Teknik Analisis Data ... 68

3.6.1. Analisis Secara Deskriptif ... 68

3.6.2. Analisis Secara Inferensial ... 68

BAB IV METODE PENELITIAN ... 71

4.1 Hasil Penelitian ... 71

4.1.1 Hasil Belajar IPA Siswa ... 71

4.1.2 Uji Normalitas Distribusi Sampel ... 74

4.1.3 Uji Homogenitas ... 76

4.1.4 Analisis Skor Kreativitas Belajar ... 76

4.1.5 Data Kreativitas Belajar Siswa Berdasarkan Indikator Kreativitas Pada Kedua Model Pembelajaran ... 78

4.1.6 Tingkat Kecenderungan Data Kreativitas Siswa ... 79

4.2 Pengujian Hipotesis ... 80

4.3 Pembahasan Hasil Penelitian ... 87

4.3.1 Perbedaan Hasil Belajar siswa antara siswa yang dibelajarkan dengan model Pemecahan Masalah dengan siswa yang dibelajarkan dengan model Pembelajaran Langsung ... 87

4.3.2 Pengaruh Tingkat Kreativitas Terhadap Hasil Belajar IPA Siswa...91

4.3.3 Interaksi Antara Model Pembelajaran dan Tingkat Kreativitas Terhadap Hasil Belajar Siswa……….……….…….. 93

4.4 Keterbatasan Penelitian ... 95

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ... 98

4.5 Simpulan ... 98

4.6 Implikasi ... 99

4.7 Saran ... 102


(8)

viii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

2.1. Bagian-bagian Sistem Pencernaan pada Manusia... 41

2.2. Bagian Rongga Mulut ... 46

2.3. Bagian Kerongkongan ... 47

2.4. Bagian Lambung ... 48

2.5. Bagian Usus Halus ... 49

2.6. Bagian Usus Besar ... 50

2.7. Bagian Anus... 51

3.1. Prosedur Penelitian ... 68

4.1. Histogram distribusi normalitas data kelompok eksperimen ... 76

4.2. Histogram distribusi normalitas data kelompok kontrol ... 76

4.3. Histogram perbandingan pengaruh model pembelajaran (pemecahan masalah dan pembelajaran langsung) terhadap hasil belajar IPA siswa. .. 82

4.4. Histogram perbandingan Kreativitas Belajar (tinggi-rendah) terhadap hasil belajar IPA siswa ... 84

4.5. Grafik interaksi masing-masing model pembelajaran dengan kreativitas belajar siswa dalam mempengaruhi hasil belajar IPA siswa. ... 85


(9)

ix

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Silabus Pembelajaran ... 109

Lampiran 2 RPP Pemecahan Masalah ... 111

Lampiran 3 RPP Pembelajaran Langsung ... 124

Lempiran 4 LKS Model Pemecahan Masalah ... 130

Lampiran 5 LKS Model Pembelajaran Langsung ... 136

Lampiran 6 Kisi-kisi Soal ... 142

Lampiran 7 Tes Hasil Belajar Siswa ... 143

Lampiran 8 Lembar Angket ... 149

Lampiran 9 Analisis Validitas Tes ... 152

Lampiran 10 Analisis Tingkat Kesukaran ... 153

Lempiran 11 Analisis Daya Beda ... 154

Lampiran 12 Tabel Rangkuman Hasil Tes ... 155

Lampiran 13 Reliabilitas Tes ... 156

Lampiran 14 Data Hasil Pretest Kelas Eksperimen ... 157

Lampiran 15 Data Hasil Pretest Kelas Kontrol ... 158

Lampiran 16 Data Hasil Postest Kelas Eksperimen ... 159

Lampiran 17 Data Hasil Postest Kelas Kontrol ... 160

Lempiran 18 Uji Gain Ternormalisasi ... 161

Lampiran 19 Output SPSS Perhitungan Nilai Rata-rata ... 163

Lampiran 20 Data Kreativitas Belajar IPA (Eksperimen) ... 164

Lampiran 21 Data Kreativitas Belajar IPA (Kontrol) ... 165

Lampiran 22 Pengelompokan Siswa Berdasarkan Tingkat Kreativitas ... 166

Lampiran 23 Hasil Belajar Siswa Berdasarkan Tingkat Kreativitas ... 167

Lampiran 24 Analisis Data Kreativitas ... 168

Lempiran 25 Uji Persyaratan Penelitian ... 169


(10)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Semua pasti sudah menyadari bahwa pendidikan itu penting, bahkan sangat penting. Oleh karena itu, para pakar pendidikan berupaya menciptakan cara belajar dan mengajar yang efektif dan efisien untuk diterapkan. Tentu saja tujuannya untuk memajukan nasib bangsa. Telah banyak inovasi yang diterapkan, mulai dari belajar di ruang kelas yang nyaman sampai belajar di alam terbuka. Tapi, seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, tidak terimbas ke guru-guru, khususnya guru di daerah.

Pendidikan diartikan sebagai usaha sadar untuk menumbuhkembangkan potensi Sumber Daya Manusia (SDM) melalui kegiatan pengajaran. Di dalam pendidikan terdapat suatu proses belajar mengajar yang merupakan inti dari proses pendidikan di sekolah. Dalam belajar mengajar ada interaksi atau pelajaran yang diajarkan oleh guru. Guru mengajar dengan merangsang, membimbing siswa dan mengarahkan siswa mempelajari bahan pelajaran sesuai dengan tujuan. Tujuan kegiatan adalah perubahan tingkah laku baik yang menyangkut pengetahuan, keterampilan maupun sikap, bahkan meliputi segenap aspek organisasi atau pribadi (Djamarah, 2006).

Dalam kehidupan sehari-hari akan muncul banyak permasalahan. Masalah setiap orang akan berbeda, begitu pula cara mengatasinya. Suatu situasi dikatakan masalah bagi seseorang jika ia menyadari keberadaan situasi tersebut, mengakui


(11)

2

bahwa situasi tersebut memerlukan tindakan dan tidak dengan segera dapat menemukan pemecahannya. Sehingga suatu masalah merupakan kesenjangan antara keadaan sekarang dengan tujuan yang ingin dicapai, sementara guru tidak mengetahui apa yang harus dikerjakan untuk mencapai tujuan tersebut. Dengan demikian, masalah dapat diartikan sebagai pertanyaan yang harus dijawab pada saat itu, sedangkan guru tidak mempunyai rencana solusi yang jelas. Selain itu, pola pembelajaran yang dilakukan selama ini masih berpusat pada guru sehingga siswa kurang diberi kesempatan untuk mengembangkan kreativitasnya dan terlibat secara maksimal dalam proses pembelajaran. Siswa selanjutnya cenderung pasif menerima begitu saja materi yang disampaikan oleh guru sehingga pembelajaran menjadi membosankan, tidak bermakna dan mudah dilupakan. (Muslimah, 2012)

Dalam pembelajaran, khususnya pembelajaran IPA di SD tidaklah cukup hanya diberikan sejumlah besar pengetahuan kepada para siswa saja, akan tetapi para siswa perlu memiliki keterampilan untuk membuat pilihan-pilihan dan menyelesaikan berbagai masalah dengan menggunakan penalaran yang logis dalam pembelajaran IPA. Oleh karena itu, setiap guru khususnya guru SD yang mengelola pembelajaran IPA perlu memahami maksud dari memecahkan masalah IPA. Selain itu setiap guru juga harus melatih keterampilannya dalam membantu siswa belajar memecahkan masalah IPA.

