Pengetahuan Ibu tentang Zat Tambahan pada Makanan Jajanan Anak SD di Kelurahan Panyabungan III Kecamatan Panyabungan Kabupaten Mandailing Natal

(1)

PENGETAHUAN IBU TENTANG ZAT TAMBAHAN

PADA MAKANAN JAJANAN ANAK SD

DI KELURAHAN PANYABUNGAN III

KECAMATAN PANYABUNGAN

KAB. MANDAILING NATAL

SKRIPSI

Oleh:

Siti Amisah 111121023

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2013


(2)

(3)

Judul : Pengetahuan Ibu tentang Zat Tambahan pada Makanan Jajanan Anak SD di Kelurahan Panyabungan III Kecamatan Panyabungan Kabupaten Mandailing Natal Nama : Siti Amisah

NIM : 111121023

Fakultas : Keperawatan Universitas Sumatera Utara Tahun Akademik : 2011/2012

Abstrak

Permasalahan jajanan anak seringkali luput dari perhatian dan pengawasan orang tua, padahal kebiasaan anak untuk jajan suatu kegiatan rutin buat anak-anak. Makanan dan minuman jajanan anak biasanya disajikan dalam bentuk bubuk atau cair yang mengandung bahan-bahan zat tambahan seperti zat pewarna, pemanis, pengawet dan penyedap, dan banyak terkandung dalam jajanan anak. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pengetahuan ibu tentang penambahan zat tambahan pada makanan jajanan anak SD. Jenis penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif, teknik pengambilan sampel secara quota sampling dengan jumlah sampel 54 responden. Hasil penelitian menunjukkan ibu-ibu yang memiliki pengetahuan baik (63,0%), pengetahuan cukup (33,3%) dan pengetahun kurang (3,7%). Dari hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa pengetahuan ibu–ibu tentang penambahan zat tambahan makanan pada makanan jajanan anak SD di Kelurahan Panyabungan III Kecamatan Panyabungan Kabupaten Mandailling Natal telah memiliki pengetahuan yang baik. Diharapkan dengan pengetahuan yang baik,orang tua terutama para ibu mampu memberikan pengawasan yang baik pada anaknya untuk memilih jajanan yang baik untuk kesehatan, anak harus dibekali juga pengetahuan yang cukup agar bisa memilih jajanan secara bijaksana.


(4)

Title : Knowledge Capital of Additives in Food Kids Snack Panyambungan Village Elemnentry School in the District Panyabungan Mandailing Natal.

Name : Siti Amisah

NIM : 111121023

Faculty : Nursing University of North Sumatera Academy Year : 2011/ 2012

ABSTRACT

Problems hawker children often go unnoticed and supervision of parents, when your child to snack habit of a routine for the children. Food and beverage snacks children usually presented in the form of powder or liquid containing ingredients additives such as dyes, sweeteners, preservatives and flavoring, and are found mainly in children snacks. This study aimed to identify the mother's knowledge about the addition of additives in food hawker elementary school children. This type of research uses descriptive research, sampling techniques quota sampling with a sample of 54 respondents. Results showed that mothers had good knowledge (63.0%), sufficient knowledge (33.3%) and the knowledge is less (3.7%). From these results it can be concluded that the knowledge of the mothers about the addition of food additives in food hawker elementary school children in the village Panyabungan Mandailling District III District Panyabungan Christmas has had a good knowledge. Hopefully with good knowledge, parents especially mothers to provide good supervision in children to choose snacks that are good for health, the child should be well equipped enough knowledge to be able to

choose snacks wisely.


(5)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis ucapkan ke hadirat ALLAH SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skirips ini dengan judul “Pengetahuan Ibu Tentang Penambahan Zat Tambahan Makanan Pada Jajanan Anak SD dikelurahan Panyabungan III kecamatan Panyabungan Kabupaten mandailing natal.

Ucapan terima kasih saya sampaikan kepada pihak-pihak yang telah memberikan bantuan, bimbingan dan dukungan dalam proses penyelesaian Skripsi ini sebagai berikut:

1. Bapak dr. Dedi Ardinata, M.Kes, selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

2. Ibu Erniyati, S.Kp, MNS, selaku Pembantu Dekan I Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

3. Ibu Lufthiani, S.Kep, Ns. M.Kes, selaku Dosen Pembimbing saya ,yang senantiasa membimbing dan memberikan masukan yang sangat berharga dalam penulisan skripsi ini

4. Ibu Sri Eka, S.Kp., NS., M.kep., selaku dosen penguji I dan Ibu Evi karota Bukit, SKp., MNS, selaku dosen penguji II di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

5. Seluruh staf pengajar dan pegawai di fakultas keperwatan Universitas Sumatera utara yang telah memberikan bekal ilmu yang bermanfaat pada peneliti.


(6)

6. Terima kasih sebesar-besarnya peneliti ucapkan kepada kedua orang tua saya tercinta Ayahanda (H. Bustamam Hasan Siregar, dan Ibunda Hj. Asnah Nasution Almh), serta anakku tercinta Fadilah Ananda ummy,dan saudara – saudarakku tercinta yang selalu mendoakan dan menyayanngi ,dan memberikan dukungan dan senantiasa memberikan yang terbaik untuk peneliti. 7. Pihak kelurahan panyabungan III kecamatan Panyabungan kabupaten

Mandailing natal,yang telah memberikan Izin Pengumpulan dan Penelitian dan Informasi bagi peneliti.

8. Teman-teman Fakultas keperawatan universitas Sumatera Utara, stambuk 2011, terima kasih atas bantuan dan semangatnnya.

9. Terima kasih juga kepada sahabat sahabatku dipadang sidimpuan dan grup Akper Imelda stambuk 1992,Serta seluruh adik –adik yang berada dikos atas gg sarmin no. 15 yang selalu memberikan dukungan dan motivasi kepada penelliti.

10. Kepada seluruh pihak yang tidak dapat saya sebutkan namanya satu persatu yang telah mendukung peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan skripsi ini, akhir kata semoga skripsi ini dapat bermampaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan khususnya di bidang keperawatan dan bagi pihak –pihak yang membutuhkan.

Medan, 11 Februari 2013


(7)

DAFTAR ISI

Lembar Pengesahan ... i

Prakata ... ii

Daftar Isi ... iii

Daftar tabel………...……. vi

Daftar skema………..….. vii

Abstrak………..…... ... viii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1Latar Belakang ... 1

1.2Tujuan Penelitian ... 4

1.3Rumusan Masalah ... 4

1.4Manfaat Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 6

2.1 Pengetahuan ... 6

2.1.1 Defenisi Pengetahuan ... 6

2.1.2 Tingkat Pengetahuan ... 6

2.1.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan ... 7

2.2. Zat Tambahan Makanan ... 9

2.2.1 Defenisi Zat Tambahan Makanan ... 9

2.2.2 Zat-zat Tambahan Yang Terdapat Pada Makanan ... 10

2.2.3 Dampak Zat Tambahan Pada Kesehatan ... 16

2.3 Makanan Jajanan ... 21

2.3.1 Pengertian Makanan Jajanan... 21

2.3.2 Gangguan Akibat Jajanan Makanan ... 22

2.3.3 Konsumsi Makanan dan Kebiasaan Jajanan Anak Sekolah ... 23

BAB III KERANGKA KONSEPTUAL ... 26

3.1 Kerangka Konseptual ... 26

3.2 Defenisi Operasional ... 27

BAB IV METODE PENELITIAN ... 28

4.1 Desain Penelitian ... 28

4.2 Populasi dan Sampel Penelitian ... 28

4.2.1 Populasi ... 28

4.2.2 Sampel ... 28

4.3 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 29

4.3.1 Lokasi Penelitian ... 29

4.3.2 Waktu Penelitian ... 30

4.4. Pertimbangan Etik ... 30

4.5 Instrumen Penelitian... 30

4.6 Uji Validitas dan Uji Reliabilitas ... 31


(8)

4.6.2 Uji Reliabilitas ... 32

4.7Pengumpulan Data ... 32

4.8Analisa Data ... 33

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN………...…….. 34

5.1Hasil Penelitian………...………. 34

5.2Pembahasan……….. 36

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN………...…….. 42

6.1Kesimpulan………... 42

6.2Saran………. 42 Daftar Pustaka

Lampiran

1. Surat Informed Consent 2. Instrumen Penelitian 3. Tabel uji reliabilitas 4. Hasil penelitian 5. Surat izin penelitian 6. Taksasi dana

7. Lembar konsul 8. Jadwal Penelitian 9. Curiculum Vitae


(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Defenisi operasional variable penelitian………. 27 Tabel 5.1 Distribusi responden berdasarkan data demografi pengetahuan

ibu tentang penambahan zat tambahan makanan di kelurahan panyabungan III kecamatan panyabungan

kabupaten mandailing natal (n=54)……… 35 Table 5.2 Distribusi karakteristik tingkat pengetahuan ibu-ibu

tentang penambahan zat tambahan makanan

di kelurahan panyabungan III kecamatan panyabungan


(10)

DAFTAR SKEMA


(11)

Judul : Pengetahuan Ibu tentang Zat Tambahan pada Makanan Jajanan Anak SD di Kelurahan Panyabungan III Kecamatan Panyabungan Kabupaten Mandailing Natal Nama : Siti Amisah

NIM : 111121023

Fakultas : Keperawatan Universitas Sumatera Utara Tahun Akademik : 2011/2012

Abstrak

Permasalahan jajanan anak seringkali luput dari perhatian dan pengawasan orang tua, padahal kebiasaan anak untuk jajan suatu kegiatan rutin buat anak-anak. Makanan dan minuman jajanan anak biasanya disajikan dalam bentuk bubuk atau cair yang mengandung bahan-bahan zat tambahan seperti zat pewarna, pemanis, pengawet dan penyedap, dan banyak terkandung dalam jajanan anak. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pengetahuan ibu tentang penambahan zat tambahan pada makanan jajanan anak SD. Jenis penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif, teknik pengambilan sampel secara quota sampling dengan jumlah sampel 54 responden. Hasil penelitian menunjukkan ibu-ibu yang memiliki pengetahuan baik (63,0%), pengetahuan cukup (33,3%) dan pengetahun kurang (3,7%). Dari hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa pengetahuan ibu–ibu tentang penambahan zat tambahan makanan pada makanan jajanan anak SD di Kelurahan Panyabungan III Kecamatan Panyabungan Kabupaten Mandailling Natal telah memiliki pengetahuan yang baik. Diharapkan dengan pengetahuan yang baik,orang tua terutama para ibu mampu memberikan pengawasan yang baik pada anaknya untuk memilih jajanan yang baik untuk kesehatan, anak harus dibekali juga pengetahuan yang cukup agar bisa memilih jajanan secara bijaksana.


(12)

Title : Knowledge Capital of Additives in Food Kids Snack Panyambungan Village Elemnentry School in the District Panyabungan Mandailing Natal.

