PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KEGIATAN MANGKAL WARIA DI KELURAHAN SIPOLU-POLU KECAMATAN PANYABUNGAN KABUPATEN MANDAILING NATAL.

(1)

PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KEGIATAN MANGKAL

WARIA DI KELURAHAN SIPOLU-POLU KECAMATAN

PANYABUNGAN KABUPATEN

MANDAILING NATAL

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

OLEH :

NURHAMIDAH

3121122005

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ANTROPOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2016


(2)

(3)

(4)

(5)

i ABSTRAK

Nurhamidah NIM. 3121122005. Judul Skripsi : Persepsi Masyarakat Terhadap Kegiatan Mangkal Waria di Kelurahan Sipolu-Polu Kecamatan Panyabungan Kabupaten Mandailing Natal. Jurusan : Pendidikan Antropologi Universitas Negeri Medan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui latar belakang seseorang menjadi waria, kegiatan para waria, persepsi masyarakat waria terhadap masyarakat dan persepsi masyarakat terhadap kegiatan mangkal waria di Kelurahan Sipolu-Polu Kecamatan Panyabungan Kabupaten Mandailing Natal.

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif. Teknik pengumpulan data melalui observasi, dokumentasi dan wawancara. Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Sipolu-Polu Kecamatan Panyabungan Kota Kabupaten Mandailing Natal mengenai persepsi masyarakat terhadap kegiatan mangkal waria. Penentuan informan dalam penelitian ini dilakukan menggunakan teknik purposive sampling. Adapun informan dalam penelitian ini adalah empat orang waria, tokoh agama, tokoh adat, dan tokoh masyarakat dan masyarakat sekitar.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa, hal yang menjadi latar belakang seseorang menjadi waria adalah : Faktor Keluarga, Faktor Traumatis, Faktor Lingkungan Sepermainan, dan Faktor Peran. Tetapi, masyarakat sekitar tidak menerima keberadaan mereka, khususnya kegiatan mangkal mereka, masyarakat sangat menentang keras itu.


(6)

ii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Ilahi Yang Penuh Rahmat dan Cinta, atas izin, berkat, nikmat dan petunjuk, memberikan kemudahan dan kelancaran yang tak terhingga sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KEGIATAN MANGKAL WARIA DI KELURAHAN SIPOLU-POLU KABUPATEN MANDAILING NATAL”.

Dalam penulisan skripsi ini penulis tidak terlepas dari hambatan-hambatan dan banyak kesulitan dalam menyelesaikannya. Namun dengan usaha dan kerja keras yang maksimal dan bantuan dari segala pihak, akhirnya skripsi ini dapat diselesaikan. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang membantu dalam menyelesaikan skripsi ini, antara lain:

1. Ayahanda H. Bahri Rangkuti dan ibunda Hj. Masriyah Pulungan yang sangat penulis cintai. Dua orang berhati mulia yang telah membesarkan, mendidik dan menyekolahkan hingga penulis di perguruan tinggi dan selalu memberikan dukungan, semangat dan doa yang tulus sehingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan. Disini anakmu hanya dapat mengucapkan ribuan terima kasih. Semoga senantiasa dalam lindungan dan limpahan berkah Allah SWT, selaku diberi kemudahan rezeki, kesehatan dan umur yang panjang serta berkah, amin...amin Ya Robbal Alamin.

2. Kepada saudara-saudara ku tercinta, Kak Nurhasanah, S.Pd dan Bang Martaon Nasution, S.PdI serta pasukannya (Nur, Kiki, dan Nanay), Kak Siti


(7)

iii

Sahriani, S.Pd dan Bang Erwin Hasibuan, S.Si serta pasukannya (Imam dan Dedek), abanganda Zainul Aris, S.Sos Kak Nurmasitoh. S.Pd dan Bang Imamuddin Lubis, SP dan pasukannya Adnan, abanganda Khairul Saleh, ST serta kedua adikku Rizky Anita dan Ali Husin yang selalu memberikan bantuan, motivasi, dan semangat kepada penulis. Kalian semua adalah motivasi dan sumber inspirasi penulis. Semoga kita semua sukses dan dapat membahagiakan orang tua kita. Amin

3. Bapak Prof Dr. Syawal Gultom, M.Pd selaku Rektor Universitas Negeri Medan,

4. Ibu. Dra. Nurmala Berutu, M.Pd selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial (FIS) Universitas Negeri Medan,

5. Ibu Dra. Puspitawati, M.Si Ketua Program Studi Pendidikan Antropologi. 6. Bapak Drs. Waston Malau, M.Si, selaku dosen pembimbing skripsi yang

telah memberikan begitu banyak bimbingan, saran, pelajaran, dukungan, motivasi, semangat dan arahan kepada penulis sehingga terselesaikan skripsi ini.

7. Bapak Bakhrul Khair Amal M.Si, Bapak Drs. Payerli Pasaribu, M.Si, Bapak Drs. Tumpal Simarmata, M.Si, dan Ibu Sulian Ekomila, S. Sos, MSP sebagai dosen penguji yang memberikan banyak saran dan masukan kepada penulis untuk penyempurnaan skripsi ini.

