tanaman. Dampak yang diberikan secara langsung oleh PGPR adalah dapat meningkatkan serapan hara dan pertumbuhan tanaman.
Mikroba yang menjadi bahan dasar dari bahan pembenah tanah Baode adalah Bacillus laterosporus. Menurut World Intellectual Property Organization
1996, B. laterosporus dapat berfungsi untuk menjaga alkalinitas pada tanah, meningkatkan fiksasi hara pada tanaman, mengurangi jumlah bakteri coliform,
dan menghambat pertumbuhan bakteri dan jamur patogen pada tanaman. Pupuk cair GD merupakan pupuk yang diformulasikan oleh staf DITSL
yang berisi suatu senyawa organik yang berfungsi untuk meningkatkan pertumbuhan. Pupuk cair GD terbuat dari 10 bahan humat. Bahan humat adalah
suatu senyawa berwarna gelap yang dapat diekstrak dari berbagai jenis tanah dengan berbagai pereaksi serta tidak larut dalam asam Andalasari, 1997. Bahan
humat mempunyai kandungan unsur C, N dan S yang lebih tinggi dari bahan asalnya. Kadar N bahan humat berkisar 2-5 , sedangkan kadar S sekitar 0.1-1.9
. Bahan humat tidak hanya mengandung hara makro C, H, N dan S tetapi juga mengandung unit aromatik dan alifatik, dengan total kemasaman yang
dipengaruhi oleh kandungan gugus fenol karboksil Tan, 2000.
1.2. Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk menguji dan membandingkan bahan pembenah tanah Baode dan pupuk GD terhadap pertumbuhan pada pembibitan
tanaman kelapa sawit dan menentukan cara pemberian yang tepat pada pembibitan tanaman kelapa sawit.
1.3. Manfaat Penelitian
Penelitian ini dapat memberikan manfaat yakni : 1.
Mampu meningkatkan pertumbuhan bibit tanaman kelapa sawit. 2.
Mampu menghindarkan bibit tanaman kelapa sawit dari penyakit. 3.
Memberikan nutrisi tambahan yang tidak terdapat pada pupuk konvensional.
4. Memberikan efisiensi pada penggunaan pupuk.
1.4. Hipotesis
1. Pemberian bahan pembenah tanah Baode dan pupuk cair GD dapat
memberikan respon positif terhadap pertumbuhan bibit tanaman kelapa sawit tinggi tanaman, panjang akar, dan bobot kering, serta
meningkatkan kadar N, P, dan K pada tanaman. 2.
Pemberian bahan pembenah tanah Baode dan pupuk cair GD dapat meningkatkan kadar hara makro dan mikro tambahan pada tanah.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kelapa sawit Kelapa sawit bukanlah tanaman asli di Indonesia dan baru ditanam secara
komersil pada tahun 1911. Nama latin dari kelapa sawit adalah Elaeis guineensis Jacq, berasal dari kata Elation yang berarti minyak dalam bahasa Yunani,
sedangkan Guineensis berasal dari Guinea pantai Barat Afrika, dan Jacq berasal dari nama seorang Botanist Amerika Jacquin.
Berikut adalah klasifikasi Elaeis guineensis Pahan, 2006: Divisi : Embryophyta Siphonagama
Kelas : Angiospermae Ordo : Monocotyledonae
Famili : Arecaceae dahulu disebut Palmae Subfamili :Cocoideae
Genus : Elaeis Spesies : 1. E. guineensis Jacq
2. E. oleifera H.B.K Cortes 3. E. odora
2.1.1. Akar
Tanaman kelapa sawit mempunyai akar serabut. Akar tersebut akan tumbuh ke bawah dan ke samping membentuk akar primer, sekunder, tertier, dan
kuartener. Fungsi utama dari akar adalah menyangga bagian atas tanaman dan menyerap zat hara Tim Penulis PS, 1999.
2.1.2. Batang
Batang pada tanaman berfungsi sebagai penyangga tajuk serta menyimpan dan mengangkut bahan makanan. Tanaman kelapa sawit termasuk tanaman
monokotil, sehingga tanaman tersebut pada umumnya tidak berkambium yang menyebabkan pada umumnya batangnya menjadi tidak bercabang. Tinggi batang
bertambah kira –kira 45 cmtahun, tetapi dalam kondisi lingkungan yang sesuai
dapat mencapai 100 cmtahun. Tinggi maksimum tanaman kelapa sawit yang ditanam di perkebunan adalah 15
– 18 m, sedangkan di alam dapat mencapai 30
m. Tinggi tanaman di perkebunan dibatasi dikarenakan untuk memudahkan pekerja kebun untuk memetik buahnya Tim Penulis PS, 1999.
2.1.3. Daun
Daun kelapa sawit mempunyai susunan daun majemuk. Daun –daun tersebut
akan membentuk suatu pelepah daun yang panjangnya dapat mencapai kurang lebih 7,5
– 9 m. Tanaman kelapa sawit yang tumbuh dengan normal mempunyai daun berjumlah 40
– 60 buah Tim Penulis PS, 1999.
2.2. Persyaratan Tumbuh 2.2.1. Iklim