Peranan Pasar Baru Panyabungan Terhadap Pengembangan Wilayah di Kecamatan Panyabungan Kabupaten Mandailing Natal

(1)

PERANAN PASAR BARU PANYABUNGAN TERHADAP

PENGEMBANGAN WILAYAH DI KECAMATAN

PANYABUNGAN KABUPATEN MANDAILING NATAL

T E S I S

Oleh

AHMAD RIFAI SIMAMORA

107003015/PWD

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2012

S

EK

O L A

H P

A

S C

A S A R JA

N


(2)

PERANAN PASAR BARU PANYABUNGAN TERHADAP

PENGEMBANGAN WILAYAH DI KECAMATAN

PANYABUNGAN KABUPATEN MANDAILING NATAL

T E S I S

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Perencanaan Pengembangan Wilayah dan Pedesaan

pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

Oleh

AHMAD RIFAI SIMAMORA

107003015/PWD

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2012


(3)

Judul Tesis : PERANAN PASAR BARU PANYABUNGAN TERHADAP PENGEMBANGAN WILAYAH DI KECAMATAN

PANYABUNGAN KABUPATEN MANDAILING NATAL

Nama Mahasiswa : Ahmad Rifai Simamora

Nomor Pokok : 107003015

Program Studi : Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan

(PWD)

Menyetujui Komisi Pembimbing,

(Dr. Ir. Rahmanta, M.Si) (Dr. Rujiman, MA)

Ketua Anggota

Ketua Program Studi Direktur


(4)

Telah diuji pada

Tanggal 27 Desember 2012

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Dr. Ir. Rahmanta, M.Si Anggota : 1. Dr. Rujiman, MA

2. Prof. Erlina, SE. M.Si, Ph.D. Ak 3. Dr. Tarmizi, SE. SU


(5)

ABSTRAK

Ahmad Rifai Simamora NIM. 107003015 “ Peranan Pasar Baru Panyabungan

Terhadap Pengembangan Wilayah di Kecamatan Panyabungan Kabupaten

Mandailing Natal ”, dibawah bimbingan Dr. Ir. Rahmanta, M.Si dan Dr. Rujiman,

MA.

Sektor perdagangan di pasar baru Panyabungan diharapkan memberikan kontribusi bagi berkembangnya ekonomi daerah. Perkembangan pasar baru Panyabungan menyimpan potensi besar bagi peningkatan pendapatan pedagang dan membuka kesempatan kerja. Dalam peningkatan pendapatan pedagang, perlu dikaji pengaruh besarnya modal, jam kerja, pengalaman kerja, dan lokasi usaha.

Penelitian ini dilakukan di pasar baru Panyabungan. Dalam penelitian ini ditetapkan 94 orang pedagang sebagai sampel. Alat analisis data yang digunakan adalah regresi linier berganda. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif yang menjelaskan keadaan lapangan penelitian.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai determinasi (R square) untuk semua variable seperti modal kerja, jam kerja, pengalaman kerja, dan lokasi usaha terhadap pendapatan pedagang berpengaruh secara signifikan sebesar 99,4 %, sedangkan 0,6 % tidak dijelaskan didalam model. Kemudian uji serempak (F test) menunjukkan bahwa semua variable independent dapat mempengaruhi variable terikat (dependent variable) secara signifikan. Hasil secara parsial variable modal kerja, jam kerja, pengalaman kerja dan lokasi usaha di uji pada taraf signifikansi 1 % menunjukkan pengaruh yang signifikan terhadap pendapatan pasar baru Panyabungan.

Peranan pasar baru Panyabungan terhadap pengembangan wilayah khususnya Kecamatan Panyabungan terlihat dari meningkatnya aktifitas sosial ekonomi masyarakat. Melalui pasar baru ini terciptalah kesempatan kerja dan memberikan pendapatan bagi masyarakat. Ini merupakan salah satu indikator terjadinya pengembangan wilayah.


(6)

ABSTRACT

Ahmad Rifai Simamora. Student Registration Number. 107003015 “The Role

of Pasar Baru Panyabungan in the Regional Development in Panyabungan Subdistrict, Mandailing Natal District” under the supervision of Dr. Ir. Rahmanta, M.Si and Dr. Rujiman, MA.

Trade sector in Pasar Baru Panyabungan is expected to contribute in the devcelopment of local economy. The development of Pasar Baru Panyabungan has a big potential for the improvement of the traders’ income and provides job opportunity. In improving the traders’ income, it is important to study the influence of the amount of capital, working hours, work experience, and business location.

The samples for this descriptive study conducted at Pasar Baru Panyabungan were 94 persons. The data obtained were analyzed through multiple linear regression tests.

The result of this study showed that the value of determination (R square) of all of the variables such as the amount of capital, working hours, work experience, and business location had a significant influence on the income of the traders (99.4%), while the remaining 0.6% was not explained in the model. The result of F-test showed that all of the independent variables could significantly influence the dependent variable. Partially, the result of the variables of working capital, working hours, work experience and business location tested at level of significance 1% showed that they had a significant influence on the income of the traders at Pasar Baru Panyabungan.

The role of Pasar Baru Panyabungan in the regional development especially

of Panyabungan Subdistrict is seen from the improvement of the community’s socio

-economic activities. Through Pasar Baru, job opportunity providing income to the community members has been created. This is one of the progress indicators of regional development.


(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayah Nya sehingga Penulis dapat menyelesaikan tugas penyusunan tesis ini. Penulisan tesis penelitian dengan judul Peranan Pasar Baru Panyabungan Terhadap Pengembangan Wilayah Di Kecamatan Panyabungan Kabupaten Mandailing Natal, merupakan sebagaian persyaratan untuk mendapatkan gelar Magister Sains di Program Studi Magister Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan (PWD) Universitas Sumatera Utara.

Dalam Penulisan Tesis ini, Penulis banyak sekali mendapat bantuan dan bimbingan dari semua pihak, maka dengan segala kerendahan hati Penulis menyampaikan terima kasih yang tak terhingga kepada :

1. Bapak Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, MSc (CTM), Sp.A(K) selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. Dr. Lic. rer. reg. Sirojuzilam, SE, selaku Ketua Program Studi Magister Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan (PWD) Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Dr. Ir. Rahmanta, M.Si selaku Ketua Komisi Pembimbing yang telah memberikan arahan kepada penulis sehingga tesis ini dapat diselesaikan dengan baik.

4. Bapak Dr. Rujiman, MA selaku Anggota Komisi Pembimbing yang selalu


(8)

5. Bapak Bupati Kabupaten Mandailing Natal selaku pemberi ijin mengikuti sekolah derajat sarjana S2.

6. Kepada Papa dan Mama tercinta Drs. H. Aslim Simamora dan Hj. Adidah Hanum Lubis, Isteriku tercinta Wirda Khotimah Hrp, anakku tersayang Faiz Fadel Muhammad Simamora, kakak, adik, dan keluarga besar saya yang selalu mendoakan saya untuk maju dan berkembang.

7. Pihak-pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak langsung

dalam penyusunan tesis ini.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa bentuk dan penyajian tesis ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu Penulis berharap adanya kritik dan saran yang membangun sehingga tesis penelitian ini dapat lebih sempurna dan dapat memberikan manfaat bagi daerah yang di teliti khususnya dan daerah lain umumnya.

Medan, 27 Desember 2012 Penulis,

Ahmad Rifai Simamora NIM.107003015


(9)

RIWAYAT HIDUP

Ahmad Rifai Simamora lahir di Padangsidimpuan Propinsi Sumatera Utara pada tanggal 27 Mei 1984, anak kelima dari enam bersaudara dari Bapak Drs. H. Aslim Simamora dan Ibu Hj. Adidah Hanum Lubis.

Pendidikan Penulis di mulai dari Sekolah Dasar Negeri (SDN) 06 Padangsidimpuan lulus tahun 1996, Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 4 Padangsidimpuan lulus tahun 1999, dan Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 4 Padangsidimpuan lulus tahun 2002 dan kuliah di Sekolah Tinggi Perikanan (STP) Jakarta pada Jurusan Teknologi Pengelolaan Sumberdaya Perairan lulus tahun 2007.

Penulis bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) pada Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Mandailing Natal Propinsi Sumatera Utara dengan pangkat Penata Muda (III/a).


(10)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK i

ABSTRACT ii

KATA PENGANTAR iii

RIWAYAT HIDUP v

DAFTAR ISI vi

DAFTAR TABEL viii

DAFTAR LAMPIRAN x

BAB I PENDAHULUAN 1

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Perumusan Masalah 6

1.3 Tujuan Penelitian 7

1.4 Manfaat Penelitian 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 9

2.1 Pasar Tradisional 9

2.2 Peranan Pasar Tradisional 10

2.3 Lapangan Pekerjaan 12

2.4 Konsep Pendapatan 17

2.5 Jam Kerja 19

2.6 Modal 20


(11)

2.8 Pengembangan Wilayah 25

2.9 Penelitian Sebelumnya 27

2.10 Kerangka Pemikiran 29

2.11 Hipotesis Penelitian 30

BAB III METODE PENELITIAN 31

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 31

3.2 Jenis dan Sumber Data 31

3.3 Populasi dan Sampel 32

3.4 Teknik Pengumpulan Data 33

3.5 3.6

Teknik Pengolahan Data Uji Asumsi Klasik

33 35

3.7 Defenisi Operasional Variabel 37

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 39

4.1 Deskripsi Wilayah Kecamatan Panyabungan 39

4.2 Profil Pedagang Tradisional di Pasar Baru Panyabungan 43

4.3 4.4

Faktor yang mempengaruhi Pendapatan Pedagang Tradisional Uji Asumsi Klasik

48 61

4.5 Peran Pedagang Tradisional di Pasar Baru Panyabungan dalam

Menyerap Tenaga Kerja

62

4.6 Kontribusi Retribusi Pasar Baru Panyabungan Terhadap PAD 65


(12)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 72

5.1 Kesimpulan 72

5.2 Saran 73

DAFTAR PUSTAKA 74


(13)

DAFTAR TABEL

No Judul Halaman

3.1 Jumlah Populasi dan Sampel Pedagang 33

4.1 Luas, Jumlah Penduduk, Kepadatan Penduduk, Jumlah Rumah Tangga, dan Rata-rata per Rumah Tangga di Kecamatan Panyabungan Menurut Penggunaan Tanah Dirinci Menurut Desa/ Kelurahan Tahun 2012

41

4.2 Umur Responden 44

4.3 Agama Responden 45

4.4 Suku/ Etnis Responden 46

4.5 Daerah Asal 46

4.6 Jumlah Tanggungan dalam Keluarga 47

4.7 Statistik Deskriptif 48

4.8 Pendapatan Responden Perhari 48

4.9 Modal Lancar yang Digunakan Responden Setiap Hari 50

4.10 Statistik Deskriptif 50

4.11 Modal Kerja Responden terhadap Responden 51

4.12 Jam Kerja yang Digunakan Responden 52

4.13 Jam Kerja Responden terhadap Pendapatan 52

4.14 Pengalaman Kerja yang Digunakan Responden 53

4.15 Pengalaman Kerja Responden terhadap Pendapatan 54

4.16 Lokasi Berjualan yang Digunakan Responden 54

4.17 Lokasi Berjualan Responden terhadap Pendapatan 55

4.18 Rangkuman Hasil Analisis Regresi Berganda 56


(14)

4.20 Jumlah Tenaga Kerja yang Digunakan 62

4.21 Status Tenaga Kerja yang Digunakan Responden 63

4.22 Gaji yang Diberikan Responden Perhari Kepada Karyawan 64

4.23 Kontribusi Retribusi Pasar Baru Panyabungan terhadap PAD Kabupten Mandailing Natal Tahun 2007-2011

66

4.24 Kontribusi PAD terhadap APBD Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2007-2011


(15)

DAFTAR LAMPIRAN

No Judul Halaman

1 Kuisioner Penelitian 77

2 Rekapitulasi Jawaban Responden 81

3 Hasil Penelitian 84

4 Hasil Uji Asumsi Klasik 95


(16)

ABSTRAK

Ahmad Rifai Simamora NIM. 107003015 “ Peranan Pasar Baru Panyabungan

Terhadap Pengembangan Wilayah di Kecamatan Panyabungan Kabupaten

Mandailing Natal ”, dibawah bimbingan Dr. Ir. Rahmanta, M.Si dan Dr. Rujiman,

MA.

