Peubah yang diamati meliputi:

pertambahan bobot badan selama periode penelitian. 5. Persentase mortalitas Mortalitas diperoleh dari jumlah kematian ayam pedaging selama periode penelitian. 6. Indeks produksi Indeks produksi diperoleh dari: Indeks produksi = Persentase ayam hidup × rataan bobot badan akhir kg × 100 Lama pemeliharaan hari × konversi pakan Keterangan: 120 : prestasi sangat jelek 121-140 : prestasi jelek 141-160 : prestasi cukup baik 161-180 : prestasi baik 181-200 : prestasi sangat baik 200 : prestasi istimewa Arifien 1997 7. Gambaran histopatologi usus Gambaran histopatologi diamati dengan tujuan untuk mendeteksi perubahan fisik pada saluran pencernaan duodenum, jejunum dan ileum pada semua kelompok ayam penelitian umur 2, 4, dan 6 minggu. Setiap pengamatan menggunakan 1 ekor ayamulangan yang diambil dipotong secara acak. Masing-masing sampel bagian usus diambil sepanjang 2 cm kemudian diblok dalam parafin. Sampel difiksasi dalam larutan buffer normal formalin BNF 10, didehidrasi dengan alkohol konsentrasi bertingkat, clearing dengan xylol dan embedding dengan parafin. Preparat dipotong setebal 5 µm dan dilekatkan pada objek gelas dan diwarnai dengan pewarnaan Hematoxilin dan Eosin Lampiran 2. Pengamatan lesio patologi dilakukan dengan menggunakan mikroskop Olympus pada pembesaran lensa objektif 10, 20 atau 40 kali terhadap kerusakan organ pencernaan usus halus yang dinilai pada 10 bidang pandang berdasarkan derajat perubahannya, yaitu organ yang tidak mengalami perubahan villi utuh, mukosa normal, dan epitel tersusun rapi dengan sel goblet, organ yang mengalami odema dan villi pendek, dan organ yang mengalami proliferasi sel radang dan villi rusak. 8. Populasi mikroflora pada saluran cerna Pengamatan terhadap mikrobiota usus BAL dan E.coli dilakukan pada usus sekum, duodenum, jejunum dan ileum ayam pedaging umur 2, 4, dan 6 minggu. Setiap pengamatan menggunakan 1 ekor ayamulangan yang diambil dipotong secara acak. Sampel berupa isi sekum, duodenum, jejunum dan ileum diambil sebanyak 0,5 gram, selanjutnya dilakukan pengenceran secara serial dan dilakukan kultur pada cawan petri dengan menggunakan media MRS Agar untuk bakteri asam laktat dan media eosin methylene blue agar EMBA untuk bakteri E.coli kemudian diinkubasi pada suhu 37 o C selama 24 jam. Pengamatan yang dilakukan yaitu menghitung jumlah koloni bakteri yang terbentuk CFU. Rancangan Penelitian Rancangan penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap RAL yang terdiri atas 8 perlakuan dan 4 ulangan. Model mamatik yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut: Yij = μ + τі + εij. Dimana : Yij = respon ransum dari perlakuan ke-i dan ulangan ke - j µ = rataan umum hasil percobaan τі = pengaruh perlakuan ransum ke-i εij = pengaruh kesalahan pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j Tabel 16. Denah perlakuan penelitian Ulangan Ransum perlakuan R1 R2 R3 R4 R5 R6 R7 R8 1 R1 1 R2 1 R3 1 R4 1 R5 1 R6 1 R7 1 R8 1 2 R1 2 R2 2 R3 2 R4 2 R5 2 R6 2 R7 2 R8 2 3 4 R1 3 R1 4 R2 3 R2 4 R3 3 R3 4 R4 3 R4 4 R5 3 R5 4 R6 3 R6 4 R7 3 R7 4 R8 3 R8 4 Analisis Data Data yang diperoleh dianalisis dengan sidik ragam dan apabila terdapat perbedaan yang nyata diantara perlakuan dilanjutkan dengan uji Duncan’s Multiple Range Test Steel dan Torrie 1995. HASIL DAN PEMBAHASAN Konsumsi ransum Penggunaan prebiotik, probiotik, dan sinbiotik dalam ransum memberi pengaruh yang nyata P0,05 terhadap konsumsi ransum ayam pedaging secara akumulatif 0-6 minggu Gambar 14. Konsumsi ransum terendah ditunjukkan pada perlakuan sinbiotik dan konsumsi ransum tertinggi diperoleh pada perlakuan probiotik yang diinfeksi bakteri E.coli P0,05, tetapi tidak menunjukkan perbedaan yang nyata dibandingkan dengan perlakuan kontrol Tabel 17. Konsumsi ransum ayam pada dasarnya sangat dipengaruhi oleh kandungan energi dalam ransum NRC 1994. Ayam akan berhenti mengkonsumsi ransum apabila kebutuhan energi sudah terpenuhi Gondwe dan Wollny 2006. Kandungan energi ransum pada penelitian ini relatif sama, dengan energi metabolis berkisar antara 3035-3195 kkalkg, sehingga faktor energi ransum bukan menjadi penyebab perbedaan terhadap konsumsi ransum. Pemberian ransum yang mengandung probiotik pada ayam pedaging secara akumulatif 0-6 minggu nyata P0,05 meningkatkan konsumsi ransum Lampiran 5, hal ini disebabkan karena aktivitas mikroba probiotik yang berada dalam saluran pencernaan sehingga berpengaruh terhadap peningkatan palatabilitas, laju degradasi fraksi serat, dan laju aliran digesta pakan Wallace dan Newbold 1992. Soeharsono 2002 menyatakan bahwa pemberian probiotik dapat meningkatkan konsumsi pakan pada ternak. Suplementasi kultur Lactobacillus pada pakan yang terdiri atas: jagung, bungkil kedelai dan gandum meningkatkan konsumsi pakan, retensi lemak, protein, kalsium, cuprum, dan mangan pada ayam petelur Nahashon et al. 1994. Konsumsi ransum pada ayam pedaging yang diberi sinbiotik R4 dan R8 secara nyata P0,05 lebih rendah dibandingkan perlakuan lainnya. Hal ini diduga kombinasi probiotik dan prebiotik dalam ransum telah memberi pengaruh menguntungkan pada saluran cerna ayam, yaitu memperbaiki survival dan implantasi suplemen mikroba hidup dalam saluran cerna, oleh stimulasi pertumbuhan secara selektif, dan dengan aktivasi metabolisme dari satu atau sejumlah terbatas bakteri yang mempunyai efek promotif, dan meningkatkan daya t u L p p d d p y b d d b n p d m tahan hidup untuk ferme Lactobacillu pencernaan pemecahan dapat diser dihasilkan o penyerapan yang lebih r Saono Jea Mikr berkompetis difermentasi dapat berkem bagi fermen saluran cern non-starch p protein yang dalam salur mendapatka 1000 2000 3000 4000 5000 Ko nsu m si r a ns um g e k o r Gambar 14. p bakteri pro entasi, sehin us dapat m seperti ami molekul k rap oleh u oleh mikroo zat-zat mak rendah kebu anny 1982; F roba probio si untuk men i. Substrat b mbang deng ntasi oleh bak na bagian pro polysacchar g lolos baik ran pencerna an nutrien da 3817.5 abc 36 Rataan konsu perlakuan ran obiotik oleh gga mikroba merangsang lase, protea komplek me usus. Adan organisme t kanan yang utuhan zat-z Fardiaz 1992 otik juga m ndapatkan sej ahan makan an baik Pat kteri dalam oksimal, yan ride , dan no k eksogen m aan dapat d an kompetisi 686.6 abc 3953. P umsi ransum nsum gekor h karena sub a probiotik p produksi ase, lipase d enjadi mole nya penamb tersebut aka ada pada ra zat makanan 2. menghamba ejumlah terba nan tersebut tterson dan B kolon adalah ng terutama t ondigestible maupun end digambarkan dalam meng 5 ab 3388.1 bc 3 Perlakuan r ayam pedagin bstrat yang penghasil as enzim yan dan selulase ekul yang l bahan enzi an meningk ansum sehin n sudah terpe at organism atas substrat diperlukan a Burkholder 2 h karbohidra terdiri atas re oligosaccha dogen. Prins n seperti ha ghasilkan se 3828.6 abc 3603 ransum ng secara akum spesifik tela sam laktat d ng memban yang akan m lebih sederh m pencern katkan kece ngga dengan enuhi Auns me patogeni t bahan maka agar mikroba 2003. Subst at yang lolo esistant star aride . Selai sip kompetis lnya kompe nyawa antim 3.8 abc 4075.8 a mulatif 0-6 m ah tersedia dari spesies ntu proses membantu hana yang naan yang ernaan dan n konsumsi strup 1979; ik dengan anan untuk a probiotik trat utama s melewati rch , disusul in itu juga si bakteri etisi dalam mikroba. 3249.5 c minggu antar Tabel 17. Rataan konsumsi ransum ayam pedaging gekorminggu dan akumulatif Perlakuan Umur minggu 0-1 1-2 2-3 3-4 4-5 R1 182,15±11,88 a 406,46±73,84 b 653,13±34,9 713,21±48,51 909,2±183,8 R2 136,21±34,94 ab 445,56±119,66 ab 696,73±118,1 717,14±43,36 884,9±70,8 R3 173,55±32,02 ab 447,43± 60,01 ab 774,00±152,9 804,88±114,43 848,6±217,6 R4 153,87±61,89 ab 408,67±52,49 b 659,63±91,4 707,78±70,11 817,3±110,6 R5 145,25±10,98 ab 344,38±57,39 b 825,75±153,5 767,62±32,40 879,1±77,4 R6 143,30±14,36 ab 370,19±105,04 b 767,86±233,9 732,84±4,73 977,5±88,2 R7 121,63±29,5 b 570,06±126,78 a 877,68±128,7 800,67±85,99 862,2±98,8 R8 153,97±27,41 ab 445,38±66,57 ab 713,33±107,5 744,44±73,00 934,3±162,8 Konsumsi ransum akumulatif 0-1 0-2 0-3 0-4 0-5 R1 182,15±11,88 a 588,6± 69,07 ab 1241,7±87,1 1955,0±95,1 b 2864,1±238,6 ab R2 136,21±34,94 ab 581,7± 151,54 ab 1278,4± 56.7 1995,6±232,7 b 2880,5±195,4 ab R3 173,55±32,02 ab 650,98± 82,14 ab 1425.0±192.1 2229,9±286,1 ab 3078,5±427,8 ab R4 153,87±61,89 ab 562,54±99,95 ab 1222.2±160.2 1930,0±197,0 b 2747,3±166,1 ab R5 145,25±10,98 ab 489,63±54,74 b 1315,4±206,6 2083,0±237,7 ab 3062,1±301,6 ab R6 143,30±14,36 ab 513,49±117,59 b 1281,4±338,9 2014,2±343,4 ab 2991,7±346,4 ab R7 121,63±29,5 b 691,69±106,10 a 1569,4±220,4 2370,1±181,5 a 3232,2±127,8 a R8 153,97±27,41 ab 599,34±68,10 ab 1312,7±156,5 2057,1±140,4 ab 2461,7±800,8 b Keterangan : Nilai rataan dengan superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata P0,05 R1 = Ransum basal kontrol R2 = Ransum basal + Prebiotik 0,4 R3 = Ransum basal + Probiotik 10 8 CFU R4 = Ransum basal + Prebiotik 0,4 + Probiotik 10 8 CFU sinbiotik R5 = Ransum basal kontrol + Infeksi E. coli 10 4 CFU R6 = Ransum basal + Prebiotik 0,4 + Infeksi E. coli 10 4 CFU R7= Ransum basal + Probiotik 10 8 CFU + E. coli 10 4 CFU R8 = Ransum basal + Prebiotik 0,4 + Probiotik 10 8 CFU + E. coli 10 4 CFU Prebiotik dapat dikatakan merupakan turunan dari prinsip kompetisi ini dimana suatu senyawa yang spesifik akan digunakan oleh organisme yang spesifik pula. Sebagai contoh, sukrosa, rafinosa dan stakhiosa tidak dapat digunakan secara maksimal oleh mikrobiota usus kecuali pada beberapa anggota dari genus Lactobacillus dan Bifidobacterium. Anggota genus ini mampu menggunakan karbohidrat tersebut secara efektif dan mampu berkompetisi dengan mikrobiota lain sewaktu sumber karbohidrat lain dijumpai dalam jumlah yang terbatas. Pada sistem pencernaan, komponen prebiotik akan terdegradasi dan menyebabkan: 1 penurunan pH lumen, 2 stimulasi bakteri probiotik, dan 3 produksi asam lemak rantai pendek Kravtchenko 1998. Dalam usus besar prebiotik difermentasikan oleh bakteri-bakteri probiotik terutama Lactobacillus dan Bifidobacterium sehingga menghasilkan asam lemak rantai pendek dalam bentuk asam asetat, propionat, butirat dan L-laktat, juga karbondioksida dan hidrogen Gibson dan Roberfroid 1995, senyawa ini dapat menghambat pertumbuhan mikroba patogen sehingga komposisi mikroflora usus berubah, dan pada akhirnya dapat memperbaiki daya cerna ransum. Cao et al. 2005 menyatakan bahwa prebiotik merupakan bahan makanan yang dapat memperbaiki flora usus dengan memacu pertumbuhan bakteri yang menguntungkan seperti Lactobacillus dan Bifidobacteria dan menekan pertumbuhan bakteri patogen seperti E.coli, clostridia dan enterobacter. Pertambahan Bobot Badan dan Bobot Badan Akhir Pertambahan bobot badan dan bobot badan akhir ayam pedaging dalam mingguan dan secara akumulatif ditampilkan pada Tabel 18 dan 19. