Aktivitas Komunikasi Dalam Upacara Adata Moponika (studi Etnografi Komunikasi Mengenai Aktivitas Komunikasi Dalam Upacara Adat Moponika Di KOta Gorontalo)

(1)

Upacara Adat Moponika di Kota Gorontalo)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S1) Pada Program Studi Ilmu Komunikasi Konsentrasi Jurnalistik

Oleh :

SHOFYAN TANAIYO NIM : 41810168

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI KONSENTRASI JURNALISTIK FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA BANDUNG


(2)

The Cultural Ceremony of Moponika in the City of Gorontalo) By:

SHOFYAN TANAIYO NIM 41810168

This thesis is under the guidance of: Adiyana Slamet, S.IP., M.Si

This research is aimed to analyze in depth about Communication Activity in the Cultural Ceremony of Moponika. Researcher divided the focus of this problem into several sub micro problems such as communicative situation, comm

unicative events, and communicative action in the cultural Ceremony of Moponika.

The used method in this study is a qualitative ethnographic study method of communication with substantive theory of symbolic interaction. The subjects of this study are some people involved in the cultural Ceremony of Moponika, which consists of 5 (five) informant obtained through purposive sampling technique. Th e technique of collecting data are through interviews, observation, field notes, lite rature, documentation, Internet searching. Mechanical test the validity of data by

observation persistence, the adequacy of reference, member checking, triangulation data.

The results showed that, in a communicative situation of the cultural ceremony of Moponika is a wedding tradition that is holy and sacred, where there are steps that must be done. Communicative events in the cultural ceremony

of Moponika contained some cultural values that is on the Motolobalango, Mopotilantahu, Akaji, while communicative action in the form of command cerem

ony of Moponika, statements, applications and nonverbal attitude contained in so me procession of the cultural ceremony of Moponika.

The conclusion of this study is that the Communication Activity in the cultu ral ceremony of Moponika is a wedding tradition of Gorontalo society that has m eaning to honor the bride and groom. a suggestion from researcher fo Gorontalo society is to keep preserve and carry out the cultural wedding ceremonies.

Keyword: Ethnography of Communication, Communicative activity, In the cultura l ceremony of Moponika, Gorontalo


(3)

pernikahan, yang setiap warna memiliki makna atau lambang tertentu. Pasangan yang akan melangsungkan pernikahan biasanya melakukan beberapa tahap atau proses pengenalan lebih lanjut antara pribadi yang satu dengan satu yang lain. Sehingga ketika sudah mencapai tingkat hubungan yang matang maka mereka biasanya akan memutuskan untuk melanjutkan hubungan tersebut ke jenjang yang lebih serius yakni pernikahan. Pengunaan bahasa komunikasi yang disampaikan dalam Upacara adat ini untuk menyampaikan pesan-pesan kedalam suatu proses komunikasi yang berlangsung.

Kata Moponika berasal dari kata Nika (nikah) yang bermakna menghalalkan jasmani seorang perempuan yang sebelumnya haram untuk digauli. Upacara adat Moponika merupakan upacara peresmian, pengumuman dan pengukuhan sepasang muda-mudi untuk mendirikan rumah tangga. Oleh karena itu merupakan peresmian, pengumaman dan pengukuhan hubungan jejaka dan gadis bahkan antara keluarga dengan keluarga. Upacara adat Moponika mempunyai ciri khas didalamnya. Dalam proses upacara adat Moponika ini terjadi komunikasi antar kedua belah pihak.

Proses penyatuan kedua insan tersebut juga bermuara pada penyatuan keluarga dari masing-masing pasangan yang bersangkutan. Misalnya, keluarga pihak laki-laki dengan pihak keluarga perempuan menjalin secara tidak langsung hubungan keluarga yang dahulu tersekat atau terpisah menjadi satu lantaran proses pernikahan yang telah dijalani.

Adanya kesepakatan antara kedua belah pihak keluarga yang merestui hubungan pasangan tersebut untuk bersatu dalam ikatan pernikahan. Kesepakatan yang dijalin biasanya dilalui dari beberapa tahap atau proses yang membutuhkan waktu yang cukup lama untuk saling mengenal antara satu keluarga dengan yang lain. Pernikahan memiliki unsur-unsur terpenting di dalamnya, seperti agama dan budaya. Begitu halnya dengan Indonesia yang memiliki beragam suku di dalamnya atau yang biasa disebut dengan multikultur. Unsur budaya tidak dapat dilepaskan dari pernikahan khususnya di Indonesia. Setiap Budaya mempunyai ciri-ciri khas tertentu, seperti dalam sebuah pernikahan mempunyai ciri khas tertentu di dalamnya, mulai dari acaranya atau ritual yang terjadi pada saat proses upacara pernikahan tersebut, Pernikahan merupakan bagian dari upacara pada suatu budaya.

Gorontalo sebagai bagian dari Negara Kesatuan Republik Indonesia, mempunyai adat perkawinan daerah sendiri yang jelas tak dapat dipisahkan dari adat perkawinan daerah lain di Indonesia. Adat perkawinan Gorontalo merupakan sebagian dari hukum adat Gorontalo secara keseluruhan, jelas mempunyai item-item, baik yang berhubungan


(4)

ini. Acaranya begitu kental akan tradisi sehingga tidak heran kalau pernikahan menjadi momen cukup sakral. Bagi setiap orang pernikahan merupakan suatu proses pendewasaan diri. Pernikahan merupakan proses menyatukan dua insan manusia menjadi satu. Hal ini merujuk pada pribadi yang berbeda sifat, watak, kepribadian, sikap, latar belakang, menjadi satu bagian utuh dalam mahligai pernikahan untuk membentuk keluarga baru.

Gorontalo adalah salah satu daerah di Indonesia yang memiliki adat istiadat tersendiri, dengan menggunakan bahasa Gorontalo, ragam adat apabila ada sesuatu yang disampaikan melalui proses peradatan di Gorontalo. Bahasa yang digunakan itu kelihatannya lebih unik dan memiliki ciri-ciri tersendiri dari bahasa pengantar sehari-sehari. Keunikan Bahasa dan ragam adat ini memerlukan pemeliharaan dan pelestariannya oleh masyarakat penuturnya. Keunikan bahasa itu terutama terletak pada penggunaan kata-kata yang tetap, penuh kiasan, kalimat-kalimat yang serat dengan nuansa kebudayaan dan adat istiadat lokal. Kadang kala masyarakat yang hidup di zaman sekarang kurang memahami makna kalimat yang diungkapkan oleh para pemangku adat karena bahasa yang digunakan memiliki ciri khas kebudayaan.

Setiap masyarakat pasti mengalami perubahan-perubahan dalam perjalanan sejarahnya. Perubahan itu ada yang disebabkan oleh pengaruh dari dalam masyarakat itu sendiri da nada pula yang disebabkan oleh pengaruh dari luar. Perubahan sosial masyarakat tersebut biasanya menetukan masyarakat sehingga tiap anggota masyarakat rela menerima perubahan. Dan pada dasarnya masyarakat mudah menyesuaikan diri dengan pangaruh yang dating dari luar, apalagi kalau pengaruh itu tidak bertentangan dengan agama.

2. Rumusan Masalah Makro

Peneliti merumuskan pertanyaan makro yaitu: “Bagaimana Aktivitas Komunikasi dalam Upacara Adat Moponika Gorontalo?”

3. Rumusan Masalah Mikro

1. Bagaimana Situasi Komunikatif dalam Upacara Adat Moponika

di kota Gorontalo ?

2. Bagaimana Peristiwa Komunikatif dalam Upacara Adat

Moponika di kota Gorontalo ?

3. Bagaimana Tindakan Komunikatif dalam Upacara Adat

Moponika di kota Gorontalo ?

II. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini metode kualitatif, dengan studi etnografi komunikasi, teori subtantif yang diangkat dalam


(5)

dimana peneliti adalah sebagai instrument kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara trianggulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna pada generalisasi. (Sugiyono, 2012:1)

Beda dengan pendapat diatas, David Williams (1995) dalam buku Lexy Moleong menyatakan: “Penelitian kualitatif adalah pengumpulan data pada suatu latar alamiah, dengan menggunakan metode alamiah, dan dilakukan oleh orang atau peneliti yang tertarik secara alamiah” (Moleong, 2007:5)

Dari definisi yang dikemukan diatas, didalamnya terdapat pemaparan tentang yang alamiah, hal ini berarti penelitian ini bersifat apa adanya atau natural setting .Berbeda dengan definisi diatas Kirk dan Miller (1986:9) mengemukakan bahwa :

“ Pendekatan kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pegetahuan sosialyang secara fundamental bergantung pada pengamatan pada manusia dalamkawasan sendiri yang berhubungan dengan orang orang tersebut dalam bahasa dan peristilahannya.” (Hikmat,2011:38)

Dengan demikian tradisi etnografi komunikasi membutuhkan alat atau metode penelitian yang bersifat kualitatif untuk mengasumsikan bahwa perilaku dan makna yang dianut sekelompok manusia hanya dapat dipahami melalui analisis atas lingkungan alamiah (Natural setting) mereka.

Dell Hymes memperkenalkan studi ini untuk pertama kalinya pada tahun1962, sebagai kritik terhadap ilmu linguistic yang terlalu memfokuskan diri pada fisik bahasa saja. Definisi etnografi komunikasi itu sendiri adalah pengkajian peranan bahasa dalam perilaku komunikatif suatu masyarakat, yaitu cara-cara bahasa dipergunakan dalam masyarakat yang berbeda-beda kebudayaannya.

Etnografi komunikasi (ethnography communication) juga dikenal sebagai salah satu cabang ilmu dari Antropologi, khususnya turunan dari Etnografi Berbahasa (ethnography of speaking). Disebut etnografi komunikasi karena Hymes beranggapan bahwa yang menjadi kerangka acuan untuk memberikan tempat bahasa dalam suatu kebudayaan haruslah difokuskan pada komunikasi bukan pada bahasa. Bahasa hidup dalam komunikasi, bahasa tidak akan mempunyai makna jika tidak dikomunikasikan.


(6)

(Pemangku Adat), Buatula Saraqa (Pegawai Agama), dan pihak keluarga. Situasi komunikatif sendiri bisa tetap sama walaupun lokasinya berubah, dimisalkan Upacara Adat Moponika dilaksanakan diluar kota Gorontalo.

Situasi komunikatif yang memungkinkan terjadinya komunikasi terjadi dalam beberapa proses, dalam tahap awal terjadinya komunikasi antar keluarga terlebih dulu, dari keluarga calon pengantin laki-laki mendatangi rumah keluarga calon pengantin perempuan dengan maksud mau mengenal calon pengantin perempuan dan keluarganya. Situasi tersebut membuat terjadinya komunikasi pihak pengantin laki-laki dan pihak pengantin perempuan. Walaupun maksud dan tujuannya hanya sebatas pengenalan ke pihak pengantin perempuan dan meminta kesepakatan bahwa pengantin perempuan siap untuk dilamar

Setelah mendapatkan kesepekatan dilakukan proses Tolobalango

dalam bahasa Gorontalo yang artinya peminangan. Situasi tersebut membuat terjadinya komunikasi, dimana terjadi komunikasi antara pihak laki-laki dan pihak perempuan untuk membicarakan mahar dan berapa ongkos yang akan diserahkan, penyediaan pakaian dan pelaminan , serta semua hal yang berhubungan dengan pemenuhan sarana adat. Dan dilanjutkan dengan Motolobalango tahap menghubungkan antara pihak laki-laki dan perempuan dengan cara mengutus pihak laki-laki.

2. Peristiwa komunikatif Dalam Upacara Adat Moponika di Kota Gorontalo.

Setting, mengacu pada dimana lokasi (tempat), waktu, musim dan aspek fisik situasi tersebut. Pelaksanaan Upacara Adat Moponika

dilaksanakan dirumah mempelai orang tua perempuan yang telah menyediakan persiapan yang lebih meriah untuk mempersandingkan kedua mempelai dengan tata upacara adat. Dalam penentuan waktu diadakannya masyarakat Gorontalo sendiri seringkali melihat bulan yang baik untuk melaksanakan Upacara Adat Moponika. Penentuan hari yang baik tersebut bertujuan agar rumah tangga kedepannya bisa lebih harmonis. Karena sudah menjadi tradisi turun temurun untuk melaksanakan Upacara Adat Moponika terlebih dahulu menentukannya dengan bulan baik menurut kalender Hijriah.