Sektor perdagangan di pasar baru Panyabungan diharapkan memberikan kontribusi bagi berkembangnya ekonomi daerah. Perkembangan pasar baru Panyabungan menyimpan potensi besar bagi peningkatan pendapatan pedagang dan membuka kesempatan kerja. Dalam peningkatan pendapatan pedagang, perlu dikaji pengaruh besarnya modal, jam kerja, pengalaman kerja, dan lokasi usaha.

Penelitian ini dilakukan di pasar baru Panyabungan. Dalam penelitian ini ditetapkan 94 orang pedagang sebagai sampel. Alat analisis data yang digunakan adalah regresi linier berganda. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif yang menjelaskan keadaan lapangan penelitian.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai determinasi (R square) untuk semua variable seperti modal kerja, jam kerja, pengalaman kerja, dan lokasi usaha terhadap pendapatan pedagang berpengaruh secara signifikan sebesar 99,4 %, sedangkan 0,6 % tidak dijelaskan didalam model. Kemudian uji serempak (F test) menunjukkan bahwa semua variable independent dapat mempengaruhi variable terikat (dependent variable) secara signifikan. Hasil secara parsial variable modal kerja, jam kerja, pengalaman kerja dan lokasi usaha di uji pada taraf signifikansi 1 % menunjukkan pengaruh yang signifikan terhadap pendapatan pasar baru Panyabungan.

Peranan pasar baru Panyabungan terhadap pengembangan wilayah khususnya Kecamatan Panyabungan terlihat dari meningkatnya aktifitas sosial ekonomi masyarakat. Melalui pasar baru ini terciptalah kesempatan kerja dan memberikan pendapatan bagi masyarakat. Ini merupakan salah satu indikator terjadinya pengembangan wilayah.


(17)

ABSTRACT

Ahmad Rifai Simamora. Student Registration Number. 107003015 “The Role

of Pasar Baru Panyabungan in the Regional Development in Panyabungan Subdistrict, Mandailing Natal District” under the supervision of Dr. Ir. Rahmanta, M.Si and Dr. Rujiman, MA.

Trade sector in Pasar Baru Panyabungan is expected to contribute in the devcelopment of local economy. The development of Pasar Baru Panyabungan has a big potential for the improvement of the traders’ income and provides job opportunity. In improving the traders’ income, it is important to study the influence of the amount of capital, working hours, work experience, and business location.

The samples for this descriptive study conducted at Pasar Baru Panyabungan were 94 persons. The data obtained were analyzed through multiple linear regression tests.

The result of this study showed that the value of determination (R square) of all of the variables such as the amount of capital, working hours, work experience, and business location had a significant influence on the income of the traders (99.4%), while the remaining 0.6% was not explained in the model. The result of F-test showed that all of the independent variables could significantly influence the dependent variable. Partially, the result of the variables of working capital, working hours, work experience and business location tested at level of significance 1% showed that they had a significant influence on the income of the traders at Pasar Baru Panyabungan.

The role of Pasar Baru Panyabungan in the regional development especially

of Panyabungan Subdistrict is seen from the improvement of the community’s socio

-economic activities. Through Pasar Baru, job opportunity providing income to the community members has been created. This is one of the progress indicators of regional development.


(18)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Hakekat pembangunan nasional adalah pembangunan manusia seutuhnya atau dengan perkataan lain bahwa pembangunan yang dilaksanakan tidak saja ditujukan untuk mengejar material, akan tetapi ditujukan juga kepada yang bersifat spiritual. Tujuan dari pembangunan nasional adalah untuk mewujudkan cita-cita bangsa yaitu masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila.

Diterbitkannya undang–undang nomor 32 tahun 2004 tentang pemerintah daerah dan undang–undang nomor 33 tahun 2004 tentang perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah, merupakan perwujudan dari kebijakan pemerintah pusat untuk memberdayakan dan meningkatkan kemampuan masyarakat di daerah dalam rangka meningkatkan perekonomian daerah. Kedua undang-undang tersebut memiliki makna yang sangat penting bagi daerah karena adanya pemberian kewenangan dan pembiayaan, yang selama ini merupakan tanggung jawab pemerintah pusat. Perubahan sistim pemerintahan dari yang dulunya sentralisasi kini menjadi otonomi daerah bukanlah hal yang mudah. Dalam hal ini di perlukan suatu strategi yang mampu memanfaatkan seluruh kekuatan potensi yang dimiliki dan memperkecil kelemahan yang ada dengan memperhatikan peluang serta tantangan yang harus dihadapi.


(19)

Kewenangan tersebut mencakup seluruh bidang pemerintahan kecuali kewenangan dalam politik luar negeri, pertahanan keamanan, peradilan, agama, serta moneter dan fiskal. Kewenangan pembiayaannya yaitu daerah dapat menggali sekaligus menikmati sumber-sumber potensi ekonomi serta sumber daya alamnya tanpa adanya intervensi terlalu jauh dari pemerintah pusat. Hal tersebut akan dapat berdampak terhadap kemajuan perekonomian daerah yang pada akhirnya tercipta pembangunan di daerah.

Pembangunan daerah meliputi pembangunan perkotaan dan pembangunan pedesaan yang harus dilaksanakan secara terpadu. Pembangunan daerah ditujukan untuk meningkatkan taraf hidup, memperluas kesempatan usaha, kesempatan kerja dan meningkatkan ketahanan serta daya saing perekonomian daerah terutama di sektor perdagangan.

Pembangunan ekonomi selalu ditujukan untuk mempertinggi kesejahteraan dalam arti yang seluas-luasnya. Kegiatan pembangunan ekonomi selalu dipandang sebagai bagian dari keseluruhan usaha pembangunan yang dijalankan oleh

masyarakat. Pembangunan ekonomi meliputi usaha masyarakat untuk

mengembangkan kegiatan ekonomi dan mempertinggi tingkat pendapatan masyarakat, sedangkan keseluruhan usaha pembangunan meliputi usaha-usaha pembangunan sosial, politik, dan kebudayaan. Sehingga pembangunan ekonomi sebagai suatu proses untuk meningkatkan pendapatan perkapita masyarakat dalam jangka panjang (Sukirno, 2010).


(20)

Pasar tradisional merupakan sentra kehidupan masyarakat Indonesia, tumbuh dan berkembang baik di desa maupun di kota seiring perkembangan masyarakat. Pasar tradisional sendiri merupakan simbolisasi dari kemandirian rakyat karena bertahun-tahun pasar tradisional menjadi tempat transaksi jual beli dan memberikan peluang kesempatan kerja dan peningkatan pendapatan bagi masyarakat sehingga pembangunannya akan memberikan kontribusi bagi berkembangnya dinamika ekonomi masyarakat. Disana bergabunglah segala elemen masyarakat yang tergabung dalam transaksi jual beli.

Pasar tradisional adalah bentuk terawal dari pasar yang terdiri dari deretan kios/stan yang umumnya berada di ruang terbuka, di tempat semacam inilah petani dan pedagang sejak waktu dulu melakukan pertukaran hasil pertanian mereka. Pada permukiman yang kecil, pasar tradisional mengambil tempat di sepanjang jalan utama di daerah itu pada kedua sisinya (Gallion, 1986).

Pasar sebagai bentuk pelayanan umum tempat terjadinya transaksi jual beli barang bagi masyarakat, merupakan salah satu cerminan perekonomian dan sosial budaya setiap komunitas di dunia ini. Seiring dengan perkembangan zaman, dari waktu ke waktu pasar mengalami evolusi bentuk tempat dan cara pengelolaannya, dari yang bersifat tradisional menjadi modern. Perkembangan tempat perbelanjaan di kota-kota dunia, baik dinegara Barat maupun Asia, semuanya melalui tahapan-tahapan, mulai dari pasar tradisional, yang kemudian mengalami proses modernisasi menjadi toserba, jaringan toko, shopping center, departement store, supermarket,


(21)

spesialisasi dan diversifikasi profesi, serta struktur social ekonomi dan perubahan budaya masyarakat (West. A, 1994).

Hampir seluruh pasar tradisional di Indonesia masih bergelut dengan masalah internal pasar seperti buruknya manajemen pasar, sarana dan prasarana pasar yang sangat minim, pasar tradisional sebagai sapi perah untuk penerimaan retribusi, menjamurnya pedagang kaki lima yang mengurangi pelanggan pedagang pasar, dan minimnya bantuan permodalan yang tersedia bagi pedagang tradisional. Masalah infrastruktur yang hingga kini masih menjadi masalah serius di pasar tradisional adalah kebersihan dan tempat pembuangan sampah yang kurang terpelihara, kurangnya lahan parkir, dan buruknya sirkulasi udara merupakan kondisi keberadaan pasar tradisional, sehingga berpengaruh terhadap peningkatan pendapatan pedagang tradisional. Permasalahan klasik seputar pengelolaan yang kurang professional dan ketidaknyamanan berbelanja merupakan sisi lain dari fasilitas pasar tradisional.

Namun dengan kondisi yang tidak memadai tersebut pasar tradisional tetap menjadi salah satu pilihan masyarakat untuk berbelanja untuk kebutuhan sehari-hari. Begitu juga dengan pasar tradisional yang terdapat di Kecamatan Panyabungan Kabupaten Mandailing Natal. Sehingga dapat dilihat, akhir-akhir ini begitu banyak bermunculan pasar tradisional dimana-mana, bahkan ada yang tidak layak untuk disebutkan sebagai pasar. Begitu besar peranan pasar dalam kehidupan, sehingga banyak pasar yang tidak layak pun tetap dikunjungi oleh masyarakat.