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa respon pertumbuhan ayam pedaging yang diberi sinbiotik R4 dalam ransum secara nyata P0,05 meningkatkan pertambahan bobot badan secara akumulatif 0-6 minggu, demikian juga halnya pada ayam pedaging yang diinfeksi E.coli dibanding perlakuan kontrol Lampiran 6. Secara akumulatif dari umur 1 sampai umur 6 minggu penggunaan sinbiotik dalam ransum ternyata memberikan dampak positif dalam mengurangi hambatan pertambahan bobot badan akibat uji tantang bakteri E.coli Gambar 15. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sinbiotik memberikan efek positif pada kondisi lingkungan yang buruk ancaman mikroba patogen terhadap p p d t m z m t y y d b 2 b k pertumbuhan pertumbuhan dihindari, d terjadinya p mengandung zat-zat mak mikroba pro terjadi efisie Aktiv yaitu: 1 pr yang menye dalam salura sumber nutr Dawson 19 bagi bakteri sehingga ba serta dapat m 2000; CFNP seperti: Sa berkembang keseimbanga P ertambah a n b o bot b a dan gekor Gambar 15. n ayam pe n akibat ke dan hal ters penurunan g sinbiotik kanan dalam obiotik dan p ensi dalam p vitas probio roduksi enzim ederhanakan an pencerna ien seperti v 993; Stone i alami ind akteri indige mengurangi P TAP Revi almonella sp gbiak dalam an mikrob 200 400 600 800 1000 1200 1400 1600 1800 2000 1704 . Rataan per minggu ant daging. Efe ehadiran ba sebut terliha jumlah ko Tabel 23, s m ransum be peran prebio enggunaan r otik dan pr m hidrolitik n polimer me aan Fardiaz vitamin, prot 1998, 3 p digenous y enous dapat bakteri pato iew 2002, p dan Esch m saluran a saluran .8 c 1852.4 ab 182 P rtambahan bo tar perlakuan r ek tersebut akteri yang at pada has oloni E.coli sehingga kem erfungsi den otik dalam sa ransum. ebiotik terja seperti amil enjadi mono 1992; Seife tein, karbohi prebiotik be yang bersifa berkemban ogen dalam 4 prebiotik herichia col pencernaa pencernaan 24.9 abc 1901.8 a Perlakuan ra obot badan a ransum geko diakibatkan merugikan sil penelitia i pada per mampuan m ngan baik ka aluran pence adi melalui lase, proteas omer yang le ert dan Gess idrat, dan ko erfungsi seb at menguntu ng lebih pes saluran pen k juga berpe li sehingga an Newm n tetap te a 1571.4 d 1725.1 ansum ayam pedagin or n penekanan n seperti E. an yang me rlakuan ran mencerna dan arena adany ernaan ayam beberapa m se, pektinase ebih mudah sler 1997, ofaktor penti agai sumbe ungkan bagi sat dan lebih ncernaan Tu eran mengik a patogen ti man 2001 erjaga, 5 1 c 1750 bc 1813 ng secara aku n terhadap coli dapat enunjukkan sum yang n menyerap ya aktivitas m, sehingga mekanisme e dan lipase diserap di 2 sebagai ing lainnya r makanan i inangnya h dominan urner et al. kat patogen idak dapat sehingga sinbiotik 3.8 abc umulatif 0-6 meningkatkan daya tahan hidup bakteri probiotik oleh karena substrat yang spesifik telah tersedia untuk fermentasi sehingga tubuh mendapat manfaat yang lebih sempurna dari kombinasi probiotik dan prebiotik Gibson dan Roberfroid 1995, 6 kebutuhan asam amino untuk nutrisi proteinnya tidak banyak bergantung pada kualitas protein makanannya. Produk fermentasi dapat dimanfaatkan oleh bakteri probiotik dalam saluran pencernaan dan memperkecil oksidasi protein menjadi energi serta memelihara kesehatan dan fungsi normal sistem pencernaan. Penggunaan probiotik dalam ransum memberi pengaruh yang nyata P0,05 terhadap peningkatan pertambahan bobot badan ayam pedaging yang diinfeksi E.coli dibandingkan dengan perlakuan kontrol R5, namun tidak menunjukkan perbedaan yang nyata dibandingkan dengan perlakuan prebiotik dan sinbiotik baik yang diinfeksi maupun yang tidak diifeksi E.coli. Owings et al . 1990 menyatakan bahwa beberapa penelitian tentang probiotik tidak selalu mendapatkan hasil yang positif terhadap pertumbuhan ternak, tetapi ada yang mendapatkan hasil negatif. Perbedaan tersebut disebabkan oleh beberapa hal diantaranya jenis atau strain bakteri probiotik tersebut, dosis pemberian pada ternak, tingkat ketahanan bakteri terhadap kondisi yang ekstrim baik dalam saluran pencernaan ternak maupun lingkungan penyimpanan. Probiotik merupakan mikroorganisme yang dapat meningkatkan pertumbuhan dan efisiensi pakan ternak tanpa mengakibatkan terjadinya proses penyerapan komponen probiotik dalam tubuh ternak, sehingga tidak terdapat residu dan tidak terjadinya mutasi pada ternak. Beberapa manfaat yang ditimbulkan dari pemberian probiotik dalam campuran pakan terhadap ayam antara lain: mempertahankan mikroflora bermanfaat dalam saluran pencernaan dan sebaliknya menghambat pertumbuhan bakteri patogen E.coli dan Salmonella , meningkatkan aktivitas enzim pencernaan, menurunkan aktivitas enzim bakterial dan produksi amonia, meningkatkan asupan dan pencernaan makanan serta menetralisir enterotoksin dan menstimulir sistem kekebalan Jin et al. 1998, serta mempertahankan keseimbangan ekosistem dalam usus sehingga dapat meningkatkan pertambahan bobot badan ayam pedaging Nisbet et al. 1993, dan Conway dan Wang 2000. Tabel 18. Rataan bobot badan awal dan pertambahan bobot badan ayam pedaging gekorminggu dan akumulatif Perlakuan Umur minggu BB Awal 0-1 1-2 2-3 3-4 4-5 R1 38,57 102,2±8,76 ab 202,9±34,37 a 327,5±90,16 abc 353,6±82,04 261,5±159,80 R2 38,05 94,4±20,85 b 170,8±39,45 ab 369,2±59,96 ab 388,8±25,58 367,5±94,64 R3 37,52 114,0±17,2 a 177,7±28,28 ab 370,7±58,67 ab 416,7±52,24 333,2±67,44 R4 38,12 96,28±8,5 b 202,35±30,5 a 315,7±23,75 abc 431,2±63,96 307,5±72,32 R5 38,42 93,19±2,9 b 135,64±30,1 b 392,7±30,21 a 341,2±54,17 245,0±82,94 R6 38,07 96,48±7,0 b 209,47±34,1 a 368,5±29,46 ab 420,1±70,98 303,6±79,66 R7 38,42 94,95±5,1 b 208,18±34,6 a 293,0±35,03 bc 426,6±67,69 379,6±48,21 R8 38,40 95,73±3,1 b 220,87±46,3 a 283,7±54,66 c 414,0±69,33 326,0±59,82 Pertambahan bobot badan akumulatif gekor BB Awal 0-1 0-2 0-3 0-4 0-5 R1 38,57 140,8±9,01 ab 343,7±25,70 a 671,2±65.24 1024,9±111,4 1286,3±108,4 b R2 38,05 132,4±20,95 b 303,2±21,88 ab 672,5±57,23 1061,3±72,8 1428,8±145,9 a R3 37,52 151,5±17,04 a 329,2±31,44 a 700,0±48,99 1116,8±28,0 1450,0±129,1 a R4 38,12 134,4±8,31 ab 336,7±28,42 a 652,5±42,72 1083,8±101,5 1391,3±58,2 ab R5 38,42 131,6±2,66 b 267,2±28,16 ab 660,0±28,28 1001,3±65,1 1246,3±18,0 c R6 38,07 134,5±7,33 ab 344,0±33,80 a 712,5±39,48 1132,6±53.2 1436,3±47,8 a R7 38,42 133,3±5,60 b 342,0±31,95 a 635,0±50,00 1061,6±109,7 1441,3±100,4 R8 38,40 134,1±3,41 ab 355,0±46,78 a 638,7±36,60 1052,8±54,2 1378,8±26,9 ab Keterangan : Nilai rataan dengan superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata P0,05 R1 = Ransum basal kontrol R2 = Ransum basal + Prebiotik 0,4 R3 = Ransum basal + Probiotik 10 8 CFU R4 = Ransum basal + Prebiotik 0,4 + Probiotik 10 8 CFU sinbiotik R5 = Ransum basal kontrol + Infeksi E. coli 10 4 CFU R6 = Ransum basal + Prebiotik 0,4 + Infeksi E. coli 10 4 CFU R7= Ransum basal + Probiotik 10 8 CFU + E. coli 10 4 CFU R8 = Ransum basal + Prebiotik 0,4 + Probiotik 10 8 CFU + E. coli 10 4 CFU Hasil yang sejalan dengan pertambahan bobot badan ditunjukkan terhadap bobot badan akhir ayam pedaging yang diperoleh pada akhir penelitian Tabel 19. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan prebiotik, probiotik, dan sinbiotik dalam ransum mempengaruhi bobot badan akhir ayam pedaging umur 6 minggu P0,05. Penggunaan sinbiotik dalam ransum secara nyata P0,05 meningkatkan bobot badan akhir ayam pedaging umur 6 minggu Lampiran 7. Peningkatan bobot badan akhir ini diduga terkait dengan peranan sinbiotik itu sendiri yaitu meningkatkan daya tahan hidup bakteri probiotik oleh karena substrat yang spesifik telah tersedia untuk difermentasi sehingga ternak mendapat manfaat yang lebih sempurna dari kombinasi probiotik dan prebiotik ini. Dengan semakin banyak bakteri probiotik di dalam usus, daya tahan ternak menjadi lebih baik. Sebab, bakteri probiotik akan menghasilkan asam laktat hingga menambah tingkat keasaman dalam usus. Tingkat keasaman yang tinggi ini akan membuat keadaan tidak menguntungkan bagi mikroorganisme patogen Lopez 2000. Salah satu tujuan penggunaan prebiotik dalam ransum adalah untuk mengurangi proliferasi mikroba patogen dalam saluran pencernaan. Tabel 19. Rataan bobot badan akhir ayam pedaging umur 6 minggu gekor Perlakuan Bobot Badan Akhir R1 Ransum basal kontrol R2 Ransum basal+Prebiotik R3 Ransum basal+Probiotik R4 Ransum basal+Sinbiotik R5 Ransum basal kontrol+Infeksi E. coli R6 Ransum basal+Prebiotik+Infeksi E. coli R7Ransum basal+Probiotik+Infeksi E. coli R8 Ransum basal+Prebiotik+Probiotik+Infeksi E. coli 1743,3±91,1 c 1890,4±56,8 ab 1862,4±65,4 abc 1939,9±83,8 a 1609,8±79,6 d 1763,2±78,6 c 1788,4 ±71,5 bc 1852,2 ±75,8 abc Keterangan : Nilai rataan dengan superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata P0,05 Beberapa penelitian membuktikan bahwa prebiotik dapat meningkatkan ketahanan inang terhadap serangan patogen karena kemampuannya dalam meningkatkan jumlah Bifodobacteria maupun Lactobacillus dalam usus Manning et al. 2004; Fukata et al. 1999; dan Gibson et al. 1995. Asam laktat yang dihasilkan oleh Bifodobacteria dan Lactobacillus memiliki sifat inhibitory penghambat, karena dapat menurunkan pH saluran pencernaan sehingga bakteri patogen tidak mampu berkompetisi untuk hidup Manning et al. 2004. Dengan demikian keberadaan prebiotik ini juga dapat menekan pertumbuhan bakteri patogen, sehingga meningkatkan kesehatan saluran pencernaan dan pada akhirnya meningkatkan daya tahan tubuh secara menyeluruh sehingga dapat meningkatkan pertambahan bobot badan dan bobot badan akhir ayam pedaging. Kondisi tersebut sejalan dengan skor lesio histopatologi usus halus duodenum, jejunum dan ileum yang diperoleh pada perlakuan sinbiotik Tabel 24, 25 dan 26 menunjukkan skor lesio usus lebih rendah dibandingkan perlakuan kontrol R5 dan tidak terjadi kerusakan yang berarti pada mikrovilli sehingga kemampuan mencerna dan menyerap makanan berfungsi dengan baik, sehingga dapat dimanfaatkan oleh tubuh ternak untuk membentuk atau menambah ukuran jaringan