KOMUNIKASI TRADISIONAL DALAM UPACARA ADAT RONDO NGAWE (JANDA MELAMBAI) MASYARAKAT DESA MULYOREJO KOTA MALANG

KOMUNIKASI TRADISIONAL
DALAM UPACARA ADAT RONDO NGAWE (JANDA MELAMBAI)
MASYARAKAT DESA MULYOREJO KOTA MALANG

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah
Malang Sebagai Persyaratan untuk Mendapatkan Gelar Sarjana (S-1)

Disusun Oleh :
DIDIT KURNIAWAN
07220337

JURUSAN ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2014

KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti panjatkan atas kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat

dan hidayahNya, sehingga dapat diselesaikan penyusunan skripsi yang berjudul
“Komunikasi Tradisional dalam Upacara Adat Rondo Ngawe (Janda Melambai) Masyarakat
Desa Mulyorejo Kota Malang”.
Skripsi ini merupakan tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi syarat dalam memperoleh
gelar Sarjana Ilmu Komunikasi pada Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik Universitas
Muhammadiyah Malang.
Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan
dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini peneliti
menyampaikan ucapan terima kasih kepada yang terhormat:Bapak Dr. Asep Nurjaman, M.Si
selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Malang.
1. Bapak Sugeng Winarno, MA selaku Ketua Jurusan Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik
Universitas Muhammadiyah Malang.
2. Bapak M. Himawan Sutanto M.Si selaku Dosen Pembimbing I yang telah
menyempatkan waktu untuk memberikan bimbingan selama proses penyusunan
skripsi ini.
3. Bapak Dr. Muslimin Machmud M.Si selaku dosen pembimbing II yang telah
memberikan arahan dan kesempatan untuk berdiskusi selama proses penyusunan
skripsi ini.
4. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Ilmu Komunikasi yang telah memberikan ilmu dan
pengalaman berharga selama proses perkuliahan.

5. Mbah Umbar, Bapak Hari, Bapak Askur, dan Bapak Totok selaku subjek penelitian
yang telah meluangkan waktu untuk memberikan keterangan yang dibutuhkan oleh
peneliti selama masa penelitian skripsi.
6. Bapak dan Ibu serta kakak tercinta, terima kasih atas do’a, kesabaran, dan
dukungannya.
7. Teman-teman Jurusan Ilmu Komunikasi Angkatan 2007, terima kasih atas do’a,
dukungan, bantuan, dan kerja samanya selama ini.
8.

Bapak

Eddy beserta keluarga yang banyak membantu terutama anak

kesayangannya Dina Putri Ismawanti, terima kasih atas bantuan dan do’anya.

9.

Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah memberikan
banyak bantuan dan semangat.
Demi kesempurnaan skripsi ini, saran dan kritik yang sifatnya membangun sangat


peneliti harapkan. Semoga karya skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak yang
membutuhkan.

Malang, 05 Mei 2014
Peneliti

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI
PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI
ABSTRAKSI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN

BAB I


:

PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang …………………………………………………………

1

B.

Rumusan Masalah……………………………………………………...

10

C.

Tujuan Penelitian……………………………………………………….


10

D.

Manfaat Penelitian ……………………………………………………..

11

E.

Fokus Penelitian ………………………………………………………... 11

BAB II

:

TINJAUAN PUSTAKA

A.


Komunikasi……………………………………………………………...

12

1.

Pengertian Komunikasi …………………………………………….

12

2.

Unsur-Unsur Komunikasi …………………………………………..

14

3.

Sifat-Sifat Komunikasi ……………………………………………..


15

4.

Tujuan Komunikasi ………………………………………………...

16

5.

Proses Komunikasi ………………………………………………….

17

6.

Fungsi Komunikasi ………………………………………………….

18


B.

Komunikasi Tradisional ………………………………………………... 20

1.

Pengertian Komunikasi Tradisional ………………………………..

20

2.

Peranan dan Manfaat Komunikasi Tradisional …………………..

21

3.

Bentuk-Bentuk Komunikasi Tradisional ………………………….


