2.3.1 Batubara
Batubara terbentuk dari sisa-sisa tumbuhan yang telah mati, dengan komposisi utama terdiri dari cellulosa. Proses pembentukkan batubara dikenal sebagai
proses coalification. Faktor fisik dan kimia yang ada di alam akan mengubah cellulosa
menjadi lignit, subbitumina, bitumina atau antrasit. Reaksi pembentukan batubara dapat diperlihatkan sebagai berikut Sukandarrumidi
2009: 5C
6
H
10
O
5
C
20
H
22
O
4
+ 3CH
4
+ 8H
2
O + 6CO
2
+ CO ........ 3
Secara umum batubara digolongkan menjadi 5 tingkatan dari tingkatan paling tinggi sampai tingkatan terendah yaitu: antrasit, bituminus, subbituminus, lignit
dan gambut, seperti yang ditunjukkan pada Tabel 3. Penggolongan tersebut menekankan pada kandungan relatif antara kandungan unsur C dan H
2
O yang terdapat dalam batubara.
Tabel 3. Jenis-jenis batubara
Jenis batubara
Penampakan dan karakteristik Kadar C dan H
2
O
Antrasit Warna hitam sangat mengkilat luster metalik,
berat jenis tinggi, kandungan abu rendah, mudah dipecah, nilai kalor sekitar 8300 kkalkg
Kadar C 86 - 98, kadar air H
2
O 8
Bituminus Warna hitam mengkilat, kandungan abu
rendah, nilai kalor antara 7000-8000 kkalkg Kadar C 68 - 86,
kadar air 8 - 10 Sub-
bituminus Menyerupai bituminus, sumber panas yang
kurang efisien Kadar sedikit , H
2
O banyak
Lignit Warna coklat, sangat lunak, bila dibakar
menghasilkan kalor 1500-4500 kkalkg Kadar H
2
O 35 - 75
Gambut Berpori, nilai kalor 1700-3000 kkalkg
Kadar H
2
O 75 Sumber: Sukandarrumidi 2009; Mellawati 2009
Perkiraan jumlah dan lokasi cadangan sumberdaya alam batubara di Indonesia ditunjukkan pada Gambar 4 Mellawati 2009. Jenis batubara yang digunakan
sebagai bahan bakar pembangkit listrik adalah yang berkualitas tinggi maupun rendah. Umumnya batubara yang kualitasnya tinggi menghasilkan sedikit sekali
unsur pengotor impurities yang bersifat berbahaya, sehingga tidak begitu mencemari lingkungan, sedangkan yang berkualitas rendah menghasilkan banyak
gas metan cellulosa
lignit
unsur pengotor Mellawati 2009. Bila jenis batubara yang digunakan sebagai bahan bakar pada PLTU-batubara tergolong batubara muda atau brown coal
lignite yang memiliki kadar air diatas 55 maka perlu dikeringkan terlebih dahulu dengan alat pengering Pre-Drying System seperti yang dilakukan pada
PLTU Mulut Tambang Simpang Belimbing. Dari segi kuantitas, batubara termasuk cadangan energi fosil yang penting
bagi Indonesia, karena jumlahnya berlimpah mencapai jutaan ton. Akan tetapi perlu penghematan pemaikaiannya sehingga juga dapat menekan lepasan
polutannya CO
2
, SO
2
, NO
x
, C
x
H
y
, logam berat, dan radionuklida ke lingkungan Mellawati 2009.
Gambar 4. Perkiraan cadangan batubara di Indonesia hingga tahun 2003
2.3.2 Cara kerja PLTU-batubara