PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) DAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA SMP SWASTA AR-RAHMAN MEDAN.

(1)

(2)

(3)

(4)

i

ABSTRAK

Desi Novitri (NIM : 8146182004) Pengaruh Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) dan Kemampuan Berpikir Kritis Terhadap Hasil Belajar Siswa SMP Swasta Ar-Rahman Medan.

Adapun masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini dibatasi pada model pembelajaran yang dipilah atas model pembelajaran CTL dan model pembelajaran ekspositori. Karakteristik peserta didik dibatasi pada kemampuan berpikir kritis tinggi dan kemampuan berpikir kritis rendah. Penelitian ini bertujuan:Untuk mengetahui apakah hasil belajar Pendidikan Kewarganegaraan siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran CTL lebih tinggi dari pada siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran ekspositori,hasil belajar Pendidikan Kewarganegaraan siswa yang memiliki kemampuan berpikir kritis tinggi lebih tinggi dari pada siswa yang memiliki kemampuan berpikir kritis rendah,terdapat interaksi antara model pembelajaran dan kemampuan berpikir kritis terhadap hasil belajar Pendidikan Kewarganegaraan. Sampel dalam penelitian ini dilakukan secara cluster random sampling sebanyak dua kelas, dimana kelas pertama sebagai kelas eksperimen diterapkan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning dan kelas kedua sebagai kelas kontrol diterapkan model pembelajaran Ekspositori. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu instrumen teshasil belajar dalam bentuk pilihan ganda sebanyak 30 soal dan insrumentes berpikir kritis sebanyak 20 soal yang telah dinyatakan valid dan reliabel.Teknik pengolahan data menggunakan statistik anava dua jalur dengan desain faktorial. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa hasil belajar PKn peserta didik yang diajarkan denganModel pembelajaran Contextual Teaching and Learning lebih tinggi dari peserta didik yang diajarkan dengan model pembelajaran Ekspositori, hasil belajar PKn peserta didik yang memiliki kemampuan berpikir kritis tinggi lebih tinggi dari peserta didik yang memiliki kemampuan berpikir kritis rendah dan ada interaksi antara Model Pembelajaran dan keterampilan berpikir kritis terhadap hasil belajar PKn model pembelajaran Contextual Teaching and Learning dan Kemampuan berpikir kritis berinteraksi dalam mempengaruhi hasil belajar siswa dan tidak terdapat interaksi antara berpikir kritis tinggi dan rendah pada model pembelajaran Ekspositori.


(5)

ii ABSTRACT

Desi Novitri (NIM: 8146182004) Effects of Contextual Learning Model of Teaching and Learning (CTL) and Critical Thinking Ability Towards Learning Outcomes SMP Ar-Rahman Medan.

As for the issue that will be examined in this study is limited to the learning model disaggregated on the learning model CTL and model of expository. Characteristics of students is limited to high critical thinking skills and the ability to think critically low. This study aims: To determine whether learning outcomes Civic education students taught learning model CTL was higher than students taught by learning model expository, learning outcomes Civic education students who have the ability to think critically high is higher than the students who have the ability to think critically low, there is an interaction between the learning model and ability to think critically about the learning outcomes of Civic Education. The sample in this study conducted in cluster random sampling two classes, of which the first class as experiment class applied learning models Contextual Teaching and Learning and second class as control class applied learning models Expository. Instruments used in this research achievement test in the form of multiple choice as many as 30 questionsand critical thinking test of 20 questions that have been declared valid and reliable. Statistical data processing techniques using anava two ways with a factorial design.The results were found: learning outcomes Civic education students taught learning model CTL was higher than students taught by learning model expository, learning outcomes Civic education students who have the ability to think critically high is higher than the students who have the ability to think critically low, there is interaction between the learning model and critical thinking ability to the learning outcomes Civics learning model Contextual teaching and learning and critical thinking ability to interact in influencing student learning outcomes and there is no interaction between the high and low critical thinking on Expository learning model.

Keywords:Critical thinking, Contextual Teaching and Learning, Learning Outcomes


(6)

iii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirobbil’alamin, puji dan syukur penulis sampaikan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga tesis yang berjudul “PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) DAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA DI SMP AR-RAHMAN MEDAN” dapat diselesaikan. Tesis ini disusun dalam rangka memenuhi persyaratan dan memperoleh gelar Magister Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Dasar di Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan.

Tesis ini dalam proses penulisan banyak menemui hambatan dan rintangan namun dengan segala upaya maksimal yang dilakukan penulis serta bantuan dari berbagai pihak, akhirnya tesis ini dapat selesai tepat waktu. Atas bantuan yang diberikan, maka penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. Deny Setiawan M,Si, selaku pembimbing I dan Dr. Evi Eviyanti, M.Pd selaku pembimbing II yang telah banyak meluangkan waktu dalam mengarahkan, memotivasi serta memberikan nasehat kepada penulis dalam penyelesaian tesis ini. 2. Prof. Dr. Anita Yus, M.Pd selaku ketua Program Studi Pendidikan Dasar dan Dr.

Daulat Saragih, M.Pd selaku Sekretaris Program Studi Pendidikan Dasar Pascasarjana UNIMED.

3. Prof. Dr. Bornok Sinaga, M.Pd,selaku Direktur PPs UNIMED.

4. Bapak/Ibu Dosen di lingkungan Program Studi Pendidikan Dasar yang telah banyak memberikan ilmu pengetahuan yang sangat bermakna bagi penulis.


