Aktivitas Komunikasi Dalam Upacara Adat Pernikahan Batak Karo (Studi Etnografi Komunikasi Mengenai Aktivitas Komunikasi Dalam Upacara Adat Pernikahan Batak Karo di Kota Bandung)

(1)

Adat Pernikahan Batak Karo Di Kota Bandung)

SKRIPSI

Diajukan untuk menempuh Ujian Sarjana Strata 1 pada Program Studi Ilmu Komunikasi

Oleh : Karta Munthe NIM. 41810189

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI KONSENTRASI

JURNALISTIK

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

BANDUNG

2014


(2)

(3)

(4)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Karta Munthe

Tempat Tanggal Lahir : Nagara, 02 Oktober 1989 Jenis Kelamin : Laki-laki

Umur : 24 Tahun

Agama : Kristen Protestan

Kewarganegaraan : Indonesia

Status : Mahasiswa

Tinggi Badan : 167

Berat Badan : 65

Golongan Darah : O

Alamat : Jln Depati Ukur Gg Sekeloa Selatan No 42A/152C Bandung Jawa Barat

Handphone : 085721621782


(5)

PENDIDIKAN FORMAL

No Tahun Uraian Keterangan

1 2010 - Sekarang Program Studi Ilmu Komunikasi Konsentrasi JURNALISTIK (S1) Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UNIKOM

2 2004 - 2007 SMA N 1 Tiga Panah Lulus 2007

3 2001 - 2004 SMP N 1 Tiga Panah Lulus 2004


(6)

PELATIHAN / SEMINAR

No Tahun Uraian Keterangan

1 2010 Peserta pelatihan Tabel Manner, Hotel Amarosa

Bersertifikat 2 2011 Peserta pelatihan “One Day Workshop MC

& Radio Announcher” Unikom Bersertifikat 3 2012 Peserta Study Tour Mass Media

(Kunjungan ke Media Indonesia dan Lembaga Sensor Film)

Bersertifikat

4 2012 Peserta pelatihan Workshop Sinematografi (Comunication Action)

Bersertifikat 5 2013 Peserta Pelatihan Seminar Nasional

“Wajah Baru Dunia Periklanan” Bersertifikat 6 2013 Peserta Pelatihan Acara Edukasi Jurnalistik

Topik Citizen Journalism

Bersertifikat 7 2014 Peserta Pelatihan Pengaruh Asing Suatu

Ancaman dan Tantangan Terhadap Kewaspadaan Nasional Pada Jumat 11 April 2014

Bersertifikat

8 2014 Peserta Pelatihan Dalam Acara Bedah

Buku dan Foto “Menolak Tumbang” Bersertifikat 9 2014 Peserta Pelatihan Cepat dan Mudah

Membuat Website Online dalam 30 Menit

Bersertifikat 10 2014 Peserta Pelatihan Pengaruh Asing Suatu

Ancaman dan Tantangan Terhadap Kewaspadaan Nasional Pada Sabtu 26 April 2014

Bersertifikat

PENGALAMAN KERJA

No Tahun Nama Perusahaan Jabatan

1 2011 Penata Arta Future Suvervisior

2 2013 Global Media News Wartawan Tulis

3 2013 Radio Mora 88.50 Fm

Jabar


(7)

KEMAMPUAN

1 Microsoft Office (Word, Excel, Power Point, Publisher, Access)

2 Fotografi

3 Photoshop

4 Internet

5 Pagemaker


(8)

LEMBAR PENGESAHAN ... i

LEMBAR PERSEMBAHAN ... ii

LEMBAR PERNYATAAN ... iii

ABSTRAK ... iv

ABSTRACT ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL... xvi

DAFTAR GAMBAR ... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ... xviii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 8

1.2.1 Rumusan Masalah Makro ... 8

1.2.2 Rumusan Masalah Mikro ... 8

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian ... 9

1.3.1 Maksud Penelitian ... 9

1.3.2 Tujuan Penelitian ... 9


(9)

1.4.1 Kegunaan Teoritis ... 10

1.4.2 Kegunaan Praktis ... 10

1.4.2.1 Kegunaan Bagi Peneliti ... 10

1.4.2.2 Kegunaan Bagi Akademik ... 11

1.4.2.3 Kegunaan Bagi Masyarakat ... 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Tinjauan Pustaka ... 12

2.1.1 Penelitian Terdahulu ... 12

2.1.2 Tinjauan Tentang Ilmu Komunikasi ... 20

2.1.2.1 Defenisi Komunikasi ... 20

2.1.2.2 Proses Komunikasi ... 22

2.1.2.3 Tujuan Komunikasi ... 23

2.1.2.4 Fungsi Komunikasi ... 25

2.1.2.5 Sifat Komunikasi ... 26

2.1.2.6 Bentuk Komunikasi ... 27

2.1.3 Tinjauan Tentang Aktivitas Komunikasi ... 28

2.1.4 Tinjauan Komunikasi Lintas Budaya... 32


(10)

2.1.6 Tinjauan Tentang pernikahan ... 35

2.1.6.1 Definisi Pernikahan ... 35

2.1.6.2. Fungsi Pernikahan ... 35

2.1.7 Tinjauan Tentang Komunikasi Verbal dan Non Verbal ... 37

2.1.7.1 Defenisi Komunikasi Verbal ... 37

2.1.7.1.1 Pesan dan Bahasa Dalam Komunikasi Verbal ... 37

2.1.7.1.2 Pentingnya Komunikasi Verbal ... 39

2.1.7.2 Defenisi Komunikasi Non Verbal ... 40

2.1.7.3 Fungsi Komunikasi Non Verbal ... 41

2.1.7.4 Tujuan Komunikasi Non Verbal ... 43

2.2 Kerangka Pemikiran ... 44

2.2.1 Interaksi Simbolik ... 44

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian ... 50

3.1.1 Pernikahan Adat Batak Karo ... 50

3.1.1.1 Tahapan Pernikahan Adat Batak Karo ... 53

3.1.2 Objek Penelitian Etnografi Komunikasi ... 54


(11)

3.2.1 Desain Penelitian ... 57

3.2.1.1 Paradigma Konstruktivis ... 58

3.2.2 Teknik Pengumpulan Data ... 59

3.2.3 Teknik Penentuan Informan ... 62

3.2.4 Teknik Analisa Data ... 65

3.2.5 Uji Keabsahan Data ... 68

3.2.6 Tempat dan Waktu Penelitian ... 71

3.2.6.1 Tempat Penelitian ... 71

3.2.6.2 Waktu Penelitian ... 71

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Profil Informan ... 77

4.1.1 Informan Penelitian ... 78

4.2 Hasil Penelitian ... 84

4.2.1 Situasi Komunikatif Dalam Upacara Adat Pernikahan Batak Karo di Kota Bandung ... 85

4.2.2 Peristiwa Komunikatif Dalam Upacara Adat Pernikahan Batak Karo di Kota Bandung ... 90

4.2.3 Tindakan Komunikatif Dalam Upacara Adat Pernikahan Batak Karo di Kota Bandung ... 105


(12)

4.3 Pembahasan Penelitian ... 110

4.3.1 Situasi Komunikatif Dalam Upacara Adat Pernikahan Batak Karo di Kota Bandung ... 115

4.3.2 Peristiwa Komunikatif Dalam Upacara Adat Pernikahan Batak Karo di Kota Bandung ... 119

4.3.2.1 Tipe Peristiwa ... 120

4.3.2.2 Topik ... 122

4.3.2.3 Fungsi dan Tujuan ... 122

4.3.2.4 Setting ... 123

4.3.2.5 Partisipan ... 124

4.3.2.6 Bentuk Pesan ... 124

4.3.2.7 Isi Pesan ... 125

4.3.2.8 Urutan Tindakan ... 126

4.3.2.9 Kaidah Interaksi ... 131

4.3.2.10 Norma Norma Interpretasi ... 132

4.3.3 Tindakan Komunikatif Dalam Upacara Adat Pernikahan Batak Karo di Kota Bandung ... 135

4.2.3.1 Tindak komunikatif dengan cara perintah ... 136

4.2.3.2 Tindak komunikatif dengan cara permohonan ... 136

4.2.3.3 Tindak komunkatif dengan cara nasehat atau anjuran ... 137

4.3.4 Aktivitas Komunikatif Dalam Upacara Adat Pernikahan Batak Karo di Kota Bandung ... 140


(13)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan ... 144

5.2 Saran ... 147

5.2.1 Saran Bagi Masyarakat Batak Karo ... 147

5.2.2 Saran Bagi Peneliti Selanjutnya ... 148

DAFTAR PUSTAKA ... 149

LAMPIRAN LAMPIRAN ... 152

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... 203


(14)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu ... 18

Table 3.1 Daftar Informan ... 64

Tabel 3.3 Waktu Penelitian ... 72


(15)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Alur Kerangka Pemikiran ... 47

Gambar 3.1 Komponen Analisis Data Model Kualitatif ... 66

Gambar 4.1 Foto Informan Penelitian Bapak Petrus Tarigan ... 78

Gambar 4.2 Foto Informan Penelitian Bapak Mahlon Sitepu ... 79

Gambar 4.3 Foto Informan Penelitian Bapak Iman Sinulingga ... 80

Gambar 4.4 Foto Informan Penelitian Bapak Robert Biaken S Depari ... 81

Gambar 4.5 Foto Informan Penelitian Bapak Andreas Purba ... 82

Gambar 4.6 Dokumentasi Situasi Rumah Sebagai Tempat Tinggal ... 115

Gambar 4.7 Dokumentasi Situasi Gereja GBKP ... 117

Gambar 4.8 Dokumentasi Situasi Gedung Grha Karya Wanita ... 118

Gambar 4.9 Dokumentasi Peristiwa bernyanyi ... 126

Gambar 4.10 Dokumentasi Peristiwa Keberangkatan ke GBKP ... 127

Gambar 4.11 Dokumentasi Peristiwa Pengantin Bertukar Cincin ... 128

Gambar 4.12 Dokumentasi Peristiwa Ketika Pengantin Memasuki Gedung ... 129

Gambar 4.13 Dokumentasi Peristiwa Peserta Pernikahan Ikut Menari dan Bernyanyi ... 130

Gambar 4.14 Dokumentasi Peristiwa Penutupan Acara dengan Doa ... 131

Gambar 4.15 Model Aktivitas Komunikasi Upacara Adat Pernikahan Batak Karo ... 143


(16)

DAFTAR LAMPIRAN - LAMPIRAN

Halaman

LAMPIRAN 1 Pedoman Wawancara (informan) ... 152

LAMPIRAN 2 Pedoman Observasi ... 153

LAMPIRAN 3 Identitas Informan ... 161

LAMPIRAN 4 Transkip Hasil Wawancara ... 166

LAMPIRAN 5 Persetujuan Menjadi Pembimbing Skripsi ... 187

LAMPIRAN 6 Permohonan Persetujuan Judul dan Pembimbing ... 188

LAMPIRAN 7 Surat Rekomendasi Pembimbing Untuk Mengikuti Seminar Usulan Penelitian pendaftaran ... 189

LAMPIRAN 8 Pengajuan Pendaftaran Seminar Usulan Penelitian Skripsi ... 190

LAMPIRAN 9 Lembar Revisi Usulan Penelitian Program Studi Ilmu Komunikasi Tahun Akademik 2013-2014 ... 191

LAMPIRAN 10 Berita Acara Bimbingan ... 192

LAMPIRAN 11 Surat Rekomendasi Pembimbing Sidang Sarjana ... 193

LAMPIRAN 12 Surat Pengajuan Pendaftaran Sidang Sarjana ... 194

LAMPIRAN 13 Lembar Revisi Usulan Skripsi Program Studi Ilmu Komunikasi Tahun Akademik 2013-2014 ... 195

LAMPIRAN 14 Kartu Partisipan Sidang ... 196


(17)

Bandung

Alo liliweri, 2011. Komunikasi Serba Ada Serba Makna, Prenada Media Group, Jakarta

Bungin, Burhan. 2003. Analisis Data Penelitian Kualitatif. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

E.H Tambunan, 1982. Sekelumit Mengenai Masyarakat Batak Toba Dan Kebudayaannya, Tarsito, Bandung.