Melalui model pemecahan masalah, siswa dapat memiliki keterampilan memecahkan masalah (problem solving). Keterampilan menyelesaikan masalah tersebut akan dicapai siswa jika dalam pembelajaran guru mengkondisikan siswa untuk dapat mengkontruksi pengetahuannya dan memfasilitasi siswa untuk


(12)

3

melakukan aktivitas belajar yang melibatkan pemecahan masalah dalam pembelajaran IPA. Untuk mengatasi masalah dalam pembelajaran IPA siswa harus belajar bagaimana mengelola masalah yang dihadapinya. Dalam mengelola masalah dibutuhkan kemampuan berpikir secara kritis, sistematis, logis, dan kreatif. Pada pembelajaran IPA di SDN 060856 Medan Perjuangan ditemukan masalah yang sama dijumpai pada siswa yakni lemahnya siswa dalam menyelesaikan pemecahan masalah dalam proses pembelajaran IPA sehingga hal ini memberikan dampak akan rendahnya hasil belajar siswa dengan nilai rata-rata 65 yang tidak mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yakni 70. Oleh karena itu penting adanya model pemecahan masalah dalam pembelajaran IPA.

Anderson (2011), mengemukakan bahwa pembelajaran dengan menekankan pendekatan pemecahan masalah dapat memberikan keberhasilan bagi para siswa dalam menguji pengetahuan yang dimiliki dengan mempromosikan kemampuan setiap siswa untuk mengenali dan mengembangkan kemampuan pemecahan masalah mereka dalam pembelajaran IPA, dengan pendekatan pemecahan masalah dalam konteksnya siswa dapat menghormati pentingnya konten konsep pengetahuan dan aplikasinya ke keterampilan karir yang akan dibutuhkan siswa itu sendiri. Hasil penelitian Williamson (2002), juga mengemukakan bahwa hasil belajar siswa yang dibelajarkan dengan pendekatan pemecahan masalah dalam kelompok lebih baik dibandingkan dengan metode ceramah (konvensional).

Menurut Trianto (2011), pembelajaran pemecahan masalah merupakan pendekatan yang efektif untuk pengajaran proses berpikir tingkat tinggi. Salah


(13)

4

satu keunnggulan dari model pembelajaran pemecahan masalah adalah kemampuannya dalam mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan kreatif. Nurhadi (2011) menyatakan bahwa model pemecahan masalah dapat memberikan motivasi kepada siswa untuk belajar berpikir tentang masalah kehidupan riil. Model ini juga “menyediakan kondisi untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis maupun analisis, serta memecahkan masalah kompleks dalam kehidupan nyata”.

Pembelajaran ini membantu siswa untuk memproses informasi yang sudah jadi dalam benaknya dan menyusun pengetahuan mereka sendiri tentang dunia sosial dan sekitarnya. Pembelajaran merupakan upaya untuk membelajarkan anak agar dapat berkembang secara optimal. Pengembangan yang diorientasikan dalam pembelajaran adalah kemampuan berpikir, bernalar dan termasuk juga bagaimana anak tersebut dapat memecahkan masalah yang dihadapinya dalam kehidupan sehari-hari. Pembelajaran pada masa sekarang ini lebih berorientasi kepada siswa aktif terlibat dalam proses pembelajaran sehingga mereka akan mendapatkan pengalaman yang dapat mengembangkan kemampuan berpikirnya.

Oleh sebab itu, siswa dituntut untuk berfikir kritis, kreatif dan agar mampu menyelesaikan masalah. Menjadikan anak berpikir kritis, kreatif dan mampu menyelesaikan masalah itu tidak mudah. Berpikir kritis berarti berpikir secara cepat dan rasional sebagai bentuk tanggapan terhadap lingkungan sekitar sehingga dapat memecahkan masalah dengan baik dan membawa manfaat. Menjadikan anak berpikir kritis yaitu dengan jalan pendidikan dan pembelajaran yang mengeksplorasi kemampuan siswa yang dimiliki. Untuk menjadikan anak berpikir


(14)

5

kritis dan kreatif maka pembelajaran yang dilakukan bukan hanya memberikan pengetahuan dan kemampuan yang dibutuhkan tetapi juga diperlukan pengajaran sifat, sikap, nilai dan berkarakter.

Pembelajaran Sistem Pencernaan Makanan pada Manusia di sekolah selamai ini belum maksimal. Dibuktikan dari hasil wawancara dengan siswa dan guru SDN 060856 di Medan Perjuangan bahwa kegiatan pembelajaran untuk materi sistem pencernaan makanan menggunakan metode diskusi dan presentasi. Sehingga dapat dikatakan bahwa guru mengajarkan materi tersebut hanya dari segi teoritisnya saja. Kondisi lainnya yang ditemukan di lapangan adalah alat dan bahan praktikum di sekolah masih belum tersedia.

Menurut (Silirawati, 2010) ilmu IPA tidak hanya membahas tentang pembelajaran secara teoritis, tetapi juga mencoba membahas secara empiris. Dalam pembejaran IPA sangat memerlukan kegiatan penunjang berupa praktikum. Hal ini dikarenakan metode praktikum adalah salah satu bentuk pendekatan keterampialan proses. Bagi peserta didik diadakannya praktikum selain dapat melatih bagaimana penggunaan alat dan bahan secara tepat, juga membantu pemahaman mereka terhadap materi IPA yang diajarkan di kelas. Selain itu, bagi peserta didik yang memiliki rasa ingin tahu tinggi, maka melalui praktikum mereka dapat memperoleh jawaban rasa ingin tahunya secara nyata. Kegiatan praktikum juga dapat memberikan kesempatan pada anak untuk melatih daya nalar, kemampuan berpikir rasional, menerapkan sikap dan metode ilmiah dalam mencari kebenaran dari apa yang dipelajarinya (Jahro, 2009).


