BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum Tentang Kecemasan
1. Definisi kecemasan Menurut Asmadi 2008 dalam Syahputra dkk 2013
kecemasan merupakan gejolak emosi seseorang yang
berhubungan dengan sesuatu diluar dirinya dan mekanisme diri yang digunakan dalam mengatasi permasalahan, terlihat jelas
bahwa kecemasan ini mempunyai dampak terhadap kehidupan seseorang, baik dampak positif maupun negatif. Pasien yang
menjalani perawatan di rumah sakit dengan berbagai situasi dan kondisi akan membuatnya semakin cemas. Kaplan 2010 dam
Syahputra dkk 2013 kecemasan adalah suatu sinyal yang menyadarkan,
memperingatkan adanya
bahaya yang
mengancam dan memungkinkan seseorang mengambil tindakan untuk mengatasi ancaman. Kecemasan merupakan respons
terhadap suatu ancaman yang sumbernya tidak diketahui, internal, samar-samar, atau konfliktual. Kecemasan tidak dapat
dihindarkan dari
kehidupan individu
dalam memelihara
keseimbangan. Pengalaman cemas seseorang tidak sama pada beberapa situasi dan hubungan interpersonal.
8
Hal yang dapat menimbulkan kecemasan biasanya bersumber dari ancaman integritas biologi meliputi gangguan
terhadap kebutuhan dasar makan, minum, kehangatan, sex, dan ancaman terhadap keselamatan diri seperti tidak
menemukan integritas diri, tidak menemukan status prestise, tidak memperoleh pengakuan dari orang lain dan ketidak
sesuaian pandangan diri dengan lingkungan nyata Suliswati, 2005 dalam Nurjamiah, 2015.
Cemas berbeda dengan rasa takut, karakteristik rasa takut adalah adanya suatu objek sumber yang spesifik dan dapat di
identifikasi serta dapat dijelaskan oleh individu sedangkan kecemasan diartikan sebagai suatu kebingungan, kekhawatiran
pada sesuatu yang akan terjadi dengan penyebab atau objek yang tidak jelas dan dihubungkan dengan perasaan tidak
menentu dan tidak berdaya. Sebagai contoh kekhawatiran menghadapi operasipembedahan misalnya takut sakit waktu
operasi, takut terjadi kecacatan, kekhawatiran terhadap anestesi atau
pembiusan misalnya
takut terjadi
kegagalan anestesimeninggal, takut tidak bangun lagi dan lain-lain
Suliswati, 2005 dalam Nurjamiah, 2015.
2. Ciri cemas Menurut Hawari 2013, ciri-ciri cemas antara lain:
a. Cemas, khawatir, tidak tenang, dan bimbang b. Memandang masa depan dengan was-was
c. Tidak percaya diri, gugup apabila tampil dimuka umum d. Sering tidak merasa bersalah, menyalahkan orang lain
e. Tidak mudah mengalah, suka ngotot f. Gerakan sering serba salah, tidak tenang bila duduk, gelisah
g. Seringkali mengeluh ini dan itu keluhan-keluhan somatic, khawatir berlebihan terhadap penyakit
h. Mudah tersinggung, membesar-besarkan masalah yang kecil dramatis
i. Dalam mengambil keputusan sering bimbang dan ragu j. Bila mengemukakan sesuatu atau bertanya sering kali di
ulang-ulang k. Kalau sedang emosi sering kali histeri
3. Gejala klinis cemas Menurut Hawari 2013, gejala cemas antara lain:
a. Cemas, khawatir,firasat buruk, takut akan pikirannya sendiri, mudah tersinggung
b. Merasa tegang, tidak tenang, gelisah, mudah terkejut c. Takut sendirian, takut pada keramaian, dan banyak orang
d. Gangguan pola tidur, mimpi-mimpi yang menegangkan
e. Gangguan konsentrasi dan daya ingat f. Keluhan-keluhan somatic, misalnya rasa sakit dan tulang
pendengaran berdengin tinnitus, berdebar-debar, sesak nafas, gangguan pencernaan, gangguan perkemihan, sakit
kepala. 4. Faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan
Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kecemasan menurut Struart 2007 antara lain:
a. Dalam pandangan psikoanalisa kecemasan ansietas adalah konflik emosional yang terjadi antara dua elemen kepribadian
yaitu id dan Super ego. id mewakili dorongan insting dan impuls primitif, sedangkan super ego mencerminkan hati
nurani dan dikendalikan oleh norma-norma budaya. Ego atau aku, berfungsi menengahi tuntutan dari dua elemen yang
bertentangan tersebut,
dan fungsi
ansietas adalah
mengingatkan ego bahwa ada bahaya. b. Menurut pandangan interpersonal, kecemasan timbul dari
perasaan takut terhadap ketidak setujuan dan penolakan interpersonal.