Name : Siti Amisah

NIM : 111121023

Faculty : Nursing University of North Sumatera Academy Year : 2011/ 2012

ABSTRACT

Problems hawker children often go unnoticed and supervision of parents, when your child to snack habit of a routine for the children. Food and beverage snacks children usually presented in the form of powder or liquid containing ingredients additives such as dyes, sweeteners, preservatives and flavoring, and are found mainly in children snacks. This study aimed to identify the mother's knowledge about the addition of additives in food hawker elementary school children. This type of research uses descriptive research, sampling techniques quota sampling with a sample of 54 respondents. Results showed that mothers had good knowledge (63.0%), sufficient knowledge (33.3%) and the knowledge is less (3.7%). From these results it can be concluded that the knowledge of the mothers about the addition of food additives in food hawker elementary school children in the village Panyabungan Mandailling District III District Panyabungan Christmas has had a good knowledge. Hopefully with good knowledge, parents especially mothers to provide good supervision in children to choose snacks that are good for health, the child should be well equipped enough knowledge to be able to

choose snacks wisely.


(13)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Visi pembangunan kesehatan di Indonesia adalah Indonesia sehat 2010, tapi hal ini masih menjadi fenomena karena kurangnya kemandirian masyarakat untuk hidup sehat. Sebab kesehatan adalah tanggung jawab bersama dari setiap individu, masyarakat, pemerintah dan swasta. Adapun peran yang dimainkan pemerintah tanpa kesadaran individu dan masyarakat untuk secara mandiri menjaga kesehatan mereka, maka tujuan Indonesia sehat tidak akan tercapai. Perilaku sehat dan kemampuan masyarakat untuk memilih dan mendapatkan pelayanan kesehatan yang bermutu sangat menentukan keberhasilan program pembangunan kesehatan (Mubarak, 2009).

Indonesia merupakan salah satu negara yang sedang berkembang. Dimana keadaan kesehatan lingkungan di Indonesia merupakan hal yang perlu mendapatkan perhatian karena menyebabkan status kesehatan masyarakat berubah. WHO melaporkan bahwa sekitar 70% kasus diare yang terjadi dinegara berkembang disebabkan oleh makanan yang telah tercemar. Pencemaran ini sebagian besar berasal dari industri boga dan rumah makan. Berdasarkan hasil survei di Amerika Serikat 20% kasus terjadi dirumah makan dan 3% ditemukan diindustri pangan. Sementara di Eropa, sumber kontaminasi terbesar justru berasal dari rumah (46%), restoran/hotel (15%), jamuan makan (8%), fasilitas kesehatan dan kantin (masing-masing 6%) dan sekolah (5%) (Arisman, 2009).


(14)

Permasalahan jajanan anak seringkali luput dari perhatian dan pengawasan para orangtua. Padahal kebiasaan anak-anak untuk jajan merupakan suatu kegiatan rutin buat anak-anak mengingat mereka jajan disekolahannya. Proses jajan bagi anak bisa berlangsung berkali-kali setiap hari, bahkan tak jarang anak-anak melewatkan waktu makannya dengan dalih sudah jajan. Permasalahan jajanan anak seringkali dianggap masalah sepele orangtua seringkali memberikan kebebasan pada anaknya untuk jajan sendiri. Padahal seringkali anak-anak tidak mempertimbangkan nilai gizi dari jajanan tersebut. Mereka hanya tertarik pada aroma dan penampilan jajanan yang menarik (Arisman, 2009).

Dalam jajanan anak-anak banyak ditemukan zat-zat tambahan pada jajanan anak yang dapat menimbulkan dampak negatif terhadap kesehatan anak. Adapun zat-zat adiptif yang sering ditemukan pada jajan anak yakni pengawet (asam benzoat, natrium nitrat, asam sitrat, asam sorbat, formalin), penyedap (mono-natrium-glutamate, calcium di L-glitamate, magnesium di L-glutamate, disodium inosinate), pewarna sunset yellow (orange), carmors sine (merah), brillian blue (biru) tartazine (kuning), pemanis (sakarin, sukrosa, pulsin, aspartan) dan masih banyak lagi jenis zat aditif lainnya yang ditemukan pada jajanan anak (Arisman, 2009).

Dewasa ini masalah keamanan pangan sudah merupakan masalah global, sehingga mendapatkan perhatian utama dalam kebijakan kesehatan masyarakat. Pada tahun 2009 telah terjadi lebih dari 50 kali kejadian keracunan makanan massal (korban lebih dari 10 orang) di Indonesia, 15 orang dinyatakan meninggal dunia. WHO menyebutkan sekitar 81 orang dipermukaan bumi tiap tahun


(15)

menderita sakit keracunan 9 diantaranya menimbulkan kematian (Badan POM RI, 2009). Untuk mengurangi angka kejadian keracunan pangan akibat zat aditif pada makanan jajanan anak, perlu adanya pendidikan pangan pada keluarga keluarga khususnya ibu untuk meningkatkan pengetahuan para ibu. Hal ini bertujuan mengubah kebiasaan memberikan makanan jajanan sembarangan yang mengandung bahan zat aditif pada anak. Beberapa bahan zat aditif yang mengandung zat karsinogen dapat mengurangi daya tahan tubuh pada anak, kepala pusing, defisit intelektula atau daya ingat dan masih banyak lagi keluhan lainnya yang diakibatkan zat aditif (Cahyadi, 2006).

Anak adalah anugerah Tuhan maka kita harus menjaganya. Anak merupakan individu yang berarti dalam satu rentang perubahan perkembangan yang dimulai dari bayi hingga remaja. Anak usia sekolah suka membeli makanan yang ada disekolah. Mereka tertarik dengan jajanan yang menampilkan macam bentuk, warna dan rasa yang memancing perhatian anak-anak. Karena anak usia sekolah yang paling tinggi konsumen jajannya maka peneliti ingin meneliti anak usia sekolah. Dan banyak ditemukan zat-zat aditif yang dapat menimbulkan dampak negatif terhadap kesehatan anak (Arisman, 2009).

Dari hasil survei awal kepada 15 ibu-ibu di Panyabungan III pada bulan April 2012, 7 orang diantaranya mengungkapkan kurang memperhatikan jajanan anaknya, terdapat 4 orang anak sering diare, 3 diantaranya sering lemas dan 1 anak berat badan kurang dari normal. Hal ini sesuai dengan kasus bahwa banyak anak yang tidak membawa bekal dan banyaknya yang jajan dari pedagang. Mereka juga kurang mengetahui tentang adanya penambahan zat tambahan


(16)

tertentu pada jajanan anak yang dapat berakibat buruk terhadap kesehatan anak. Seperti dapat mengurangi daya tahan tubuh pada anak, kepala pusing dan masih banyak lagi keluhan lainnya yang diakibatkan zat aditif. Akibat kurang pedulian orang tua untuk memperhatikan jajanan anak, bisa meningkatkan insiden keracunan yang membahayakan kesehatan anak (Cahyadi, 2006).

Untuk mengurangi angka kejadian pada kasus yang terjadi pada 15 Ibu-ibu pada survei awal di Kelurahan Panyabungan III di atas maka perlu diberikan informasi yang tepat pada kaum ibu-ibu yang memiliki anak usia sekolah 6-12 tahun tentang adanya penambahan zat tambahan makanan pada jajanan anak. Berdasarkan latar belakang di atas peneliti tertarik untuk meneliti tentang pengetahuan ibu-ibu tentang penambahan zat tambahan makanan pada jajanan anak SD.

1.2. Rumusan Masalah

Bagaimana pengetahuan ibu-ibu tentang penambahan zat tambahan pada jajanan anak di Panyabungan III Kecamatan Panyabungan kota.

1.3. Tujuan Penelitian

Untuk mengidentifikasi pengetahuan ibu-ibu tentang penambahan zat tambahan pada jajanan anak di Panyabungan III Kecamatan Panyabungan kota.


(17)

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1. Pendidikan Keperawatan

Diharapkan dapat menjadi sumber informasi yang berharga dalam meningkatkan ilmu pengetahuan dan pendidikan baik dibagian kesehatan lingkungan maupun dibagian keperawatan komunitas.

1.4.2. Praktik Keperawatan

Diharapkan dapat digunakan untuk meningkatkan pelayanan kesehatan dengan memberikan penyuluhan pada masyarakat, memberikan contoh membentuk desa binaan, obeservasi langsung dan kerjasama dengan aparat desa. 1.4.3. Penelitian Keperawatan

Hasil penelitian dapat meningkatkan motivasi para ibu-ibu untuk mengontrol jajanan anaknya dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.


(18)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengetahuan

2.1.1 Definisi Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil dari proses pembelajaran dan melibatkan indera penglihatan, pendengaran, penciuman dan pengecapan (Sitiawati, 2008). Pengetahuan adalah merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperolah melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2007). Pengetahuan adalah merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap objek tertentu (Notoatmodjo, 2003).

2.1.2. Tingkat Pengetahuan Di Dalam Domain Kognitif

Menurut Bloom pengetahuan mencakup dalam domain kognitif mempunyai enam tingkatan (Notoatmodjo, 2007) yaitu:

1. Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.


(19)

2. Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat mengintrepretasikan materi tersebut secara benar.

3. Aplikasi (Aplication)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yant telah dipelajari pada situasi atau kondisi real.

4. Analisis (Analyisis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen tapi masih dalam satu struktur.

5. Sintesis (Synthesis)

Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. 6. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan verifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.

2.1.3 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan

Pengetahuan dipengaruhi oleh beberapa faktor-faktor internal (pendidikan, persepsi, motivasi, pengalaman) dan faktor eksternal (lingkungan, sosial, ekonomi (penghasilan), kebudayaan dan informasi (Notoatmodjo, 2003).


(20)

1. Faktor Internal meliputi: a. Pendidikan

Pendidikan adalah suatu proses belajar yang berarti terjadi proses pertumbuhan, perkembangan atau perubahan kearah yang lebih dewasa, lebih baik dan lebih matang dari pada individu, kelompok atau masyarakat. Beberapa hasil penelitian mengenai pengaruh, pendidikan terhadap perkembangan pribadi bahwa pada umumnya pendidikan itu mempertinggi taraf intelegensi individu.

b. Persepsi

Persepsi adalah pengalaman yang dihasilkan melalui indera penglihatan, pendengaran, penciuman dan sebagainya, setiap orang mempunyai persepsi yang berbeda meskipun objeknya sama.

c. Motivasi

Motivasi adalah sebagai dorongan untuk bertindak dan mencapai suatu tujuan tertentu. Hasil dari dorongan dan gerakan ini diwujudkan dalam bentuk perilaku. Dalam mencapai tujuan dan munculnya motivasi memerlukan rangsangan dari dalam individu maupun dari luar, motivasi murni adalah motivasi yang betul-betul disadari akan pentingnya suatu perilaku dan dirasakan suatu kebutuhan.

d. Pengalaman

Pengalaman adalah sesuatu yang dirasakan (diketahui, dikerjakan) juga merupakan kesadaran akan suatu hal yang tertangkap oleh indera manusia. Pengetahuan diperoleh dari pengalaman berdasarkan kenyataan yang pasti


(21)

dan pengalaman yang berulang-ulang dapat menyebabkan terbentuknya pengetahuan. Pengalaman masa lalu dan aspirasinya untuk masa yang akan datang menentukan perilaku masa kini.

