2.11. Salinitas Tanah
Menurut Tan 1992 tanah disebut bergaram jika ECs lebih dari 4 mmho.cm
-1
. Secara alternatif, jika tanah dinyatakan dalam konteks konsentrasi garam, tanah bergaram adalah tanah yang mengandung garam lebih dari 0.1
1000 ppm. Penentuan salinitas tanah ECe berdasarkan hasil pengukuran konduktifitas hidraulik ECa adalah sebagai berikut: bila ECa dari pengukuran
EM38 tercatat 2 dSm, maka salinitas tanah ECe dikategorikan rendah, 2 – 4
dSm sedang, 4 – 8 dSm tinggi, dan 8 dSm sangat tinggi Marwanto et al.,
2009.
2.12. Pemberian Kapur
Menurut Soepardi 1983 Kemasaman tanah dan ketersediaan unsur hara merupakan akibat dari kekurangan kation basa yang dapat dipertukarkan. Kation
– kation yang paling bagus untuk mengurangi kemasaman tanah ialah kalsium dan
magnesium. Pemberian kapur dapat memberikan pengaruh pada sifat fisik, kimia, dan biologi tanah.
Pengaruh pemberian kapur pada sifat kimia menurut Soepardi 1983 di antaranya, yaitu :
1. Kepekatan ion hidrogen akan menurun
2. Kepekatan ion hidroksil akan naik
3. Daya larut Fe, Al, dan Mn akan menurun
4. Ketersediaan P dan Mo akan diperbaiki
5. Ca dan Mg dapat dipertukarkan akan naik
6. Ketersediaan K dapat naik atau turun bergantung pada keadaan
III. BAHAN DAN METODE 3.1.
Waktu dan Lokasi
Penelitian dilaksanakan dari bulan September 2009 sampai September 2010. Penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahap yakni: pengambilan contoh tanah,
penanaman, pengamatan, dan analisis sifat kimia terhadap tanah dan jaringan tanaman. Pengambilan contoh tanah dilakukan di komplek percobaan BPN
Jasinga. Penanaman dan pengamatan dilakukan di Laboratorium Pengembangan dan Sumberdaya Fisik Lahan Wing 17 Level 5, Departemen Ilmu Tanah dan
Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Analisis sifat kimia dilakukan di Laboratorium Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya
Lahan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
3.2. Bahan dan Alat
Bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah bahan pembenah tanah Baode untuk akar dan daun, pupuk GD, kecambah tanaman kelapa sawit,
pupuk kandang, pupuk NPK, kaptan kapur tanah, polibag 40cm x 40cm dan tanah yang digunakan untuk media tanam adalah ultisol Jasinga.
Alat yang digunakan selama penelitian adalah alat –alat pertanian, alat–alat
ukur, alat –alat laboratorium untuk melakukan analisis tanah dan jaringan tanaman,
dan komputer untuk melakukan analisis data.
3.3. Metode Penelitian
3.3.1. Kegiatan Penelitian di Lapang
3.3.1.1. Persiapan Tanah
Pengambilan contoh tanah yang digunakan adalah Ultisol Jasinga yang dilakukan dengan metode komposit dan sudah melalui proses pengayakan dengan
ukuran ayakan 1 cm. Tanah yang digunakan dalam penelitian ini melewati proses kering udara dengan cara diletakkan di bawah sinar matahari langsung selama satu
minggu. Jumlah bahan Ultisol Jasinga yang digunakan untuk media tanam adalah 11,52 kgpolibag BKU yang dimasukkan pada polibag ukuran 40cm x 40cm.
Penelitian ini menggunakan paranet yang bertujuan untuk melindungi tanaman muda dari sinar matahari langsung.
3.3.1.2. Penanaman
Kecambah kelapa sawit yang digunakan dalam penelitian ini ditanam dengan kedalaman 5 cm dari atas permukaan tanah. Penggunaan kedalaman 5 cm
ini bertujuan untuk mempermudah calon akar dan calon tunas dalam memperoleh oksigen. Dalam proses penaman tersebut perlu diperhatikan letak posisi calon akar
dan calon tunas jangan sampai terbalik.
3.3.1.3. Pemupukan
Pupuk yang digunakan adalah kompos, urea, SP 18, KCl, dolomit, bahan pembenah tanah Baode akar, bahan pembenah tanah Baode daun, dan pupuk cair
GD. Pemberian kompos sebanyak 208,46 gpolibag kompos dan 42,4 gpolibag dolomit diberikan pada saat persiapan media tanam. Pupuk dasar yang diberikan
berupa urea 0.81 gpolibag, SP 18 1.8 gpolibag, dan KCl teknis 0.4 gpolibag.
Dosis Pupuk pada perlakuan: KT
= pupuk dasar. BTSM
= pupuk dasar + Baode akar 2 gl dan disiramkan 100 ml perpolybag. BTR
= pupuk dasar + Baode akar 2 gl untuk merendam bibit selama 15 menit.
BTSMS = pupuk dasar + Baode akar 2 gl dan disiramkan 100 ml + disemprotkan Baode daun 1 gr l.
BTRS = pupuk dasar + Baode akar 2 gl untuk merendam bibit 15 menit +
disemprotkan Baode daun 1 gr l. GR
= pupuk dasar + Pupuk Cair GD 2 cc l untuk merendam bibit 15 menit.
GRS = pupuk dasar + Pupuk Cair GD 2 cc l untuk merendam bibit 15
menit + Pupuk Cair GD 1 cc l disemprotkan. Pupuk dasar diberikan pada saat masa inkubasi sebelum tanam dan
diberikan lagi dengan dosis yang sama pada saat tanaman memasuki 4 BST. Pemberian pupuk cair GD pada daun dan bahan pembenah tanah Baode daun
diberikan pada saat tanaman sudah memiliki daun, serta diberikan sebanyak dua minggu sekali.
3.3.1.4. Pemeliharaan dan Pengamatan
Pemeliharaan tanaman selama penelitian meliputi pemberantasan terhadap hama dan gulma yang menyerang tanaman. Pengamatan yang dilakukan selama
penelitian meliputi tinggi tanaman, panjang akar, dan bobot kering tanaman. Pengamatan dan pengukuran tinggi tanaman dilakukan satu bulan sekali. Kegiatan
pengukuran panjang akar dan bobot kering dilakukan pada saat panen 3 BST dan 6 BST.
3.3.1.5. Panen
Kegiatan panen pada penelitian ini dilakukan dalam dua tahap. Tahap pertama dilakukan saat tanaman sudah memasuki 3 BST. Tahap panen berikutnya
dilakukan setelah tanaman memasuki masa tanam 6 BST.
3.3.1.6. Analisis Tanah dan Jaringan Tanaman
Kegiatan analisis tanah yang dilakukan selama penelitian berlangsung meliputi analisis pH, EC, C
–organik, N, P, K, Na, Ca, Mg, Fe, Cu, Zn, Mn, dan KTK. Sedangkan analisis yang dilakukan pada jaringan tanaman meliputi unsur
N, P, dan K. 3.3.4. Rancangan Penelitian
Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan acak lengkap. Penelitian ini terdiri dari 7 perlakuan individual masing
–masing diulang sebanyak 21 kali sehingga terdapat 147 satuan percobaan.