(22)

Menarik pengunjung sebanyak-banyaknya adalah tujuan utama dari para pelaku pasar. Dengan meningkatnya jumlah pengunjung berarti meningkat pula transaksi jual beli di pasar tersebut. Secara langsung ini berpengaruh besar terhadap pendapatan pedagang di pasar tersebut. Selain itu besarnya modal, jam kerja, dan pengalaman kerja diduga akan berpengaruh terhadap pendapatan pedagang. Besarnya modal kerja juga akan menentukan kelangsungan pedagang dalam membelanjai operasinya sehari-hari. Untuk menjadikan pasar tradisional tersebut sebagai pasar dengan tingkat pengunjung yang banyak ada beberapa faktor yang akan mempengaruhinya, salah satunya adalah luas dan lokasi pasar. Salah satu pasar tradisional yang sedang berkembang adalah pasar baru Panyabungan di Kecamatan Panyabungan Kabupaten Mandailing Natal.

Kecamatan Panyabungan dulunya hanya sebuah ibukota Kecamatan, kini sudah berkembang menjadi sebuah ibukota Kabupaten Mandailing Natal, yang sedang giat-giatnya melaksanakan pembangunan disegala bidang. Perubahan serta kemajuan telah banyak dialami sebagai akibat dari perkembangan dan pembangunan yang sedang dan terus dilaksanakan oleh pemerintah, baik pembangunan fisik, maupun dibidang kemasyarakatan dan ekonomi.

Salah satu aspek yang telah dibangun dan sedang berkembang adalah pasar tradisonal pasar baru Panyabungan. Keberadaan pasar tradisional di kecamatan Panyabungan di awali dari sebuah pasar tradisional pasar lama Panyabungan yang berada pada jalan besar di Kecamatan Panyabungan. Pasar lama Panyabungan ini


(23)

dulunya telah berkembang, namun keberadaan pedagang yang berada tepat ditepi jalan besar Panyabungan telah mengakibatkan terganggunya arus lalu lintas. Pasar lama Panyabungan sudah tidak dapat menampung banyaknya pedagang, dan banyaknya pembeli. Setelah ditingkatkannya status dari ibukota kecamatan menjadi ibukota Kabupaten sebagai hasil pemekaran Kabupaten Tapanuli Selatan menjadi Kabupaten Mandailing Natal (MADINA) dengan ibukotanya Panyabungan pada Maret 1999, maka pembangunan sarana dan prasarana pendukung relokasi pasar lama menjadi pasar baru Panyabungan mulai dilaksanakan. Dan akhirnya pada tahun 2004 pusat pasar lama yang sudah tidak memadai direlokasi ke pasar baru Panyabungan. Pasar baru Panyabungan pada saat itu masih dikelola oleh Dinas Pasar Kabupaten Mandailing Natal, kemudian pada tahun 2012 pasar baru Panyabungan dikelola oleh Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi Dan Pasar.

Melihat perkembangan pasar tradisional pasar baru Panyabungan, yang menyimpan potensi besar bagi pendapatan pedagang dan membuka kesempatan kerja, maka dipandang perlu dilakukan penelitian tentang Peranan Pasar Baru Panyabungan Terhadap Pengembangan Wilayah di Kecamatan Panyabungan Kabupaten Mandailing Natal.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan maka permasalahan dalam penelitian ini adalah :


(24)

1. Bagaimana pengaruh modal, jam kerja, pengalaman kerja, lokasi usaha terhadap pendapatan pedagang pasar baru Panyabungan.

2. Bagaimana peran pasar baru Panyabungan terhadap penyerapan tenaga kerja.

3. Seberapa besar kontribusi pasar baru Panyabungan terhadap Pendapatan Asli Daerah.

4. Bagaimana peranan pasar baru Panyabungan dalam pengembangan wilayah.

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah yang dipaparkan di atas, tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk menganalisis pengaruh modal, jam kerja, lama kerja, dan lokasi usaha terhadap pendapatan pedagang di pasar baru Panyabungan

2. Untuk menganalisis pengaruh pasar baru Panyabungan terhadap penyerapan tenaga kerja

3. Untuk menganalisis besarnya kontribusi pasar tradisional terhadap peningkatan Pendapatan Asli Daerah

4. Untuk menganalisis peranan pasar tradisional pasar baru Panyabungan terhadap pengembangan wilayah


(25)

1.4. Manfaat Penelitian

Berdasarkan latar belakang perumusan masalah maka manfaat penelitian ini adalah:

1. Sebagai bahan masukan bagi pemerintah Kabupaten Mandailing Natal khususnya

Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan Pasar tentang peran pasar baru Panyabungan dalam penciptaan lapangan kerja serta peningkatan pengelolaan pasar tradisional pasar baru Panyabungan.

2. Sebagai bahan informasi dan referensi bagi penelitian selanjutnya dalam rangka pengembangan Ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan pasar tradisional.

3. Sebagai bahan informasi bagi masyarakat tentang pasar tradisional pasar baru Panyabungan dan penciptaan lapangan pekerjaan.


(26)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pasar Tradisional

Pasar tradisional adalah bentuk terawal dari pasar yang terdiri dari deretan kios/stan yang umumnya berada di ruang terbuka, ditempat semacam inilah petani dan pedagang sejak waktu dulu melakukan pertukaran hasil pertanian mereka. Pada pemukiman yang kecil, pasar tradisional mengambil tempat di sepanjang jalan utama di daerah itu pada kedua sisinya (Gallion, 1986).

Kegiatan pasar tradisional merupakan kegiatan perekonomian tradisional yang mempunyai ciri khas adanya sifat tawar menawar antara penjual dan pembeli. Karena sifatnya untuk melayani kebutuhan penduduk sehari-hari, maka lokasi cenderung mendekati atau berada di daerah perumahan penduduk (Tuti, 1992).

Pasar tradisional yang terdapat di Indonesia sekarang memiliki karakteristik. Beberapa karakteristik umum pasar tradisional seperti :

1. Memiliki posisi strategis, dan berada di lingkungan padat penduduk.

2. Buka 24 jam, setengah hari, setiap hari, dua minggu sekali, seminggu sekali, atau pada hari-hari tertentu (hari-hari pasar)

3. Menjual kebutuhan pokok sehari-hari, khususnya keperluan dapur, komoditi basahan, keringan maupun kebutuhan primer dan sekunder lainnya.


(27)

4. Tidak teratur, terkesan kotor dan semraut, banyak pedagang kaki lima dan lokasi pasar yang terbatas.

5. Rawan kebakaran, rawan copet dan rawan kejahatan lainnya.

6. Permodalan pedagang lemah dan bisnis rentenir tumbuh subur.

7. Transaksi perdagangan secara informal dan bersifat tawar menawar. 8. Pengelolaan pasar kurang professional.

Pasar merupakan salah satu indikator yang sangat penting dalam meningkatkan pendapatan serta membuka kesempatan kerja yang luas terutama bagi masyarakat yang berpendidikan rendah. Umumnya pasar terdapat baik di perkotaan maupun di pedesaan. Pada kegiatan pasar, seharian berjualan dengan cara eceran untuk berbagai jenis makanan dan keperluan rumah tangga dan kebutuhan hidup sehari-hari.

Sulistyowati (1999), mengartikan pasar secara fisik sebagai tempat pemusatan beberapa pedagang tetap dan tidak tetap yang terdapat pada suatu ruangan terbuka atau ruangan tertutup atau suatu bagian jalan. Selanjutnya pengelompokan para pedagang eceran tersebut menempati bangunan-bangunan dengan kondisi bangunan temporer, semi permanen ataupun permanen.

Para pedagang eceran ini di dalam pasar ada yang berjualan secara formal yaitu berjualan dengan memiliki toko-toko ataupun kios-kios untuk barang dagangannya, ada juga berjualan eceran dengan cara informal yaitu berjualan di pinggir-pinggir jalan di pasar-pasar (Sudarjat, 1992).


(28)

2.2. Peranan Pasar Tradisional

Pasar tradisional sebagian besar muncul dari kebutuhan masyarakat yang membutuhkan tempat untuk menjual barang yang dihasilkannya serta konsumen yang membutuhkan barang-barang tertentu untuk kebutuhan hidup sehari-hari. Oleh karenanya letak pasar tradisional banyak dijumpai di pinggir-pinggir jalan desa (dalam perkembangan menjadi jalan utama), yang memudahkan penjual dan pembeli menjangkaunya. Pasar yang terus tumbuh karena kebutuhan masyarakat tersebut seiring dengan aktivitas perdagangan masyarakat sekitarnya.

Perlu disadari bahwa pasar tradisional memiliki beberapa fungsi yang positif bagi peningkatan perekonomian daerah yaitu : sebagai pusat pengembangan ekonomi rakyat, pasar sebagai sumber retribusi, pasar sebagai tempat pertukaran barang, pasar sebagai pusat perputaran uang daerah, dan pasar sebagai lapangan pekerjaan.

Pasar merupakan salah satu sarana ekonomi untuk memberikan kemudahan kepada kalangan masyarakat dalam melakukan transaksi jual beli barang baik barang-barang yang bersifat konsumtif maupun produktif. Selain itu, pasar juga memberikan peluang kesempatan kerja dan peningkatan pendapatan bagi masyarakat sehingga pembangunannya akan memberikan kontribusi bagi dinamika ekonomi masyarakat dan peningkatan pendapatan pemerintah.

Mempertahankan pasar tradisional secara fisik cukup mudah tetapi mempertahankan fungsi pasar tradisional jauh lebih sulit. Perubahan prefensi masyarakat, tingkat pendapatan, ketersediaan waktu luang, kemajuan teknologi, biaya


(29)

transportasi, urbanisasi, dan globalisasi akan mempengaruhi jumlah pengguna pasar tradisional skala kecil sampai menengah. Peranan pasar tradisional tersebut akan terus menurun. Selain itu, peran pasar tradisional juga dapat terancam oleh hadirnya pedagang kaki lima dan warung-warung di perkampungan. Hal ini secara tidak langsung akan mengakibatkan pasar tradisional yang harus tutup karena telah kehilangan fungsinya.

Faktor lain yang juga menjadi penyebab kurang berkembangnya pasar tradisional adalah minimnya daya dukung karakteristik pedagang tradisional, yakni strategi perencanaan yang kurang baik, terbatasnya akses permodalan yang disebabkan jaminan yang tidak mencukupi, tidak adanya skala ekonomi, tidak ada jalinan kerjasama dengan pemasok besar, buruknya manajemen pengadaan, dan ketidakmampuan untuk menyesuaikan dengan keinginan konsumen (Wiboonponse dan Sriboonchitta, 2006).

2.3. Lapangan Pekerjaan

Pengertian pasar kerja adalah seluruh kebutuhan dan persediaan tenaga kerja dengan semua jalan yang memungkinkan penjual tenaga kerja (pekerja) dan pembeli tenaga (majikan) bertemu dan melakukan transaksi (penerimaan, penugasan, pemberhentian, promosi, pemindahan dan sebagainya) (Soeroto, 1983). Dengan demikian pasar kerja mencakup waktu sebelum orang memasuki pekerjaan dan sesudah ada orang ada dalam pekerjaan. Kesempatan kerja mengandung pengertian


(30)

lapangan pekerjaan atau kesempatan yang tersedia untuk bekerja akibat dari suatu kegiatan ekonomi (produksi). Dengan demikian pengertian kesempatan mencakup lapangan pekerjaan yang masih lowong.