Effendy, Onong Uchjana. 1994. Ilmu teori & filsafat Komunikasi. Citra Aditya Bakti, Bandung.

Eriyanto, 2011. Analisis Isi Mengenai Pengantar Metodelogi Untuk Penelitian Ilmu Komunikasi dan Ilmu Ilmu Sosial Lainnya. Prenada Media, Indonesia.

Ibrahim Syukur, 1994. Panduan Penelitian Etnografi Komunikasi, Usaha Nasional, Surabaya.

Ibrahim, ABD. Syukur, 1992. Panduan Penelitian Etnografi Komunikasi. Surabaya: Usaha Nasional

Iman Sudayat, 1981. Hukum Adat Sketsa Asas, Liberty, Yogyakarta.

Kuswarno, Engkus. 2008. Etnografi Komunikasi. Suatu Pengantar Dan Contoh Penelitiannya. Widya Padjajaran, Bandung.

Kriyantoro, Rahmat. 2007. Teknik Praktis Riset Komunikasi.Kencana, Jakarta Littlejhon, 2009. Teori Komunikasi “ Theories of Human Communication” ,

Salemba Humanika, Jakarta.

Meleong, Lexy.2007. Metode Penelitian Kualitatif . PT Rosdakarya, Bandung. Mulyana, Deddy.2003. Komunikasi Antar Budaya, PT. Remaja Rosdakarya,

Bandung.

Mulyana, Deddy.2010. Metodologi Penelitian Kualitatif. PT. Remaja Rosdakarya, Bandung.

Rakhmat, Jalaluddin, 2009. Psikologi Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya


(18)

Ruslan, Rosady. 2003. Metode Penelitian Public Relations dan Komunikasi. PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta

Satori, Djam’an. 2002. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : Alfabeta.

Sendjaja, S. Djuarsa. 1994. Teori Komunikasi. Universitas Terbuka Jakarta: Raja Grafindo Persada

Sugiono, 2005. Memahami Penelitian Kualitatif. Alfabeta, Bandung

Sutrisno Hadi. 2001. Metodologi Research untuk Penulisan Paper, Skripsi, Thesis dan Disertasi, Jilid Tiga. Yogyakarta : Penerbit Andi Yogyakarta. Wignjodpoer Soerjono. 1967. Pengantar dan Asas-asas Hukum Adat. Jakarta :

Penerbit PT. Gunung Agung

Internet

http://gumonounib.wordpres.com/buku-elektronik/etnografi/ (e-book) (jumat, 7 Maret 2014 pukul 01.52)

http://elib.unikom.ac.id/files/disk1/630/jbptunikompp-gdl-marcelynan-31462-8-unikom_4-i.pdf

Soerjono Wignjodpoer,, Pengantar dan Asas-asas Hukum Adat, PT. Gunung Agung, Jakarta ,

http://iidmarsanto.wordpress.com/2010/12/30/sangkep-sitelu-harmoni-dalam kekerabatan-orang-batak-karo/yang diunduh pada tanggal 9 Maret 2014 (Pukul 23.40)

http://arikokena.blogspot.com/2012/10/kiras-bangun-garamata.html/yang diunduh pada tanggal 12 Maret 2014 (Pukul 13.00)

http://adiprakosa.blogspot.com/2008/10/komunikasi-verbal-dan-non verbal.html http://www.referensimakalah.com/2012/11/pengertian-budaya-dan kebudayaan. html

http://titinsetya.wordpress.com/2011/12/07/komunikasi-antar-budaya/ http://gumonounib.wordpress.com/buku-elektronik/etnografi/ (e-book) http://www.sentra-edukasi.com/2011/08/upacara-adat.html


(19)

Penelitian Relevan

Marcelyna; NIM. 41809231, Perpustakaan UNIKOM: 2013. Aktivitas Komunikasi dalam Upacara Pernikahan Adat Batak Toba (Studi Etnografi Komunikasi Mengenai Aktivitas Komunikasi Dalam Upacara Adat Batak Toba).

Hinitiana Novi; Nim , Perpustakaan UNSOED: 2012. ADAT PERKAWINAN KELUARGA KETURUNAN “WONG KALANG” (Kajian Etnografi Komunikasi Tentang Budaya Memilih Pasangan Hidup Pada Keluarga Keturunan Wong Kalang di Kecamatan Bulus Pesantren Kabupaten Kebumen).

Ayla Raffani; NIM. 41809145, Perpustakaan UNIKOM : 2013. Pemolaan Komunikasi Upacara adat Pernikahan Suku Melayu di Kabupaten Bengkalis Provinsi Riau (Studi Etnografi Pemolaan Komunikasi Upacara Adat Pernikahan Suku Melayu Pesisir di Kabupaten Bengkalis Provinsi Riau).


(20)

Puji dan Syukur penulis panjatkan kepada TUHAN YME, atas berkat dan rahmat-NYA penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penyusunan penelitian ini yaitu berjudul : “AKTIVITAS KOMUNIKASI DALAM UPACARA ADAT PERNIKAHAN BATAK KARO (Studi Etnografi Komunikasi Mengenai Aktivitas Komunikasi Dalam Upacara Adat Pernikahan Batak Karo di Kota Bandung) dan merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi untuk memperoleh Gelar Sarjana S1.

Dalam penulisan skripsi ini tidak sedikit penulis menghadapi kesulitan serta hambatan baik teknis maupun non-teknis. Namun atas izin Tuhan YME, juga berkat usaha, doa, semangat, bantuan, bimbingan serta dukungan yang penulis terima, baik secara langsung maupun tidak langsung dari berbagai pihak, akhirnya peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini.

Ucapan terima kasih yang sedalam-dalamnya dan setulus-tulusnya peneliti tujukan kepada kedua orang tua yang selalu membantu dan memberikan dukungan baik moral, spiritual dan material serta doa kepada penulis hingga detik ini. Serta semua pihak yang telah membantu sebelum dan selama pelaksanaan penyusunan skripsi ini yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini belumlah sempurna, oleh karena itu koreksi dan saran yang membangun sangat penulis harapkan, sehingga dimasa yang akan datang dapat menjadi bahan yang lebih menarik dan lebih


(21)

bermanfaat. Semoga tulisan skripsi ini bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan bagi peneliti pada khususnya.

Oleh karena itu pada kesempatan ini perkenankanlah penulis mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak terutama Yang Terhormat :

1. Bapak Prof. Dr. Samugyo Ibnu Redjo, Drs., M.A selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Komputer Indonesia, yang telah mengeluarkan surat.

2. Bapak Manap Solihat, M.Si selaku Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi dan Public Relations FISIP UNIKOM yang telah banyak memberikan pengetahuan dan berbagi ilmu serta wawasan selama penulis melakukan perkuliahan.

3. Ibu Melly Maulin P, S.Sos., M.Si., selaku Sekretaris Program Studi Ilmu Komunikasi dan telah banyak memberikan arahan, bimbingan, dan motivasi pengetahuan selama penulis melakukan perkuliahan. 4. Adiyana Slamet, S.IP., M.Si, selaku Dosen Wali dari penulis serta

sekaligus Dosen Pembimbing skripsi yang senantiasa memberikan arahan, dukungan, bimbingan, dan motivasi pengetahuan selama penulis melakukan perkuliahan dan bimbingan skripsi.

5. Bapak Sangra Juliano P., M.I.Kom., selaku Dosen Pembina Kemahasiswaan yang telah banyak memberikan pengetahuan dan berbagi ilmu serta wawasan selama penulis melakukan perkuliahan.


(22)

6. Khususnya Kepada, Ibu Desayu Eka Surya, S.Sos., M.Si., Ibu Rismawaty, S.Sos., M.Si., Bapak Dr. M Ali Syamsudin Amin, M.Si., Bapak Olih Solihin, M.Ikom., Bapak Inggar Prayoga, M.I.Kom., Ibu Tine Agustin Wulandari, S.I.Kom., seluruh dosen Ilmu Komunikasi yang telah mengajarkan penulis selama ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Yang telah memberikan ilmu dan pengetahuannya kepada penulis selama perkuliahan berlangsung. 7. Ibu Ratna Widiastuti, A.Md, selaku sekretaris Fakultas Ilmu Sosial

dan Ilmu Politik Universitas Komputer Indonesia, yang telah banyak membantu dalam mengurus administrasi mahasiswa yang berkaitan dengan perlengkapan penulis selama melakukan aktivitas perkuliahan di Universitas Komputer Indonesia.

8. Ibu Astri Ikawati, A.Md, selaku Sekretariat Program Studi Ilmu Komunikasi yang telah banyak membantu dalam mengurus surat perizinan yang berkaitan dengan penyusunan skripsi yang penulis laksanakan.

9. Kepada seluruh teman teman saya Jufly Fauzy, Ricky Sulastomo, Nico, Mia, Valen, Philip Lamasuhu, Trivan, Sandy, Nalendra, Cery Gt, Ratih Gema Utami, ivan, Ira vera, Gilang, Raja, Didiet, Pensius, Ando Sinaga, Radep Brahmana dan seluruh teman teman di Unikom. Sahabat bertukar pikiran, berdiskusi dan menjadi rekan kerja selama perkuliahan dan penyusunan skripsi. Semoga kebersamaan kita tidak akan pernah terlupakan, sukses selalu ada untuk kita.


(23)

10. Khususnya kepada keluarga besar penulis terutama Ayahanda tercinta Kadim Munthe dan Ibunda Tercinta Sopiatan Sihaloho yang selalu bersedia memberikan kasih, doa dan dukungannya selama ini. Terlebih kepada kakak penulis Romesna Munthe serta seluruh keluarga yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu. Terima kasih atas doa, dukungan dan semangatnya. Tuhan Yesus Memberkati.

11. Khususnya kepada Riska Sitepu yang selalu mendukung dan membantu penulis, semoga kebersamaan ini selalu diberkati.

12. Teman-teman di IK dan IK Jurnal ‘10, yang telah membantu penulis dengan bertukar pikiran. Terima kasih semuanya.

13. Dan semua pihak, yang telah membantu yang tidak bisa disebutkan satu per satu, terima kasih atas doa dan dukungannya.

Semoga Tuhan YME memberi alasan yang berlimpah bagi semua pihak yang membantu penulis dengan segala kesabaran dan keikhlasannya dalam penyusunan skripsi ini. Akhir kata saya mengucapkan terimakasih kepada seluruh pihak yang telah membantu proses penyusunan skripsi ini dan semoga hasil tulisan ini dapat memberi manfaat khususnya bagi penulis sendiri dan juga kepada pihak-pihak lain. Amin

Syalom

Bandung, Agustus 2014 Penulis,

Karta Munthe NIM 41810189


(24)

2.1 Tinjauan Pustaka

Bab ini, akan menjelaskan mengenai teori-teori yang relevan mengenai penelitian ini, serta study literature, dokumen atau arsip yang mendukung, yang telah dilakukan sebagai pedoman pelaksanaan pra penelitian.

2.1.1. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu adalah referensi yang berkaitan dengan penelitian. Penelitian terdahulu yang dijadikan sebagai bahan acuan antara lain sebagai berikut:

Penelitian ini dimaksudkan untuk menguraikan secara mendalam tentang Aktivitas Komunikasi Dalam Upacara Pernikahan Adat Batak Toba. Untuk menjabarkannya, maka fokus masalah tersebut dibagi ke dalam beberapa sub-sub masalah mikro yaitu situasi komunikatif, peristiwa komunikatif, dan tindakan komunikatif dalam upacara Pernikahan adat batak toba. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif studi etnografi komunikasi dengan teori yang diangkat yaitu interaksi simbolik. Subjek penelitian adalah beberapa orang yang hadir atau ikut serta pada saat upacara pernikahan adat batak toba berlangsung


(25)

sebanyak 4 orang, dan 2 informan kunci raja parhata dari kumpulan marga lain yang tidak ikut serta ketika upacara pernikahahn adat batak toba yang peneliti teliti, jadi keseluruhan terdiri dari 3 (tiga) informan dan 3 (tiga) informan kunci yang diperoleh melalui teknik purposive sampling.