baru. Hasil pertumbuhan atau perkembangan jaringan baru tersebut akan mempengaruhi bobot badan akhir ayam pedaging. Semakin tinggi laju pertambahan bobot badan maka semakin besar bobot badan akhir yang diperoleh. Konversi Ransum Hasil pengamatan terhadap nilai konversi ransum ayam pedaging dari delapan perlakuan ransum disajikan pada Tabel 20. Konversi ransum erat kaitannya dengan konsumsi pakan dan pertambahan bobot badan. Beberapa faktor yang mempengaruhi konversi pakan antara lain imbangan energi dan protein ransum, pembatasan waktu makan serta sumber energi dan protein ransum yang digunakan Pirgozliev et al. 2002. Selain faktor tersebut, keadaan lingkungan dan suhu kandang merupakan salah satu faktor yang sangat berpengaruh terhadap konversi pakan. Seperti diketahui, ayam adalah hewan berdarah panas. Artinya ayam mampu memelihara suhu tubuh secara konstan tanpa pengaruh dari suhu lingkungan. Ketika suhu di kandang dingin ayam akan mengkonsumsi pakan dalam jumlah banyak, namun kalori yang diperoleh pada saat itu tidak digunakan untuk membentuk daging, akan tetapi digunakan untuk mempertahankan suhu tubuh dari kondisi lingkungan dingin. Jika suhu kandang terlalu panas, ayam akan m t d y k N E t j m d p p d p H mengkonsum tingkat efisi dibutuhkan u sedikit. Peng yang tidak konversi ran Nilai konve P0,05 le E.coli R5 terdapat pad jumlah kon menunjukka diberi ransu perlakuan k probiotik da diuraikan se Perb prebiotik da Hal tersebut 0,5 1 1,5 2 2,5 3 Konversi ransum akumu latif Gambar 16. msi sedikit p iensi penggu untuk mengh ggunaan preb diinfeksi E nsum ayam ersi ransum ebih rendah Lampiran da perlakuan sumsi ransu an bahwa e um mengan kontrol, hal an peran pre ebelumnya, s aikan konve an sinbiotik t tercermin d 2.24 bc 1.99 Rataan kon perlakuan ra pakan. Semak unaan ransum hasilkan satu biotik, probi E.coli memb pedaging se m pada perl dibandingk n 8. Penyeb n prebiotik d um dibandin fisiensi pen ndung prebi tersebut d ebiotik dalam sehingga mem ersi ransum p k, diduga ka dari gambara 9 c 2.29 bc Per nversi ransum ansum kin kecil nila m semakin u kilogram p iotik, dan sin beri pengaru ecara akumu akuan preb kan dengan bab rendah dan sinbiotik ngkan perlak nggunaan ra otik dan si disebabkan k m saluran pe mperbaiki k pada ayam p arena kecern an histopatolo 2.11 bc rlakuan ran ayam pedagin ai konversi ra baik karena pertambahan nbiotik baik uh yang nya ulatif 0-6 m iotik dan s perlakuan k nya nilai k k tersebut ad kuan lainny nsum pada inbiotik leb karena adan encernaan ay konversi rans pedaging yan naan bahan p ogi usus halu 2.6 a 2.22 b nsum ng secara aku ansum meng a jumlah ran n bobot bada yang diinfek ata P0,05 minggu Ga sinbiotik se kontrol yang konversi ran dalah karena ya Tabel 17 ayam peda ih baik dib nya aktivita yam seperti sum. ng mempero pakan lebih us duodenum bc 2.47 ab umulatif 0-6 m ggambarkan nsum yang an semakin ksi maupun 5 terhadap ambar 16. cara nyata g diinfeksi nsum yang rendahnya 7. Hal ini aging yang bandingkan as mikroba yang telah leh ransum sempurna. m, jejunum 1.89 c minggu antar r Tabel 20. Rataan nilai konversi ransum ayam pedaging mingguan dan akumulatif Perlakuan Umur minggu 0-1 1-2 2-3 3-4 4-5 R1 1,29±0,07 1,17±0,13 ab 0,98±0,14 0,69±0,04 0,71±0,18 ab R2 1,03±0,27 1,47±0,42 ab 1,03±0,14 0,67±0,07 0,62±0,08 ab R3 1,15±0,25 1,45±0,13 ab 1,12±0,29 0,72±0,10 0,58±0,12 b R4 1,14±0,44 1,22±0,23 ab 1,02±0,20 0,65±0,10 0,58±0,09 b R5 1,10±0,07 1,31±0,33 ab 1,25±0,27 0,77±0,07 0,78±0,05 a R6 1,07±0,15 1,09±0,36 b 1,08±0,36 0,64±0,03 0,68±0,06 ab R7 0,90±0,19 1,68±0,42 a 1,39±0,31 0,75±0,09 0,59±0,04 b R8 1,14±0,21 1,27±0,28 ab 1,11±0,17 0,70±0,03 0,67±0,10 ab Konversi ransum akumulatif 0-1 0-2 0-3 0-4 0-5 R1 1,29±0,07 1,71±0,11 1,87±0,29 ab 1,92±0,24 2,24±0,32 ab R2 1,03±0,27 1,93±0,54 1,90±0,37 ab 1,88±0,21 2,02±0,13 b R3 1,15±0,25 1,97±0.14 2,05±0,39 ab 1,99±0,27 2,11±0,22 ab R4 1,14±0,44 1,69±0,45 1,89±0,37 ab 1,80±0,33 1,97±0,17 b R5 1,10±0,07 1,86±0,38 2,00±0,38 ab 2,09±0,35 2,45±0,21 a R6 1,07±0,15 1,51±0,44 1,81±0,53 b 1,78±0,36 2,08±0,27 ab R7 0,90±0,19 2,03±0,38 2,50±0,54 a 2,25±0,35 2,25±0,23 ab R8 1,14±0,21 1,71±0,31 2,05±0,26 ab 1,95±0,18 2,16±0,17 ab Keterangan : Nilai rataan dengan superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata P0,05 R1 = Ransum basal kontrol R2 = Ransum basal + Prebiotik 0,4 R3 = Ransum basal + Probiotik 10 8 CFU R4 = Ransum basal + Prebiotik 0,4 + Probiotik 10 8 CFU sinbiotik R5 = Ransum basal kontrol + Infeksi E. coli 10 4 CFU R6 = Ransum basal + Prebiotik 0,4 + Infeksi E. coli 10 4 CFU R7= Ransum basal + Probiotik 10 8 CFU + E. coli 10 4 CFU R8 = Ransum basal + Prebiotik 0,4 + Probiotik 10 8 CFU + E. coli 10 4 CFU dan ileum Gambar 19, 20, dan 21 dan skor lesio usus halus Tabel 24, 25, dan 26 memiliki tingkat kerusakan lebih ringan dibandingkan dengan ayam pedaging pada perlakuan kontrol yang diinfeksi E.coli R5 sehingga meningkatnya aktivitas enzim pencernaan dan penyerapannya lebih sempurna dengan semakin luasnya area absorbsi. Beberapa hasil penelitian tentang penggunaan probiotik pada ternak unggas dilaporkan oleh Sartika et al. 1994 bahwa penggunaan probiotik dapat memperbaiki performa ayam broiler meliputi rataan bobot hidup, konversi ransum dan dapat menurunkan mortalitas. Pemberian probiotik pada ayam broiler dilaporkan dapat memperbaiki pertumbuhan, angka konversi serta meningkatkan ketersediaan vitamin dan zat makanan lain Barrow 1992; Yeo dan Kim 1997. Selanjutnya Haddadin et al. 1996 melaporkan bahwa pemberian probiotik Lactobacillus acidophilus pada pakan ayam petelur dapat memperbaiki konversi pakan Feed Conversion Ratio, meningkatkan produksi telur, dan mengurangi konsentrasi kolesterol kuning telur, sedangkan lipida dan trigliserida dalam kuning telur dan serum darah tidak mengalami penurunan. Penambahan kultur Lactobacillus Yeo dan Kim 1997; Jin et al. 1998, Streptococcus faecium Angelovicova 1996 pada ransum mempunyai dampak positif terhadap pertumbuhan, produksi telur, dan efisiensi penggunaan pakan. Perbaikan FCR pada ayam yang memperoleh probiotik juga dilaporkan oleh banyak peneliti Yeo dan Kim 1997; Denli et al. 2003; Arslan dan Saattci 2004. Perbaikan FCR menunjukkan bahwa kecernaan dan absorbsi pakan lebih baik. Suplementasi E. facium pada pakan ayam akan meningkatkan kecernaan selulosa. Sjofjan 2003 melaporkan bahwa kecernaan protein meningkat dari 65,7 menjadi 71,5 dan kandungan energi metabolis pakan meningkat dari 2.558 kkalkg menjadi 2.601 kkalkg pada ayam yang memperoleh probiotik Bacillus sp. dibandingkan dengan kontrol yang memperoleh antibiotik. Peningkatan tersebut kemungkinan besar berkaitan erat dengan meningkatnya aktivitas enzim protease pada usus halus menjadi 5,28 IU, lebih tinggi dari kontrol yang hanya 1,82 IU. Begitu pula halnya dengan aktivitas enzim amilase meningkat dari 58,92 IU menjadi 69,50 IU Sjofjan 2003. Selanjutnya Kompiang et al. 2004 dan Arslan dan Saattci 2004 pemberian B. apiarius secara nyata meningkatkan produksi, memperbaiki FCR, dan menekan mortalitas burung puyuh. Ensminger dan Olentine 1978 menyatakan pemberian probiotik pada ternak unggas membantu keseimbangan mikroba dalam saluran pencernaan, mendorong pertumbuhan mikroorganisme yang menguntungkan, membantu menyediakan zat-zat makanan yang merangsang pertumbuhan seperti vitamin, asam amino dan enzim, juga dapat menghambat berkembangnya bibit penyakit dan tidak merusak mikroflora usus, meningkatkan pertumbuhan dan penampilan ternak, memperbaiki konversi ransum, pencernaan dan absorbsi nutrien, serta meningkatkan produktivitas ternak, yaitu dengan meningkatkan keseimbangan mikroflora usus, namun demikian viabilitas probiotik dalam sistem pencernaan menghadapi beberapa kendala diantaranya keberadaan pH yang rendah, kondisi obligat anaerob, garam empedu bile salts, dan kompetisi dengan bakteri lainnya Wiryawan dan Brooker 1995. Prebiotik mempunyai sasaran langsung ke kolon, memiliki fermentasi selektif dan membantu mempertahankan mikroflora yang seimbang, karena digunakan spesies yang promotif bagi kesehatan. Selain itu efek sistemik juga dapat timbul sesudah produk fermentasi diserap ke dalam aliran darah. Prebiotik difermentasikan oleh bakteri-bakteri probiotik terutama Lactobacillus dan Bifidobacterium sehingga menghasilkan asam lemak rantai pendek dalam bentuk asam asetat, propionat, butirat dan L-laktat, juga karbondioksida dan hidrogen Gibson dan Roberfroid 1995. Asam lemak rantai pendek hasil fermentasi, akan diambil bagi metabolisme berbagai jaringan: butirat oleh epitel kolon, L-laktat dan asetat oleh hati, asetat sebagian oleh jaringan otot dan jaringan perifer. Beberapa hasil penelitian melaporkan bahwa pemberian prebiotik pada ayam pedaging dapat memperbaiki performa, konversi ransum, berat karkas, kualitas karkas, serta meningkatkan ketersediaan vitamin dan zat makanan lain Daud et al. 2009; Yusrizal dan Chen 2003; Daud et al. 2007; Barrow 1992; Yeo dan Kim 1997. Efek positif penggunaan prebiotik oligosakarida terhadap performa ayam pedaging dilaporkan oleh Wageha et al. 2008, Rehman et al. 2009, Waldroup et al. 2003, Yusrizal dan Chen 2003, dan pada kalkun dilaporkan oleh Zdunczyk et al. 2005. Selanjutnya Ma et al. 2006, dan Flemming et al. 2004 melaporkan penggunaan 0,05 MOS dalam ransum menunjukkan tidak adanya pengaruh pada ayam pedaging. Prebiotik juga dapat meningkatkan ketahanan terhadap patogen melalui peningkatan Bifidobacteria dan Lactobacilli Gibson dan Roberfroid 1995. Produk akhir metabolik seperti asam yang diekskresi oleh bakteri tersebut dapat menurunkan pH hingga tingkat yang rendah dimana Bifidobacteria dan Lactobacilli secara efektif berkompetisi. Selain asam, bakteri usus juga akan menghasilkan zat yang bersifat antimikroba. Hampir semua zat yang diproduksi oleh bakteri bersifat asam merupakan hasil fermentasi karbohidrat oligosakarida Tomomatsu 1994. Adanya produksi asam tersebut akan menurunkan pH usus sehingga persentase bakteri yang menguntungkan seperti Bifidobacterium dan Lactobacillus meningkat, sedangkan persentase bakteri patogen seperti E.coli dan Streptococcus faecalis yang merugikan akan menurun. Menurut Tomomatsu 1994, pertumbuhan bakteri patogen seperti Salmonella dan E.coli akan terhambat dengan adanya asam dan zat-zat antibakteri. Hasil penelitian dengan memberikan frukto-oligosakarida pada ayam pedaging dapat menurunkan populasi bakteri patogen Cao et al. 