2. Faktro Eksternal yang mempengaruhi pengetahuan antara lain meliputi:

a. Lingkungan, sebagai faktor yang berpengaruh bagi pengembangan sifat dan perilaku individu.

b. Sosial ekonomi, penghasilan sering dilihat untuk menilai suatu hubungan antara tingkat penghasilan dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan. c. Kebudayaan, adalah perilaku normal, kebiasaan, nilai dan perjuangan

sumber-sumber didalam suatu masyaraka akan menghasilkan suatu pola hidup.

d. Informasi adalah penerangan/keterangan, pemberitahuan yang dapat menimbulkan kesadaran dan mempengaruhi perilaku (Notoatmodjo, 2003).

2.2. Zat Tambahan Makanan

2.2.1. Definisi Zat Tambahan Makanan

Zat tambahan makanan adalah bahan yang biasanya tidak digunakan sebagai makanan, dan biasanya merupakan unsur khas makanan mempunyai atau tidak mempunyai nilai gizi, yang dengan sengaja ditambahkan kedalam makanan untuk maksud teknologi (termasuk organo septik). Pada pembuatan, pengolahan, penyiapan, perlakuan, pengepakan, pengemasan, penyimpanan atau pengangkutan makanan untuk menghasilkan atau diharapkan menghasilkan (langsung atau tidak


(22)

langsung) suatu komponen atau mempengaruhi sifat khas makan tersebut (Sartono, 2001).

Bahan tambahan pangan (Food Additive) adalah bahan atau campuran yang secara alami bukan merupakan bagian dari bahan baku pangan, tetapi di tambahkan ke dalam pangan untuk mempengaruhi sifat atau bentuk bahan pangan. Jadi bahan tambahan pangan ditambahkan untuk memperbaiki karakter pangan agar memiliki kualitas yang meningkat (Budiyanto, 2004).

2.2.2. Zat-zat Tambahan Yang Terdapat pada Makanan

Zat-zat Tambahan yang terdapat pada makanan ada beberapa jenis seperti diuraikan dibawah ini (Cahyadi, 2006).

1. Pewarna

Penyalah gunaan pemakaian zat pewarna yang sembarangan digunakan pada bahan pangan misalnya zat pewarna untuk tekstil untuk mewarnai bahan makanan. Hal ini sangat berbahaya bagi kesehatan karena ada residu logam berat pada zat pewarna tersebut Pewarna dicampur dalam makanan untuk menimbulkan warna tertentu yang diharapkan dapat membangkitkan selera. Namun sayangnya, tidak banyak tersedia zat pewarna seperti yang diharapkan. Zat pewarna yang tidak dianjurkan untuk makanan adalah sunset yellow, azorubine indigotine, amaranth, tartazine, brilliant blue, food greens, brilliant black, brown Hi, annatho extract, dan masih banyak jenis pewarna lainnya (Arisman, 2009).

Ada beberapa hal yang menyebabkan suatu bahan pangan berwarna antara lain dengan penambahan zat pewarna. Secara garis besar, berdasarkan


(23)

sumbernya dikenal dua jenis zat pewarna yang termasuk dalam golongan bahan tambahan pangan, yaitu pewarna alami dan pewarna sintetis (Cahyadi, 2006).

a. Pewarna Alami

Banyak warna cemerlang yang ditemukan pada tanaman dan hewan dapat digunakan sebagai pewarna untuk makanan. Beberapa pewarna alami ikut menyumbangkan niali nutrisi (karotinoid, riboflavin, dan kobalamin) merupakan bumbu (kunir dan paprika) atau pemberi rasa (charamel) ke bahan olahannya. Beberapa pewarna alami yang berasal dari tanaman dan hewan diantaranya adalah klorofil, mioglobin, dan hemoglobin, anthasianin, fravonoid, fannin, quinon dan xanthon dan karatenoid (Cahyadi, 2006).

b. Pewarna Sintetis

Zat warna yang digunakan harus menjalani pengujian dan prosedur penggunaannya yang disebut proses sertifikasi. Proses sertifikasi ini meliputi, pengujian kimia, biokimia, toksikologi, dan analisa media. terhadap zat warna tersebut. Proses pembuatan zat warna sintetis biasanya melalui perlakuan pemberian asam sulfat atau asam nitrat yang sering kali terkontaminasi oleh arsen atau logam berat lain yang bersifat racun. Untuk zat pewarna yang dianggap aman, ditetapkan bahwa kandungan arsen tidak boleh lebih dari 0,0004 persen dan timbal balik tidak boleh lebih dari 0,0001 sedangkan logam berat lainnya tidak boleh ada (Cahyadi, 2006).


(24)

2. Pengawet

Pengawet adalah zat (biasanya zat kimia) yang digunakan untuk mencegah pertumbuhan bakteri pembusuk mempengaruhi warna, tekstur dan rasa makanan dan tentu saja tidak mahal (Arisman, 2009).

a. Jenis Bahan Pengawet

Zat pengawet Anorganik, yang sering dipakai adalah sulfit, hydrogen peroksida, nitrat dan nitrit dan zat pengawet organic lebih banyak dipakai dari pada yang anorganik karena bahan ini lebih mudah dibuat. Bahan organic digunakan baik dalam bentuk asam maupun dalam bentuk garamnya. Zat kimia yang sering dipakai sebagai bahan pengawet adalah asam sorbet, asam propinol, asam benzoate, asam asetat, dan epoksida (Cahyadi, 2006).

b. Mekanisme Kerja Bahan Pengawet

Mekanisme kerja senyawa anti mikroba berbeda-beda antara senyawa yang satu dengan yang lain, meskipun tujuan akhirnya sama yaitu menghambat atau menghentikan pertumbuhan mikroba. Larutan garam NaCl dan gula yang digunakan sebagai bahan pengawet selamanya lebih pekat dari pada sitoplasma dalam mikro organisme. Oleh karena itu air akan keluar dalam sel dan sel menjadi kering atau mengalami dehidrasi. Kerja asam sebagai baha pengawet tergantung pada pengaruhnya terhadap pertumbuhan mikro organism seperti bakteri yang tumbuh pada bahan pangan.


(25)

Penambahan asam berarti menurunkan ph yang disertai dan naiknya konsentrasi ion hydrogen (H+) dan dijumpai bahan ph rendah lebih besar penghambatannya pada pertumbuhan organisme. Efektifitas suatu asam dalam menurunkan ph tergantung pada kekuatan (strength) yaitu derajat ionisasi asam dan konsentrasi yaitu jumlah asam dan volume tertentu (Cahyadi, 2006).

c. Tujuan Penggunaan Bahan Pengawet

Bahan pengawet merupakan salah satu bahan tambahan pangan yang paling tua penggunaannya. Pada permulaan peradaban manusia asap telah digunakan untuk mengawetkan daging, ikan dan jagung. Demikian pula pengawetan dan menggunakan garam, asam dan gula telah dikenal sejak dahulu kala. Kemudian dikenal penggunaan bahan pengawet untuk mempertahankan pangan dari gangguan mikroba sehingga pangan tetap awet seperti semula.

Secara ideal, bahan pengawet akan menghambat atau membunuh mikroba yang penting dan kemudian memecah senyawa berbahaya menjadi titik berbahaya dan toksin. Bahan pengawet akan mempengaruhi dan menyeleksi jenis mikroba yang dapat hidup pada kondisi tersebut. Derajat penghambatan terhadap kerusakan bahan pangan oleh mikroba bervariasi dengan jenis bahan pengawet yang digunakan dan besarnya penghambatan ditentukan oleh konsentrasi bahan pengawet yang digunakan.


(26)

3. Penyedap Rasa

Penyedap rasa didefinisikan sebagai bahan tambahan pangan yang dapat memberikan dan menambah atau mempertegas rasa dan aroma. Penyedap rasa merupakan gabungan dari semua perasaan yang terdapat dalam mulut, termasuk mouth feel. Mouth feel suatu bahan pangan yaitu perasaan kasar-licin, lunak liat dan cair kental. Penyedap rasa bukan hanya merupakan suatu zat, melainkan suatu komponen tertentu yang bersifat khas. Bahwa penyedap mempunyai beberapa fungsi dalam bahan pangan sehingga dapat memperbaiki, membuat lebih bernilai atau diterima dan lebih menarik. Sifat utama pangan seperti flavor jeruk manis, jeruk nipis, lemon, dan sebagainya (Cahyadi, 2006).

a. Tujuan Penggunaan Penyedap Rasa

Bahan penyedap mempunyai fungsi dalam bahan pangan sehingga dapat bersifat memperbaiki, membuat lebih bernilai atau lebih diterima dan lebih menarik. Sifat utama pada penyedap rasa adalah member ciri khas khusus suatu pangan seperti flavor jeruk manis, jeruk nipis, lemon dan sebagainya (Cahyadi, 2006).

Tujuan penggunaan penyedap rasa dalam pengolah pangan adalah sebagai berikut: mengubah aroma hasil olahan dan penambahan aroma tertentu selama pengolahan, modifikasi, pelengkap atau penjual aroma, menutupi atau menyembunyikan aroman bahan pangan yang tidak disukai, membentuk aroma baru atau menetralisir atau bergabung dengan komponen dalam bahan penyedap.


(27)

b. Jenis Bahan Penyedap

Penyedap alami (bumbu, herbal, dan daun minyak esensial, penyedap sari buah, ekstra tanaman atau hewan dan penyedap sintetis). c. Efek Penyedap Rasa Terhadap Kesehatan

Beberapa bahan penyedap rasa yang menyebabkan gangguan bagi kesehatan adalah :

- Monosodium glutamate (MSG)

- Potassium hydrogen L-glutamate (mono patassum glutamate) - Kalsium di hydrogen di L-glutamate

4. Pemanis

Pemanis merupakan senyawa kimia yang sering ditambahkan dan digunakan untuk keperluan produk olahan pangan, industri, serta minuman dan makanan kesehatan. Pemanis berfungsi untuk meningkatkan cita rasa dan aroma, memperbaiki sifat-sifat fisik, sebagai pengawet memperbaiki sifat-sifat kimia sekaligus merupakan sumber kalori bagi tubuh, mengembangkan jenis minuman dan makanan dan jumlah kalori terkontrol, mengontrol program pemeliharaan dan penurunan berat badan, mengurangi sakit gigi dan sebagai bahan substitusi pemanis utama.

a. Jenis Pemanis

Dilihat dari sumber pemanis dapat dikelompokkan menjadi pemanis alami dan pemanis buatan (sintetis). Pemanis alami biasanya

berasal dari tanaman. Tanaman penghasil pemanis yang utama adalah tebu (Sacchanum Offi Canarcum L). bahan pemanis yang dihasilkan dari kedua


(28)

tanaman tersebut dikenal sebagai gula alami atau sukrosa ( Cahyadi, 2006).

Mengelompokkan beberapa bahan pemanis alami yang sering digunakan adalah: sukrosa, laktosa, maltose, galaktosa, glukosa, D-fruktosa, sorbet, manitol, gliseril, gliserum.

b. Efek Pemanis Sintetis Terhadap Kesehatan

Penggunaan zat pemanis sintetik dapat mengakibatkan deficit intelektual yang berat sehubungan dengan penggunaan zat pemanis sintetik, bermanifestasi susah mengingat, lupa waktu, kepala pusing, sakit persendian, mual, mati rasa, kejang otot, kegemukan, hingga berakhir dengan kematian (Robet, 2008).

