Aktivitas Komunikasi Upacara Adat Babarita (studi etnografi komunitas mengenai aktivitas komunikasi dalam upacara adat babarit Di Desa Sagarahiang Kabupaten Kuningan)

(1)

Oleh :

FAISHAL JAMALUDDIN NIM : 41809776

Skripsi ini dibawah bimbingan : Drs. Manap Solihat ,M.SI

Penelitian ini dimaksudkan untuk menguraikan secara mendalam tentang Aktivitas Komunikasi Upacara Adat Babarit. Untuk menggambarkannya, maka fokus masalah tersebut peneliti dibagi ke dalam beberapa sub-sub masalah mikro yaitu situasi komunikatif, peristiwa komunikatif, dan tindak komunikatif dalam upacara adat Babarit.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif tradisi etnografi komunikasi dengan teori subtantif yang diangkat yaitu interaksi simbolik. Subjek penelitian adalah masyarakat Desa Sagarahiang yang mengikuti upacara adat Babarit, terdiri dari 5 (lima) informan yang diperoleh melalui teknik purposive sampling. Teknik pengumpulan data melalui wawancara mendalam, observasi partisipan, catatan lapangan, studi kepustakaan, dokumentasi dan internet searching. Teknik uji keabsahan data dengan cara peningkatan ketekunan pengamatan, triangulasi, kecukupan referensi dan pengecekan anggota.

Hasil dari penelitian menunjukan bahwa, Situasi Komunikatif yang terdapat dalam upacara adat Babarit ini bersifat sakral, tempat pelaksanaannya yaitu Balai Desa, Makam Mbah Bewu dan Syekh Maulana, Masjid di sebelah Balai Desa, dan Halaman Balai Desa. Peristiwa Komunikatif dalam upacara adat Babarit yaitu perayaan mengucap rasa syukur dalam bentuk ritual khusus yang dilaksanakan satu tahun sekali yang sudah menjadi tradisi budaya oleh masyarakat Desa Sagarahiang Kabupaten Kuningan, sedangkan Tindak Komunikatif yang terdapat dalam upacara adat Babarit yaitu berbentuk perintah, pernyataan, permohonan dan perilaku nonverbal.

Kesimpulan dari penelitian ini bahwa aktivitas komunikasi upacara adat Babarit merupakan suatu kebiasaan adat yang diturunkan turun menurun untuk mengucapkan rasa syukur upacara adat itu sendiri secara khusus yang dilaksanakan setahun sekali, akan tetapi setiap rangkaiannya mempunyai makna yang sama dan aktivitas yang khas. Saran peneliti untuk masyarakat Desa Sagarahiang harus tetap terus berjalan dalam menjalankan tradisi budaya upacara adat.


(2)

TRADITION

(Communication Ethnography Research about Communication Activity In Babarit Tradition At Sagarahiang Village Kuningan Residence in 2014)

By:

FAISHAL JAMALUDDIN NIM : 41809776

This Research is Under guidance of: Drs. Manap Solihat ,M.SI

This research was intended to untwist deeply about the activity of communicating babarit traditional ceremonies .To describe them , hence the focus of the problem in some researchers divided into sub-sub communicative micro problems that is the situation , events communicative , and actions babarit communicative in traditional ceremony.

Methods used in this research is a qualitative methodology tradition ethnography communication with the theory that which is lifted subtantif namely the interaction of symbolic.The subject of study was the village community Sagarahiang who follows traditional ceremonies Babarit, consisting of 5 ( five ) informants who obtained through sampling techniques purposive. Data collecting technical through interview, participation, field record, research library, documentation and internet searching. Validity test technical of data with increasing observation, triangulation, reference and member checking.

The study result shows that, Communicative situation contained in traditional ceremonies babarit this is a sacred , the place of its implementation is the village hall , Mbah Bewu and the Syekh Maulana , Mosque in the village hall , and the pages of the village hall. Events communicative in traditional ceremonies babarit namely celebration give a sense of gratitude in the form of special ritual carried out one year all that has become a tradition of culture by villagers Sagarahiang brass district , while a communicative contained in traditional ceremonies babarit that is shaped orders, a statement, application and nonverbal attitude.

The conclusion of this study that the activity of communicating traditional ceremonies babarit is a customary habit that is lowered down declined to utter gratitude traditional ceremonies itself in particular that carried out once a year , however any rangkaiannya had meaning and activities are typical the same .Advice researchers to the village community sagarahiang have to keep going on in celebrate culture traditional ceremonies.


(3)

mengandung nilai-nilai penting yang diwariskan dari generasi ke generasi. Warisan tersebut harus dijaga agar tidak luntur atau hilang sehingga dapat dilestarikan oleh generasi berikutnya.

Dipandang dari segi komunikasi, budaya dan komunikasi memiliki keterkaitan dan timbal balik. Budaya dapat memperngaruhi komunikasi dan begitu juga sebaliknya komunikasi memperngaruhi budaya. Budaya mempengaruhi makna komunikasi, makna sesuatu realitas sosial atau suatu peristiwa dalam upacara kebudayaan.

Pada dasarnya manusia-manusia menciptakan budaya atau lingkungan sosial mereka sebagai suatu adaptasi terhadap lingkungan fisik dan biologis mereka. Individu-individu sangat cenderung menerima dan mempercayai apa yang dikatakan budaya mereka. Mereka dipengaruhi oleh adat dan pengetahuan masyarakat dimana mereka tinggal dan dibesarkan, terlepas dari bagaimana validitas objektif masukan dan penanaman budaya ini pada dirinya.