2005. Mortalitas Penggunaan prebiotik, probiotik, dan sinbiotik dalam ransum tidak memberi pengaruh yang nyata terhadap persentase mortalitas ayam pedaging baik dalam mingguan maupun secara akumulatif 0-6 minggu Tabel 21, kecuali pada minggu pertama umur 1-2 minggu penggunaan prebiotik, probiotik, dan sinbiotik dalam ransum secara nyata P0,05 mempengaruhi persentase mortalitas ayam pedaging Lampiran 9. Secara numerik persentase mortalitas secara akumulatif paling rendah terdapat pada perlakuan ransum sinbiotik dan probiotik yang tidak diinfeksi bakteri E.coli yaitu 3,25 dan 3,75, serta yang paling tinggi terdapat pada perlakuan kontrol yang diinfeksi bakteri E.coli R5 yaitu 5,50, dan paling sering terjadi mortalitas yaitu pada minggu pertama penelitian. Toelihere 1981 menyatakan bahwa tingkat kematian ayam pedaging banyak terjadi pada minggu-minggu pertama p p t 3 m r p k p m T m l r l k d pemeliharaa penetasan sa Men tidak terlalu 30 akan menunjukka ransum tida pedaging pa sinbiotik m kontrol Ga Bebe pemberian p menguntung Tungland 2 mempunyai laktat. Seir rendah dan lanjutnya d kompetisi. S substansi y diantaranya 1 2 3 4 5 6 P ersen tase mortalitas ak umulat if Gambar 17. an dan san ampai peme nurut Donald u mempenga berdampak an bahwa p ak mempeng ada perlaku asih berada mbar 17. erapa refer probiotik, pr gkan terhada 2001 yang i kemampu ring dengan mikroba pa daya tahan Selain itu m yang bersif berbagai jen 5.25 5.0 Rataan perse antar perlaku ngat ditentu eliharaan ay d dan Danie aruhi biaya k besar terh penggunaan garuhi biaya uan ransum dibawah 5 rensi menu rebiotik dan ap kesehata g menyataka uan meromb n meningka atogen tidak mikroba pa mikroba prob fat antibak nis asam lem 00 3.75 Per entase mortali uan ransum ukan oleh yam. el 2002 tin produksi, t hadap biaya n prebiotik, a produksi k yang meng dan lebih unjukkan m sinbiotik da n ternak an an bahwa b bak karboh atnya asam k mampu ber atogen men biotik dapat kteri antim mak terbang 3.25 lakuan rans itas ayam ped kondisi an ngkat kemat etapi untuk a produksi. probiotik, karena perse gandung pre h rendah dib manfaat yan alam ransum ntara lain ad bakteri prob hidrat seder laktat, pH rtahan hidup njadi margin menetralisa microbial . seperti asam 5.50 5.25 sum daging secara nak ayam tian ayam s kematian s Hasil pen dan sinbio entase morta ebiotik, prob bandingkan ng ditimbu m mempunya dalah dari M biotik Lact rhana menj lingkungan p secara opt nal dan kr si toksin da Substansi m propionat, 5 4.75 a akumulatif pada saat ebesar 5 ebesar 20- nelitian ini otik dalam alitas ayam biotik, dan perlakuan ulkan dari ai dampak Meyer dan tobacillus jadi asam n menjadi timal. Efek ritis dalam an produksi antibakteri butirat dan 4.75 0-6 minggu asetat. Golongan asam lemak ini bersifat antibakteri pada Salmonella sp, Clostridium sp, E.coli, Streptococus sp dan Staphylococus sp. Bahan antibakteri lain adalah bakteriosin seperti pediosin yang dihasilkan Pediococus sp, sakasin L. sakae , laktasin L.achidophilus, plantarisin L.plantarum dan kurvasin L.cwivatus yang mereduksimenghambat perkembangan mikroba-mikroba patogen dalam saluran pencernaan. Penggunaan probiotik pada ternak unggas juga dilaporkan dapat menurunkan aktivitas urease, suatu enzim yang bekerja menghidrolisis urea menjadi amonia sehingga pembentukan amonia menjadi berkurang. Amonia adalah suatu bahan yang dapat menyebabkan keracunan pada ternak unggas Yeo dan Kim 1997. Seperti keracunan nitrat-nitrit pada unggas telah dilaporkan oleh Litjens dan Eijhelemburg 1987, yaitu ketika terjadi kematian ayam broiler di tempat peternakan pembibitan breeding farm, penyebab yang diidentifikasi adalah ventilasi kandang yang kurang memenuhi syarat, sehingga udara di sekitar kandang mengandung amonia cukup tinggi yang berasal dari kotoran ayam tersebut. Kadar amonia yang tinggi diikat oleh air yang berasal dari reaksi kondensasi yang biasa terjadi pada musim dingin. Amonia dalam air tersebut diubah menjadi nitrat dan nitrit dengan bantuan bakteri air. Akibat adanya nitrat dan nitrit ini, maka terjadi kematian pada anak ayam broiler tersebut dengan ciri- ciri pasca mati adalah perubahan warna darah, yaitu kecoklatan gelap, sebagai ciri yang spesifik dari keracunan nitrat-nitrit Jones 1993. Selanjutnya Zainuddin et al. 1995; Zainuddin dan Wahyu 1996 menggunakan mikroba probiotik untuk mengurangi pembentukan gas amonia telah dicoba diantaranya adalah probiotik starbio yang ditambahkan pada pakan ayam pedaging dan ayam buras petelur. Probiotik starbio adalah mikroba pengurai protein proteolitik, serat kasar sellolitik, lignin lignolitik, dan nitrogen fiksasi non sinbiotik, yang berasal dari lambung sapi dan dikemas dalam campuran tanah, akar rumput dan daun-daunan atau ranting yang dibusukkan Zainuddin et al. 1995. Penambahan 0,025-0,05 starbio pada pakan ayam komersial, ternyata kadar amonia di lingkungan kandangnya 4-5 ppm lebih rendah dibandingkan dengan kadar amonia di lingkungan kandang yang pakannya tanpa penambahan starbio 8-10 ppm. Tabel 21. Rataan persentase mortalitas ayam pedaging minggu dan akumulatif Perlakuan Umur minggu 0-1 1-2 2-3 3-4 4-5 R1 3,50±1,00 0,75±0,95 ab 0,00±0,00 0,00±0,00 0,75±1,50 R2 2,25±1,25 1,50±0,57 ab 0,25±0,50 0,50±0,57 0,50±0,57 R3 2,00±1,63 0,50±0,57 b 0,00±0,00 0,00±0,00 0,75±0,95 R4 1,25±0,95 0,50±0,57 b 0,50±0,57 0,00±0,00 0,50±1,00 R5 3,25±0,95 0,75±0,95 ab 0,25±0,50 0,00±0,00 1,00±0,81 R6 2,25±2,06 2,00±0,81 a 0,25±0,50 0,00±0,00 0,50±0,57 R7 2,00±2,00 1,25±0,95 ab 0,75±0,95 0,50±0,57 0,00±0,00 R8 2,00±0.81 1,00±1,41 ab 0,25±0,50 0,25±0,50 0,75±1,50 Persentase mortalitas akumulatif 0-1 0-2 0-3 0-4 0-5 R1 3,50±1,00 4,25±1,25 4,25±1,25 4,25±1,25 5,00±1,82 R2 2,25±1,25 3,75±0,95 4,00±0,81 4,50±1,00 5,00±0,81 R3 2,00±1,63 2,50±2,08 2,50±2,08 2,50±2,08 3,25±1,70 R4 1,25±0,95 1,75±0,50 2,25±0,50 2,25±0,50 2,75±0,95 R5 3,25±0,95 4,00±1,82 4,25±1,50 4,25±1,50 5,25±1,50 R6 2,25±2,06 4,25±2,06 4,50±1,73 4,50±1,73 5,00±1,82 R7 2,00±2,00 3,25±2,06 4,00±2,16 4,50±2,51 4,50±2,51 R8 2,00±0.81 3,00±1,41 3,25±1,89 3,50±2,38 4,25±2,21 Keterangan : Nilai rataan dengan superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata P0,05 R1 = Ransum basal kontrol R2 = Ransum basal + Prebiotik 0,4 R3 = Ransum basal + Probiotik 10 8 CFU R4 = Ransum basal + Prebiotik 0,4 + Probiotik 10 4 CFU sinbiotik R5 = Ransum basal kontrol + Infeksi E. coli 10 4 CFU R6 = Ransum basal + Prebiotik 0,4 + Infeksi E. coli 10 4 CFU R7= Ransum basal + Probiotik 10 8 CFU + E. coli 10 4 CFU R8 = Ransum basal + Prebiotik 0,4 + Probiotik 10 8 CFU + E. coli 10 4 CFU Beberapa hasil kajian memperlihatkan hubungan antara oligosakarida dengan proses stimulasi sistem pertahanan tubuh, baik dengan cara menstabilkan keseimbangan bakteri di dalam saluran cerna maupun dengan cara meningkatkan respon imun. Pengujian secara in vivo pada hewan menunjukkan bahwa prebiotik dapat mempengaruhi fungsi imun Manning dan Gibson 2004, sehingga meningkatkan daya tahan tubuh, dan menekan pertumbuhan bakteri patogen seperti E.coli dan Salmonella di dalam saluran pencernaan ayam pedaging. Probiotik yang ada dalam saluran pencernaan berguna dalam stimulasi sistem imunitas inang. Mikroorganisme probiotik mampu mengatur beberapa aspek dari sistem kekebalan hewan inang. Kemampuan probiotik untuk bertahan hidup dalam saluran pencernaan dan menempel pada sel-sel usus sehingga menghalangi proliferasi, infeksi, dan invansi mikroba patogen. Peningkatan populasi bakteri probiotik mengurangi peluang dan kesempatan bertahan hidup mikroba patogen, hal ini disebabkan keberadaan probiotik dan prebiotik dalam ransum dapat menciptakan keseimbangan mikroflora usus, karena mengandung mikroba yang dapat mengurangi bakteri patogen dalam usus melalui mekanisme kerja prebiotik dan probiotik CFNP TAP Review 2002; Newman 2001. Kemampuan menempel yang kuat pada sel-sel usus ini akan menyebabkan mikroba-mikroba probiotik berkembang dengan baik dan mikroba-mikroba patogen tereduksi dari sel-sel usus hewan inang, sehingga perkembangan organisme-organisme patogen yang menyebabkan penyakit, seperti E.coli dan Salmonella dalam saluran pencernaan akan mengalami hambatan dengan demikian mortalitas ayam pedaging dapat ditekan McNaught and MacFie 2000. Indeks Produksi Tingkat keberhasilan usaha ternak tidak hanya dipengaruhi oleh rendahnya nilai konversi ransum akan tetapi perlu juga dilihat indeks produksinya Arifien 1997. Indeks produksi dipengaruhi oleh bobot badan akhir, persentase ayam hidup, lama pemeliharaan dan nilai konversi ransum Gambar 18. Hasil penelitian menunjukkan bahwa indeks produksi tertinggi diperoleh pada perlakuan prebiotik dan sinbiotik, sedangkan indeks produksi terendah diperoleh pada perlakuan kontrol yang diinfeksi E.coli. Berdasarkan n d m l u l p p m M p P d d p nilai indeks dinyatakan mendapat r lebih tinggi Ting sinbiotik di usus ayam laktat BAL pertumbuha penggunaan memberikan Menurut Ar Semakin tin performa ay Populasi B Popu duodenum, ditampilkan pencernaan 50 100 150 200 250 In de k s pr od uk si Gambar 18. s produksi y memperoleh ransum preb dibandingk gginya perse iduga erat h Tabel 22 L dalam u an ayam p n prebiotik n sumbanga rifien 1997 nggi nilai yam pedagin Po akteri Asam ulasi bakteri jejunum da pada Tabe berbeda 176 2 Indeks produ yang dipero h prestasi is biotik dan kan dengan p entase ayam hubunganny , dimana d sus akan m pedaging. H dan sinbi an yang cu 7 standar in indeks pro ng tersebut. opulasi Mik m Laktat B i asam lakt an ileum el 22. Distr pada setia 215.95 187,3 Pe uksi ayam pe oleh pada p stimewa, ha sinbiotik m perlakuan k m hidup pada ya dengan k dengan men memberikan Hasil penel iotik dalam ukup berart ndeks produ oduksi yang kroflora Sal BAL tat BAL p ayam pedag ribusi dan d ap bagian 3 213.32 1 erlakuan ran edaging umur perlakuan pr al ini karena memiliki pe ontrol. a perlakuan komposisi m ningkatnya pengaruh y litian ini m ransum a i bagi peni uksi ayam p g diperoleh luran Cern pada saluran ging umur dominasi m saluran p 39,6 179,62 nsum r 6 minggu an rebiotik dan a ayam peda ersentase ay ransum pre mikroba BA jumlah bak yang positi membuktik ayam pedag ingkatan ke pedaging ad maka sem a n pencernaa 2, 4 dan mikroba pad encernaan, 164,59 225 ntar perlakuan n sinbiotik aging yang yam hidup ebiotik dan AL dalam kteri asam f terhadap an bahwa ging akan euntungan. dalah 200. makin baik an sekum, 6 minggu da saluran