8. Bapak Bakhrul Khair Amal M.Si, sebagai dosen pembimbing akademik yang memberikan bimbingan dan motivasi selama penulis menjalankan perkuliahan.


(8)

iv

9. Seluruh dosen pengajar di program studi Pendidikan Antropologi yang memberikan bimbingan dan pengajaran kepada penulis dalam perkuliahan. 10. Kepada sahabat ku Aulia Hidayah Batubara terima kasih sudah jadi sahabat

terbaik ku, yang selalu ada dalam suka dan duka, selalu memberikan dukungan, dan motivasi kepada penulis, semoga kita dapat mencapai cita-cita kita amiin.

11. Kepada Asnika Putri Simanjuntak, terima kasih banyak-banyak karena telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, terima kasih untuk semangat, pengetahuan dan motivasi, terima kasih juga untuk waktu diskusinya.

12. Kepada sahabat penulis kawan menjelajah, menikmati indahnya dunia luar, Herdy Fredianto Bangun, Janwilson Sitanggang, Aries Sihotang, Adonia Hermanto Marbun, Jhon Hefry Sihite. Terima kasih atas persahabatan, kebersamaan dan segala pengalaman yang telah kita alami bersama-sama selama kita menjalani perkuliahan. Pengalaman yang kita alami takkan pernah terlupakan, sukses buat kita semua.

13. Kepada sahabat penulis Roziah Rambe, S.Pd dan Meri Andani Piliang, S.Pd terima kasih telah menjadi sahabat penulis, sekaligus jadi keluarga penulis di perantauan, terimah kasih untuk semuanya.

14. Kepada Nurtaty Sianipar, Donna Sari Nasution, Ira Gusnita Pakpahan,Gacelia Novianti Rambe, Yustri Simamora, Reyna Hutapea, terima kasih pengalaman yang telah dillukis selama perkuliahan.


(9)

v

15. Kepada waria yang berada di Kelurahan Sipolu-Polu dan masyarakat sekitar yang tidak bisa penulis cantumkan namanya satu-per satu. Terima kasih atas semua waktu dan informasi yang diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. .

Penulis menyadari masih banyak kekurangan baik dari segi isi maupun tata bahasa, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca guna kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua. Akhir kata peenulis ucapkan terima kasih.

Medan, Agustus 2016 Penulis,

Nurhamidah Nim : 3121122005


(10)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... i

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah ... 1

1.2.Identifikasi Masalah ... 7

1.3.Rumusan Masalah ... 8

1.4.Tujuan Penelitian ... 8

1.5.Manfaat Penelitian ... 8

1.5.1 Manfaat Praktis ... 8

1.5.2 Manfaat Teoritis ... 9

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka ... 10

2.2. Kerangka Teoritis ... 14

2.2.1. Teori Labeling ... 14

2.2.2. Teori Peran ... 15

2.3.Kerangka Konseptual ... 17

2.3.1. Persepsi... 17


(11)

2.3.3 Mangkal ... 22

2.3.4 Waria ... 23

2.4. Kerangka Berfikir ... 26

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1Jenis Penelitian ... 27

3.2Lokasi Penelitian ... 27

3.3 Subjek dan Objek Penelitian ... 28

3.3.1 Subjek Penelitian ... 28

3.3.2 Objek Penelitian ... 29

3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 29

3.4.1 Observasi ... 29

3.4.2 Wawancara Mendalam ... 30

3.4.3 Dokumentasi ... 30

3.5 Teknik Analisa Data ... 31

3.5.1 Mengelompokkan Data ... 31

3.5.2 Menginterpretasikan Data ... 32

3.5.3 Membuat Kesimpulan ... 32

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN 4.1 Hasil Penelitian ... 33

4.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 33

4.2 Hasil Penelitian dan Pembahasan ... 35

4.2.1 Latar Belakang Menjadi Menjadi Waria : Penyebab dan Terjadinya ... 35


(12)

4.3.1 Persepsi Waria Terhadap Masyarakat ... 43 4.3.2 Persepsi Masyarakat Terhadap Kegiatan Mangkal

Waria ... 45 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan ... 58 5.2. Saran ... 62

DAFTAR PUSTAKA


(13)

1

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Masyarakat adalah sebuah kumpulan individu yang memiliki sebuah norma dan nilai sosial didalamnya yang tujuannya untuk menata keteraturan dalam masyarakat itu. Norma dan nilai diperoleh bukannya tanpa proses, melainkan lewat proses berbagai macam kepentingan dan perbedaan antar individu dengan pedoman agama atau kepercayaan yang berlaku dalam masyarakat tersebut. Ketika nilai-nilai dan norma-norma dalam masyarakat yang telah disepakati bersama telah dilanggar, maka akan terjadi suatu kondisi yang tidak teratur dalam masyarakat tersebut dan hal ini akan menyebabkan adanya disintegrasi dalam masyarakat.