Semua persiapan Upacara Adat Moponika dipersiapkan di rumah orangtua perempuan yang telah disediakan tempat untuk bersanding di pelaminan, kamar hias (Huwali lo wadaka), kamar adat (Huwali lo humbio) dan kamar tidur (Huwali lo polihua) karena semua persiapan tersebut merupakan bagian dari sarana adat untuk kelancaran prosesi Upacara Adat Moponika.


(7)

proses interaksinya adalah Ketua Adat (Baate), Pemangku Adat (Buatula Aadati), Pendamping pengantin laki-laki, imam wilayah (Buatula Saraqa),serta pengantin.

Ends, pada ends ini menjelaskan hal-hal yang ingin dicapai oleh semua yang terlibat dalam Upacara Adat Moponika. Pada penelitian ini hal yang ingin dicapai adalah untuk kelancaran terjadinya Upacara Adat

Moponika tahapan persiapan harus dilakukan dengan baik dari mulai meletakkan pelaminan, Kamar rias (Huwali lo wadaka), Kamar adat

(Huwali lo humbio) dan kamar tidur (Huwali lo polihua) karena dalam Upacara Adat Moponika semua itu merupakan salah satu bagian dari sarana adat yang berperan penting untuk kelancaran Upacara Adat

Moponika. Tujuan utamanya adanya Upacara Adat Moponika untuk memuliakan suatu pernikahan yang dilaksanakan secara teratur menurut adat yang jelaskarena dalam masyarakat Gorontalo keagungan suatu masyarakat dinilai dari hukum adat itu sendiri.

Act Sequence,menjelaskan tentang Nilai yang terkandung dalam Upacara Adat Moponika. Pada penelitian ini mengacu pada isi pesan atau nilai yang terkandung dalam setiap prosesi Upacara Adat Moponika. Ada beberapa nilai yang terkandung dalam prosesi Upacara Adat Moponika, seperti kegiatan khatam Qur’an, Molapi saronde, yang memberikan arti kebolehan mempelai laki-laki kebolahan dalam segala hal dan Tidi yang dilakukan oleh pengantin perempuan yang mengandung arti kelembutan seorang perempuan dalam segala hal. Nilai yang terkandung dalam setiap

prosesi Upacara Adat Moponika banyak mengandung arti yang

disampaikan dari pengantin laki-laki untuk pengantin perempuan.

Keys, menjelaskan cara atau spirit pelaksanaan tindak tutur. yang menjadi fokus referensi pada penelitian ini adalah bagaimana tahapan-tahapan yang dilaksanakan pada saat persiapan maupun pelaksanaan Upacara Adat Moponika. Tahap awalnya dari Upacara Adat Moponika

adalah Motolobalango tahap menghubungkan antara pihak laki-laki dan perempuan dengan cara mengutus pihak laki-laki yang dipimpin oleh Penghubung (Utolia) yang akan disambut baik oleh pihak perempuan sambil duduk berhadap-hadapan dan saling melontarkan sajak. Dalam proses Motolobalango terdapat tindak tutur antara pihak laki-lakidan pihak perempuan. Setelah itu dilanjutkan dengan proses Modutu biasanya sudah digabungkan dengan prosesi Motolobalango. Prosesi Modutu tahap seserahan yang merupakan simbol pemberian mahar dalam pernikahan tersebut. Malam pengantin atau Mopotilantahu terdapat kegiatan anatara lain Khatam Qur’an, Molapi saronde, dan Tidi. Besok harinya dilanjutkan dengan acara akad nikah (Akaji) yang merupakan puncak acara kegiatan


(8)

merupakan salah satu yang ditonjolkan dalam Upacara Adat Moponika

adalah bahasa verbal dan nonverbal seperti yang terjadi dalam proses ijab Kabul, ketika imam melafalkan Tolimoomu, yang dirangsang dengan pertanyaan engkau terima sekaligus menggoyangkan tangan pengantin laki-laki. Pengantin laki-laki harus cepat melafalkan Tolimoomu, jika tidak cepat-cepat melafalkan Tolimoomu maka ijab Kabul gagal dan harus di ulangi lagi.

Norms, menjelaskan menghasilkan norma-norma interaksi, termasuk di dalamnya pengetahuan umum, pengandaian kebudayaan yang relevan, atau pemahaman yang sama, yang memungkinkan adanya inferensi tertentu yang harus dibuat, apa yang harus dipahami secara harfiah, apa yang perlu diabaikan dan lain-lain. Untuk mengetahui apa saja aturan-aturan khusus dalam persiapan Upacara Adat Moponika. Proses Upacara Adat Moponika merupakan bagian dari kebudayaan Gorontalo yang harus tetap dilaksanaan dan dibuadayakan secara turun temurun. Prosesi tersebut sudah dibakukan dengan ketentuan yang berlaku, tidak biasa lagi dirubah-rubah karena telah disumpahkan oleh para leluhur tanpa yang dikurangi dan ditambahkan. Itu merupakan aturan khusus yang harus dilaksanakan dalam Upacara Adat Moponika.

Genre, untuk menghasilkan jenis peristiwa atau jenis komunikasi yang digunakan pada saat Upacara Adat Moponika berlangsung. Dalam Upacara Adat Moponika tidak terdapat keyakinan apapun prosesi Upacara Adat Moponika hanyalah budaya adat pernikahan masyarkat Gorontalo yang menggunakan komunikasi kelompok yang dilakukan oleh Ketua Adat (Baate), Pemangku Adat (Buatula Aadati), Pendamping pengantin laki-laki, imam wilayah (Buatula Saraqa),serta pengantin dalam setiap proses dalam Upacara Adat Moponika berlangsung.

3. Tindakan Komunikatif dalam Upacara Adat Moponika di Kota Gorontalo

Tindakan komunikatif merupakan pernyataan, perintah, permohonan dan bias bersifat verbal atau nonverbal, tindakan komunikatif merupakan bagian dari peristiwa komunikatif. Dalam hal ini peneliti akan membahas dan menganalisis tindakan komunikatif Upacara Adat

Moponika di Kota Gorontalo yang ditinjau dari aktivitas yang terjadi didalamnya.

Komunikasi non verbal merupakan penciptaan dan pertukaran pesan yang tidak menggunakan kata-kata, melainkan menggunakan bentuk pesan isyarat seperti gerakan-gerakan tubuh, kontak mata, ekspresi muka, dan sentuhan. Dalam hal ini peneliti akan membahas serta menganalisis


(9)

perempuan. Pakaian yang dipergunakan oleh kedua mempelai adalah

Bili’u dan Makuta yang merupakan pakaian adat kebesaran Gorontalo.

Bili’u terdiri atas bagian yang mempunyai hiasan sendiri-sendiri, hiasan kepala terdiri dari, Baya lo bot, Layi, Pangge, Tuhi-tuhi, Huli, Dongo bitila, Huwoo, Boo tongguho, Wulu wau dehu, Hiasan kuku, Alumbu bide, Bintola etango. Sedangkan pakaian pengantin laki-laki Makuta yang terdiri dari Tudung makuta, ikat pinggang dan pending, pedang.

Proses terjadi inetraksi dalam Upacara Adat Moponika tidak semuanya dilakukan dengan cara komunikasi non verbal saja, tetapi dilakukan dengan cara komunikasi verbal. Komunikasi verbal disini terjadi ketika memberikan perintah dan permohonan kepada mempelai laki-laki dengan menggunakan Tuja’I yang berisikan pesan perintah dan permohonan yang ditujukan kepada mempelai laki-laki.

Dalam Upacara Adat Moponika terdapat beberapa perilaku nonverbal yang terdapat dalam beberapa prosesi Upacara Adat Moponika. Seperti yang terjadi dalam prosesi Molamela Taluhu Tabia, pengantin laki-laki maupun pengantin perempuan sebelum di akad nikah dan dibaiat mereka harus dalam keadaan suci. Oleh karena dalam prosesi Upacara Adat Moponika akan dibatalkan dengan cara disentuh dahinya sebagai tanda bahwa mulai saat itu halallah perempuan tersebut menjadi milik pengantin laki-laki. Perilaku tersebut menggambarkan terjadinya komunikasi nonverbal dalam Upacara Adat Moponika yang berupa sentuhan yang memiliki makna.

4. Aktivitas Komunikasi Dalam Upacara Adat Moponika di Kota Gorontalo

Upacara Adat Moponika merupakan suatu Upacara Adat

Pernikahan Gorontalo yang telah turun temurun dilaksanakann oleh masyarakat Gorontalo. Setiap rangkaian prosesi adatnya memiliki arti dan makna tersendiri. Pelaksanaan upacara adat Moponika memiliki tujuan untuk memberikan penghormatan kepada kedua mempelai yang menjadi raja dan ratu sehari dan untuk memuliakan suatu pernikahan yang dilaksanakaan secara teratur menurut adat yang sudah ditentukan. Keagungan suatu masyarakat biasa dinilai dari hukkumadat pernikahannya sehingga Upacara Adat Moponika tidak dapat dipisahkan dari kebudayaan masyarkat Gorontalo.

Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan dalam upacara adat moponika yangditeliti melalui situasi komunikati, peristiwa komunikatif, dan tindakan komunikatif ternyata penggunaan komunikasi dalam berbagai aktivitas yang terjadi dalam upacara adat moponika merupakan proses interaksi didalamnya. Teori interaksi simbolik bergagasan bahwa ketika manusia berinteraksi satu sama lain, mereka saling membagi makna


(10)

IV. Kesimpulan

1. Situasi Komunikatif dalam Upacara adat Moponika memiliki rangkaian acara adat yang sudah dari dulu dilakukan secara turun

temuran. Upacara adat Moponika sendiri merupakan sebuah

pengresmian atau pengukuhan calon pengantin. Secara garis besar Upacara adat Moponika dilaksanakan di lingkungan Gorontalo tetapi tidak menutup kemungkinan untuk dilaksanakan di luar lingkongan Gorontalo, asalkan tetap memakai rentetan acara adat yang sudah ditentukan. Dalam Upacara adat Moponika dilaksanakan di rumah orang tua mempelai perempuan dimana semua proses pelaksanaan Upacara adat Moponika dilakukan di rumah orang tua mempelai perempuan yang akan melibatkan Baate Lo Hulondalo atau Ketua Adat Gorontalo, Buatula Aadati (Pemangku Adat), Buatula Saraqa

(Pegawai Agama), dan pihak keluarga. Setiap berlangsungnya Upacara adat Moponika pasti akan berbeda tempat pelaksanaanya, karena pelaksanaan Upacara adat Moponika selalu melakukan upacara adat di rumah orang tua mempelai perempuan

2. Peristiwa Komunikatif Upacara adat Moponika merupakan adat pernikahan masyarakat Gorontalo. Dalam masyarakat Gorontalo sudah merupakan kewajiban dalam pernikahan melaksanakan Upacara adat

Moponika dengan rentetan acara yang telah ditentukan dari pada para leluhur. Dimulai dari tahap pertama adalah Mongilalo (Meninjau),

Molenilo (Mencari kepastian), Tolobalango (Peminangan), Modutu

(Mengantarkan adat), Mopotilantahu (Malam pengantin), Molapi saronde,Tidi,Akaji (Akad nikah), Molomela taluhu tabia (Pembatalan air wudhu). Tahapan tersebut harus dilakukan dengan dengan baik demi kelancaran prosesi tersebut karena dalam Upacara adat Moponika

terdapat beberapa nilai kebudayaan yang sangat diperlihatkan dari tarian-tarian, musik, dan tata cara pelaksanaan. Selain nilai kebudayaan yang terlihat dalam Upacara adat Moponika bentuk pesan merupakan salah satu yang ditonjolkan dalam Upacara Adat Moponika melalui kode verbal dan nonverbal yang terlihat dalam beberapa prosesi adat. Dengan dilaksanakannya Upacara Adat Moponika bertujuan untuk tetap terus melaksanakan warisan budaya sudah dari turun temurun tetap dilaksanakan oleh masyarakat Gorontalo.