misalnya 5.14 n ransum dominasi mikroba dalam sekum berbeda dengan dominasi mikroba pada bagian ileum Lu et al. 2003; Spring 1997. Demikian juga halnya populasi bakteri yang diperoleh pada penelitian ini menunjukkan hasil yang berbeda pada setiap bagian saluran pencernaan. Tabel 22. Populasi BAL pada saluran pencernaan ayam pedaging Log cfuml Ayam umur Perla kuan Bagian usus Sekum Duodenum Jejunum Ileum 2 minggu R1 6,91±0,05 d 4,32±2,53 b 6,71±0,42 e 6,69±0,42 d R2 7,08±0,09 d 7,24±0,32 a 7,02±0,09 de 6,81±0,18 cd R3 8,23±0,14 b 8,02±0,02 a 8,12±0,16 b 8,02±0,02 a R4 8,70±0,13 a 7,97±0,95 a 8,70 ±0,12 a 7,88±0,84 ab R5 6,90±0,05 d 6,19±0,18 a 6,63±0,33 e 6,45±0,49 d R6 6,92±0,26 d 7,45±0,59 a 7,56±0,47 bcd 7,04±0,12 bcd R7 7,29±0,10 c 6,30 ±1,48 a 7,44±0,18 cd 7,05±0,83 bcd R8 8,33±0,12 b 7,66 ±0,72 a 7,68±0,75 bc 7,66±0,72 abc 4 minggu R1 7,73±0,15 bc 6,69±0,09 d 6,98±0,00 b 7,00±0,04 bc R2 8,65±0,34 a 7,05±0,01 cd 7,21±0,04 ab 8,01±0,02 a R3 7,36±0,39 c 7,67±1,03 abc 6,80±0,49 b 7,06±0,22 bc R4 8,37±0,23 ab 7,89±0,00 ab 7,97±0,01 a 7,53±0,02 ab R5 6,47±1,35 d 6,78±0,61 d 6,74±0,66 b 5,87±1,00 e R6 8,37±0,23 ab 8,29±0,12 a 7,19±1,19 ab 7,62±0,29 ab R7 7,19±0,50 cd 6,54±0,27 d 7,08±0,17 b 6,35±0,18 de R8 8,35±0,27 ab 7,20±0,37 bcd 7,10±0,09 b 6,88±0,40 cd 6 minggu R1 6,96±0,56 de 5,80±0,40 f 5,80±0,84 e 6,26±0,25 b R2 7,54±0,05 bc 6,54±0,17 d 6,96±0,15 bc 7,11±0,12 a R3 7,50±0,45 bc 7,94±0,01 ab 7,49±0,13 a 6,86±0,20 a R4 8,42±0,01 a 7,97±0,00 a 7,24±0,01 ab 7,23±0,07 a R5 6,60±0,06 e 6,97±0,03 c 6,62±0,10 cd 6,89±0,01 a R6 7,79±0,30 b 6,27±0,05 e 6,30±0,18 de 7,16±0,12 a R7 7,22±0,02 cd 6,39±0,05 de 6,24±0,01 de 6,86±0,05 a R8 7,26±0,24 cd 7,72±0,02 b 7,02±0,21 abc 6,77±0,78 a Keterangan: Nilai rataan dengan superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata P0,05 R1 = Ransum basal kontrol R2 = Ransum basal + Prebiotik 0,4 R3 = Ransum basal + Probiotik 10 8 CFU R4 = Ransum basal + Prebiotik 0,4 + Probiotik 10 8 CFU sinbiotik R5 = Ransum basal + Infeksi E. coli 10 4 CFU R6 = Ransum basal + Prebiotik 0,4 + Infeksi E.coli 10 4 CFU R7= Ransum basal + Probiotik 10 8 CFU + E. coli 10 4 CFU R8 = Ransum basal + Prebiotik 0,4 + Probiotik 10 8 CFU + E. coli 10 4 CFU Penggunaan prebiotik, probiotik dan sinbiotik dalam ransum ayam pedaging umur 2, 4, dan 6 minggu memberi pengaruh yang nyata P0.05 terhadap populasi BAL pada saluran pencernaan sekum, duodenum, jejunum dan ileum. Penggunaan prebiotik, probitik dan sinbiotik dalam ransum secara nyata P0.05 meningkatkan populasi BAL pada bagian sekum duodenum, jejunum dan ileum. Demikian juga halnya populasi BAL pada saluran cerna ayam pedaging yang diinfeksi E.coli namun diberi prebiotik, probiotik dan sinbiotik, secara nyata P0.05 lebih tinggi dibandingkan perlakuan kontrol Lampiran 11, 12, 13, dan 14. Populasi bakteri asam laktat BAL pada saluran pencernaan sekum, duodenum, jejunum dan ileum ayam pedaging umur 2, 4, dan 6 minggu yang tertinggi terdapat pada perlakuan prebiotik dan sinbiotik Tabel 22. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan prebiotik, maupun sinbiotik dalam ransum ayam pedaging mampu meningkatkan mikrobiota probiotik endogenous BAL. Kebanyakan prebiotik yang telah dipelajari merupakan jenis oligosakarida yang tidak dapat dicerna di usus halus yang pada gilirannya akan masuk ke usus besar, selanjutnya akan difermentasi oleh bakteri-bakteri yang menguntungkan di dalam usus besar kolon sehingga meningkatkan pertumbuhan bakteri asam laktat seperti Lactobacillus dan Bifidobacteria di dalam saluran pencernaan Weese 2002; Manning dan Gibson 2004. Menurut Ballongue 2004, keseimbangan ekosistem saluran gastrointestinal dapat terjaga melalui beberapa faktor berupa mekanisme secara fisik, kimia dan pengaturan biologis seperti gerakan peristaltik usus yang dapat menyebabkan eliminasi mikroorganisme dan interaksi-interaksi yang terjadi antara berbagai macam spesies bakteri yang terdapat di dalam usus baik simbiosis maupun antagonis. Mikrobiota dalam usus ayam pedaging sangat berfruktuasi dan menjadi stabil pada umur 6 minggu. oleh karena itu ayam yang baru menetas atau yang berumur dibawah 3 minggu sangat rentan terhadap infeksi E.coli. Kepekaan terhadap infeksi E.coli menurun dengan nyata sejalan dengan perkembangan mikrobiota normal dalam usus. Mekanisme dan kandungan mikroflora yang amat kompleks dalam saluran pencernaan ayam pedaging dapat menyebabkan BAL tidak dapat beradaptasi dan bersaing dalam saluran pencernaan. Subsitusi prebiotik oligosakarida dari tepung buah rumbia dan formulasi sinbiotik dengan bakteri asam laktat kedalam ransum ternyata dapat menstimulasi pertumbuhan bakteri asam laktat dan menurunkan kolonisasi bakteri E.coli pada saluran pencernaan ayam pedaging. Hal ini ditunjukkan dengan populasi BAL pada saluran pencernaan ayam pedaging cenderung terjadi peningkatan dibandingkan dengan ayam pada perlakuan kontrol yang diinfeksi maupun yang tidak diinfeksi E.coli. Menurut Gibson et al. 1995 penambahan oligofruktosa FOS ke dalam ransum tidak mengubah total bakteri, akan tetapi menurunkan jumlah Bacteriodes, Clostridia dan Fusobacteria. Bielecka et al. 2002 melaporkan pemberian FOS tidak mengubah total mikroba, akan tetapi meningkatkan Bifidobacterium dan menurunkan coliform. Selajutnya Cao et al. 2005, penggunaan frukto-oligosakarida sebesar 0,4 dalam ransum dapat meningkatkan jumlah bakteri Bifidobacterium spp dan Lactobacillus spp dalam saluran pencernaan ayam pedaging umur 42 hari. Dwiari 2008 melaporkan konsumsi oligosakarida sebesar 0,26 gkg BBhari dapat meningkatkan jumlah BAL pada feses tikus. Pengaruh infeksi E.coli terhadap pertumbuhan BAL pada saluran pencernaan ayam pedaging yang diberi ransum yang mengandung prebiotik, probiotik dan sinbiotik disajikan pada Tabel 22. Pertumbuhan BAL tidak terpengaruh dengan adanya intervensi E.coli pada kelompok ayam yang diberi ransum yang mengandung prebiotik, probiotik dan sinbiotik. Meskipun terjadi sedikit penurunan jumlah BAL jika dibandingkan dengan kelompok ayam yang tidak diinfeksi E.coli, akan tetapi jumlahnya masih lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan kontrol. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan prebiotik, probiotik dan sinbiotik mampu menghambat pertumbuhan bakteri patogen yang masuk ke dalam saluran pencernaan ayam pedaging. BAL yang distimulasi oleh prebiotik mampu bertahan akibat adanya intervensi patogen. Demikian pula pada perlakuan ransum sinbiotik, pertumbuhan BAL tidak terpengaruh dengan adanya intervensi E.coli dan jumlahnya tidak berbeda dengan jumlah pada kondisi tanpa infeksi E.coli. Penggunaan prebiotik dan sinbiotik dalam ransum mampu mempertahankan jumlah BAL pada saluran pencernaan ayam pedaging baik pada kondisi infeksi E.coli maupun tanpa diinfeksi E.coli, terjadi penurunan jumlah BAL pada perlakuan kontrol, dan sedikit penurunan pada perlakuan probiotik. Meskipun demikian pada perlakuan prebiotik dan sinbiotik tidak menunjukkan perbedaan yang nyata. Jumlah BAL pada perlakuan kontrol lebih rendah dibandingkan dengan perlakuan prebiotik dan sinbiotik, baik yang diinfeksi maupun yang tidak diinfeksi E. coli. Hal ini tidak terlepas dari mekanisme kerja probiotik yaitu melekatmenempel dan berkolonisasi dalam usus, berkompetisi terhadap makanan dan memproduksi zat anti mikrobial. Populasi Bakteri Escherichia coli Populasi bakteri E.coli pada saluran pencernaan sekum, duodenum, jejunum dan ileum ayam pedaging umur 2, 4 dan 6 minggu dari delapan perlakuan ransum ditampilkan pada Tabel 23. Penggunaan prebiotik, probiotik dan sinbiotik dalam ransum ayam pedaging umur 2, 4 dan 6 minggu memberi pengaruh yang nyata P0,05 terhadap populasi E.coli pada sekum, duodenum, jejunum dan ileum Lampiran 15, 16, 17, dan 18. Populasi E.coli pada sekum, duodenum, jejunum dan ileum ayam pedaging umur 2 minggu pada perlakuan prebiotik, dan sinbiotik secara nyata P0,05 lebih rendah dibandingkan perlakuan kontrol. Penggunaan prebiotik, probiotik dan sinbiotik dalam ransum setelah umur 4 hingga 6 minggu mampu menurunkan populasi E.coli pada saluran pencernaan ayam pedaging sekum, duodenum, jejunum dan ileum. Demikian juga halnya pada kelompok ayam pedaging yang diinfeksi E.coli, pemberian prebiotik, probiotik dan sinbiotik mampu menurunkan jumlah E.coli pada sekum, duodenum, jejunum dan ileum ayam pedaging umur 4 dan 6 minggu penelitian dibandingkan dengan perlakuan kontrol P0,05. Rendahnya populasi bakteri E.coli pada ayam pedaging yang mendapat ransum prebiotik disebabkan karena adanya peran komponen prebiotik oligosakarida yaitu rafinosa dan stakhiosa. Komponen prebiotik ini dapat difermentasi oleh bakteri asam laktat dan Bifidobacteria sehingga menimbulkan kondisi asam, yang mengakibatkan iritasi pada mukosa usus atau terjadinya inflamasi Ten Bruggencate et al. 2003. Kondisi asam, menyebabkan pertumbuhan E.coli terhambat, sehingga inang terlindungi dari bakteri patogen. Penurunan jumlah bakteri E.coli pada saluran pencernaan ayam pedaging pada penelitian ini mengindikasikan bahwa bakteri E.coli tidak mampu menggunakan prebiotik oligosakarida dari tepung buah rumbia sebagai salah satu sumber nutrien untuk pertumbuhannya. Hal ini menunjukkan bahwa efek buruk kehadiran E.coli dapat ditekan dengan adanya prebiotik dalam ransum karena kolonisasi E.coli dalam saluran pencernaan terhambat. Tabel 23. Populasi E.coli pada saluran cerna ayam pedaging Log cfuml Ayam umur Perla kuan Bagian usus Sekum Doudenum Jejunum Ileum 2 minggu R1 5,27±1.33 abc 4,73±0,31 b 4,55±0,51 bc 5,45±1,13 ab R2 2,46±1,01 e 2,76±1,38 d 2,83±1,36 c 2,39±1,01 e R3 4,71±0,13 bcd 4,66±0,17 bc 4,68±0,15 b 4,55±0,05 bc R4 2,48±1,70 e 3,14±2,02 cd 2,93±2,23 bc 2,69±1,50 de R5 6,47±0,95 a 6,58±0,58 a 6,68±0,70 a 6,37±0,83 a R6 3,47±0,33 de 3,85±0,98 bcd 3,11±0,13 bc 4,20±0,60 bc R7 3,81±0,81 cde 4,70±0,04 bc 3,78±0,85 bc 3,90±0,92 cd R8 5,43±0,81 ab 3,44±0,03 bcd 4,41±1,12 bc 5,62±0,17 ab 4 minggu R1 6,89±0,06 a 6,23±0,27 ab 5,73±0,70 a 5,89±0,68 ab R2 5,14±0,10 de 5,48±0,55 bc 3,15±0,01 c 3,00±0,00 e R3 4,72±0,25 de 4,18±0,60 d 3,02±1,02 c 3,48±1,36 cde R4 4,59±0,10 e 4,54±0,01 cd 4,85±0,00 b 3,49±0,56 de R5 6,78±1,28 ab 6,81±1,84 a 5,87±0,72 a 4,67±0,62 cd R6 6,17±0,20 abc 6,29±0,10 ab 5,94±0,45 a 6,04±0,46 a R7 6,01±0,56 bc 4,58±1,07 cd 4,83±0,66 b 4,86±1,00 bc R8 5,45±0,46 cd 3,59±0,25 d 3,48±0,10 c 3,75±0,55 cde 6 minggu R1 6,86±1,16 ab 4,98±0,97 b 5,25±1,74 