2.2.3. Dampak Zat Tambahan Pada Kesehatan

Rasanya sulit sekali untuk tidak bersinggungan dengan bahan-bahan makanan yang benar-benar tidak pernah tersentuh oleh substansi kimia. Petani menabur pupuk untuk menyuburkan dan menyemprotkan peptisida untuk membunuh serangga pengganggu.

Pasca panen, sebagian buah dan sayuran ditaburi zat kimi kembali agar tidak cepat membusuk. Sebutir apel kini tidak dapat lagi dipercaya sebagai buah peningkat daya tahan tubuh, sedangkan pepatah dulu mengatakan bahwa sebutir apel sehari dapat membuat pemakannya tidak membutuhkan dokter karena penyakit tidak dapat menembus pertahanan yang dibangun oleh komponen zat gizi didalam apel.


(29)

Bahan kimia yang hamper selalu digunakan dan pemrosesan makanan adalah: zat aditif, peptisida, logam beracun dan produk rumahan. Zat aditif adalah zat yang ditambahkan kedalam makanan untuk lebih menyedapkan atau membuat makanan tersebut menjadi lebih tahan lama. Peptisida adalah zat kimia yang biasanya digunakan untuk membunuh serangga. Logam beracun sering digunakan sebagai pelapis wajan atau wadah untuk memasak. Produk rumahan adalah zat kimia yang lazim digunakan dirumah tangga seperti cairan pembersih dan pupuk. (Arisman, 2009).

Ada beberapa zat aditif yang dilarang digunakan karena dapat berdampak pada kesehatan yaitu:

1. Allura Red Ac

Berguna untuk pewarna merah-jingga, digunakan pada minuman, permen, bumbu (saus, cuka, anggur, obat dan kosmetik).

Tidak boleh digunakan penderita asma (juga hang fever) dan urtikaria, karena daoat menyebabkan kaker pada tikus percobaa. Dilarang beredar di Denmark, Belgia, Perancis, Jerman, Swedia, Austria dan Norwegia.

2. Amaranth

Berguna untuk pewarna anggur, kue, kristal selai. Memicu timbulnya asma, rhinitis, urtikaria, dan hiper aktivitas. Menyebabkan cacat lahir dan kematian janin pada hewan percobaan; mungkin juga kanker. Dilarang beredar di AS, Rusia, Austria, Norwegia.


(30)

3. Aspartan

Berguna untuk pemanis permen, alkohol dan makanan lain. Dapat mempengaruhi penderita feriketoturia. Dosis tinggi jangka lama mengakibatkan sakit kepala, buta dan kejang.

4. Asam Benzoat

Kegunaan dicampur dalam minuman beralkohol (pengawet, serelia, makanan, pangan, keju, gula-gula, rempah, bahan olahan susu beku, permen lunak, pengganti gula, kosmetik, sebagai anti septik dan obat batuk dan salep anti jamur.

Dapat menghambat enzim pencernaan untuk sementara waktu dan menurunkan kadar glisin. Jangan digunakan pada penderita asma (terutama penderita yang bergantung pada steroid), rhinitis, urtikaria, alergi lain, dan neurologis serta hiper aktivitas.

5. Ba H lafed Hiydroxy Anisole

Berguna untuk pengawet terutama, makanan berlemak, permen karet, daging, produk kentang instan, margarine mungkin karsinogen terhadap manusia. BHA juga berinteraksi dengan nitrat membentuk senyawa yang mengubah sel DNA. Tidak diperkenankan untuk digunakan dalam makanan bayi, karena dapat memicu timbulnya reaksi alergi pada sebagian orang. Serta memicu hiper akitivitas dan intoleransi dengan dosisi tinggi dapat menyebabkan kanker pada binatang percobaan. Dilarang beredar di Jepang.


(31)

6. Kalsium Benzoat

Kegunaan pengawet berbagai makanan, minuman, produk rendah gula, serezura olahan daging. Dapat menghambat fungsi enzim pencernaan dan menurunkan kadar asam amino glisin. Larangan : hang fever, urtikaria dan asma

7. Kalsium Sulfit

Berguna sebagai pengawet banyak makanan, mulai dari burger, minyak, biskuit, di jamur beku, hingga lobak. Digunakan juga untuk membuat bahan lama tampak lebih segar. Pada kesehatan dapat menyebabkan gangguan bronkus, flu shing, hipotensi, syok, anafilaktik, gatal, L10. Dilarang terhadap penderita asma, masalah kardiorespirasi dan emfisema.

8. MSG

Berguna untuk penyedap rasa. Menyebabkan tekanan di kepala, kejang, nyeri dada, sakit kepala, mual dan rasa terbakar.

9. Kalium Nitrat

Kegunaannya fiksasi warna dan pengawet daging kari dan daging yang dikalengkan. Pengaruhnya pada kesehatan dapat menurunkan daya angkut oksigen darah (menyebabkan sesak nafas, pusing, sakit kepala) berikatan dengan zat lain membentuk nitrosamine yang bersifat karsinogenik dan berefek atrofik terhadap kelenjar adrenal, tidak boleh digunakan dalam makanan bayi dan anak.


(32)

10.Propyl P-hydroxy Benzoate, Propyl Paraben dan Paraben.

Berguna untuk pemanis buatan. Mungkin bersifat karsinogenik terhadap manusia.

11.Natrium meta trisulfit/Natrium Sulfit

Berguna untuk pengawet pada pembuatan anggur dan pemrosesan makanan serta anti oksidan. Dapat memicu asma yang berat, kebanyakan penderita asma peka terhadap sulfit.

12.Stannous Chloride

Kegunaannya untuk anti oksidan dan penahan warna pada makanan yang kalengan atau botolan, serta jus. Dapat menyebabkan keracunan akut pernah dilaporkan akibat mengkonsumsi jus jeruk yang mengandung zat aditif ini lebih dari 20 mg per liter.

13.Sulfur Dioksida

Berguna sebagai pengawet produk tertentu: bir, minuman ringan, buah kering, jus, anggur, cuka, dan produk kentang. Sulfur dioksida bereaksi dengan zat yang terdapat dalam makanan: berbagai vitamin penting, mineral, enzim, asam lemak esensial. Reaksi yang tidak diinginkan gangguan bronchus terutama pada mereka yang mudah terkena asma, hypotensi, merah dan gatal, sok anafilaktik, penderita bronchitis, konjungsi livits, emfisema, asma dan kardiovaskular dilarang mengkonsumsi.

14.Sunset Yellow

Digunakan dalam serealia, bakery, permen, camilan, minuman kaleng, ikan kalengan, obat seperti Barocca, polaramine, sirup ventolin.


(33)

Indikasi setardasi pertumbuhan. Penderita asma, rhinitis, urtikaria jangan mengkonsumsi makanan/minuman yang mengandung zat ini. Efek samping berupa urtikaria, rhinitis, hidung tersumbat, alergi, hiper aktivitas, tumor ginjal, kerusakan kromosom, sakit perut, mual dan muntah.

Dilarang di Norwegia. 15.Tartrazine

Kegunaannya pewarna kuning makanan, minuman, permen, selai, serelia, camilan, ikan kalengan, sup kalengan. Menyebabkan reaksi alergi, serangan asma, dan hiper aktivitas pada anak, berkaitan dengan tumor tiroid, kerusakan kromosom, kepekaan terhadap tartrazine yang berhubungan dengan kepekaan terhadap aspirin. Dilarang di Australia dan Norwegia.

2.3. Makanan Jajanan

2.3.1 Pengertian Makanan Jajanan

Makanan jajanan yang dijual oleh pedagang kaki lima atau dalam istilah lain disebut “street food” menurut FAO didefinisikan sebagai makanan dan minuman yang dipersiapkan dan dijual oleh pedagang kaki lima di jalanan dan ditempat-tempat keramaian umum lain yang langsung dimakan atau dikonsumsi tanpa pengolahan atau persiapan lebih lanjut. Jajanan kaki lima dapat menjawab tantangan masyarakat terhadap makanan yang murah, mudah, menarik dan bervariasi.

Makanan minuman jajanan adalah makanan minuman yang tidak mengandung alkohol, merupakan minuman olahan dalam bentuk bubuk atau cair


(34)

yang mengandung bahan-bahan tambahan lainnya baik alami maupun sintetik yang dikemas dalam kemasan siap untuk di konsumsi (Cahyadi, 2005).

Makanan jajanan sudah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan masyarakat baik diperkotaan maupun di pedesaan. Konsumsi makanan jajanan diperkirakan terus meningkat mengingat makin terbatasnya waktu anggota keluarga untuk mengolah makanan sendiri. Keunggulan makanan jajanan adalah murah dan mudah di dapat serta cita rasanya yang enak dan cocok dengan selera kebanyakan masyarakat.

2.3.2. Gangguan Akibat Makanan Jajanan Adapun akibat gangguan akibat makanan jajanan adalah: 1. Jajanan Pinggir jalan

Jajanan yang dijual dipinggir jalan kemungkinan besar tercemar timah (Pb). Pb dapat mengakibatkan idiot, infertilitas, keguguran, kelumpuhan, gastrointestinal (kram perut, sembelit, mual, muntah-muntah), encephalphaty (sakit kepala, bingung, pikiran kacau, sering pingsan dan koma), gagal ginjal, kaku, kelemahan, tidak ingin bermain, peka terhadap rangsangan, sulit berbicara.

2. Makanan Tidak Bersih Bisa Tercemar bakter E-coli

Gangguan yang ditimbulkan bakteri ini adalah sakit perut, diare dan gangguan pencernaan lainnya.

3. Jajanan yang menggunakan formalin dan boraks dapat mengakibatkan gangguan pencernaan, seperti sakit perut akut, muntah-muntah, depresi sistem syaraf, serta kegagalan peredaran darah. Formalin dan boraks biasanya


(35)

digunakan untuk pengawet mayat, pembasmi kecoa, dan penghilang bau. Dalam dosis tinggi formalin menyebabkan kejang-kejang, tidak bisa kencing, muntah darah, kerusakan ginjal bahkan kematian.

4. Jajanan dengan pewarna rhodamin dapat mengakibatkan gangguan fungsi hati, bahkan kanker hati puluhan tahun kemudian.

5. Jajanan yang mengandung Vetsin (Mono Sodium Glutamat/MSG) menyebabkan sindrom restoran china. Tanda-tanda rasa kebas di tengkuk, menjalar ke lengan dan belakang. Dalam jangka panjang MSG dapat mengakibatkan kanker bahkan kematian.

Beberapa tindakan yang oleh masyarakat diperkirakan aman ternyata berpengaruh buruk terhadap keamanan makanan. Misalnya penggunaan air limbah untuk mengairi pertanian dapat menyebabkan kontaminasi pada hasil panen atau menyebabkan infeksi pada manusia atau makanan hewan (Depkes RI, 2004).