3. Tindakan Komunikatif merupakan bentuk perintah, pernyataan, permohonan dan perilaku nonverbal, bentuk perintah dan pernyataan yang ada ketika pengantin laki-laki diucapkan Tuja’I momuduqo,

Tuja’i mopodiambango, Tuja’i mopotuoto, sebagai bentuk perintah, pernyataan, permohonan dalam Upacara Adat Moponika. Upacara Adat Moponika terdapat beberapa perilaku nonverbal yang terdapat


(11)

Upacara Adat pernikahan Gorontalo yang telah turun temuran dilaksankan oleh masyarakat Gorontalo. setiap rangkaian prosesi adatnya memilki arti dan makna tersendiri. Pelaksanaan Upacara Adat

Moponika memiliki tujuan untuk memberikan penghormatan kepada kedua mempelai yang menjadi raja dan ratu sehari dan untuk memuliakan suatu pernikahan yang dilaksanakan secara teratur menurut adat yang sudah ditentukan. Keagungan suatu masyarakat biasa dinilai dari hukum adat pernikahannya sehingga Upacara Adat

Moponika tidak dapat dipisahkan dari kebudayaan masyarakat Gorontalo.


(12)

Abdussamad, Kadir. 1985. 4 Aspek Adat Daerah Gorontalo

Alo liliweri, 1994. Komunikasi Verbal dan Non Verbal , PT. Citra Aditya Bakti Bandung

Alo liliweri, 2011. Komunikasi Serba Ada Serba Makna, Prenada Media Group, Jakarta

Bungin, Burhan. 2003. Analisis Data Penelitian Kualitatif . Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Cangara, Hafied. 2005. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada

Effendy, Onong Uchjana. 1994. Ilmu teori & filsafat Komunikasi. Citra Aditya Bakti, Bandung

Littlejhon, 2009. Teori Komunikasi “ Theories of Human Communication” , Salemba Humanika, Jakarta

Hikmat, Mahi. 2011. Metode Penelitian Dalam Perspektif Ilmu Komunikasi dan Sastra. PT Graha Ilmu, Bandung

Meleong, Lexy. 2007. Metode Penelitian Kualitatif . PT Rosdakarya, Bandung Mulyana, Deddy.2002 Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT Remaja

Rosdakarya

Mulyana, Deddy.2010. Komunikasi Antar Budaya, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung

Mulyana, Deddy.2010. Metodologi Penelitian Kualitatif. PT. Remaja Rosdakarya.Bandung

Norman K. Denzin & Yvonna S. Lincoln. 2009. Handbook of Qualitative Research. Pustaka Pelajar, Yogyakarta.

Kuswarno, Engkus. 2008. Etnografi Komunikasi. Suatu Pengantar Dan Contoh Penelitiannya. Widya Padjajaran, Bandung


(13)

http://lifestyle.okezone.com/read/2011/05/13/408/456698/menyibak-prosesi-pernikahan-adat-gorontalo

http://elib.unikom.ac.id/files/disk1/602/jbptunikompp-gdl-mauludindw-30053-9-unikom_m-i.pdf

http://www.gorontalofamily.org/upacara-adat/aspek-adat-perkawinan.html

http://www.kebudayaanindonesia.com/2014/09/kebudayaan-provinsi-gorontalo.html

http://www.referensimakalah.com/2012/11/pengertian-budaya-dan-kebudayaan.html

Penelitian terdahulu :

Septian Restu Unggara; NIM. 41808037/Ilmu komunikasi UNIKOM:2012 Aktivitas Komunikasi Ritual Dalam Upacara Hajat Sasih Kampung Naga Tasikmalaya (Studi Etnografi Komunikasi Mengenai Aktivitas Komunikasi Ritual Dalam Upacara Hajat Sasih Kampung Naga Tasikmalaya)

Muhammad Sofyan; /Ilmu komunikasi Telkom University:2014 Aktivitas Komunikasi Upacara Pernikahan Hindu-Bali yang dilaksanakan di Desa Tegal Suci, Kabupaten Bangli (Studi Etnografi Komunikasi Dalam Upacara Pernikahan Hindu-Bali Di Kabupaten Bangli, Desa Tegal Suci)

Ratna Wulansari; NIM. 41810037//Ilmu komunikasi UNIKOM:2014 Aktivitas Komunikasi dalam Upacara Adat Mapag Pengantin di Kota Bandung (Studi Etnografi Komunikasi Mengenai Aktivitas Komunikasi dalam Upacara Adat


(14)

iii

Adat Moponika di Kota Gorontalo)

Oleh :

SHOFYAN TANAIYO NIM 41810168

Skripsi ini dibawah bimbingan :

Adiyana Slamet, S.IP., M.Si

Penelitian ini dimaksudkan untuk menganalisis secara mendalam tentang Aktivitas Komunikasi Dalam Upacara Adat Moponika., maka fokus masalah tersebut peneliti bagi menjadi beberapa sub masalah mikro yaitu, situasi komunikatif, peristiwa komunikatif, dan tindakan komunikatif dalam Upacara Adat Moponika.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif studi etnografi komunikasi dengan teori substantif interaksi simbolik. Subyek penelitian ini adalah beberapa orang yang terlibat dalam Upacara Adat Moponika, terdiri dari 5 (Lima) informan yang diperoleh melalui teknik Purposive Sampling. Teknik pengumpulan data melalui wawancara mendalam, observasi, catatan lapangan, studi pustaka, dokumentasi, internet searching. Teknik uji keabsahan data dengan cara ketekunan pengamatan, kecukupan referensi, pengecekan anggota, triangulasi data.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa, situasi komunikatif dalam Upacara Adat Moponika merupakan tradisi pernikahan yang suci dan sakral, di mana dalam proses ada tahapan yang harus dilakukan. Peristiwa komunikatif dalam Upacara Adat

Moponika terkandung beberapa nilai kebudayaan yaitu pada bagian Motolobalango,

Mopotilantahu, Akaji, sementara tindakan komunikatif dalam Upacara Adat Moponika berbentuk perintah, pernyataan, aplikasi dan sikap nonverbal yang terdapat dalam beberapa prosesi Upacara Adat Moponika.

Kesimpulan dari penelitian ini bahwa Aktivitas Komunikasi Dalam Upacara Adat Moponika merupakan tradisi pernikahan masyarakat Gorontalo yang mempunyai makna memberikan penghormatan kepada kedua mempelai. Saran dari peneliti bagi masyarakat Gorontalo agar tetap melestarikan dan melaksanakan upacara adat pernikahan.

Keyword: Etnografi Komunikasi, Aktivitas Komunikasi, Dalam Upacara Adat


(15)

iv

Cultural Ceremony of Moponika in the City of Gorontalo) By:

SHOFYAN TANAIYO NIM 41810168

This thesis is under the guidance of: Adiyana Slamet, S.IP., M.Si

This research is aimed to analyze in depth about Communication Activity in the Cultural Ceremony of Moponika. Researcher divided the focus of this problem into several sub micro problems such as communicative situation, communicative e vents, and communicative action in the cultural Ceremony of Moponika.

The used method in this study is a qualitative ethnographic study method of communication with substantive theory of symbolic interaction. The subjects of this study are some people involved in the cultural Ceremony of Moponika, which consists of 5 (five) informant obtained through purposive sampling technique. The te

chnique of collecting data are through interviews, observation, field notes, literature,

documentation, Internet searching. Mechanical test the validity of data by observation persistence, the adequacy of reference, member checking, triangulation

data.

The results showed that, in a communicative situation of the cultural ceremony of Moponika is a wedding tradition that is holy and sacred, where there are steps that must be done. Communicative events in the cultural ceremony of Moponika contained some cultural values that is on the Motolobalango, Mopotilantahu, Akaji, while communicative action in the form of command ceremony

of Moponika, statements, applications and nonverbal attitude contained in some procession of the cultural ceremony of Moponika.

The conclusion of this study is that the Communication Activity in the cultural ceremony of Moponika is a wedding tradition of Gorontalo society that has meaning to honor the bride and groom. a suggestion from researcher for Gorontalo society is to keep preserve and carry out the cultural wedding ceremonies.

Keyword: Ethnography of Communication, Communicative activity, In the cultural ce remony of Moponika, Gorontalo


(16)

12

2.1 Tinjauan Pustaka

Pada Bab ini akan menjelaskan mengenai teori-teori yang relevan mengenai penelitian ini, serta studi literature, dokumen atau arsip yang mendukung, yang telah dilakukan sebagai pedoman pelaksanaan penelitian.

2.1.1 Penelitian Relevan

Penelitian terdahulu adalah refensi yang berkaitan dengan penelitian. Penelitian terdahulu dijadikan sebagai bahan ajuan, antara lain sebagai berikut :

1. (Septian Restu Unggara; Nim 41808037/Ilmu Komunikasi UNIKOM:2012) Penelitian ini dimaksudkan untuk menguraikan secara mendalam tentang Aktivitas Komunikasi Ritual dalam Upacara Hajat Sasih Kampung Naga Tasikmalaya. Untuk menjabarkannya, maka fokus maslah tersebut peneliti dibagi kedalam beberapa sub-sub masalah mikro yaitu situasi komunikasti, peristiwa komunikatif, dan tindakan komunikastif dalam upacara Hajat Sasih Kampung Naga Tasikmalaya.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif etnografi komunikasi dengan teori substantive yang diangkat yaitu interaksi


(17)

simbolik dan pemusatan simbolis. Subjek penelitian adalah masyarakat Kampung Naga yang mengikuti upacara Hajat Sasih sebanya 5 (lima) orang, terdiri dari 3 (tiga) informan dan 2 (dua) informan kunci yang diperoleh melalui teknik purposive sampling.

Teknik pengumpulan data melalui wawancara mendalam, observasi partisipan, catatan lapangan, studi kepustakaan, dokumentasi dan internet searching. Teknik uji keabsahan data dengan cara peningkatan ketekunan pengamatan, triangulasi, kecukupan referensi dan pengecekan anggota.

Hasil dari penelitian menunjukan bahwa, Situasi Komunikatif yang terdapat dalam Upacara Hajat Sasih ini bersifat sacral, tempat pelaksanaanya yaitu sungai Ciwulan, Bumi Ageung serta Hutan yang dikeramatkan. Peristiwa komunikatif dalam Upacar Hajat Sasih yaitu perayaan dalam bentuk ritual khusus yantg dilaksanakan satu tahun enam kali berdasarkan hari-hari besar Islam yang bermula dari kebiasaan nenek moyang mereka menghormati leluhurnya, sedangkan tindakan komunikatif yang terdapat dalam Upacara

Hajat Sasih yaitu berbentuk perintah, pernyataan, permohonan dan perilaku nonverbal.

Simpulan dari penelitian ini bahwa aktivitas komunikasi ritual dalam Upacara Hajat Sasih bermula dari kebiasaan nenek moyang mereka untuk menghormati leluhur Kampung Naga yang pelaksanaanya, namun dalam setiap rangkaiannya mempunyai makna yang sama dan aktivitas yang sama.


(18)

2. (Muhammad Sofyan, 2014. Ilmu Komunikasi. Konsentrasi Marketing Communication. Telkom University)

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mengkaji simbol-simbol tertentu yang menciptakan kebudayaan tersendiri khususnya dalam Upacara Pernikahan Hindu-Bali. Agar masyarakat memahami pengalaman mereka melalui makna-makna yang ditemukan dalam simbol-simbol.

Metode yang digunakan adalah metode kualitatif etnografi komunikasi. Metode ini digunakan untuk mendeskripsikan suatu kebudayaan dalam Upacara Pernikahan Hindu-Bali. Menjelaskan simbol-simbol, pesan, dan makna. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori interaksi simbolik.

Hasil penelitian menunjukan bahwa, situasi komunikatif yang terjadi saat Upacara Pernikahan Hindu-Bali terdapat tahapan dan proses yang harus dijalankan, dimana disetiap proses tahap pelaksanaanya terdapat banyak keluarga dari pihak mempelai wanita dan pria yang ikut dalam berjalannya prose pernikahan. Pernikahan tersebut sangat sakral dan kental akan budaya Bali. Peristiwa komunikatif dalam Upacara Pernikahan Hindu-Bali bermula dari nenek moyang atau leluhurnya yang sudah menjalankan tradisi tersebut dari dulu hingga sekarang, sedangkan tindakan komunikatif yang terdapat dalam Upacara Pernikahan Adat Batak Toba merupakan bentuk perintah, pernyataan, permohonan dan perilaku nonverbal.