Pengertian tentang pasar kerja tersebut perlu disesuaikan dengan tingkat perkembangan ekonomi negara atau wilayah yang bersangkutan. Dalam negara maju, yang mempunyai sistem pasaran bebas, sebagian besar dari badan-badan perekonomian sudah terorganisasikan dan hasil sudah memiliki bentuk yang lebih bersifat tetap, sebaliknya sektor informal sedikit. Hal ini menyebabkan sebagian terbesar dari ketenagakerjanya terikat dalam pekerja upahan. Keadaan dalam negara berkembang sebaliknya, di dalam negara berkembang lebih banyak usaha-usaha yang belum mempunyai bentuk tetap, keseluruhan usaha semacam ini biasa disebut sektor informal.

Berdasarkan Undang-undang No 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan secara umum memberikan sumbangan yang sangat positif terhadap berjalannya pasar kerja di Indonesia. Undang-undang yang baru ini memperlihatkan konsensus dari berbagai pihak terkait mengenai isu-isu yang sebelumnya sangat menimbulkan pertentangan. Dalam Undang-undang tersebut adalah ditetapkannya aturan main mengenai representasi pekerja dalam rangka proses perundingan kolektif.

Namun demikian, ada beberapa bagian yang apabila dijalankan secara kaku justru akan mengurangi fleksibilitas pasar kerja. Dilaksanakan secara kaku maksudnya adalah dilaksanakan tanpa melihat kondisi perusahaan, seperti perusahaan


(31)

kecil atau rumah tangga, atau jenis usahanya. Kuncinya, aturan main pasar kerja tidak seharusnya menimbulkan distorsi yang besar terhadap keputusan perusahaan mengenai investasi dan penggunaan tenaga kerja. Pengaturan yang berlebihan mengenai upah minimum, pekerja kontrak dan outsourcing, serta PHK berpotensi untuk mengurangi fleksibilitas pasar kerja.

Sektor pekerjaan atau lapangan kerja adalah bidang kegiatan dari pekerjaan/tempat bekerja/perusahaan/kantor dimana seseorang bekerja. Dalam analisis ketenagakerjaan pengelompokan sektor pekerjaan biasanya dilakukan sesuai dengan yang terdapat dalam buku Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI) sebagai berikut :

1. Pertanian (termasuk perikanan, kehutanan, Perkebunan)

2. Pertambangan dan penggalian

3. Industri (termasuk jasa industri) 4. Listrik, gas dan air

5. Bangunan (termasuk instalatir dan tukang gali sumur)

6. Perdagangan (termasuk usaha jual beli, katering, rumah makan, hotel, motel, losmen dan penginapan lainnya)

7. Angkutan, pergudangan dan telekomunikasi (termasuk jasa angkutan,


(32)

8. Keuangan (bank, asuransi, usaha persewaan bangunan/tanah, jasa perusahaan dan lembaga keuangan lainnya seperti : Pasar modal, penggadaian, penukaran uang asing dan sebagainya).

9. Jasa kemasyarakatan sosial dan perorangan, seperti lembaga legislatif, lembaga tinggi negara dan pemerintah, pertahanan keamanan, jasa pendidikan, kebersihan, hiburan, kebudayaan, pembantu rumah tangga dan sebagainya. 10.Lainnya : Kegiatan/lapangan usaha atau perorangan, badan/lembaga yang tidak

tercakup dalam salah satu sektor di atas atau yang belum jelas batasannya seperti tukang beling, pemulung, renternir dan lain-lain

Status pekerjaan adalah kedudukan seseorang dalam unit usaha/kegiatan dalam melakukan kegiatan. Dengan demikian status pekerjaan seseorang dapat dibagi kedalam 7 (tujuh) Kelompok, yaitu :

1. Berusaha Sendiri, adalah mereka yang bekerja atau berusaha dengan menanggung resiko secara ekonomis, yaitu dengan tidak kembalinya ongkos produksi yang telah dikeluarkan dalam rangka usahanya tersebut, serta tidak menggunakan pekerja dibayar maupun pekerja tak dibayar, termasuk yang sifat pekerjaannya memerlukan teknologi atau keahlian khusus.

2. Berusaha dengan dibantu buruh tidak tetap/buruh tak dibayar, adalah bekerja atau berusaha atas resiko sendiri, dan menggunakan buruh/pekerja tak dibayar dan atau buruh/pekerja tidak tetap.


(33)

3. Berusaha dibantu buruh tetap/buruh dibayar, adalah berusaha atas resiko sendiri dan mempekerjakan paling sedikit satu orang buruh/ pekerja tetap yang dibayar. 4. Buruh/ Karyawan/ Pegawai, adalah seorang yang bekerja pada orang lain atau

instansi/ kantor/ perusahaan secara tetap dengan menerima upah/ gaji baik berupa uang maupun barang.

5. Pekerja bebas dipertanian, adalah seseorang yang bekerja pada orang lain/ majikan/ institusi yang tidak tetap (lebih dari satu majikan dalam sebulan terakhir) diusaha pertanian baik berupa usaha rumah tangga maupun bukan usaha rumah tangga atas dasar balas jasa dengan menerima upah atau imbalan baik berupa uang maupun borongan. Usaha pertanian meliputi : pertanian tanaman pangan, perkebunan, kehutanan, peternakan, perikanan dan perburuan, termasuk juga jasa pertanian.

6. Pekerja bebas di nonpertanian adalah seseorang yang bekerja pada orang lain/ majikan/ institusi yang tidak tetap (lebih dari satu majikan dalam sebulan terakhir), diusaha non pertanian dengan menerima upah atau imbalan baik berupa uang maupun barang dan baik dengan sistem pembayaran harian maupun borongan.

7. Pekerja keluarga adalah anggota rumah tangga yang membantu usaha untuk memperoleh pengahasilan/ keuntungan yang dilakukan oleh salah seorang anggota rumah tangga atau bukan anggota rumah tangga tanpa mendapat upah/gaji.


(34)

Tenaga kerja terbagi atas tenaga kerja wanita dan tenaga kerja pria. Pengelompokan tenaga kerja berdasarkan jenis kelamin ini pada dasarnya agar kualitas produksi bisa terjamin karena adanya kesesuaian antara tenaga dengan jenis pekerjaannya. Berdasarkan kualitasnya tenaga kerja terbagi atas:

a. Tenaga kerja terdidik/ ahli yaitu tenaga kerja yang memiliki keahlian yang di peroleh dari jenjang pendidikan formal seperti dokter, notaris, arsitektur dan sebagainya.

b. Tenaga kerja terampil/ terlatih yaitu tenaga kerja yang memiliki keterampilan yang diperoleh dari pengalaman atau kursus-kursus seperti monitor, tukang las. Berdasarkan lapangan pekerjaan tenaga kerja dapat dibagi menjadi beberapa bagian :

a. Tenaga kerja profesional adalah tenaga kerja yang umumnya mempunyai

pendidikan tinggi yang menguasai suatu bidang ilmu pengetahuan khusus, seperti arsitektur, dokter.

b. Tenaga kerja terampil (terlatih) tenaga yang memiliki keterampilan khusus dalam bidang tertentu yang diperoleh dari pendidikan seperti pendidikan menengah plus sampai setara Diploma 3, seperti tenaga pembukuan.

c. Tenaga kerja biasa adalah tenaga kerja yang tidak memerlukan keterampilan khusus dalam melaksanakan pekerjaannya, seperti tukang gali sumur.


(35)

Konsep pendapatan biasanya dipakai untuk mengukur kondisi ekonomi suatu perusahaan, rumah tangga ataupun perorangan, salah satu konsep yang paling sering digunakan adalah melalui tingkat pendapatan. Pendapatan menunjuk pada seluruh uang atau hasil materi lainnya yang diterima seseorang atau rumah tangga selama kurun waktu tertentu pada suatu kegiatan ekonomi.

Menurut Winardi dalam Ediwarsyah (1987) yang dimaksud dengan pendapatan adalah hasil berupa uang atau hasil berupa materil lainnya yang dicapai dari pada penggunaan kekayaan atau jasa-jasa manusia. Bila diambil dari pengertian pendapatan perseorangan, lebih lanjut Winardi mengatakan pendapatan perseorangan bersih adalah pendapatan perseorangan yang tersedia untuk konsumsi atau investasi atau tabungan.

Pendapatan atau sering disebut dengan penghasilan didefinisikan sebagai bentuk balas-karya yang diperoleh sebagai imbalan atas balas jasa atau sumbangan seseorang terhadap proses produksi. Jenis-jenis sumber pendapatan dapat berasal dari:

1. Usaha sendiri (wiraswasta, misalnya berdagang, mengerjakan sawah)

2. Bekerja pada orang lain, misalnya bekerja dikantor atau perusahaan sebagai pegawai atau karyawan (baik swasta ataupun pemerintah)

3. Hasil dari milik, misalnya mempunyai sawah yang disewakan, punya rumah disewakan, punya uang dengan bunga tertentu.


(36)

Pendapatan dan penerimaan anggota-anggota keluarga dibagi lagi dalam pendapatan berupa uang, pendapatan berupa barang, dan lain-lain. Pendapatan berupa uang adalah segala penghasilan berupa uang yang sifatnya regular dan diterima sebagai balas jasa atau kontra prestasi. Sumber-sumber utama adalah gaji dan upah serta lain-lain balas jasa serupa dari majikan; pendapatan bersih dari usaha sendiri dan pekerjaan bebas; pendapatan dari penjual barang yang dipelihara di halaman rumah, hasil investasi seperti bunga modal, tanah, uang pensiunan, jaminan social, serta keuntungan sosial (Sumardi dan Evers, 1982).

Pendapatan/ penghasilan dapat diterima berupa uang, atau dalam bentuk barang (seperti tunjangan beras, hasil dari sawah, atau pekarangan sendiri), atau fasilitas-fasilitas (misalnya rumah dinas, pengobatan/kesehatan gratis), selain hal tersebut diatas masih dijumpai pendapatan yang berasal dari : uang pensiun bagi mereka yang sudah lanjut usia dan dulu bekerja pada pemerintah atau instansi lainnya; sumbangan atau hadiah, misalnya sokongan dari saudara/family, warisan dari nenek, hadiah tabungan. Pinjaman atau hutang, ini memang merupakan uang masuk, tetapi pada suatu saat akan harus dilunasi/dikembalikan (Richardson, 2001).

Dari beberapa pengertian di atas, dapat di ambil kesimpulan bahwa pengertian pendapatan itu mempunyai aneka ragam, hal ini tergantung orientasi dari permasalahan yang di hadapi, antara lain seperti :

a. Bila di tinjau dari beban biaya yang dikeluarkan dari hasil pendapatan yang di terima, maka pengertian pendapatan itu dapat dibagi atas :


(37)

1. Pendapatan dalam arti revenue, yaitu pendapatan yang belum dikurangi biaya -biaya untuk memperoleh pendapatan tersebut.