(7)

iv

5. Bapak Muhammad Yulfikar Akmal, S.Pd.I selaku Kepala SMP AR-RAHMAN beserta seluruh dewan guru yang telah memberikan kesempatan dan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian.

6. Teristimewa buat ayahanda tercinta Zulkani dan ibunda Zulfikar (almarhum) yang telah membesarkan dan membimbing penulis menjadi yang lebih baik, dan buat adikku Rina Susanti.

7. Etek tersayang (Erlis) dan pak etek (Asdin) serta adik-adikku Yuni Erlia dan Nabilla yang senantiasa memberi motivasi dan do’a.

8. Uda yang senantiasa memberikan nasihat, motivasi dan do’a.

9. Teman-teman Program Studi Pendidikan Dasar Angkatan XXVyang sangat membantu dalam memberikan motivasi bagi penulis sehingga dapat menyelesaikan studi dan penulisan tesis ini.

Dengan segala kerendahan hati penulis mengakui bahwa Tesis ini masih perlu perbaikan dalam rangka penyempurnaan, oleh karenanya kritik, saran yang sifatnya membangun sungguh sangat diperlukan. Akhirnya penulis berharap semoga Tesis bermanfaat bukan hanya kepada penulis tetapi juga kepada pembaca yang membutuhkannya, Amin.

Medan, Mei 2016 Penulis,

Desi Novitri NIM. 8146182004


(8)

v DAFTAR ISI

Halaman ABSTRAK ... ABSTRACT ... KATA PENGANTAR ... DAFTAR ISI ... DAFTAR TABEL ... DAFTAR GAMBAR ... DAFTAR LAMPIRAN ... BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ... B. Identifikasi Masalah ... C. Pembatasan Masalah ... D. Rumusan Masalah ... E. Tujuan Penelitian ... F. Manfaat Penelitian ... BAB II KAJIAN TEORETIS, KERANGKA BERPIKIR DAN

PENGAJUAN HIPOTESIS

A. Kajian teoretis ... 1. Hakikat belajar dan hasil belajar pendidikan

kewarganegaraan ... 2. Hakikat model pembelajaran ... 3. Berpikir kritis ... B. Penelitian yang relevan ... C. Kerangka berpikir ...

1. Hasil belajar PKn siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran CTL Lebih tinggi dari pada siswa yang

diajarkan dengan model pembelajaranEkspositori ... 2. Hasil belajar PKn siswa yang memiliki kemampuan berpikir

kritis tinggi Lebih tinggi daripada siswa yang memiliki kemampuan berpikir kritis rendah ... 3. Interaksi model pembelajaran dan kemampuan berpikir kritis

terhadap hasil belajar PKn ... D. Pengajuan hipotesis penelitian... BAB III METODE PENELITIAN

A. Tempat dan waktu penelitian ... B. Populasi dan sampel penelitian ... C. Metode dan desain penelitian ... D. Variabel dan defenisi operasional penelitian ... E. Prosedur pelaksanaan penelitian ... F. Pengontrolan Perlakuan ... G. Teknik pengumpulan data ... H. Teknik Analisis Data ...

i ii iii v vii viii ix 1 2 9 10 10 11 13 13 22 43 49 50 50 52 54 55 57 57 58 59 61 65 67 68


(9)

vi

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi hasil penelitian ... B. Perlakuan ... C. Hasil Belajar ... 1. Hasil belajar model CTL dan Ekspositori ... 2. Hasil belajar berpikir kritis tinggi dan rendah ... 3. Hasil belajar model terhadap kemampuan berpikir kritis ... D. Analisis hasil belajar dan berpikir kritis berdasarkan tingkat

kognitif.

1. Analisis tingkat kognitif hasil belajar model CTL dan

ekspositori ... 2. Analisis tingkat kognitif hasil belajar keterampilan berpikir

kritis tinggi dan rendah ... 3. Analisis tingkat kognitif antara model pembelajaran terhadap kemampuan berpikir kritis ... E. Pengujian hipotesis ... F. Pembahasan hasil penelitian ...

1. Hasil belajar siswa yang diajarkan dengan menggunakan model CTL lebih tinggi daripada model pembelajaran

ekspositori ... 2. Hasil belajar kelompok siswa yang memiliki kemampuan

berpikir kritis tinggi lebih tinggi daripada hasil belajar siswa berpikir kritis rendah ... 3. Interaksi antara model pembelajaran CTL dan Ekspositori

dengan kemampuan berpikir kritis ... G. Keterbatasan Penelitian ... BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A. Kesimpulan ... B. Implikasi ... C. Saran ... DAFTAR PUSTAKA ...