Model pendekatan statistika yang digunakan: Yij = µ + αi + εij
Ket : Yij = pengaruh perlakuan ke-i dan ulangan ke-j µ = rataan
αi = pengaruh perlakuan ke-i εij = pengaruh galat percobaan pada ulangan ke-j dengan perlakuan ke-i
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Sifat Kimia Ultisol
Ultisol merupakan salah satu jenis tanah di Indonesia yang mempunyai sebaran cukup luas. Kandungan hara pada Ultisol umumnya rendah dikarenakan
pencucian basa berlangsung intensif, sedangkan kandungan bahan organik rendah karena proses dekomposisi berjalan cepat dan sebagian terbawa erosi.
Berdasarkan hasil analisis awal Ultisol yang ditunjukkan pada Tabel 1 terlihat bahwa Ultisol yang digunakan sebagai bahan penelitian termasuk tanah
marjinal dan rendah akan kandungan unsur hara. Prasetyo dan Suriadikarta 2006 berpendapat bahwa Ultisol memiliki kemasam tinggi, pH rata
–rata 4.5, kejenuhan Al tinggi, miskin kandungan hara makro terutama unsur P, K, Ca, dan
Mg, dan rendahnya kandungan bahan organik. Tabel 1. Hasil Analisis Awal Ultisol Jasinga
Jenis Analisis Hasil Pengukuran
Jenis Analisis Hasil Pengukuran
pH 4.1 - 4.13
Ca me100g 1.13
Ec µscm 172.1
Mg me100g 0.21
C 2.41
KTK me100g 28.57
N 0.25
Fe ppm 5.3
P ppm 13.8
Cu ppm 2.2
K me100g 0.53
Zn ppm 7.3
Na me100g 0.42
Mn ppm 69.1
Tan 2000 berpendapat bahwa di Amerika Ultisol dapat menjadi cukup produktif dengan cara pemberian kapur yang cukup, penambahan bahan organik,
pemberian pupuk, dan manajemen yang tepat.
4.2. Pengaruh Pemberian Bahan Pembenah Tanah Baode dan Pupuk Cair GD terhadap Kandungan Hara N, P, dan K pada Tanah
Berdasarkan Tabel 2, bahwa hasil perlakuan bahan pembenah tanah Baode dan pupuk cair GD secara statistik berpengaruh nyata pada unsur N dan P tanah
pada tanaman umur 3 bulan. Berdasarkan hasil analisis terhadap unsur N pada tanah 3 bulan didapatkan kandungan unsur terendah terdapat pada perlakuan GR
sebesar 0.227 , sedangkan kandungan unsur N tertinggi terdapat pada perlakuan BTSM dan BTRS sebesar 0.253 . Pada kandungan unsur N, hanya perlakuan
GR yang mempunyai nilai berbeda nyata terhadap perlakuan kontrol. Pada analisis unsur P pada tanah 3 bulan didapatkan kandungan unsur
terendah terdapat pada perlakuan KT sebesar 16.8 ppm, sedangkan kandungan unsur tertinggi terdapat pada perlakuan BTSM sebesar 20.5 ppm. Pada kandungan
unsur P, hanya perlakuan BTSM, BTRS, dan GRS yang mempunyai nilai berbeda nyata terhadap perlakuan kontrol.
Pemberian bahan pembenah tanah Baode dan pupuk cair GD tidak memberikan pengaruh nyata terhadap kandungan unsur K tanah 3 bulan.
Walaupun demikian, hasil analisis yang diperoleh tetap memberikan adanya kecenderungan. Hal ini dapat ditunjukan sesuai data pada statistik, namun
kecenderungan bahwa perlakuan BTSM mempunyai nilai paling tinggi. Pada analisis unsur K pada tanah didapatkan kandungan unsur terendah terdapat pada
perlakuan BTSMS sebesar 0.45 me100g, sedangkan kandungan unsur tertinggi terdapat pada perlakuan BTSM sebesar 0.51 me100g.
Pada saat tanaman memasuki umur 6 bulan, pemberian bahan pembenah tanah Baode dan pupuk cair GD secara statistik berpengaruh nyata pada unsur P
dan K tanah. Berdasarkan hasil analisis kandungan unsur P pada tanah, didapatkan kandungan unsur terendah terdapat pada perlakuan GR sebesar 17.4 ppm,
sedangkan kandungan unsur tertinggi terdapat pada perlakuan BTSM sebesar 27.9 ppm. Pada kandungan unsur P, hanya perlakuan GR dan GRS yang mempunyai
nilai berbeda nyata terhadap perlakuan kontrol. Pada hasil analisis kandungan unsur K pada tanah, didapatkan kandungan
unsur terendah terdapat pada perlakuan GR sebesar 0.47 me100g, sedangkan kandungan unsur tertinggi terdapat pada perlakuan KT sebesar 0.59 me100g.
Pada kandungan unsur K, hanya perlakuan BTR, GR, dan GRS yang mempunyai nilai berbeda nyata terhadap perlakuan kontrol.
Tabel 2. Pengaruh Bahan Pembenah Tanah Baode dan Pupuk Cair GD terhadap Kandungan Hara N, P, K pada Tanah
Perlakuan Kadar N
Kadar P ppm Kadar K me100g
3 BST 6 BST
3 BST 6 BST
3 BST 6 BST
KT 0.247
ab
0.24
a
16.8
d
25.9
a
0.49
a
0.59
a
BTSM 0.253
a
0.25
a
20.5
a
27.9
a
0.51
a
0.58
a
BTR 0.240
abc
0.24
a
17.5
cd
24.8
a
0.49
a
0.49
b
GR 0.227
c
0.25
a
17.7
bcd
17.4
b
0.47
a
0.47
b
BTSMS 0.243
ab
0.25
a
18.5
abcd
24.4
a
0.45
a
0.53
ab
BTRS 0.253
a
0.26
a
19.7
ab
24.1
a
0.49
a
0.52
ab
GRS 0.233
bc
0.25
a
19.3
abc
17.8
b
0.48
a
0.48
b
Angka yang dikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata menurut uji lanjut Duncan taraf
α = 0.05 .
Pemberian bahan pembenah tanah Baode dan pupuk cair GD tidak memberikan pengaruh nyata terhadap kandungan unsur N tanah 6 bulan.
Walaupun demikian hasil analisis yang diperoleh tetap memberikan adanya perbedaan. Hal ini dapat ditunjukan sesuai data pada statistik, namun
kecenderungan bahwa perlakuan BTRS mempunyai nilai paling tinggi. Pada hasil analisis kandungan unsur N pada tanah didapatkan kandungan unsur terendah
terdapat pada perlakuan BTR dan KT sebesar 0.24 , sedangkan kandungan unsur tertinggi terdapat pada perlakuan BTRS sebesar 0.26 .
4.3. Pengaruh Pemberian Bahan Pembenah Tanah Baode dan Pupuk Cair
GD terhadap Kandungan Hara Fe, Cu, Zn, dan Mn pada Tanah
Berdasarkan Tabel 3, bahwa hasil perlakuan bahan pembenah tanah Baode dan pupuk cair GD secara statistik berpengaruh nyata pada unsur Cu, Zn, dan Mn
tanah pada tanah umur 3 bulan. Berdasarkan hasil analisis terhadap unsur Cu pada tanah 3 bulan didapatkan kandungan unsur terendah terdapat pada perlakuan KT
sebesar 1.4 ppm, sedangkan kandungan unsur Cu tertinggi terdapat pada perlakuan BTSM sebesar 1.8 ppm. Pada kandungan unsur Cu, hanya perlakuan
BTSM yang mempunyai nilai berbeda nyata terhadap perlakuan kontrol. Pada analisis kandungan unsur Zn 3 bulan didapatkan kandungan terendah
terdapat pada perlakuan GR sebesar 7.1 ppm, sedangkan kandungan unsur tertinggi terdapat pada perlakuan BTSM sebesar 7.9 ppm. Pada kandungan unsur
Zn, hanya perlakuan GR yang mempunyai nilai berbeda nyata terhadap perlakuan kontrol. Pada analisis unsur Mn 3 bulan didapatkan kandungan terendah terdapat
pada perlakuan GR sebesar 56.5 ppm, sedangkan kandungan unsur tertinggi terdapat pada perlakuan BTSM sebesar 70.1 ppm.