2. Pendapatan dalam arti income adalah pendapatan yang sudah dikurangi dengan biaya-biaya untuk memperoleh pendapatan itu. Pengertian income itu sendiri dibagi atas dua bagian, yaitu income sebelum dipotong pajak dan income sesudah dipotong pajak.

b. Bila ditinjau dari cara memperolehnya, maka pengertian pendapatan itu dapat di bagi atas dua bagian, yaitu :

1. Pendapatan yang diperoleh dengan mempergunakan modal.

2. Pendapatan yang diperoleh dengan mempergunakan jasa-jasa.

2.5. Jam Kerja

Curah jam kerja adalah jumlah jam kerja yang dicurahkan oleh setiap tenaga kerja selama proses produksi artinya banyaknya jumlah jam kerja yang dikeluarkan tenaga kerja dalam suatu proses produksi, sedangkan tingkat pencurahan jam kerja adalah persentase banyaknya jam kerja yang dicurahkan terhadap jumlah kerja yang tersedia artinya jumlah jam kerja yang dicurahkan terhadap suatu pekerjaan yang dinyatakan dalam persentase (Mubyarto, 1990)

Seorang yang mempunyai nilai waktu yang tinggi akan menyebabkan nilai waktunya bertambah mahal. Orang yang nilai waktunya relative mahal cenderung untuk menggantikan waktu senggangnya untuk bekerja. Peningkatan tingkat


(38)

partisipasi kerja akan menyebabkan terjadinya income dan subtitusion efek. Income effect dimaksudkan orang yang berpendapat tinggi akan mengurangi waktu bekerjanya dengan menggantikan waktu senggang sehingga partisipasi angkatan kerja mengalami, sedangkan yang dimaksud dengan subtitusion efek adalah orang yang berpendapatan rendah akan menambah waktu kerjanya karena waktu kerja semakin mahal sehingga banyak orang menggantikan waktu senggangnya untuk bekerja yang menyebabkan tingkat partisipasi angkatan kerjanya mengalami kenaikan.

2.6. Modal

Modal kerja merupakan kekayaan perusahaan yang sangat diperlukan untuk membelanjai operasinya sehari-hari dan modal ini memiliki siklus selama kurang dari satu tahun, besarnya modal kerja akan sangat menentukan kelangsungannya perusahaan. Arti modal kerja dalam sejarahnya berkembang sesuai dengan perkembangan modal kerja itu sendiri secara ilmiah, modal kerja yang kadang disebut modal kerja bruto, tidak lain adalah aktiva lancar (Weston dan Brigham dalam Mubyarto, 1993)

Modal kerja dapat dibagi dengan membaginya dalam tiga konsep yaitu : (Riyanto, 1995 dalam Muklis, 2007).

1. Konsep kuantitatif

Menurut konsep ini, dana yang tertanam dalam aktiva akan kembali ke bentuk semula dalam waktu pendek. Dengan demikian modal kerja menurut konsep ini


(39)

adalah keseluruhan jumlah aktiva lancar, modal kerja dalam pengertian ini sering disebut modal kerja bruto

2. Konsep kualitatif

Dalam konsep ini modal kerja disebut dengan modal kerja bersih dan dikaitkan dengan jumlah aktivitas lancar dan hutang lancar. Sebagian aktiva lancar perusahaan disediakan untuk membayar kewajiban lancarnya. Oleh karenanya maka modal kerja menurut konsep ini adalah sebagai dari aktiva lancar yang benar-benar dapat dipergunakan untuk membiayai operasional perusahaan tanpa mengganggu likuidasi.

3. Konsep fungsional

Konsep ini berdasarkan pada fungsi dari dana dalam menghasilkan pendapatan, maksudnya pernyataan tersebut adalah bahwa dana yang tertanam dalam perusahaan dipergunakan untuk menghasilkan pendapatan.

2.7. Pendapatan Asli Daerah

Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah pendapatan yang diperoleh daerah yang dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan pendapatan hasil daerah dan bertujuan memberikan kewenangan kepada Pemerintah daerah untuk mendanai pelaksanaan otonomi daerah sesuai dengan potensi daerah sebagai perwujudan desentralisasi.


(40)

Pendapatan Asli Daerah adalah sumber pendapatan daerah yang murni digali oleh daerah sendiri dan merupakan salah satu sumber pembiayaan investasi Pemerintah daerah yang harus senantiasa diupayakan peningkatannya setiap tahun. Dengan adanya peningkatan pendapatan asli daerah tersebut diharapkan akan semakin besar kontribusinya terhadap APBD daerah.

Diterbitkannya undang–undang nomor 32 tahun 2004 tentang pemerintah daerah dan undang–undang nomor 33 tahun 2004 tentang perimbangan keuangan antara pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah menyatakan bahwa sumber-sumber penerimaan daerah adalah :

1. Pendapatan Asli Daerah

a. Pajak daerah b. Retribusi daerah

c. Hasil perusahaan daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan

d. Lain-lain pendapatan yang sah.

2. Dana perimbangan

3. Pinjaman daerah

4. Pendapatan yang sah lainnya.

Adapun Sumber Pendapatan Asli Daerah tersebut menurut UU No. 33 Tahun 2004 terdiri dari :


(41)

A. Pajak Daerah.

Menurut peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 65 Tahun 2001 tentangPajak Daerah, bahwa pajak daerah atau disebut pajak adalah iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan kepada daerah tanpa imbalan langsung, yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintah daerah dan pembangunan daerah.

Menurut UU No. 34 Tahun 2000 ayat 2, jenis pajak Kabupaten/Kota terdiri dari :

1. Pajak Hotel

2. Pajak Restoran

3. Pajak Hiburan

4. Pajak Reklame

5. Pajak Penerangan Jalan

6. Pajak Pengambilan Bahan Galian C

7. Pajak Parkir

B. Retribusi Daerah

Pengertian retribusi daerah menurut UU No.34 tahun 2000 adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang disediakan


(42)

atau yang diberikan oleh pemerintah daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan. Sehingga retribusi daerah dapat dicirikan sebagai berikut :

1. Retribusi dipungut daerah

2. Dalam pungutan retribusi terdapat prestasi yang diberikan daerah yang dapat langsung dihunjuk.

3. Retribusi dikenakan kepada siapa saja yang memanfaatkan atau mengenyam jasa

yang disediakan oleh pemerintah daerah.

Adapun jenis retribusi daerah menurut Undang-undang No. 34 tahun 2000 adalah yang dikelompokkan kedalam tiga golongan yaitu Jasa Umum, Jasa Usaha, dan Perijinan Tertentu.

C. Hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah lainnya yang dipisahkan.

Dalam hal ini, antara lain adalah bagian laba, deviden, dan penjualan saham milik daerah. Menurut Devas (1989), dalam buku Keuangan Pemerintah Daerah di Indonesia mengemukakan bahwa Pemerintah Daerah dimungkinkan untuk mendirikan perusahaan Daerah dengan pertimbangan :

1. Menjalankan ideology yang dianut bahwa sarana produksi milik masyarakat.

2. Untuk melindungi konsumen dalam hal monopoli alami.


(43)

4. Untuk menciptakan lapangan kerja atau mendorong pembangunan ekonomi di daerah.

5. Dianggap cara yang efisien untuk menyediakan layanan masyarakat, dan atau menebus biaya, serta untuk menghasilkan penerimaan untuk pemerintah daerah.

D. Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang sah.

Menurut Undang-undang No. 33 Tahun 2004 tentang perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah dinyatakan bahwa lain-lain pendapatan asli daerah yang sah antara lain, hasil penjualan asset daerah dan jasa giro. Sedangkan menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 8 Tahun 1987 tentang penerimaan sumbangan pihak ketiga kepada daerah ditegaskan bahwa penerimaan lain-lain antara lain berasal dari penerimaan sumbangan pihak ketiga oleh daerah atas dasar sukarela dan tidak mengikat serta dengan persetujuan DPRD Tk. II.

2.8. Pengembangan Wilayah

Pengertian wilayah (region) adalah suatu unit geografi yang membentuk suatu kesatuan. Yang dimaksud dengan unit geografi adalah ruang sehingga bukan merupakan aspek fisik tanah saja, tetapi lebih dari itu aspek-aspek lain, seperti biologi, ekonomi,social, dan budaya (Wibowo, 2004).

Menurut Hadjisaroso (1994), Pengembangan wilayah merupakan suatu tindakan mengembangkan wilayah atau membangun daerah atau kawasan dalam


(44)

rangka usaha memperbaiki tingkat kesejahteraan hidup masyarakat. Sandi (1992), mengemukakan pengertian pengembangan wilayah pada hakekatnya adalah pelaksanaan pembangunan nasional disuatu wilayah yang disesuaikan dengan kemampuan fisik dan sosial wilayah tersebut serta tetap mentaati peraturan perundangan yang berlaku. Jayadinata (1992), mengemukakan pengembangan wilayah adalah memajukan atau memperbaiki serta meningkatkan sesuatu yang telah ada. Sedangkan menurut Miraza (2005), pengembangan wilayah adalah pemanfaatan potensi wilayah, baik potensi alam maupun potensi buatan. Pengembangan wilayah harus dilaksanakan secara fully dan berdaya guna (efficientcy) agar pemanfaatan potensi dimaksud berdampak pada kesejahteraan masyarakat secara maksimal.

Sasaran pengembangan wilayah harus dilihat dari tujuan pembangunan nasional. Begitu juga dengan tujuan pembangunan daerah yang harus sesuai dengan tujuan pembangunan nasional yang pada umumnya terdiri dari :

1. Mencapai pertumbuhan pendapatan per kapita yang cepat

2. Menyediakan kesempatan kerja yang cukup

3. Pemerataan pendapatan

4. Mengurangi perbedaan antara tingkat pendapatan, kemakmuran, pembangunan serta kemampuan antar daerah.

5. Membangun struktur perekonomian agar tidak berat sebelah (Hardjisaroso, 1994). Tujuan utama dari pengembangan wilayah adalah menyerasikan berbagai kegiatan pembanguan sektor dan wilayah. Hal ini dimaksudkan agar pemanfaatan


(45)

ruang dan sumberdaya yang ada didalamnya dapat optimal mendukung kegiatan kehidupan masyarakat sesuai dengan tujuan dan sasaran pembangunan wilayah yang diharapkan.

Pengembangan wilayah (regional development) merupakan upaya untuk memacu perkembangan sosial ekonomi, mengurangi kesenjangan antar wilah, dan menjaga kelestarian lingkungan hidup pada suatu wilayah. Pengembangan wilayah sangat diperlukan karena kondisi social ekonomi, budaya dan geografis yang sangat berbeda antar suatu wilayah dengan wilayah lainnya. Pada dasarnya pengembangan wilayah harus disesuaikan dengan kondisi, potensi dan permasalahan wilayah bersangkutan (Riyadi, 2002)

Menurut Tarigan (2005), keberhasilan pembanguan wilayah dapat diukur dari beberapa parameter antara lain, meningkatnya pendapatan masyarakat, peningkatan lapangan pekerjaan, dan pemerataan pendapatan.

Pembangunan masyarakat erat kaitannya denga pendapatan masyarakat. Tingkat pendapatan masyarakat dapat di ukur dengan total pendapatan wilayah maupun pendapatan rata-rata masyarakat pada daerah tersebut.

2.9. Penelitian Sebelumnya

Penelitian tentang pasar tradisional yang telah dilakukan, memberikan gambaran yang hampir bersamaan tentang keberadaan pasar tradisional tersebut, penelitian terdahulu antaralain dilakukan oleh :


(46)

Hakim (2003), menunjukkan peran pasar tradisonal terhadap pendapatan pedagang dan penyerapan tenaga kerja kaitannya dengan pengembangan wilayah kota Medan (studi kasus pasar tradisional di PD Pasar Kota Medan). Pasar tradisional berperan meningkatkan pendapatan pedagang, penyerapan tenaga kerja dan penerimaan PD Pasar Kota Medan terhadap PDRB.