ab 5,86±0,85 a R2 5,28±0,69 d 4,01±0,96 c 3,62±0,49 cd 4,04±0,66 c R3 5,69±0,04 cd 5,64±0,04 ab 5,46±0,45 ab 3,03±0,04 d R4 5,62±0,02 cd 4,91±0,00 b 3,17±0,06 d 3,80±0,03 c R5 6,95±0,05 a 6,52±0,12 a 6,07±0,04 a 6,55±0,13 a R6 6,09±0,12 c 5,15±0,72 b 4,29±1,37 bcd 4,15±0,59 bc R7 5,58±0,04 cd 5,77±0,09 ab 4,48±0,47 bcd 4,87±0,06 b R8 6,15±0,29 bc 5,26±0,50 b 4,82±1,08 abc 4,25±0,71 bc Keterangan : Nilai rataan dengan superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata P0,05 R1 = Ransum basal kontrol R2 = Ransum basal + Prebiotik 0,4 R3 = Ransum basal + Probiotik 10 8 CFU R4 = Ransum basal + Prebiotik 0,4 + Probiotik 10 8 CFU sinbiotik R5 = Ransum basal + Infeksi E. coli 10 4 CFU R6 = Ransum basal + Prebiotik 0,4 + Infeksi E.coli 10 4 CFU R7= Ransum basal + Probiotik 10 8 CFU + E. coli 10 4 CFU R8 = Ransum basal + Prebiotik 0,4 + Probiotik 10 8 CFU + E. coli 10 4 CFU Mekanisme lain yang mungkin berperan adalah peranan senyawa oligosakarida itu sendiri yang dapat difermentasi oleh bakteri-bakteri yang menguntungkan di dalam usus besar, sehingga mampu menstimulir pertumbuhan bakteri asam laktat seperti Lactobacillus dan Bifidobacteria dalam saluran pencernaan Weese 2002; Manning dan Gibson 2004. Hasil fermentasi berupa asam lemak rantai pendek short chain fatty acidSCFA akan menurunkan pH di dalam usus besar sehingga tercipta lingkungan asam yang tidak ideal untuk pertumbuhan bakteri E.coli, pH yang rendah juga merupakan sinyal bagi sistem imun saluran cerna dan pembentukan mukus yang berfungsi sebagai barier pada permukaan saluran cerna agar bakteri patogen tidak dapat masuk ke aliran darah. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pemberian prebiotik dan probiotik tidak semua dapat menurunkan populasi E.coli bahkan ada yang meningkatkan jumlah E.coli karena E.coli merupakan bakteri yang dapat tumbuh dengan nutrisi yang minim. Bakteri ini dapat menghasilkan sendiri faktor pertumbuhan yang diperlukannya, asalkan ada sumber karbon Todar 2005. Rossoeu et al. 2004 menemukan bahwa E.coli dapat mengkonsumsi FOS DP 3-5 meskipun pada tingkat yang amat rendah yaitu sebesar 14-21 setelah inkubasi 48 jam dengan konsentrasi FOS 10gL media. Endo dan Nakano 1999 melaporkan bahwa penambahan probiotik campuran Bacillus sp, Lactobacillus sp, Streptococcus sp, Saccharomyces sp, Candida sp pada ransum ayam broiler dapat menurunkan jumlah bakteri E.coli dan Salmonella pada sekum. Pemberian probiotik tersebut dapat menurunkan pH dalam sekum dan meningkatkan asam asetat serta meningkatkan jumlah Lactobacillus dalam usus. McNaught dan MacFie 2000 melaporkan bahwa mikroba probiotik juga mensekresikan produk anti mikrobial yang dikatakan bakteriosin. Sebagai contoh Lactobacillus aciodophilus menghasilkan dua komponen bakteriosin yaitu bakteriosin lactacin B dan acidolin. Bakteriosin lactacin B dan acidolin bekerja menghambat berkembangnya organisme patogen. Selanjutnya Anderson et al. 1988; Raccach et al. 1989; El Naggar 2004 melaporkan bahwa Lactobacillus sp dapat melindungi host terhadap infeksi atau masuknya agen patogen ke saluran pencernaan. Lactobacillus menghasilkan hidrogen peroksida dan asam organik seperti asam laktat dalam jumlah tinggi, sehingga akan menurunkan pH lingkungannya dan juga sekaligus menekan tumbuhnya patogen. Berbagai tipe antibiotik juga dapat dihasilkan oleh Lactobacillus spp contohnya, L. acidophilus dapat memproduksi lactacin dan L. plantarum dapat menghasilkan plantaricin. Ayam yang mendapat ransum sinbiotik juga terjadi penurunan jumlah E.coli pada sekum, duodenum, jejunum dan ileum umur 2, 4 dan 6 minggu. Pada kelompok ayam yang diinfeksi E.coli menunjukkan bahwa penggunaan sinbiotik dalam ransum berpengaruh nyata P0,05 terhadap populasi E.coli pada sekum, duodenum, jejunum dan ileum. Hal ini menunjukkan bahwa sinbiotik dapat menghambat atau mencegah tumbuhnya bakteri patogen pada saluran pencernaan ayam pedaging. Hal tersebut diduga aktivitas prebiotik oligosakarida bekerja menghambatmereduksi pertumbuhan E.coli. Menurut Hartemink 1997, enterobakter seperti E.coli mempunyai enzim yang dapat mendegradasi oligosakarida. Meskipun E.coli dapat memfermentasi oligofruktosa pada kultur bersama dengan B. infantis secara in vitro, akan tetapi setelah 25 jam fermentasi terjadi penurunan jumlah E.coli dan setelah 35 jam sudah tidak ada pertumbuhan, sebaliknya pada B.infantis yang jumlahnya stabil dari awal fermentasi hingga 60 jam fermentasi Wang dan Gibson 1993. Prebiotik secara tidak langsung dapat mencegah berkembangnya bakteri patogen dan mempertahankan kondisi setelah infeksi E.coli. Pemberian prebiotik oligosakarida pada ternak yang diinfeksi dengan patogen, mampu mencegah patogen berkembang pada inang melalui stimulasi bakteri asam laktat yang mampu memfermentasi gulaoligosakarida menjadi asam laktat, sehingga media tumbuh ber-pH rendah, dimana pada kondisi ini patogen tidak dapat tumbuh dan berkembang biak. Diketahui bahwa bakteri asam laktat menghasilkan hidrogen peroksida yang memiliki efek bakterisidal. Hidrogen peroksida merupakan senyawa yang tidak stabil dan terurai menjadi radikal superoksida dan hidroksil. Adanya gugus sulfhidril pada protein dinding sel akan berinteraksi dengan radikal superoksida sehingga meningkatkan permeabilitas membran dan mendenaturasi sejumlah enzim sel, sehingga jumlah patogen menurun Surono 2004. Selain itu, dari dalam tubuh ayam pedaging itu sendiri juga mempunyai pertahanan untuk melawan adanya patogen yang masuk ke dalam tubuh. Hentges 1992 menjelaskan beberapa hipotesis muncul untuk menjelaskan mekanisme yang dapat menekan bakteri patogen. Beberapa faktor tersebut diantaranya muncul teori kompetisi terhadap nutrien, merubah kondisi lingkungan yang tidak ideal bagi patogen seperti dihasilkannya asam lemak terbang oleh flora usus, dan kompetisi untuk menempati ruang yang ada pada saluran pencernaan. Selanjutnya Mulder et al. 1997 menjelaskan teori competitive exclusion CE yaitu perlakuan terhadap anak ayam DOC yang diberi mikroflora yang menghasilkan resistensi terhadap mikroorganisme yang berpotensi patogen. Spring 1997 merangkum beberapa mekanisme pengaturan bakteri yang mempengaruhi mikroflora pada saluran pencernaan. mekanisme yang tercakup dalam CE sangat kompleks yaitu populasi bakteri mempunyai pendekatan berbeda dalam melakukan kompetisi terhadap bakteri pendatang. Secara garis besar mekanisme yang terjadi dapat dibedakan secara tidak langsung dan secara langsung. Secara tidak langsung merupakan akibat dari mikroflora normal meningkatkan respon fisiologis inang dan akan mempengaruhi interaksi antara inang dengan mikroba. Mekanisme secara langsung adalah terjadinya saling penekanan antara suatu populasi bakteri terhadap populasi bakteri lainnya. Gambaran Histopatologi Usus Perubahan Mikroskopik Duodenum Histopatologi usus halus pada bagian duodenum ayam pedaging umur 2, 4 dan 6 minggu ditampilkan pada Tabel 24. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dampak kerusakan usus ayam pedaging dari penggunaan prebiotik, probiotik dan sinbiotik dalam ransum selama 6 minggu pemeliharaan tidak menunjukkan efek negatif terhadap kondisi usus duodenum yang tercermin dari skor lesio relatif lebih rendah dibandingkan skor lesio yang diperoleh pada perlakuan kontrol yang di infeksi E.coli R5. Semakin kecil skor lesio yang dimiliki mengindikasikan kondisi organ pencernaan ayam semakin baik mendekati keadaan normal dan sebaliknya semakin besar skor lesio yang diperoleh menunjukkan tingkat kerusakan semakin parah. Infeksi E.coli pada ayam pedaging menimbulkan perubahan mikroskopik pada usus bagian duodenum pada perlakuan kontrol yang diinfeksi E.coli R5 yang ditandai dengan villi usus rusak Gambar 19b dan skor lesio yang diperoleh pada minggu kedua, keempat, dan keenam nyata P0,05 lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan ransum lainnya Lampiran 19. Villi yang mengalami kerusakan, akan mengganggu proses penyerapan makanan di dalam usus halus. Selain itu, luas permukaan ini digunakan oleh bakteri patogen E.coli untuk menempel dan berkoloni, sehingga dapat memberikan pengaruh negatif terhadap perkembangan usus halus ayam pedaging. Bakteri patogen muncul dalam bentuk kolonisasi di dalam usus pada villi dan lapisan usus. Bakteri patogen akan berkembang biak dan menyebabkan kerusakan pada villi usus sehingga mengurangi penyerapan zat gizi. Tabel 24. Rataan skor lesio duodenum ayam pedaging Perlakuan Umur ayam minggu 2 4 6 R1 Kontrol 0,60±0,54 b 0,27±0,26 c 0,42±0.124 d R2 Prebiotik 0,65±0,42 b 0,80±0,54 bc 0,70±0,40 cd R3 Probiotik 0,85±0,34 b 0,77±0,35 bc 1,05±0,43 bc R4 Sinbiotik 0,65±0,25 ab 0,52±0,26 bc 0,57±0,29 cd R5 Kontrol+infeksi E.coli 2,02±0,49 a 1,77±0,98 a 1,65±0,28 a R6 Prebiotik+infeksi E.coli 0,87±0,20 b 1,17±0,17 ab 0,80±0,24 bcd R7 Probiotik+infeksi E.coli 1,07±0,42 b 1,00±0,33 bc 1,20±0,29 b R8 Sinbiotik+infeksi E.coli 0,62±0,28 b 0,77±0,41 bc 0,52±0,25 d Keterangan: Nilai rataan dengan superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata P0,05 Angka pada Tabel diperoleh dari hasil pengamatan duodenum dengan mikroskop pada 10 bidang pandang kemudian dibuat skala dengan tingkat kerusakan sebagai berikut: 0 - 0,50 = 0; 0,51 - 1,50 =1; 1,51 - 2,50 = 2; 2,51 - 3,50 = 3. 