21

C.

Media Tradisional ……………………………………………………… 22

1.

Pengertian Media Tradisional ………………………………………

22

2.

Sifat Media Tradisional …………………………………………….

24

3.


Peran Media Tradisional ……………………………………………

25

D.

Upacara Adat ………………………………………………………….... 27

1.

Pengertian Upacara Adat …………………………………………...

27

2.

Tujuan Upacara Adat ………………………………………………

29


E.

Masyarakat Desa Mulyorejo …………………………………………... 30

1.

Kehidupan Masyarakat Desa Mulyorejo ………………………….

30

2.

Bidang Sosial Budaya Masyarakat Desa Mulyorejo ……………..

31

BAB III

:

METODE PENELITIAN

A.

Jenis Penelitian …………………………………………………………. 32

B.

Pemilihan Lokasi dan Waktu Penelitian ……………………………… 32

C.

Subjek Penelitian ………………………………………………………. 32

D.

Teknik Pengumpulan Data ……………………………………………. 34

E.

Teknik Analisis Data …………………………………………………… 35

F.

Teknik Keabsahan Data ……………………………………………….

BAB IV

:

37

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A.

Proses Komunikasi yang terjadi dalam Komunikasi Tradisional
upacara adat Rondo Ngawe (Janda Melambai)....................................... 39

1.

Media penguat Upacara Adat Rondo Ngawe (Janda Melambai)

2.

yang pertama adalah Tumpeng........................................................

41

Media penguat Upacara Adat Rondo Ngawe (Janda Meambai)
yang kedua adalah Tembang-Tembang..............................................

52

3.

Media penguat Upacara Adat Rondo Ngawe (Janda Melambai)
yang ketiga adalah sedekah.................................................................

58

B.

Pesan yang disampaikan dalam Komunikasi Tradisional Upacara
Adat Rondo Ngawe (Janda Melambai).................................................... 74

C.

Pembahasan............................................................................................... 76

BAB V

:

PENUTUP

A.

Kesimpulan ................................................................................................ 82

B.

Saran .......................................................................................................... 84

DAFTAR GAMBAR

No

Judul

Hal

1.

Analisis Data model Interaktif dari Miles dan Huberman....................

36

2.

Kirap Jolen (Tumpeng hasil bumi) ......................................................

43

3.

Tumpeng Buah – Buahan .....................................................................

47

4.

Tumpeng Nasi Lauk Pauk ....................................................................

48

5.

Perebutan Tumpeng .............................................................................

51

6.

Gending – Gending (Gamelan) yang mengiringi tembang ...................

57

7.

Sinden – Sinden yang mulai melantunkan tembang .............................

58

8.

Tetua adat memulai prosesi adat Rondo Ngawe .................................

64

9.

Tetua adat memulai prosesi adat Rondo Ngawe ...................................

64

10.

Tetua adat memulai prosesi adat Rondo Ngawe ...................................

65

11.

Warga mengikuti prosesi Upacara Adat Rondo Ngawe ......................

67

12.

Warga menaruh sedekah saat prosesi Upacara Adat Rondo Ngawe .....

67

13.

Warga menaruh sedekah saat prosesi Upacara Adat Rondo Ngawe .....

68

BAB I
PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang
Komunikasi tradisional merupakan bagian dari ruang lingkup kajian komunikasi.
Secara umum juga dimaksudkan sebagai bentuk komunikasi yang menekankan proses
penyampaian pesan melalui berbagi media komunikasi yang bersifat tradisi atau
sederhana, yang digunakan oleh sekelompok masyarakat tertentu yang berbeda dari
masyarakat lainnya. Komunikasi tradisional ini juga merupakan gaya dan cara
berkomunikasi yang berlangsung sama secara turun-temurun pada suatu masyarakat
tertentu yang berbeda dari masyarakat lainnya disebabkan oleh ciri-ciri khas sistem
masyarakat dan tata nilai kebudayaannya yang berbeda.