Haris (2001), melakukan studi tentang peranan pasar tradisional dalam meningkatkan pendapatan pedagang dan kaitannya dengan pengembangan wilayah kota Medan (studi kasus pasar tradisional di PD pasar Medan). Penelitian ini menghasilkan bahwa pemberian bantuan modal berdagang sangat membantu pedagang, dan secara umum modal yang diberikan semakin berkembang sehingga semakin banyak pedagang yang mendapatkan bantuan modal, pengenaan tarif kontribusi kepada pedagang berdasarkan luas tempat usaha, jenis barang yang didagangkan dan kelas pasar tempat berdagang.

Sihombing (2010), melakukan penelitian mengenai peranan pasar tradisional dalam pengembangan wilayah (studi di kecamatan Deli Tua Kabupaten Deli Serdang). Penelitian ini menghasilkan faktor modal, jam kerja, lokasi usaha, dan tingkat pendidikan berpengaruh positif terhadap pendapatan pedagang tradisional pekerja sektor informal di kecamatan Deli Tua.


(47)

2.10. Kerangka Pemikiran

Untuk mempermudah pemahaman tentang konsep penelitian ini, maka dapat dilihat pada bagan di bawah ini :

Gambar 2.1. Kerangka Berpikir

TENAGA KERJA

PENGEMBANGAN WILAYAH

PASAR TRADISION

PEDAGANG

PENDAPATAN PEDAGANG

PENDAPATAN ASLI DAERAH


(48)

2.11. Hipotesis Penelitian

1. Modal, jam kerja, pengalaman kerja, dan lokasi usaha berpengaruh positif terhadap pendapatan pedagang pasar baru panyabungan.

2. Pasar baru panyabungan memberikan kontribusi yang positif terhadap Pendapatan Asli daerah.


(49)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Pasar Tradisional Pasar Baru Panyabungan yang berada di Kecamatan Panyabungan, Kabupataen Mandailing Natal. Pemilihan lokasi penelitian ini disebabkan besarnya perkembangan aktivitas pasar tradisional yang telah berkembang hingga menjadi Pusat Perdagangan yang terbesar di Kabupaten Mandailing Natal. Obyek penelitian ini adalah pedagang yang berada di Pasar Tradisional Pasar Baru Panyabungan. Waktu penelitiannya dilaksanakan selama 3 (tiga) bulan, yang akan dimulai pada bulan Juni sampai Agustus 2012.

3.2. Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dan data primer. Data sekunder di dapat dari Badan Pusat Statistik (BPS), Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi dan Pasar, serta dari studi kepustakaan yang bersumber dari literatur dokumen-dokumen atau tulisan-tulisan yang ada hubungannya dengan permasalahan penelitian. Sedangkan data Primer di peroleh langsung dari responden dengan alat pengumpul datanya berupa kuesioner dan wawancara.


(50)

3.3.Populasi dan Sampel

Populasi yang diambil pada penelitian ini adalah pedagang yang berjualan di Pasar Baru Panyabungan. Populasi penelitian ini meliputi seluruh pedagang yang ada di pasar baru panyabungan sebanyak 1.066 pedagang yang terdiri dari pedagang makanan/minuman, sayur-sayuran, buah-buahan, daging/ayam/ ikan, konveksi, kelontong. Pemilihan sampel yang digunakan untuk mewakili populasi dilakukan dengan cara purposive sampling, yaitu berdasarkan pedagang yang menjadi responden penelitian. Untuk mengetahui besarnya jumlah respoden yang akan dijadikan sampel digunakan rumus Frank Lynk :

Keterangan : n : Jumlah sampel N : Jumlah Populasi

Z : Nilai normal dari variabel (1,96) untuk tingkat kepercayaan 95% P : Harga Patokan tertinggi (0,5)

d : Sampling Error (0,1)

Bila di hitung dengan menggunakan rumus di atas, maka diketahui jumlah responden pedagang tersebut sebagai berikut :


(51)

Responden yang diambil sebanyak 94 responden, untuk masing-masing pedagang diambil sampel sebagai berikut :

Tabel 3.1. Jumlah Populasi dan Sampel Pedagang

No Pedagang Jumlah Pedagang Perhitungan Sampel

1 Makanan/ Minuman 60

x 94 = 5,29 5

2 Sayur-sayuran 135

x 94 = 11,90 12

3 Buah-buahan 75

x 94 = 6,61 7

4 Daging/ Ayam/ Ikan 87

x 94 = 7,67 8

5 Konveksi 380

x 94 = 33,51 33

6 Kelontong 329

x 94 = 29,01 29

Jumlah 1066 93,99 94

Sumber : Hasil Pengolahan Data Primer (2012)

3.4. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data primer dilakukan dengan cara wawancara langsung dengan responden secara mendalam berdasarkan daftar pertanyaan (kuesioner) yang telah dipersiapkan sebelumnya. Sedangkan data sekunder diperoleh dari badan atau instansi atau lembaga terkait seperti Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi dan Pasar, Badan Pusat Statistik, dan lain-lain.

3.5. Teknik Pengolahan Data

Untuk menyelesaikan masalah pertama dalam melihat pengaruh faktor modal, jam kerja, pengalaman kerja, dan lokasi usaha terhadap pendapatan pedagang, maka digunakan analisis statistik regresi berganda dengan rumus :


(52)

Y = β0+ β1x1+ β2x2+ β3x3+ β4x4 + µ

Dimana :

Y = Pendapatan pedagang tradisional (rupiah perhari)

X1 = Modal (rupiah perhari)

X2 = Jam Kerja (jam perhari)

X3 = Pengalaman Kerja (tahun)

X4 = Lokasi Usaha (depan, tengah, belakang)

β0 = Konstanta

β1…β4 = Koefisien Regresi

µ = Error term

Untuk menyelesaikan masalah kedua dalam melihat peran pasar baru Panyabungan terhadap penyerapan tenaga kerja dilakukan analisis deskriptif. Dimana data primer yang diperoleh dari lapangan terlebih dahulu disajikan dalam bentuk table distribusi yang dinyatakan dalam sebaran frekuensi dan dianalisa secara deskriptif baik secara angka maupun persentase.

Untuk menyelesaikan masalah ketiga dalam melihat seberapa besar kontribusi pasar terhadap pendapatan asli daerah menggunakan rumus kontribusi pasar dengan pendapatan asli daerah dikalikan 100 %, dengan rumus :

KPR =


(53)

Dimana :

KPR = Kontribusi Retribusi Pasar Terhadap PAD

PRth-n = Penerimaan Retribusi Pasar

PADth-n = Penerimaan PAD

Sedangkan untuk menyelesaikan masalah keempat dalam melihat peran pasar baru Panyabungan terhadap pengembangan wilayah juga dilakukan dengan analisis deskriptif. Dimana data primer yang diperoleh dari lapangan terlebih dahulu disajikan dalam bentuk table distribusi yang dinyatakan dalam sebaran frekeunsi dan dianalisa secara deskriptif baik secara angka maupun persentase. Dan untuk mengetahui gambaran mengenai peran dan profil pedagang Pasar Baru Panyabungan juga menggunakan analisis deskriptif. Profil pedagang di pasar baru panyabungan tersebut meliputi gambaran umur, jenis kelamin, status perkawinan, jumlah tanggungan, tenaga kerja yang digunakan, tempat tinggal atau domisili pedagang, suku/bangsa dan jenis dagangan yang dijual pedagang.

3.6. Uji Asumsi Klasik

Uji penyimpangan asumsi klasik adalah pengujian terhadap beberapa asumsi klasik yang dilakukan untuk melihat apakah suatu model dikatakan baik dan efisien. Uji penyimpangan asumsi klasik dimulai dengan menguji :


(54)

a. Normalitas

Menurut ghozali (2005) uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah populasi data berdistribusi normal atau tidak. Dalam penelitian menggunakan Uji Liliefors (One sampel kolmogrov smirnov).

Data dinyatakan berdistribusi normal jika nilai signifikan > 0.05. Jika nilai signifikan < 0.05, maka distribusi data tidak normal.

b. Uji Linieritas

Uji linieritas bertujuan untuk mengetahui apakah dua variable mempunyai hubungan yang linier (nilai harapan dalam parameter berpangkat satu) atau nonlinier secara signifikan. Hubungan yang linier bila signifikansi (liniearity) kurang dari 0,05. Selanjutnya dideteksi dengan menguji asumsi klasik multikolinearitas dan heteroskedastisitas.

c. Uji Multikolinearitas

Multikoniaritas adalah alat untuk mengetahui suatu kondisi , apakah terdapat korelasi variable independent diantara satu sama lainnya. Untuk melihat ada tidaknya multikolinieritas dalam suatu model pengamatan, dapat dilakukan dengan regresi antara variable independen, sehingga dapat diperoleh nilai koefisien determinan (R2) masing-masing atau parsial. Selanjutnya R2 hasil regresi (parsial) antar variable


(55)

independent tersebut dibandingkan dengan R2 hasil regresi model, sehingga diperoleh sebagai berikut :

 Jika nilai R2 hasil regresi (parsial) antar variable bebas > R2 model penelitian, berarti terjadi multikolinieritas dalam model empiris yang digunakan.

 Jika nilai R2 hasil regresi (parsial) antar variable bebas < R2 model penelitian, berarti tidak terjadi multikolinieritas model empiris yang digunakan.

d. Uji Heterokedastisitas

Untuk menguji heterokedastisitas digunakan uji spearman rho yaitu uji yang mengkorelasikan nilai residual (unstandardized residual) dengan masing-masing variable independent. Jika signifikansi korelasi kurang dari 0.05 maka model regresi terjadi masalah heterokkedastisitas.

3.7. Defenisi Operasional Variabel

Untuk memenuhi data yang diperlukan dalam penelitian ini, maka ditetapkan batasan-batasan operasionalnya yang akan digunakan sebagai indikator dari masing -masing variabel yang akan di teliti :

1. Pasar baru Panyabungan adalah pasar tradisional yang dibangun dan dikelola oleh pemerintah swasta, koperasi atau swadaya masyarakat dengan tempat–tempat usaha berupa toko, kios, los, dan tenda, yang dimiliki/dikelola oleh pedagang


(56)

kecil dan menengah, dan koperasi dengan usaha skala kecil dan modal kecil, dan dengan proses jual beli melalui tawar menawar.

2. Penyerapan tenaga kerja adalah kemampuan bidang dalam menciptakan lapangan

kerja bagi anggota masyarakat.

3. Pendapatan adalah penghasilan kotor yang diterima pedagang setiap hari (diukur dalam satuan rupiah)

4. Modal yang dimaksud adalah modal lancar, yakni total pembelian bahan-bahan baku yang akan dipergunakan untuk kebutuhan produksi atau berjualan setiap hari (diukur dalam satuan rupiah).