77 79 81 81 84 88 92 93 94 96 99 99 104 107 108 109 110 110 112


(10)

vii

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Data hasil UAS PKn siswa SMP Ar-Rahman ... Tabel 2.1 Perbandingan model pembelajaran CTL dan model

pembelajaran Ekspositori ... Tabel 3.1 Rancangan Penelitian ... Tabel 3.3 Prosedur Model CTL ... Tabel 3.4 Kisi-kisi instrumen hasil belajar PKn ... Tabel 3.5 Kisi-kisi instrumen berpikir kritis ... Tabel 3.6 Interprestasi Koofesien Reliabilitas ... Tabel 3.7 Iterprestasi tingkat kesukaran ... Tabel 3.8 Interprestasi daya pembeda ... Tabel 4.1 Kemampuan berpikir kritis kelas CTL dan Ekspositori ... Tabel 4.2 pembagian kelompok berpikir kritis tinggi dan rendah ... Tabel 4.3 Hasil belajar kelas CTL dan Ekspositori ... Tabel 4.4 Uji normalitas hasil belajar siswa kelas CTL dan Ekspositori.. Tabel 4.5 Uji homogenitas hasil belajar siswa kelas CTL dan

Ekspositori ... . Tabel 4.6 Hasil belajar kemampuan berpikir kritis tinggi dan rendah ... Tabel 4.7 Uji normalitas hasil belajar kemampuan berpikir kritis ... Tabel 4.8 Uji homogenitas hasil belajar siswa kemampuan berpikir

kritis tinggi dan rendah ... Tabel 4.9 Hasil Model pembelajaran terhadap kemampuan berpikir

kritis ... Tabel 4.10 Uji normalitas hasil belajar model terhadap kemampuan

berpikir kritis ... Tabel 4.11 Uji homogenitas hasil belajar model terhadap kemampuan

berpikir kritis ... Tabel 4.12 Deskripsi statistik hasil belajar terhadap berpikir kritis ... Tabel 4.13 Data disain factorial rata-rata hasil belajar terhadap

kelompok berpikir kritis tinggi dan rendah ... Tabel 4.14 Hasil belajar berdasarkan tingkat kognitif model CTL dan

Ekspositori ... Tabel 4.15 Hasil belajar berpikir kritis tinggi dan rendah berdasarkan

tingkat kognitif ... Tabel 4.16 Hasil belajar kelas CTL dan Ekspositori berdasarkan tingkat

kognitif ... Tabel 4.17 Data faktor antar subjek ... Tabel 4.18 Uji homogenitas antar kelompok ... Tabel 4.19 Hasil perhitungan ANAVA dua Jalur ...

5 52 58 64 69 71 72 73 74 77 78 80 81 84 85 86 87 88 89 90 91 91 92 93 93 96 96 96


(11)

viii DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 Grafik kemampuan berpikir kritis kelas CTL dan

Ekspositori ... Gambar 4.2 Grafik hasil belajar kelas CTL dan Ekspositori ... Gambar 4.3 Diagram distribusi normal kelas CTL ... Gambar 4.4 Diagram distribusi normal kelas Ekspositori ... Gambar 4.5 Grafik hasil belajar kemampuan berpikir kritis ... Gambar 4.6 Diagram distribusi normal kemampuan berpikir kritis tinggi Gambar 4.7 Diagram distribusi normal kemampuan berpikir kritis

rendah ... Gambar 4.8 Grafik hasil belajar model pembelajaran terhadap

kemampuan berpikir kritis ... Gambar 4.9 Grafik hasil belajar berdasarkan tingkat kognitif model

CTL dan Ekspositori ... Gambar 4.10 Grafik hasil belajar berpikir kritis tinggi dan rendah

berdasaran tingkat kognitif ... Gambar 4.11 Grafik hasil belajar kelas CTL dan Ekspositori dengan

tingkat berpikir kritis tinggi dan rendah ... Gambar 4.12 Grafik interaksi model pembelajaran dan berpikir kritis ...

78 82 83 83 85 86 87 89 92 94 95 98


(12)

ix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Perhitungan validitas, reliabilitas tingkat kesukaran dan daya pembeda instrumen hasil belajar ... Lampiran 2 Perhitungan viliditas, reliabilitas tingkat kesukaran dan daya

pembeda instrumen berpikir kritis ... Lampiran 3 Silabus ... Lampiran 4 RPP ... Lampiran 5 Bahan ajar ... Lampiran 6 Soal tes hasil belajar ... Lampiran 7 Tes kemmpuan berpikir kritis ... Lampiran 8 Data hasil belajar kelas eksperimen dan kontrol ... Lampiran 9 Data hasil belajar berpikir kritis ... Lampiran 10 Data hasil belajar model terhadap berpikir kritis ... Lampiran 11 Uji normalitas dan homogenitas ... Lampiran 12 Anava ... Lampiran 13 Data hasil berpikir kritis ...

115 126 132 136 164 172 176 182 184 186 190 196 201


(13)

1

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan seseorang, baik dalam keluarga, masyarakat, dan bangsa. Kemajuan suatu bangsa ditentukan oleh tingkat keberhasilan pendidikan. Keberhasilan pendidikan akan dicapai suatu bangsa apabila ada usaha untuk meningkatkan mutu pendidikan bangsa itu sendiri. Pendidikan adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan potensi Sumber Daya Manusia (SDM). Fungsi dan tujuan pendidikan nasional menurut pasal 3 UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Kemudian pendidikan nasional bertujuan untuk mengembangkan potensi siswa agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggungjawab.

Dengan demikian pendidikan merupakan ujung tombak dalam mempersiapkan SDM yang handal. Pendidikan diyakini dapat memaksimalkan potensi siswa untuk dapat bersikap kritis, logis dan inovatif dalam menyelesaikan setiap permasalahan yang dihadapinya. Dalam proses kegiatan belajar mengajar perlu adanya model pembelajaran yang penekanannya mengarah kepada kemampuan berfikir kritis. Kemampuan berpikir kritis dapat membantu siswa membuat keputusan yang tepat berdasarkan usaha yang cermat, sistematis, logis


(14)

2

dan mempertimbangkan berbagai sudut pandang khususnya dalam mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan.