0 = normal villi utuh, mukosa normal, dan epitel tersusun rapi dengan sel goblet 1 = rusak ringan odema, dan villi pendek 2 = rusak sedang villi terkoyak ringantumpul, dan sel goblet berproliferasi 3 = rusak parah villi rusak, dan proliferasi sel radang Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perlakuan ransum prebiotik, probiotik dan sinbiotik memiliki tingkat kerusakan usus bagian duodenum lebih rendah dibandingkan dengan perlakuan kontrol yang diinfeksi E.coli R5. Hal ini mengindikasikan bahwa penggunaan prebiotik, probiotik dan sinbiotik dalam ransum ayam pedaging tidak memberikan efek negatif terhadap ekosistem usus halus, bahkan sebaliknya prebiotik, probiotik dan sinbiotik ini dapat mempertahankan kondisi usus halus tetap baik meskipun ayam telah diinfeksi E.coli . Hal ini disebabkan oleh adanya prebiotik, probiotik dan sinbiotik yang berperan menekan keberadaan E.coli dalam usus karena persaingan dalam mendapatkan nutrisi dan membentuk biosurfaktan dan molekul koagregasi yang mencegah pelekatan dan penyebaran patogen pada sel epithelial, serta menurunkan pH dengan dihasilkannya asam laktat, sehingga tidak nyaman bagi bakteri E.coli untuk tumbuh. a R1 Kontrol b R5 Kontrol + E.coli c R2 Prebiotik d R6 Prebiotik+E.coli e R3 Probiotik f R7 Probiotik + E.coli g R4 Sinbiotik h R8 Sinbiotik + E.coli Gambar 19. Fotomikrograf usus bagian duodenum ayam pedaging dengan pewarnaan Haematoxylin dan Eosin HE, pembesaran obyektif 10x. 1 villi rusak, 2 odema, 3 villi tumpul, 4 sel goblet bertambah 1 2 2 3 4 Hasil pengamatan histopatologi usus halus pada bagian duodenum ayam pedaging yang diberi sinbiotik Gambar 19g tidak ditemukan adanya kerusakan villi usus halus baik yang diinfeksi maupun yang tidak diinfeksi E.coli gambaran villi masih utuh yang ditandai dengan: 1 bentuk villi usus yang utuh tanpa ada koyakan pada permukaannya, 2 sel goblet dalam jumlah besar di setiap villi- villi usus, dan 3 tidak ditemui adanya sarang radang yang merupakan salah satu indikasi usus terserang bakteri patogen. Dalam usus prebiotik bertindak sebagai umpan penarik patogen, sehingga permukaan villi menjadi sehat dan dapat menyerap nutrisi secara efisien dan membuat lingkungan usus lebih sehat dan performa lebih baik. Probiotik juga dapat berinteraksi dengan sistem kekebalan dengan cara membantu sel dalam usus meningkatkan pertahanan tubuh Bahlevi et al. 2001, meningkatkan komposisi mikroflora dan menghambat patogen dalam saluran cerna karena persaingan dalam mendapatkan nutrisi dan membentuk biosurfaktan dan molekul koagregasi yang mencegah pelekatan dan penyebaran patogen pada sel epithelial serta menurunkan pH dengan dihasilkannya asam laktat, sehingga tidak nyaman bagi patogen Manning dan Gibson 2004 serta berperan dalam memperbaiki dan menstimulir sistem imun, membantu perbaikan mukosa Kirjavainen et al. 1998 dan meningkatkan aktivitas makrofag Perdigon et al. 1986. Klasing 1998 menjelaskan bahwa makrofag merupakan kunci pengaturan sel dari sistem kekebalan yang meliputi inisiasi dan mengatur respon imun yang bersifat alami maupun spesifik. Aktivasi yang ditimbulkan yaitu dapat mensintesa dan mensekresikan beragam molekul seperti cytokine, cytokine inhibitor, hormon endokrin, neurotransmitter dan reactive oxygen intermediates. Aktivitas lain yang mungkin ditimbulkan akibat adanya prebiotik terhadap sistem kekebalan tubuh adalah peranan senyawa prebiotik itu sendiri yang dapat difermentasi oleh bakteri-bakteri yang menguntungkan di dalam usus besar kolon, sehingga mampu menstimulir pertumbuhan bakteri asam laktat seperti Lactobacillus dan Bifidobacteria dalam saluran pencernaan Manning dan Gibson 2004. Hasil fermentasi berupa asam lemak rantai pendek short chain fatty acid SCFA akan menurunkan pH di dalam usus besar sehingga tercipta lingkungan asam yang tidak ideal untuk pertumbuhan bakteri E.coli, pH yang rendah juga merupakan sinyal bagi sistem imun kekebalan saluran cerna dan pembentukan mukus yang berfungsi sebagai barier pada permukaan saluran cerna ayam pedaging. Pada perlakuan sinbiotik juga terlihat sel goblet bertambah pada usus halus bagian duodenum Gambar 19g. Sel goblet dihasilkan secara terus menerus pada individu yang terinfeksi pada gastrointestinal Miller dan Nawa 1979; Douch et al. 1996; Klei 1997; Tiuria et al. 2001; Deplancke dan Gaskins 2001; dan Balqis et al. 2007. Proliferasi sel goblet berperan dalam mekanisme pengeluaran bakteri patogen dengan cara mensekresikan, menyimpan, dan melepaskan musin ke dalam lumen untuk menambah kapasitas lendir sehingga agen dengan cepat dapat dikeluarkan dari tubuh inang definitif Athaillah 1999; Tiuria et al. 2001; dan Balqis 2004. Musin yang dihasilkan oleh sel goblet dilaporkan berperan sebagai barrier pertahanan fisik dan non-spesifik terhadap invasi. Perubahan Mikroskopik Jejunum Hasil pengamatan histopatologi usus halus jejunum ayam pedaging umur 2, 4 dan 6 minggu dari delapan perlakuan ransum ditampilkan pada Tabel 25. Penggunaan prebiotik, probiotik dan sinbiotik berpengaruh nyata terhadap skor lesio usus halus bagian jejunum P0,05. Rataan skor lesio pada perlakuan kontrol yang diinfeksi E.coli R5 ayam pedaging umur 2, 4 dan 6 minggu nyata lebih tinggi P0,05 dibandingkan dengan perlakuan prebiotik, probiotik maupun sinbiotik. Infeksi E.coli pada ayam pedaging menimbulkan perubahan mikroskopik pada usus bagian jejunum pada semua perlakuan Gambar 20b,d,f, h baik kontrol maupun perlakuan prebiotik, probiotik dan sinbiotik yang diinfeksi E.coli yang ditandai dengan meningkatnya rataan skor lesio usus jejunum dibandingkan perlakuan yang tidak diinfeksi E.coli Lampiran 20. Perubahan mikroskopik jejunum ayam pedaging yang paling parah terdapat pada perlakuan kontrol yang diinfeksi E.coli R5 dan terjadi pada ayam umur 2 minggu penelitian. Salah satunya penyebab perubahan mikroskopik ini adalah adanya mikroorganisme patogen E.coli di dalam usus halus. Mikroorganisme patogen ini akan berusaha untuk mencari inang sebagai media tumbuh dengan cara menempel pada permukaan villi usus halus, yang akhirnya menyebabkan permukaan villi usus menjadi terkoyak Gambar 20b. Jika bakteri patogen masuk kedalam usus, maka hal pertama yang akan terjadi adalah sistem perlawanan yang dilakukan oleh sel goblet dengan cara mengeluarkan cairan mukus untuk mengusir bakteri patogen. Jika sel goblet tidak dapat mengusir bakteri patogen maka sistem pertahanan seluler akan maju dengan cara mengeluarkan sel-sel limfosit, makrofag dan heterofil untuk menyerang bakteri patogen, sampai akhirnya terbentuk sarang radang Balqis et al. 2007. Tabel 25. Rataan skor lesio jejunum ayam pedaging Perlakuan Umur ayam pedaging minggu 2 4 6 R1 Kontrol 0,52 ± 0,29 d 0,32± 0,23 c 0,50 ± 0,24 c R2 Prebiotik 0,55± 0,17 d 0,72± 0,40 bc 0,80± 0,42 bc R3 Probiotik 1,02± 0,41 bc 0,65± 0,38 bc 1,07 ± 0,26 ab R4 Sinbiotik 0,40± 0,08 d 0,55± 0,31 bc 0,50 ± 0,14 c R5 Kontrol+infeksi E.coli 2,35± 0,25 a 1,67± 0,66 a 1,72 ± 0,33 a R6 Prebiotik+infeksi E.coli 0,72± 0,15 cd 1,02± 0,40 b 0,82 ± 0,39 bc R7 Probiotik+infeksi E.coli 1,32± 0,48 b 1,12± 0,22 ab 1,32 ± 0,55 ab R8 Sinbiotik+infeksi E.coli 0,50± 0,18 d 0,80± 0,40 bc 0,47 ± 0,09 c Keterangan: Nilai rataan dengan superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata P0,05 Angka pada Tabel diperoleh dari hasil pengamatan jejunum dengan mikroskop pada 10 bidang pandang, kemudian dibuat skala dengan tingkat kerusakan sebagai berikut: 0 - 0,50 = 0; 0,51 - 1,50 =1; 1,51 - 2,50 = 2; 2,51 - 3,50 = 3. 0 = normal villi utuh, mukosa normal, dan epitel tersusun rapi dengan sel goblet 1 = rusak ringan odema, dan villi pendek 2 = rusak sedang villi terkoyak ringantumpul, dan sel goblet berproliferasi 3 = rusak parah villi rusak, dan proliferasi sel radang Apabila populasi bakteri patogen semakin banyak, maka yang terjadi adalah kerusakan pada villi usus yang akhirnya usus tidak dapat berfungsi dengan baik dalam proses penyerapan zat makanan, hal ini sangat terkait dengan populasi bakteri E.coli pada saluran pencernaaan ayam pedaging yang terdapat pada perlakuan kontrol yang diinfeksi E.coli R5 lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan prebiotik, probiotik dan sinbiotik Lampiran 20. Dengan demikian organ pencernaan jejunum pada ayam pedaging yang memperoleh ransum kontrol yang diinfeksi E.coli R5 sudah terjadi perubahan yang serius. Hal tersebut akan berpengaruh terhadap proses penyerapan absorbsi pada saat zat makanan melewati usus. Bila suatu zat makanan mengalami gangguan penyerapan maka organ pencernaan bekerja keras untuk menerima zat yang telah terserap tersebut untuk disalurkan ke jantung dan ke paru-paru kemudian dikembalikan ke jantung lagi. Selanjutnya disalurkan ke sel-sel dan terjadi sintesa protein dalam tubuh. Gambaran histopatologi jejunum ayam pedaging umur 6 minggu yang memperoleh ransum prebiotik dan sinbiotik Gambar 20c 20g, kondisi villi relatif lebih utuh dibandingkan ransum kontrol. Jejunum merupakan bagian usus halus, dimana di tempat tersebut terjadi pencernaan dan penyerapan zat makanan terbanyak. Selaput lendir di lumen usus halus memiliki jonjot yang lembut dan menonjol seperti jari yang disebut dengan villi, yang berfungsi sebagai tempat penyerapan zat makanan dan sekresi enzim pencernaan. Permukaan bagian usus halus adalah membran mukosa yang terdiri dari sel epitel kolumnar, beberapa diantaranya akan mengalami modifikasi dan membentuk sel goblet guna memproduksi mukosa Frandson 1996. Dalam keadaan normal selaput lendir usus dilapisi oleh isi usus yang bercampur getah usus, getah pankreas, empedu, lendir usus dan flora kuman-kuman. Salah satu faktor yang mempengaruhi kondisi usus halus sel goblet adalah pakan, jika pakan yang dikonsumsi mempunyai kualitas baik dan tidak mengandung racun maka usus akan berada dalam kondisi yang cukup baik untuk melakukan fungsinya dalam mencerna dan menyerap makanan, dalam arti lain bahwa usus akan merespon setiap pakan yang diberikan Uni et al. 2003. Choct 2001 menyatakan polisakarida bukan pati PBP mempengaruhi aktivitas saluran pencernaan dan interaksinya dengan mikroflora usus, termasuk penyerapan nutrien dan viskositas digesta meningkat, sehingga penyerapan nutrien terhambat di usus halus. Mathlouthi et al. 2002 melaporkan suplementasi enzim pada pakan berserat dapat meningkatkan ukuran villi dan rasio antara tinggi villi dengan kedalaman kripta crypt depth pada ayam pedaging. Data yang diperoleh dari penelitian ini mengindikasikan bahwa penggunaan prebiotik dan sinbiotik tidak memberikan efek negatif terhadap kondisi usus ayam pedaging yang tercermin pada skor lesio relatif lebih rendah dibandingkan kontrol. Hal ini terkait dengan keberadaan prebiotik dan probiotik dalam saluran pencernaan, sehingga nutrien didalamnya dapat terserap dengan baik pada saat makanan berada di usus halus. Penyerapan tersebut terutama terjadi pada jejunum dan ileum. a R1 Kontrol b R5 Kontrol + E.coli c R2 Prebiotik d R6 Prebiotik + E.coli e R3 Probiotik f R7 Probiotik + E.coli g R4 Sinbiotik h R8 Sinbiotik + E.coli Gambar 20. Fotomikrograf usus bagian jejunum ayam pedaging dengan pewarnaan HE, pembesaran obyektif 10x 1 Villi usus terkoyak, 2 sel goblet berproliferasi, 3 odema, 4 villi tumpul 1 3 4 1 2 3 3 Perubahan Mikroskopik Ileum Hasil pengamatan menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang nyata P0,05 terhadap skor lesio usus halus bagian ileum ayam pedaging umur 2, 4 dan 6 minggu pada perlakuan prebiotik, probiotik dan sinbiotik Tabel 26. Rataan skor lesio usus bagian ileum pada perlakuan kontrol yang diinfeksi E.coli R5 nyata lebih tinggi P0,05 dibandingkan perlakuan ransum lainnya. Skor lesio yang diperoleh pada penelitian ini menunjukkan bahwa dampak kerusakan usus yang terlihat dari penggunaan prebiotik dan sinbiotik pada ransum ayam pedaging selama 6 minggu pemeliharaan tidak menunjukkan efek negatif terhadap kondisi usus ileum yang tercermin dari skor lesio relatif lebih rendah dibandingkan skor lesio yang diperoleh pada ransum kontrol yang diinfeksi E.coli R5 Lampiran 21. Tabel 26. Rataan skor lesio Ileum ayam pedaging Perlakuan Umur ayam pedaging minggu 2 4 6 R1 Kontrol 0,35 ± 0,26 d 0,22±0,26 e 0,60±0,18 c R2 Prebiotik 0,60± 0,40 cd 0,45±0,17 de 0,80±0,42 c R3 Probiotik 0,97± 0,49 bc 1,02±0,45 abc 1,10±0,25 bc R4 Sinbiotik 0,55± 0,17 cd 0,52±0,20 cde 0,67±0,22 c R5 Kontrol+infeksi E.coli 2,20± 0,21 a 1,47±0,41 a 1,82±0,55 a R6 Prebiotik+infeksi E.coli 0,65± 0,17 cd 1,12±0,43 ab 0,90±0,24 c R7 Probiotik+infeksi E.coli 1,15± 0,19 b 0,85±0,40 bcd 1,62±0,77 ab R8 Sinbiotik+infeksi E.coli 0,47± 0,20 d 0,57±0,17 cde 0,70±0,20 c Keterangan: Nilai rataan dengan superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata P0,05 Angka pada Tabel diperoleh dari hasil pengamatan Ileum dengan mikroskop pada 10 bidang pandang kemudian dibuat skala dengan tingkat kerusakan sebagai berikut: 0 - 0,50 = 0; 0,51 - 1,50 =1; 1,51 - 2,50 = 2; 2,51 - 3,50 = 3. 