(15)

6

Manusia pada hakikatnya dapat belajar melaui enam tingkatan, yaitu 10% dari apa yang dibaca, 20% dari apa yang didengar, 30% dari apa yang dilihat, 50% dari apa yang dilihat dan didengar, 70% dari apa yang dikatakan dan dilakukan. (Magnesen dikutip Aqib, 2013:48). Untuk mencapai 90% tersebut perlu adanya penggunaan metode eksperimen. Proses belajar mengajar dengan metode eksperimen memberikan kesempatan untuk mengalami sendiri atau melakukan sendiri, mengikuti suatu proses, mengamati suatu objek, menganalisis, membuktikan dan menarik kesimpulan sendiri mengenai suatu objek, keadaan, atau proses sesuatu (Djamarah, 2010).

Terhambatnya pelaksanaan pratikum di sekolah berdampak pada proses pembelajaran menjadi tidak optimal, kendala yang dialami guru IPA dalam pelaksanaan praktikum antara lain tidak adanya laboratorium, tidak bahan, dan tidak adanya alat praktikum dan keterbatasan waktu, khususnya waktu belajar di kelas. Materi pelajaran IPA seperti sistem pencernaan makanan pada manusia adalah materi yang sangat penting dipahami dalam pembelajaran IPA dan banyak guru beranggapan materi ini sulit untuk dipraktikumkan, hal ini sangat berpengaruh pada siswa dalam upaya mereka menguasai materi ini.

Pada penelitian yang relevan dilakukan oleh Rosmalinda, dkk (2013), menunjukkan bahwa petunjuk praktikum yang terdapat dalam bahan ajar IPA SD kelas V yang dikaji memiliki karakteristik bahan yang digunakan mudah diperoleh namun alat yang digunakan sulit diperoleh serta komponen petunjuk praktikum tidak lengkap. Berdasarkan hasil uji keterlaksanaan, respons siswa, dan penilaian guru, kualitas petunjuk praktikum pada topik Energi dan perubahannya


(16)

7

yang dikembangkan termasuk kategori sangat baik, Penuntun praktikum model berbasis proyek tidak lebih efektif daripada model penemuan. Salah satu penyebabnya yaitu masih asingnya model berbasis pada praktikum di sekolah sehingga kreatifitas siswa dalam menerapkan model berbasis proyek belum maksimal.

Guru harus berusaha menanamkan dan menumbuhkan kreativitas anak didik. Setiap orang memiliki kreativitas dan kreativitas itu dapat dikembangkan. Menurut Sipayung (2011), siswa yang memilki kreativitas tinggi dalam belajar maka hasil belajar juga tinggi, karena itu kreativitas menjadi bagian penting dalam wacana peningkatan mutu pembelajaran. Hingga kini kreativitas telah diterima baik sebagai kompetisi yang melekat pada proses dan hasil belajar. Torrance dalam Munandar (2009), menyatakan kreativitas adalah proses yang mengandung kepekaan terhadap masalah-masalah dan kesenjangan-kesenjangan (gaps) di bidang tertentu, kemudian membentuk beberapa pikiran atau hipotesis ini dan menyampaikan hasilnya kepada orang lain.

Jika seorang guru harus memberikan bimbingan secara individu kepada semua anak tentunya hal tersebut tidaklah mungkin. Menurut Masaaki (2012), siswa perlu didorong untuk mau dan sanggup berkomunikasi dangan anggota lain. Seorang siswa bertukar pendapat mengenai permasalahannya dengan orang lain untuk menyelesaikan suatu permasalahan sehingga mereka akan menghargai keberadaan satu sama lain secara terorganisir melaksanakan suatu kegiatan dengan memadukan pikiran yang tadinya terasa asing bagi dirinya. Istarani (2012), mengemukan bahwa proses belajar secara kolaborasi bukan sekedar


(17)

8

bekerja sama dalam suatu proses pembelajaran yang melibatkan proses komunikasi secara utuh dan adil di dalam kelas. Dari hasil pengamatan ketika proses pembelajaran IPA berlangsung di SDN 060856 Medan Perjuangan juga ditemukan bahwa masih kurangnya kreativits siswa dalam menerapkan konsep-konsep IPA pada kejadian atau fakta-fakta yang nyata yang dapat dituangkan siswa ketika bertanya ataupun menyampaikan ide-ide dalam penerapan konsep IPA tersebut.

Untuk mencapai tujuan pembelajaran dan kreativitas maka guru melakukan inovasi pembelajaran untuk menghasilkan lulusan yang berkualitas. Salah satu pendekatan dalam pembelajaran untuk dapat mewujudkan siswa dapat berpikir kreatif yaitu dengan model pembelajaran pemecahan masalah. Model pemecahan masalah merupakan sebagai proses pendekatan pembelajaran yang menuntut siswa untuk menyelesaikan masalah, dimana problem yang harus diselesaikan tersebut bisa dibuat-buat sendiri oleh guru, dapat pula masalah yang sudah dialami siswa dan ada kalanya fakta nyata yang ada di lingkungan kemudian dipecahkan dalam pembelajaran di kelas, dengan berbagai cara teknik.

Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Model Pemecahan Masalah Dan Kreativitas Terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Materi Sistem Pencernaan Makanan Manusia di SDN 060856 Medan”


(18)

9

1.2. Identifikasi Masalah

Dari uraian latar belakang masalah di atas, dapat diidentifikasikan beberapa masalah yang berhubungan dengan hasil belajar IPA siswa SD dalam kaitannya dengan model pembelajaran, antara lain:

1. Rendahnya hasil belajar siswa pada mata pembelajaran IPA kelas V SDN 060856 Medan Perjuangan.

2. Pemilihan model pembelajaran yang kurang tepat dan kurang bervariasi terhadap materi yang disampaikan dan guru cenderung menggunakan metode ceramah dalam setiap materi pelajaran.

3. Guru masih belum dapat mengkondisikan siswa untuk dapat mengkontruksi pengetahuannya dan memfasilitasi siswa untuk melakukan aktivitas belajar yang melibatkan pemecahan masalah dalam pembelajaran IPA.

4. Alat dan bahan praktikum di sekolah masih belum tersedia.

5. Kreativitas siswa dalam proses pembelajaran IPA yang masih rendah.

1.3. Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah yang telah diuraikan, dapat diketahui banyaknya masalah/ faktor yang berkaitan dengan hasil belajar IPA siswa SD, namun dalam penelitian ini dibatasi pada model pemecahan masalah pembelajaran IPA, dengan materi sistem pencernaan makanan pada manusia di SDN 060856 Medan Perjuangan Tahun Pembelajaran 2016/2017.