Teknik pengumpulan data melalui wawancara mendalam, observasi partisipatif pasif, dokumentasi, studi pustaka, dan internet searching. Teknik uji keabsahan data dengan cara peningkatan ketekunan pengamatan, triangulasi, kecukupan referensi dan pengecekan anggota.Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa, Situasi Komunikatif yang terdapat dalam upacara pernikahan adat batak toba bersifat sakral, dimana dalam proses tersebut terdapat tahapan-tahapan yang harus dilakukan.

Peristiwa Komunikatif dalam upacara pernikahan adat batak toba yaitu dalam acaranya tersebut mempunyai makna tersendiri bagi mereka yaitu pertukaran makna melalui simbol-simbol antara kedua belah pihak mempelai, sedangkan Tindakan Komunikatif yang terdapat dalam upacara pernikahan adat batak toba yaitu berbentuk perintah, pernyataan, permohonan dan perilaku nonverbal.

Simpulan dari penelitian ini bahwa aktivitas komunikasi dalam upacara pernikahan adat batak toba ini berawal dari kebiasaan nenek


(26)

moyang mereka, dimana dalam setiap aktivitas komunikasi pernikahan adat batak toba terdapat makna tersendiri bagi mereka dan simbol-simbol yang mereka artikan dengan makna dan nilai tersendiri.

Saran dari penelitian ini simbol-simbol yang yang sudah menjadi makna tersendiri bagi masyarakat Batak Toba tetap dipegang teguh dan kekerabatan yang cukup kuat terjalin pada masyarakat Batak Toba tetap dipertahankan. (Marcelyna; NIM. 41809231/Ilmu Komunikasi UNIKOM: 2013)

Ada pula untuk menguraikan secara mendalam tentang ADAT PERKAWINAN KELUARGA KETURUNAN “WONG KALANG” (Kajian Etnografi Komunikasi Tentang Budaya Memilih Pasangan Hidup Pada Keluarga Keturunan Wong Kalang di Kecamatan Bulus Pesantren Kabupaten Kebumen). Latar belakang penelitian ini adalah di tengah-tengah masyarakat Kebumen ditemukan adanya kelompok masyarakat

“Wong Kalang” yang endogami, yaitu bentuk perkawinannya masih

menggunakan aturan-aturan tertentu yang tidak dilakukan oleh kelompok masyarakat lain dengan pendekatan etnografi komunikasi.

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui aktivitas komunikasi menggunakan bahasa diantara anggota keluarga masyarakat Kalang ketika memilih pasangan hidup dan untuk mengetahui proses transmisi nilai-nilai


(27)

adat komunikasi intra budaya masyarakat Kalang. Adapun temuan hasil penelitian yang diperoleh adalah Adat pemilihan pasangan hidup oleh keluarga Kalang masih ada hingga kini dengan beberapa alasan positif demi kelangsungan rumah tangga pasangan suami-isteri dari keturunan wong Kalang.

Pernikahan sesama Kalang merupakan salah satu aturan yang dilakukan bukan dengan cara perjodohan secara langsung, tetapi mencoba mengenalkan para anak-anak pasangan Wong Kalang yang sudah cukup umur untuk menikah dengan anggota keluarga Wong Kalang lain. Namun, saat ini banyak yang tidak menikah dengan sesama kalang tidak seperti para pendahulu mereka. Transmisi budaya yang dilakukan oleh generasi penerus Wong Kalang untuk menikahkan anak-anak mereka dengan sesama Wong Kalang merupakan suatu kesepakatan dari leluhur mereka. Kini, kebudayaan tersebut masih ada tapi tidak seketat dulu. Saat ini banyak anggota Wong Kalang yang melanggar aturan tersebut yaitu dengan menikah bukan dengan sesama anggota anggota Wong Kalang. Dengan demikian bahwa budaya adat perkawinan yang dimiliki Wong Kalang yang ada sejak para leluhur Wong Kalang telah mengalami pergeseran atau perubahan. (Hinitiana Novi; /Ilmu Komunikasi UNSOED: 2012)


(28)

Dan referensi penelitian yang terahir adalah penelitian ini dimaksudkan untuk menguraikan secara mendalam tentang Komunikasi pada Upacara adat Pernikahan Suku Melayu. Untuk menjabarkannya, maka fokus masalah tersebut peneliti bagi kedalam beberapa sub-sub masalah mikro yaitu peristiwa komunikasi, komponen komunikasi dan hubungan antar komponen komunikasi dalam upacara adat pernikahan suku Melayu di Kabupaten Bengkalis.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitaif dengan studi etnografi komunikasi. Subjek penelitian adalah Upacara Adat Pernikahan yang dibagi menjadi beberapa tahap yaitu Upacara Antar Tanda / Antar Belanja, Upacara Ijab Kabul / Akad Nikah dan Upacara Hari langsung / Bersanding. Informannya terdiri dari 6 (enam) orang yaitu 3 (tiga) informan kunci dan 3 (informan pendukung) yang diperoleh melalui teknik porposive sampling. Teknik pengumpulan data melalui wawancara mendalam, observasi partisipan, catatan lapangan, studi kepustakaan, dokumentasi dan internet searching.

Teknik uji keabsahan data dengan cara peningkatan ketekunan pengamatan tringulasi, kecukupan referensi dan pengecekkan anggota. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa, peristiwa komunikasi pada upacara adat pernikahan suku Melayu ini bersifat sakral. Semua prosesi


(29)

upacaranya dilakukan dirumah pengantin perempuan. Komponen komunikasi adalah bahasa yang digunakan untuk berinteraksi yaitu Bahasa Melayu dan simbol non-verbal dalam setiap hantaran yang diberikan. Sedangkan hubungan antar komponen yang menciptakan prilaku yang khas oleh masyarakat Melayu adalah Pantun.

Simpulan dari penelitian ini bahwa masyarakat Melayu di Kabupaten Bengkalis mengikuti semua prosesi demi prosesi dalam upacara adat pernikahan yang juga berlandaskan nilai-nilai islami. ( Ayla Raffani; NIM. 41809145/Ilmu Komunikasi UNIKOM :2013)


(30)

Tabel 2.1

Tabel Penelitian Terdahulu

Aspek Nama Peneliti

Marcelyna Hinitiana Novi Ayla Raffani Karta Munthe

Universitas Universitas Komputer Indonesia Bandung Universitas Jendral Soedirman Universitas Komputer Indonesia Bandung Universitas Komputer Indonesia Judul Penelitian Aktivitas Komunikasi dalam Upacara Pernikahan Adat Batak Toba (Studi Etnografi Komunikasi

Mengenai Aktivitas Komunikasi Dalam Upacara Adat Batak Toba) Adat Perkawinan Keluarga Keturunan “Wong Kalang” (Kajian Etnografi Komunikasi Tentang Budaya Memilih Pasangan Hidup Pada Keluarga Keturunan Wong Kalang di Kecamatan Bulus Pesantren Kabupaten Kebumen) Pemolaan Komunikasi

Upacara adat Pernikahan Suku Melayu (Studi Etnografi

Pemolaan Komunikasi

Upacara Adat Pernikahan Suku Melayu Pesisir di Kabupaten

Bengkalis Provinsi Riau) Aktivitas Komunikasi Dalam Upacara Adat Pernikahan Batak Karo (Studi Etnografi Komunikasi Mengenai Aktivitas Komunikasi Dalam Upacara Adat Pernikahan Batak

Karo Di Kota Bandung) Jenis Penelitian Metode kualitatif Tradisi Etnografi Komunikasi Metode kualitatif Etnografi Komunikasi Metode Kualitatif Tradisi Etnografi Komunikasi Metode Kualitatif Tradisi Etnografi Komunikasi Tujuan Penelitian Untuk mengetahui situasi komunikatif, peristiwa komunikatif, dan tindakan komunikatif dalam upacara Pernikahan adat batak toba.

Untuk mengetahui aktivitas komunikasi menggunakan bahasa diantara anggota keluarga masyarakat Kalang ketika memilih pasangan hidup dan untuk mengetahui proses Untuk mengetahui peristiwa komunikasi pada upacara adat pernikahan suku Melayu ini bersifat sakral. Semua prosesi upacaranya dilakukan dirumah pengantin perempuan. Untuk mengetahui situasi komunikatif, peristiwa komunikatif, dan tindakan komunikatif dalam Upacara Adat Pernikahan Batak Karo.


(31)

transmisi nilai-nilai adat komunikasi intra budaya masyarakat Kalang. Hasil Penelitian Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa, Situasi Komunikatif yang terdapat dalam upacara pernikahan adat batak toba bersifat sakral, dimana dalam proses tersebut terdapat tahapan-tahapan yang harus dilakukan. Peristiwa Komunikatif yaitu dalam acaranya tersebut mempunyai makna tersendiri bagi mereka yaitu pertukaran makna melalui simbol-simbol antara kedua belah pihak mempelai, sedangkan Tindakan Komunikatif yaitu berbentuk perintah, pernyataan, permohonan dan perilaku nonverbal. Adapun temuan hasil penelitian yang diperoleh adalah Adat pemilihan pasangan hidup oleh keluarga Kalang masih ada hingga kini dengan beberapa alasan positif demi kelangsungan rumah tangga pasangan suami-isteri dari keturunan wong Kalang. Simpulan dari penelitian ini bahwa masyarakat Melayu di Kabupaten Bengkalis mengikuti semua prosesi demi prosesi dalam upacara adat pernikahan yang juga berlandaskan nilai-nilai islami

Hasil penelitian pada situasi komunikatif

Upacara Adat Pernikahan

dilaksanakan di rumah, gereja dan gedung, dimana dalam proses tersebut terdapat tahapan tahapan

yang harus

dilakukan. Pada peristiwa

komunikatif yaitu khusus untuk pernikahan,

pembayaran hutang adat, menjaga kebudayaan,

dihadiri dari berbagai kalangan dan suku, bahasa verbal yang menggunakan bahasa Batak Karo, pembahasan bisa mencakup apa saja, pakaian adat yang serba berwarna merah, pemimpin Upacara Adat Pernikahan

mengetahui bagian yang penting dan tidak penting. Sumber : Data Peneliti, 2014


(32)

2.1.2 Tinjauan Tentang Ilmu Komunikasi

2.1.2.1. Definisi Komunikasi

Istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris Communication berasal dari kata Latin communicatio, dan bersumber dari kata communis yang berarti sama. Sama disini maksudnya adalah satu makna.

“Jadi, jika dua orang terlibat dalam komunikasi maka komunikasi akan terjadi atau berlangsung selama ada kesamaan makna mengenai apa yang dikomunikasikan, yakni baik penerima maupun pengirim sepaham dari suatu pesan tertentu”. (Effendy, 2002: 9)

Berbicara tentang definisi komunikasi, tidak ada definisi yang benar atau yang salah. Seperti juga model atau teori, definisi harus dilihat dari kemamfaatan untuk menjelaskan fenomena yang didefinisikan dan mengevaluasinya. Beberapa definisi mungkin terlalu sempit, misalnya “Komunikasi adalah

penyampaian pesan melalui media elektronik”, atau terlalu luas, misalnya “Komunikasi adalah interaksi antara dua pihak atau

lebih sehingga peserta komunikasi memahami pesan yang disampaikannya.


(33)

Banyak definisi komunikasi diungkapkan oleh para ahli dan pakar komunikasi seperti yang di kutip dari buku Onong Uchana Effendy dari beberapa ahli, antara lain sebagai berikut: Carl .I. Hovland yang dikutip oleh Onong Uchjana Effendy mendefinisikan komunikasi sebagai berikut:

“The process by which an individual (the communicator) transmits stimuli (usually verbal symbols) to modify the behavior

of other individuals (communicates).”

(Proses dimana seseorang (komunikator) menyampaikan perangsang (biasanya lambang bahasa) untuk mengubah perilaku orang lain (komunikan)). (Effendy, 2002: 49).