2.3.3. Konsumsi Makanan dan Kebiasaan Jajan Anak Sekolah

Pada permulaan usia sekolah, anak mulai berhubungan dengan orang-orang di luar keluarganya. Selain itu mereka berkenalan pula dengan suasana dan lingkungan baru dalam hidupnya. Keadaan ini tentu saja dapat mempengaruhi kebiasaan makan anak. Pengalaman-pengalaman baru, kegembiraan di sekolah, rasa takut terlambat tiba di sekolah menyebabkan anak sering menyimpang dari kebiasaan makan yang sudah teratur sebelum masuk sekolah.


(36)

Timbulnya kebiasaan jajan akan mempengaruhi konsumsi makanan di rumah. Bila anak terlalu banyak makan jajanan, terutama bila jajan dilakukan pada saat yang seharusnya untuk makan di rumah akan dapat menurunkan nafsu makan anak. Keadaan ini berkaitan dengan keadaan anak yang mempunyai lambung kecil, sehingga dengan jajanan anak sudah merasa kenyang.

Frank (1997) berdasarkan hasil penelitiannya menyatakan bahwa ada hubungan antara kebiasaan makan anak dengan ukuran tubuhnya. Makan siang dan malam anak sekolah menyediakan 60% dari intake kalori, sementara makanan jajanan menyediakan kalori sekitar 25%. Anak yang gemuk dan obesse ternyata hanya sedikit makan pada waktu makan pagi dan lebih banyak makan pada waktu siang dibandingkan dengan anak yang kurus pada umur yang sama. Khusus untuk intake energi dari makan pagi dan jajanan sore hari mempunyai hubungan yang terbalik endang kegemukan anak.

Strare & Margaret (1994) berpendapat bahwa anak-anak usia SD akan mempunyai gizi yang baik terutama jika mereka berasal dari keluarga yang mempunyai kebiasaan makan yang baik. Pada usia sekolah ini sebagian besar makanan mereka dimakan dirumah. Dalam hal ini orang tuan mempunyai peran yang cukup besar dalam menyediakan dan merencanakan makanan dirumah. Dikatakan juga bahwa bila terdapat kebiasaan gizi yang jelek pada anak, selain dipengaruhi oleh kebiasaan makan keluarga yang jelek juga dipengaruhi oleh pendapatan keluarga yang rendah. Dengan pendapatan yang terbatas makanan yang mencukupi tidak selalu tersedia untuk memberikan variasi dan jumlah yang dibutuhkan dalam mengembangkan kebiasaan gizi yang baik pada anak.


(37)

Dari hasil penelitian terhadap anak umur 8 tahun, Magarey (1987) mendiskripsikan bahwa 71 persen dari semua makanan anak dimakan dirumah bersama keluarga, 20 persen dengan teman di sekolah dan kurang dari 1 persen dimakan direstoran dan tampat-tempat penjual makanan.


(38)

BAB III

KERANGKA KONSEPTUAL

3.1. Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual dalam penelitian ini menjelaskan variable-variabel yang akan diamati atau diukur melalui penelitian yang akan dilakukan pada skema kerangka konseptual dapat dilihat bahwa sampel dalam penelitian ini adalah ibu-ibu yang tinggal di Panyabungan III Kecamatan Panyabungan kota dimana peneliti akan mengidentifikasi pengetahuan ibu-ibu tentang penambahan zat tambahan pada jajanan anak.

Skema 3.1 Kerangka Konsep Pengetahuan Ibu-ibu

tentang Penambahan zat tambahan pada jajanan anak.

- Defenisi zat tambahan makanan.

- Jenis-jenis zat tambahan makanan

- Dampak zat tambahan makanan pada

kesehatan.

Hasil Pengetahuan 1. Baik

2. Cukup 3. Kurang


(39)

3.2. Definisi Operasional

Tabel 3.1 Defenisi operasional variable penelitian

No Varibel Defenisi Operasional Alat Ukur Hasil Ukur Skal a Pengetahuan Pengetahuan adalah

sesuatu yang diketahui ibu tentang

penambahan zat tambahan pada jajanan anak di Panyabungan III Kecamatan

Panyabungan Kota yang meliputi: - Defenisi zat

tambahan makanan. - Jenis-jenis zat

tambahan makanan - Dampak zat

tambahan makanan pada kesehatan. Kuesioner Pengetahuan ibu tentang penambahan zat tambahan pada jajanan anak yang meliptui 24 pertanyan Baik, 33-48 Cukup 17-32 Kurang 1-16 Ordi nal


(40)

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif yaitu bertujuan untuk mengidentifikasi pengetahuan ibu-ibu tentang penambahan zat tambahan makanan pada jajanan anak SD di Kelurahan Panyabungan III Kecamatan Panyabungan Kabupaten Mandailing Natal.

4.2. Populasi dan Sampel Penelitian 4.2.1 Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti (Notoatmodjo, 2010). Populasi dalam penelitian ini adalah ibu-ibu yang memiliki anak usia sekolah 6-12 tahun di Kelurahan Panyabungan III Kecamatan Panyabungan Kabupaten Mandailing Natal. Berdasarkan survey awal didapatkan jumlah populasi sekitar 115 kepala keluarga (KK).

4.2.2 Sampel

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang akan diteliti dalam pengambilan sampel digunakan teknik tertentu, sehingga sampel tersebut sedapat mungkin mewakili populasi (Notoatmodjo, 2010). Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah quota sampling yang digunakan untuk menentukan jumlah sampel yang diinginkan.


(41)

Responden yang dipilih adalah responden yang mampu berkomunikasi, membaca dan menulis dengan baik, sehat jasmani dan rohani, Ibu-ibu yang mempunyai anak usia sekolah 6-12 tahun dan bersedia menjadi responden peneliti.

Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan perhitunagn menurut Nursalam (2009):

Keterangan: n = Ukuran sampel N = Ukuran populasi d = Standar deviasi (0,1)

Perhitungannya sebagai berikut:

n = 54

Maka dalam penelitian ini sampel yang diambil adalah 54 orang.

4.3. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.3.1. Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Kelurahan Panyabungan III Kecamatan Panyabungan Kabupaten Mandailing Natal. Alasan peneliti memilih lokasi karena banyak ibu-ibu yang memiliki anak usia 6 – 12 tahun dan terdapat masalah


(42)

pengetahuan ibu-ibu tentang penambahan zat tambahan pada jajanan anak dan didaerah ini belum pernah dilakukan penelitian

4.3.2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakn pada bulan Oktober sampai Desember 2012 di Kelurahan Panyabungan III Kecamatan Panyabungan Kabupaten Mandailing Natal.

4.4. Pertimbangan Etik

Penelitian ini dilakukan setelah peneliti mendapat persetujuan dari Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara dan lurah di Kelurahan Panyabungan III Kecamatan Panyabungan Kabupaten Mandailing Natal.

Selanjutnya setelah mendapat izin, peneliti menyerahkan langsung lembar persetujuan kepada responden. Bagi calon responden yang bersedia untuk diteliti maka responden terlebih dahulu menandatangani lembar persetujuan (informed consent). Peneliti tidak akan mencantumkan nama responden pada lembar kuesioner (anonimity). Bagi responden yang menolak untuk diteliti maka peneliti tetap menghormati haknya untuk menjadi kerahasiaan responden (Confidentiality). Lembar tersebut hanya diberikan nomor atau kode tertentu.

4.5. Instrumen Penelitian

Instrument yang digunakan dalam penelitian ini di buat dalam bentuk kuesioner dengan berpedoman kepada tinjauan pustaka dan kerangka konsep. Pada bagian pertama dari instrument penelitian berisi data demografi responden


(43)

meliputi usia, pendidikan, jenis kelamin, agama, suku, pekerjaan dan pendapatan. Bagian instrumen kedua berisi pernyataan untuk mengetahui pengetahuan ibu-ibu tentang penambahan zat tambahan pada jajanan anak yang dilakukan dengan observasi yaitu pengamatan yang dilakukan oleh peneliti secara langsung dengan menggunakan pedoman sebagai instrument pengamatan (Arikunto, 2006).

Kuesioner pengetahuan tentang penambahan zat tambahan pada jajanan anak meliputi 24 pertanyaan: defenisi zat tambahan makanan: 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8; jenis-jenis zat tambahan makanan 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16; dampak zat tambahan pada kesehatan 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24;

Pilihan pernyataan menggunakan skala Guttman, yaitu skala yang bersifat tegas dan konsistensi dengan memberikan jawaban yang tegas seperti jawaban dari pernyataan ya dan tidak. Skala Guttman ini pada umumnya dibuat seperti checklist (√) dengan interpretasi penilaian, apabila skor benar nilainya 2, dan apabila salah nilainya 1 (Hidayat, 2008).

Maka dikategorikan dari 24 pernyataan dengan pilihan jawaban ya dan tidak. Hasil ukur Baik = 33-48, Cukup = 17-32, Kurang = 1-16 dengan menggunakan skala ordinal.

4.6. Uji Validitas dan Uji Reliabilitas 4.6. 1. Uji Validitas

Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan dan dapat mengungkap data dari variabel yang akan diteliti secara tepat. Tinggi rendahnya validitas instrumen menunjukkan sejauh mana data yang


(44)

akan dikumpulkan orang menyimpang dari gambaran tentang validitas yang dimaksud. Uji validitas telah dilakukan oleh dosen yang ahli di bidangnya yaitu Ibu Evi Karota Bukit, SKp., MNS selaku dosen keperawatan komunitas di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

4.6.2. Uji Reliabilitas

Reliabilitas adalah kesamaan hasil pengukuran atau pengamatan bila fakta atau kenyataan tadi diukur atau diamati berkali-kali dalam waktu yang berlainan (Nursalam, 2009). Penelitian ini menggunakan reliabilitas internal yang diperoleh dengan cara menganalisis data dari satu kali pengetesan (Arikunto, 2002). Uji reliabilitas dilakukan pada 10 orang responden dengan menggunakan formula Cronbach Alpha dan diolah datanya dengan program komputer. Hasil uji reliabilitas telah dilakukan di kelurahan Sihitang kec. Padang Sidimpuan Utara Kotamadya Padang sidimpuan, hasil uji reabilitas ini adalah 0,756. Parameter suatu instrument dikatakan reliabel jika nilainya 0,70-1,00 (Polit & Hungler, 1999).

4.7 Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan adalah dengan penyebaran kuesioner. Pengumpulan data dimulai setelah peneliti menerima surat izin pelaksanaan penelitian dari Institusi pendidikan yaitu Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara dan Lurah di Kelurahan Panyabungan III Kecamatan Panyabungan Kota. Peneliti langsung mendatangi tempat tinggal calon responden


(45)

dalam menjelaskan kepada calon responden tentang maksud, tujuan dan prosedur penelitian.

Bagi calon responden yang bersedia menjadi responden diminta untuk menandatangani informed consent. Responden diminta menjawab pertanyaan dengan mengisi sendiri kuesioner yang diberikan sesuai dengan waktu yang diberikan kurang lebih 30 menit, selanjutnya data yang dikumpulkan dianalisa. Peneliti tidak akan mencantumkan nama responden pada lembar pengumpulan data (kuesioner) yang diisi oleh responden. Lembar tersebut hanya diberi nomor kode tertentu. Kerahasiaan informasi yang diberikan oleh responden dijamin oleh peneliti (Nursalam, 2009).