(19)

10

1.4. Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah di atas, masalah penelitian ini dirumuskan sebagai berikut :

1. Apakah model pembelajaran pemecahan masalah dapat mempengaruhi hasil belajar IPA lebih baik daripada model pembelajaran langsung pada materi sistem pencernaan makanan pada manusia di SDN 060856 Medan Perjuangan? 2. Apakah tingkat kreativitas tinggi dapat mempengaruhi hasil belajar IPA siswa

lebih baik dibanding kreativitas rendah di SDN 060856 Medan Perjuangan ? 3. Apakah terdapat interaksi antara model pembelajaran pemecahan masalah dan

pembelajaran langsung dengan tingkat kreativitas siswa dalam memperoleh hasil belajar IPA pada materi sistem pencernaan makanan pada manusia di SDN 060856 Medan Perjuangan ?

1.5. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk:

1. Menganalisis hasil belajar IPA siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran pemecahan masalah dengan siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran langsung di SDN 060856 Medan Perjuangan.

2. Menganalisis hasil belajar IPA siswa dengan tingkat kreativitas di SDN 060856 Medan Perjuangan.

3. Menganalisis interaksi antara model pembelajaran pemecahan masalah dengan kreativitas dalam mempengaruhi hasil belajar IPA siswa di SDN 060856 Medan Perjuangan.


(20)

11

1.6 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian diharapkan dapat bermanfaat dalam mengembangkan ilmu pengetahuan, khususnya pada mata pelajaran IPA terutama dalam penggunaan model pembelajaran pemecahan masalah, kreativitas dan hasil belajar siswa. Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Manfaat Teoritis

1. Bagi bidang pendidikan bermanfaat untuk memberikan inspirasi dalam mengembangkan model-model pembelajaran kreatif dan inovatif untuk meningkatkan kreativitas bagi siswa.

2. Bagi bidang psikologi bermanfaat untuk meningkatkan inspirasi peserta didik dalam hal kreativitas pada setiap proses pembelajaran.

b. Manfaat Praktis

1. Untuk guru, sebagai informasi untuk menambah wawasan untuk dapat menerapkan model pembelajaran pemecahan masalah.

2. Untuk siswa, sebagai sarana untuk terus dapat meningkatkan kemampuan

dalam kreativitas pada proses pembelajaran dan meningkatkan hasil belajar IPA.

3. Untuk sekolah, sebagai informasi untuk menerapkan model pembelajaran yang lebih kreatif dan menyenangkan.


(21)

98 BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

5.1. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dikemukakan sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Hasil belajar IPA siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran

pemecahan masalah lebih baik daripada hasil belajar IPA siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran langsungdi SDN 060856 Medan, yaitu diperoleh rata-rata hasil belajar sebesar 80,667 lebih tinggi dibanding dengan model pembelajaran langsung sebesar 63,667.

2. Tingkat kreativitas tinggi mempengaruhi hasil belajar IPA siswa lebih baik

dibanding kreativitas rendah, yaitu rata-rata hasil belajar siswa yang memiliki kreativitas tinggi 74,15 lebih tinggi dibanding rata-rata skor hasil belajar siswa yang memiliki kreativitas rendah 62,11.

3. Terdapat interaksi antara model pembelajaran pemecahan masalah dan

model pembelajaran langsung dengan kreativitas siswa dalam

mempengaruhi hasil belajar IPA siswa. Hal ini terjadi karena nilai hasil belajar IPA kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran pemecahan masalah memberikan hasil yang berbeda pada tingkat kreativitas belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari hasil belajar IPA yang diperoleh siswa yang memiliki tingkat kreativitas tinggi hasilnya


(22)

99

lebih baik atau lebih tinggi dibanding dengan siswa yang memiliki kreativitas rendah. Sedangkan nilai hasil belajar pada kelas kontrol dengan kreativitas tinggi dan kreativitas rendah mengalami kenaikan yang tidak signifikan seperti hal nya terjadi pada kelas eksperimen.

5.2 Implikasi

Pembelajaran adalah aktivitas pencapaian kompetensi, seorang guru yang menginginkan siswanya memperoleh kompetensi seyogyanya harus berupaya memikirkan model pembelajaran yang sesuai yang akan digunakan dalam pencapaian kompetensi pembelajaran, karena berbeda kompetensi yang akan dicapai berbeda model pencapaiannya, dengan kata lain model pembelajaran yang berbeda. Seperti hasil penelitian ini yang akan menunjukkan bahwa secara rata-rata hasil belajar IPA siswa SD yang dibelajarkan dengan model pembelajaran pemecahan masalah lebih tinggi dari yang dibelajarkan dengan model pembelajaran langsung. Hal ini memberikan petunjuk bahwa dalam pembelajaran IPA, model pembelajaran pemecahan masalah lebih tepat untuk diterapkan daripada model pembelajaran langsung.

Pembelajaran IPA dengan model pembelajaran pemecahan masalah tidak hanya berorientasi pada produk tetapi berorientasi pada proses. Fokus pembelajaran ditujukan pada kemampuan siswa mengajukan pertanyaan, mengajukan hipotesis serta melakukan penyelidikan untuk menjawab pertanyaan yang mereka ajukan. Dengan demikian, pembelajaran tidak hanya berorientasi pada kemampuan siswa dalam merefleksikan apa yang dikerjakan atau


(23)

100

diinformasikan guru. Penekanan pembelajaran terletak pada kemampuan siswa untuk mengemukakan gagasan dan mengemukakan gagasan dan mengorganisasi ide-ide sehingga mereka dapat menemukan dan membentuk pengetahuan mereka sendiri. Dalam pembelajaran guru harus mampu merancang masalah yang sesuai dengan permasalahan-permasalahan yang ditemui siswa dalam kehidupan sehari-harinya.

Implikasi pembelajaran pemecahan masalah dalam pembelajaran IPA membutuhkan guru yang dapat menciptakan suasana kondusif dan responsive yang mengarahkan siswa siap melaksanakan pembelajaran, guru hendaknya berperan sebagai fasilitator dan motivator pembelajaran. Peran sebagai fasilitator dan motivator pembelajaran akan memberikan kesempatan yang luas dan dorongan kepada siswa untuk dapat melakukan kegiatan penyelidikan sehingga dengan hasil analisis terhadap hasil penyelidikannya siswa dapat mengemukakan ide dan gagasannya untuk menarik kesimpulan tentang konsep-konsep IPA dan gagasannya menarik kesimpulan tentang konsep-konsep IPA berdasarkan hasil penyelidikannya bukan karena kebutuhan guru.