(19)

3. (Ratna Wulansari; 41810037/Ilmu Komunikasi UNIKOM:2014)

Fokus pada penelitian ini adalah Aktivitas Komunikasi Upacara Adat Mapag Pengantin di Kota Bandung. Dalam melakukan penelitian peneliti menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode etnografi komunikasi.

Hasil penelitian menunjukan bahwa, dalam pelaksanaanya menjadi suatu aktivitas khas yang tampak dalam setiap proses pernikahan adat Sunda. Situasi komunikatif terdiri dari bahwa Upacara Adat Mapag Panganten ini adalah upacara adat yang ada dalam perikahan adat sunda dan sudah menjadi tradisi yang ada di tatar Sunda, yang dilaksanakan untuk menjemput calon pengantin pria yang datang kekediaman calon pengantin perempuan. Peristiwa komunikatif merupakan unit dasar tujuan deskriptif. Untuk menganalisis peristiwa komunikatif terdapat beberapa komponen, yaitu kata Speaking, yang terdiri dari: setting/scence, partipants, ends, act sequence, keys, instrumentalities, norms of interaction, genre. Tindakan komunikati pada saat Upacara Adat Mapag Pengantin merupakan bentuk perintah, pernyataan, permohonan dan perilaku nonverbal.


(20)

Tabel 2.1

Tebel Penelitian Relevan Nama Peneliti

Uraian Septian Restu Unggara 41808037.2012

Muhammad Sofyan 2014

Ratna Wulansari 41810037.2014

Universitas Universitas Komputer Indonesia

Universitas Telkom Universitas Komputer

Indonesia

Judul Penelitian

Aktivitas Komunikasi Ritual dalam Upacara

Hajat Sasih Kampung Naga Tasikmalaya

Aktivitas Komunikasi Upacara Pernikahan Hindu-Bali yang

dilaksanakan di Desa Tegal Suci, Kabupaten Bangli

Aktivitas Komunikasi dalam Upacara Adat

Mapag Pengantin di Kota Bandung


(21)

Tujuan Penelitian Untuk mengetahui situasi komunikatif, peristiwa komunikatif, tindakan komunikatif dalam Upacara Hajat Sasih Kampung Naga Tasikmalaya

untuk mengetahui dan mengkaji simbol-simbol tertentu yang menciptakan kebudayaan tersendiri khususnya Upacara Pernikahan Hindu-Bali. Agar masyarakt memahami pengalaman mereka

melalui makna-makna yang ditemukan dalam simbol-simbol.

Untuk mengetahui situasi komunikatif, peristiwa komunikatif, tindakan komunikatif dalam Upacara Adat Mapag

Pengantin di Kota Bandung

Metode Penelitian

Metode kualitatif tradisi etnografi

Metode kualitatif studi etnografi komunikasi

Metode kualitatif studi etnografi komunikasi

Hasil Penelitian

Menunjukan bahwa, situasi komunikatif yang terdapat dalam Upacara Hajat sasih

ini bersifat sacral, tempat pelaksanannya yaitu sungai Ciwulan,

Hasil penelitian yang diperoleh yaitu situasi komunikatif pada

pernikahan tersebut sangat sakral dan kental akan budaya Bali. Peristiwa komunikatif memberikan

Situasi komunikatif terdiri dari bahwa Upacara Adat

Mapag Panganten ini adalah upacara adat yang ada dalam perikahan adat sunda dan sudah menjadi tradisi yang ada di tatar


(22)

Bumi Ageung serta Hutan yang

dikeramatkan.

Peristiwa komunikatif dalam Upacara Hajat Sasih yaitu perayaan dalam bentuk ritual khusus yang

dilaksananakan satu tahun enam kali berdasarkan hari-hari besaar islam yang bermula dari kebiasaan nenek moyang untuk menghormati para leluhur, sedangkan tindakan komunikatif yang terdapat dalam Upacara Hajat Sasih

berbentuk perintah,

gambaran secara keseluruhan mengenai proses terjadinya pernikahan dari awal, ritual upacara pernikahan sampai akhir ritual upacara. Sedangkan tindak komunikatif

mendeskripsikan secara mendetail bagaimana tindakan-tindakan atau interaksi yang terjadi memberikan arti simbolik sebagai pesan komunikasi non verbal. Ketiga unsur tersebut menajdi kunci dalam mendeskripsikan proses komunikasi yang terdapat pada pernikahan Hindu-Bali di Desa Tegal Suci, Kabupaten Bangli,

Sunda, yang dilaksanakan untuk menjemput calon pengantin pria yang datang kekediaman calon pengantin perempuan. Peristiwa komunikatif merupakan unit dasar tujuan deskriptif. Untuk menganalisis peristiwa komunikatif terdapat beberapa komponen, yaitu kata Speaking, yang terdiri dari: setting/scence, partipants, ends, act sequence, keys,

instrumentalities, norms of interaction, genre.

Tindakan komunikati pada saat Upacara Adat

Mapag Pengantin merupakan bentuk


(23)

pernyataan, permohonan dan perilaku nonverbal.

Bali. perintah, pernyataan,

permohonan dan perilaku nonverbal.

Sumber : Data Peneliti 2015

Perbedaan penelitian peneliti dengan penelitian Nomor 1 (Satu) dengan judul Penelitian Aktivitas Komunikasi Ritual dalam Upacara Hajat Sasih Kampung Naga Tasikmalaya. Dimana penelitian ini dimaksudkan untuk menguraikan secara mendalam tentang Aktivitas Komunikasi Upacara

Hajat Sasih Kampung Naga Tasikmalaya. Untuk menjabarkannya, maka fokus masalah tersebut peneliti dibagi ke dalam beberapa sub-sub masalah mikro yaitu situasi komunikatif, peristiwa komunikatif, dan tindak komunikatif dalam Hajat Sasih Kampung Naga Tasikmalaya. Sedangkan penelitian yang peneliti membahas aktivitas komunikasi upacara adat

Moponika di Kota Gorontalo. Jika melihat masalah mikro yang sama pada penilitian ini. Objek penelitian yang peneliti teliti adalah mengenai bagaimana aktivitas komunikasi pada upacara adat Moponika.

Perbedaan penelitian peneliti dengan penelitian Nomor 2 (Dua) Aktivitas Komunikasi Upacara Pernikahan Hindu-Bali yang dilaksanakan di


(24)

Desa Tegal Suci, Kabupaten Bangli pada penelitian ini merupakan pernikahan dari pasangan yang berbeda agama, menurut agama Hindu agar perkawinan dianggap sah haruslah kedua belah calon pengantin disamakan dulu agamanya dengan upacara Suddhi Wadani, dengan persyaratan si wanita lain agama Hindu rela mengikuti agama suaminya. Setelah dilaksanakan upacara Suddhi Wadani status seseorang yang sebelumnya beragama di luar hindu dapat disahkan menjadi agama Hindu, wajib menjunjung tinggi dan melaksanakan ajaran agama Hindu. Sedangkan penelitian yang peneliti membahas aktivitas komunikasi upacara adat Moponika di Kota Gorontalo. Yang merupakan perkawinan dengan menurut ajaran agama Islam.

Perbedaan penelitian peneliti dengan penelitian nomor 3 dengan judul penelitian Aktivitas Komunikasi dalam Upacara Adat Mapag Pengantin di Kota Bandung. adalah Upacara Adat Mapag Panganten ini adalah upacara adat yang ada dalam perikahan adat sunda dan sudah menjadi tradisi yang ada di tatar Sunda, yang dilaksanakan untuk menjemput calon pengantin pria yang datang kekediaman calon pengantin perempuan. Sedangkan penelitian yang peneliti membahas aktivitas komunikasi upacara adat Moponika di Kota Gorontalo. Yang merupakan keselurahan ritual upacara adat perkawinan masyarakat Gorontalo.


(25)

2.1.2 Tinjauan Tentang Komunikasi

Komunikasi adalah salah satu syarat bagi berlangsungnya hubungan atau interaksi sosial. Karena pada dasarnya manusia tidak bias hidup sendiri, manusia adalah makhluk sosial yang harus selalu berkomunikasi dengan manusia yang lain. Oleh karena itu, komunikasi merupakan hal yang bias terjadi didalam kehidupan manusia.

2.1.2.1 Pengertian Komunikasi

Kata komunikasi atau communication dalam Bahasa Inggris berasal dari kata latin communis yang berarti “sama”, communico, communication, atau communicare yang berarti “membuat sama” (to make common). Istilah pertama (communis) paling sering disebut sebagai asal kata komunikasi, yang merupakan akar dari kata-kata latin lainnya yang mirip. Komunikasi menyarankan bahwa suatu pikiran, suatu makna, atau suatu pesan dianut secara bersamaan. Komunikasi adalah topik yang amat sering diperbincangkan, bukan hanya dikalangan ilmuan komunikasi, melainkan juga di kalangan awam, sehingga kata komunikasi itu sendiri memiliki terlalu banyak arti yang berlainan. (Mulyana, 2007:46)

Kata lain yang mirip dengan komunikasi adala kelempok (community) yang juga menekankan kesamaan atau kebersamaan kelompok merujuk pada pada sekelompok orang yang berkumpul atau hidup bersama untuk mencapai tujuan tertentu, dan mereka berbagi makna dan sikap. Tanpa


(26)

komunikasi tidak aka nada kelompok. Komunikasi bergantung pada pengalaman dan emosi bersama, dan komunikasi berperan dan menjelaskan kebersamaan itu. Oleh karena itu, kelompok juga berbagi bentuk-bentuk komunikasi yang berkaitan erat dengan seni, agama Bahasa dan masing-masing bentuk tersebut mengandung dan menyampaikan gagasan, sikap, perspektif, pandangan yang mengakar kuat dalam sejarah kelompok tersebut.

Berbicara tentang definisi komunikasi, tidak ada definisi yang benar atau salah. Seperti juga model atau teori, definisi harus dilihat dari kemanfaatannya untuk menjelaskan fenomena yang didefinisikan.

2.1.2.2 Unsur-Unsur Komunikasi

Dari pengertian komunikasi yang telah dikemukakan, maka jelas bahwa komunikasi hanya bisa terjadi jika seseorang yang menyampaikan pesan kepada orang lain dengan tujuan tertentu. Artinya komunikasi hanya bias terjadi kalau didukung oleh adanya sumber, pesan, media penerima, dan efek. Unsur-unsur ini bias juga disebut komponen dan elemen komunikasi.

Terdapat beberapa macam pandangan tentang banyaknya unsur atau elemen yang mendudkung terjadinya komunikasi. Ada yang menilai bahwa elemen yang menilai bahwa terciptanya proses komunikasi, cukup didukung oleh tiga unsur, sementara ada yang menambah umpan balik dan lingkungan selain kelima unsur yang telah disebutkan. (Cangara, 2006.21)


(27)

2.1.2.3 Fungsi Komunikasi

Begitu pentingnya komunikasi dalam hidup manusia, maka Harold D. Lasswell mengemukakan bahwa fungsi komunikasi adalah manusia dapat mengontrol lingkungannya, beradaptasi dengan lingkungan tempat mereka berada, serta melakukan transformasi warisan sosial kepada generasi berikutnya.

Komunikasi dengan diri sendiri berfungsi untuk menumbuhkan berfungsi untuk mengembangkan kreatifitas imajinasi, memahami dan mengedalikan diri, serta meningkatkan kematangan berpikir sebelum mengambil keputusan. Fungsi komunikasi antar pribadi ialah mengendalikan lingkunangan guna memperoleh imbalan tertentu berupa fisik, ekonomi dan sosial, serta meningkatkan hubungan insani, menghindari dan mengetasi konflik konflik pribadi. Komunikasi public berfungsi untuk menumbuhkan semangat kebersamaan (solidaritas), mempengaruhi orang banyak, memberi informasi, mendidik, dan menghibur. Komunikasi massa berfungsi untuk menyebarluaskan informasi, meratakan pendidikan, merangsang pertumbuhan ekonomi, dan menciptakan kegembiraan dalam hidup seseorang (Cangara, 2004: 55-57).