Sedangkan menurut Gerald A Miller yang dikutip oleh Onong Uchjana Effendy menjelaskan bahwa:

“In the main, communication has as its central interest those

behavioral situations in which a source transmits a message to a receiver (s) with conscious intent to affect the latte’s behavior”

(Pada pokoknya, komunikasi mengandung situasi keperilakuan sebagai minat sentral, dimana seseorang sebagai sumber menyampaikan suatu kesan kepada seseorang atau sejumlah penerima yang secara sadar bertujuan mempengaruhi perilakunya).(Effendy, 2002: 49).

Berdasarkan dari definisi di atas, dapat dijabarkan bahwa komunikasi adalah proses di mana seseorang (komunikator) menyampaikan perangsang (biasanya lambang bahasa) kepada orang lain (komunikan) bukan hanya sekedar memberitahu, tetapi juga


(34)

mempengaruhi seseorang atau sejumlah orang tersebut untuk melakukan tindakan tertentu (merubah perilaku orang lain).

2.1.2.2 Proses Komunikasi

Sebuah komunikasi tidak pernah terlepas dari sebuah proses, oleh karena itu apakah pesan dapat tersampaikan atau tidak tergantung dari proses komunikasi yang terjadi. Proses komunikasi terbagi menjadi dua tahap, yaitu:

1. Proses Komunikasi Secara Primer Yaitu proses penyampaian pikiran atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan lambang atau simbol sebagai media. Lambang sebagai media primer dalam proses komunikasi adalah bahasa, isyarat, gambar, warna dan sebagainya yang secara langsung dapat menterjemahkan pikiran dan atau perasaan komunikator kepada komunikan. Media primer atau lambang yang paling banyak digunakan dalam komunikasi adalah bahasa, karena hanya bahasa yang mampu menerjemahkan pikiran seseorang kepada orang lain (apakah itu berbentuk ide, informasi atau opini baik mengenai hal yang konkret maupun yang abstrak dan bukan hanya tentang hal atau peristiwa yang terjadi pada


(35)

saat sekarang, melainkan pada waktu yang lalu dan yang akan datang).

2. Proses komunikasi secara sekunder Adalah proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain dengan nggunakan alat atau sarana sebagai media kedua setelah memakai lambang sebagai media pertama. Seorang komunikator menggunakan media kedua dalam melancarkan komunikasi karena komunikasi sebagai sasarannya berada di tempat yang relatif jauh dan komunikan yang banyak. Surat, telepon, surat kabar, majalah, radio, televisi, film, dan masih banyak lagi media kedua yang sering digunakan dalam komunikasi.

2.1.2.3. Tujuan Komunikasi

Setiap individu dalam berkomunikasi pasti mengharapkan tujuan dari komunikasi itu sendiri, secara umum tujuan berkomunikasi adalah mengharapkan adanya umpan yang diberikan oleh lawan berbicara kita serta semua pesan yang kita sampaikan dapat diterima oleh lawan bicara kita dan adanya efek yang terjadi setelah melakukan komunikasi tersebut. Menurut Onong Uchjana dalam buku “Ilmu Komunikasi Teori dan


(36)

1. Perubahan Sikap, setelah melakukan proses komunikasi, Pengirim pesan (komunikator) mengharapkan adanya perubahan sikap dari si penerima pesan (komunikan), dengan adanya perubahan sikap tersebut berarti semua pesan yang disampaikan dapat diterima dengan baik.

2. Perubahan Pendapat, proses pengiriman pesan yang disampaikan oleh komunikator kepada komunikan dengan media ataupun tanpa media berharap semua pesan dapat diterima, sehingga terjadi perubahan pendapat setelah menerima pesan tersebut.

3. Perubahan Prilaku, pesan yang sampaikan oleh komunikator pada komunikan akan dikatakan berhasil apabila terjadi perubahan prilaku pada diri sikomunikan setelah menerima pesan tersebut.

4. Perubahan Sosial, Perubahan sosial yang terjadi pada masyarakat salah satu penyebabnya adalah proses berkomunikasi karena dengan berkomunikasi masyarakat dapat mengetahui apa saja yang tadinya mereka tidak tahu akan hal itu. (Effendy, 2002: 51).


(37)

2.1.2.4. Fungsi Komunikasi

Komunikasi memiliki beberapa fungsi. Menurut Effendy ada empat fungsi utama dari kegiatan komunikasi, yaitu:

1. Menginformasikan (to inform)

Adalah memberikan informasi kepada masyarakat, memberitahukan kepada masyarakat mengenai peristiwa yang terjadi, ide atau pikiran dan tingkah laku orang lain, serta segala sesuatu yang disampaikan orang lain.

2. Mendidik (to educate)

Adalah komunikasi merupakan sarana pendidikan, dengan komunikasi manusia dapat menyampaikan ide dan pikirannya kepada orang lain sehingga orang lain mendapatkan informasi dan ilmu pengetahuan.

3. Menghibur (to entertain)

Adalah komunikasi selain berguna, untuk menyampaikan komunikasi, pendidikan, mempengaruhi juga berfungsi untuk menyampaikan hiburan atau menghibur orang lain.


(38)

4. Mempengaruhi (to influence)

Adalah fungsi mempengaruhi setiap individu yang berkomunikasi, tentunya berusaha mempengaruhi jalan pikiran komunikan dan lebih jauh lagi berusaha merubah sikap dan tingkah laku komunikan sesuai dengan apa yang diharapkan.(Wendy, 1997 : 36)

2.1.2.5. Sifat Komunikasi

Menurut Onong Uchjana Effendy dalam bukunya “Ilmu

Komunikasi Teori dan Praktek” menjelaskan dalam

berkomunikasi memiliki sifat-sifat adapun beberapa sifat komunikasi tersebut:

1. Tatap muka (face-to-face) 2. Bermedia (Mediated) 3. Verbal (Verbal)

 Lisan (Oral)

 Tulisan

4. Non verbal (Non-verbal)

 Gerakan/ isyarat badaniah (gestural)


(39)

Komuniktor (pengirim pesan) dalam menyampaikan pesan kepada komunikan (penerima pesan) dituntut untuk memiliki kemampuan dan pengalaman agar adanya umpan balik (feddback) dari sikomunikan itu sendiri, dalam penyampain pesan komunikator bisa secara langsung (face-to-face) tanpa mengunakan media apapun, komunikator juga dapat menggunakan bahasa sebagai lambing atau simbol komunikasi bermedia kepada komunikan, media tersebut sebagai alat bantu dalam menyampaikan pesannya.

Komunikator dapat menyampaikan pesannya secara verbal dan non verbal. Verbal di bagi ke dalam dua macam yaitu lisan (Oral) dan tulisan (Written/printed). Sementara non verbal dapat menggunakan gerakan atau isyarat badaniah (gesturual) seperti melambaikan tangan, mengedipkan mata dan sebagainya, dan menggunakan gambar untuk mengemukakan ide atau gagasannya.

2.1.2.6.Bentuk Komunikasi

Komunikasi kelompok menurut Deddy Mulyana dalam bukunya Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, adalah: Komunikasi Kelompok (Group Communication)


(40)

“Kelompok adalah sekumpulan orang yang mempunyai tujuan bersama, yang berinteraksi satu sama lain untuk mencapai tujuan bersama, mengenal satu sama lainnya, dan memandang mereka sebagai bagian dari kelompok tersebut. Kelompok ini misalnya adalah keluarga, tetangga, kawan kawan terdekat, kelompok diskusi,kelompok pemecah masalah, atau suatu komite yang sedang berapat untuk mengambil suatu keputusan. Dengan demikian, komunikasi biasanya merujuk pada komunikasi yang dilakukan kelompok kecil tersebut” (Mulyana 2007:24).

2.1.3 Tinjauan Tentang Aktivitas Komunikasi

Sebagai makhluk sosial kehidupan manusia tidak dapat dilepaskan dari aktivitas komunikasi, karena komunikasi merupakan bagian yang penting dalam kehidupan sosial manusia atau masyarakat. Dalam pengertiannya Aktivitas komunikasi adalah aktivitas rutin serta otomatis dilakukan, sehingga kita tidak pernah mempelajarinya secara khusus, seperti bagaimana menulis ataupun membaca secara cepat dan efektif ataupun berbicara secara efektif.

Adapun pengertian Aktivitas Komunikasi menurut Hymes dalam buku Engkus Kuswarno adalah aktivitas yang khas atau kompleks, yang didalamnya terdapat peristiwa-peristiwa khas


(41)

komunikasi yang melibatkan tindak-tindak komunikasi tertentu dan dalam konteks yang tertentu pula. (Kuswarno, 2008:42)

Untuk mendeskripsikan dan menganalisis aktivitas komunikasi, perlu menangani unit-unit deskrit aktivitas komunikasi yang memiliki batasan-batasan yang bisa diketahui. Unit-unit analisis yang dikemukakan oleh Dell Hymes (1972), antara lain :

1. Situasi Komunikatif, merupakan konteks terjadinya komunikasi. Contohnya, gereja, pengadilan, pesta, lelang, kereta api, atau kelas disekolahnya. Situasi bisa tetap sama walaupun lokasinya berubah, seperti dalam kereta, bus, atau mobil, atau bisa berubah dalam lokasi yang sama apabila aktifitas-aktifitas yang berbeda berlangsung di tempat itu pada saat yang berbeda. Situasi yang sama bisa mempertahankan konfigurasi umum yang konsisten pada aktifitas yang sama di dalam komunikasi yang terjadi, meskipun terdapat diversitas dalam interaksi yang terjadi disana.1

2. Peristiwa Komunikatif, merupakan unit dasar untuk tujuan deskriptif. Sebuah peristiwa tertentu didefinisikan sebagai keseluruhan perangkat komponen yang utuh, yang dimulai dengan tujuan umum komunikasi, topik umum yang sama, dan melibatkan

1

http://gumonounib.wordpres.com/buku-elektronik/etnografi/ (e-book) (jumat, 7 Maret 2014 pukul 01.52)


(42)

partisipan yang sama, yang secara umum menggunakan varietas bahasa yang sama untuk interaksi, dalam seting yang sama. Sebuah peristiwa berakhir apabila terdapat perubahan dalam partisipan utama, misalnya perubahan posisi duduk atau suasana hening. (Kuswarno, 2008:41) Analisis peristiwa komunikatif dimulai dengan deskripsi komponen-komponen penting, yaitu :

a. Genre, atau tipe peristiwa (misalnya, lelucon, cerita, ceramah, salam, percakapan).

b. Topik, atau fokus referensi.

c. Tujuan atau fungsi, peristiwa secara umum dan dalam bentuk tujuan interaksi partisipan secara individual.

d. Setting, termasuk lokasi, waktu, musim, dan aspek fisik situasi itu (misalnya, besarnya ruang, tata letak perabot).

e. Partisipan, termasuk usianya, jenis kelamin, etnik, status sosial, atau kategori lain yang relevan, dan hubungannya satu sama lain.

f. Bentuk Pesan, termasuk saluran vokal dan nonvokal, dan hakekat kode yang digunakan (misalnya, bahasa yang mana, dan varietas yang mana).

g. Isi pesan, mencakup apa yang dikomunikasikan, termasuk level konotatif dan refenesi denotatif atau makna.Urutan


(43)

tindakakan, atau urutan tindak komunikatif atau tindak tutur, termasuk alih giliran atau fenomena percakapan.

h. Kaidah interaksi, atau properti apakah yang harus diobservasikan.

i. Norma-norma interpretasi, termasuk pengetahuan umum, kebiasaan kebudayaan, nilai yang dianut, tabu-tabu yang harus dihindari, dan sebagainya.

3. Tindakan Komunikatif, yaitu fungsi interaksi tunggal, seperti peryataan, permohonan, perintah, ataupun perilaku non verbal (Kuswarno, 2008:41-43).