Model pembelajaran pemecahan masalah selalu mempertimbangkan perkembangan struktural kognitif siswa. Pemberian pengalaman bagi siswa

menjadikan siswa sebagai siswa aktif yang mengkonstruksi sendiri

pengetahuannya melalui interaksi dan tindakan siswa menyesuaikan konsep dan ide-ide baru dengan kerangka struktur kognitif siswa, melakukan analisis terhadap apa yang dipelajarinya dengan apa yang telah ia ketahui dengan apa yang ia perlukan dalam pengalaman yang baru.


(24)

101

Implikasi dari perbedaan karakteristik siswa dari segi tingkat kemampuan kreativitas mengisyaratkan kepada guru untuk memilih model pembejaran yang dipertimbangkan pada tingkat kemampuan kreativitas siswa. Hal ini patut dilakukan karena tingkat kemampuan kreativitas siswa akan berperan terhadap siswa akan berperan terhadap siswa pada tahapan kegiatan pembelajaran yang dilakukan.

Oleh karena itu, kegiatan pembelajaran hendaknya dirancang dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpartisipasi aktif dalam pembelajaran sehingga dapat merangsang kemampuan berpikir kognitif, afektif maupun psikomotornya. Pemberian masalah-masalah kontekstual dapat menarik perhatian dan mengundang rasa ingin tahu siswa untuk membahas dan menyelesaikan permasalahan yang diberikan dengan langkah-langkah dan tahapan yang sesuai dengan tingkat kreativitas siswa itu sendiri sehingga pada akhirnya akan memahami keterkaitan antara materi pelajaran IPA di sekolah dengan kehidupan sehari-hari. Oleh sebab itu, model pembelajaran yang diterapkan harus sesuai tingkat kemampuan berpikir siswa.

Hasil penelitian ini juga menunjukkan terdapat interaksi model pembelajaran dan tingkat kreativitas tinggi terhadap hasil belajar IPA. Interaksi tersebut terindikasi dari siswa dengan tingkat kreativitas rendah dan dibelajarkan dengan model pembelajaran langsung, sedangkan bagi siswa dengan tingkat kreativitas tinggi dan dibelajarkan dengan model pembelajaran pemecahan masalah secara rata-rata lebih tinggi dibandingkan dengan menggunakan model pembelajaran langsung. Dengan demikian dapat dipahami bahwa model


(25)

102

pembelajaran pemecahan masalah sesuai untuk siswa dengan tingkat kreativitas tinggi dan model pembelajaran langsung lebih efektif untuk membelajarkan siswa dengan tingkat kreativitas rendah.

Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa untuk meningkatkan hasil belajar IPA dipengaruhi oleh model pembelajaran yang diterapkan oleh guru dan tingkat kreativitas siswa. Dalam hal ini antara guru dan siswa mempunyai peranan yang sama dan berarti dalam meningkatkan hasil belajar IPA itu sendiri, dengan demikian untuk mencapai hasil belajar yang maksimal maka kedua variabel tersebut yaitu model pembelajaran dan tingkat kreativitas siswa perlu dipertimbangkan oleh guru.

Hasil penelitian ini berimplikasi terhadap Kepala Sekolah SDN 060856 Medan, beserta guru-guru mata pelajaran IPA. Melihat perbaikan kemampuan siswa melalui model pembelajaran pemecahan masalah, sebaiknya yang berkompeten dengan pendidikan melakukan pelatihan atau semacam workshop tentang model pembelajaran terhadap guru dan bagaimana merancang, menyusun dan melaksanakan kegiatan pembelajaran sesuai dengan model pembelajaran yang dikembangkan. Dampak dari pelatihan ini mengakibatkan guru-guru memiliki beberapa model pembelajaran yang diterapkan selama kegiatan belajar mengajar.

5.3 Saran

Berdasarkan hasil dan simpulan penelitian ini, maka penelti memiliki beberapa saran sebagai berikut :


(26)

103

1. Guru yang hendak menggunakan model pembelajaran pemecahan masalah

memperoleh manfaat terhadap peningkatan hasil belajar siswa dan kreativitas siswa melalui penerapan langkah-langkah berikut yaitu : (1) mendorong siswa untuk mencari dan menggali lebih dalam mengenai konsep-konsep alam sekelilingnya melalui percobaan, (2) siswa akan lebih kreatif dalam belajar melalui belajar kelompok, (3) setiap siswa akan mendapatkan kesempatan yang sama dalam berbicara, (4) dialog dan komunikasi antara siswa menjadikan suasana belajar lebih menyenangkan.

2. Kepala sekolah agar menghimbau guru-guru untuk menambah

kepustakaan dan dapat menerapkannya ke siswanya selama kegiatan belajar mengajar. Dengan mengadakan workshop atau pelatihan mengenai model pembelajaran pemecahan masalah.

3. Untuk penelitian lanjutan, hendaknya dapat melanjutkan penelitian ini

dengan menambah variabel-variabel lain, misalnya konsep diri, minat, gaya berpikir dan pengalaman siswa berdiskusi berkelompok.


(27)

104

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, M. (2003). Pendidikan Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Afcariono, M. (2008). Penerapan Model Pembelajaran PBL untuk Meningkatkan Kemapuan Berpikir Kreatif Siswa pada Mata Pelajaran Biologi. Jurnal

Pendidikan Inovatif, 3(2):65-68

Ahmadi. (2009). Psikologi Belajar. Jakarta : Rineka Cipta

Anderson, W.L., Sensibaugh, C.A., Osgood, M.P., & Mitchell, S.M.. (2011). What Really Matters: Assessing Individual Problem-Solving Performance in the Context of Biological Sciences. Georgia Southern University. International, Journal for the Scholarship of Teaching and Learning. 5(1): 1931-4744.

Anita. D. (2013). Pengaruh Model Problem Based Learning Berbasis Kolaboratif Dengan Media eXe Learning Terhadap Kreativitas dan Hasil Belajar

Siswa SMA Pada Pokok Bahasan Hidrolisis Garam. Medan: Tesis

Pascasarjana Universitas Negeri Medan.

Anonim. (2003). Kurikulum Berbasisi Kompetensi. Jakarta: Departemen

Pendidikan Nasional.Arikunto, S. 2003. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Aqib, Z., (2012), Pendidikan Karakter di Sekolah (Membangun Karakter

dan Kepribadian anak), Bandung: Yrama Widya

Arends, Richard I. (2008). Learning to Teach Belajar untuk Mengajar.

(Edisi Ketujuh/ Buku Dua). Terjemahan Helly Pajitno Soetjipto &

Sri Mulyantini Soetjipto. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktik Edisi Revisi VI). Jakarta: Rineka Cipta.