Kecemasan juga
berhubungan dengan
perkembangan trauma, sepertiperpisahan dan kehilangan, yang menimbulkan kerentanan tertentu. Individu dengan
harga diri rendah terutama rentan mengalami kecemasan yang berat.
c. Menurut pandangan perilaku, kecemasan merupakan produk frustasi yaitu segala sesuatu yang mengganggu kemampuan
individu untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Pakar perilaku lain menganggap kecemasan sebagai suatu
dorongan untuk belajar berdasarkan keinginan dari dalam untuk menghindari kepedihan. Ahli teori perilaku lain
menganggap kecemasan sebagai suatu dorongan yang dipelajari berdasarkan keinginan dari dalam diri untuk
menghindari kepedihan. Ahli teori pembelajaran meyakini bahwa individu yang terbiasa sejak kecil dihadapkan pada
ketakutan yang berlebihan lebih sering menunjukkan kecemasan pada kehidupan selanjutnya. Ahli teori konflik
memandang kecemasan sebagai pertentangan antara dua kepentingan yang berlawanan. Mereka meyakini adanya
hubungan timbal balik antara konflik dan kecemasan. Konflik menimbulkan kecemasan, dan kecemasan menimbulkan
perasaan tidak berdaya, yang pada gilirannya meningkatkan konflik yang dirasakan.
d. Kajian keluarga, menunjukkan bahwa gangguan kecemasan biasanya terjadi dalam keluarga. Gangguan kecemasan juga
tumpang tindih antara gangguan kecemasan dengan depresi. e. Kajian biologis menunjukkan bahwa otak mengandung
reseptor khusus untuk benzodiazepines. Obat-obatan yang
meningkatkan neuroregulator
inhibisi asam
gama- aminobutirat
GABA, yang
berperan penting
dalam mekanisme biologi berhubungan dengan kecemasan. Selain
itu kesehatan umum individu dan riwayat kecemasna pada keluarga memiliki efek nyata sebagai predisp osisi
kecemasan. Kecemasan mungkin disertai dengan gangguan fisik dan selanjutnya menurunkan kemampuan individu unutk
mengatasi stressor. 5. Tingkat kecemasan
Menurut Peplau 1952 dalam Videbeck 2008 ada empat tingkat ansietas, yaitu ringan,sedang, berat dan panik. Pada
masing-masimg tahap individu memperlihatkan perubahan perilaku, kemampuan kognitif dan respon emosional ketika
berupaya menghadapi
ansietas. Menurut
Stuart 2007
kecemasan dibagi menjadi empat tingkat kecemasan, yaitu : a. Kecemasan Ringan
Kecemasan ini berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari- hari, kecemasan ini menyebabkan individu
menjadi waspada dan meningkatkan lapang persepsinya. Kecemasan ini dapat memotivasi belajar dan menghasilkan
pertumbuhan serta kreativitas. Respon fisiologis ditandai dengan sesekali nafas
pendek, nadi dan tekanan darah naik, gejala ringan pada
lambung, muka berkerut, bibir bergetar. Respon kognitif merupakan lapang persepsi luas, mampu menerima
rangsangan yang kompleks, konsentrasi pada masalah, menyelesaikan masalah secara efektif. Respon perilaku dan
emosi seperti tidak dapat duduk tenang, tremor halus pada tangan, suara kadang-kadang meningkat.