Pemberian bahan pembenah tanah Baode dan pupuk cair GD tidak memberikan pengaruh nyata terhadap kandungan unsur Fe tanah 3 bulan.
Walaupun demikian, hasil analisis yang diperoleh tetap memberikan adanya kecenderungan. Hal ini dapat ditunjukan sesuai data pada statistik, namun
kecenderungan bahwa perlakuan BTSM mempunyai nilai paling tinggi. Pada analisis unsur Fe pada tanah didapatkan kandungan unsur terendah terdapat pada
perlakuan KT sebesar 4.1 ppm, sedangkan kandungan unsur tertinggi terdapat pada perlakuan BTSM sebesar 6.1 ppm.
Pada saat tanaman memasuki umur 6 bulan, pemberian bahan pembenah tanah Baode dan pupuk cair GD secara statistik berbpengaruh nyata pada unsur
Fe, Cu, dan Mn tanah. Berdasarkan hasil analisis kandungan unsur Fe pada tanah, didapatkan kandungan unsur terendah terdapat pada perlakuan BTR sebesar 4.2
ppm, sedangkan kandungan unsur tertinggi terdapat pada perlakuan BTSMS sebesar 9.1 ppm.
Pada hasil analisis kandungan unsur Cu pada tanah, didapatkan kandungan unsur terendah terdapat pada perlakuan BTR sebesar 1.2 ppm, sedangkan
kandungan unsur tertinggi terdapat pada perlakuan BTSM sebesar 1.8 ppm. Pada hasil analisis kandungan unsur Mn pada tanah, didapatkan kandungan unsur
terendah terdapat pada perlakuan BTR sebesar 57.2 ppm, sedangkan kandungan unsur tertinggi terdapat pada perlakuan BTSMS sebesar 74.6 ppm.
Pemberian bahan pembenah tanah Baode dan pupuk cair GD tidak memberikan pengaruh nyata terhadap kandungan unsur Zn tanah 6 bulan.
Walaupun demikian, hasil analisis yang diperoleh tetap memberikan adanya kecenderungan. Hal ini dapat ditunjukan sesuai data pada statistik, namun
kecenderungan bahwa perlakuan BTSMS mempunyai nilai paling tinggi. Pada hasil analisis kandungan unsur Zn pada tanah didapatkan kandungan unsur
terendah terdapat pada perlakuan GR sebesar 7.1 ppm, sedangkan kandungan unsur tertinggi terdapat pada perlakuan BTSMS sebesar 8.0 ppm.
Tabel 3. Pengaruh Bahan Pembenah Tanah Baode dan Pupuk Cair GD terhadap Kandungan Hara Fe, Cu, Zn, dan Mn pada Tanah
Perlakuan Fe ppm
Cu ppm Zn ppm
Mn ppm 3 bulan
6 bulan 3 bulan
6 bulan 3 bulan
6 bulan 3 bulan
6 bulan
KT 4.1
a
5.8
ab
1.4
b
1.5
ab
7.8
ab
7.7
a
65.0
abc
66.2
ab
BTSM
6.1
a
6.7
ab
1.8
a
1.8
a
7.9
a
7.6
a
70.1
a
64.3
ab
BTR 4.3
a
4.2
b
1.6
ab
1.2
b
7.2
bc
7.2
a
63.3
abc
57.2
b
GR 4.9
a
7.0
ab
1.6
ab
1.4
ab
7.1
c
7.1
a
56.5
c
66.0
ab
BTSMS 4.2
a
9.1
a
1.6
ab
1.4
ab
7.3
abc
8.0
a
67.2
abc
74.6
a
BTRS 4.7
a
5.5
ab
1.7
ab
1.3
b
7.4
abc
7.6
a
69.7
ab
69.6
ab
GRS 5.6
a
5.3
b
1.7
ab
1.4
b
7.2
bc
7.2
a
56.9
bc
66.8
ab
Angka yang dikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata menurut uji lanjut Duncan taraf
α = 0.05 .
4.4. Pengaruh Pemberian Bahan Pembenah Tanah Baode dan Pupuk Cair GD terhadap Kandungan Hara Na, Ca, Mg, dan C
–Organik pada Tanah
Berdasarkan Tabel 4, bahwa hasil perlakuan bahan pembenah tanah Baode dan pupuk cair GD secara statistik berpengaruh nyata pada unsur Ca dan C
– organik tanah pada tanah umur 3 bulan. Berdasarkan hasil analisis terhadap unsur
Ca pada tanah 3 bulan didapatkan kandungan unsur terendah terdapat pada perlakuan GR sebesar 0.97 me100g, sedangkan kandungan unsur Ca tertinggi
terdapat pada perlakuan KT sebesar 1.16 me100g. Pada kandungan unsur Ca, hanya perlakuan GR dan GRS yang mempunyai nilai berbeda nyata terhadap
perlakuan kontrol. Pada analisis unsur C
–organik 3 bulan didapatkan kandungan terendah terdapat pada perlakuan GRS sebesar 2.00 , sedangkan kandungan unsur
tertinggi terdapat pada perlakuan BTSM sebesar 2.26 . Pada kandungan unsur C
–organik, hanya perlakuan GRS yang mempunyai nilai berbeda nyata terhadap perlakuan kontrol.
Pemberian bahan pembenah tanah Baode dan pupuk cair GD tidak memberikan pengaruh nyata terhadap kandungan unsur Na dan Mg tanah 3 bulan.
Walaupun demikian, hasil analisis yang diperoleh tetap memberikan adanya kecenderungan. Hal ini dapat ditunjukan sesuai data pada statistik, namun
kecenderungan bahwa perlakuan BTSM mempunyai nilai paling tinggi pada kandungan unsur Na dan perlakuan GRS mempunyai nilai paling tinggi pada
kandungan unsur Mg. Pada analisis unsur Na pada tanah didapatkan kandungan unsur terendah terdapat pada perlakuan KT, BTSMS, dan BTRS sebesar 0.32
me100g, sedangkan kandungan unsur tertinggi terdapat pada perlakuan BTSM sebesar 0.35 me100g. Pada analisis kandungan unsur Mg, didapatkan kandungan
unsur terendah terdapat pada perlakuan BTR dan BTSMS sebesar 0.16 me100g, sedangkan kandungan unsur tertinggi terdapat pada perlakuan GRS dan BTRS
sebesar 0.19 me100g. Tabel 4. Pengaruh Bahan Pembenah Tanah Baode dan Pupuk Cair GD terhadap
Kandungan Hara Na,Ca, Mg, dan C –organik pada Tanah
Perlakuan Na me100g
Ca me100g Mg me100g
C-organik 3 bulan
6 bulan 3 bulan
6 bulan 3 bulan
6 bulan 3 bulan
6 bulan
KT 0.32
a
0.44
ab
1.16
a
1.13
a
0.17
a
0.17
ab
2.21
ab
2.38
ab
BTSM
0.35
a
0.47
a
1.10
ab
1.16
a
0.17
a
0.17
ab
2.26
a
2.32
b
BTR 0.33
a
0.38
c
1.10
ab
1.04
a
0.16
a
0.14
b
2.12
bc
2.43
ab
GR 0.34
a
0.39
c
0.97
b
1.09
a
0.17
a
0.20
a
2.09
bc
2.44
ab
BTSMS 0.32
a
0.40
bc
1.05
ab
1.04
a
0.16
a
0.16
b
2.16
ab
2.39
ab
BTRS 0.32
a
0.42
bc
1.05
ab
1.24
a
0.19
a
0.20
a
2.08
bc
2.47
a
GRS 0.33
a
0.39
c
0.98
b
1.16
a
0.19
a
0.20
a
2.00
c
2.38
ab
Angka yang dikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata menurut uji lanjut Duncan taraf
α = 0.05 .