5. Jam kerja adalah waktu yang dipergunakan responden untuk bekerja setiap hari (diukur dalam satuan jam).

6. Pengalaman kerja adalah waktu lamanya bekerja pedagang dalam menjalankan usaha/pekerjaan (diukur dalam satuan tahun).

7. Lokasi usaha adalah tempat strategis yang dapat mempengaruhi tingkat penjualan yang dapat mempengaruhi tingkat penjualan pedagang, dibagi atas klasifikasi bagian depan, tengah, dan belakang.

8. PAD adalah merupakan salah satu sumber penerimaan pemerintah daerah untuk

membiayai pembangunan daerah yang harus senantiasa diupayakan


(57)

9. Pengembangan wilayah adalah merupakan suatu tindakan mengembangkan wilayah atau membangun daerah atau kawasan dalam rangka usaha memperbaiki tingkat kesejahteraan hidup masyarakat.


(58)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1. Deskripsi Wilayah Kecamatan Panyabungan 4.1.1. Sejarah Singkat Kecamatan Panyabungan

Pada tanggal 23 November 1998, Pemerintah Republik Indonesia menetapkan Undang-Undang No. 12 Tahun 1998 yaitu Undang-Undang tentang Pembentukan Pemerintahan Kabupaten Mandailing Natal menjadi daerah otonom yang berhak mengatur rumah tangganya sendiri. Kabupaten Mandailing Natal secara geografis terletak antara 00100 – 10500 Lintang Utara dan 980500 – 1000100 Bujur Timur. Kabupaten Mandailing Natal merupakan pemecahan dari Kabupaten Tapanuli Selatan dengan wilayah administrasi terdiri dari atas 8 Kecamatan dengan 273 desa.

Pada tanggal 29 Juli 2003 Kabupaten Mandailing Natal mengeluarkan Peraturan daerah No. 7 dan 8 mengenai Pemekaran Kecamatan dan Desa. Dengan dikeluarkannya Peraturan daerah tersebut maka Kabupaten Mandailing Natal memiliki 17 Kecamatan dengan 322 desa dan 7 kelurahan.

Pada tanggal 15 Februari 2007 pemerintah Kabupaten Mandailing Natal mengeluarkan Peraturan daerah No. 10 Tahun 2007 tentang Pembentukan 5 Kecamatan baru di Kabupaten Mandailing Natal.

Kemudian tanggal 7 Desember 2007 pemerintah Kabupaten Mandailing Natal mengeluarkan Peraturan daerah No. 45 Tahun 2007 dan No. 46 Tahun 2007 tentang


(59)

Pemecahan Desa dan Pembentukan 1 Kecamatan baru. Dengan demikian, Kabupaten Mandailing Natal kini memiliki 23 kecamatan dengan 353 desa dan 32 Kelurahan. Kecamatan tersebut terdiri dari : Kecamatan Batahan, Kecamatan Batang Natal, Kecamatan Lingga Bayu, Kecamatan Kotanopan, Kecamatan Ulu Pungkut, Kecamatan Tambangan, Kecamatan Lembah Sorik Merapi, Kecamatan Muara Sipongi, Kecamatan Panyabungan, Kecamatan Panyabungan Selatan, Kecamatan Panyabungan Barat, Kecamatan Panyabungan Utara, Kecamatan Panyabungan Timur, Kecamatan Natal, Kecamatan Muara Batang Gadis, Kecamatan Siabu, Kecamatan Bukit Malintang, Kecamatan Ranto Baek, Kecamatan Huta Bargot, Kecamatan Puncak Sorik Marapi, Kecamatan Pakantan, Kecamatan Sinunukan, dan Kecamatan Naga Juang.

4.1.2. Gambaran Umum

Kecamatan Panyabungan merupakan satu diantara 23 (dua puluh tiga) Kecamatan yang terdapat di Kabupaten Mandailing Natal. Kecamatan ini berlokasi pada ketinggian 196 s/d 614 meter dari permukaan laut. Topografi Kecamatan Panyabungan adalah datar sampai berbukit dengan luas wilayahnya menurut Badan Pusat Statistik (BPS) adalah 25.977,43 Ha atau sekitar 3,92 % dari luas wilayah Kabupaten Mandailing Natal. Kecamatan ini terdiri dari 30 Desa dan 9 Kelurahan dengan pusat pemerintahannya berada di Kelurahan Panyabungan I. Pada akhir tahun 2011, jumlah penduduk Kecamatan Panyabungan sebanyak 78.174 jiwa dengan tingkat kepadatan penduduknya mencapai 301 jiwa/km2.


(60)

Dilihat dari bentang wilayahnya, secara administrasi Kecamatan Panyabungan berbatasan dengan :

1. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Panyabungan Utara

2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Panyabungan Selatan dan

Kecamatan Lembah Sorik Merapi.

3. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Panyabungan Barat dan Kecamatan

Huta Bargot.

4. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Panyabungan Timur.

Tabel 4.1. Luas, Jumlah Penduduk, Kepadatan Penduduk, Jumlah Rumah Tangga, dan Rata-rata per Rumah Tangga di Kecamatan Panyabungan menurut Penggunaan Tanah dirinci menurut Desa/ Kelurahan Tahun 2012.

No Desa/Kelurahan Luas (Ha) Jumlah

Penduduk (Jiwa)

Kepadatan Penduduk (Jiwa/Km2)

Jumlah Rumah Tangga (KK) Rata-rata per Rumah Tangga

1 2 3 4 5 6 7

1 Aek Banir 1.519,83 2.212 145 545 4,06

2 Sipapaga 1.162,07 1.996 172 410 4,87

3 Parbangunan 1.011,56 1.670 165 340 4,91

4 Pidoli Lombang 1.844,18 4.712 255 1.150 4,10

5 Pidoli Dolok 564,59 3.019 535 678 4,45

6 Darussalam 2.198,79 1.883 86 428 4,40

7 Siobon Julu 471,74 602 128 133 4,53

8 Huta Siantar 128,52 4.693 3.651 1.060 4,43

9 Panyabungan II 172,07 7.262 4.220 1.546 4,70

10 Panyabungan III 33,09 3.899 11.683 851 4,54

11 Panyabungan I 3,85 808 20.987 172 4,70

12 Pasar Hilir 12,54 1.702 13.572 380 4,48

13 Panyabungan Julu 243,68 1.734 711 407 4,26

14 Panyabungan Tonga

188,55 1.802 956 446 4,04


(61)

Tabel 4.1. Lanjutan

17 Gunung Manaon 324,21 868 268 224 3,88

18 Kayu Jati 75,22 4.161 5.532 969 4,29

19 Sigalapang Julu 461,65 1.352 293 326 4,15

20 Kampung Padang 174,67 1.352 774 286 4,73

21 Ipar Bondar 730,10 1.391 190 327 4,25

22 Gunung Tua 183,16 1.874 1.023 458 4,09

23 Manyabar 238,65 877 367 225 3,99

24 Sarap Matua 5.407,12 843 15 235 3,59

25 Gunung Barani 333,25 1.161 348 273 4,25

26 Salambue 51,99 904 1.739 200 4,52

27 Aek Mata 351,41 903 257 218 4,14

28 HutaLombang

Lubis

7,32 837 11.434 202 4,14

29 Pagaran Tonga 145,59 652 448 173 3,77

30 SopoBatu 297,52 565 190 122 4,63

31 Gunung Tua Julu 271,87 1.717 631 403 4,26

32 Gunung Tua Tonga 6.833,03 1.390 20 325 4,28

33 Lumban Pasir 65,72 1.445 2.199 297 4,87

34 Dalan Lidang*) 5.262 870 6,05

35 Siobin Jae *) 489 128 3,82

36 Sipolu-polu *) 7.787 1.729 4,50

37 Saba Jambu *) 255 65 3,92

38 Panggorengan *) 851 193 4,41

39 Manyabar Jae 727 202 3,59

Sumber : Kecamatan Panyabungan Dalam Angka 2012 Tanda*) adalah kelurahan dan desa pemekaran.

Dari Tabel 4.1 diatas penduduk terbanyak berada di Kelurahan Sipolu-polu dengan jumlah penduduk 7.787 jiwa, disusul kemudian Kelurahan Panyabungan II dengan jumlah penduduk 7.262 jiwa. Sedangkan desa yang paling sedikit penduduknya adalah desa Saba Jambu dengan jumlah penduduk 255 jiwa.

Dilihat berdasarkan kepadatan penduduk, sebagaimananya tertera pada Tabel 4.1 diatas, Kelurahan Panyabungan I yang merupakan Kelurahan terpadat


(62)

dengan tingkat kepadatan 13.572 jiwa per Km2. Sedangkan desa Sarak Matua merupakan desa paling jarang penduduknya yakni 15 jiwa per Km2

Berdasarkan jumlah rumah tangga, yang terbanyak berada di kelurahan Sipolu-polu dengan total 1.729 rumah tangga, disusul kemudian kelurahan Panyabungan II dengan total mencapai 1.546 rumah tangga dan desa Pidoli Lombang dengan 1.150 rumah tangga. Total rumah tangga yang terdapat di Kecamatan Panyabungan sebanyak 17.602 rumah tangga. Sedangkan rata-rata anggota per rumah tangga di Kecamatan Panyabungan adalah 4,44 jiwa.

4.2 Profil Pedagang Tradisional di Pasar Baru Panyabungan

Untuk mengetahui secara rinci karakteristik atau ciri khas pedagang tradisional yang menjadi objek penelitian, yaitu pedagang yang berjualan di Pasar Baru Panyabungan diuraikan dalam penjelasan profil berikut. Uraian ini akan menyajikan informasi yang berhubungan dengan umur, agama, suku/etnis, daerah asal, dan jumlah tanggungan dalam keluarga. Dengan ragam fenomena yang tampak dalam pemaparan profil pedagang tradisional ini, akan dapat memberi petunjuk atau acuan dalam menganalisis peran pedagang tradisional dalam pengembangan wilayah di Kecamatan Panyabungan.


(63)

4.2.1 Umur Responden

Responden penelitian ini seluruhnya berjumlah 94 orang. Dari hasil penjaringan data, diperoleh keterangan bahwa umur terendah responden adalah 20 tahun, sedangkan umur yang tertinggi adalah 72 tahun. Umumnya pedagang tradisional yang terdapat di wilayah Kecamatan Panyabungan berumur antara 31 s/d 40 tahun, yakni berjumlah 43,61 persen dari total responden. Umur berikutnya antara 41 s/d. 50 tahun terdapat 26,60 persen, sedangkan umur antara 20 s/d. 30 tahun terdapat 17,02 persen. Sementara itu, terdapat 12,77 persen yang berumur diatas 50 tahun.

Tabel 4.2. Umur Responden

No Jawaban Responden Jumlah Responden (Orang)

Persentase (%)

1 20 tahun s.d 30 tahun 16 17,02

2 31 tahun s.d 40 tahun 41 43,62

3 41 tahun s.d 50 tahun 25 26,60

4 Diatas 50 tahun 12 12,77

Jumlah 94 100

Sumber : Hasil Pengolahan Data Primer (2012)

Berdasarkan penjelasan Tabel 4.2 di atas, dapat disimpulkan bahwa para pedagang tradisional di Kecamatan Panyabungan berusia produktif, yakni antara 31 sampai 40 tahun. Rentang usia seperti ini membuat tingkat efektifitas, kreatifitas maupun energisitas pedagang tradisional masih dikatakan sangat potensial dan masih dapat berkembang. Kendatipun data tentang usia pedagang tradisional di atas masih


(64)

bersifat debat tabel, namun paling tidak gambaran ini akan dapat menerangkan bahwa pedagang tradisional masih produktif, potensial dan energik.