4.8. Analisa Data

Setelah semua data terkumpul, maka dilakukan analisa data melalui beberapa tahapan. Pertama melakukan pengecekan terhadap kelengkapan identitas dari responden serta memastikan bahwa semua jawaban telah diisi sesuai dengan petunjuk, dilanjutkan dengan mengklarifikasi data dengan mentabulasi data yang telah dikumpulkan. Kemudian dilakukan pengolahan data dengan menggunakan program komputer dengan teknik analisa statistik deskriptif. Pengolahan data dilakukan dengan cara univariat, dimana data univariat untuk menampilkan data demografi, pengetahuan ibu-ibu tentang penambahan zat tambahan pada jajanan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan persentase.


(46)

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan diuraikan hasil penelitian dan pembahasan mengenai tingkat pengetahuan ibu tentang penambahan zat tambahan makanan pada jajanan anak SD dikelurahan Panyabungan III Kec Panyabungan Kabupaten Mandailing Natal, Penelitian telah dilakukan mulai dari bulan Oktober sampai dengan desember 2012,dengan jumlah responden 54 Responden

5.1 Hasil Penelitian

Sesuai dengan tujuan penelitian, maka hasil penelitian ini akan menguraikan tingkat pengetahuan ibu tentang penambahan zat tambahan makanan pada jajanan anak SD diKelurahan Panyabungan III Kecamatan Panyabungan Kabupaten Mandailing Natal.

5.1.1 Karakteristik Data Demografi Responden

Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan karakteristik responden dari data yang diperoleh sebagian besar ibu yang berusia 42-49 tahun (33,3%), jika dilihat dari data demografis yang bersuku Mandaling sebanyak 22 responden (40,7%), dari pendidikan SMA sebanyak 18 responden (33,3), pekerjaan sebagai ibu rumah tangga / IRT 20 responden (33,3%), yang berpenghasilan > Rp1000.000 sebanyak 26 responden (48,1%). Untuk lebih menjelaskan hasil penelitian mengenai karakteristik responden dapat dilihat pada tabel 5.1.:


(47)

Tabel 5.1 Distribusi responden berdasarkan karakteristik responden di Kelurahan Panyabungan III Kecamatan Panyabungan Kabupaten Mandailing Natal (n=54) No. Identitas Frekuensi Persentase ( %) 1. Usia

18-25 3 5,6

26-33 14 25,9

34-41 16 29,6

42-49 18 33,3

50-57 3 5,6

2. Suku

Jawa 9 16,7

Batak 18 33,3

Minang 5 9,3

Mandailing 22 40,7

3. Pendidikan

SD 10 18,5

SMP 17 31,5

SMU 18 33,3

PT (Perguruan Tinggi) 9 16,6 4. Pekerjaan

IRT (Ibu Rumah Tangga) 20 37,0

PNS 2 3,7

Wiraswasta 16 29,6

Petani 7 13,0

Karyawan 9 16,7

5. Penghasilan

<Rp 500.000 7 13,0

Rp 500.000 10 18,5

Rp 1.000.000 11 20,4


(48)

5.1.2 Karakteristik berdasarkan tingkat pengetahuan

Hasil penelitian tingkat pengetahuan pada ibu di Kelurahan Panyabungan III kecamatan Panyabungan Kabupaten mandailing natal adalah: zat tambahan pangan yang sering ditemukkan (74,1%), nama zat pemanis yang sering ditemukan pada jajanan anak (50,0%), pewarna yang alami yang boleh digunakan (70,4%), jenis penyedap alami yang boleh digunakan (72,2%), alasan orang tua harus memperhatikan jajanan anak (75,9%), akibat yang ditimbulkan bila mengkonsumsi zat tambahan dalam waktu lama (75,9 %), tujuan penggunaan bahan pengawet (72,2%), yang paling sering digunakan sebagai zat tambahan (87,0%), untuk mencegah terjadinya keracunan pada jajanan anak (63,0%), cara orang tua untuk mengurangi konsumsi jajanan anak (87,0%), Prinsip yang dipakai untuk mengurangi konsumsi jajanan anak (85,2%), hal-hal yang perlu diperhatikan ibu yang memiliki anak usia sekolah tentang jajanan anak (70,4%), efek pemanis terhadap kesehatan (77,8%), tujuan pengguna penyedap rasa (77,8%), menentukan perbedaan jenis pemanis alami dengan pemanis buatan (79,6%), Memilih jajanan yang baik untuk kesehatan anak 74,1%), Usaha orang tua untuk memberikan jajanan yang baik (85,2%), jika orang tua disarankan memberikan jajanan anak (66,7%), makanan yang mengandung bahan tambahan pangan (79,6%), hal yang harus diketahui orangtua tentang pemilihan jajanan anak (81,5%), beberapa faktor penyebab tingginya jajanan anak (66,7%), Sikap yang benar dimiliki ibu akibat beredarnya bahan tambahan (63,0%), Perbedaan anak yang mengkonsumsi dengan yang tidak mengkonsumsi zat tambahan (66,7%), makanan yang tidak bersih bisa tercemar bakteri (59,3%).


(49)

Tabel 5.2 Distribusi karakteristik tingkat pengetahuan responden di kelurahan Panyabungan III kecamatan Panyabungan Kabupaten Mandailing Natal

No Pertanyaan pengetahuan

Kategori Penilaian

Ya Tidak

f % F %

I Defenisi Zat Tambahan Makanan 1 Zat tambahan pangan yang sering

ditemukan pada jajan anak

40 74,1 14 25,9

2 Nama zat pemanis yang sering ditemukan pada jajanan anak

27 50,0 27 50,0

3 Pewarna yang alami yang boleh digunakan tanpa menimbulkan efek

38 70,4 16 29,6

4 Jenis penyedap alami yang boleh digunakan

39 72,2 15 27,8

5 Alasan orang tua harus memperhatikan jajanan anak

41 75,9 13 24,1

6 Akibat yang ditimbulkan bila

mengkonsumsi zat tambahan dalam waktu lama

41 75,9 13 24,1

7 Tujuan penggunaan bahan pengawet 39 72,2 15 27,8 8 Bahan tambahan pangan yang sering

terdapat pada jajanan anak

47 87,0 7 13,0

II Jenis-jenis Zat Tambahan Makanan 9 Tugas orang tua untuk mencegah

terjadinnya keracunan anak

34 63,0 20 37,0

10 Cara orang tua untuk mengurangi konsumsi jajanan anak


(50)

11 Prinsip yang pakai untuk mengurangi konsumsi jajanan

46 85,2 8 14,8

12 Hal yang perlu diperhatikan ibu yang memiliki anak usia sekolah

38 70,4 16 29,6

13 Efek pemanis terhadap kesehatan 42 77,8 12 22,2 14 Tujuan penguna penyedap rasa 42 77,8 12 22,2 15 Menentukan perbedaan jenis pemanis alami

dengan pemanis buatan

43 79,6 11 20,4

16 Menentukan memilih jajanan yang baik 40 74,1 14 25,9 III Dampak Zat Tambahan Makanan Pada

Kesehatan

17 Usaha orang tua untuk memberikan jajananyang baik

46 85,2 8 14,8

18 Jika orang tua diwajibkan memberikan jajanan maka

36 66,7 18 33,3

19 Bahan tambahan pangan dapat diketahui 43 79,6 11 20,4 20 Hal yang harus diketahui orangtua tentang

pemilihan jajanan anak

44 81,5 10 18,5

21 Beberapa faktor tingginya jajan anak 36 66,7 18 33,3 22 Sikap ibu beredarnya bahan tambahan

dalam jajanan anak

34 63,0 20 37,0

23 Perbedaan anak yang mengonsumsi dengan yang tidak mengkonsumsi zat tambahan

36 66,7 18 33,3

24 Makanan yang tidak bersih bisa tercemar bakteri


(51)

5.1.3 Tingkat pengetahuan ibu tentang penambahan zat tambahan Makanan pada Jajanan anak SD diKelurahan Panyabungan III Kecamatan Panyabungan Kabupaten Mandailing Natal

Hasil penelitian didapat bahwa kategori pengetahuan kurang didapat 2 (3,7%) sedangkan pengetahuan cukup didapat dari hasil penelitian ini adalah sebanyak 18(33,3%) dan dengan kategori pengetahuan baik sebanyak 34 (63,0%).

Hasil tingkat pengetahuan kategori penilaian dapat dilihat pada tabel 5.3 berikut: Tabel 5.3 Distribusi kategori tingkat pengetahuan responden Distribusi karakteristik tingkat penilaian responden di kelurahan Panyabungan III kecamatan Panyabungan Kabupaten Mandailing Natal

Kategori penilaian

Kategori

Frekuensi Persentase (%) Baik 34 63,0

Cukup 18 33,3

Kurang 2 3,7

5.2 Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dikelurahan Panyabungan III Kecamatan Panyabungan Kabupaten Mandailing Natal menunjukkan bahwa kebanyakan responden berpengetahuan baik 34 responden (63,0%) dan responden berpengetahuan cukup 18 responden (33,3%) dan responden yang berpengetahuan kurang sebanyak 2 responden (3,7%).


(52)

crosstabulation antara tingkat pendidikan dengan pengetahuan didapatkan bahwa tingkat pendidikan SMA dengan Diploma/Perguruan tinggi mempunyai tingkat pengetahuan yang hampir sama tingginya, yaitu dari 18 responden yang memiliki tingkat pendidikan SMA memiliki pengetahuan baik sebanyak 33,3. Maka dapat disimpulkan bahwa pendidikan juga berpengaruh pada tingkat pengetahuan. Tetapi yang paling berpengaruh pada pengetahuan ibu-ibu tentang penambahan zat tambahan makanan pada jajanan anak SD adalah pengalaman dan banyaknya informasi yang diperoleh baik dari tenaga kesehatan maupun informasi dari media cetak maupun elektronik.

Pernyataan tersebut di atas didukung oleh pernyataan Budiningsih (2005) bahwa pengetahuan bukan sesuatu yang sudah ada dan tersedia, sementara orang lain tinggal menerimanya. Pengetahuan adalah sebagai sesuatu pembentukan yang terus menerus oleh seseorang yang setiap saat mengalami reorganisasi karena adanya pemahaman-pemahaman momen baru maka diharapkan bagi responde untuk menambah pengetahuannya dapat dilakukan melalui informasi yang disekitarnya.

Pengetahuan umumnya datang dari pengalaman bisa didapat dari informasi yang didapat dari guru, orang tua, teman, maupun buku maupun surat kabar. Selain itu lingkungan juga akan membentuk keperibadian seseorang dimana lingkungan banyak menyediakan informasi yang dapat menambah pengetahuan seseorang pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (Notoadmojo, 2003).


(53)

Pengetahuan pasien tentang penambahan zat tambahan makanan pada jajanan anak SD dikelurahan Panyabungan III Kecamatan Panyabungan Kabupaten Mandailing Natal perlu dibahas persub variabel yaitu: defenisi zat tambahan makanan, jenis-jenis zat tambahan makanan, dan dampak zat tambahan makanan pada kesehatan.