Setiap manusia dalam hidupnya akan selalu berkembang dan harus melalui tahap-tahap perkembangannya. Akibat dari perkembangan tersebut, manusia akan mengalami perubahan-perubahan, baik fisik maupun psikologisnya. Perkembangan manusia tidak akan dapat dilepaskan dari interaksi antara unsur biologis, psikologis, dan social. Ketiga unsur ini saling mempengaruhi sebagai satu kesatuan (Maramis, dalam Kurniawati (2003). Dalam kurun waktu perkembangan tersebut, tidak setiap individu akan berkembang sesuai dengan perkembangan fisiknya. Sebagai contoh, tidak semua anak laki-laki akan berkembang menjadi laki-laki sesungguhnya, dan tidak semua anak perempuan akan berkembang menjadi perempuan sesungguhnya. Bisa saja terjadi, anak


(14)

laki-2

laki akan berkembang menjadi waria dan anak perempuan berkembangan menjadi tomboy.

Misalnya kemunculan waria, kita semua mengenal waria (wanita tapi pria), waria adalah individu yang memiliki jenis kelamin laki-laki tetapi berperilaku dan berpakaian seperti layaknya seorang perempuan. Waria merupakan kelompok minoritas dalam masyarakat, namun demikian jumlah waria semakin hari semakin bertambah, terutama di kota-kota besar di Indonesia. Seiring dengan perubahan zaman, keberadaan waria pun tidak hanya di kota-kota besar, melainkan di kota-kota kecil pun sudah ada waria, bahkan di pedesaan pun sudah ada waria.

Kaum waria merupakan suatu paparan nyata yang tidak dapat ditolak eksistensinya di masyarakat. Belum banyak orang yang mengetahui seluk-beluk kehidupan waria yang sesungguhnya. Keberadaan waria seakan penuh dengan nilai-nilai negatif dalam pribadi seseorang dan segala sesuatu yang berhubungan dengan kehidupannya, karena didalam kehidupan masyarakat sering mendengar bahkan sering melihat bagaimana sebenarnya kehidupan waria dipenuhi dengan kekerasan fisik maupun psikis, waria juga sering mengalami pelecehan-pelecehan seksual dan juga penolakan-penolakan yang dilakukan oleh tokoh masyarakat dan tokoh agama, serta pandangan-pandangan negatif yang tidak berujung dan tidak beralasan dari masyarakat pada umumnya yang menyebabkan kehidupan waria terganggu secara psikis.


(15)

3

Waria juga manusia yang memiliki perasaan dan bisa merasakan sakit hati akibat perlakuan-perlakuan yang tidak wajar yang sering mereka terima, karena mereka juga mempunyai harga diri yang seharusnya dilindungi bukan dihina seperti saat ini yang mereka alami, mereka hanya ingn menerima pengakuan dari masyarakat saja tentang keberadaan mereka. Perilaku waria juga tidak dapat dijelaskan dengan deskripsi yang sederhana. Karena konflik identitas jenis kelamin yang dialami waria tersebut hanya dapat dipahami melalui kajian terhadap setiap tahap perkembangan dalam hidupnya. Setiap individu akan selalu berkembang, dari perkembangan tersebut individu akan mengalami perubahan-perubahan baik fisik maupun psikologis. Salah satu aspek dalam diri manusia yang sangat penting adalah jenis kelamin.

Berperilaku menjadi waria memiliki banyak resiko. Waria dihadapkan pada berbagai masalah seperti penolakan keluarga, kurang diterima atau bahkan tidak diterima secara sosial, dianggap lelucon, hingga kekerasan baik verbal maupun non verbal. Penolakan terhadap waria tersebut terutama dilakukan oleh masyarakat strata sosial atas.

Menentukan dia pria atau dia wanita bukan hanya sekedar karena keduanya berbeda secara biologis, melainkan lebih lagi, mereka adalah kelamin yang “berlawanan” bahkan dapat menyebut peristiwa ini sebagai peperangan antar kelamin. Pria dan wanita dipolarisasikan dalam budaya sebagai sesuatu yang berlawanan dan tidak sama dan keduanya berperangan terus menerus seperti telah digemakan dalam contoh klasik mengenai klasifikasi simbolik berisi dua ini.


(16)

4

Waria dalam masyarakat belum mendapatkan pengertian dan pengetahuan yang cukup tentang kehidupan waria, di dalam kehidupan masyarakat juga terdapat suatu anggapan bahwa waria adalah manusia yang menyimpang dari kodratnya. Banyak sekali hambatan sosial yang dialami oleh waria meliputi hampir seluruh aspek kehidupan sosial, seperti dalam hal kesempatan pendidikan, kesempatan bekerja, kesempatan dalam kegiatan keagamaan, kesempatan dalam kehidupan keluarga dan hambatan kesempatan perlindungan hukum. Kondisi inilah yang mengakibatkan renggangnya hubungan waria dengan lingkungan sosialnya, hal ini menyebabkan mereka kesulitan mendapatkan pekerjaan yang lebih baik dan mengakses sumber-sumber yang ada, masih rendahnya pendapatan yang mereka dapatkan menyebabkan belum terpenuhinya kebutuhan dasar yang baik. sebenarnya mereka tidak banyak menuntut, hanya pengakuan dan keberadaan mereka dan kesetaraan akan segala hal yang berhubungan dengan kemanusian yang mereka harapkan.