Upacara adat merupakan salah satu cara menelurusi jejak sejarah masyarakat
Indonesia pada masa praaksara dapat kita jumpai pada upacara-upacara adat. Upacara
itu sendiri adalah serangkaian tindakan atau perbuatan yang terkait pada aturan tertentu
berdasarkan adat istiadat, agama, dan kepercayaan. Dengan demikian, setiap daerah
memiliki upacara adat sendiri-sendiri.

Kegiatan ritual merupakan suatu kegiatan yang sering dilakukan oleh suatu
Kelompok Masyarakat atau Komunitas tertentu, tetapi kegiatan ritual juga merupakan
suatu kegiatan yang sering di lakukan oleh orang-orang tertentu yang suka menyembah
dan memuja penguasa gelap, hal ini di lakukan oleh orang-orang tersebut sebagai suatu
bentuk komunikasi mereka dengan para penguasa gelap yang mereka puja atau sembah.

1

Seperti yang diketahui bersama bahwa Indonesia memiliki begitu beragam
suku, dan adat istiadat yang memiliki kegiatan ritual adat yang sampai saat ini masih di
lestarikan oleh para Tua-tua Adat di suatu wilayah atau Daerah tertentu.

Seharusnya kita sebagai orang Indonesia harus bisa berbangga hati karena di
Negara tercinta ini memiliki begitu banyak beragam

kebudayaan, kesenian, adat-

istiadat, dan juga salah satunya adalah kegiatan ritual upacara adat, Kegiatan ritual
upacara adat merupakan salah satu bentuk kegiatan yang dilakukan untuk
berkomunikasi dengan para leluhur atau juga dengan Tuhan, dan juga kegiataan ritual
upacara adat ini juga bisa sebagai suatu bentuk rasa syukur kepada Tuhan atas hasil
panen yang didapat , atau juga bisa sebagai suatu bentuk komunikasi dengan leluhur
yang selalu menjaga mereka setiap hari, Komunikasi tradisional upacara adat ini
memang sangat penting bagi kelangsungan Kelompok Masyarakat tertentu atau
Komunitas sebagai wujud untuk mempertahankan tradisi mereka yang selalu dilakukan
dan tradisi kegiatan ritul upacara adat tersebut juga masih dilakukan oleh beberapa
Daerah yang ada di Indonesia.

Tentunya dalam melakukan kegiataan Komunikasi Tradisional Upacara Adat
tersebut yang biasanya dilakukan oleh suatu Daerah tertentu selalu menggunakan
Media Tradisional, Media Tradisional ini tentunya sangat di perlukan pada saat
melakukan kegiatan Komunikasi Ritual upacara Adat, hal ini dikarenakan Media
Tradisional merupakan sebuah alat yang selalu dianggap keramat dan Suci apabila
tanpa menggunakan Media Tradisional ini sebuah kegiataan Komunikasi Ritual
Upacara Adat tidak akan dapat berjalan dengan lancar.

Diberbagai daerah yang ada Indonesia Media Tradisional itu tampil dalam
berbagai bentuk dan sifat, sesuai dengan variasi Kebudayaan yang ada di daerah-daerah
2

itu. Media Tradisional, dikenal juga sebagai Media Rakyat dalam pengertian yang lebih
sempit, Media ini juga sering disebut sebagai keseniaan rakyat.

Tentunya Media Tradisional itu memilki beberapa ragam berikut ini adalah
beberapa ragam Media Tradisional, menurut (Nurudin:2004) mengatakan bahwa
berbicara mengenai Media Tradisional tidak bisa dipisahkan dengan seni tradisional,
yakni suatu bentuk kesenian yang digali dari cerita-cerita rakyat dengan memakai
Media Tradisional. Media Tradisional sering disebut sebagai suatu bentuk folklor.
Bentuk-bentuk folklore tersebut antara lain:
1. Cerita prosa Rakyat (mite, Legenda, dongeng)
2. Ungkapan Rakyat (Pameo, Peribahasa, Pepatah)
3. Puisi Rakyat
4. Nyayian Rakyat
5. Teater Rakyat
6. Gerak isyarat (memicingkan mata tanda cinta)
7. Dan alat bunyi-bunyian (kentongan bedug,dan lain-lain).