Pada pengetahuan pasien tentang defenisi zat tambahan makanan mayoritas responden memiliki pengetahuan baik sebanyak 47 responden (87,0%). Berdasarkan hasil penelitian, responden telah mengetahui bahwa defenisi zat tambahan makanan adalah bahan yang biasanya tidak digunakan sebagai makanan dan biasanya merupakan unsur khas makanan yang tidak mempunyai nilai gizi yang dengan sengaja ditambahkan kedalam makanan. Dari delapan pertanyaan tentang penambahan zat tambahan makanan terdapat satu pertanyaan yang kurang dapat dijawab dengan benar oleh responden yaitu pertanyaan no. 2. Pertanyaan itu adalah : nama zat pemanis yang sering ditemukan pada jajanan anak adalah Aspartan berguna untuk pemanis permen, alkohol dan makanan. Berdasarkan hasil penelitian responden kurang mengetahui menghindari makanan yang mengandung soda mie, aspartan, MSG, baking powder. Pengawet makanan atau natrium benzoate (biasanya terdapat didalam saos, kecap, selai jelly) serta mengkomsumsi makanan kemasan seperti mie instan. Dari hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa responden tidak mengetahui secara tepat adanya zat tambahan makanan yang terdapat pada jajanan anak, banyak terdapat pada permen. Hasil penelitian ini sesuai dengan peneltiian Rahmanto (2008) bahwa dalam kondisi seperti ini, jalan untuk menyelamatkan anak-anak dan


(54)

keluarga dari jajanan yang tidak sehat dan menjaga pertahanan dapur ibu. Adalah hal terbaik yang harus dilakukan para ibu adalah tidak memanjakan anak dengan jajanan instan. Bila sehat dan memenuhi persyaratan akan jajanan instan yang umum dikonsumsi, anak harus diberi penjelasan untuk membaca komposisi bahan dalam kemasan dan menjelaskan pada mereka. Zat-zat yang berbahaya untuk kesehatan karena itu para ibupun dituntut untuk lebih kreatif membuat sendiri jajanan anak yang tak kalah enak dan menarik untuk anak-anak dan keluarganya sendiri.

Pertanyaan no. 2 dijawab ya oleh 27 responden (50,0%) dan tidak oleh 27 responden (50,0%). Hal tersebut diperkuat oleh hasil wawancara pada saat pengambilan data bahwa responden banyak membeli jajanan yang siap saji (makanan instan) tetapi tidak mengetahui adanya zat tambahan makanan yang ada dalam jajanana tersebut yang dapat berbahaya untuk kesehatan seperti aspartan, dosis tinggi, dan jangka lama, mengakibatkan sakit kepala, buta dan kejang (Arisman, 2009).

Pada pengetahuan responden tentang jenis-jenis zat tambahan makanan sebanyak 8 pertanyaan, berpengetahuan baik sebanyak 47 responden 87,0% menjawab benar. Tetapi untuk pertanyaan nomor 9 tentang cara mencegah terjadinya keracunan pada anak, maka hal yang harus dilakukan oleh orang tua adalah menghindari makanan yang mengandung zat-zat tambahan pemanis, pengawet, perwarna dan penyedap. Pertanyaan tersebut kurang dapat dijawab oleh responden. Pertanyaan tersebut dijawab oleh 54 responden dengan menjawab ya, 34 responden (63,0%) dan tidak 20 responden (37,0%).


(55)

Bahan makanan yang mengandung zat tambahan seperti pemanis, pengawet, pewarna dan penyedap dapat menurunkan daya tahan tubuh dan menyebabkan keracunan kurang diketahui responden tidak baik dikonsumsi dan dapat mengakibatkan keracunan dan dapat menimbulkan kanker, hal ini sesuai dengan penelitian Murni (2010) setiap orang tua perlu mengawasi makanan yang dibeli anak-anaknya, kalau orang tua membebaskan anaknya untuk memilih akibatnya bisa berbahaya. Boraks, zat pengawet dan pewarna berbahaya merupakan bahan aditif (tambahan) makanan sementara bahan tambahan makanan terutama yang terbuat dari unsur kimia hanya dibatasi penggunaannya. Jika tidak dikendalikan dalam jangka panjang bahan-bahan aditif tersebut bisa menjadi bersifat kariogenik (memicu timbulnya kanker), supaya bahaya yang mengancam anak-anak sekolah itu bisa ditekan dan menyarankan agar produsen lebih memilih bahan tambahan dari unsur alami bukan dari unsur kimia. Jenis bahan tambahan alami itu antara lain, daun pandan (untuk menghasilkan aroma harum dan warna hijau), selain memantau jajanan anak sekolah perlu juga menjaga jajanan makanan anak yang berada ditempat yang bersih.

Berdasarkan wawancara pada saat pengumpulan data didapat bahwa responden kurang mengetahui bahwa efek penggunaan zat tambahan makanan pada jajanan anak seperti zat pemanis, pengawet, pewarna, dan penyedap. Penggunaan zat tambahan tersebut dapat mengakibatkan deficit intelektual, yang berat, sehubungan dengan penggunaan zat pemanis sintetik bermanifestasi lupa, kepala pusing, sakit persendian, mual, mati rasa, kejang otot, kegemukan hingga berakhir dengan kematian (Robert, 2008).


(56)

Pada pengetahuan responden tentang dampak zat tambahan makanan pada kesehatan, sebanyak 44 responden (81,5%) mempunyai pengetahuan baik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya dampak zat tambahan makanan pada kesehatan hal ini terlihat dari 24 pertanyaan yang diajukan kebanyakan dari responden menjawab benar. Sedangkan yang menjawab kurang hanya 10 responden (18,5%), dari 8 (delapan) tentang dampak zat tambahan makanan pada kesehatan terdapat satu pertanyaan yang kurang dapat dijawab benar oleh responden yaitu pertanyaan no. 24. Pertanyaan tersebut menyatakan bahwa makanan yang tidak bersih bisa tercemar bakteri dapat menimbulkan infeksi saluran pencernaan diare.

Dari hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa mayoritas responden kurang memperhatikan tentang kebersihan makanan jajanan anaknya, berdasarkan hasil wawancara dengan responden didapatkan bahwa responden tidak memperhatikan tentang kebersihan jajanan anaknya dan akibat yang dapat ditimbulkan akibat tidak menjaga kebersihan makanan mereka. Sehingga responden merasa tidak perlu menjaga kebersihan jajanan anak mereka. Responden tidak mengetahui bahwa bakteri yang terdapat pada makanan dapat menimbulkan infeksi saluran pencernaan (diare). Bila dibiarkan lebih lama dapat menimbulkan penyakit yang lebih parah lagi seperti penyakit kurang gizi dan lain-lain. Hal ini berdasarkan penelitian Badan POM yang juga menguji keamanan berbagai jenis makanan, sedikitnya 19. 465 jenis makanan dijadikan sampel pengujian tersebut. Hasil sebanyak 56% sampel tidak layak diedarkan, sebanyak 185 item mengandung pewarna berbahaya, 94 item mengandung boraks 74 item


(57)

mengandung pewarna dan 15 item mengandung benzoat dan asam pengawet dalam kadar berlebih dari hasil penelitian menunjukkan mayoritas tingkat pengetahuan ibu tentang penambahan zat tambahan makanan pada jajanan anak SD di Kelurahan Panyabungan III Kecamatan Panyabungan Kabupaten Mandailing Natal dengan kategori baik 34 (63,0%) dan kategori penilaiannya cukup 18 (33,3%) dan kurang 2 (3,7%).

Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Yani (2008) sebagai orang tua pasti ingin menyediakan yang terbaik untuk anak-anaknya. Anak yang diberi makanan bergizi dengan komposisi yang sehat tumbuh menjadi anak yang kuat dan mudah beradaptasi dan menjadi anak yang sehat. Dan jika dibandingkan dengan anak yang diberikan dengan makanan dengan komposisi yang kurang bersih.

Sebagai orang tua, pasti ingin mengetahui apa yang dimakan oleh anak mereka. Seperti adanya kepastian menyangkut keaslian, keamanan, kualitas dan tekstur dari isi makanan anak. Dengan menyiapkan sendiri makanan anak, maka orang tua dapat memegang kendali atas apa yang dimakan oleh anak. Orang tua juga memiliki pengetahuan atas apa yang dimasukkan ke dalam makanan anak. Semakin orang tua terlibat dalam proses penyiapan makanan untuk anak, semakin besar kemungkinan orang tua bisa memupuk kebiasaan makan yang sehat. Selain itu, orang tua memberikan makan yang sesuai dengan kebutuhan dan keperluan anak mereka dan karena orang yang memegang kendali atas tekstru dan isi dari makanan anak-anaknya, orang tua yang paling tahu apa yang paling baik untuk anak mereka ( Tiurmawati, 2009).


(58)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1Kesimpulan

Tingkat pengetahuan ibu mengenai penambahan zat tambahan makanan pada jajanan anak SD di Kelurahan Panyabungan III Kecamatan Panyabungan Kabupaten Mandailing Natal diperoleh hasil data bahwa mayoritas ibu memiliki tingkat pengetahuan yang baik yaitu sebanyak 34 orang (63,0%), sedangkan responden yang berpengatuhan dengan kategori cukup sebanyak 18 orang (33,3%) dan responden yang berpengatuhan dengan kategori kurang sebanyak 1 orang (3,7%). Jadi dapat disimpulkan bahwa hasil penelitian pengetahuan ibu-ibu mengenai penambahan zat tambahan makanan dikategorikan baik.

6.2 Saran

6.2.1 Bagi Praktik Keperawatan

Dalam praktik keperawatan komunitas perlu mengadakan penyuluhan kesehatan terhadap ibu-ibu yang memiliki anak usia sekolah 6-12 tahun tentang penambahan zat tambahan makanan agar orang tua tidak memberikan jajanan dengan bebas pada anaknya dan sebaiknya orang tua memberi penjelasan pada anak apabila jajan diluar rumah dapat memilih jajanan yang baik untuk kesehatan anak.


(59)

6.2.2 Bagi Penelitian Keperawatan

Untuk penelitian selanjutnya peneliti menyarankan agar dapat memberikan gambaran atau informasi bagi yang akan melanjutkan penelitian ini atau melaksanakan penelitian yang berhubungan dengan ruang lingkup terkait penelitian tingkat pengetahuan ibu tentang zat tambahan pada jajanan anak.

6.2.3 Bagi Pendidikan Keperawatan

Melalui pendidikan perlu diinformasikan untuk menambahkan materi tentang zat tambahan makanan khususnya pada mata kuliah keperawatan komunitas.

6.2.4 Bagi Masyarakat

Dari hasil penelitian yang diperoleh, perlunya para adanya kader yang aktif dalam memberikan informasi tentang bahaya zat tambahan pada jajanan anak dan disarankan kepada ibu-ibu untuk membawakan bekal anak mereka dari rumah.