Masalah yang dihadapi dalam dunia pendidikan dewasa ini adalah lemahnya proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran siswa kurang didorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir. Proses pembelajaran didalam kelas diarahkan kepada kemampuan siswa untuk menghapal informasi, siswa terbiasa untuk mengingat dan mengumpulkan berbagai informasi tanpa dituntut untuk memahami informasi yang diingat dan menghubungkannya dengan kehidupan sehari-hari, akibatnya siswa hanya pintar secara teoritis dan miskin aplikasi. Hal ini juga terjadi pada proses pembelajaran mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan belum dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk berpikir kritis.

Mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) adalah program pendidikan yang berintikan demokrasi politik yang diperluas dengan sumber-sumber pengetahuan lainnya, pengaruh-pengaruh positif dari pendidikan persekolahan, masyarakat dan orang tua yang kesemuanya itu di proses guna melatih siswa untuk berfikir kritis, analitis, bersikap dan bertindak demokratis yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. (Somantri, 2001:299)

Sedangkan menurut Azra (2003: 10) menjelaskan bahwa pendidikan kewarganegaraan merupakan kebutuhan mendesak saat ini, karena beberapa alasan antara lain (1) meningkatkan gejala dan kecendrungan political illiteracy,

dan (2) meningkatkan apatisme politik (political aphatisme). Untuk itu pendidikan

kewarganegaraan (civic education) harus mulai ditepkan sejak dini, dalam dunia


(15)

3

kecakapan partisipatif yang bermutu dan bertanggung jawab dalam kehidupan berpolitik dan bermasyarakat baik ditingkat lokal, nasional, regional dan global yang mampu menjadikan warga negara Indonesia menjadi masyarakat yang baik dan mampu menjaga persatuan dan integritas bangsa guna mewujudkan Indonesia yang tangguh, sejahtera dan demokratis, serta mampu menghasilkan siswa yang berpikir komprehensif, analitis, kritis dan bertindak demokratis sesuai dengan apa yang dikatakan Lord Henry Peter Broughton ( dalam Azra, 2003:10)

mengedepankan dengan pendidikan kewarganegaraan (civic education) akan

mampu menjadikan warga negara yang mudah dipimpin tetapi sulit untuk dikendalikan, mudah diperintah tetapi sulit untuk diperbudak.

Untuk mencapai tujuan tersebut, tentunya guru sebagai pengajar harus mendidik siswa melalui proses berpikir kritis, reflektif, analitis dan kreatif dikembangkan menjadi cara-cara berpikir warga negara yang demokratis, cerdas dan bertanggungjawab berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.

Proses mencapai tujuan tersebut salah satunya perlu dipersiapkan inovasi baru dalam pembelajaran PKn yang lebih berpusat pada kepentingan siswa. Dalam proses pembelajaran PKn guru harus menciptakan situasi yang kondusif artinya situasi yang dapat merangsang aktivitas dan kreativitas peserta didik yang dapat menumbuhkan keterampilan berpikir kritis serta prilaku yang inovatif dan kreatif. Hasil pengamatan awal di kelas VII SMP Ar-Rahman Medan, diperoleh gambaran faktual bahwa hasil belajar PKn peserta didik masih dikategorikan rendah, hal ini disebabkan oleh pembelajaran yang dikembangkan selama ini didalam kelas kurang melibatkan peran serta siswa secara aktif, hal ini ditunjukkan dengan : (1) siswa hanya menerima pengetahuan sebatas yang


(16)

4

diberikan oleh guru melalui metode ceramah (ekspositori) sehingga tidak merangsang daya berpikir siswa. Penjelasan dan informasi secara lisan dari guru kurang memberikan motivasi bagi siswa untuk lebih memperdalam dan memperluas informasi yang didapatnya. Winkel (2014:274) menjelaskan bahwa kelemahan dari informasi lisan ialah sulit mendapatkan jaminan bahwa siswa sungguh-sungguh terlibat dalam mengelola materi belajar yang disampaikan dengan baik karena perbedaan diantara siswa itu sendiri seperti motivasi, daya kosentrasi, daya tangkap dan tempo belajar kurang diperhatikan; (2) siswa masih beranggapan bahwa guru sebagai satu-satunya sumber informasi. Hal ini terlihat saat proses pembelajaran berlangsung: (3) siswa hanya menerima apa yang diberikan oleh guru untuk dihapal; (4) penggunaan media pembelajaran masih terbatas sehingga kurang membantu siswa dalam memahami konsep-konsep pembelajaran PKn. Hal ini menyebabkan mata pelajaran PKn menjadi membosankan dan kurang merangsang siswa untuk terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran; (5) evaluasi yang diberikan pada umumnya berkadar dalam

ranah tingkat kognitif rendah yang bersifat hapalan. Hal itu terlihat pada soal tes

yang dibuat guru umumnya masih tingkat ranah kognitif rendah sehingga siswa hanya dilatih untuk mengingat saja bukan untuk mengembangkan keterampilan berfikir.