Fungsi-fungsi pokok Folklor sebagai Media Tradisional adalah sebagai berikut :
1. Sebagai Sistem Proyeksi. Folklor menjadi proyeksi angan-angan atau impian rakyat
jelata, atau sebgai alat pemuasaan impian (wish fulfilment) Masyarakat yang
termanifestasikan dalam bentuk stereotipe dongeng.
2. Sebagai Penguat Adat
3. Sebagai Alat pendidik,dan
4. Sebagai Alat Pakasaan dan Pengendalian Sosial agar Norma-norma Masyarakat
dipatuhi.

3

Sifat Media Tradisional itu sendiri sebagai sifat kerakyataan bentuk Keseniaan
ini menunjukan bahwa ia berakar pada kebudayaan rakyat yang hidup di
lingkungaannya. Pertunjukan-pertunjukan semacam ini biasanya sangat Komunikatif,
sehingga mudah dipahami oleh masyarakat pedesaan. Dalam penyajiaannya,
pertunjukan ini biasanya diiringi dengan musik daerah setempat.sifat-sifat umum Media
Tradisional ini, antara lain muda diterima,relevan dengan budaya yang ada,
menghibur,menggunakan bahasa lokal, memiliki unsur legimitasi, fleksibel, memilki
kemampuan untuk mengulangi pesan yang dibawahnya, Komunikasi dua arah, dan
sebagainya.

Peran Media Tradisional dalam Sistem Komunikasi, Media tradisional
mempunyai nilai yang tinggi dalam sistem komunikasi karena memiliki posisi khusus
dalam sistem suatu budaya. Kespesifikan tanda-tanda informasi yang dilontarkan dalam
pertunjukkan-pertunjukkan tradisional itu maupun konteks kejadian, mengakibatkan
orang-orang berasal dari sistem budaya lain sulit menyadari, memahami, dan
menghayati ekspresi kesenian yang bersifat verbal, material, maupun musik yang
ditampilkan. Kesulitan tersebut berasal dari kerumitan untuk memahami tanda-tanda
nonverbal yang ditampilkan, yang umumnya tidak kita sadari. Demikian juga dengan
tidak memadainya latar belakang kita untuk memahami simbolisme religi dan mitologi
yang hidup disuatu daerah, tempat pertunjukan tradisional itu terjadi.

Sebagian dari media rakyat ini, meskipun bersifat hiburan dapat juga membawa
pesan-pesan pembangunan. Hal ini dapat terjadi karena media tersebut juga
menjalankan fungsi pendidikan pada khalayaknya. Oleh karena itu, ia dapat digunakan
untuk menyampaikan pengetahuan kepada khalayak (warga masyarakat). Ia dapat juga
menanamkan dan mengukuhkan nilai-nilai budaya, norma sosial, dan falsafah sosial.

4

Walaupun demikian, bertolak belakang dengan keoptimisan ini, para ahli
memperingatkan bahwa tidak seluruh media tradisional cukup fleksibel untuk
digunakan bagi maksud-maksud pembangunan. Karena memadukan yang lama dan
yang baru tidak selamanya dapat dilakukan dengan baik. Kadang-kadang hal semacam
ini malah merusak media itu, sehingga kita harus waspada. Masalah-masalah dihadapi
dalam penggunaan seni pertunjukkan tradisional untuk maksud pembangunan,
sebenarnya ialah bagaimana menjaga agar media tersebut tidak mengalami kerusakan.
Oleh karena pertunjukkan tradisional ini memadukan berbagai unsur kesenian yang
bernilai tinggi, yang menuntut kecanggihan maka dukungan seni sangat penting dalam
medesain pesan-pesan pembangunan yang akan disampaikan (Siswoyo, dalam Amri
Jahi: 1988).