(44)

2.1.4 Tinjauan Komunikasi Lintas Budaya.

Bila orang awam berfikir tentang budaya, biasanya mereka berfikir tentang cara-cara orang berpakaian, kepercayaan-kepercayaan yang mereka miliki dan kebiasaan-kebiasaan yang mereka praktekkan. Tanpa menggunakan definisi yang komprehensif, kita dapat mengakui bahwa hal di atas merupakan aspek budaya, tapi definisi tersebut belum menyeluruh baik dilihat dari sudut teori maupun dari sudut praktek. Kata

“budaya” berasal dari bahasa sansekerta buddhayah yang merupakan bentuk jamak dari kata buddhi, yang berarti “budi” atau“kaal”.

Kebudayaan itu sendiri diartikan sebagai “ hal-hal yang berkaitan

dengan budi atau akal”. Istilah culture, yang merupakan istilah bahasa

asing yang sama artinya dengan kebudayaan, berasal dari kata “colere” yang artinya adalah “mengolah atau mengerjakan”, yaitu dimaksudkan

kepada keahlian mengolah dan mengerjakan tanah atau bertani. Kata colere yang kemudian berubah menjadi culture diartikan sebagai “segala daya dan kegiatan manusia untuk mengolah dan mengubah alam”. Dari

berbagai definisi tersebut, dapat diperoleh pengertian mengenai kebudayaan adalah sesuatu yang akan mempengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam


(45)

pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak.

2.1.5. Tinjauan Tentang Upacara Adat

Berbicara mengenai upacara adat tentunya tidak terlepas dari sebuah bentuk kebudayaan atau juga adat istiadat yang sering dilakukan oleh suatu kumpulan masyarakat di suatu daerah tertentu yang memiliki suatu adat istiadat yang harus dapat di pertahankan secara turun-temurun, karena dapat dikatakan bahwa kebudayaan atau istiadat yang dimilki oleh suatu masyarakat di daerah tertentu merupakan sebuah warisan dari para leluhur yang harus dipertankan sampai seterusnya.

Pengertian upacara adat itu sendiri adalah suatu bentuk kegiatan yang berhubungan dengan kebudayaan atau adat-istiadat yang sering dilakukan oleh suatu anggota masyarakat yang ada di daerah tertentu, dapat dikatakan juga merupakan sebuah tradisi yang selalu dilakukan secara turun-temurun atau juga merupakan warisan kebudayan dari para leluhur yang harus dapat dipertahankan, dan juga merupakan kebiasaan yang sering dilakukan oleh kelompok masyarakat tertentu yang ada disuatu daerah, yang memiliki


(46)

aturan, dan nilai yang sangat sakral yang harus dijunjung dan apabila melanggarnya dengan sendirinya akan mendapat sanksi.2

2.1.6 Tinjauan Tentang Pernikahan

2.1.6.1. Definisi Pernikahan

Pernikahan merupakan salah satu jalan atau suratan hidup yang dialami oleh hampir semua manusia dimuka bumi ini walaupun ada beberapa diantaranya yang tidak terikat dengan pernikahan sampai ajal menjemput. Semua agama resmi di Indonesia memandang pernikahan sebagai sesuatu yang sakral, harus dihormati, dan harus dijaga kelanggengannya. Oleh karena itu, setiap orang tua merasa tugasnya sebagai orang tua telah selesai bila anaknya telah memasuki jenjang pernikahan.

Menurut Soerojo Wignjodipoero Pernikahan adalah suatu pristiwa yang sangat penting dalam penghidupan masyarakat, sebab pernikahan tidak hanya menyangkut wanita dan pria bakal mempelai saja, bahkan keluarga kedua mempelai.3

2

http://elib.unikom.ac.id/files/disk1/630/jbptunikompp-gdl-marcelynan-31462-8-unikom_4-i.pdf 3


(47)

2.1.6.2. Fungsi Pernikahan

Adapun fungsi pernikahan menurut Dr. Harold Shryock (seorang anatomi di sekolah Kedokteran Universitas Loma Linda, California, Amerika Serikat) dalam buku E.H Tambunan berjudul Sekelumit Mengenai Masyarakat Batak Toba dan Kebudayaannya, mengemukakan empat dasar kebahagiaan yang dianggap sebagai fungsi fungsi wajar dalam sebuah pernikahan, diantaranya yaitu ;

1. Pernikahan itu dimaksudkan untuk memberi jaminan, baik segi finansial dan emosional. Keinginan hayati manusia yang ingin hidup tenteram, itu pula yang mendorong ia untuk nikah. Di samping itu pula, keinginan untuk mendapat keamanan di bidang finansial, sejahtera dalam ekonomi rumah tangga, seirama dalam membelanjakan uang, setujuan dalam filsafat hidup mendorong ia ingin bersatu dengan pasangan pilihannya.

2. Pernikahan adalah untuk memberikan pertumbuhan rohani dan kultural kepada segenap anggota keluarga. Keluarga itu merupakan bagian kecil dari masyarakat yang membentuk satu negara. Jadi kedalaman rohani dan kultural masyarakat keluarga itu menentukan tingkat masyarakat bangsa. Baik buruknya pengaruh yang tercipta dalam rumah tangga itu sangat menentukan nilai rohani dan kultural masyarakat. Bukankah anak-anak dan tingkat rohani mereka ditentukan pula oleh ibu bapa mereka?

3. Pernikahan adalah untuk meneruskan dan menyebarkan cita cita tanggung jawab pribadi dan partisipi yang menjadikan tulang punggung bangsa. Dalam usaha inilah ibu bapa harus tetap mempertahankan keutuhan itu dapat dipertahankan, sudah pasti hal itu akan menyebar kelingkungan terdekat dari kedua insane itu, mula mula kepada anak, kemudian kepada tetangga dan terus kepada lingkunan masyarakat yang lebih luas. Budi luhur yang terbina dalam rumah tangga sangat menentukan generasi manusia


(48)

pada generasi mendatang. Persiapan-persiapan hidup anak yang akan membentuk rumah tangga kemudian hari mendasari tingkat keluhuran ahlak manusia dalam masyarakat ditentukan dalam cita-cita yang telah tertanam, diperkembang dalam rumah tangga. 4. Pernikahan yang dihubungkan dengan kelangsungan hidup satu

bangsa. Kalau ada orang yang berpendapat bahwa pernikahan itu hanyalah untuk sebatas memperbanyak keturunan saja, maka gagalah sebuah rumah tangga guna mencapai tujuan, yakni kebahagiaan. Tetapi banyak orang yang menyadari bahwa sebuah rumah tangga tidak merasakan kebahagian itu kalau di sana tidak terdapat anak yang akan menjadi tumpuan kasih sayang sebagai refleksi kasih sayang suami tehadap istri dan sebaliknya, oleh sebab itu, anak- anak dalam rumah tangga sangat menetukan kebahagiaan sebuah pernikahan. Anak-anak itu kelak yang akan meneruskan perkembangan bangsa. Baik buruknya kehidupan dan pembinaan mereka menentukan hari depan bangsa yang lebih aman.

2.1.7 Tinjauan Tentang Komunikasi Verbal dan Non Verbal

2.1.7.1. Definisi Komunikasi Verbal

Komunikasi verbal adalah salah satu bentuk komunikasi yang ada dalam kehidupan manusia dalam hubungan atau interaksi sosialnya. Pengertian Komunikasi Verbal (verbal communication) adalah bentuk komunikasi yang disampaikan komunikator kepada komunikan dengan lisan atau dengan tertulis. Peranannya sangat besar karena sebagian besar dengan komunikasi verbal ide-ide, pemikiran atau keputusan lebih mudah disampaikan secara verbal dibandingkan non verbal. Komunikan juga


(49)

lebih mudah memahami pesan-pesan yang disampaikan dengan komunikasi verbal ini.

2.1.7.1.1. Pesan dan Bahasa Dalam Komunikasi Verbal

Pesan yang disampaikan berupa pesan verbal yang terdiri atas kode kode verbal. Dalam penggunaanya kode verbal ini berupa bahasa. Bahasa adalah seperangkat kata yang disusun secara berstruktur sehingga menjadi kumpulan kalimat yang mengandung arti, bahasa ini memiliki tiga fungsi pokok, yaitu:

1. Untuk mempelajari tentang segala hal yang ada di sekeliling kita.

2. Untuk membina hubungan yang baik dalam hubungan manusia sebagai makhluk sosial antara satu individu dengan individu lainnya.

3. Untuk menciptakan ikatan-ikatan dalam perjalanan kehidupan manusia.

Bahasa dapat dipelajari dengan beberapa cara. Hal ini dijelaskan dalam beberapa teori, seperti teori Operant Conditioning, teori kognitif, dan yang terakhir adalah mediating theory.


(50)

a. Menurut teori operant conditing bahasa dipelajari dengan adanya stimulus dari luar yang menyebabkan seseorang pada akhirnya berbicara dengan bahasa yang dimengerti oleh orang yang memberinya stimulan.

b. Dalam teori kognitif bahasa merupakan pembawaan manusia sejak lahir yang merupakan pembawaan biologis. Di sini ditekankan bahwa manusia yang lahir ke dunia berpotensi untuk bisa berbahasa.

c. Mediating theory dikenal dengan istilah teori penengah. Di sini menekankan bahwa manusia dalam mengembangkan kemampuannya berbahasa, tidak hanya sekadar sebagai reaksi dari adanya stimulus dari luar, tapi juga dipengaruhi proses internal yang terjadi dalam diri manusia itu sendiri. Tanpa bahasa manusia tidak bisa berfikir, bahasalah yang mempengaruhi persepsi serta pola-pola pikir yang ada pada seseorang. Hal tersebut dinyatakan oleh Benyamin Lee Whorf dan Edward Sapir dalam hipotesa yang dibuatnya.

Tanpa bahasa manusia tidak bisa berfikir, bahasalah yang mempengaruhi persepsi serta pola-pola pikir yang ada pada seseorang. Hal tersebut dinyatakan oleh Benyamin Lee Whorf dan Edward Sapir dalam hipotesa yang dibuatnya.


(51)

2.1.7.1.2. Pentingnya Komunikasi Verbal

Dengan komunikasi verbal, pesan dapat diterima dengan baik oleh komunikan. Komunikan pun dapat memberikan feedback dengan komunikasi verbal pula. Sehingga dapat dipastikan bahwa dengan penggunaan komunikasi verbal ini, kesalahan persepsi komunikasi atau miss communication dapat diminimalisir. Oleh karena itu, kemampuan dalam berbahasa merupakan bagian yang sangat penting untuk seorang komunikator. Semakin banyak bahasa yang dikuasai maka semakin besar pula potensi untuk menjadi seorang komunikator dan komunikan yang baik untuk mencapai komunikasi efektif yang dibutuhkan dalam kehidupan kita di setiap bidang.

2.1.7.2. Definisi Komunikasi Non Verbal

Proses komunikasi tidak selalu disampaikan dengan komunikasi verbal saja, tetapi ada komunikasi yang disampaikan dengan menggunakan komunikasi non verbal. Komunikasi non verbal bisa berisi pesan yang tidak berupa kata kata, tulisan, atau lisan lebih mengarah kepada isyarat, gerakan tubuh, simbol atau lambang lambang yang menggambarkan isi dari komunikasi tersebut. Sebagaimana yang diungkapkan Arni Muhammad (2002:130) memberikan definisi komunikasi non verbal sebagai berikut :


(52)

“Komunikasi non verbal adalah penciptaan dan pertukaran pesan dengan tidak menggunakan kata-kata, melainkan menggunakan bahasa isyarat seperti gerakan tubuh, sikap tubuh, vocal yang bukan berupa kata-kata, kontak mata, ekspresi muka, kedekatan jarak, sentuhan, dan

sebagainya”. (Suranto, 2010:146)

Adapun menurut Malandro dan Baker mendefinisikan komuniaksi non verbal mengemukakan bahwa :“Komunikasi non verbal adalah proses yang dijalani oleh seorang individu atau lebih pada saat menyampaikan isyarat-isyarat non verbal yang memiliki potensi untuk merangsang makna dalam pikiran individu atau individu-individu lain”. (Daryanto, 2010:105).