As’ari. (2006). Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung:

Universitas Pendidikan Indonesia.

Aydeniz, M. Dkk. (2012). Using Inquiry-Based Instruction for Teaching Science

to Students with Learning Disabilities. International Journal of Special


(28)

105

Bloom, B, S. (1956). Taxonomy of Educational Objective: Hand Book I:

Cognitive Domain. New York.

Daryanto. (2009). Panduan Proses Pembelajaran Kreatif dan Inovatif. Jakarta: AV Publisher.

Deporter, B., Reardon, M, dan Singer-Norie Sarah, (2007). Quantum Teaching, Kaifa, Bandung.

Djamarah,S.B. (2006). Stategi Belajar Mengajar, Rineka Cipta, Jakarta. Dimyati. (2008). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Gagne, R, M. (1992). Principles of Instructional. New York: Holt, Rinehart and Winston Inc.

Hake, R. (1999). Analyzing Change/Gain Score. (Online). Tersedia :

http:www.physic.indiana.edu/-sdi/Analyzing change-gain.pdf.

Hamalik, O. (2008). Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara. Istarani, (2012). Model Pembelajaran Inovatif. Media Persada Medan.

Jahro, M., (2009), Desain Praktikum Alternatif Sederhana (PAS) Wujud Kreativitas Guru Dalam Pelaksanaan Kegiatan Praktikum Pada Pembelajaran Kimia, Jurnal Pendidikan Kimia ISBN: 2085-3653

Kaharu. (2010). Pengembangan Hipermedia Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep dan Keterampilan Berpikir Kreatif Mahasiswa dalam Pembelajaran Rangkaian Listrik Arus Searah. Tesis PPS UPI Bandung: Tidak Diterbitkan. Killey, N, M, S. (2005). Peningkatan Penguasaan Konsep dan Hasil Belajar

Mahasiswa Jurusan Pendidikan Biologi dalam Mata Kuliah Kalkulus I

dengan Penerapan Strategi Pembelajaran Kontekstual melalui

Pendekatan Pemecahan Masalah. Singaraja: Fakultas Pendidikan MIPA,

IKIP Negeri Singaraja.

Krulik, S. (1995). The New Sourcebook for Teaching Reasoning and Problem

Solving in Elementary School. Boston: Temple University.

Liliasari. (2005). Membangun Keterampilan Berpikir Manusia Indonesia Melalui

Pendidikan Sains. Pidato Pengukuhan Guru Besar Tetap dalam Ilmu

Pendidikan IPA. Universitas Pendidikan Indonesia.

Manurung, Sri. L. (2010). Peningkatan Kemampuan Pemahaman Matematis dan


(29)

106

Pembelajaran Crative Problem Solving (CPS) dengan Menggunakan

Software Autograph. Medan. Program Pascasarjana Unimed.

Marsound, D. (2005). Improving Math Education in Elementary School: A Short

Book for Teachers. Oregon: University of Oregon.

Masaaki, A., (2012). Dialog dan Kolaborasi di sekolah Menengah Pertama

Praktek “Learning Community” Pelita Kerjasama Dikna, Kemenag

dan Jica.

Munandar, U., (2009), Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat, Rineka Cipta, Jakarta.

Muslimah, Yuliatun., (2012)., Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa pada Materi Hidrolisis Garam Melalui Model Student Teams Achievement

division (STAD). JURNAL VIDYA KARYA I JILID 27 No. 01, Kabupaten Tabalong.

Nasution, R., (2009), Pengaruh Penggunaan Pembelajaran Berbasis Masalah dengan Media Komputer Terhadap Motivasi Intrinsik dan Hasil Belajar

Siswa, Tesis, Program Pascasarjana Unimed, Medan.

Ngatino, (2011), Pembelajaran Berbasis Masalah yang terintegrasi dengan

Media Animasi dalam Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Siswa,

Tesis, Program Pascasarjana Unimed, Medan

Northcott, B; Milliszewska & Dakich, E. (2007). ICT for Inspiring Creative Thinking. Proceeding Ascillite Singapore.

Nurhadi, G, A. (2011). Pembelajaran Kontekstual dan Penerapannya Dalam KBK. Malang: Universitas Negeri Malang.

Prawiradelaga.S., (2002), Pembelajaran Kooperatif. Bumimedia, Yogyakarta Purwanto, M, N. (2006). Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya. Putrayasa, I.B. (2012). Landasan Pembelajaran. Singaraja : Undiksha Press

Rosmalinda, Desy, dkk, (2013), Pengembangan Modul Praktikum IPA SD

Berbasis PBL (Problem Based Learning,. Jurnal) Edu-Sains Volume 2

No. 2 Juli 2013

Rudnick, J, A. (1995). The New Sourcebook for Teaching Reasoning and Problem


(30)

107

Rusmono. (2012). Model-Model Pembelajaran. Jakarta : Raja Grafindo Persada

Shadiq, F. (2004). Pemecahan Masalah, Penalaran, dan Komunikasi. http://fadjarp3g.wordpress.com/2007/10/09/what-research-says-about-mathematical-problem-solving (diakses 12 Desember 2016).

Silirawati, Das., (2010), Praktikum IPA Sederhana Berbasis Lingkungan, Makalah Disampaikan Pada Kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat

Kerjasama yang berjudul “Pelatihan Pengelolaan Laboratorium IPA Untuk

Guru-Guru IPA Kabupaten Sleman”.

Sipayung, V.N., (2011). Pengaruh Kreativitas dalm Pembelajaran Kontekstual

Terhadap Hasil Belajar Siswa SMA, Tesis, Program Pascasarjana Unimed,

Medan.

Siwalatri. (2013). Pengaruh Pembelajaran Kontekstual Berbantuan Media Gambar Terhadap Hasil Belajar IPS Ditinjau Dari Motivasi Berprestasi Siswa

Kelas IV SD Negeri 1 Semarapura Tengah. e-Journal Program

PascasarjanaUniversitas Pendidikan Ganesha Program Studi Pendidikan

Dasar. (Online), Vol 3 No. 1A, (http://www.pasca.undiksha.ac.id, diakses

04 Maret 2015)

Slavin, R, E. (2008). Cooperative Learning: Teori, Riset, dan Praktik, Terjemahan Nurulita Yusron. Bandung: Nusa Media.

Student Teachers. (2010). Journal of Turkish Science Education, Volume 7. Sudjana, N. (2001). Penilaian Hasil dan Proses Hasil Belajar. Bandung: Remaja

Rosdakarya.

Sudjana, N., dan Rivai A. (2002). Media Pengajaran. Bandung: Sinar Baru Algensindo.