(28)

2.1.2.4 Tujuan Komunikasi

Tujuan yang dimaksud disini menunjuk pada suatu hasil atau akibat yang diinginkan oleh pelaku komunikasi. Efendy dalam bukunya Ilmu Komunikasi teori dan praktek, tujuan komunikasi adalah

1. Perubahan sikap (Attitude Change)

2. Perubahan pendapat (opinion Change)

3. Perubahan perilaku (Behavior Change)

4. Perubahan sosial (Sosial Change). (Effendy, 2004:8)

2.1.3 Tinjauan Komunikasi Antar Budaya

Budaya dan komunikasi tak dapat dipisahkan oleh karena budaya tidak hanya menentukan siapa bicara dengan siapa, tentang apa, dan bagaimana orang menyampaikan pesan, makna yang ia miliki untuk pesan, dan kondisi-kondisinya untuk mengirim pesan, memperhatikan dan menafsirkan pesan. Sebenarnya seluruh perbendaharaan perilaku kita sangat bergantung pada budaya tempat kita dibesarkan. Konsekuensinya, budaya merupakan landasan komunikasi. Bila budaya beraneka ragam, maka beraneka ragam pula praktik-praktik komunikasi.

Hal-hal yang sejauh ini dibicarakan tentang komunikasi, berkaitan dengan komunikasi antarbudaya. Fungsi-fungsi dan hubungan-hubungan antar


(29)

komponen komunikasi juga berkenaan dengan komunikasi antar budaya. Namun, apa yang terutama menandanai komunikasi antar budaya adalah bahwa sumber dan penerimaannya berasal dari budaya yang berbeda. Ciri ini saja memadai untuk mengidentifikasi suatu bentuk interaksi komunikatif yang unik yang harus memperhitungkan peranan dan fungsi budaya dalam proses komunikasi. Kini kita akana mendefinisikan komunikasi antarbudaya dan membahasnya melalui perspektif suatu model. Kemudian kita akan melihat pula berbagai untuk komunikasi antarbudaya. (Mulyana, 2010:20)

Adapun dalam buku Dasar-Dasar Komunikasi menurut Lustig dan Koester Intercultur Communication Competence, 1993:

Komunikasi Antarbudaya adalah suatu proses Komunikasi simbolik, interpretative, transaksional, kontekstual, yang dilakukan oleh sejumlah orang yang memiliki perbedaan derajat kepentingan tertentu, memberikan interpretasi dan harapan secara berbeda terhadap apa yang disampaikan dalam bentuk perilaku tertentu sebagai makna yang dipertukarkan.

Komunikasi antarbudaya adalah proses negosiasi atau pertukaran system simbolik yang membimbing perilaku manusia dan membatasi mereka dalam menjalankan fungsinya sebagai kelompok.

Selanjutnya komunikasi antar budaya itu dilakukan:

1. Dengan negosiasi untuk melinatkan manusia didalam pertemuan antarbudaya yang membahas satu tema

2. Melalui pertukaran system symbol yang tergantung dari

persetujuan antar subjek yang terlibatkan dalam komunikasi sebuah keputusan dibuat untuk berpatisipasi dalam proses pemberian makna yang sama

3. Sebagai pembimbing perilaku budaya yang tidak terprogram namun bermanfaat karena mempunyai pengaruh terhadap perilaku kita


(30)

4. Menunjukan fungsi sebuah kelompok sehingga kita dapat membedakan diri dari kelompok lainnya dan mengidentifikasinya dengan berbagai cara. (Liliweri, 2003:11)

2.1.4 Tinjauan Upacara Adat 2.1.4.1 Definisi Pernikahan

Pernikahan merupakan salah satu jalan atau suratan hidup yang dialami oleh hampir semua manusia dimuka bumi ini walaupun ada beberapa diantaranya yang tidak terikat dengan pernikahan sampai ajal menjemput. Semua agama resmi di Indonesia memandang pernikahan sebagai sesuatu yang sakral, harus dihormati, dan harus dijaga kelanggengannya. Oleh karena itu, setiap orang tua merasa tugasnya sebagai orang tua telah selesai bila anaknya telah memasuki jenjang pernikahan

2.1.5 Tinjauan Tentang Komunikasi Verbal dan Non Verbal 2.1.5.1 Definisi Komunikasi Verbal

Komunikasi verbal adalah salah satu bentuk komunikasi yang ada dalam kehidupan manusia dalam hubungan atau interaksi sosialnya. Pengertian Komunikasi Verbal (verbal communication) adalah bentuk komunikasi yang disampaikan komunikator kepada komunikan dengan lisan atau dengan tertulis. Peranannya sangat besar karena sebagian besar dengan komunikasi verbal ide-ide, pemikiran atau keputusan lebih mudah


(31)

disampaikan secara verbal dibandingkan non verbal. Komunikan juga lebih mudah memahami pesan-pesan yang disampaikan dengan komunikasi verbal ini.

2.1.5.1.1 Pesan dan Bahasa dalam Komunikasi Verbal

Pesan yang disampaikan berupa pesan verbal yang terdiri atas kode-kode verbal. Dalam penggunaannya kode-kode-kode-kode verbal ini berupa bahasa. Bahasa adalah seperangkat kata yang telah disusun secara berstruktur sehingga menjadi kumpulan kalimat yang mengandung arti. Bahasa ini memiliki tiga fungsi pokok, yaitu :

1. Untuk mempelajari tentang segala hal yang ada di sekeliling kita. 2. Untuk membina hubungan yang baik dalam hubungan manusia sebagai

makhluk sosial antara satu individu dengan individu lainnya.

3. Untuk menciptakan ikatan-ikatan dalam perjalanan kehidupan manusia.

Bahasa dapat dipelajari dengan beberapa cara. Hal ini dijelaskan dalam beberapa teori, seperti teori Operant Conditioning, teori kognitif, dan yang terakhir adalah mediating theory.

A. Menurut teori operant conditing bahasa dipelajari dengan adanya stimulus dari luar yang menyebabkan seseorang pada akhirnya berbicara dengan Bahasa yang dimengerti oleh orang yang memberi stimulun.


(32)

B. Dalam teori kognitif Bahasa merupakan pembawaan manusia sejak lahir yang merupakan pembawaan biologis. Disini ditekankan bahwa manusia yang lahir keduania berpotensi untuk bias berbahasa.

C. Mediating theory dikenal dengan istilah teori penengah. Disini menekankan bahawa manusia dalam mengembangkan kemampuannya berbahasa, tidak hanya sekedar sebagai reaksi dari adanya stimulus dari liuar, tapi juga dipengaruhi proses internal yang terjadi dalam diri manusia itu sendiri.

2.1.5.1.2 Pentingnya Komunikasi Verbal

Dengan komunikasi verbal, pesan dapat diterima dengan baik oleh komunikan. Komunikan pun dapat memberikan feedback dengan komunikasi verbal pula. Sehingga dapat dipastikan bahwa dengan penggunaan komunikasi verbal ini, kesalahan persepsi komunikasi atau miss communication dapat diminimalisir. Oleh karena itu, kemampuan dalam berbahasa merupakan bagian yang sangat penting untuk seorang komunikator. Semakin banyak bahawa yang dikuasai maka semakin besar pula potensi untuk menjadi seorang komunikator dan komunikan yang baik untuk mencapai komunikasi efektif yang dibutuhkan dalam kehidupan kita dalam segala bidang.


(33)

2.1.5.2 Definisi Komunikasi Non Verbal

Seperti halnya komunikasi secara umum, komunikasi non verbal juga memiliki banyak definisi yang dikemukakan oleh para ahli. Menurut Larry A. Samovar dan Richard E. Porter dalam (Mulyana, 2007:343) menuturkan bahwa :

“Komunikasi nonverbal mencakup semua rangsangan (kecuali rangsangan verbal) dalam suatu setting komunikasi, yang dihasilkan oleh individu dan penggunaan lingkungan oleh individu, yang mempunyai nilai pesan potensial bagi pengirim atau penerima”.

Sementara itu Edward T. Hall “Menamai bahasa nonverbal ini sebagai “bahasa diam” (silent language) dan “dimensi tersembunyi” (hidden dimension). Disebut diam dan tersembunyi, karena pesan-pesan nonverbal tertanam dalam konteks komunikasi. Selain isyarat situasional dan relasional dalam transaksi komunikasi, pesan nonverbal memberi kita isyarat-isyarat kontekstual. Bersama isyarat verbal dan isyarat kontekstual, pesan nonverbal membantu kita menafsirkan seluruh makna pengalaman komunikasi.”(Mulyana, 2007:344)

2.1.5.2.1 Karakteristik Dan Fungsi Komunikasi Non Verbal

Asente dan Gundykust (1989) dalam (Liliweri, 1994:97-100) mengemukakan bahwa pemaknaan pesan non verbal maupun fungsi non verbal memiliki perbedaan dalam cara dan isi kajiannya.


(34)

Pemaknaan (meanings) merujuk pada cara interpretasi suatu pesan; sedangkan fungsi (functions) merujuk pada tujuan dan hasil suatu interaksi. Setiap penjelasan terhadap makna dan fungsi komunikasi non verbal harus menggunakan sistem. Hal ini disebabkan karena pandangan terhadap perilaku non verbal melibatkan, penjelasan dari beberapa kerangka teoritis (penulis : sosiologi, antropologi, psikologi, etnologi, dan lain–lain) seperti teori sistem, interaksionisme simbolis dan kognisi. Pemaknaan terhadap perilaku non verbal dapat dilakukan melalui tiga pendekatan yaitu :

immediacy, statusdan responsiveness

Adapun yang dimaksudkan dengan pendekatan Immediacy

merupakan cara mengevaluasi objek non verbal secara dikotomis terhadap karakteristik komunikator baik / buruk, positif / negatif, jauh dekat. Pendekatan yang didasarkan pada karya Mahrebian itu memandang seseorang maupun objek yang disukainya pada pilihan skala yang bergerak antara valensi positif hingga ke negatif.

Pendekatan status berusaha memahami makna non verbal sebagai ciri kekuasaan. Ciri ini dimiliki setiap orang yang dalam prakteknya selalu mengontrol apa saja yang ada di sekelilingnya.

Pendekatan terakhir adalah pendekatan Responsiveness yang menjelaskan makna perilaku non verbal sebagai cara orang bereaksi terhadap sesuatu, orang lain, peristiwa yang berada di sekelilingnya


(35)

Responsiveness selalu berubah dengan indeks tertentu karena manusia pun mempunyai aktivitas tertentu.

Dimensi–dimensi Mahrabian seperti diungkapkan tersebut analog dengan pemaknaan verbal daro Osgood, Suci, dan Tannenbaun dalam

semantic differensial antara lain dalam evaluasi, potensi dan aktivitas. Dimensi tersebut sangat relevan dengan komunikasi antar budaya sehingga budaya dianggap sebagai kunci untuk menjelaskan perilaku baik verbal maupun non verbal. Penelitian terhadap tema ini bersandar pada pertanyaan : bagaimana budaya mempengaruhi pernyataan dan pemaknaan pesan non verbal.

Pendekatan berikut terhadap non verbal adalah pendekatan fungsional. Sama seperti pendekatan sistem maka dalam pendekatan fungsional aspek–aspek penting yang diperhatikan adalah informasi, keteraturan, pernyataan keintiman/keakraban, kontrol sosial dan sarana – sarana yang membantu tujuan komunikasi non verbal

2.1.6 Tinjauan Tentang Aktivitas Komunikasi

1. Situasi Komunikatif, merupakan konteks terjadinya komunikasi. Contohnya, gereja, pengadilan, pesta, lelang, kereta api, atau kelas disekolahnya. Situasi bisa tetap sama walaupun lokasinya berubah, seperti dalam kereta, bus, atau mobil, atau bisa berubah dalam lokasi yang sama apabila aktifitas-aktifitas


(36)

yang berbeda berlangsung di tempat itu pada saat yang berbeda. Situasi yang sama bisa mempertahankan konfigurasi umum yang konsisten pada aktifitas yang sama di dalam komunikasi yang terjadi, meskipun terdapat diversitas dalam interaksi yang terjadi disana.