Meskipun banyak kesulitan yang dihadapi dalam menyesuaikan penggunaan
media tradisional bagi kepentingan pembangunan, riset menunjukkan bahwa hal itu
masih mungkin dilakukan. Pesan-pesan pembangunan dapat disisipkan pada
pertunjukkan-pertunjukkan yang mengandung percakapan, baik yang bersifat monolog
maupun dialog, dan yang tidak secara kaku terikat pada alur cerita. Wayang misalnya,
salah satu pertunjukkan tradisional yang terdapat di jawa, Bali, dan daerah-daerah lain
di Indonesia, yang dapat dimanfaatkan sebagai media penerangan pembangunan.
Pertunjukkan biasanya menampilkan episode-episode cerita kepahlawanan Hindu
seperti Ramayana dan Mahabarata. Pertunjukkan wayang biasanya disampaikan dalam
bahasa daerah misalnya bahasa jawa, Sunda, atau Bali yang diiringi nyanyian dan
musik yang spesifik. Bagi orang-orang tua yang masih tradisional, wayang lebih
daripada sekedar hiburan. Mereka menganggap wayang sebagai perwujudan moral,
sikap, dan kehidupan mistik yang sakral. Pertunjukkan tersebut selalu menekankan
perjuangan yang baik melawan yang buruk. Biasanya yang baik setelah melalui
5

perjuangan yang panjang dan melelahkan akan mendapat kemenangan. Disamping itu
moralitas wayang mengajarkan juga cara memperoleh pengetahuan, kedamaian pikiran,
dan sikap positif yang diperlukan untuk mencapai kesempurnaan hidup.

Kegiataan Upacara Adat merupakan suatu Kegiataan rutinitas atau kebiasaan
yang sering dilakukan oleh suatu komunitas tertentu atau juga suatu Daerah atau
Wilayah tertentu, Kegiataan Upacara Adat yang dilakukan dapat dilakukan dalam
berbagai macam bentuk sesuai dengan Adat-Istiadat Daerah tertentu, ada yang berupa
Acara Perkawinan, Menyukuri hasil Pananen, dan lain-lain, Kegiataan Upacara ini
dilakukan dengan maksud sebagai suatau bentuk untuk mempertahankan Tradisi AdatIstiadat yang ada di suatu Daearah, yang merupakan bagian dari suatu bentuk dari
kebudayaan yang harus di lestarikan, dan juga untuk meneruskan warisan dari nenek
moyang yang sudah dilakukan dari sejak dulu.

Seperti halnya di Daerah-daerah lain Kegiatan Ritual Upacara Adat dan selalu
menggunakan media tradisional, didesa yang tidak jauh dari kota Malang, desa yang
terletak disebelah barat kota Malang ini bernama Mulyorejo kecamatan Sukun. Desa
Mulyorejo ini juga memiliki sebuah kegiatan ritual upacara adat ”Rondo Ngawe (Janda
Melambai) dalam acara tersebut, masyarakat desa Mulyorejo juga mengadakan acaraacara tradisional seperti kirap jolen (tumpeng) dan wayang kulit.
Kegiatan adat “Rondo Ngawe” (Janda Melambai) juga memiliki sejarah
perkembangan, nilai filosofi yang terkandung di dalam kegiatan upacara adat “Rondo
Ngawe” (Janda Melambai), mitos atau kepercayaan, dan tentunya seiring dengan
perkembangan zaman dan bertambahnya waktu pastinya kegiatan ritual upacara adat
“Rondo Ngawe” (Janda Melambai) ini mengalami suatu evolusi atau suatu pergeseran.

6

Awal mulanya kenapa kegiatan ritual upacara adat “Rondo Ngawe (Janda
Melambai) ini dilakukan adalah bagaimana masyarakat berpikir bahwa mereka harus
menghormati dan menyembah para Leluhur atau Nenek Moyang dengan cara memberi
persembahan kepada para Leluhur dan Nenek Moyang dengan menggunakan Ritualritual Khusus agar persembahan yang diberikan dapat diterima dan masyarakat Desa
Mulyorejo dapat dilindungi oleh Para Leluhur dan Desa Mulyorejo, pada awalnya
kegiatan ritual upacara adat “Rondo Ngawe” (Janda Melambai) hanya dilakukan oleh
orang-orang tertentu saja, karena mereka dianggap lebih memahami dan mengetahui
tentang cara untuk melakukan suatu Ritual persembahan kepada para Leluhur dan
Nenek Moyang Masyarakat Desa Mulyorejo.