Pada saat tanaman memasuki umur 6 bulan, pemberian bahan pembenah tanah Baode dan pupuk cair GD secara statistik berpengaruh nyata pada unsur Na,
Mg, dan C –organik tanah. Berdasarkan hasil analisis kandungan unsur Na pada
tanah, didapatkan kandungan unsur terendah terdapat pada perlakuan BTR sebesar 0.38 me100g, sedangkan kandungan unsur tertinggi terdapat pada perlakuan
BTSM sebesar 0.47 me100g. Pada kandungan unsur Na, hanya perlakuan BTR, GR, dan GRS yang mempunyai nilai berbeda nyata terhadap perlakuan kontrol.
Pada hasil analisis kandungan unsur Mg pada tanah, didapatkan kandungan unsur terendah terdapat pada perlakuan BTR sebesar 0.14 me100g, sedangkan
kandungan unsur tertinggi terdapat pada perlakuan BTRS, GR, dan GRS sebesar 0.20 me100g. Pada hasil analisis kandungan unsur C
–organik pada tanah, didapatkan kandungan unsur terendah terdapat pada perlakuan BTSM sebesar
2.32 , sedangkan kandungan unsur tertinggi terdapat pada perlakuan BTRS sebesar 2.47 .
Pemberian bahan pembenah tanah Baode dan pupuk cair GD tidak memberikan pengaruh nyata terhadap kandungan unsur Ca tanah 6 bulan.
Walaupun demikian, hasil analisis yang diperoleh tetap memberikan adanya kecenderungan. Hal ini dapat ditunjukan sesuai data pada statistik, namun
kecenderungan bahwa perlakuan BTRS mempunyai nilai paling tinggi. Pada hasil analisis kandungan unsur Ca pada tanah didapatkan kandungan unsur terendah
terdapat pada perlakuan BTR dan BTSMS sebesar 1.04 me100g, sedangkan kandungan unsur tertinggi terdapat pada perlakuan BTRS sebesar 1.24 me100g.
4.5. Pengaruh Pemberian Bahan Pembenah Tanah Baode dan Pupuk Cair GD terhadap pH dan EC pada Tanah
Salah satu sifat fisiologik dari larutan tanah yang menyolok ialah reaksinya. Jazad mikro dan tanaman memberikan respon nyata terhadap lingkungan kimia
tanah, reaksi tanah, dan faktor –faktor yang berkaitan dengan reaksi tersebut. Ada
dua faktor yang menyebabkan pH tanah dapat berubah, yaitu: 1 yang menghasilkan tambahan hidrogen yang terjerap dan 2 yang menaikkan jumlah
basa terjerap Soepardi, 1983. Menurut data yang ditunjukkan pada Tabel 5 terlihat bahwa perlakuan
pemberian bahan pembenah tanah Baode dan pupuk cair GD tidak memberikan pengaruh nyata terhadap pH tanah, hal ini terlihat pada saat masa tanam umur
tanaman 3 bulan ataupun 6 bulan. Berdasarkan hasil analisis dengan pH H
2
O pada saat tanaman berumur 3 bulan didapatkan hasil berkisar pH 4.2
– 4.5 dan pada saat tanaman memasuki umur 6 bulan didapatkan hasil berkisar pH 4.24
– 4.9. Berdasarkan data tersebut terlihat bahwa adanya peningkatan pH pada saat
tanaman berumur 3 bulan hingga mencapai umur 6 bulan walaupun nilainya sangatlah rendah.
Berdasarkan data yang ditunjukkan Tabel 5 terlihat bahwa perlakuan pemberian bahan pembenah tanah Baode dan pupuk cair GD terhadap kadar
salinitas tanah yang ditunjukan melalui nilai EC memberikan pengaruh nyata pada saat tanaman berumur 3 bulan dan 6 bulan. Pada analisis nilai EC tanah 3 bulan,
didapatkan kandungan nilai EC terendah terdapat pada perlakuan BTRS sebesar 77.833 µscm, sedangkan kandungan nilai EC tertinggi terdapat pada perlakuan
GR sebesar 195.853 µscm. Pada kandungan nilai EC perlakuan BTSM, BTR, BTRS, GR, dan GRS yang mempunyai nilai berbeda nyata terhadap perlakuan
kontrol. Tabel 5. pH dan EC pada Tanah 3 BST dan 6 BST
Perlakuan pH
EC µscm 3 BST
6 BST 3 BST
6 BST KT
4.20 - 4.50 4.24 - 4.94
107.700
c
66.223
ab
BTSM 4.34 - 4.45
4.28 - 4.52 128.967
b
64.260
ab
BTR 4.37 - 4.45
4.40 - 4.60 83.600
d
57.197
b
GR 4.21 - 4.23
4.29 - 4.54 195.853
a
66.034
ab
BTSMS 4.33 - 4.39
4.45 - 4.54 106.400
c
74.546
a
BTRS 4.44 - 4.46
4.33 - 4.59 77.833
d
69.591
ab
GRS 4.26 - 4.27
4.29 - 4.56 192.533
a
66.840
ab
Angka yang dikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata menurut uji lanjut Duncan taraf
α = 0.05 .
Pada analisis nilai EC tanah 6 bulan, didapatkan kandungan nilai EC terendah terdapat pada perlakuan BTR sebesar 57.197 µscm, sedangkan
kandungan nilai EC tertinggi terdapat pada perlakuan BTSMS sebesar 74.546 µscm.
4.6. Pengaruh Perlakuan terhadap Pertumbuhan Tanaman
Berdasarkan Gambar 1 dapat dilihat bahwa tanaman yang terlihat baik pada masa pertumbuhannya terdapat pada perlakuan BTRS dan BTR. Ini dikarenakan
perlakuan perlakuan BTRS dan BTR memiliki jumlah daun yang banyak, ukuran lebih besar, dan perakaran yang baik.