b. Kecemasan Sedang Kecemasan sedang memungkinkan seseorang untuk
memusatkan pada hal yang penting dan mengesampingkan yang lain sehingga seseorang mengalami perhatian yang
selektif namun dapat melakukan sesuatu yang terarah. Respon fisiologis: sering nafas pendek, nadi dan tekanan
darah meningkat, mulut kering, diare, gelisah. Respon kognitif : lapang persepsi menyempit, rangsangan luar tidak
mampu diterima, berfokus pada apa yang menjadi perhatiannya. Respon perilaku dan emosi : meremas tangan,
bicara banyak dan lebih cepat, susah tidur dan perasaan tidak enak.
c. Kecemasan Berat Sangat mengurangi lahan persepsi seseorang terhadap
sesuatu yang terinci dan spesifik dan tidak dapat berpikir tentang hal yang lain. Semua perilaku ditujukan untuk
menghentikan ketegangan individu dengan kecemasan berat
memerlukan banyak pengarahan untuk dapat memusatkan pikiran pada suatu area lain. Respon fisiologi: nafas pendek,
nadi dan tekanan darah meningkat, berkeringat, ketegangan dan sakit kepala. Respon kognitif: lapang persepsi, amat
sempit, tidak mampu menyelesaikan masalah. Respon perilaku dan emosi perasaan ancaman meningkat.
d. Panik Individu kehilangan kendali diri dan detail perhatian
hilang. Hilangnya kontrol, menyebabkan individu tidak mampu melakukan apapun meskipun dengan perintah.
Respon fisologis : nafas pendek, rasa terkecik, sakit dada, pucat, hipotensi, koordinasi motorik rendah. Respon kognitif:
lapang persepsi sangat sempit, tidak dapat berpikir logis. Respon perilaku dan emosi : mengamuk, marah, ketakutan
dan kehilangan kendali. 6. Manifestasi Kecemasan
Manifestasi respon kecemasan dapat berupa perubahan respon fisiologis, perilaku, kognitif dan afektif antara lain Stuart,
2007: a. Respon fisiologi
1 Respon kardiovaskuler seperti palpitasi, jantung berdebar, tekanan darah tinggi, rasa mau pingsan,
tekanan darah menurun, denyut nadi menurun.
2 Respon pernafasan seperti nafas cepat, nafas pendek, tekanan pada dada, nafas dangkal, pembengkakan
tenggorokan, sensasi tercekik, terengah-engah. 3 Respon neuromuskuler seperti refleks meningkat, reaksi
kejutan, mata berkedip-kedip, insomnia, tremor, rigiditas, gelisah, wajah tegang, kelemahan umum, kaki goyah,
gerakan yang janggal. 4 Respon gastrointestinal seperti kehilangan nafsu makan,
menolak makan, rasa tidak nyaman pada abdomen, mual, rasa terbakar pada jantung, diare.
5 Respon traktus urinarius seperti tidak dapat menahan kencing, sering berkemih.
6 Respon kulit antara lain wajah kemerahan, berkeringat setempat, gatal, rasa panas dan dingin pada kulit, wajah
pucat, berkeringat seluruh tubuh. b. Respon perilaku seperti: gelisah, ketegangan fisik, tremor,
bicara cepat kurang koordinasi, cenderung mendapat cedera, menarik diri dari hubungan interpersonal, melarikan diri dari
masalah. c. Respon kognitif meliputi perhatian terganggu, konsentrasi
buruk, salah dalam memberikan penilaian. d. Respon afektif meliputi hambatan berpikir, bidang persepsi
menurun, kreatifitas dan produktifitas menurun, bingung, sangat
waspada, kesadaran
meningkat, kehilangan
objektifitas, takut kehilangan control, takut pada gambaran visual, takut cidera, mudah terganggu, tidak sabar, gelisah,
tegang, ketakutan, tremor, gugup, gelisah. Menurut Hawari 2007 untuk mengetahui sejauh mana
derajat kecemasan seseorang apakah ringan, sedang, berat atau berat sekali panik digunakan alat ukur instrumen yang
disebut Hamilton Rating Scale for Anxiety HRS-A. Adapun hal-hal yang dinilai dalam alat ukur HRS-A ini adalah:
a. Perasaan cemas ansietas yang ditandai dengan cemas, firasat buruk, takut akan pikiran sendiri, mudah tersinggung.