Kegiatan ritual Upacara Adat Rondo Ngawe (Janda Melambai) yang ada di
Desa Mulyorejo ini selalu ditunggu-tunggu oleh masyarakat sekitar. Upacara adat
bersih desa Rondo Ngawe ini berbeda dengan upacara adat bersih desa yang ada di desa
lain. Pada saat upacara adat ini berlangsung, masyarakat desa berbondong-bondong
datang ketempat ritual untuk mengikuti kegiatan ritual tersebut. Dipimpin oleh seorang
Dukun dan diikuti oleh beberapa sinden dan masyarakat satu-persatu mengelilingi
sebuah wadah, yang mana masyarakat dapat memberikan atau menaruh sedekah
kedalam wadah tersebut sampai tidak ada lagi masyarakat yang mengisi wadah
tersebut. Kebanyakan yang digunakan masyarakat adalah menggunakan uang receh
untuk sedekah. Hasil dari sedekah tersebut diberikan kepada orang yang membutuhkan.

Komunikasi Ritual dapat dimaknai sebagai proses pemaknaan pesan sebuah
kelompok terhadap aktifitas religi dan system kepercayaan yang dianutnnya. Dalam
prosesnya selalu terjadi pemaknaan Simbol-simbol tertentu yang menandakan
terjadinya proses Komunikasi Ritual tersebut. Dalam proses Komunikasi ritual itu

7

kerap terjadi persaingan dengan paham-paham keagamaan formal yang kemudian ikut
mewarnai proses tersebut. Komunuikasi Ritual juga merupakan bagian dari
Komunikasi Trasendental yang dimana Komunikasi Trasendental merupakan suatu
Komunikasi yang terjadi antara Manusia denagan Tuhan, Komunikasi Trasendental
merupakan

suatu

bentuk

Komunikasi

disamping

Komunikasi

Antrapersona,

Komunikasi Kelompok, dan Komunikasi Massa, meskipun Komunikasi Trasendental
sedikit dibicarakan, justru bentuk Komunikasi Trasendental inilah yang terpenting bagi
manusia melakukannya tidak saja menentukan nasibnya di dunia, tetapi juga diahkirat.

Etnografi merupakan sebuah Ilmu yang mengkaji tentang suatu Kebudayaan
disuatu Daerah yang terdiri dari Sistem Religi, adat-istiadat, Sistem Kepercayaan, dan
Sistem Kekerabatan yang ada disuatu Daerah tertentu, Etnografi yang merupakan
bagian dari Antropologi yang mengkaji tentang sebuah Kebudayaan dalam suatu
Daerah tertentu yang berkembang dalam suatu Masyarakat,tentunya Kebudayaan itu
sangat penting bagi suatu Daerah karena Kebudayaan merupakan sebuah warisan yang
sangat penting dan berharga bagi suatu Daerah. Maka Berdasarkan Latar belakang
masalah diatas, Peneliti membuat suatu Rumusan Masalah Dalam Penelitian ini dengan
Rumusan Masalah sebagai berikut : “Bagaimana Komunikasi Tradisional Dalam
Upacara Adat Rondo Ngawe (Janda Melambai)”?
B.

Rumusan Masalah
Berdasarkan Permasalahan diatas maka peneliti membuat suatu Rumusan
Masalah
1. Bagaimana Proses Komunikasi yang berlangsung dalam Komunikasi Tradisional
Upacara Adat Rondo Ngawe (Janda Melambai)?

8

C.

Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui lebih jauh tentang “Komunikasi
Tradisional Dalam Upacara Adat Rondo Ngawe (Janda Melambai) Tujuan Penelitian
yang di maksud sebagai berikut :
1. Untuk Mengetahui Proses Komunikasi yang berlangsung dalam Komunikasi
TradisionalUpacara Adat Rondo Ngawe (Janda Melambai).