4.2.2. Agama Responden

Berdasarkan hasil penelitian ini diperoleh keterangan bahwa para pedagang tradisional yang terdapat pasar baru Panyabungan 100 persen beragama Islam.

Tabel 4.3. Agama Responden

No Jawaban Responden Jumlah Responden (Orang)

Persentase (%)

1 Islam 94 100

Jumlah 94 100

Sumber : Hasil Pengolahan Data Primer (2012)

Tabel 4.3 di atas menjelaskan bahwa agama Islam merupakan agama mayoritas yang dianut oleh pedagang tradisional di pasar baru Panyabungan. Hal ini dapat dipahami karena agama ini merupakan agama yang mayoritas dianut oleh penduduk Kecamatan Panyabungan.

4.2.3. Suku/Etnis Responden

Profil pedagang tradisional di pasar baru Panyabungan berdasarkan suku/etnis pada uraian Tabel 4.4 berikut menceritakan bahwa suku Mandailing merupakan suku mayoritas yakni sebesar 95,71 persen. Di susul suku minang sebesar 2,13 persen, kemudian suku melayu dan jawa masing-masing sebesar 1,06 persen. Hal ini mencerminkan suasana keheterogenan masyarakat di wilayah Kecamatan Panyabungan.


(65)

Tabel 4.4. Suku/ Etnis Responden

No Jawaban Responden Jumlah Responden (Orang)

Persentase (%)

1 Mandailing 90 95,75

2 Melayu 1 1,06

3 Minang 2 2,13

4 Jawa 1 1,06

Jumlah 94 100

Sumber : Hasil Pengolahan Data Primer (2012)

4.2.4. Daerah Asal Responden

Umumnya pedagang tradisional adalah perantau yang berasal dari berbagai daerah atau propinsi di Indonesia. Namun komunitas pedagang tradisional yang terdapat di pasar baru Panyabungan berasal dari Kabupaten Mandailing Natal dan sekitarnya menempati jumlah yang paling banyak yaitu sebesar 93,62 persen. Kemudian disusul dari Kabupaten Tapanuli Selatan dan propinsi Sumatera Barat masing-masing sebesar 2,13 persen. Selain itu terdapat juga pedagang tradisional yang berasal dari pulau jawa sebesar 1,06 persen, dan dari Kota Medan sebesar 1,06 persen.

Tabel 4.5. Daerah Asal

No Jawaban Responden Jumlah Responden (Orang)

Persentase (%)

1 Madina & sekitarnya 88 93,62

2 Tapsel & sekitarnya 2 2,13

3 Sumatera Barat 2 2,13

4 Jawa 1 1,06

5 Medan 1 1,06


(66)

4.2.5. Jumlah Tanggungan dalam Keluarga

Jumlah tanggungan keluarga responden menunjukkan banyaknya anggota keluarga yang menjadi beban secara ekonomi. Secara umum jumlah anggota akan berpengaruh terhadap pengeluaran rumah tangga. Keluarga responden yang memiliki tanggungan besar akan mengalokasikan pendapatannya lebih besar pula.

Jumlah tanggungan dalam keluarga responden penelitian ini sangat beragam, yakni antara 1 hingga 7 orang. Namun terdapat 15,96 persen responden yang tidak memiliki jumlah tanggungan. Artinya, pendapatan yang diperoleh responden dipergunakan untuk menutupi biaya kebutuhan hidup dirinya sendiri sehari-hari.

Tabel 4.6. Jumlah Tanggungan dalam Keluarga Responden No Jawaban Responden Jumlah Responden

(Orang)

Persentase (%)

1 Tidak Ada 15 15,96

2 1 orang 17 18,08

3 2 orang 16 17,02

4 3 orang 25 26,60

5 4 orang 10 10,64

6 5 orang 7 7,45

7 6 orang 3 3,19

8 7 orang 1 1,06

Jumlah 94 100

Sumber: Hasil pengolahan Data Primer (2012)

Berdasarkan Tabel 4.6 di atas, dapat disimpulkan bahwa jumlah tanggungan dalam keluarga sebanyak 3 orang merupakan jawaban terbanyak responden yakni mencapai 26,60 persen dari total responden. Jumlah tanggungan sebanyak 1 orang menempati posisi kedua yakni 18,08 persen. Berturut-turut di bawahnya adalah


(1)

Coeffici entsa

322994,0 65653,712 4,920 ,000

1,137 ,010 ,996 109,233 ,000

48755,247 98556,228 ,495 ,622

1,008 ,037 ,883 26,887 ,000

400248,2 112026,0 ,117 3,573 ,001

-835056 321177,0 -2,600 ,011

,971 ,038 ,850 25,302 ,000

403141,3 107793,2 ,118 3,740 ,000 119048,3 41333,477 ,040 2,880 ,005

-1129569 333838,1 -3,384 ,001

,963 ,037 ,843 25,725 ,000

401711,5 104799,1 ,118 3,833 ,000 119821,2 40185,953 ,040 2,982 ,004 164625,8 66014,179 ,021 2,494 ,014 (Constant) Modal Kerja (Constant) Modal Kerja Pengalaman Kerja (Constant) Modal Kerja Pengalaman Kerja Jam Kerja (Constant) Modal Kerja Pengalaman Kerja Jam Kerja Lokasi Berjualan Model

1

2

3

4

B Std. Error Unstandardized

Coef f icients

Beta Standardized Coef f icients

t Sig.

Dependent Variable: Pendapatan a.

Excluded Variablesd

,039a 2,662 ,009 ,269 ,355

,117a 3,573 ,001 ,351 ,068

,021a 2,243 ,027 ,229 ,890

,040b 2,880 ,005 ,291 ,355

,021b 2,369 ,020 ,242 ,890

,021c 2,494 ,014 ,256 ,890

Jam Kerja Pengalaman Kerja Lokasi Berjualan Jam Kerja Lokasi Berjualan Lokasi Berjualan Model

1

2 3

Beta In t Sig.

Part ial

Correlation Tolerance Collinearity Stat istics

Predictors in the Model: (Constant), Modal Kerja a.

Predictors in the Model: (Constant), Modal Kerja, Pengalaman Kerja b.

Predictors in the Model: (Constant), Modal Kerja, Pengalaman Kerja, Jam Kerja c.

Dependent Variable: Pendapatan d.

Casewise Diag nostics

a

5.169

20000000

Case Number

40

Std. Residual

Pendapatan

Dependent Variable: Pendapatan

a.

Residual s Statisti csa

397343.88 2.7E+07 4914894 5543520.058 94 -1215110 2226132 .00 421300.962 94

-.815 3.896 .000 1.000 94

-2.821 5.169 .000 .978 94

Predicted Value Residual

Std. Predicted Value Std. Residual

Minimum Maximum Mean Std. Dev iat ion N

Dependent Variable: Pendapatan a.


(2)

Lampiran 4.

Hasil Uji Asumsi Klasik

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N

94

Normal Parameters

a,,b

Mean

.0000000

Std. Deviation

421300.96176868

Most Extreme Differences

Absolute

.157

Positive

.157

Negative

-.127

Kolmogorov-Smirnov Z

1.525

Asymp. Sig. (2-tailed)

.119

a. Test distribution is Normal.

b. Calculated from data.

Residual s Statisti csa

397343.88 2.7E+07 4914894 5543520.058 94 -1215110 2226132 .00 421300.962 94

-.815 3.896 .000 1.000 94

-2.821 5.169 .000 .978 94

Predicted Value Residual

Std. Predicted Value Std. Residual

Minimum Maximum Mean Std. Dev iat ion N

Dependent Variable: Pendapatan a.


(3)

ANOVA Table

2.86E+15 29 9.873E+13 556.837 .000 2.85E+15 1 2.852E+15 16088.239 .000 1.06E+13 28 3.802E+11 2.145 .006 1.13E+13 64 1.773E+11

2.87E+15 93 (Combined)

Linearit y

Dev iation f rom Linearity Between Groups Within Groups Total Pendapatan * Modal Kerja

Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

ANOVA Table

2.13E+15 7 3.040E+14 35.019 .000 1.90E+15 1 1.904E+15 219.378 .000 2.24E+14 6 3.726E+13 4.292 .001 7.47E+14 86 8.681E+12

2.87E+15 93 (Combined)

Linearit y

Dev iation f rom Linearity Between

Groups

Within Groups Total Pendapatan * Jam Kerja

Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

ANOVA Table

2.76E+15 7 3.949E+14 308.143 .000 2.70E+15 1 2.702E+15 2108.382 .000 6.23E+13 6 1.038E+13 8.103 .000 1.10E+14 86 1.282E+12

2.87E+15 93 (Combined)

Linearit y

Dev iation f rom Linearity Between Groups Within Groups Total Pendapatan * Pengalaman Kerja

Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

ANOVA Table

8.30E+14 2 4.150E+14 18.469 .000 3.51E+14 1 3.509E+14 15.620 .000 4.79E+14 1 4.790E+14 21.318 .000 2.04E+15 91 2.247E+13

2.87E+15 93 (Combined)

Linearity

Dev iation f rom Linearity Between Groups Within Groups Total Pendapatan * Lokasi Berjualan

Sum of


(4)

Measures of Associ ation

.996

.992

.998

.996

Pendapatan *

Modal Kerja

R

R Squared

Et a

Et a Squared

Measures of Association

.814

.663

.860

.740

Pendapatan * Jam Kerja

R

R Squared

Eta

Eta Squared

Measures of Association

.970

.940

.981

.962

Pendapatan *

Pengalaman Kerja

R

R Squared

Et a

Et a Squared

Measures of Associati on

-.349

.122

.537

.289

Pendapatan *

Lokasi Berjualan


(5)

Nonparametric Correlations

Correlations

Modal Kerja Jam Kerja

Pengalaman

Kerja

Lokasi

Berjualan

Unstandardize

d Residual

Spearman's rho Modal Kerja

Correlation Coefficient

1.000

.865

**

.893

**

-.320

**

.004

Sig. (2-tailed)

.

.000

.000

.002

.973

N

94

94

94

94

94

Jam Kerja

Correlation Coefficient

.865

**

1.000

.768

**

-.291

**

-.137

Sig. (2-tailed)

.000

.

.000

.004

.186

N

94

94

94

94

94

Pengalaman Kerja

Correlation Coefficient

.893

**

.768

**

1.000

-.383

**

-.102

Sig. (2-tailed)

.000

.000

.

.000

.329

N

94

94

94

94

94

Lokasi Berjualan

Correlation Coefficient

-.320

**

-.291

**

-.383

**

1.000

.074

Sig. (2-tailed)

.002

.004

.000

.

.477

N

94

94

94

94

94

Unstandardized Residual Correlation Coefficient

.004

-.137

-.102

.074

1.000

Sig. (2-tailed)

.973

.186

.329

.477

.

N

94

94

94

94

94


(6)

Lampiran 5.