0 = normal villi utuh, mukosa normal, dan epitel tersusun rapi dengan sel goblet 1 = rusak ringan odema, dan villi pendek 2 = rusak sedang villi terkoyak ringantumpul, dan sel goblet berproliferasi 3 = rusak parah villi rusak, dan proliferasi sel radang Perlakuan kontrol yang diinfeksi E.coli R5 mengalami perubahan mikroskopik pada ileum menunjukkan terjadinya kerusakan pada villi Gambar 21b. Villi koyak dan tumpul akibat infeksi E.coli. Mikrovili yang rusak berpengaruh terhadap ketebalan mukosa, menyebabkan villi-villi usus menjadi pendek dan jarang. Pada perlakuan ransum prebiotik, probiotik dan sinbiotik, menunjukkan keadaan villi usus lebih sehat dibandingkan perlakuan kontrol dan tidak terjadi kerusakan yang berarti pada mikrovilli, akan tetapi mengalami rusak ringan yaitu terjadi odema dan vllli pendek. Terjadinya pemendekan villi tersebut menyebabkan pengurangan kerapatan villi Winarsih 2005. a R1 Kontrol b R5 Kontrol + E.coli c R2 Prebiotik d R6 Prebiotik + E.coli e R3 Probiotik f R7 Probiotik + E.coli g R4 Sinbiotik h R8 Sinbiotik + E.coli Gambar 21. Fotomikrograf usus bagian ileum ayam pedaging dengan pewarnaan HE, pembesaran obyektif 10x 1 villi terkoyak , 2 odema, 3 villi pendek 2 3 2 1 Iji et al. 2001 menyatakan penurunan luas permukaan villi akan membatasi penyerapan sari-sari makanan. Dengan demikian ayam yang diinfeksi E.coli dapat terganggu absorbsi nutrien yang berimplikasi pada hambatan pertambahan bobot badan ayam. Hasil penelitian sebelumnya membuktikan bahwa ayam yang diinfeksi E.coli mengalami penurunan bobot badan dibandingkan dengan ayam yang tidak terinfeksi E.coli Tabel 18. Kehilangan bobot badan erat kaitannya dengan keterbatasan kemampuan absorbsi nutrien oleh villi usus yang mengalami kerusakan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa prebiotik, probiotik dan sinbiotik dapat mencegah dan mempertahankan mukosa usus dari serangan mikroba patogen. Perlindungan usus halus dari ancaman infeksi E.coli erat kaitannya dengan terpicunya fungsi sistem pertahanan mukosa ayam pedaging yang diperankan oleh sel goblet, sel mast mukosa, dan eosinofil sehingga sebagian besar E.coli dapat dikeluarkan dari saluran cerna sehingga membantu sistem imun ayam pedaging dengan cara meningkatkan produksi antibodi Bloksma et al . 1979, meningkatkan aktivitas makrofag Perdigon et al. 1986, limfosit, meningkatkan produksi musin dalam usus, sehingga meningkatkan respon imun alami, menghambat patogen dalam usus karena persaingan dalam mendapatkan nutrisi dan membentuk biosurfaktan dan molekul koagregasi yang mencegah pelekatan dan penyebaran patogen pada sel epithelial, menurunkan pH dengan dihasilkannya asam laktat, sehingga tidak nyaman bagi patogen untuk tumbuh, dan menekan aktivitas enzim penghasil amin yang toksik dan karsinogenik dari bakteri usus lainnya. Semua segmen usus halus ayam pedaging yang diamati pada perlakuan ransum prebiotik, probiotik dan sinbiotik mempunyai skor lesio lebih rendah dibandingkan perlakuan kontrol. Hal ini memberi gambaran bahwa ayam pedaging yang memperoleh ransum prebiotik, probiotik dan sinbiotik sama baiknya dan lebih baik dari ransum kontrol yang diinfeksi bakteri E.coli R5. Kondisi tersebut seiring dengan gambaran histopatologi duodenum, jejunum dan ileum dari kedelapan perlakuan ransum memiliki pola yang sama dimana kondisi ayam yang memperoleh ransum prebiotik, probiotik dan sinbiotik lebih baik dibandingkan ayam pedaging yang memperoleh ransum kontrol yang diinfeksi E.coli R5. Data yang diperoleh pada penelitian ini menunjukkan bahwa prebiotik dan sinbiotik sebagai feed additive dalam ransum sangat diperlukan dalam menciptakan keseimbangan mikroflora usus, yaitu dengan memacu pertumbuhan bakteri yang menguntungkan probiotik dan menekan pertumbuhan bakteri patogen seperti E.coli, sehingga dapat memperbaiki lesio saluran pencernaan ayam pedaging. KESIMPULAN Penggunaan sinbiotik dalam ransum dapat memberi pengaruh yang positif terhadap peningkatkan bobot badan, bobot badan akhir, indeks produksi, dan dapat meningkatkan pertumbuhan bakteri asam laktat BAL serta menekan nilai konversi ransum, mortalitas, lesio usus halus ayam pedaging yang ditunjukkan dengan rendahnya skor lesio yang dimiliki dan mengindikasikan kondisi organ pencernaan ayam dalam keadaan baik mendekati keadaan normal, dan dapat menurunkan populasi bakteri E.coli pada saluran pencernaan sekum, duodenum, jejunum dan ileum ayam pedaging umur 6 minggu.

VI. PEMBAHASAN UMUM

Oligosakarida merupakan salah satu sumber prebiotik yang dapat dijadikan sebagai nutrisi untuk pertumbuhan bakteri probiotik. Buah rumbia Metroxylon sagu Rottb. merupakan salah satu bahan yang dapat digunakan sebagai penghasil oligosakarida. Hasil analisis High Performance Liquid Chromatography HPLC menunjukkan bahwa komponen oligosakarida ekstrak tepung buah rumbia terdiri atas: sukrosa, rafinosa, dan stakhiosa. Oligosakarida tersebut dapat difermentasi oleh mikroba L.casei Rhamnosus dan B. bifidum, yang ditunjukkan dengan tumbuhnya koloni yang dikelilingi zona kuning Gambar 8. Sukrosa, stakhiosa dan rafinosa merupakan komponen oligosakarida yang berperan sebagai prebiotik. Rafinosa adalah trisakarida yang terdiri dari monomer fruktosa, galaktosa dan glukosa. Smiricky-Tjardes et al. 2003 melaporkan secara in vitro rafinosastakhiosa lebih cepat difermentasi menghasilkan asam lemak rantai pendek dibandingkan dengan FOS. Pada kultur murni yang ditambahkan rafinosa dan stakhiosa hasilnya menunjukkan bahwa rafinosa dan stakhiosa dapat dimetabolisme dengan baik oleh Bifidobacterium dan Lactobacillus. Martinez- Villaluenga et al. 2005 melaporkan bahwa L.casei Rhamnosus mampu memfermentasi gula-gula seperti glukosa, galaktosa, laktosa, mannosa, selobiosa, trehalosa dan rhamnosa, serta maltosa. Beberapa hasil penelitian lain menunjukkan bahwa bakteri asam laktat BAL mampu menghasilkan asam-asam organik sebagai hasil fermentasi gula seperti asam asetat dan laktat Scheinbach 1998; Makinen dan Bigret 2004, asam propionat, diasetil, reuterin Ouwehand dan Vesterlund 2004. Asam laktat dan asetat dapat menghambat bakteri lain patogen sedangkan asam propionat lebih baik dalam menghambat yeast dan kapang. Oligosakarida dapat berperan sebagai prebiotik karena tidak dapat dicerna, namun mampu menstimulir pertumbuhan bakteri asam laktat seperti Lactobacillus dan Bifidobacteria di dalam saluran pencernaan Weese 2002; Manning dan Gibson 2004. Manning et al. 2004 menyebutkan bahwa laktulosa, oligofruktosa, galaktooligosakarida, oligosakarida kedelai, laktosukrosa, isomaltooligosakarida, glukooligosakarida, xylooligosakarida dan palatinosa merupakan oligosakarida yang berpotensi sebagai prebiotik. Bakteri B. bifidum, B. animalis, L.casei Rhamnosus, dan L. bulgaricus mampu menggunakan gula oligosakarida ekstrak tepung buah rumbia sebagai media pertumbuhannya. Keberadaan oligosakarida sukrosa, rafinosa dan stakhiosa menyebabkan BAL dapat tumbuh dengan baik, yang ditandai dengan bertambahnya populasi bakteri sesuai dengan interval waktu inkubasi yaitu pertumbuhan BAL pada media oligosakarida dimulai pada 0 jam hingga jam ke-24 waktu inkubasi mencapai pertumbuhan eksponensial atau fase logaritma fase log dan selanjutnya terjadi pertumbuhan mendatar fase statis dan akhirnya terjadi penurunan pada jam ke- 36 dan jam ke-48 waktu inkubasi. Berbeda yang terjadi pada media kontrol MRS basis tanpa gula pertumbuhan BAL dimulai pada jam ke-0 inkubasi dan langsung terjadi penurunan populasi pada jam ke-12 dan jam ke-24 hingga jam ke-48 waktu inkubasi. Hal ini disebabkan sokongan nutrisi pada jam ke-12 hingga jam ke-48 sudah tidak tersedia lagi sehingga populasi bakteri mengalami penurunan, dan atau kematian. Genus bakteri Lactobacillus tumbuh lebih baik pada media oligosakarida dibanding genus Bifidobacterium . Batt 1999 menyebutkan bahwa genus Lactobacillus dapat tumbuh dengan baik pada media yang kaya akan molekul komplek dengan nutrien berupa gula-gula sederhana seperti oligosakarida karena Lactobacillus dapat langsung menggunakannya sebagai sumber karbon. Berbeda dengan bakteri Bifidobacterium pertumbuhannya lebih rendah dibandingkan Lactobacillus, hal ini dikarenakan beberapa genus Bifidobacterium dikatagorikan slow grower, yaitu genus bakteri dengan laju pertumbuhan yang lambat bila dibandingkan dengan bakteri-bakteri lainnya. Dallas 1999 menyebutkan Bifidobacterium di dalam usus besar berkembang tidak secepat bakteri lain pada umumnya. Ballongue 2004 menyebutkan B. bifidum kurang baik dalam memanfaatkan glukosa sebagai sumber gula, B. bifidum akan tumbuh dengan baik ketika terdapat gula-gula yang menyerupai gula-gula yang terdapat dalam susu ibu yang mengandung laktoferin, laktulosa dan kandungan laktosa yang tinggi. L.casei Rhamnosus merupakan bakteri yang potensial digunakan sebagai probiotik, karena L.casei Rhamnosus bersifat fakultatif dan mampu memfermentasikan oligosakarida ekstrak tepung buah rumbia sebagai media pertumbuhannya, serta memiliki sifat adhesi yang baik. Boris et al. 1999