Gambar 1. Pengaruh Bahan Pembenah Tanah Baode dan Pupuk Cair GD terhadap Pertumbuhan Tanaman Umur 3 Bulan
Gambar 2. Pengaruh Bahan Pembenah Tanah Baode dan Pupuk Cair GD terhadap Pertumbuhan Tanaman Umur 6 Bulan
Berdasarkan Gambar 2 dapat di lihat bahwa, tanaman yang terlihat baik dalam pertumbuhannya adalah pada perlakuan GR, GRS, BTR, dan BTRS. Pada
perlakuan GR, GRS, BTR, dan BTRS terlihat pertumbuhan daun dan akar terlihat lebih baik dari perlakuan yang lain. Pertumbuhan bibit tanaman kelapa sawit yang
baik menurut Lubis 1992 dapat diukur dari pengukuran tinggi, lilit atau diameter batang, banyak anak daun, dan pengukuran bobot basah atau kering pada organ
tanaman. 4.7. Pengaruh Pemberian Bahan Pembenah Tanah Baode dan Pupuk Cair
GD terhadap Tinggi Tanaman
Menurut Pahan 2006, pada umumnya tanaman kelapa sawit mengalami pertambahan tinggi pada batang bisa mencapai 35
– 75 cm per tahun. Pertambahan tinggi tersebut tentunya bergantung pada kondisi lingkungan tumbuh
dan keragaman genetik pada tanaman kelapa sawit. Berdasarkan Gambar 3, didapatkan grafik tinggi tanaman dari 1 BST hingga
6 BST. Hasil yang didapat adalah perlakuan GR memiliki pertumbuhan paling tinggi dari awal masa tanam hingga 6 BST, dan perlakuan yang lain menunjukan
hasil pertambahan tinggi yang tidak konsisten antar perlakuan pada tiap bulannya. Kondisi pertambahan tinggi pada perlakuan GR memiliki pertumbuhan paling
cepat di antara perlakuan lain, akan tetapi tidak diikuti oleh tingginya serapan kadar hara N, P, dan K pada akar dan daun.
Gambar 3. Tinggi Tanaman Umur 1 – 6 BST
4.8. Pengaruh Pemberian Bahan Pembenah Tanah Baode dan Pupuk Cair GD terhadap Panjang Akar Tanaman
Sistem perakaran tanaman kelapa sawit secara umum lebih banyak berada dekat dengan permukaan tanah, tetapi pada keadaan tertentu perakaran tersebut
dapat tumbuh dan menjelajah lebih dalam lagi. Kondisi perakaran tanaman kelapa sawit sangat berhubungan erat dengan kegiatan pemupukan, pemeliharaan
piringan, panen, pemberantasan gulma, dan hama Lubis, 1992. Menurut Widiastuti et al. 2003
a
bahwa panjang akar merupakan peubah yang menggambarkan lebih luasnya jangkauan tanaman dalam menyerap hara dalam
tanah. Berdasarkan data pada Gambar 4 dapat dilihat bahwa perlakuan KT
mempunyai akar yang paling panjang jika dibandingkan perlakuan lainnya, yaitu 40.63 cm dan yang memiliki panjang akar terendah terdapat pada perlakuan
BTSMS senilai 29.39 cm.
Gambar 4. Panjang Akar Panen 3 BST Perlakuan KT memperlihatkan adanya keanehan dikarenakan perlakuan KT
mempunyai panjang akar yang paling panjang di antara perlakuan lainnya, akan tetapi tidak diikuti dengan tingginya serapan hara N, P, dan K yang terdapat pada
akar. Perlakuan KT memiliki hasil yang bertentangan dengan yang dikemukakan
oleh Sarief 1984 bahwa apabila tanaman mengalami kekurangan unsur P dapat menyebabkan berkurangnya pertumbuhan akar, dimana akar akan kelihatan
menjadi lebih kecil. Namun, pernyataan Sarief 1984 tersebut berlaku pada data yang ditunjukkan pada Tabel 7.
Berdasarkan data pada Gambar 5 dapat dilihat bahwa perlakuan GRS mempunyai akar yang paling panjang jika dibandingkan perlakuan lainnya, yaitu
57.19 cm dan yang memiliki panjang akar terendah terdapat pada perlakuan BTR senilai 48.16 cm.
Perlakuan GRS dan GR mempunyai panjang akar paling panjang disebabkan oleh efek dari asam humat yang terkandung pada pupuk cair GD yang
sesuai dengan pernyataan Brady dan Weil 2002 bahwa bahan humat akan memberikan pengaruh langsung pada pertumbuhan tanaman, diantaranya adalah
mempercepat perkecambahan
benih, merangsang
pertumbuhan akar,
mempercepat pertumbuhan tunas dan akar tanaman jika diberi dalam jumlah yang tepat.
Gambar 5. Panjang Akar Panen 6 BST 4.9. Pengaruh Pemberian Bahan Pembenah Tanah Baode dan Pupuk Cair
GD terhadap Bobot Kering Tanaman
Bobot kering pada suatu tanaman dapat dipengaruhi oleh beberapa hal. Salah satu faktor yang mempengaruhi adalah serapan unsur hara pada tanaman.
Menurut Widiastuti et al. 2003
b
tingginya bobot kering pada akar mencerminkan adanya aliran fotosintat ke bagian akar yang lebih besar pada tanaman. Suseno
1974 berpendapat bahwa apabila tanaman kekurangan unsur hara N, P, K, dan Mg dapat menyebabkan pertumbuhan akar menjadi lemah dan jumlah akar
menjadi berkurang, dengan demikian akan mempengaruhi bobot kering tanaman. Berdasarkan Tabel 6, bahwa hasil perlakuan bahan pembenah tanah Baode
dan pupuk cair GD secara statistik berpengaruh nyata pada nilai bobot kering bagian atas tanaman pada umur 3 bulan. Berdasarkan hasil pengukuran terhadap
bobot kering pada bagian atas tanaman 3 bulan didapatkan kandungan bobot kering terendah terdapat pada perlakuan BTSM sebesar 0.996 g, sedangkan nilai
bobot kering tertinggi terdapat pada perlakuan BTRS sebesar 1.734 g. Pemberian bahan pembenah tanah Baode dan pupuk cair GD tidak
memberikan pengaruh nyata pada nilai bobot kering tanaman bagian akar dan bobot kering total 3 bulan. Walaupun demikian, hasil pengukuran yang diperoleh
tetap memberikan adanya kecenderungan. Hal ini dapat ditunjukan sesuai data pada statistik, namun kecenderungan bahwa perlakuan BTRS mempunyai nilai
paling tinggi pada nilai bobot kering bagian akar dan nilai bobot kering total. Tabel 6. Bobot Kering Bagian Atas dan Akar pada Tanaman 3 BST dan 6 BST
Perlakuan 3 BST
6 BST Bagian Atas
g Akar g
Total g Bagian Atas
g Akar g
Total g
KT 1.221
ab
0.386
a
1.607
a
10.516
a
3.391
a
13.907
a
BTSM 0.996
b
0.349
a
1.344
a
12.456
a
3.534
a
15.990
a
BTR 1.369
ab
0.430
a
1.798
a
13.024
a
3.889
a
16.913
a
GR 1.151
ab
0.337
a
1.489
a
15.230
a
4.340
a
19.570
a
BTSMS 1.069
ab
0.331
a
1.400
a
12.519
a
3.656
a
16.174
a
BTRS
1.734
a
0.514
a
2.248
a
13.529
a
3.366
a
16.894
a
GRS 1.261
ab
0.411
a
1.672
a
13.550
a
3.851
a
17.401
a
Angka yang dikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata menurut uji lanjut Duncan taraf
α = 0.05 .
Pada pengukuran nilai bobot kering bagian akar tanaman 3 bulan didapatkan nilai terendah terdapat pada perlakuan BTSMS sebesar 0.331 g, sedangkan nilai
tertinggi terdapat pada perlakuan BTRS sebesar 0.514 g. Pada pengukuran nilai
bobot kering bagian total tanaman 3 bulan didapatkan nilai terendah terdapat pada perlakuan BTSM sebesar 1.344 g, sedangkan nilai tertinggi terdapat pada
perlakuan BTRS sebesar BTRS 2.248 g. Pada saat tanaman memasuki usia 6 bulan, didapatkan bahwa pemberian
bahan pembenah tanah Baode dan pupuk cair GD tidak memberikan pengaruh nyata pada nilai bobot kering tanaman bagian atas, bagian akar, dan bobot kering
total 6 bulan. Walaupun demikian, hasil pengukuran yang diperoleh tetap memberikan adanya kecenderungan. Hal ini dapat ditunjukan sesuai data pada
statistik, namun kecenderungan bahwa perlakuan GR mempunyai nilai paling tinggi pada nilai bobot kering bagian atas, akar dan nilai bobot kering total.