Kondisi diatas menggambarkan bahwa proses pembelajaran masih terbatas pada satu atau dua metode saja dan belum menumbuhkan kemampuan berpikir kritis siswa. Implikasi keadaan tersebut mengakibatkan kemampuan berpikir kritis siswa dalam pelajaran PKn belum mencapai taraf optimal. Oleh karena itu untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa dalam pembelajaran PKn


(17)

5

diperlukan suatu model pembelajaran. Hal itu sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Dick & Carrey (2005) bahwa terjadinya penyimpangan terhadap pembelajaran, karena pemilihan suatu model pembelajaran yang masih belum tepat yang tidak menyesuaikan dengan karakteristik siswa. Menurut Suparman (2001:117) ada dua pendekatan yang dapat dipilih untuk mengatasi masalah karakteristik siswa yang mempunyai ketrampilan yang heterogen dalam saatu kelas yaitu: (1) pertama siswa menyesuaikan dengan hasil belajar pelajaran, dan (2) sebaliknya, hasil belajar pelajaran disesuaikan dengan siswa.

Selain kemampuan berfikir kritis siswa yang rendah di SMP Ar-Rahman Medan, permasalahan juga terlihat dari rendahnya hasil belajar siswa pada Ujian Akhir Semester (UAS) pada mata pelajaran PKn dikelas VII, seperti terlihat pada Tabel 1.1 dibawah ini:

Tabel 1.1: Data Hasil UAS PKn SMP Ar-Rahman Medan

No Mata Pelajaran Tahun Ajaran Nilai Rata-Rata

1. 2. 3.

Pendidikan Kewarganegaraan Pendidikan Kewarganegaraan Pendidikan Kewarganegaraan

2011-2012 2012/2013 2013/2014

69,34 68,75 71,00

Data di atas menunjukkan bahwa perolehan hasil belajar PKn masih tergolong rendah dimana mata pelajaran PKn di SMP ar-rahman memiliki KKM 70, tapi kenyataannya masih rendahnya nilai yang diperoleh siswa yaitu dibawah kriteria ketuntasan yang sudah ditetapkan. Hal tersebut disebabkan karena kurangnya pemahaman siswa terhadap konsep pembelajaran PKn. Mereka menganggap pelajaran PKn adalah mata pelajaran yang membosankan, masalah


(18)

6

lain yang ditemukan adalah kurangnya perhatian guru dalam mengembangkan keterampilan belajar.

Untuk mengatasi berbagai permasalahan dalam pelaksanaan pembelajaran diatas, dibutuhkan suatu model pembelajaran yang lebih efektif dan inovatif yang membuat siswa lebih aktif selama pembelajaran berlangsung, sehingga terjadi

perubahan paradigma belajar yang semula berpusat pada guru (teacher- centered)

beralih menjadi pembelajaran yang berpusat siswa (student-centered); metodologi

yang semula lebih didominasi dengan pembelajaran ekspositori berganti ke

pembelajaran partismatematikatori; dan pendekan yang semula bersifat tekstual

beralih ke kontekstual. Ada asumsi tentang pembelajaran yang mengaitkan bahwa

siswa akan belajar lebih baik jika lingkungan diciptakan alamiah. Belajar akan lebih bermakna jika siswa mengalami sendiri apa yang dipelajarinya, bukan mengetahuinya. Pembelajaran yang berorientasi pada penguasaan hasil belajar terbukti gagal dalam membekali siswa memecahkan persoalan dalam kehidupan

yang mereka hadapi, dalam sebuah teori common sense menurut Sukmara

(2003:98) menyatakan, bahwa “karena terjadinya perubahan terus menerus dalam masyarakat, semakin pentingnya setiap lulusan memiliki kemampuan dalam bertindak, belajar dan mengatur masa depan sendiri secara mandiri dengan memadukan unsur-unsur terbaik dari sistem-sistem yang telah terbukti berhasil”. Oleh karena itu dalam mengatasi permasalahan tersebut perlu diterapkan suatu model pembelajaran yang dapat menyentuh dengan tingkat pemahaman siswa, salah satu cara dari sekian banyak model pembelajaran adalah pembelajaran


(19)

7

Model pembelajaran CTL adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi belajar yang diaajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari, dengan melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran efektif, yaitu: Konstruktivisme (Constructivism), bertanya (Questioning), menemukan (inquiri), masyarakat

belajar (Learning Community), pemodelan (Modeling), dan penilaian sebenarnya (

Authentic Assesment) serta refleksi. Dengan konsep itu hasil pembelajaran

diharapkan lebih bermakna bagi siswa dan dapat meningkatkan kemampuan berfikir kritis terhadap berbagai masalah yang dihadapi oleh siswa. Proses pembelajaran berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami sendiri, bukan mentransfer pengetahuan secara ekspositori. Menurut Komalasari (2010:8) menjelaskan bahwa pembelajaran CTL adalah merupakan konsep belajar dan mengajar yang membantu guru mengkaitkan antara materi belajar yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari sebagai anggota keluarga, masyarakat maupun warga negara.