2. Peristiwa Komunikatif, merupakan unit dasar untuk tujuan deskriptif. Sebuah peristiwa tertentu didefinisikan sebagai keseluruhan perangkat komponen yang utuh, yang dimulai dengan tujuan umum komunikasi, topik umum yang sama, dan melibatkan partisipan yang sama, yang secara umum menggunakan varietas bahasa yang sama untuk interaksi, dalam seting yang sama. Sebuah peristiwa berakhir apabila terdapat perubahan dalam partisipan utama, misalnya perubahan posisi duduk atau suasana hening. (Kuswarno, 2008:41). Analisis peristiwa komunikatif dimulai dengan deskripsi komponen-komponen penting, yaitu :

a. Genre, atau tipe peristiwa (misalnya, lelucon, cerita, ceramah, salam, percakapan).

b. Keys, atau fokus referensi yang bertujuan menghasilkan nada emosi yang dihasilkan saat melakukan interaksi..

c. Ends, peristiwa secara umum dan dalam bentuk tujuan interaksi partisipan secara individual.

d. Setting, termasuk lokasi, waktu, musim, dan aspek fisik situasi itu (misalnya, besarnya ruang, tata letak perabot).


(37)

e. Partisipan, termasuk usianya, jenis kelamin, etnik,status sosial, atau kategori lain yang relevan, dan hubungannya satu sama lain.

f. Instrumentalities, termasuk saluran vokal dan nonvokal, dan hakekat kode yang digunakan (misalnya, bahasa yang mana, dan varietas yang mana).

g. Act Sequence, urutan tindakakan, atau urutan tindak komunikatif atau tindak tutur, termasuk alih giliran atau fenomena percakapan. h. Norms, termasuk pengetahuan umum, kebiasaan kebudayaan, nilai

yang dianut, tabu-tabu yang harus dihindari, dan sebagainya.

3. Tindakan Komunikatif, yaitu fungsi interaksi tunggal, seperti peryataan, permohonan, perintah, ataupun perilaku non verbal (Kuswarno, 2008:41).

2.2 Kerangka Pemikiran

2.2.1 Tinjauan Tentang Interaksi Simbolik

Menurut teoritisi interaksi simbolik yang di kutip dari buku Deddy Mulyana, yang berjudul Metodologi Penelitian Kualitatif adalah Kehidupan sosial pada dasarnya adalah interaksi manusia dengan menggunakan simbol-simbol. Mereka tertarik pada cara manusia menggunakan simbol-simbol yang mempresentasikan apa yang mereka maksudkan untuk berkomunikasi dengan sesamanya dan juga pengaruh yang ditimbulkan penafsiran atas simbol-simbol


(38)

ini terhadap perilaku pihak-pihak yang terlibat dalam interaksi sosial. Secara ringkas interaksi simbolik didasarkan pada premis-premis berikut:

1. Individu merespon suatu situasi simbolik. Mereka merespon lingkungan, termasuk objek fisik (benda) dan objek sosial (perilaku manusia) berdasarkan makna yang dikandung komponen-komponen lingkungan tersebut bagi mereka. Ketika mereka mengahadapi suatu situasi, respon mereka tidak bersifat mekanis. Tidak pula ditentukan oleh faktor-faktor eksternal. Respon mereka bergantung pada bagaimana mereka mendefinisikan situasi yang dihadapi dalam interaksi sosial. Jadi individulah yang dipandang aktif untuk menentukan lingkungan mereka sendiri.

2. Makna adalah produk interaksi sosial, karena itu makna tidak melekat pada objek, melainkan dinegosiasikan melalui penggunaan bahasa. Negosiasi itu dimungkinkan karena manusia mampu menamai segala sesuatu, bukan hanya objek fisik, tindak atau peristiwa (bahkan tanpa kehadiran objek fisik, tindak atau peristiwa itu), namun juga gagasan yang abstrak.

3. Makna yang di interpretasikan individu dapat berubah dari waktu ke waktu, sejalan dengan perubahan situasi yang ditemukan dalam interaksi sosial.perubahan interpretasi dimungkinkan karena individu dapat melakukan proses mental, yakni berkomunikasi dengan dirinya sendiri.


(39)

Manusia membayangkan atau merencanakan apa yang akan mereka lakukaan. (Mulyana, 2008: 71-72)

Adapun menurut Blummer dalam buku Engkus Kuswarno interkasi simbolik mengacu pada tiga premis utama, yaitu:

1. Manusia bertindak terhadap sesuatu berdasarkan makna-makna yang ada pada sesuatu pada mereka.

2. Makna itu diperoleh dari hasil interaksi sosial yang dilakukan oleh orang lain.

3. Makna-makna tersebut disempurnakan di saat proses interaksi sosial sedang berlangsung. (Kuswarno, 2008:22).

Keunikan dan dinamika simbol dalam proses interaksi sosial menuntut manusia harus lebih kritis, peka, aktif dan kreatif dalam menginterpretasikan simbol-simbol yang muncul dalam interaksi sosial, penafsiran yang tepat atas simbol tersebut turut menentukan arah perkembangan manusia dan lingkungan, sebaliknya, penafsiran yang keliru atas simbol dapat menjadi petaka bagi hidup manusia dan lingkungannya.

2.2.2 Simbol

Simbol merupakan hasil kreasi manusia dan sekaligus menunjukkan tinggi kualitas budaya manusia dalam berkomunikasi dengan sesamanya. Simbol dapat dinyatakan dalam bentuk bahasa lisan atau tertulis (verbal) maupun melalui


(40)

isyarat-isyarat tertentu (nonverbal). Simbol membawa pernyataan dan diberi arti oleh penerima, karena itu memberi arti terhadap simbol yang dipakai dalam berkomunikasi. bukanlah hal yang mudah, melainkan suatu persoalan yang cukup rumit. Proses pemberian makna terhadap simbol-simbol yang digunakan dalam berkomunikasi, selain dipengaruhi faktor budaya, juga faktor psikologis, terutama pada saat pesan di decode oleh penerima. Sebuah pesan yang disampaikan dengan simbol yang sama, bisa saja berbeda arti bilamana individu yang menerima pesan itu berbeda dalam kerangka berpikir dan kerangka pengalaman. Hal ini di dapat dari hasil kerja manusia itu pula, dimana yang menunjukan manusia memiliki keistimewaan sehingga hanya dialah yang dapat menciptakan komunikasi baru yang mampu menyimpan berbagai ide dan gagasan dalam human memory yang pada gilirannya tidak mudah dilupakan. (Alo Liliweri : 2011)

Etnografi komunikasi memulai penelitiannya dengan melihat interaksi antarindividu dalam Setting alamiahnya. Kemudian mengakhiri dengan menjelaskan pola-pola perilakunya yang khas, atau dengan menjelaskan perilaku berdasarkan tema kebudayaan dalam masyarakat tersebut.

Kemampuan masyarakat tersebut dalam membangun tradisi budaya, menciptakan pemahaman terntang realita yang diungkapkan secara simbolik, dan mewariskannya kepada generasi penerusnya.

Spradley menjelaskan fokus perhatian etnografi adalah pada apa yang individu dalam suatu masyarakat lakukan (perilaku), kemudian apa yang mereka


(41)

bicarakan (Bahasa), dan terakhir apakah ada hubungan antara perilaku dengan apa yang seharusnya dilakukan dalam masyarakat tersebut, sebaik apa yang mereka buat atau mereka buat atau mereka pakai sehari-hari. (Kuswarno, 2008:35)

Pada etnologi komunikasi terdapat pemaknaan terhadap symbol-simbol yang disampaikan secara verbal maupun nonverbal, sehingga memunculkan sebuah interaksi yang didalmnya terdapat symbol-simbol.

Pada penelitian ini terlihat ketika proses dalam upacara adat pernikahan Gorontalo, dimana terdapat aktivitas komunikasi baik komunikasi verbal atau nonverbal, yang khas dan kompleks serta terdapat peristiwa khas komunikasi. Peristiwa komunikasi melibatkan tindakan komunikasi tertentu dan dalam konteks komunikasi, sehingga proses komunikasi menghasilkan peristiwa yang khas dan berulang.

Dalam mendeskripsikan dan menganalisis aktivitas komunikasi, maka diperlukan sebuah unit-unit diskrit aktivitas komunikasi tersebut, seperti yang dikatakan oleh Hymes yaitu dengan mengetahui situasi komunikatif, peristiwa komunikatif, dan tindakan komunikatif.

Seperti di dalamnya terdapat berbagai simbol-simbol yang muncul, Ketika masuk ke dalam tempat upacara adat tersebut telah terjadi tindak-tindak komunikatif. Ketika masuk ke dalam tempat acara terdapat berbagai tahapan yang harus dilakukan, dan para tamu dalam menempati tempat duduk harus mengikuti


(42)

tata letak yang telah ditentukan dari adat pernikahan Gorontalo. Dimana ada tempat yang sudah diatur untuk para tamu dari pihak laki laki dan perempuan. Begitu juga simbol simbol yang digunakan ketika proses pernikahan adat batak toba, dari dulu hingga sekarang selalu digunakan, sehingga simbol simbol tersebut sudah menjadi bagian yang harus ada setiap proses pernikahan adat Gorontalo.

Dari pemaparan diatas dapat digambarkan tahapan-tahapan model penelitian, seperti gambar dibawah ini :


(43)

Gambar 2.1

Alur Kerangka Pemikiran

Sumber : Data peneliti 2015

Upacara Adat Moponika ETNOGRAFI KOMUNIKASI Kajian Peranan bahasa, budaya, komunikasi dalam

perilaku suatu masyarakat (Kuswarno 2008:22)

PERISTIWA KOMUNIKATIF

Unit dasar tujuan deskriptif / termasuk komponen komunikasi SITUASI KOMUNIKATIF Konteks terjadinya Komunikasi AKTIVITAS KOMUNIKASI

Aktivitas khas yang komplek (Kuswarno, 2008:41) TINDAKAN KOMUNIKATIF Fungsi interaksi tunggal INTERAKSI SIMBOLIK Pertukaran pesan yang menggunakan simbol yang

memilik makna tertentu (Kuswarno, 2008:41)

AKTIVITAS KOMUNIKASI UPACARA ADAT


(44)

40 3.1 Metode Penelitian

Metode penelitian merupakan analisis teoritis mengenai suatu cara atau suatu penyelidikan yang sistematis untuk meningkatkan sejumlah pengetahuan yang teroraganisir untuk menyelidiki masalah tertentu yang memerlukan jawaban. Hakikat penelitian juga dapat dipahami dengan mempelajari berbagai aspek yang mendorong penelitian untuk melakukan penelitian.

Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Berdasarkan hal tersebut terdapat empat kata kunci yang perlu diperhatikan yaitu, cara ilmiah, data, tujuan, dan kegunaan. Cara ilmiah berarti kegiatan penelitian itu didasarkan pada ciri-ciri keilmuan, yaitu rasional, empiris, dan sistematis.

Sejalan dengan definisi tersebut, Kirk dan Miller (1986:9) mendefinisikan bahwa penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung pada pengamatan pada manusia. Penelitian kualitatif dalam ilmu komunikasi adalah sebagai perspektif subjektif. Asumsi-asumsi dan pendekatan serta teknik penelitian yang digunakan dalam penelitian ini sangat relevan dengan ciri-ciri dari penelitian yang berperspektif subjektif seperti :


(45)

1) Sifat realitas yang bersifat ganda, rumit, semu, dinamis (mudah berubah-ubah), dikontruksikan, dan holistik : pembenaran realitas bersifat relatif.

2) Aktor (subyek) bersifat aktif, kreatif dan memiliki kemauan bebas, dimana perilaku komunikasi secara internal dikendalikan oleh individu.

3) Sifat hubungan dalam dan mengenai realitas.

4) Hubungan peneliti dengan subjek penelitian juga bersifat strata, empati, akrab, interaktif, timbal balik, saling mempengaruhi dan berjangka lama.

5) Tujuan penelitian terkait dengan hal-hal yang bersifat khusus. 6) Metode penelitian yang deskriptif.

7) Otentisitas adalah kriteria kualitas penelitian subyektif.

8) Nilai etika, dan pilihan moral penelitian melekat dalam proses penelitian (Mulyana, 2002: 147-148).