Sudirman., dkk. 1992. Ilmu Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Suherman, E., & Winataputra, U. (2001). Common TexBook Strategi

Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: Jurusan Pendidikan

Matematika UPI Bandung.

Suprapto. (2004). Pengaruh Penggunaan Metode Pemecahan Masalah Topik

Kubus dan Balok Terhadap Prestasi Belajar Matematika Ditinjau dari

Kemampuan Kognitif pada Siswa Kelas 1 SLTP N 7 Klaten, Tesis.


(31)

108

Suwarkono. (2004). Penilaian Pembelajaran Matematika Pada Kurikulum 2004.

Jakarta: Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan DKI Jakarta.

Syah, M., (2004). Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Remaja Rosdakarya, Bandung.

Tang, O.S. (2009). Problem Based Learning and Creativity. Singapore: Cengage Learning

Tawil (2011). Pengembangan Pembelajaran Berbasis Simulasi Komputer Pada Perkuliahan Gelombang dan Optika Untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kreatif Calon Guru Fisika. Disertasi SPS UPI Bandung : Tidak Diterbitkan

Trianto. (2011). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progesif. Jakarta : Kencana

Wang, P.H. (2013). The Learning Effectiviness of Inquiry-Based Instruction

Among Vocational High School Students. Educational Research

International, Vol. 2 No.2.

Widodo, A. (2006). Profil Pertanyaan Guru dan Siswa dalam Pembelajaran Sains: The Feature Of Teachers’ and Students’ Questions In Science

Lessons,Vol.4,No.2,http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/4206139148.pdf

. (diakses 1 September 2016).

Williamson, V, M., (2002). Group Problem Solving Versus Lecture in College-Level Quantitative Anakysis: The Good, The Bad, and The Ugly. Journal

of Chemical Education. 79(9): 1131-1134.

Zebua, Septa.S.R.W., (2010), Pengaruh Mesdia eXe Learning Dalam

Pembelajaran Berbasis Masalah Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada


(1)

1. Guru yang hendak menggunakan model pembelajaran pemecahan masalah memperoleh manfaat terhadap peningkatan hasil belajar siswa dan kreativitas siswa melalui penerapan langkah-langkah berikut yaitu : (1) mendorong siswa untuk mencari dan menggali lebih dalam mengenai konsep-konsep alam sekelilingnya melalui percobaan, (2) siswa akan lebih kreatif dalam belajar melalui belajar kelompok, (3) setiap siswa akan mendapatkan kesempatan yang sama dalam berbicara, (4) dialog dan komunikasi antara siswa menjadikan suasana belajar lebih menyenangkan. 2. Kepala sekolah agar menghimbau guru-guru untuk menambah

kepustakaan dan dapat menerapkannya ke siswanya selama kegiatan belajar mengajar. Dengan mengadakan workshop atau pelatihan mengenai model pembelajaran pemecahan masalah.

3. Untuk penelitian lanjutan, hendaknya dapat melanjutkan penelitian ini dengan menambah variabel-variabel lain, misalnya konsep diri, minat, gaya berpikir dan pengalaman siswa berdiskusi berkelompok.


(2)

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, M. (2003). Pendidikan Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Afcariono, M. (2008). Penerapan Model Pembelajaran PBL untuk Meningkatkan Kemapuan Berpikir Kreatif Siswa pada Mata Pelajaran Biologi. Jurnal Pendidikan Inovatif, 3(2):65-68

Ahmadi. (2009). Psikologi Belajar. Jakarta : Rineka Cipta

Anderson, W.L., Sensibaugh, C.A., Osgood, M.P., & Mitchell, S.M.. (2011). What Really Matters: Assessing Individual Problem-Solving Performance in the Context of Biological Sciences. Georgia Southern University. International, Journal for the Scholarship of Teaching and Learning. 5(1): 1931-4744.

Anita. D. (2013). Pengaruh Model Problem Based Learning Berbasis Kolaboratif Dengan Media eXe Learning Terhadap Kreativitas dan Hasil Belajar Siswa SMA Pada Pokok Bahasan Hidrolisis Garam. Medan: Tesis Pascasarjana Universitas Negeri Medan.

Anonim. (2003). Kurikulum Berbasisi Kompetensi. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.Arikunto, S. 2003. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Aqib, Z., (2012), Pendidikan Karakter di Sekolah (Membangun Karakter dan Kepribadian anak), Bandung: Yrama Widya

Arends, Richard I. (2008). Learning to Teach Belajar untuk Mengajar. (Edisi Ketujuh/ Buku Dua). Terjemahan Helly Pajitno Soetjipto &

Sri Mulyantini Soetjipto. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktik Edisi Revisi VI). Jakarta: Rineka Cipta.

As’ari. (2006). Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung:

Universitas Pendidikan Indonesia.

Aydeniz, M. Dkk. (2012). Using Inquiry-Based Instruction for Teaching Science to Students with Learning Disabilities. International Journal of Special Education, Vol. 27, No.2.


(3)

Bloom, B, S. (1956). Taxonomy of Educational Objective: Hand Book I: Cognitive Domain. New York.

Daryanto. (2009). Panduan Proses Pembelajaran Kreatif dan Inovatif. Jakarta: AV Publisher.

Deporter, B., Reardon, M, dan Singer-Norie Sarah, (2007). Quantum Teaching, Kaifa, Bandung.

Djamarah,S.B. (2006). Stategi Belajar Mengajar, Rineka Cipta, Jakarta. Dimyati. (2008). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Gagne, R, M. (1992). Principles of Instructional. New York: Holt, Rinehart and Winston Inc.

Hake, R. (1999). Analyzing Change/Gain Score. (Online). Tersedia : http:www.physic.indiana.edu/-sdi/Analyzing change-gain.pdf.

Hamalik, O. (2008). Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara. Istarani, (2012). Model Pembelajaran Inovatif. Media Persada Medan.

Jahro, M., (2009), Desain Praktikum Alternatif Sederhana (PAS) Wujud Kreativitas Guru Dalam Pelaksanaan Kegiatan Praktikum Pada Pembelajaran Kimia, Jurnal Pendidikan Kimia ISBN: 2085-3653

Kaharu. (2010). Pengembangan Hipermedia Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep dan Keterampilan Berpikir Kreatif Mahasiswa dalam Pembelajaran Rangkaian Listrik Arus Searah. Tesis PPS UPI Bandung: Tidak Diterbitkan. Killey, N, M, S. (2005). Peningkatan Penguasaan Konsep dan Hasil Belajar

Mahasiswa Jurusan Pendidikan Biologi dalam Mata Kuliah Kalkulus I dengan Penerapan Strategi Pembelajaran Kontekstual melalui Pendekatan Pemecahan Masalah. Singaraja: Fakultas Pendidikan MIPA, IKIP Negeri Singaraja.