(60)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta

Arisman. (2009). Buku Ajar Ilmu Gizi Keracunan Makanan. Jakart: EGC

Budiyanto, A. K. (2004) Dasar-dasar Ilmu Gizi. Malang: Universitas Muhammadiyah

Cahyadi. (2006). Analisis dan Aspek Kesehatan Bahan Tambahan Pangan. Jakarta: Bumi Aksara

Cahyadi, W. (2008). Analisis dan Aspek Kesehatan Bahan Tambahan Pangan. (Edisi 2). Jakarta: Bumi Aksara

Dinas Kesehatan Propinsi Sumatera Utara. (2004). Profil Kesehatan Propinsi Sumatera Utara. Medan.

Farah. (2008). Waspadai Simanis Pemicu Kanker. http: //syiarislam.wordpress.com. Di akses pada tanggal 22 Desember 2012. Hidayat. (2008). Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. (Jilid 1). Jakarta:

Salemba Medika.

Mubarak, C. (2009). Ilmu Kesehatan Masyarakat: Teori dan Aplikasi. Jakarta: Salemba Medika.

Murni. (2010). Zat Aditif dapat Menyebabkan Hiperaktivitas. http: //belajarislam.com/index.php?option=com di akses pada tanggal 22 desember 2012.

Notoadmodjo, S. (2003). Ilmu Kesehatan Masyarakat Prinsip-prinsip Dasar. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Notoadmodjo, S. (2007). Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Notoadmodjo, S. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Nursalam, (2009). Konsep dan Penerapan metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Sartono. (2001). Racun dan Keracunan. Jakarta:Widia Medika.

Setyawati. (2008). Proses Pembelajaran Dalam Pendidikan Kesehatan. Jakarta: Trans Infomedia.


(61)

Tiurmawati, S. (2011). Pengetahuan Ibu-Ibu tantang Penambahan Zat Tambahan pada Jajanan Anak dan Dampaknya pada Kesehatan di Padang Bulan Medan. Skripsi Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara: Medan.

Ward. (1997). Waspadai Simanis Pemicu Kanker. http: //syiarislam.wordpress.com. Di akses pada tanggal 22 Desember 2012. Zee. (2007). Msg dan Zat Berbahaya dalam Jajanan Anak.

http://syiarislam.wordpress.com. Do akses pada tanggal 22 Desember 2012.


(62)

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Saya adalah mahasiswa Fakultas Ilmu Keperawatan Ekstensi Universitas Sumatera Utara.

Nama : Siti Amisah NIM : 111121023

Akan melakukan penelitian dengan judul “Pengetahuan Ibu Tentang Penambahan Zat Tambahan Makanan Pada Jajanan Anak SD Di Panyabungan III Kecamatan Panyabungan Kabupaten Mandailing Natal “. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengetahuan ibu tentang penambahan zat tambahan makanan pada jajanan anak di Panyabungan III Kecamatan Panyabungan Kabupaten Mandailing Natal

Saya mengaharapkan tanggapan/jawaban yang ibu berikan berasal dari hati nurani sendiri tanpa ada pengaruh dari orang lain. Informasi yang ibu berikan tidak akan dipergunakan untuk maksud-maksud lain. Identitas dan informasi yang ibu akan dijamin kerahasiaannya.

Partisipasi ibu dalam penelitian ini bersifat sukarela, ibu bebas untuk ikut serta menjadi responden penelitian atau menolak tanpa ada sanksi apapun. Jika ibu bersedia menjadi responden penelitian ini, silahkan ibu menandatangani kolom ini.

Medan, Oktober 2012

Responden Peneliti


(63)

KUESIONER PENELITIAN Petunjuk Pengisian

1. Berilah tanda checklist (√) atau mengisi jawaban pada tempat yang telah disediakan.

2. Bila ada yang kurang dimengerti dapat ditanyakan langsung kepada peneliti. I. Data Demografi

1. Kode (diisi oleh peneliti)

2. Usia : tahun

3. Pendidikan Terakhir : ( ) SD ( ) D-III ( ) SMP ( ) S1 ( ) SMA ( ) S2 4. Jenis Kelamim : ( ) Lk

( ) Pr 5. Agama : ( ) Islam

( ) Kristen

6. Suku : ( ) Jawa ( ) Mandailing ( ) Batak ( ) Minang ( ) Karo

7. Pekerjaan : ( ) Petani ( ) Wiraswasta ( ) Karyawan ( ) BUMN ( ) Ibu Rumah Tangga ( ) PNS 8. Pendapatan : ( ) < Rp. 5.000.000,-

( ) Rp. 500.000,- ( ) Rp. 1.000.000,- ( ) > Rp. 10.000.000,-

II. PENGETAHUAN IBU-IBU

1. Zat bahan tambahan pangan yang sering ditemukan pada jajanan anak adalah: a. Pemanis

b. Pengawet c. Peptisida

2. Nama zat pemanis yang sering ditemukan pada jajanan anak adalah: a. Mono sodium glutamate (MSG)


(64)

c. Aspartam

3. Pewarna yang alami yang boleh digunakan untuk makanan tanpa menimbulkan efek pada kesehatan adalah:

a. Telur (Kuning)

b. Daun Suji, Daun Pandan, Orange c. Sunset yellow (pewarna orange)

4. Jenis bahan penyedap alami yang sering digunakan tanpa menimbulkan efek pada kesehatan ialah:

a. Mono sodium glutamat (MSG) b. Herba (sebangsa rumput) c. Vanili

5. Alasan orang tua harus memperhatikan jajanan anak yang mengandung zat tambahan pangan seperti pemanis, pengawet, penyedap dan pewarna:

a. Untuk menjaga agar makanan tidak menimbulkan efek kesehatan pada anak

b. Karena biar dikatakan peduli dengan anak c. Agar dibilang sayang terhadap anak

6. Akibat yang ditimbulkan bila mengkonsumsi zat aditif dalam jangka waktu lama:

a. Penyebab penyakit keganasan seperti kanker b. Mengakibatkan radang tenggorokan dan batuk c. Demam tinggi

7. Tujuan penggunaan bahan pengawet pada makanan adalah: a. Mencegah makanan cepat basi

b. Agar makanan mudah dicerna tubuh c. Memberi arti ekonomi (menghemat)


(65)

8. Yang paling sering digunakan sebagai zat tambahan pada jajanan anak adalah: a. Pengeras

b. Pengencer c. Pemanis

9. Untuk mencegah terjadinya keracunan pada jajanan anak, maka yang harus dilakukan orang tua sebagai berikut:

a. Memilih jajanan dari swalayan

b. Menghindari makanan yang mengandung zat-zat tambahan pemanis, pengawet, pewarna dan penyedap

c. Memberi kepercayaan jajanan yang disukai

10. Cara yang digunakan orang tua untuk mengurangi mengkonsumsi jajanan disekolah yaitu dengan cara :

a. Memberi bekal dari rumah b. Beri kebebasan berjajan c. Memberi uang jajan

11. Prinsip yang harus dipakai untuk mengurangi konsonsumsi jajananan anak antara lain:

a. mengurangi aktivitas anak diluar rumah

b. Beri kebebasan pada anak untuk membeli jajanan kesukaannya c. Anjurkan dan biasakan anak dengan jajanan yang baik dan sehat

12. hal-hal yang perlu diperhatikan ibu yang memiliki anak usia sekolah tentang jajanan anak sekolah adalah:

a. Menjelaskan pada anak adanya bahaya dalam jajanan b. Jangan memberikan jajanan apapun


(66)

c. Memberikan jajanan semua jenis jajanan apapun

13.Efek pemanis terhadap kesehatan dapat mengakibatkan anak menjadi: a. Anak rajin

b. Badan gemuk c. Defisit intelektual

14.Tujuan penggunaan penyedap rasa adalah untuk membuat makanan….. a. Lebih beraroma/menarik

b. Lebih mahal harganya c. Lebih banyak nilai gizinya

15. Untuk menunjukkan perbedakan jenis pemanis alami dan pemanis buatan adalah:

a. Tingkat manis yang berbeda b. Perbedaan bentuknya c. Perbedaan mereknya

16.Memilih jajanan yang baik untuk kesehatan anak yang tidak menimbulkan efek buruk terhadap kesehatan anak adalah:

a. Makanan yang dijual ditoko-toko mahal

b. Makanan yang berkualitas tidak menimbulkan efek apapun c. Makanan yang bersih

17.Usaha orang tua memberikan jajanan yang baik untuk kesehatan anak adalah: a. Memberi yang murah

b. Memberi makanan yang sehat dan bergizi c. Memberi yang mahal

18.Jika orang tua disarankan memberi jajanan pada anak di luar rumah maka: a. Orang tua akan memberikan yang bergizi baik untuk kesehatan


(67)

b. Orang tua memberikan makanan kesukaan anak c. Orang tua menyediakan semua makanan

19.Makanan yang mengandung bahan tambahan pangan dapat diketahui antara lain:

a. Berwarna cerah

b. Mempunyai rasa yang gurih dan renyah c. Memiliki rasa manis, asam dan asin

20.Hal yang harus diketahui orang tua tentang pemilihan jajanan anak sebaiknya: a.Sertifikasi dari pemerintah bahan makanan dapat dikonsumsi (PPOM) b. Makanan yang memiliki serat tinggi

c. Ada kandungan penyedapnya

21.Beberapa faktor penyebab tingginya jajanan anak diluar rumah yang ditimbulkan karena:

a. Faktor kurang ketelitian orang tua b. Faktor kasih sayang orang tua c. Faktor kurang makan

22.Sikap yang benar yang dimiliki ibu-ibu terhadap banyak beredar bahan tambahan pangan pada jajanan anak-anak:

a. Cemas dengan keadaan sekarang b. Empati terhadap situasi

c. Bijak dalam mengambil keputusan dalam tsindakan

23.Perbedaan anak yang sering mengkonsumsi zat bahan tambahan pangan dengan yang tidak mengkonsumsi bahan tambahan pangan adalah:

a. Anak periang

b. Menurunya daya tahan tubuh c. Gampang ngantuk


(68)

24.Makanan yang tidak bersih bisa tercemar bakteri dapat menimbulkan : a. Batuk

b. Infeksi saluran pencernaan : diare c. Demam


(69)

(70)

(71)

(72)

(73)

(74)

Lampiran 9 CURRICULUM VITAE

CURICULUM VITAE

Data pribadi

Nama : Siti Amisah

Tempat/tanggal lahir : Padang Sidempuan, 14 April 1974 Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Alamat : Jln. Prima No. 43 Pasar VII Tembung Pendidikan formal

1. 1980 _ 1986 : SD Swasta Indra Murni Persit KCK 2. 1986 _ 1989 : MTsN Padang Sidempuan

3. 1989 _ 1992 : MAN 1 Padang Sidempuan 4. 1992 _ 1995 : Akper Imelda Medan


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

Lampiran 9

CURRICULUM VITAE

CURICULUM VITAE

Data pribadi

Nama : Siti Amisah

Tempat/tanggal lahir : Padang Sidempuan, 14 April 1974 Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Alamat : Jln. Prima No. 43 Pasar VII Tembung Pendidikan formal

1. 1980 _ 1986 : SD Swasta Indra Murni Persit KCK 2. 1986 _ 1989 : MTsN Padang Sidempuan

3. 1989 _ 1992 : MAN 1 Padang Sidempuan 4. 1992 _ 1995 : Akper Imelda Medan

5. 2011 _ sekarang : Fakultas Ilmu Keperawatan USU