Waria yang merupakan sebuah fenomena sosial tersendiri bagi masyarakat kita dimana sampai saat ini waria adalah salah satu kaum yang terpinggirkan, bahkan menjadi kaum yang paling terpinggirkan. Banyak orang yang memandang sebelah mata terhadap keberadaan waria, bahkan secara terang-terangan masyarakat kita beranggapan negatif, seperti anggapan bahwa waria adalah sampah masyarakat, waria sebagai penyebar penyakit masyarakat.

Saat ini keberadaan kaum waria telah mengalami hal buruk, karena semakin banyaknya dan semakin bertambahnya populasi waria di masyarakat,


(17)

5

mereka semakin tidak diakui dan tidak diteriama oleh masyarakat. Untuk membentuk citra positif dimata masyarakat mereka kemudian membentuk komunitas-komunitas yang dimana dianggap bermanfaat bagi para waria.

Di Mandailing sendiri sudah terdapat beberapa waria, bahkan para waria sudah membuat komunitas sendiri. Komuniitas waria adalah salah satu faktor sosial yang ada dimanapun di dunia. Sebagai manusia, waria juga ingin agar jati dirinya diakui, butuh pekerjaan untuk menopang hidupnya, butuh berinteraksi dengan sesamanya dalam suatu aktivitas sosial dan budaya dan kebutuhan manusia pada umumnya. Mereka mempunyai keinginan untuk mendapatkan pekerjaan yang layak secara khusus mereka dapat bekerja di kantor pemerintah untuk dapat diterima sebagai tenaga kerja. Hal ini sangat jelas bahwa mayoritas masyarakat masih menganggap semua waria mempunyai perilaku yang negatif.

Di dalam komunitas-komunitas yang mereka bentuk, yang tujuannya adalah membentuk kepribadian waria supaya keberdaan mereka dapat diterima di masyarakat yaitu dengan cara menjaga dan membatasi tingkah laku mereka didalam kehidupan masyarakat. Pada komunitas tersebut waria dapat mengembangkan dirinya dengan keterampilan-keterampilan positif yang mereka kuasai semaksimal mungkin sehingga mereka mempunyai usaha yang baik. hal tersebut merupakan suatu cara bagi waria agar keberadaannya diakui dan diterima oleh masyarakat.

Sekarang banyak sekali media yang memberitakan tentang waria, akan tetapi pemberitaan tersebut tidak pernah lepas dari hal-hal yang berhubungan


(18)

6

dengan kekerasan, pelecahan, dan seksualitas. Bahkan tidak ada sedikit pun hal yang bisa dibanggankan oleh seorang waria berkaitan dengan faktor-faktor di luar jenis kelaminnya, seperti intelektualitas, potensi, bakat, prestasi, dan lain sebagainya. Hal tersebut dikarenakan sebagian masyarakat memandang keberadaan waria sebagai penyimpangan perilaku.

Berdasarkan data (Herdiansyah Talib, 2016) dari media online Medansatu.com, kamis 25 februari 2016 diadakan kontes dan fashion show pria transgender (waria) di Padang Sidempuan. Medansatu.com, Sidempuan- heboh LGBT (Lesbian, Gay, Biseksual dan transgender) ternyata dimanfaatkan pemilik produk kecantikan merek JA untuk mempromosikan produknya di kota Pasang Sidempuan, Sumut. Perusahaan ini menjadi sponsor utama dalam pesta LGBT, kontes dan fashion show pria trangender (waria), acara haram tersebut di gelar di gedung Nasional Adam Malik, Jalan Serma Liang Kasong, akhir pekan lalu.

Adapun jumlah waria yang mengikuti kontes tersebut ada sejumlah 20 orang, dari daerah Mandailing sendiri berjumlah delapan orang waria, sedangkan dari daerah Padang Sidempuan berjumlah 12 orang. Sementara uang pendaftaran dipungut sebesar Rp. 200.000 per orang, hadiahnya uang sebesar Rp. 2.000.000,. sertifikat dan piala.

Masyarakat Mandailing yang dikenal sebagai masyarakat yang taat beragama dan mempunyai adat istiadat yang kuat bisa menghadirkan komunitas waria. Para waria sudah berani memunculkan pribadinya ketengah-tengah


(19)

7

masyarakat. Mereka tidak segan-segan lagi mengakui dirinya, dan mereka sudah berekspresi seperti bagaimana yang mereka inginkan.