Sedangkan menurut Edward T.Hall mengartikan komunikasi non verbal sebagai berikut :“Komunikasi non verbal adalah sebuah bahasa diam (silent language) dan dimensi tersembunyi (hidden dimension) karena pesan non verbal yang tertanam dalam konteks


(53)

2.1.7.3. Fungsi Komunikasi Non Verbal

Komunikasi non verbal bisa dikatakan hanya menggunakan isyarat atau tidak menggunakan kata-kata yang lisan, tapi tetap saja memiliki fungsi dalam penggunaannya.

Menurut Mark Knapp (1978) menyebutkan bahwa penggunaannya komunikasi non verbal memiliki fungsi untuk :

1. Meyakinkan apa yang diucapkannya (repletion)

2. Menunjukan perasaan dan emosi yang tidak bisa diutarakan dengan kata-kata (substitution)

3. Menunjukan jati diri sehingga orang lain bisa mengenalnya (identity) Menambah atau melengkapi ucapan-ucapan yang dirasakan belum sempat. (Cangara, 2011:106).

Fungsi dari komunikasi non verbal dapat menjelaskan maksud dari penyampain pesan itu sendiri. Menurut Mark L. Knapp fungsi-fungsi tersebut yaitu:

1. Repetisi : Mengulang kembali gagasan yang sebelumnya sudah disajikan secara verbal.


(54)

3. Kontradiski : Menolak pesan verbal atau memberi makna yang lain terhadap pesan verbal.

4. Komplemen : Melengkapi dan memperkaya makna pesan non verbal.

5. Aksentuasi :Menegaskan pesan verbal atau menggarisbawahinya (Suranto, 2010:173).

2.1.7.4. Tujuan Komunikasi Non Verbal

Ketika kita melakukan komunikasi, baik itu melakukan komunikasi verbal terlebih dahulu yang kemudian diiringi dengan komunikasi non verbal atau sebaliknya. Bahkan keduanya seringkali berbarengan dalam melakukannya ataupun penyampaiannya. Setiap penyampaian pesannya baik secara verbal ataupun non verbal sebenarnya memiliki tujuan-tujuan tertentu didalam pesan tersebut. Adapun tujuan dari komunikasi non verbal diantaranya adalah sebagai berikut :

1. Menyediakan atau memberikan informasi. 2. Mengatur alur suara percakapan.

3. Mengekspresikan emosi.

4. Memberikan sifat, melengkapi, menentang, atau mengembangkan pesan-pesan dari komunikasi verbal.


(55)

5. Mengendalikan atau mempengaruhi orang lain.

6. Mempermudah tugas-tugas khusus yang memerlukan komunikasi non verbal.


(56)

2.2 Kerangka Pemikiran

2.2.1. Interaksi simbolik

Hubungan yang terjadi secara alami antara manusia dalam masyarakat dan hubungan masyarakat dengan individu merupakan karakteristik dasar ide yang dikemukakan oleh George Herbert Mead (murid Blumer) yang kemudian dimodifikasi oleh Blumer dengan tujuan tertentu. Interaksi yang terjadi antar individu berkembang melalui simbol-simbol yang mereka ciptakan. Realitas sosial merupakan rangkaian peristiwa yang terjadi pada individu dalam masyarakat. Interaksi yang dilakukan antar individu itu berlangsung secara sadar dan berkaitan dengan gerak tubuh, vokal, suara dan ekspresi tubuh, vokal, suara, dan ekspresi tubuh, yang kesemuanya itu

mempunyai maksud dan disebut dengan “simbol”.

Pendekatan interaksi simbolik yang dimaksud Blumer mengacu pada tiga premis utama, yaitu :

1. Manusia bertindak terhadap sesuatu berdasarkan makna makna yang ada pada sesuatu itu bagi mereka,

2. Makna itu diperoleh dari hasil interaksi social yang dilakukan oleh orang orang lain, dan


(57)

3. Makna makna tersebut disempurnakan disaat proses interaksi social sedang berlangsung.

Interaksi simbolik dalam pembahasannya telah berhasil membuktikan adanya hubungan antara bahasa dan komunikasi. Sehingga, pendekatan ini menjadi dasar pemikiran ahli ahli ilmu sosiolinguistik dan ilmu komunikasi.

Tiga konsep utama dalam teori Mead ditangkap dalam judul karyanya yang paling terkenal yaitu pikiran (mind), diri sendiri (self), dan masyarakat (sociaty). Kategori kategori ini merupakan aspek aspek berbeda dari proses umum yang disebut tindak social, yang merupakan sebuah kesatuan tingkah laku yang tidak dapat dianalisis kedalam bagian bagian tertentu. Tindakan saling berhubungan dan dibangun seumur hidup. Tindakan dimulai dengan sebuah dorongan, melibatkan persepsi dan penunjukan makna, repetisi mental, pertimbangan alternatif dan penyempurnaan (Kuswarno 2008:22).

Tindakan individu yang tetap, seperti berjalan sendirian atau membaca sebuah buku adalah interaksional karena didasarkan pada gerak tubuh serta respon yang banyak terjadi dimasa lalu dan terus berlanjut dalam pikiran individu. Tindakan bersama (joint action) antar dua orang atau lebih, seperti yang terjadi dalam pernikahan,


(58)

perdagangan, perang atau kebaktian digereja terdiri atas sebuah interhubungan (interlinkage) dan interaksi-interaksi yang lebih kecil. Blumer mencatat bahwa dalam sebuah masyarakat maju, bagian terbesar dari tindakan kelompok terdiri atas pola-pola yang stabil dan selalu berulang yang memiliki makna yang umum dan tetap bagi anggota masyarakat mereka. Dikarenakan frekuensi pola-pola tersebut dan stabilitas maknanya, para peneliti cenderung menganggap mereka sebagai susunan-susunan, melupakan asal usul mereka dalam percakapan.

Seperti yang dikemukakan oleh Mead, interaksi yang terjadi antar inividu berkembang melalui simbol simbol yang mereka ciptakan, begitu juga dalam adat pernikahan Batak Karo, ketika pesta adat berlangsung maka adanya interaksi yang berkembang terjadi didalamnya. Orang Batak Karo yang ada di Kota Bandung juga menyadari ketika perkembangan budaya itu terjadi maka sudah menjadi hal yang biasa. Setiap terjadinya konteks komunikasi dalam pesta adat pernikahan Batak Karo akan memiliki simbol dan makna tersendiri bagi masyarakatnya dan akan disempurnakan ketika proses interaksi sedang berlangsung.


(59)

Dari pemaparan diatas dapat digambarkan tahapan-tahapan model penelitian, seperti gambar dibawah ini :

Gambar 2.1

Model Alur Kerangka Pemikiran “Aktivitas Komunikasi Dalam Upacara Adat Pernikahan Batak Karo di Kota Bandung”

Sumber : Data Peneliti, 2014

Upacara Adat Pernikahan Suku Batak Karo

Etnografi Komunikasi

Situasi Komunikatif Tindakan

Komunikatif

Interaksi Simbolik

Aktivitas Komunikasi Dalam Upacara Adat Pernikahan Batak Karo di Kota Bandung


(60)

Keterangan :

Komunikasi sebagai prilaku yang lahir dari integrasi tiga keterampilan yang dimiliki setiap individu sebagai makhluk sosial, ketiga keterampilan itu terdiri dari keterampilan bahasa, keterampilan komunikasi, dan keterampilan budaya. Bahasa hidup dalam komunikasi, bahasa tidak akan mempunyai makna jika tidak dikomunikasikan. Pada etnografi komunikasi terdapat pemaknaan terhadap simbol-simbol yang disampaikan secara verbal maupun nonverbal, sehingga menimbulkan sebuah interaksi yang didalamnya terdapat simbol-simbol yang memiliki makna tertentu.

Upacara adat di dalam pernikahan adat Batak Karo yang di Bandung, sama halnya dengan yang digunakan suku Batak Karo pada umumnya, di dalamnya terdapat peristiwa khas komunikasi yang melibatkan tindak tindak komunikasi tertentu dan dalam konteks komunikasi yang tertentu pula sehingga aktivitas komunikasinya tetap menghasilkan peristiwa yang khas dan berulang. Prilaku yang ditunjukkan dalam acara adat pernikahan Batak Karo ini adalah dengan adanya prilaku prilaku yang khas dalam masyrakatnya seperti keluarga dan kedua mempelai harus menggunakan pakaian adat serta simbol simbol lainnya.


(61)

Peristiwa komunikatif merupakan unit dasar dari tujuan deskriptif. Suatu peristiwa tertentu diartikan sebagai seluruh unit komponen yang utuh. Dimulai dari tujuan umum komunikasi, topik umum yang sama, partisipan yang sama, varietas bahasa umum yang sama, tone yang sama, kaidah-kaidah yang sama untuk melakukan interaksi dalam setting yang sama. Secara konseptual, upacara pernikahan dalam adat Batak Karo dilakukan secara berulang ulang untuk melestarikan nilai nilai budaya yang ada sejak dahulu.

Untuk medeskripsikan dan menganalisis aktivitas komunikasi, maka diperlukan sebuah unit-unit diskrit aktivitas komunikasi tersebut, seperti yang dikatakan oleh Hymes yaitu dengan mengetahui situasi komunikatif, peristiwa komunikatif, dan tindakan komunikatif.


(62)

3.1.1. Pernikahan Adat Batak Karo

Sistem kekerabatan patrilineal atau garis keturunan yang ditentukan dari jalur laki-laki dan tata-aturan perkawinan pada orang Batak Karo lahir dalam alam pengetahuan masyarakat yang sederhana. Meski sistem sosial dan tata-aturan ini tidak empiris, tidak nampak dan cukup rumit dipahami, namun adat-istiadat itu nyata sekaligus penting dalam praktik keseharian masyarakat Batak Karo hingga kini. Batak Karo adalah satu dari enam suku bangsa Batak, seperti Toba, Simalungun, Pakpak, Angkola, dan Mandailing. Orang asli Karo tinggal di dua kawasan berbeda di utara Danau Toba, yaitu Dataran Tinggi Karo dan Dataran Rendah Karo, yang mereka sebut Taneh Karo.

Diketahui bahwa kelompok keturunan (descent group) dalam masyarakat Batak Karo terbagi ke dalam lima klen (merga), yaitu merga Perangin-angin, Sembiring, Tarigan, Ginting, dan Karo-karo. Merga ini masih dipilah lagi ke dalam sub-subklen, seperti klen Ginting mempunyai subklen Ajartambun, Munthe, dan seterusnya.

Selain klen, orang Karo mengenal jabu(“keluarga”) untuk unit yang lebih kecil. Jabu tak hanya mewakili keluarga batih (inti), namun juga menunjuk pada kelompok kekerabatan yang lebih besar, yaitu sada bapa (satu kakek) dan sada nini (satu buyut). Dua kelompok ini masih dianggap


(63)

sekeluarga dan saudara sekandung karena keturunan satu kakek. Dari situ, dikenal pula istilah jabu sada bapa dan jabu sada nini yang merupakan kelompok kekerabatan terluas setelah klen. Hal ini mirip dengan fenomena trah pada masyarakat Jawa, pembagian kelompok keturunan yang demikian membuat orang Batak Karo dianggap menganut sistem aliansi prescriptive dalam pernikahannya lantaran menampakkan struktur hubungan pernikahan yang asimetris (asymmetrical connubium stucture) atau dalam praktik pernikahannya tidak terjadi pertukaran gadis yang boleh dinikahi antarklen.1

Pernikahan pada masyarakat adat Batak Karo adalah tanggungjawab keseluruhan kerabat kedua belah pihak calon mempelai yang pelaksanaannya sesuai dengan falsafah Rakut Sitelu sehingga pernikahan adat Batak Karo mempunyai aturan yang lengkap mulai dari meminang, pemberian jujur sampai upacara perkawinan. Salah satu ciri khas dari masyarakat adat Batak Karo adalah merantau dan tetap memegang teguh adat istiadat dimanapun dia berada, karena umumnya masyarakat Batak mempunyai ikatan lahir dan batin yang sangat kuat terhadap tanah leluhur.