Pada pengukuran nilai bobot kering bagian atas tanaman 6 bulan didapatkan nilai terendah terdapat pada perlakuan KT sebesar 10.516 g, sedangkan nilai
tertinggi terdapat pada perlakuan GR sebesar 15.230 g. Pada pengukuran nilai bobot kering bagian akar tanaman 6 bulan didapatkan nilai terendah terdapat pada
perlakuan BTRS sebesar 3.366 g, sedangkan nilai tertinggi terdapat pada perlakuan GR sebesar 4.340 g. Pada pengukuran nilai bobot kering bagian total
tanaman 6 bulan didapatkan nilai terendah terdapat pada perlakuan KT sebesar 13.907 g, sedangkan nilai tertinggi terdapat pada perlakuan GR sebesar 19.570 g.
Nilai bobot kering yang terdapat pada tanaman 6 BST dapat dijelaskan oleh pernyataan Khaswarina 2001 bahwa semua perlakuan dari hasil percobaan tidak
berbeda nyata, hal ini disebabkan karena unsur –unsur yang terkandung di dalam
berbagai kombinasi pupuk yang digunakan dapat meningkatkan metabolisme tanaman, sehingga cenderung terjadi penumpukan bahan organik dalam tanaman
dengan demikian dapat menambah berat kering tanaman. Data yang di dapat sesuai dengan pernyataan Widiastuti et al. 2003
a
bahwa peningkatan pertumbuhan yang terjadi pada bagian atas dapat meningkat dikarenakan
pertumbuhan akar juga baik.
4.10. Pengaruh Pemberian Bahan Pembenah Tanah Baode dan Pupuk Cair
GD terhadap Kadar Hara N, P, K pada Tanaman
Pemberian bahan pembenah tanah Baode dan pupuk cair GD tidak memberikan pengaruh nyata terhadap kandungan unsur N, P, dan K pada tanaman
bagian atas umur 3 bulan. Walaupun demikian, hasil analisis yang diperoleh tetap memberikan adanya kecenderungan. Hal ini dapat ditunjukan sesuai data pada
statistik, namun kecenderungan bahwa perlakuan GRS mempunyai nilai paling tinggi pada kandungan unsur N dan P, serta perlakuan BTSMS mempunyai nilai
paling tinggi pada kandungan unsur K. Pada analisis unsur N bagian atas tanaman 3 BST yang ditunjukkan pada Tabel 7 didapatkan kandungan unsur terendah
terdapat pada perlakuan BTRS sebesar 1.56 , sedangkan kandungan unsur tertinggi terdapat pada perlakuan GRS sebesar 1.78 .
Menurut Widiastuti et al. 2003
a
meningkatnya serapan unsur hara P kemungkinan dapat menyebabkan keseimbangan hara baru dalam tanaman,
sehingga menginduksi serapan hara lain seperti N dan K. Pada analisis unsur P bagian atas tanaman 3 BST didapatkan kandungan unsur terendah terdapat pada
perlakuan BTRS sebesar 0.15 , sedangkan kandungan unsur tertinggi terdapat pada perlakuan GRS sebesar 0.17 . Pada analisis unsur K bagian atas tanaman 3
BST didapatkan kandungan unsur terendah terdapat pada perlakuan GR sebesar 2.07 , sedangkan kandungan unsur tertinggi terdapat pada perlakuan BTSMS
sebesar 2.16 . Berdasarkan Tabel 7, bahwa hasil perlakuan bahan pembenah tanah Baode
dan pupuk cair GD secara statistik berpengaruh nyata pada unsur N, P, dan K bagian akar tanaman terhadap tanaman umur 3 bulan. Berdasarkan hasil analisis
unsur N pada bagian akar tanaman 3 bulan didapatkan kandungan unsur terendah terdapat pada perlakuan KT sebesar 0.41 , sedangkan kandungan unsur N
tertinggi terdapat pada perlakuan GRS sebesar 0.95 . Pada kandungan unsur N, semua perlakuan mempunyai nilai berbeda nyata terhadap perlakuan kontrol.
Pada analisis unsur P pada bagian akar tanaman 3 bulan didapatkan kandungan unsur terendah terdapat pada perlakuan KT sebesar 0.05 , sedangkan
kandungan unsur tertinggi terdapat pada perlakuan GR 0.21 . Pada kandungan unsur P, hanya perlakuan BTR, GR, BTSMS, dan GRS yang mempunyai nilai
berbeda nyata terhadap perlakuan kontrol.
Tabel 7. Pengaruh Bahan Pembenah Tanah Baode dan Pupuk Cair GD terhadap Kadar Hara N, P, K pada Tanaman 3 BST
Perlakuan Kadar N
Kadar P Kadar K
Bagian Atas Akar
Bagian Atas Akar
Bagian Atas Akar
KT 1.57
a
0.41
b
0.16
a
0.05
c
2.10
a
0.71
c
BTSM 1.69
a
0.92
a
0.16
a
0.10
bc
2.08
a
1.94
bc
BTR 1.62
a
0.85
a
0.16
a
0.16
ab
2.14
a
1.92
bc
GR 1.57
a
0.83
a
0.16
a
0.21
a
2.07
a
1.69
ab
BTSMS 1.76
a
0.90
a
0.16
a
0.17
ab
2.16
a
1.65
bc
BTRS 1.56
a
0.81
a
0.15
a
0.11
bc
2.08
a
1.68
ab
GRS 1.78
a
0.95
a
0.17
a
0.19
a
2.12
a
1.61
b
Angka yang dikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata menurut uji lanjut Duncan taraf
α = 0.05 .
Berdasarkan Tabel 8, bahwa hasil perlakuan bahan pembenah tanah Baode dan pupuk cair GD secara statistik berpengaruh nyata pada unsur N, P, dan K
bagian atas tanaman terhadap tanaman umur 6 bulan. Berdasarkan hasil analisis unsur N pada bagian atas tanaman 6 bulan didapatkan kandungan unsur terendah
terdapat pada perlakuan GR sebesar 1.89 , sedangkan kandungan unsur N tertinggi terdapat pada perlakuan BTR sebesar 2.25 .
Pada analisis unsur P pada bagian atas tanaman 6 bulan didapatkan kandungan unsur terendah terdapat pada perlakuan GR dan BTRS sebesar 0.25 ,
sedangkan kandungan unsur tertinggi terdapat pada perlakuan BTR 0.29 . Pada analisis unsur K pada bagian atas tanaman 6 bulan didapatkan
kandungan unsur terendah terdapat pada perlakuan BTSMS sebesar 1.10 , sedangkan kandungan unsur tertinggi terdapat pada perlakuan KT 1.26 . Pada
kandungan unsur K, hanya perlakuan BTSMS, GR dan GRS yang mempunyai nilai berbeda nyata terhadap perlakuan kontrol.