Mereka sudah terang-terangan beraktivitas di tengah masyarakat dan berpenamppilan yang tidak sewajarnya berpenampilan laki-laki. Mereka berpenampilan selayaknya bagaimana perempuan. Mereka melakukan aktivitas sehari-hari mereka tanpa ada sedikit pun rasa beban. Aktivitas mereka bisa dilihat dari pekerja salon, penjahit, tukang rias pengantin, dan menyewakan pelaminan. Ini biasanya dilakukan waria pada pagi sampai sore hari.

Selain aktivitas diatas, para waria di Panyabungan juga memiliki kebiasaan yang lain. Kebiasaan yang dilakukan waria mulai dari malam hari sampai menjelang pagi. Yaitu aktivitas mangkal pada malam hari. Mangkal sudah menjadi kegiatan rutinitas waria. Mengapa di desa kecil sendiri seperti di Kelurahan Sipolu-Polu bisa menghadirkan waria? Bagaimana komunitas waria bisa bertahan di daerah yang taat beragama dan masyarakat yang mempunyai adat yang kuat dan bagaimana persepsi masyarakat sekitar?

Dari latar belakang masalah diatas, maka peneliti tertarik untuk meneliti lebih lanjut dengan tujuan agar mendapatkan pemahaman yang lebih mengenai

“Persepsi Masyarakat Terhadap Kegiatan Mangkal Waria Di Kelurahan Sipolu

-Polu Kecamatan Panyabungan Kabupaten Mandailing Natal “. 1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latarbelakang masalah diatas, dapat dikemukakan identifikasi masalah sebagai berikut :


(20)

8

1. Faktor penyebab seorang menjadi waria

2. Perilaku waria dalam kehidupan sosial di Kelurahan Sipolu-Polu 3. Persepsi masyarakat terhadap kegiatan mangkal waria

1.3 Rumusan Masalah

Apa latarbelakang waria mangkal di Kelurahan Sipolu-Polu Kecamatan Panyabungan Kabupaten Mandailing Natal?

1. Apa yang melatarbelakangi seseorang menjadi waria?

2. Bagaimana waria melihat masyarakat ?

3. Bagaimana pandangan masyarakat melihat kegiatan mangkal waria ?

1.4 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Menjelaskan latarbelakang seseorang menjadi waria

2. Menjelaskan persepsi masyarakat terhadap kegiatan mangkal waria 3. Menjelaskan perilaku waria dalam lingkungan masyarakat.

1.5 Manfaat Penelitian

Manfaat yang diperoleh penulis yaitu :

1.5.1 Manfaat Praktis

Secara praktis, manfaat penelitian ini adalah memberi pengetahuan dan wawasan kepada pembaca mengenai pandangan masyarakat terhadap keberadaan


(21)

9

waria dan kegiatan mangkal waria di Kelurahan Sipolu-Polu Kecamatan Panyabungan Kabupaten Mandailing Natal. Selain itu, diharapkan menjadi salah satu referensi kepada Pemerintah Kabupaten Mandailing Natal, agar bisa mengambil tindakan terhadap masalah waria yang berada di Mandailing.

1.5.2 Manfaat Teoritis

Bagi peneliti akan menambah wawasan peneliti. Selain bagi peneliti, penelitian ini juga diharapkan bisa menjadi referensi bagi penelitian selanjutnya khususnya yang berhubungan dengan waria.


(22)

58

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1KESIMPULAN

Setelah melakukan penelitian secara observasi partisipasi pasif yaitu

1. Dari berbagai kasus yang ditemui penulis dilapangan, penulis menyimpulkan faktor yang melatar belakangi seseorang menjadi waria adalah sebagai berikit:

 Faktor Ekstern

Faktor Lingkungan Keluarga

Tidak dapat dipungkiri, lingkungan keluarga merupakan faktor pendukung terbesar yang menentukan pembentukan perilaku dan kepribadian seseorang.

 Faktor Ekonomi

Tuntutan ekonomi boleh dikatakan sebagai alasan yang menyebabkan seseorang menjadi waria. Karena sempitnya lapangan pekerjaan bisa menyebabkan waria melakukan hal apa pun untuk memenuhi kebutuhannya.

 Faktor Traumatis

Faktor traumatis memang bisa menjadi pemicu seorang pria memutuskan untuk menjadi waria. boleh jadi karena ia sempat disakiti


(23)

59

wanita sehingga memutuskan untuk menyukai sesama jenis dengan jalan mengubah tampilan menjadi waria.

 Faktor Lingkungan

Masyarakat di sekitar tempat tinggal seseorang mempunyai peran yang cukup signifikan dalam pembentukan karakter sesorang.

 Faktor Peran

Peran adalah faktor utama dalam menjalankan sebuah fungsi. Masyarakat yang dibarengi dengan pemahaman akan lebih paham dalam berinteraksi dengan lingkungannya.

2. Masyarakat menolak keras keberadaan mangkal waria dan sangat tidak bisa menerima waria di sekitar tempat tinggal mereka, terutama dengan kegiatan mangkal mereka karena masyarakat merasa sangat diresahkan dan mengganggu kenyamanan dan merasa waria menjadi perusak citra masyarakat. Dan menjatuhkan martabat masyarakat Mandailing Natal.