Pernikahan dalam adat Batak Karo pada asasnya bertujuan membentuk rumah tangga yang bahagia dan kekal untuk mendapatkan anak sebagai penerus garis keturunannya yaitu dari anak laki-laki. Pernikahan juga

1

http://iidmarsanto.wordpress.com/2010/12/30/sangkep-sitelu-harmoni-dalam-kekerabatan-orang-batak-karo/yang diunduh pada tanggal 9 Maret 2014 (Pukul 23.40)


(64)

mempertahankan kehidupan persekutuan setempat/ masyarakat desa dan persekutuan wilayah selaku kesatuan tata susunan rakyat. Pentingnya inisiasi (masa peralihan) dan peran-peran yang terlibat, pernikahan juga menyangkut aspek ekonomi dengan segala macam kepentingan di dalamnya, termasuk dalam hal perencanaan pesta pernikahan yang akan dilaksanakan. Peranan dasar aspek ekonomi ini, misalnya, tampak jelas dalam menetapkan jumlah uang, pembayaran, pengembalian pembayaran: harga pengantin (cinamet), pembayaran para pelayanan pengantin selama upacara pernikahan berlangsung.

Konsep “pembayaran” dalam pernikahan adat mencakup

“pembayaran” oleh pihak pengantin laki-laki. Pembayaran ini bahkan

merupakan bagian utama dari pengesahan pernikahan menurut adat Batak Karo. Bila pertukaran ini sudah terpenuhi, maka pernikahan itu menjadi sah dan keluarga yang baru itu sudah mandiri; dan bila sebaliknya yang terjadi, maka pengantin pria harus membaktikan diri untuk keluarga wanita sampai tuntutan nikah ini terpenuhi, artinya yaitu pengesahan suatu pernikahan

mencakup seluruh rangkaian “prestasi” : suatu tindakan membayar apa yang

dituntut adat / tuntutan adat untuk membayar sesuatu yang berasal dari usaha atau kemampuan seseorang. Dalam upacara pernikahan adat Batak Karo, hal ini dijelaskan dalam tindakan simbolik pembagian makanan, ulos, uang, dan diatas semuanya itu ada tata cara yang dilakukan.


(65)

3.1.1.1. Tahapan Pernikahan Adat Batak Karo

Dalam pernikahan secara adat Suku Karo dikenal 3 tahapan umum yang dilakukan dalam melaksanakannya. Didalam 3 tahapan umum ini akan dibagi lagi menjadi sub tahapan.

Adapun tahapan pernikahan yang dilakukan secara adat Suku Karo secara umum adalah sebagai berikut:

1. Persiapan Sebelum Pesta Adat

a. Sitandan Ras Keluarga Pekepar / Nangkih b. Mbaba Belo Selambar

c. Nganting Manuk 2. Hari Pesta Adat

a. Pasu pasu b. Kerja Adat

c. Persadan Tendi / Mukul 3. Sesudah Pesta Adat

a. Ngulihi Tudung b. Ertaktak.2

2

http://arikokena.blogspot.com/2012/10/kiras-bangun-garamata.html/yang diunduh pada tanggal 12 Maret 2014 (Pukul 13.00)


(66)

3.1.2. Objek Penelitian Etnografi Komunikasi

Etnografi komunikasi mengkaji bahasa, komunikasi dan budaya akan tetapi istilah istilah yang digunakan dalam etnografi komunikasi berbeda dengan cabang ilmu yang berkaitan seperti komunikasi, kebudayaan bahkan antropolgi sekalipun, istilah yang digunakan pada akhirnya mengacu pada objek yang diteliti. Objek objek penelitian etnografi komunikasi antara lain :

1. Masyarakat Tutur (Speech Community)

Etnografi dan etnografi komunikasi memang saling berkaitan, salah satunya adanya pengaruh sosiokultural yang sangat besar, sehingga keduanya memiliki batasan yang sama dalam melakukan penelitian, yaitu dalam konteks kebudayaan tertentu. Peter L.Berger mengemukakan bahwa masyarakat sebagai suatu keseluruhan kompleks hubungan manusia yang luas sifatnya. Banyak ahli yang telah mendifinisak apa yang dimaksud dengan speech community atau masyarakat tutur akan tetapi dari sekian banyak batasan, hanya ada dua yang dapat digunakan dalam penelitian etnografi komunikasi. Yang pertama menurut Hymes yang menekankan bahwa semua anggota masyarakat tutur tidak saja sama sama memiliki kaidah untuk berbicara, tetapi juga satu variasi linguistic, yang kedua dari Seville-Troike membicarakan level analisis dimana


(67)

masyarakat tutur tidak harus memiliki satu bahasa, tetapi memiliki kaidah sama dengan berbicara.

2. Aktivitas Komunikasi

Etnografi komunikasi tidak hanya membahas masyarakat tutur akan tetapi juga menemukan aktivitas komunikasi sama artinya dengan identifikasi peristiwa komunikasi dan atau proses komunikasi. Proses atau peristiwa komunikasi yang dibahas dalam etnografi komunikasi adalah khas yang dapat dibedakan dengan proses komunikasi yang dibahas pada konteks komunikasi yang lain.

3. Komponen Komunikasi

Komponen komunikasi mendapat tempat yang paling penting dalam etnografi komunikasi, selain itu melalui komponen komunikasilah sebuah peristiwa komunikasi diidentifikasi. Pada akhirnya melalui etnografi komunikasi dapat ditemukan pola komunikasi sebagai hasil hubungan antara komponen komunikasi.

4. Kompetensi Komunikasi

Tindak komunikatif individu sebagai bagian dari suatu masyarakat tutur, dalam perspektif etnografi komunikasi lahir dari integrasi tiga keterampilan, yaitu keterampilan linguistic, keterampilan interaksi, dan


(68)

keterampilan kebudayaan. Kompetensi komunikasi akan melibatkan segala sesuatu yang berhubungan dengan penggunaan bahasa dan dimensi komunikatif dalam setting sosial tertentu.

5. Varietas Bahasa

Konteks varietas bahasa dapat memudahkan dan akan lebih jelas digunakan untuk menguraikan pemolaan komunikasi. Hymes menjelaskan bahwa dalam setiap masyarakat terdapat varietas kode bahasa dan cara cara berbicara yang bisa dipakai oleh anggota masyarakat atau sebagai reporter komunikatif masyarakat tutur. Varietas ini akan mencakup semua varietas dialek atau tipe yang digunakan dalam populasi sampel tertentu, dan faktor faktor sosiokultural yang mengarahkan pada seleksi dari salah satu variasi bahasa yang ada. Sehingga pilihan varietas yang dipakai akan menggambarkan hubungan yang dinamis antara komponen komponen komunikasi dari suatu masyarakat tutur, atau yang dikenal sebagai pemolaan komunikasi. (Kuswarno, 2008: 38-46).

3.2Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode Etnografi Komunikasi. Dalam definisi yang dikemukakan Dell Hymes pada tahun 1962 seperti yang dikutip dalam buku Engkus Suwarno bahwasannya :

“Pengkajian peranan bahasa dalam perilaku komunikatif suatu masyarakat,


(69)

yaitu cara-cara bagaimana bahasa dipergunakan dalam masyarakat yang berbeda-beda kebudayaannya.” ( Suwarno, 2008 : 11 )

Menurut definisi yang dikemukakan oleh Dwi Purnanto bahwasannya metode penelitian etnografi komunikasi adalah :

“Kajian sosiolinguistik yang tergolong mendapat perhatian cukup besar

adalah kajian tentang etnografi komunikasi. Etnografi adalah kajian tentang kehidupan dan kebudayaan suatu masyarakat atau etnik, misalnya tentang adat-istiadat, kebiasaan, hukum, seni, religi, bahasa. Bidang kajian vang sangat berdekatan dengan etnografi adalah etnologi, yaitu kajian perbandingan tentang kebudayaan dari berbagai masyarakat atau

kelompok“. (Richards dkk.,1985)

Definisi mengenai penelitian etnografi komunikasi juga dijelaskan oleh Michael H. Agar dimana:

“penelitian etnografi dengan dilandasi oleh pemikiran fenomenologi,

mengutip pendapat Giddens (1976), adalah inti dari proses mediasi

kerangka pemikiran . “hakikat dari suatu mediasi tertentu akan

bergantung dari hakikat tradisi dimana terjadi kontak penelitian

lapangan”. (Michael H. Agar, 1986:12-24).

3.2.1. Desain Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif, dengan tradisi etnografi komunikasi, teori yang digunakan untuk metode penelitian ini yaitu interaksi simbolik, dimana untuk menganalisis aktivitas komunikasi ritual dalam upacara pernikahan adat Batak Karo di Kota Bandung.

Tradisi etnografi komunikasi dalam penjelasannya, memandang perilaku komunikasi sebagai perilaku yang lahir dari interaksi tiga keterampilan yang dimiliki setiap individu sebagai mahluk sosial. ketiga


(70)

keterampilan itu terdiri dari keterampilan linguistic, keterampilan interaksi, dan keterampilan budaya. (Kuswarno, 2008:18).

Dengan demikian tradisi etnografi komunikasi membutuhkan alat atau metode penelitian yang bersifat kualitatif untuk mengasumsikan bahwa perilaku dan makna yang dianut sekelompok manusia hanya dapat dipahami melalui analisis atas lingkungan alamiah (natural setting) mereka.

Menurut David Williams (1995) dalam buku Lexy Moleong menyatakan bahwa penelitian kualitatif adalah pengumpulan data pada suatu latar alamiah, dengan menggunakan metode alamiah, dan dilakukan oleh orang atau peneliti yang tertarik secara alamiah” (Moleong, 2007:5).

Adapun pengertian kualitatif lainnya, seperti yang diungkapkan oleh Denzin dan Lincoln (1987) dalam buku Lexy Moleong, menyatakan:

“Bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang menggunakan

latar alamiah, dengan maksud menafsirkan fenomena yang terjadi

dan dilakukan dengan jalan melibatkan berbagai metode yang ada”

(Denzin dan Lincoln dalam Moleong, 2007:5).

3.2.1.1. Paradigma Konstruktivis

Paradigma konstruktivis dalam etnografi komunikasi teknik utamannya adalah pengamatan berperan serta (Participant observation). Pada dasarnya paradigma konstruktivis adalah kegiatan peneliti untuk memahami cara orang orang berinteraksi dan bekrjasama dan bekerja sama melalui fenomena teramati kehidupan sehari hari. Bertujuan menguraikan suatu budaya, baik


(71)

yang bersifat material seperti artefak budaya dan yang bersifat abstrak, seperti pengalaman, kepercayaan, norma, dan system kelompok yang diteliti. Peneliti berusaha menangkap sepenuh mungkin, dan berdasarkan persepektif orang yang diteliti, cara orang menggunakan symbol dalam konteks spesifik. Dalam paradigma konstruktivis peneliti akan memanfaatkan metode apa pun yang membantu mereka mencapai tujuan peneliti yang baik. (Mulyana, 161:2010) 3.2.2. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Sebagai bentuk penunjang dari penelitian yang valid tidak hanya berdasarkan pengetahuan yang dimiliki, melainkan informasi-informasi dalam bentuk data yang relevan dan dijadikan bahan-bahan penelitian untuk di analisis pada akhirnya. Adapun teknik pengumpulan data yang dilakukan, sebagai berikut :

1. Wawancara Mendalam

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interview) yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai (interviewee) yang memberikan jawaban pertanyaan itu (Moleong, 2007 : 135).


(1)

Setiap pelaksanaan Upacara Adat Pernikahan mempunyai makna yang sama yakni untuk mengucapkan syukur kepada leluhur yang telah menurunkan banyak budaya dan adat kepada keturunannya. Disini jelas terlihat bahwa masyarakat Batak Karo masih memiliki sistem kekerabatan yang baik, sehingga adat dalam pernikahan selalu dijalankan. Rakut sitelu, merga si lima dan tutur siwaluh (ikatan yang tiga, lima marga dan persaudaraan yang terbagi menjadi delapan) merupakan semboyan yang menjadi pegangan masyarakat Batak Karo sehingga sudah sebagai keharusan yang mutlak agar setiap adat selalu dijalannkan.