Pemberian bahan pembenah tanah Baode dan pupuk cair GD tidak memberikan pengaruh nyata terhadap kandungan unsur N dan P pada tanaman
bagian akar 6 bulan. Walaupun demikian, hasil analisis yang diperoleh tetap memberikan adanya kecenderungan. Hal ini dapat ditunjukan sesuai data pada
statistik, namun kecenderungan bahwa perlakuan BTR mempunyai nilai paling tinggi pada kandungan unsur N dan perlakuan GRS mempunyai nilai paling tinggi
pada kandungan unsur P. Pada analisis unsur N bagian akar tanaman 6 BST yang
ditunjukkan pada Tabel 8 didapatkan kandungan unsur terendah terdapat pada perlakuan KT sebesar 0.92 , sedangkan kandungan unsur tertinggi terdapat pada
perlakuan BTR sebesar 1.06 . Pada analisis unsur P bagian akar tanaman 6 BST, didapatkan kandungan unsur terendah terdapat pada perlakuan KT dan GR
sebesar 0.15 , sedangkan kandungan unsur tertinggi terdapat pada perlakuan BTR dan GRS sebesar 0.18 .
Tabel 8. Pengaruh Bahan Pembenah Tanah Baode dan Pupuk Cair GD terhadap Kadar Hara N, P, K pada Tanaman 6 BST
Perlakuan Kadar N
Kadar P Kadar K
Bagian Atas Akar
Bagian Atas Akar
Bagian Atas Akar
KT 2.16
a
0.92
a
0.27
ab
0.15
a
1.26
a
0.89
b
BTSM 2.17
a
1.05
a
0.28
ab
0.17
a
1.17
ab
0.98
ab
BTR 2.25
a
1.06
a
0.29
a
0.18
a
1.22
ab
1.09
a
GR 1.89
b
0.93
a
0.25
b
0.15
a
1.19
b
1.04
ab
BTSMS 2.03
ab
0.98
a
0.27
ab
0.16
a
1.10
b
1.00
ab
BTRS 2.03
ab
1.04
a
0.25
b
0.17
a
1.11
ab
1.04
ab
GRS 2.12
a
0.98
a
0.26
ab
0.18
a
1.12
b
1.03
ab
Angka yang dikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata menurut uji lanjut Duncan taraf
α = 0.05 .
Perlakuan bahan pembenah tanah Baode dan pupuk cair GD secara statistik berbeda nyata pada unsur K bagian akar tanaman terhadap perlakuan umur 6
bulan. Berdasarkan hasil analisis unsur K pada bagian akar tanaman 6 bulan didapatkan kandungan unsur terendah terdapat pada perlakuan KT sebesar 0.89
, sedangkan kandungan unsur K tertinggi terdapat pada perlakuan BTR sebesar 1.09 . Pada kandungan unsur K, hanya perlakuan BTR yang mempunyai nilai
berbeda nyata terhadap perlakuan kontrol.
4.11. Pengaruh Pemberian Bahan Pembenah Tanah Baode dan Pupuk Cair GD terhadap Serapan Hara N, P, K pada Tanaman
Serapan unsur hara pada tanaman adalah jumlah total kadar hara yang dapat diserap oleh tanaman. Besarnya nilai serapan hara pada tanaman bergantung dari
junlah kadar hara pada tanaman dengan nilai dari bobot kering pada tanaman. Berdasarkan data yang terdapat pada Tabel 9, bahwa hasil perlakuan bahan
pembenah tanah Baode dan pupuk cair GD secara statistik berpengaruh nyata terhadap nilai serapan hara N, P, dan K pada bagian atas, bagian akar, serta
serapan hara total 3 bulan. Berdasarkan hasil pengukuran terhadap kandungan serapan hara unsur N pada bagian atas tanaman 3 bulan didapatkan kandungan
serapan hara terendah terdapat pada perlakuan BTSM sebesar 16.333 mg, sedangkan nilai serapan hara tertinggi terdapat pada perlakuan BTRS sebesar
30.806 mg. Pada nilai serapan hara unsur N bagian atas hanya perlakuan BTRS yang mempunyai nilai berbeda nyata terhadap perlakuan kontrol.
Pada hasil pengukuran terhadap kandungan serapan hara unsur N pada bagian akar tanaman 3 bulan didapatkan kandungan serapan hara terendah
terdapat pada perlakuan KT sebesar 1.591 mg, sedangkan nilai serapan hara tertinggi terdapat pada perlakuan BTRS sebesar 4.901 mg. Pada nilai serapan hara
unsur N bagian atas hanya perlakuan BTRS yang mempunyai nilai berbeda nyata terhadap perlakuan kontrol.
Pada hasil pengukuran terhadap kandungan serapan hara total unsur N tanaman 3 bulan didapatkan kandungan serapan hara terendah terdapat pada
perlakuan BTSMS sebesar 19.161 mg, sedangkan nilai serapan hara tertinggi terdapat pada perlakuan BTRS sebesar 35.709 mg. Pada nilai serapan hara unsur
N bagian atas hanya perlakuan BTRS yang mempunyai nilai berbeda nyata terhadap perlakuan kontrol.
Berdasarkan hasil pengukuran terhadap kandungan serapan hara unsur P pada bagian atas tanaman 3 bulan didapatkan kandungan serapan hara terendah
terdapat pada perlakuan BTSM sebesar 1.544 mg, sedangkan nilai serapan hara tertinggi terdapat pada perlakuan BTRS sebesar 2.957 mg.
Pada hasil pengukuran terhadap kandungan serapan hara unsur P pada bagian akar tanaman 3 bulan didapatkan kandungan serapan hara terendah
terdapat pada perlakuan KT sebesar 0.181 mg, sedangkan nilai serapan hara tertinggi terdapat pada perlakuan BTRS sebesar 1.040 mg. Pada nilai serapan hara
unsur N bagian atas hanya perlakuan BTRS yang mempunyai nilai berbeda nyata terhadap perlakuan kontrol.
Pada hasil pengukuran terhadap kandungan serapan hara total unsur P tanaman 3 bulan didapatkan kandungan serapan hara terendah terdapat pada
perlakuan BTSM sebesar 1.893 mg, sedangkan nilai serapan hara tertinggi terdapat pada perlakuan BTRS sebesar 3.999 mg. Pada nilai serapan hara unsur P
bagian atas hanya perlakuan BTRS yang mempunyai nilai berbeda nyata terhadap perlakuan kontrol.
Berdasarkan hasil pengukuran terhadap kandungan serapan hara unsur K pada bagian atas tanaman 3 bulan didapatkan kandungan serapan hara terendah
terdapat pada perlakuan BTSM sebesar 20.333 mg, sedangkan nilai serapan hara tertinggi terdapat pada perlakuan BTRS sebesar 37.430 mg. Pada nilai serapan
hara unsur K bagian atas hanya perlakuan BTR dan BTRS yang mempunyai nilai berbeda nyata terhadap perlakuan kontrol.
Tabel 9. Pengaruh Bahan Pembenah Tanah Baode dan Pupuk Cair GD terhadap Serapan Hara N, P, K pada Bagian Atas dan Akar Tanaman Umur 3
BST
Perlakuan Serapan N mg
Serapan P mg Serapan K mg
Bagian Atas
Akar Total
Bagian Atas
Akar Total
Bagian Atas
Akar Total
KT 19.441
b
1.591
b
21.030
b
1.946
ab
0.181
b
2.126
b
25.674
ab
2.713
b
28.389
ab
BTSM 16.333
b
3.329
ab
19.661
b
1.544
b
0.350
ab
1.893
b
20.333
b
6.454
ab
26.787
b
BTR 22.041
ab
3.597
ab
25.636
ab
2.206
ab
0.601
ab
2.804
ab
29.407
ab
8.314
a
37.720
ab
GR 17.957
b
2.717
ab
20.677
b
1.763
ab
0.350
ab
2.109
b
23.724
ab
5.600
ab
29.324
ab
BTSMS 16.601
b
2.560
ab
19.161
b
1.739
ab
0.692
ab
2.431
ab
22.316
b
5.340
ab
27.656
ab
BTRS 30.806
a
4.901
a
35.709
a
2.957
a
1.040
a
3.999
a
37.430
a
9.639
a
47.069
a
GRS 22.457
ab
3.873
ab
26.327
ab
2.134
ab
0.767
ab
2.901
ab
26.834
ab
6.620
ab
33.453
ab
Angka yang dikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata menurut uji lanjut Duncan taraf
α = 0.05 .