3. Dalam berperilaku di masyarakat, waria berperilaku baik dengan masyarakat, dilihat dari kegiatan waria, mereka tidak saling mengganggu, dan dalam keseharian mereka juga tidak meresahkan warga, dan para waria juga ikut berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan tertentu yang diadakan oleh masyarakat.


(24)

60

4. Mangkal diartikan sebagai suatu tempat perkumpulan beberapa orang yang masuk kedalam suatu organisasi dan melakukan kegiatan-kegiatan tertentu. Tempat mangkal ini juga merupakan tempat pemberhentian atau jual beli (tawar menawar). Khususnya pada tempat mangkal waria ini, di tempat inilah para waria berkumpul dan bahkan bagi mereka tempat mangkal ini adalah rumah kedua mereka.

5. Masyarakat adalah pergaulan hidup manusia (sehimpunan orang yang hidup bersama dalam sesuatu tempat dengan ikatan-ikatan yang tertentu). Masyarakat adalah sekelompok orang yang mempunyai identitas sendiri, yang membedakan dengan kelompok lain dan hidup dan diam dalam wilayah atau daerah tertentu secara tersendiri. Kelompok ini baik sempit maupun luas mempunyai perasaan akan adanya persatuan di antara anggota kelompok dan menganggap dirinya berbeda dengan kelompok lain

6. Waria dalam konteks psikologis termasuk sebagai penderita transeksual, yakni seseorang yang secara jasmani jelas kelaminnya jelas dan sempurna. Namun secara psikis cenderung untuk menampilkan diri sebagai lawan jenis. Defenisi waria mengacu pada pengertian bahwa secara fisik mereka adalah laki-laki normal, memiliki kelamin yang normal namun secara psikis mereka merasa dirinya perempuan. Akibatnya perilaku mereka menjadi tampak kaku. 7. waria adalah laki-laki yang berdandan dan berprilaku sebagai wanita, istilah

waria diberikan bagi penderita transeksual yaitu seseorang yang memiliki fisik berbeda dengan jiwanya. Waria merupakan salah satu penyandang masalah


(25)

61

kesejahteraan sosial di Indonesia, baik ditinjau dari segi psikologis, sosial, norma, maupun secara fisik.

8. persepsi merupakan suatu proses penginderaan, yaitu merupakan proses diterimanya stimulus oleh individu melalui alat indera atau juga disebut proses sensoris. Namun, proses itu tidak berhenti begitu saja, melainkan stimulus tersebut diteruskan dan proses selanjutnya merupakan proses persepsi. Karena itu, proses persepsi tidak dapat lepas dari proses penginderaan merupakan proses pendahulu dari proses persepsi.


(26)

62

5.2 SARAN

Sebagai peneliti yang langsung terjun ke lapangan, maka penulis memberikan beberapa saran :

1. Kepada pemilik cafe, jangan menyalahgunakan cafe nya, sebagai tempat mangkal waria. Seharusnya digunakan sebagai mana mestiya.

2. Kepada para pelanggan waria, jangan terlalu sering memakai jasa para waria, karena dapat menimbulkan penyakit kelamin apabila selalu bertukar-tukar pasangan dalam memenuhi kebutuhan seksual. Khusus pengunjung yang masih berada di bangku sekolah agar tidak mendatangi cafe atau tempat mangkal waria karena akan mengganggu masa sekolah.

3. Kepada para waria, seharusnya jangan melakukan kegiatan mangkal, di materi kalian merugi, di kesehatan juga akan merusak kesehatan bagi kalian.

4. Kepada orang tua, khususnya yang bertempat tinggal di Kelurahan Sipolu-Polu agar lebih memperhatikan dan mengawasi anak-anak nya supaya tidak terjerumus kedalam ke hal-hal yang menyimpang dan anak dibekali dengan ilmu-ilmu agama.

5. Kepada pemerintah, baik lembaga sosial lembaga-lembaga keaagamaan seharusnya lebih memperhatikan para waria, seperti memberikan penyuluhan-penyuluhan kepada waria bagaimana dampak apabila sering tukar-tukar pasangan. Jangan hanya mendata sata, tetapi tidak ada tindakan. Dan berusaha untuk memberantas kegiatan-kegiatan mangkal para waria, dan


(27)

63

kepada pemilik cafe yang beroperasi atau cafe yang dijadikan tempat mangkal, diberikan peringatan keras supaya tidak menyalahgunakan cafe nya lagi.

6. Kepada para pemuda agar tidak terlalu terpengaruh kepada lingkungan waria jangan terlalu bergaul kepada mereka karena tanpa disadari kita akan terpengaruh oleh mereka (Waria)


(28)

64

DAFTAR PUSTAKA

Atmojo, Kemala. 1987. Kami Bukan Lelaki: Sebuah Sketsa Kehidupan Kaum Waria. Jakarta: LP3ES

Barnhouse, Ruth Tiffany. 1988. Identitas Wanita. Yogyakarta: KANISIUS.