Untuk itu model pembelajaran CTL diharapkan mampu untuk menjawab tantangan dan permasalahan yang dihadapi, karena model pembelajaran CTL memandang bahwa proses belajar benar-benar berlangsung hanya jika siswa dapat menemukan hubungan yang bermakna antara pemikiran yang abstrak dengan penerapan praktis dalam konteks dunia nyata. Dalam pengalaman belajar yang demikian, fakta, konsep, prinsip, dan prosedur belajar, pelajaran diinternalisasikan


(20)

8

melalui proses penemuan, penguatan, keterkaitan dan keterpaduan . Selanjutnya, Johnson (2002:25) menegaskan bahwa model CTL membantu siswa melihat makna di dalam hasil belajar akademik yang mereka pelajari dengan cara menghubungkan subjek-subjek akademik dengan konteks dalam kehidupan keseharian mereka, yaitu dengan konteks keadaan pribadi, sosial, dan budaya mereka.

Dengan demikian model pembelajaran CTL dapat menuntun siswa untuk aktif dalam belajar dan meningkatkan kemampuan berpikir kritis mereka. Karena tugas guru tidak lagi dijadikan sebagai sumber utama melainkan mengatur model belajar, membantu menghubungkan pengetahuan lama dengan pengetahuan baru dan memfasilitasi pembelajaran PKn. Kemampuan berpikir kritis memberikan arahan yang tepat dalam berfikir dan bekerja, dan membantu dalam menentukan keterkaitan sesuatu dengan yang lainnya dengan lebih akurat. Oleh sebab itu reformasi dalam pembelajaran perlu dibangun dan dikembangkan guna menciptakan suasana belajar yang lebih demokratis dan dapat memacu peserta didik untuk berpikir kritis dalam pemecahan masalah dalam pembelajaran.

Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik untuk mengadakan penelitian tentang “Pengaruh Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) dan Kemampuan Berpikir Kritis Terhadap Hasil Belajar Siswa SMP Swasta Ar-Rahman Medan.


(21)

9

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian yang dikemukakan pada latar belakang masalah, maka dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut:

1. Apakah faktor yang mempengaruhi hasil belajar PKn di SMP Swasta

Ar-Rahman Medan?

2. Apakah perbedaan model pembelajaran yang digunakan berpengaruh

terhadap hasil belajar PKn siswa?

3. Apakah kemampuan berpikir kritis mempengaruhi hasil belajar siswa?

4. Apakah hasil belajar siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran

CTL lebih tinggi dari pada hasil belajar siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran ekspositori?

5. Apakah terdapat perbedaan hasil belajar siswa yang memiliki

kemampuan berpikir kritis tinggi dan yang memiliki kemampuan berpikir kritis rendah?

6. Apakah terdapat interaksi antara model pembelajaran dan kemampuan

berpikir kritis dalam meningkatkan hasil belajar siswa?

C. Pembatasan Masalah

Banyak masalah yang berkaitan dengan rendahnya hasil belajar siswa. untuk itu perlu dibatasi permasalahan yang akan diteliti agar penelitian mencapai tujuan yang diharapkan. Adapun masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini dibatasi pada model pembelajaran yang dipilah atas model pembelajaran CTL dan model pembelajaran ekspositori. Karakteristik peserta didik dibatasi pada


(22)

10

kemampuan berpikir kritis tinggi dan kemampuan berpikir kritis rendah, dan materi yang dibahas mengenai Hak Asasi Manusia .

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah dan batasan masalah yang telah dikemukakan diatas, maka dibuat rumusan masalah sebagai berikut:

1. Apakah hasil belajar Pendidikan Kewarganegaraan siswa yang

diajarkan dengan model pembelajaran CTL lebih tinggi daripada siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran ekspositori?

2. Apakah hasil belajar Pendidikan Kewarganegaraan siswa yang

memiliki kemampuan berpikir kritis tinggi lebih tinggi daripada siswa yang memiliki kemampuan berpikir kritis rendah?

3. Apakah terdapat interaksi antara model pembelajaran dan kemampuan

berpikir kritis terhadap hasil belajar Pendidikan Kewarganegaraan?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah untuk mengetahui:

1. Hasil belajar Pendidikan Kewarganegaraan siswa yang diajarkan

dengan model pembelajaran CTL lebih tinggi daripada siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran ekspositori.

2. Hasil belajar Pendidikan Kewarganegaraan siswa yang memiliki

kemampuan berpikir kritis tinggi lebih tinggi daripada siswa yang memiliki kemampuan berpikir kritis rendah.


(23)

11

3. Adanya interaksi antara model pembelajaran dengan kemampuan

berpikir kritis terhadap hasil belajar pendidikan kewarganegaraan.

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermamfaat bagi dunia pendidikan pada umumnya dan pada mata pelaajaran Pendidikan Kewarganegaraan pada khususnya.

1) Manfaat teoritis

Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap perkembangan ilmu pendidikan terutama dalam pengembangan model pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan.

2) Manfaat praktis

Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan

masukn-masukan yang berarti dan berguna bagi peningkatan penelitian pembelajaran, terutama:

a. Guru

1) Model pembelajaran dapat membantu dan menciptakan suasana belajar

mengajar yang aktif, interaktif dan memicu keterampilan berpikir kritis siswa.

2) Merupakan salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan dan

dikembangkan oleh guru dalam proses pembelajaran yang dapat meningkatkan cara berpikir kritis siswa.


(24)

12

b. siswa

1) Dengan model pembelajaran CTL dapat memberikan bekal dan

keterampilan berpikir kritis bagi siswa dalam kemampuan menganalisis, memecahkan permasalahan, pengambilan keputusan, dan menuntun peserta didik akrab dengan dunia nyata, serta memberikan bekal dalam memecahkan masalahnya dalam kehidupan sehari-hari.

