kemudian diganti dengan larutan fisiologis NaCL 0,85 steril, selanjutnya divorteks dan digunakan untuk diinfeksi pada ayam pedaging. Persiapan suspensi
bakteri E. coli ditampilkan pada Gambar 12.
10 ml
E.coli hasil penyegaran
f. Pengamatan Pertumbuhan Penimbangan bobot badan ayam pedaging dilakukan setiap seminggu
sekali selama berlangsungnya penelitian. Penimbangan bobot-badan pada minggu pertama, kedua, ketiga dan keempat dilakukan secara berkelompok,
kemudian pada minggu kelima dan keenam dilakukan secara individu. g. Penyediaan Probiotik
Bakteri yang digunakan sebagai probiotik pada penelitian ini adalah L. casei
Rhamnosus yang diperoleh dari Laboratorium Bakteriologi Balai Besar Penelitian Veteriner, Bogor. Proses penyediaan probiotik yang digunakan adalah
sebagai berikut: Kultur L. casei Rhamnosus disegarkan dengan menginokulasikan 1 satu ose kultur ke dalam 10 ml MRS Broth kemudian diinkubasi pada suhu 37
o
C selama 24 jam secara aerob. L. casei Rhamnosus yang telah disegarkan dan
sudah tumbuh dengan baik dapat langsung dipakai. Selanjutnya media MRS Disentrifius 3000 rpm selama 10 menit
Media TSB diambil Diganti larutan fisiologis NaCl 0,85
divorteks
Bakteri E. coli yang siap diinfeksi pada ayam pedaging Gambar 12. Persiapan bakteri E. coli yang diinfeksi pada ayam pedaging
Broth dipisahkan diambil secara aseptis, kemudian diganti dengan larutan
fisiologis NaCL 0,85 steril, selanjutnya divorteks. Kemudian dapat digunakan sebagai suspensi probiotik dalam ransum mensemprotkan secara merata pada
ransum. Persiapan suspensi L. casei Rhamnosus ditampilkan pada Gambar 13.
10 ml L. casei Rhamnosus hasil penyegaran
h. Peubah yang diamati meliputi:
1. Konsumsi ransum gekorminggu
Konsumsi ransum diperoleh dari ransum yang diberikan dikurangi ransum yang tersisa pada setiap periode pemberian.
2. Pertambahan bobot badan gekorminggu
Pertambahan bobot badan diperoleh dari bobot badan akhir dikurangi bobot badan awal penelitian pada setiap periode mingguan.
3. Bobot badan akhir gekor
Bobot badan akhir diperoleh dari bobot badan ayam pada akhir penelitian umur 6 minggu tanpa mengurangi bobot badan awal.
4. Konversi ransum
Konversi ransum diperoleh dari jumlah konsumsi ransum dibagi Disentrifius 3000 rpm pada suhu 5
o
C selama 10 menit Supernatan dipisahkan diambil
Ditambah larutan fisiologis NaCl 0,85 divorteks
Suspensi L casei Rhamnosus Probiotik Gambar 13. Persiapan bakteri dan suspensi probiotik
pertambahan bobot badan selama periode penelitian. 5.
Persentase mortalitas Mortalitas diperoleh dari jumlah kematian ayam pedaging selama
periode penelitian. 6.
Indeks produksi Indeks produksi diperoleh dari:
Indeks produksi = Persentase ayam hidup × rataan bobot badan akhir kg
× 100 Lama pemeliharaan hari × konversi pakan
Keterangan: 120 : prestasi sangat jelek
121-140 : prestasi jelek 141-160 : prestasi cukup baik
161-180 : prestasi baik 181-200 : prestasi sangat baik
200 : prestasi istimewa Arifien 1997 7. Gambaran histopatologi usus
Gambaran histopatologi diamati dengan tujuan untuk mendeteksi perubahan fisik pada saluran pencernaan duodenum, jejunum dan ileum pada
semua kelompok ayam penelitian umur 2, 4, dan 6 minggu. Setiap pengamatan menggunakan 1 ekor ayamulangan yang diambil dipotong
secara acak. Masing-masing sampel bagian usus diambil sepanjang 2 cm kemudian diblok dalam parafin. Sampel difiksasi dalam larutan buffer normal
formalin BNF 10, didehidrasi dengan alkohol konsentrasi bertingkat,
clearing dengan xylol dan embedding dengan parafin. Preparat dipotong
setebal 5 µm dan dilekatkan pada objek gelas dan diwarnai dengan pewarnaan Hematoxilin dan Eosin Lampiran 2.
Pengamatan lesio patologi dilakukan dengan menggunakan mikroskop Olympus pada pembesaran lensa objektif 10, 20 atau 40 kali
terhadap kerusakan organ pencernaan usus halus yang dinilai pada 10 bidang pandang berdasarkan derajat perubahannya, yaitu organ yang tidak
mengalami perubahan villi utuh, mukosa normal, dan epitel tersusun rapi dengan sel goblet, organ yang mengalami odema dan villi pendek, dan organ
yang mengalami proliferasi sel radang dan villi rusak.