Black, James A. Champion, Dean J. 2009. Metode dan Masalah Penelitian Sosial.

Bandung: PT. Refika Aditama.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1990. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka

Faisal, Sanapiah. 1999. Format-format Penelitian Sosial. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Horton, Faul B. Hunt L Chester. 1999. Sosiologi dan Masyarakat. Jakarta: PT. Gelora Aksara Pratama.

Kaplan. (2003). Sinopsis Pisikiatri. Jakarta : Binarupa Aksara

Kartono, Kartini. 1989. Psikologi Abnormal dan Abnormalitas seksual. Bandung : Mandar Maju.

Koentjaraningrat. 1997. Metode-Metode Penelitian Masyarakat. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama

Koeswinarno. 1996. Waria dan Penyakit Menular Seksual,. Yogyakarta : Pusat Penelitian Kependudukan UGM

Koeswinarno. 2004. Hidup Sebagai Waria. Yogyakarta : Pelangi Karya Moleong, 2010. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : Rosdakarya Oofsset. Nadia, Zunly. 2005, Waria Laknat atau Kodraat. Yogyakarta : Pustaka Marwa Ritzer, George.1985. Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berparadigma Ganda. Jakarta:

Rajawali Press.

Ritzer, George.2007. Teori Sosiologi Modern. Jakarta: Kencana

Sarwono, Sarlito Wirawan. 2002. Psikologi Remaja. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.


(29)

65

Sears, O. David. 1985.Psikologi Sosial. Jakarta: Airlangga

Soekanto, Soerjono, 2001. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta : Raja Grafindo Persada

Sugiyono, 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung : Alfabeta.

Suyono, Ariyono. 1985. Kamus Antropologi. Jakarta: Akademi Pressindo. Skripsi :

Skripsi, Lu'luuaful Faaizah. 2013. Persepsi Masyarakat Muslim Terhadap Waria Dan Dampak Hubungan Sosial. Fakultas Ushuluddin Studi Agama Dan Pemikiran Islam. Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga.

Skripsi,Wanto Zulkifli. 2008. Konstruksi Sosial Tentang Waria Di Kelurahan Bumijo, Kecamatan Jetis, Kota Yogyakarta. Fakultas Ushuluddin Studi Agama. Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta.

Skripsi, Juwandi Anwar. 2008. Makna Agama Dalam Perspektif Hidup Waria Pada Komunitas Pengajian Hadrah Al-Banjari Waria Al Ikhlas Surabaya. Fakultas Psikologi. Universitas Mercu Buana Yogyakarta.

Skripsi, Erika Magdalena Simanungkalit. 2014. Waria dan Relasinya.


(30)

66

Jurnal online:

Suharyanto, Agung. 2015. Waria dalam pandangan antropologi tubuh

Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan. Diakses Pada 07 Mei 2016 Pukul 19:19 WIB

Choiriyah, Febri, AYU. 2011. Kehidupan Waria Ditinjau Dari Hukum Islam (Studi Kritis Prilaku Keberagaman Di Pondok Pesantren Waria Senin-Kamis Notoyudan Yogyakarta). Fakultas Syairiah. STAIN Salatiga. Diakses pada 07 Mei 2016 pukul 20.30 WIB.

Media :

http://belajarpsikologi.com/pengertian-persepsi-menurut-ahli/, diposting Minggu 28 Februari 2016 pukul 16:59

Talib, Herdiansyah. 2016. Media Online Medansatu.com. diposting Jumat, 10 Juni 2016 oukul 09.00 wib


(1)

61

kesejahteraan sosial di Indonesia, baik ditinjau dari segi psikologis, sosial, norma, maupun secara fisik.

8. persepsi merupakan suatu proses penginderaan, yaitu merupakan proses diterimanya stimulus oleh individu melalui alat indera atau juga disebut proses sensoris. Namun, proses itu tidak berhenti begitu saja, melainkan stimulus tersebut diteruskan dan proses selanjutnya merupakan proses persepsi. Karena itu, proses persepsi tidak dapat lepas dari proses penginderaan merupakan proses pendahulu dari proses persepsi.


(2)

62

5.2 SARAN

Sebagai peneliti yang langsung terjun ke lapangan, maka penulis memberikan beberapa saran :

1. Kepada pemilik cafe, jangan menyalahgunakan cafe nya, sebagai tempat mangkal waria. Seharusnya digunakan sebagai mana mestiya.

2. Kepada para pelanggan waria, jangan terlalu sering memakai jasa para waria, karena dapat menimbulkan penyakit kelamin apabila selalu bertukar-tukar pasangan dalam memenuhi kebutuhan seksual. Khusus pengunjung yang masih berada di bangku sekolah agar tidak mendatangi cafe atau tempat mangkal waria karena akan mengganggu masa sekolah.

3. Kepada para waria, seharusnya jangan melakukan kegiatan mangkal, di materi kalian merugi, di kesehatan juga akan merusak kesehatan bagi kalian.