2) Dengan model pembelajaran CTL dapat meningkatkan hasil belajar

siswa.

c. Pihak sekolah

1) Dapat mengoptimalkan sumber daya yang tersedia untuk memajukan

sekolahnya melalui pengembangan model pembelajaran.

2) Diharapkan mampu mencermati kebutuhan siswa yang beragam

dengan kondisi lingkungan yang berbeda, serta mampu mewujudkan harapan masyarkat terhadap dunia kerja untuk menghasilkan out put yng mandiri, produktif, potensial, dan berkualitas.

3) Diharapkan dapat menjadi sumber inspirasi dalam menemukan model

pembelajaran yang dapat meningkatkan kualitas pembelajaran pendidikan kewarganegaraan di sekolah.


(25)

110

110 109 BAB V

KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian, dan pembahasan maka dapat diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Hasil belajar PKn siswa yang diajarkan dengan Model pembelajaran Contextual Teaching and Learning lebih tinggi dari siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran Ekspositori. Terlihat bahwa rata-rata skor hasil belajar didik yang diajarkan dengan Model pembelajaran Contextual Teaching and Learning adalah 23,67 lebih tinggi dari model pembelajaran Ekspositori yaitu 20,81.

2. Hasil belajar PKn siswa yang memiliki kemampuan berpikir kritis tinggi lebih tinggi dari peserta didik yang memiliki kemampuan berpikir kritis rendah. Terlihat bahwa rata-rata skor hasil belajar peserta didik yang memiliki kemampuan berpikir kritis adalah 23,33 lebih tinggi dari kemampuan berpikir kritis rendah yaitu 21,53.

3. Ada interaksi antara Model Pembelajaran dan kemampuan berpikir kritis terhadap hasil belajar PKn.Model pembelajaran Contextual Teaching and Learning dan Kemampuan berpikir kritis berinteraksi dalam mempengaruhi hasil belajar siswa dan tidak terdapat interaksi antara berpikir kritis tinggi dan rendah pada model pembelajaran Ekspositori. Terlihat bahwa rata-rata skor hasil belajar CTL-KBK tinggi adalah 25,15 lebih baik dari CTL- KBK rendah


(26)

110

yaitu 22,28, sedangkan pada hasil belajar ekspositori- KBK tinggi 21,18 dan ekspositori- KBK rendah 20,87 tidak signifikan berbeda.

B. Implikasi

Berdasarkan kesimpulan dari hasil penelitian ini yang menyatakan bahwa siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran CTL lebih tinggi dibandingkan dengan hasil belajar PKn siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan model pembelajaran ekspositori. Dengan demikian diharapkan agar para guru mempunyai pengalaman, pemahaman dan wawasan dalam memilih model pembelajaran. Karena dengan penguasaan model-model pembelajaran yang dimiliki oleh guru dapat menciptakan pembelajaran PKn yang menarik dan tidak membosankan bagi siswa. untuk itu perlu kiranya disosialisasikan dan dilatih kepada guru-guru yang mengajar tentang penerapan model pembelajaran. Karena dengan menggunakan model pembelajaran CTL sesuai dengan temuan penelitian dapat menin gkatkan hasil belajar PKn siswa.

C. Saran

Berdasarkan hasil dan kesimpulan penelitian ini, maka peneliti memiliki beberapa saran untuk menerapkan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning sebagai berikut:

1. Guru harus memperhatikan berpikir kritis siswa, karena model ini tepat untuk siswa yang berpikir kritis tinggi.

2. Untuk siswa yang memiliki berpikir kritis rendah disarankan untuk tidak diajarkan dengan Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning karena siswa akan kesulitan dalam melakukan proses inquiry (penemuan)


(27)

111

selama pembelajaran, siswa sulit menganalisis data dan fenomena alam yang mereka temukan selama pembelajaran

3. Disarankan kepada peneliti selanjutnya, kiranya dapat melanjutnya penelitian ini dengan menerapkan Model Pembelajaran contextual teaching and learning dengan bantuan metode ataupun media pembelajaran kreatif dalam proses pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar siswa.


(1)

kemampuan berpikir kritis tinggi dan kemampuan berpikir kritis rendah, dan materi yang dibahas mengenai Hak Asasi Manusia .

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah dan batasan masalah yang telah dikemukakan diatas, maka dibuat rumusan masalah sebagai berikut:

1. Apakah hasil belajar Pendidikan Kewarganegaraan siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran CTL lebih tinggi daripada siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran ekspositori?

2. Apakah hasil belajar Pendidikan Kewarganegaraan siswa yang memiliki kemampuan berpikir kritis tinggi lebih tinggi daripada siswa yang memiliki kemampuan berpikir kritis rendah?

3. Apakah terdapat interaksi antara model pembelajaran dan kemampuan berpikir kritis terhadap hasil belajar Pendidikan Kewarganegaraan?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah untuk mengetahui:

1. Hasil belajar Pendidikan Kewarganegaraan siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran CTL lebih tinggi daripada siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran ekspositori.

2. Hasil belajar Pendidikan Kewarganegaraan siswa yang memiliki kemampuan berpikir kritis tinggi lebih tinggi daripada siswa yang memiliki kemampuan berpikir kritis rendah.