3.1.1 Paradigma

Kontruktivisme seperti di paparkan oleh Guba dan Lincoln, mengadopsi ontologi kaum relativis, epistemologi transaksional, dan metodologi hermeneutis atau dialektis. Tujuan tujuan penelitian dari paradigm ini diarahkan untuk mengahasilkan berbagai pemahaman yang bersifat rekontruksi, yang di


(46)

dalamnya kriteria kaum positivis tradisional tentang validitas internal dan eksternal digantikan dengan terma-terma sifat layak dipercaya.

Makna terma terma tersebut bergantung pada maksud orang yang memakainya. Sebagai alat deskripsi umum bagi sekelompok pandangan metodologi dan filosofis yang terkait secara longgar, terma terma ini sebaiknya dipahami secara khusus dan hati hati. (Blumer 1945:146).

Paradigma sebagai pandangan dunia seseorang tersebut, membangun realitas yang dipersepsikan tentang realitas, memfokuskan perhatian pada aspek-aspek tertentu dari realitas objektif dan membimbing interpretasi sesorang pada struktur yang mungkin dan berfungsi kedua realitas yang tampak maupun yang tidak tampak. Keduanya menekankan bahwa perkembangan kognitif hanya terjadi jika konsepsi-konsepsi yang telah dipahami sebelumnya diolah melalui suatu proses ketidakseimbangan dalam upaya memahami informasi baru.

Kaum konstruktivis meyakini bahwa untuk memahami dunia makna ini orang harus menginterpretasikannya. Peneliti harus menjelaskan proses-proses pembentuk makna dan menerangkan bagaimana makna-makna tersebut terkandung dalam bahasa dan tindakan oleh para aktor sosial. Upaya menyusun interpretasi tidak lain adalah upaya melakukan pembacaan tentang makna-makna ini, mengemukakan konstruksi peneliti tentang kontruksi-kontruksi (makna) para aktor yang ditelitinya.


(47)

3.1.2 Desain Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini metode kualitatif, dengan studi etnografi komunikasi, teori subtantif yang diangkat dalam penelitian adalah interaksi simbolik, untuk menganalisis aktivitas komunikasi dalam upacara adat

Moponika.

Menurut Sugiyono dalam bukunya mengemukakan bahwa metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai lawannya eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrument kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara trianggulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna pada generalisasi. (Sugiyono, 2012:1)

Beda dengan pendapat diatas, David Williams (1995) dalam buku Lexy Moleong menyatakan: “Penelitian kualitatif adalah pengumpulan data pada suatu latar alamiah, dengan menggunakan metode alamiah, dan dilakukan oleh orang atau peneliti yang tertarik secara alamiah” (Moleong, 2007:5)

Dari definisi yang dikemukan diatas, didalamnya terdapat pemaparan tentang yang alamiah, hal ini berarti penelitian ini bersifat apa adanya atau

natural setting .Berbeda dengan definisi diatas Kirk dan Miller (1986:9) mengemukakan bahwa :


(48)

“ Pendekatan kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pegetahuan sosialyang secara fundamental bergantung pada pengamatan pada manusia dalamkawasan sendiri yang berhubungan dengan orang orang tersebut dalam bahasa dan peristilahannya.” (Hikmat,2011:38)

Dengan demikian tradisi etnografi komunikasi membutuhkan alat atau metode penelitian yang bersifat kualitatif untuk mengasumsikan bahwa perilaku dan makna yang dianut sekelompok manusia hanya dapat dipahami melalui analisis atas lingkungan alamiah (Natural setting) mereka.

Dell Hymes memperkenalkan studi ini untuk pertama kalinya pada tahun1962, sebagai kritik terhadap ilmu linguistic yang terlalu memfokuskan diri pada fisik bahasa saja. Definisi etnografi komunikasi itu sendiri adalah pengkajian peranan bahasa dalam perilaku komunikatif suatu masyarakat, yaitu cara-cara bahasa dipergunakan dalam masyarakat yang berbeda-beda kebudayaannya.

Etnografi komunikasi (ethnography communication) juga dikenal sebagai salah satu cabang ilmu dari Antropologi, khususnya turunan dari Etnografi Berbahasa (ethnography of speaking). Disebut etnografi komunikasi karena Hymes beranggapan bahwa yang menjadi kerangka acuan untuk memberikan tempat bahasa dalam suatu kebudayaan haruslah difokuskan pada komunikasi bukan pada bahasa. Bahasa hidup dalam komunikasi, bahasa tidak akan mempunyai makna jika tidak dikomunikasikan.


(49)

Etnografi komunikasi sangat percaya bahwa setiap individu dibelahan dunia manapun ketika berkomunikasi akan dipengaruhi dan diatur oleh kaidah-kaidah sosiokultural dari mana ia berasal dan dimana ia berkomunikasi.

Dalam penjelasannya, etnografi komunikasi memandang perilaku komunikasi sebagai perilaku yang lahir dari integrasi tiga keterampilan yang dimiliki setia individu sebagai mahluk sosial. Ketiga keterampilan ini terdiri dari keterampilan linguistic, keteramilan interaksi, dan keterampilan budaya. (Kuswarno, 2008:18)

Ketiga keterampilan ini pada dasarnya menggambarkan ruang lingkup etnografi komunikasi, atau bidang apa saja yang menjadi objek kajian etnografi komunikasi. Selanjutnya etnografi komunikasi menyebut ketiga keterampilan ini sebagai kompotensi berkomunikasi. Sehingga melalui penjelasan tersebut dapat digambarkan model etnografi komunikasi sebagai sebuah model perilaku komunikasi dalam sebuah peristiwa komunikasi.

Penggambaran model komunikasi dari sudut pandang etnografi komunikasi menjadi penting karena:

1. Untuk membedakan etnografi komunikasi memandang perilkau

komunikasi dan peristiwa komunikasi dari ilmu yang lain.

2. Untuk mempermudah pemahaman bagaimana etnografi komunikasi

dalam memandang perilaku komunkasi dan peristiwa komunikasi. 3. Sebagai panduan dalam melakukan penelitian etnografi komunikasi.


(50)

3.1.3 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Sebagai bentuk penunjang dari penelitian yang valid tidak hanya berdasarkan pengetahuan yang dimiliki, melainkan informasi-informasi dalam bentuk data yang relevan dan dijadikan bahan-bahan penelitian untuk di analisis pada akhirnya. Adapun teknik pengumpulan data yang dilakukan, sebagai berikut :

1. Wawancara Mendalam

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interview) yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai (interviewee) yang memberikan jawaban pertanyaan itu. (Moleong, 2007 : 135)

Wawancara juga dimaksudkan untuk memverifikasi khususnya pengumpulan data. Wawancara yang akan dilakukan secara terstruktur bertujuan mencari data yang mudah dikualifikasikan, digolongkan, diklasifikasikan dan tidak terlalu beragam, dimana sebelumnya peneliti menyiapkan data pertanyaan. Wawancara dalam etnografi komunikasi dapat berlangsung selama peneliti melakukan observasi partisipan, namun seringkali perlu juga wawancara khusus dengan beberapa responden. Khusus yang dimaksud adalah dalam waktu dan setting yang telah


(51)

ditentukan sebelumnya oleh peneliti. Itu semua bergantung kepada kebutuhan peneliti akan data lapangan. (Kuswarno, 2008:55)

2. Observasi Partisipatif

Pasif Peneliti datang ditempat kegiatan tetapi tidak ikut serta dan terlibat langsung dalam kegiatan yang dilakukan maupun ikut menjadi, ini didasari pertimbangan peneliti bahwa kegiatan terkait kegiatan yang dilakukan, untuk memperoleh data dan informasi pada penelitiannya, peneliti tidak harus aktif berpartisipasi dalam setiap kegiatan yang mereka lakukan serta pertimbangan terhadap keamanan peneliti sendiri. (Djam’an dan Aan,2002)

3. Dokumentasi

Teknik pengumpulan data berbentuk dokumentasi merupakan komponen yang cukup penting yang nantinya akan digunakan peneliti dalam memverifikasi kembali data yang diperoleh di lapangan. Selain foto, dokumentasi lain yang dilakukan peneliti dapat berupa catatan ataupun juga rekaman baik audio maupun audio visual ketika wawancara dilakukan. Teknik pengumpulan data dalam bentuk dokumentasi nantinya berupa foto–foto maupun rekaman audio visual yang diperoleh peneliti di lapangan terkait dengan aktivitas komunikasi dalam adat pernikahan Gorontalo, sehingga memperkaya data dan informasi terkait penelitian ini untuk kemudian dilaporkan dan dibahas mendalam pada penelitian ini.


(52)

Dokumen–dokumen dapat mengungkapkan bagaimana subjek mendefinisikan dirinya sendiri, lingkungan, dan situasi yang dihadapinya pada suatu saat, dan bagaimana kaitan antara definisi diri tersebut dalam hubungan dengan orang–orang di sekelilingnya dengan tindakan– tindakannya. (Mulyana, 2010:195)

4. Studi Pustaka

Menurut penjelasan Rosady Ruslan, studi pustaka merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan materi data atau informasi melalui jurnal ilmiah, buku-buku referensi, dan bahan-bahan publikasi yang tersedia di perpustakaan. Studi kepustakaan menurut Nawawi Hadari adalah cara pengumpulan data dan teori yang diperoleh melalui literatur-literatur, kamus, majalah, buku-buku dan jurnal-jurnal yang mendukung dan relevan untuk digunakan dalam penelitian

5. Internet Searching

Internet Searching atau pencarian data menggunakan internet adalah teknik pengumpulan data yang menggunakan internet dalam rangka mencari data–data pendukung yang dibutuhkan peneliti pada saat melakukan penelitian. Internet searching atau dikenal juga sebagai metode penelurusan online adalah tata cara melakukan penelusuran data melalui media online seperti internet atau media jaringan lainnya yang menyediakan fasilitas online, sehingga memungkinkan peneliti dapat memanfaatkan data informasi yang berupa data maupun informasi teori,


(53)

secepat atau semudah mungkin dan dipertangung jawabkan secara akademis. (Bungin, 2003:148)

Teknik pengumpulan data melalui internet Searching digunakan peneliti untuk menambah data dan informasi terkait kemunculan adat pernikahan Gorontalo yang terfokus pada aktivitas komunikasi. Meski begitu, data dan informasi yang didapat melalui teknik pengumpulan data ini hanya dijadikan sebagai data sekunder atau yang bersifat menambah saja. Bukan data primer seperti yang diperoleh melalui teknik wawancara mendalam, observasi partisipatif pasif, serta dokumentasi.

3.1.4 Teknik Penentuan Informan

Informan adalah seorang yang memiliki informasi tentang objek yang akan diteliti, informan memiliki peran penting dalam sebuah penelitian kualitatif dan dapat menunjang data yang dibutuhkan oleh peneliti berasal dari wancara langsung yang nisebut narasumber.

Maka dalam penelitian ini, peniliti menggunakan Purposive Sampling. Purposive Sampling adalah bagaiman cara untuk menentukan strategi informan paling umum dalam penelitian kualitatif, yaitu menentukan kelompok peserta yang menjadi informan sesuai kriteria.

Adapun informan penelitian yang terpilih adlah orang-orang yang terlibat dalam Upacara Adat Pernikahan Gorontalo, yang dijadikan informan peneliti karena dianggap paling mengetahui prosesi adat pernikahan dari awal


(54)

yang berakhir upacara adat pernikahan, berikut nama informan yang dijadikan subjek penelitian :

Tabel 3.1 Informan Peneliti

No. Nama Keterangan

1 H. D.K Usman Baate Lo Hulondalo (Ketua Adat Gorontalo)

2 Ibrahim Bawondez Buatula Aadati (Pemangku Adat)

3 H. Hamzah Husein BA Imam besar wilayah kota Gorontalo

4 Risna Husin Penyiar senior di RRI Gorontalo, MC dalam

Upacara Adat Moponika

5 Amir Abdullah Orang tua Pengantin Wanita

Sumber : Data Peneliti, 2015

3.1.5 Teknik Analisa Data

Pada dasarnya proses analisis data dalam etnografi berjalan dengan bersamaan dengan pengumpulan data. Ketika penelitimelengkapi catatan lapangan setelah melakukan observasi, pada saat itu sesungguhnya ia telah melakukan analis data. Sehingga dalam etnografi, peneliti bisa kembali lagi ke lapangan untuk mengumpulkan data, sekaligus melengkapi analisisnya yang


(55)

dirasa masih kurang. Hal ini akan terus berulang sampai analisis dan data yang mendukung cukup. (Kuswarno, 2008:67)

1. Deskripsi

Pada tahap ini etnografer mempresentasikan hasil penelitiannya dengan menggambarkan secara detail objek penelitiannya.