4. Kepada orang tua, khususnya yang bertempat tinggal di Kelurahan Sipolu-Polu agar lebih memperhatikan dan mengawasi anak-anak nya supaya tidak terjerumus kedalam ke hal-hal yang menyimpang dan anak dibekali dengan ilmu-ilmu agama.

5. Kepada pemerintah, baik lembaga sosial lembaga-lembaga keaagamaan seharusnya lebih memperhatikan para waria, seperti memberikan penyuluhan-penyuluhan kepada waria bagaimana dampak apabila sering tukar-tukar pasangan. Jangan hanya mendata sata, tetapi tidak ada tindakan. Dan berusaha untuk memberantas kegiatan-kegiatan mangkal para waria, dan


(3)

63

kepada pemilik cafe yang beroperasi atau cafe yang dijadikan tempat mangkal, diberikan peringatan keras supaya tidak menyalahgunakan cafe nya lagi.

6. Kepada para pemuda agar tidak terlalu terpengaruh kepada lingkungan waria jangan terlalu bergaul kepada mereka karena tanpa disadari kita akan terpengaruh oleh mereka (Waria)


(4)

64

DAFTAR PUSTAKA

Atmojo, Kemala. 1987. Kami Bukan Lelaki: Sebuah Sketsa Kehidupan Kaum Waria. Jakarta: LP3ES

Barnhouse, Ruth Tiffany. 1988. Identitas Wanita. Yogyakarta: KANISIUS.

Black, James A. Champion, Dean J. 2009. Metode dan Masalah Penelitian Sosial. Bandung: PT. Refika Aditama.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1990. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka

Faisal, Sanapiah. 1999. Format-format Penelitian Sosial. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Horton, Faul B. Hunt L Chester. 1999. Sosiologi dan Masyarakat. Jakarta: PT. Gelora Aksara Pratama.

Kaplan. (2003). Sinopsis Pisikiatri. Jakarta : Binarupa Aksara

Kartono, Kartini. 1989. Psikologi Abnormal dan Abnormalitas seksual. Bandung : Mandar Maju.

Koentjaraningrat. 1997. Metode-Metode Penelitian Masyarakat. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama

Koeswinarno. 1996. Waria dan Penyakit Menular Seksual,. Yogyakarta : Pusat Penelitian Kependudukan UGM

Koeswinarno. 2004. Hidup Sebagai Waria. Yogyakarta : Pelangi Karya Moleong, 2010. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : Rosdakarya Oofsset. Nadia, Zunly. 2005, Waria Laknat atau Kodraat. Yogyakarta : Pustaka Marwa Ritzer, George.1985. Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berparadigma Ganda. Jakarta:

Rajawali Press.

Ritzer, George.2007. Teori Sosiologi Modern. Jakarta: Kencana

Sarwono, Sarlito Wirawan. 2002. Psikologi Remaja. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.


(5)

65

Sears, O. David. 1985.Psikologi Sosial. Jakarta: Airlangga

Soekanto, Soerjono, 2001. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta : Raja Grafindo Persada

Sugiyono, 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung : Alfabeta.

Suyono, Ariyono. 1985. Kamus Antropologi. Jakarta: Akademi Pressindo.

Skripsi :

Skripsi, Lu'luuaful Faaizah. 2013. Persepsi Masyarakat Muslim Terhadap Waria Dan Dampak Hubungan Sosial. Fakultas Ushuluddin Studi Agama Dan Pemikiran Islam. Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga.

Skripsi,Wanto Zulkifli. 2008. Konstruksi Sosial Tentang Waria Di Kelurahan Bumijo, Kecamatan Jetis, Kota Yogyakarta. Fakultas Ushuluddin Studi Agama. Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta.

Skripsi, Juwandi Anwar. 2008. Makna Agama Dalam Perspektif Hidup Waria Pada Komunitas Pengajian Hadrah Al-Banjari Waria Al Ikhlas Surabaya. Fakultas Psikologi. Universitas Mercu Buana Yogyakarta.

Skripsi, Erika Magdalena Simanungkalit. 2014. Waria dan Relasinya. Fakultas Ilmu Sosial. Universitas Negeri Medan.


(6)

66 Jurnal online:

Suharyanto, Agung. 2015. Waria dalam pandangan antropologi tubuh Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan. Diakses Pada 07 Mei 2016 Pukul 19:19 WIB

Choiriyah, Febri, AYU. 2011. Kehidupan Waria Ditinjau Dari Hukum Islam (Studi Kritis Prilaku Keberagaman Di Pondok Pesantren Waria Senin-Kamis Notoyudan Yogyakarta). Fakultas Syairiah. STAIN Salatiga. Diakses pada 07 Mei 2016 pukul 20.30 WIB.

Media :

http://belajarpsikologi.com/pengertian-persepsi-menurut-ahli/, diposting Minggu 28 Februari 2016 pukul 16:59

Talib, Herdiansyah. 2016. Media Online Medansatu.com. diposting Jumat, 10 Juni 2016 oukul 09.00 wib