(2)

3. Adanya interaksi antara model pembelajaran dengan kemampuan berpikir kritis terhadap hasil belajar pendidikan kewarganegaraan. F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermamfaat bagi dunia pendidikan pada umumnya dan pada mata pelaajaran Pendidikan Kewarganegaraan pada khususnya.

1) Manfaat teoritis

Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap perkembangan ilmu pendidikan terutama dalam pengembangan model pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan.

2) Manfaat praktis

Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukn-masukan yang berarti dan berguna bagi peningkatan penelitian pembelajaran, terutama:

a. Guru

1) Model pembelajaran dapat membantu dan menciptakan suasana belajar mengajar yang aktif, interaktif dan memicu keterampilan berpikir kritis siswa.

2) Merupakan salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan dan dikembangkan oleh guru dalam proses pembelajaran yang dapat meningkatkan cara berpikir kritis siswa.


(3)

b. siswa

1) Dengan model pembelajaran CTL dapat memberikan bekal dan keterampilan berpikir kritis bagi siswa dalam kemampuan menganalisis, memecahkan permasalahan, pengambilan keputusan, dan menuntun peserta didik akrab dengan dunia nyata, serta memberikan bekal dalam memecahkan masalahnya dalam kehidupan sehari-hari.

2) Dengan model pembelajaran CTL dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

c. Pihak sekolah

1) Dapat mengoptimalkan sumber daya yang tersedia untuk memajukan sekolahnya melalui pengembangan model pembelajaran.

2) Diharapkan mampu mencermati kebutuhan siswa yang beragam dengan kondisi lingkungan yang berbeda, serta mampu mewujudkan harapan masyarkat terhadap dunia kerja untuk menghasilkan out put yng mandiri, produktif, potensial, dan berkualitas.

3) Diharapkan dapat menjadi sumber inspirasi dalam menemukan model pembelajaran yang dapat meningkatkan kualitas pembelajaran pendidikan kewarganegaraan di sekolah.


(4)

110 109 BAB V

KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian, dan pembahasan maka dapat diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Hasil belajar PKn siswa yang diajarkan dengan Model pembelajaran Contextual Teaching and Learning lebih tinggi dari siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran Ekspositori. Terlihat bahwa rata-rata skor hasil belajar didik yang diajarkan dengan Model pembelajaran Contextual Teaching and Learning adalah 23,67 lebih tinggi dari model pembelajaran Ekspositori yaitu 20,81.

2. Hasil belajar PKn siswa yang memiliki kemampuan berpikir kritis tinggi lebih tinggi dari peserta didik yang memiliki kemampuan berpikir kritis rendah. Terlihat bahwa rata-rata skor hasil belajar peserta didik yang memiliki kemampuan berpikir kritis adalah 23,33 lebih tinggi dari kemampuan berpikir kritis rendah yaitu 21,53.

3. Ada interaksi antara Model Pembelajaran dan kemampuan berpikir kritis terhadap hasil belajar PKn.Model pembelajaran Contextual Teaching and Learning dan Kemampuan berpikir kritis berinteraksi dalam mempengaruhi hasil belajar siswa dan tidak terdapat interaksi antara berpikir kritis tinggi dan rendah pada model pembelajaran Ekspositori. Terlihat bahwa rata-rata skor hasil belajar CTL-KBK tinggi adalah 25,15 lebih baik dari CTL- KBK rendah


(5)

yaitu 22,28, sedangkan pada hasil belajar ekspositori- KBK tinggi 21,18 dan ekspositori- KBK rendah 20,87 tidak signifikan berbeda.

B. Implikasi

Berdasarkan kesimpulan dari hasil penelitian ini yang menyatakan bahwa siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran CTL lebih tinggi dibandingkan dengan hasil belajar PKn siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan model pembelajaran ekspositori. Dengan demikian diharapkan agar para guru mempunyai pengalaman, pemahaman dan wawasan dalam memilih model pembelajaran. Karena dengan penguasaan model-model pembelajaran yang dimiliki oleh guru dapat menciptakan pembelajaran PKn yang menarik dan tidak membosankan bagi siswa. untuk itu perlu kiranya disosialisasikan dan dilatih kepada guru-guru yang mengajar tentang penerapan model pembelajaran. Karena dengan menggunakan model pembelajaran CTL sesuai dengan temuan penelitian dapat menin gkatkan hasil belajar PKn siswa.

C. Saran

Berdasarkan hasil dan kesimpulan penelitian ini, maka peneliti memiliki beberapa saran untuk menerapkan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning sebagai berikut:

1. Guru harus memperhatikan berpikir kritis siswa, karena model ini tepat untuk siswa yang berpikir kritis tinggi.

2. Untuk siswa yang memiliki berpikir kritis rendah disarankan untuk tidak diajarkan dengan Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning karena siswa akan kesulitan dalam melakukan proses inquiry (penemuan)


(6)

selama pembelajaran, siswa sulit menganalisis data dan fenomena alam yang mereka temukan selama pembelajaran

3. Disarankan kepada peneliti selanjutnya, kiranya dapat melanjutnya penelitian ini dengan menerapkan Model Pembelajaran contextual teaching and learning dengan bantuan metode ataupun media pembelajaran kreatif dalam proses pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar siswa.