2. Analisis

Pada bagian ini, etnografer menemukan beberapa data akurat mengenai objek penelitian, biasanya melalui tabel,grafik model yang menggambarkan objek penelitian. Bentuk yang lain dalam dari tahap ini adalah membandingkan objek diteliti dengan dengan objek yang lain. mengevaluasi objek dengan nilai-nilai yang umum berlaku, membangun hubungan antara objek penelitian dengan lingkungan yang lebih besar. Selain itu, pada tahap ini juga etnografer dapat mengemukakan kritik atau kekurangan terhadap penelitian yang telah dilakukan, dan menyarankan desain penelitian yang baru, apabila ada yang melanjutkan penelitian atau akan meneliti hal yang sama.

3. Interpretasi

Interpretasi menjadi tahap akhir analisis data dalam penelitian etnografi. Etnografer pada tahap ini mengambil kesimpulan dari penelitian yang telah dilakukan. Pada tahap ini, etnografer menggunakan kata orang pertama dalam penjelasannya, untuk menegaskan bahwa apa yang ia kemukakan adalah murni hasil interpretasinya. (Kuswarno, 2008:68-69)


(56)

3.1.6Teknik Keabsahan Data

Uji keabsahan dala dalam penelitian kualitatif meliputi beberapa pengujian. Uji keabsahan data ini diperlukan untuk menentukan valid atau tidaknya suatu temuan atau data yang dilaporkan denga apa yang terjadi di lapangan.

Berikut ini adalah teknik pemeriksaan data yang digunakan oleh peneliti : 1. Ketekunan pengamatan, yaitu menemukan ciri-ciri dan unsur-unsur

dalam situasi yang sangat relevan denga persoalan atau isu yang sedang dicari, dan kemudian memusatkan diri pada hal-hal tersebut secara rinci

2. Kecukupan referensi, yaitu mengumpulkan data selain data tertulis selengkap mungkin. Misalnya denga rekaman video, suara, foto dan lain-lain

3. Pengecekan anggota, yaitu mengecek ulang hasil analisis peneliti, dengan mereka yang terlibat dalam penelitian, baik itu informan atau responden, atau dengan asisten peneliti, atau dengan tenaga lapangan. 4. Triangulasi, teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan

sesuatu yang lain. Triangulasi berarti cara terbaik untuk menghilangkan perbedaan-perbedaan konstruksi kenyataan yang ada dalam konteks suatu studi sewaktu mengumpulkan data tentang berbagai kejadian dan hubungan dari berbagai pandangan.


(57)

Triangulasi data berarti membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam penelitian kualitatif. Hal itu dapat dicapai dengan jalan :

a. Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil

wancara.

b. Membandingkan apa yang dikatakan orang didepan umum

dengan apa yang dikatakannya secara pribadi.

c. Membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi penelitian dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu.

d. Membandingkan keadaan dan perspektif sesorang dengan

berbagai pendapat dan pandangan orang.

e. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan. (Moleong, 2007:330


(58)

3.2Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian

Lokasi yang menjadi tempat penelitian berada di rumah mempelai pria dan rumah mempelai wanita Kota Gorontalo, Provinsi Gorontalo.

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini berlangsung dan dilaksanakan oleh peneliti dengan menggunakan kurun waktu 5 (lima) bulan terhitung mulai bulan Februari 2015 sampai juli 2015.


(1)

ii

KATA PENGANTAR

ﺍ ِﻢــــــــــــــــْﺴِﺑ

ِﷲ

ﻢﻴِﺣﱠ ﺍﺍ ِﻦَﻤْﺣﱠ ﻟﺍ

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Maha suci Allah yang senantiasa mencurahkan Rahmat-Nya kepada orang beriman yang selalu taat, tunduk, dan patuh kepada-Nya dan kepada orang-orang yang senantiasa berada di jalan-Nya. Shalawat serta salam senantiasa kita curahkan kepada Baginda alam junjungan besar Nabi Muhammad SAW. Semoga Allah SWT senantiasa mencurahkan Rahmatnya-Nya kepada beliau, keluarga, dan para sahabat sampai pada kita semua hingga akhir zaman.

Puji serta syukur peneliti panjatkan kepada Illahi Robbi yang telah

menganugrahkan setetes Ilmu-Nya yang Maha Luas tak terbatas kepada peneliti

sehingga Alhamdulillah peneliti dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul

“Aktivitas Komunikasi Dalam Upacara Adat Moponika (Studi Etnografi

Komunikasi Mengenai Aktivitas Komunikasi Dalam Upacara Adat Moponika di Kota Gorontalo) ”

Dalam penyusunan Skripsi ini banyak pihak yang membantu dalam pelaksanaan dan pengerjaannya, untuk itu dalam kesempatan ini peneliti ingin

mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tua peneliti, Papa Ramlin Tanaiyo

dan Mama tercinta Riany Monoarfa, terima kasih atas doa, bantuan, dukungan serta


(2)

iii

membuat peneliti semangat untuk menyelesaikan Skripsi ini. Dan untuk adikku

tersayang Abdul Aziz Tanaiyo, Sitty. Z. Tanaiyo, M. Rifky Ibrahim Tanaiyo, M.

Luqman Ramadhan Tanaiyo yang tidak pernah berhenti mendoakan, memberi

perhatian, kasih sayang, serta menjadi penyemangat bagi peneliti.

Selain itu, peneliti menyadari terselesainya penyusunan Skripsi ini adalah berkat bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, untuk itu melalui kesempatan ini dengan segala kerendahan hati peneliti ingin menyampaikan rasa hormat, terimakasih, dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada :

1. Yth, Ibu. Melly Maulin P., S.sos., M.Si, selaku Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi dan Public Relations FISIP Unikom yang telah memberikan dukungan serta kemudahan kepada penulis selama penyusunan Skripsi ini.

2. Yth, Bpk. Sangra Juliano Prakasa., M.I.Kom, selaku dosen dan

Sekretaris Program Studi Ilmu Komunikasi dan Public Relations FISIP yang selalu memberikan berbagai pelajaran yang positif dan semangat kepada peneliti selama ini.

3. Yth, Bpk. Adiyana Slamet., S.IP., M.Si, selaku pembimbing dan dosen

wali kelas Ilmu Komunikasi 5 (lima) angkatan 2010, yang selalu memberikan berbagai pelajaran yang positif, memberikan semangat dan arahan-arahan yang menginspirasi peneliti dalam menyelesaikan Skripsi ini.


(3)

iv

4. Yth, Bpk. Drs. Manap Solihat, M.Si, Bpk. DR. HM. Ali Syamsuddin

Amin, Drs., S.Ag., M.Si, Bpk. Yadi Supriyadi., S.Sos., M.Phill, Bpk Olih Solihin., S.Sos., M.I.Kom, Ibu Desayu Eka Surya., S.Sos., M.Si, Ibu Rismawaty., S.Sos., M.Si, Ibu Tine Agustin., S.I.Kom, serta seluruh dosen yang telah mengajar penulis selama ini, yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu. Terima kasih yang tiada tara untuk ilmunya yang tak terhingga serta dukungan yang telah diberikan kepada peneliti.

5. Yth, Ibu Astri Ikawati., A.Md., Kom selaku Sekretariat Program Studi Ilmu Komunikasi dan Public Relations FISIP Unikom yang telah banyak membantu dalam hal administrasi.

6. Yts, Seluruh Keluarga Besar Tercinta di Gorontalo terima kasih atas

doa, dorongan dan semangat yang selalu diberikan kepada peneliti.

7. Yth. Keluarga Besar Padu dan Monoarfa terima kasih telah

memberikan izin pada peneliti untuk dapat melakukan penelitian dalam upacara pernikahan.

8. Yts, Anggi April yang tidak pernah berhenti mendoakan, memberi

nasihat, perhatian, kasih sayang, dan dukungan, kepada peneliti.

9. Teman-teman seperjuangan Ira Vera Tika SN, Hamdan P Baehaki,

M Nazarudin, M Adi Widjaya, Rizka Mulya Sanjaya, yang telah

membantu peneliti dengan bertukar pikiran, memberikan dukungan dan semangatnya kepada peneliti.


(4)

v

10.Teman-teman angkatan 2010 IK 5, Jurnalistik 1 2010, dan Jurnalistik

2011 yang telah banyak membantu memberikan masukan dan saran

kepada peneliti

11.Teman-teman Blue Host Om Ecy, Frelly, Helena, Nychen, Ryzky,

Chyta, Boi, Jajang, Novik, dan teman-taman yang tidak dapat disebutkan namanya, terimakasih buat dukungan dan semangatnya..

Akhir kata peneliti mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah mambantu peneliti dalam melakukan penulisan Skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi peneliti khususnya dan pembaca lainnya. Semoga semua bantuan, dorongan dan bimbingan yang telah diberikan akan mendapatkan balasan yang setimpal dari Tuhan Yang Maha Esa.

Wassalumualaikum Wr. Wb.

Bandung, Agustus 2015 Peneliti


(5)

(6)

Dokumen yang terkait

Aktivitas Komunikasi Dalam Upacara Temanten Pada Pernikahan Adat Jawa Timur (Studi Etnografi Komunikasi mengenai Aktivitas Komunikasi Dalam Upacara Temanten Pada Pernikahan Adat Jawa Timur di Kecamatan Kedamean Kabupaten Gresik)

1 30 90

Aktivitas Komunikasi Dalam Upacara Adat Nujuh Bulanan Di Kota Bandung (Studi Etnografi Komunikasi Mengenai Aktivitas Komunikasi Dalam Upacara Adat Nujuh Bulanan Di Kota Bandung)

2 23 79

Aktivitas Komunikasi dalam Upacara Pernikahan Adat Batak Toba (Studi Etnografi Komunikasi Mengenai Aktivitas Komunikasi Dalam Upacara Pernikahan Adat Batak Toba di Kota Bandung)

5 44 112

Aktivitas Komunikasi Upacara Adat Labuh Saji (Studi Etnografi Komunikasi Mengenai Aktivitas Komunikasi Dalam Upacara Adat Labuh Saji di Pantai Pelabuhan Ratu Kabupaten Sukabumi)

3 27 88

Aktivitas Komunikasi Pada Ritual Upacara Kematian Etnis Tionghoa (Studi Etnografi Komunikasi Mengenai Aktivitas Komunikasi Pada Ritual Upacara Kematian Etnis Tionghoa di Kota Sukabumi)

5 29 49

Aktivitas Komunikasi Dalam Upacara Temanten Pada Pernikahan Adat Jawa Timur (Studi Etnografi Komunikasi mengenai Aktivitas Komunikasi Dalam Upacara Temanten Pada Pernikahan Adat Jawa Timur di Kecamatan Kedamean Kabupaten Gresik)

6 39 90

Aktivitas Komunikasi Upacara Adat Mapag Panganten di Kota Bandung (Studi Etnografi Komunikasi Mengenai Aktivitas Komunikasi Upacara Adat Mapag Panganten di Kota Bandung)

2 6 1

Aktivitas Komunikasi Ritual Dalam Upacara Hajat Sasih Kampung Naga Tasikmalaya (Studi Etnografi Komunikasi Mengenai Aktivitas Komunikasi Ritual Dalam Upacara Hajat Sasih Kampung Naga Tasikmalaya)

1 4 1

Aktivitas Komunikasi Upacara Adat Babarita (studi etnografi komunitas mengenai aktivitas komunikasi dalam upacara adat babarit Di Desa Sagarahiang Kabupaten Kuningan)

7 65 99

Aktivitas Komunikasi Dalam Upacara Adat Pernikahan Batak Karo (Studi Etnografi Komunikasi Mengenai Aktivitas Komunikasi Dalam Upacara Adat Pernikahan Batak Karo di Kota Bandung)

7 36 104