b. Ketegangan yang ditandai dengan merasa tegang, lesu, tidak dapat istirahat tenang, mudah terkejut, mudah
menangis, gemetar, gelisah. c. Ketakutan ditandai dengan ketakutan pada gelap, ketakutan
ditinggal sendiri, ketakutan pada orang asing, ketakutan pada binatang besar, ketakutan pada keramaian lalu lintas,
ketakutan pada kerumunan orang banyak. d. Gangguan tidur ditandai dengan sukar masuk tidur,
terbangun pada malam hari, tidur tidak nyenyak, bangun dengan lesu, mimpi buruk, mimpi yang menakutkan.
e. Gangguan kecerdasan ditandai dengan sukar konsentrasi,
daya ingat buruk, daya ingat menurun. f. Perasaan depresi ditandai dengan kehilangan minat, sedih,
bangun dini hari, kurangnya kesenangan pada hobi, perasaan berubah sepanjang hari.
g. Gejala somatik ditandai dengan nyeri pada otot, kaku, kedutan otot, gigi gemerutuk, suara tidak stabil.
h. Gejala sensorik ditandai oleh tinitus, penglihatan kabur, muka merah dan pucat, merasa lemah, perasaan ditusuk-tusuk.
i. Gejala kardiovaskuler ditandai oleh takikardi, berdebar-debar, nyeri dada, denyut nadi mengeras, rasa lemas seperti mau
pingsan, detak jantung hilang sekejap. j. Gejala pernapasan ditandai dengan rasa tertekan atau sempit
di dada, perasaan terkecik, merasa nafas pendeksesak, sering menarik nafas panjang.
k. Gejala gastrointestinal ditandai dengan sulit menelan, mual, perut melilit, gangguan pencernaan, nyeri lambung sebelum
dan setelah makan, rasa panas di perut, perut terasa kembung atau penuh, muntah, defekasi lembek, berat
badan menurun, konstipasi. l. Gejala urogenital ditandai oleh sering kencing, tidak dapat
menahan kencing, amenorrhoe, menorrhagia, masa haid berkepanjangan, masa haid amat pendek, haid beberapa
kali dalam sebulan, frigiditas, ejakulasi dini, ereksi melemah,
ereksi hilang, impoten.
m. Gejala otonom ditandai dengan mulut kering, muka merah, mudah berkeringat, pusing, sakit kepala, kepala terasa berat,
bulu-bulu berdiri. n. Perilaku sewaktu wawancara ditandai dengan gelisah, tidak
tenang, jari gemetar, mengerutkan dahi atau kening, muka tegang, tonus otot meningkat, nafas pendek dan cepat, muka
merah. 7. Cara Penilaian Kecemasan
Cara penilaian tingkat kecemasan menurut Hawari 2013 sebagai berikut:
a. Skor 0 : tidak ada gejala sama sekali. b. Skor 1 : 1 dari gejala yang ada.
c. Skor 2 : separuh dari gejala yang ada. d. Skor 3 : lebih dari separuh gejala yang ada.
e. Skor 4 : semua gejala ada. Penilaian hasil yaitu dengan menjumlahkan nilai skor item 1
sampai dengan 14 dengan ketentuan sebagai berikut : a. Skor kurang dari 14 = tidak ada kecemasan.
b. Skor 14 sampai dengan 20 = kecemasan ringan. c. Skor 21 sampai dengan 27 = kecemasan sedang.
d. Skor 28 sampai dengan 41 = kecemasan berat.
e. Skor 42 sampai dengan 56 = kecemasan berat sekalipanik. 8. Penatalaksanaan non farmakologi
a. Distraksi Distraksi merupakan metode untuk menghilangkan
kecemasan dengan cara mengalihkan perhatian pada hal- hal lain sehingga pasien akan lupa terhadap cemas yang
dialami. Stimulus sensori yang menyenangkan menyebabkan pelepasan endorphin yang bisa menghambat stimulus cemas
yang mengakibatkan lebih sedikit stimuli cemas yang ditransmisikan ke otak Potter dan Perry, 2006..