Pada hasil pengukuran terhadap kandungan serapan hara unsur K pada bagian akar tanaman 3 bulan didapatkan kandungan serapan hara terendah
terdapat pada perlakuan KT sebesar 2.713 mg, sedangkan nilai serapan hara tertinggi terdapat pada perlakuan BTRS sebesar 9.639 mg. Pada nilai serapan hara
unsur N bagian atas hanya perlakuan BTRS yang mempunyai nilai berbeda nyata terhadap perlakuan kontrol.
Pada hasil pengukuran terhadap kandungan serapan hara total unsur K tanaman 3 bulan didapatkan kandungan serapan hara terendah terdapat pada
perlakuan BTSM sebesar 26.787 mg, sedangkan nilai serapan hara tertinggi terdapat pada perlakuan BTRS sebesar 47.069 mg.
Perlakuan BTRS memiliki data serapan hara paling tinggi di antara perlakuan yang lain. Hal ini dikarenakan perlakuan BTRS 3 BST memiliki nilai
bobot kering yang paling tinggi, meskipun tidak diiringi dengan jumlah nilai kadar unsur hara yang terkandung pada perlakuan tesebut.
Berdasarkan data yang terdapat pada Tabel 10, bahwa hasil perlakuan bahan pembenah tanah Baode dan pupuk cair GD secara statistik tidak berpengaruh
nyata terhadap nilai serapan hara N, P, dan K pada bagian atas, bagian akar, serta serapan hara total tanaman umur 6 bulan. Walaupun demikian, hasil analisis yang
diperoleh tetap memberikan adanya kecenderungan. Hal ini dapat ditunjukan sesuai data pada statistik, namun kecenderungan bahwa perlakuan GR mempunyai
nilai paling tinggi pada kandungan nilai serapan hara N, P, dan K pada bagian atas, bagian akar, serta serapan hara total 6 bulan.
Berdasarkan hasil pengukuran terhadap kandungan serapan hara unsur N pada bagian atas tanaman 6 bulan didapatkan kandungan serapan hara terendah
terdapat pada perlakuan KT sebesar 229.44 mg, sedangkan nilai serapan hara tertinggi terdapat pada perlakuan GR sebesar 308.74 mg. Pada hasil pengukuran
terhadap kandungan serapan hara unsur N pada bagian akar tanaman 6 bulan didapatkan kandungan serapan hara terendah terdapat pada perlakuan KT sebesar
31.843 mg, sedangkan nilai serapan hara tertinggi terdapat pada perlakuan GR sebesar 45.134 mg. Pada hasil pengukuran terhadap kandungan serapan hara total
unsur N tanaman 6 bulan didapatkan kandungan serapan hara terendah terdapat pada perlakuan KT sebesar 261.420 mg, sedangkan nilai serapan hara tertinggi
terdapat pada perlakuan GR sebesar 353.88 mg. Berdasarkan hasil pengukuran terhadap kandungan serapan hara unsur P
pada bagian atas tanaman 6 bulan didapatkan kandungan serapan hara terendah terdapat pada perlakuan KT sebesar 28.420 mg, sedangkan nilai serapan hara
tertinggi terdapat pada perlakuan GR sebesar 38.524 mg. Pada hasil pengukuran terhadap kandungan serapan hara unsur P pada bagian akar tanaman 6 bulan
didapatkan kandungan serapan hara terendah terdapat pada perlakuan BTSMS sebesar 5.147 mg, sedangkan nilai serapan hara tertinggi terdapat pada perlakuan
GR sebesar 7.380 mg. Pada hasil pengukuran terhadap kandungan serapan hara total unsur P tanaman 6 bulan didapatkan kandungan serapan hara terendah
terdapat pada perlakuan KT sebesar 33.656 mg, sedangkan nilai serapan hara tertinggi terdapat pada perlakuan GR sebesar 45.907 mg.
Tabel 10. Pengaruh Bahan Pembenah Tanah Baode dan Pupuk Cair GD terhadap Serapan Hara N, P, K pada Bagian Atas dan Akar Tanaman Umur 6
BST
Perlakuan Serapan N mg
Serapan P mg Serapan K mg
Bagian Atas
Akar Total
Bagian Atas
Akar Total
Bagian Atas
Akar Total
KT 229.44
a
31.843
a
261.29
a
28.420
a
5.239
a
33.656
a
132.15
a
29.541
a
161.69
a
BTSM 268.30
a
36.919
a
305.22
a
34.327
a
5.904
a
40.233
a
146.22
a
34.330
a
180.55
a
BTR 290.55
a
40.833
a
331.39
a
37.637
a
6.914
a
44.550
a
158.48
a
41.733
a
200.21
a
GR
308.74
a
45.134
a
353.88
a
38.524
a
7.380
a
45.907
a
169.97
a
43.567
a
213.53
a
BTSMS 239.35
a
34.114
a
273.47
a
31.577
a
5.147
a
36.724
a
152.39
a
38.993
a
191.38
a
BTRS 273.03
a
33.469
a
306.50
a
36.423
a
5.296
a
41.720
a
146.29
a
34.510
a
180.80
a
GRS 282.79
a
37.196
a
319.98
a
35.324
a
7.131
a
42.457
a
152.87
a
39.793
a
192.66
a
Angka yang dikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata menurut uji lanjut Duncan taraf
α = 0.05 .
Berdasarkan hasil pengukuran terhadap kandungan serapan hara unsur K pada bagian atas tanaman 6 bulan didapatkan kandungan serapan hara terendah
terdapat pada perlakuan KT sebesar 132.15 mg, sedangkan nilai serapan hara tertinggi terdapat pada perlakuan GR sebesar 169.97 mg. Pada hasil pengukuran
terhadap kandungan serapan hara unsur K pada bagian akar tanaman 6 bulan didapatkan kandungan serapan hara terendah terdapat pada perlakuan KT sebesar
29.541 mg, sedangkan nilai serapan hara tertinggi terdapat pada perlakuan GR sebesar 43.567 mg. Pada hasil pengukuran terhadap kandungan serapan hara total
unsur K tanaman 6 bulan didapatkan kandungan serapan hara terendah terdapat pada perlakuan KT sebesar 161.69 mg, sedangkan nilai serapan hara tertinggi
terdapat pada perlakuan GR sebesar 213.53 mg. Perlakuan GR mempunyai nilai serapan unsur hara yang paling tinggi di
antara perlakuan yang lain dikarenakan perlakuan GR 6 BST mempunyai nilai bobot kering yang paling tinggi, meskipun nilai kadar hara pada perlakuan GR
lebih rendah jika dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Kondisi yang terjadi pada perlakuan BTRS dan GR ini disebut dengan efek pengenceran dillution
effect. Nilai kadar hara yang rendah pada efek pengenceran dikarenakan adanya penguraian kadar unsur hara terhadap bobot kering pada tanaman.
4.12. Penentuan Metode Aplikasi yang Paling Efektif