Krulik, S. (1995). The New Sourcebook for Teaching Reasoning and Problem Solving in Elementary School. Boston: Temple University.

Liliasari. (2005). Membangun Keterampilan Berpikir Manusia Indonesia Melalui Pendidikan Sains. Pidato Pengukuhan Guru Besar Tetap dalam Ilmu Pendidikan IPA. Universitas Pendidikan Indonesia.

Manurung, Sri. L. (2010). Peningkatan Kemampuan Pemahaman Matematis dan Berpikir Kritis Siswa Kritis Siswa Melalui Penerapan Model


(4)

Pembelajaran Crative Problem Solving (CPS) dengan Menggunakan Software Autograph. Medan. Program Pascasarjana Unimed.

Marsound, D. (2005). Improving Math Education in Elementary School: A Short Book for Teachers. Oregon: University of Oregon.

Masaaki, A., (2012). Dialog dan Kolaborasi di sekolah Menengah Pertama Praktek “Learning Community” Pelita Kerjasama Dikna, Kemenag dan Jica.

Munandar, U., (2009), Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat, Rineka Cipta, Jakarta.

Muslimah, Yuliatun., (2012)., Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa pada Materi Hidrolisis Garam Melalui Model Student Teams Achievement

division (STAD). JURNAL VIDYA KARYA I JILID 27 No. 01, Kabupaten Tabalong.

Nasution, R., (2009), Pengaruh Penggunaan Pembelajaran Berbasis Masalah dengan Media Komputer Terhadap Motivasi Intrinsik dan Hasil Belajar Siswa, Tesis, Program Pascasarjana Unimed, Medan.

Ngatino, (2011), Pembelajaran Berbasis Masalah yang terintegrasi dengan Media Animasi dalam Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Siswa, Tesis, Program Pascasarjana Unimed, Medan

Northcott, B; Milliszewska & Dakich, E. (2007). ICT for Inspiring Creative Thinking. Proceeding Ascillite Singapore.

Nurhadi, G, A. (2011). Pembelajaran Kontekstual dan Penerapannya Dalam KBK. Malang: Universitas Negeri Malang.

Prawiradelaga.S., (2002), Pembelajaran Kooperatif. Bumimedia, Yogyakarta Purwanto, M, N. (2006). Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya. Putrayasa, I.B. (2012). Landasan Pembelajaran. Singaraja : Undiksha Press Rosmalinda, Desy, dkk, (2013), Pengembangan Modul Praktikum IPA SD

Berbasis PBL (Problem Based Learning,. Jurnal) Edu-Sains Volume 2 No. 2 Juli 2013

Rudnick, J, A. (1995). The New Sourcebook for Teaching Reasoning and Problem Solving in Elementary School. Boston: Temple University.


(5)

Rusmono. (2012). Model-Model Pembelajaran. Jakarta : Raja Grafindo Persada

Shadiq, F. (2004). Pemecahan Masalah, Penalaran, dan Komunikasi. http://fadjarp3g.wordpress.com/2007/10/09/what-research-says-about-mathematical-problem-solving (diakses 12 Desember 2016).

Silirawati, Das., (2010), Praktikum IPA Sederhana Berbasis Lingkungan, Makalah Disampaikan Pada Kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat Kerjasama yang berjudul “Pelatihan Pengelolaan Laboratorium IPA Untuk Guru-Guru IPA Kabupaten Sleman”.

Sipayung, V.N., (2011). Pengaruh Kreativitas dalm Pembelajaran Kontekstual Terhadap Hasil Belajar Siswa SMA, Tesis, Program Pascasarjana Unimed, Medan.

Siwalatri. (2013). Pengaruh Pembelajaran Kontekstual Berbantuan Media Gambar Terhadap Hasil Belajar IPS Ditinjau Dari Motivasi Berprestasi Siswa Kelas IV SD Negeri 1 Semarapura Tengah. e-Journal Program PascasarjanaUniversitas Pendidikan Ganesha Program Studi Pendidikan Dasar. (Online), Vol 3 No. 1A, (http://www.pasca.undiksha.ac.id, diakses 04 Maret 2015)

Slavin, R, E. (2008). Cooperative Learning: Teori, Riset, dan Praktik, Terjemahan Nurulita Yusron. Bandung: Nusa Media.

Student Teachers. (2010). Journal of Turkish Science Education, Volume 7. Sudjana, N. (2001). Penilaian Hasil dan Proses Hasil Belajar. Bandung: Remaja

Rosdakarya.

Sudjana, N., dan Rivai A. (2002). Media Pengajaran. Bandung: Sinar Baru Algensindo.

Sudirman., dkk. 1992. Ilmu Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Suherman, E., & Winataputra, U. (2001). Common TexBook Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: Jurusan Pendidikan Matematika UPI Bandung.

Suprapto. (2004). Pengaruh Penggunaan Metode Pemecahan Masalah Topik Kubus dan Balok Terhadap Prestasi Belajar Matematika Ditinjau dari Kemampuan Kognitif pada Siswa Kelas 1 SLTP N 7 Klaten, Tesis.


(6)

Suwarkono. (2004). Penilaian Pembelajaran Matematika Pada Kurikulum 2004. Jakarta: Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan DKI Jakarta.

Syah, M., (2004). Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Remaja Rosdakarya, Bandung.

Tang, O.S. (2009). Problem Based Learning and Creativity. Singapore: Cengage Learning

Tawil (2011). Pengembangan Pembelajaran Berbasis Simulasi Komputer Pada Perkuliahan Gelombang dan Optika Untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kreatif Calon Guru Fisika. Disertasi SPS UPI Bandung : Tidak Diterbitkan

Trianto. (2011). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progesif. Jakarta : Kencana

Wang, P.H. (2013). The Learning Effectiviness of Inquiry-Based Instruction Among Vocational High School Students. Educational Research International, Vol. 2 No.2.

Widodo, A. (2006). Profil Pertanyaan Guru dan Siswa dalam Pembelajaran Sains: The Feature Of Teachers’ and Students’ Questions In Science Lessons,Vol.4,No.2,http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/4206139148.pdf . (diakses 1 September 2016).

Williamson, V, M., (2002). Group Problem Solving Versus Lecture in College-Level Quantitative Anakysis: The Good, The Bad, and The Ugly. Journal of Chemical Education. 79(9): 1131-1134.

Zebua, Septa.S.R.W., (2010), Pengaruh Mesdia eXe Learning Dalam Pembelajaran Berbasis Masalah Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Pokok Bahasan Laju Reaksi, Tesis, Pascasarjana, Unimed, Medan.