b. Relaksasi Relaksasi merupakan kebebasan mental dan fisik dari
ketegangan. Teknik relaksasi memberikan individu kontrol diri ketika terjadi rasa nyaman atau nyeri, stress fisik dan emosi
pada nyeri Potter dan Perry, 2006. 9. Alat ukur kecemasan
Menurut Hawari 2013 untuk mengetahui sejauh mana derajat kecemasan seseorang dapat menggunakan alat ukur
instrument yang dikenal dengan nama Hemilton Rating Scale For Anciety HRS-A. Alat ukur ini terdiri dari 14 kelompok di
antaranya meliputi:
Tabel 2.1. Alat Ukur Kecemasan Hamilton Rating Scale For Anciety HRS-A
No Gejala Kecemasan
Nilai Angka Skor 1
2 3
4 1
Perasaan cemas ansietas a. Cemas
b. Firasat Buruk c. Takut akan fikiran
2 Ketegangan
a. Merasa Gelisah b. Mudah gemetar
3 Ketakutan
a. Takut terhadap gelap b. Takut terhadap orang
4 Gangguan Tidur
a. Sukar memulai tidur b. Terbangun di malam hari
c. Mimpi buruk
5 Gangguan kecerdasan
a. Gangguan daya ingat b. Mudah lupa
c. Sulit konsentrasi
6 Perasaan Depresi
a. Hilangnya minat b. Berkurangnya minat pada hobby
c. Sedih d. Perasaan tidak menyenangkan
sepanjang hari 7
Gejala Somatik a. Gertakan gigi
b. Suara tidak stabil c. Kedutan otot
8 Gejala Sensorik
a. Perasaan ditusuk-tusuk b. Penglihatan kabur
c. Muka merah d. Pucat serta merasa lemah
9 Gejala Kardiovaskular
a. Takikardi
b. Nyeri dada c. Denyut nadi mengeras
d. Detak jantung hilang sekejap
10 Gejala Pernafasan
a. Rasa tertekan di dada b. Perasaan tercekik
c. Sering menarik nafas panjang d. Merasa nafas pendek
11 Gejala Gastrointestinal
a. Sulit menelan b. Konstipasi
c. Berat badan menurun d. Mual muntah
e. Nyeri lambung sebelum atau
setelah makan f. Perasaan panas di perut
12 Gejala Urogenital
a. Sering kencing b. Tidak dapat menahan kencing
c. Aminorea d. Ereksi lemahimpotensi
13 Gejala Vegetative
a. Mulut kering b. Mudah berkeringat
c. Muka merah d. Bulu roma berdiri
e. Sakitpusing kepala
14 Perilaku Sewaktu Wawancara
a. Gelisah b. Jari gemetar
c. Mengerutkan dahikening d. Muka tegang
e. Tonus otot meningkat f. Nafas pendek dan cepat
Sumber: Hamilton Rating Scale for Anciety HRS-A dalam Hawari, 2013
Menurut penilaian kategori kecemasan dalam kuesioner
HARS dinilai dari angka score 0-4 dengan 0 menunjukkan tidak ada gejala keluhan, 1 menunjukkan gejala ringan, 2
menunjukkan gejala sedang, 3 menunjukkan gejala berat, dan 4 menunjukkan gejala berat sekali. Masing-masing nilai angka
score dari ke 14 kelompok gejala tersebut di jumlahkan dan dari hasil penjumlahan tersebut dapat diketahui derajat
kecemasan pasien, yaitu dengan nilai kurang dari 14 menunjukkan tidak ada kecemasan, nilai 14 sampai 20
menunjukkan kecemasan ringan, nilai 21 sampai 27
menunjukkan kecemasan sedang, nilai 28 sampai 41 menunjukkan kecemasan berat, dan 42 sampai 56
menunjukkan kecemasan berat sekalipanik Hawari, 2013.
B. Tinjauan Umum Tentang Tekanan Darah