D.

Manfaat Penelitian

1.

Manfaat Akademis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan bagi
peneliti serta menambah referensi pengetahuan mengenai komunikasi ritual dan
informasi bagi peneliti-peneliti lain dan khususnya pada mahasiswa ilmu komunikasi
konsentrasi Jurnlistik.

2.

Manfaat Praktis
Melalui penelitian ini penulis berharap dapat memberikan informasi berkenaan

dengan komunikasi tradisional. Dimana komunikasi tradisional ini merupakan cara
masyarakat dalam menyampaikan pesan.

E.

Fokus Penelitian
Interpretasi budaya Upacara adat “Rondo Ngawe” (Janda Melambai) bagaimana
masyarakat memaknai suatu mitos atau kepercayaan Upacara Adat “Rondo Ngawe”
(janda melambai), yang dahulu hanya dilakukan oleh orang-orang tertentu karena
dianggap lebih mengerti dan memahami tata cara melakukan Upacara Adat “Rondo
Ngawe” (Janda Melambai). Semakin kaburnya kebenaran sejarah karena perkembangan
9

zaman, terdorong untuk menggali kebenaran sejarah kembali yang terwujud dalam
Upacara Adat “Rondo Ngawe” di Desa Mulyorejo.

10

Dokumen yang terkait

Komunikasi Masyarakat Batak Toba Dalam Upacara Pernikahan Adat (Studi Kasus Tentang Proses Komunikasi Antarbudaya Dalam Upacara Pernikahan Adat Batak Toba Pada Masyarakat di Kelurahan Lestari Kecamatan Kisaran Timur Kabupaten Asahan Sumatera Utara)

9 129 118

Upacara Pineng Ngeradung sangkgakh lampung beradat bepadun

0 17 42

Aktivitas Komunikasi Dalam Upacara Adat Nujuh Bulanan Di Kota Bandung (Studi Etnografi Komunikasi Mengenai Aktivitas Komunikasi Dalam Upacara Adat Nujuh Bulanan Di Kota Bandung)

2 23 79

Aktivitas Komunikasi dalam Upacara Pernikahan Adat Batak Toba (Studi Etnografi Komunikasi Mengenai Aktivitas Komunikasi Dalam Upacara Pernikahan Adat Batak Toba di Kota Bandung)

5 44 112

Makna Komunikasi Nonverbal dalam Upacara Adat Gusaran Jelang Pagelaran Sisingan pada Masyarakat Desa Tambak Mekar di Kabupaten Subang (Studi Etnografi Komunikasi Mengenai Makna Komunikasi Nonverbal dalam Upacara Adat Gusaran)

1 59 110

Pemolaan Komunikasi Dalam Upacara Adat Mapag Sri Di Masyarakat Desa Tugu Kecamatan Slyeg Indramayu (Studi Etnografi Komunikasi Tentang Pemolaan Komunikasi Dalam Upacara Adat Mapag Sri Dimasyarakat Desa Tugu Kecamatan Sliyeg Indramayu)

1 3 1

Komunikasi Ritual Dalam Upacara Adat "WU,U Hori" (Makan Rengky) Masyarakat Desa Lamaole Kabupaten Flores Timur

1 9 1

Aktivitas Komunikasi Dalam Upacara Adata Moponika (studi Etnografi Komunikasi Mengenai Aktivitas Komunikasi Dalam Upacara Adat Moponika Di KOta Gorontalo)

0 37 82

Aktivitas Komunikasi Upacara Adat Babarita (studi etnografi komunitas mengenai aktivitas komunikasi dalam upacara adat babarit Di Desa Sagarahiang Kabupaten Kuningan)

7 65 99

Aktivitas Komunikasi Dalam Upacara Adat Pernikahan Batak Karo (Studi Etnografi Komunikasi Mengenai Aktivitas Komunikasi Dalam Upacara Adat Pernikahan Batak Karo di Kota Bandung)

7 36 104