Bisa kita lihat dalam kehidupan masyarakat Batak Karo bahwa mereka hingga saat ini masih memegang teguh budaya mereka, terlebih dalam Upacara Adat Pernikahan Batak Karo. Tahapan dan prosesenya tetap sama dijalankan dalam setiap diselenggarakannya pernikahan. Jika ada orang Batak Karo yang ingin melangsungkan pernikahan tetapi belum memiliki uang yang cukup atau berbagai alasan lainnya untuk menyelenggarakan Upacara Adat Pernikahan Batak Karo maka boleh saja suatu saat nanti ketika sudah memiliki anak pun bisa dilangsungkan, dimana ketika anaknya sudah besar yang hendak ingin menikah, maka diwajibkan orang tua si anak harus membayar adat atau melangsungkan Upacara Adat Pernikahan terdahulu kepada kalimbubu agar anaknya bisa melangsungkan adat pernikahan.


(2)

Adat Pernikahan Batak Karo tetap sama, maksud dan tujuan yang sama yaitu untuk mengucapkan syukur kepada leluhur dan kalimbubu mereka.

IV KESIMPULAN

Situasi Komunikatif yang terjadi saat Upacara Adat Pernikahan Batak Karo di Kota Bandung terasa sangat sakral, dimana dalam setiap tahap pelaksanaannya para peserta menjalaninya dengan khidmat dan sesuai apa yang telah diamanatkan oleh nenek moyang mereka. Lokasi yang menjadi tempat diadakannya prosesi Upacara Adat Pernikahan Batak Karo di Kota Bandung yaitu rumah (Wisma Geologi) sebagai tempat untuk melakukan sungkeman serta memohon doa restu terhadap orang tua, Gereja Batak Karo Protestan sebagai tempat acara pemberkatan atau tempat beribadah, serta Gedung Grha Karya Wanita sebagai tempat berlangsungnya acara adat pernikahan yang dipimpin oleh Anak Beru Tua sebagai protokol. Namun setiap berlangsungnya prosesi pernikahan akan berbeda juga tempat dan lokasinya, karena setiap masyarakat Batak Karo tidak memiliki latar belakang yang sama, maka sudah tentu tempatnya akan berbeda juga.

Peristiwa Komunikatif Upacara Adat Pernikahan Batak Karo di Kota Bandung merupakan salah satu perayaan untuk prosesi pernikahan yang sudah


(3)

ada sejak dahulu kala ketika nenek moyang mereka melangsungkan prosesi pernikahan pun dengan rangkaian yang sama. Dalam budaya dan adat masyarakat Batak Karo sudah wajib hukumnya agar setiap orang yang hendak menikah agar melaksanakan Upacara Adat Pernikahan dalam arti bahwa perempuan dibeli oleh laki laki dengan istilah masyarakat Batak Karo tukur. Setiap rangkaian dari Nagkih (perkenalan dengan keluarga), Mbaba belo selambar (membawa selembar daun sirih), Nganting manuk (musyawarah harga uang mahar pernikahan), Pasu pasu (pemberkatan pernikahan), Kerja adat (hari pesta pernikahan), Persadan tendi/mukul (penyatuan roh pria dan wanita), Ngulihi Tudung (mengambil semua barang barang saat berlangsungnya prosesi pernikahan), hingga Ertaktak ( musyawarah permasalahan dan dana yang habis saat pesta) memiliki jenjang yang berbeda beda harus dilewati terlebih dahulu agar dinyatakan syah sebagai suami istri sehingga layak tinggal satu atap rumah.

Tindakan Komunikatif merupakan bentuk perintah, pernyataan, permohonan dan perilaku nonverbal, bentuk perintah dan pernyataan yang ada bahwa seluruh keturunan masyarakat Batak Karo yang hendak menikah harus melangsungkan upacara adat pernikahan agar tidak terbebani hutang adat dan kehidupan kekelurgaan bisa lebih sejahtra, terlebih suatu saat kelak nanti ketika sudah memilki keturunan dan hendak menikah bisa melangsungkan adat pernikahan. Maka dari itu masyarakat Batak Karo selalu taat pada aturan


(4)

bentuk prilaku nonverbal yang terdapat dalam Upacara Adat Pernikahan Batak Karo adalah saat Landek (menari) dan memberikan Uis gara (kain merah) terhadap pengantin yang semuanya memilki arti dan makna tertentu.

Aktivitas Komunikasi dalam Upacara Adat Pernikahan Batak Karo di Kota Bandung merupakan suatu kebiasaan adat yang telah diwariskan turun temurun oleh nenek moyang mereka untuk merayakan secara khusus upacara adat pernikahan. Setiap rangkaiannya mempunyai makna yang sama dan aktivitas yang sama pula, pelaksanaan upacara adat pernikahan memiliki maksud dan tujuan yang sama yakni untuk membayar adat pernikahan terhadap kalimbubu. Pelaksanaan Upacara Adat Pernikahan Batak Karo yang baik adalah dilaksankan pada hari sabtu, karena pada umumnya hari sabtu merupakan hari libur serta tidak memilki aktivitas yang lain sehingga tidak menghambat kesibukan para peserta pernikahan. Acara dimulai dari pagi hari dari rumah menuju gereja dan di gedung yang menjadi tempat berlangsungnya Upacara Adat Pernikahan Batak Karo. Bagi masyarakat Batak Karo pernikahan merupakan sesuatu yang sakral sehingga memiliki arti dan makna yang tertentu.


(5)

V

DAFTAR PUSTAKA

Alo liliweri, 1994. Komunikasi Verbal dan Non Verbal , PT. Citra Aditya Bakti, Bandung

Alo liliweri, 2011. Komunikasi Serba Ada Serba Makna, Prenada Media Group, Jakarta

Bungin, Burhan. 2003. Analisis Data Penelitian Kualitatif. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

E.H Tambunan, 1982. Sekelumit Mengenai Masyarakat Batak Toba Dan Kebudayaannya, Tarsito, Bandung.

Effendy, Onong Uchjana. 1994. Ilmu teori & filsafat Komunikasi. Citra Aditya Bakti, Bandung.

Eriyanto, 2011. Analisis Isi Mengenai Pengantar Metodelogi Untuk Penelitian Ilmu Komunikasi dan Ilmu Ilmu Sosial Lainnya. Prenada Media, Indonesia. Ibrahim Syukur, 1994. Panduan Penelitian Etnografi Komunikasi, Usaha Nasional,

Surabaya.

Ibrahim, ABD. Syukur, 1992. Panduan Penelitian Etnografi Komunikasi. Surabaya: Usaha Nasional

Iman Sudayat, 1981. Hukum Adat Sketsa Asas, Liberty, Yogyakarta.

Kuswarno, Engkus. 2008. Etnografi Komunikasi. Suatu Pengantar Dan Contoh Penelitiannya. Widya Padjajaran, Bandung.

Kriyantoro, Rahmat. 2007. Teknik Praktis Riset Komunikasi. Kencana, Jakarta

Littlejhon, 2009. Teori Komunikasi “ Theories of Human Communication” , Salemba Humanika, Jakarta.

Meleong, Lexy.2007. Metode Penelitian Kualitatif . PT Rosdakarya, Bandung.

Mulyana, Deddy.2003. Komunikasi Antar Budaya, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung.

Mulyana, Deddy.2010. Metodologi Penelitian Kualitatif. PT. Remaja Rosdakarya, Bandung.


(6)

Satori, Djam’an. 2002. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : Alfabeta.

Sendjaja, S. Djuarsa. 1994. Teori Komunikasi. Universitas Terbuka Jakarta: Raja Grafindo Persada

Sugiono, 2005. Memahami Penelitian Kualitatif. Alfabeta, Bandung

Sutrisno Hadi. 2001. Metodologi Research untuk Penulisan Paper, Skripsi, Thesis dan Disertasi, Jilid Tiga. Yogyakarta : Penerbit Andi Yogyakarta.

Wignjodpoer Soerjono. 1967. Pengantar dan Asas-asas Hukum Adat. Jakarta : Penerbit PT. Gunung Agung

Internet

http://gumonounib.wordpres.com/buku-elektronik/etnografi/ (e-book) (jumat, 7 Maret 2014 pukul 01.52)

http://elib.unikom.ac.id/files/disk1/630/jbptunikompp-gdl-marcelynan-31462-8-unikom_4-i.pdf

Soerjono Wignjodpoer,, Pengantar dan Asas-asas Hukum Adat, PT. Gunung Agung, Jakarta ,

http://iidmarsanto.wordpress.com/2010/12/30/sangkep-sitelu-harmoni-dalam

kekerabatan-orang-batak-karo/yang diunduh pada tanggal 9 Maret 2014 (Pukul 23.40)

http://arikokena.blogspot.com/2012/10/kiras-bangun-garamata.html/yang diunduh pada tanggal 12 Maret 2014 (Pukul 13.00)

http://adiprakosa.blogspot.com/2008/10/komunikasi-verbal-dan-non verbal.html http://www.referensimakalah.com/2012/11/pengertian-budaya-dan kebudayaan. html http://titinsetya.wordpress.com/2011/12/07/komunikasi-antar-budaya/

http://gumonounib.wordpress.com/buku-elektronik/etnografi/ (e-book) http://www.sentra-edukasi.com/2011/08/upacara-adat.html


Dokumen yang terkait

Upacara Adat Peutron Anuek (Studi Etnografi Mengenai Adat Peutron Anuek Pada Masyarakat Aceh Di Desa Perlak Asan Kecamatan Sakti Kabupaten Pidie)

9 149 113

Aktivitas Komunikasi Dalam Upacara Temanten Pada Pernikahan Adat Jawa Timur (Studi Etnografi Komunikasi mengenai Aktivitas Komunikasi Dalam Upacara Temanten Pada Pernikahan Adat Jawa Timur di Kecamatan Kedamean Kabupaten Gresik)

1 30 90

Aktivitas Komunikasi Dalam Upacara Adat Nujuh Bulanan Di Kota Bandung (Studi Etnografi Komunikasi Mengenai Aktivitas Komunikasi Dalam Upacara Adat Nujuh Bulanan Di Kota Bandung)

2 23 79

Aktivitas Komunikasi dalam Upacara Pernikahan Adat Batak Toba (Studi Etnografi Komunikasi Mengenai Aktivitas Komunikasi Dalam Upacara Pernikahan Adat Batak Toba di Kota Bandung)

5 44 112

Aktivitas Komunikasi Dalam Tradisi Nyawer Pada Proses Pernikahan Adat Sunda di Kota Bandung (Studi Etnografi Komunikasi Mengenai Aktivitas Komunikasi Dalam Tradisi Nyawer Pada Proses Pernikahan Adat Sunda di Kota Bandung)

2 70 112

Aktivitas Komunikasi Upacara Adat Labuh Saji (Studi Etnografi Komunikasi Mengenai Aktivitas Komunikasi Dalam Upacara Adat Labuh Saji di Pantai Pelabuhan Ratu Kabupaten Sukabumi)

3 27 88

Aktivitas Komunikasi Dalam Upacara Temanten Pada Pernikahan Adat Jawa Timur (Studi Etnografi Komunikasi mengenai Aktivitas Komunikasi Dalam Upacara Temanten Pada Pernikahan Adat Jawa Timur di Kecamatan Kedamean Kabupaten Gresik)

6 39 90

Aktivitas Komunikasi Upacara Adat Mapag Panganten di Kota Bandung (Studi Etnografi Komunikasi Mengenai Aktivitas Komunikasi Upacara Adat Mapag Panganten di Kota Bandung)

2 6 1

Aktivitas Komunikasi Dalam Upacara Adata Moponika (studi Etnografi Komunikasi Mengenai Aktivitas Komunikasi Dalam Upacara Adat Moponika Di KOta Gorontalo)

0 37 82

Aktivitas Komunikasi Upacara Adat Babarita (studi etnografi komunitas mengenai aktivitas komunikasi dalam upacara adat babarit Di Desa Sagarahiang Kabupaten Kuningan)

7 65 99