Dalam melakukan aktivitasnya,masyarakat pasti berkomunikasi melalui bahasa untuk menunjang interaksi mereka. Dari setiap budaya tersebut memiliki bahasa yang berbeda sehingga keberagaman budaya komunikasi yang dilakukan oleh masyarakat. The Ecological Adaptation Function yaitu fungsi budaya dalam memfasilitasi proses-proses adaptasi di antara diri, komunitas kultural dan lingkungan yang lebih besar, the Cultural Communication Function yaitu koordinasi antara budaya dengan komunikasi, budaya mempengaruhi komunikasi dan komunikasi mempengaruhi budaya. Dengankata lain, budaya diciptakan, dibentuk,ditransmisikan, dan dipelajari melalui komunikasi.

Desa Sagarahiang merupakan salah satu perkampungan masyarakat yang ada di Indonesia dan masih terjaga kelestariannya, Desa ini merupakan mayoritasnya adalah para Petani. Desa kecil tersebut merupakan Desa indah nan asri, serta Sejuk dan damai, yang menarik dari Desa Sagarahiang adalah menyimpan khazanah dan kearifan lokal yang sangat lekat.

Desa Sagarahiang mempertahankan adat istiadatnya ketika masyarakat disekitarnya telah berubah seiring dengan perkembangan zaman. Kehadirannya menggambarkan kehidupan masyarakat Indonesia yang sesungguhnya sangat menghargai budaya.

Sebagai masyarakat yang mempertahakan budayanya warga di Desa Sagarahiang Kabupaten Kuningan ini menarik untuk ditinjau, Desa yang berkembang dengan masih menghargai peninggalan nenek moyangnya selama puluhan terakhir ini, mengatur dirinya dan membatasi cara hidupnya dengan aturan yang kuat. Kompromi yang mereka lakukan terhadap aturan yang berasal


(4)

nenek moyangnya. Bagi masyarakat Desa Sagarahiang, agama dan adat merupakan kendali dalam mengatur kehidupan mereka. Ketaatan mereka kepada agama merupakan kewajiban yang diturunkan leluhurnya, hal ini senan dengan apa yang dituturkan R. Akip Prawira Soeganda, yaitu :

“Suku sunda pada umumnya beragama Islam dan Tabiatnya suka sekali

menghormati apa yang sudah dijalankan oleh leluhurnya. Hukum menuntut adat ditiap-tiap tempat, jika tidak selaras dengan tempat itu menjadi umpatan orang sekampung, oleh sebab itu terpaksa selalu tunduk menurut cara adat disitu, seperti dalam menghormat waktu dimuliakan tiap bulan umumnya, tidak dilupakannya dan caranya lain-lain menurut bagaimana cara adat leluhurnya dahulu di tempat

itu”.(Soeganda, 1982:137).

Dari kutipan diatas bahwa suku sunda sangat patuh pada leluhurnya sama halnya dengan masyarakat Desa Sagarahiang, mereka tidak melupakan tradisi yang dijalankan oleh para leluhurnya, walaupun pada awalnya terpaksa akan tetapi mereka tetap menjalankan tradisi yang diwariskan dari leluhurnya, sampai keterpaksaan itu menjadi sebuah kebiasaan yang tidak dapat ditinggalkan. Apabila ada hukum yang tidak sesuai dengan ada ditempat itu, maka masyarakat membicarakan sebagai bentuk ketidaksenangannya terhadap yang bertentangan dengan adat didaerah tempat mereka tinggal.

Tradisi yang diwariskan oleh leluhur masyarakat Desa Sagarahiang dan masih dijalankan oleh generasinya adalah menghormati dan memuliakan bulan-bulan tertentu dan melakukan tradisi yang dijalankan pada bulan-bulan menurut adat leluhurnya, yang menjadi sorotan utama dari Desa Sagarahiang adalah salah satu penghormatan terhadap bulan-bulan tersebut yang dimuliakan diantaranya dengan melakukan upacara Babarit.

Upacara Babarit merupakan upacara mengucapkan rasa syukur mereka. upacara Babarit dilaksanakan pada bulan Suro karena seluruh masyarakat Desa Sagarahiang beragama Islam, maka penghormatan bulannyapun kebanyakan dilaksanakan pada bulan yang memiliki religi menurut agama Islam. Penyesuaian waktu tersebut bertujuan agar keduanya dapat dilaksanakan sekaligus, sehingga ketentuan adat dan akidah agama islam dapat dijalankan secara harmonis.

Upacara Babarit dilaksanakan oleh seluruh masyarakat Desa Sagarahiang, baik yang bertempat tinggal di Desa Saragahiang maupun daerah yang berada dekat dengan Desa Sagarahiang. Maksud dan tujuan dari upacara Babarit ini adalah sebagai penghormatan kepada leluhur dan mengucap rasa syukur, selain itu sebagai :


(5)

Seacara garis besar, upacara Babarit diawali dengan doa bersama di kantor kepala desa, kemudian dilanjutkan dengan penyembelihan domba kendit. Domba yang dipercaya untuk menolak bala. Secara kasat mata Domba Kendit hampir sama, namun yang membedakan Domba Kendit dan Domba lainnya adalah Domba yang berwarna hitam namun terdapat garis putih yang melingkari perutnya. Lalu berziarah ke makam Mbah Bewo dan Syekh Maulana. Masyarakat Desa Sagarahiang percaya bahwa yang akan mereka ziarahi merupakan makam leluhur mereka. selasai berziarah acara ini diakhiri oleh proses Ujub-Ujub, adalah proses menyanyikan lagu-lagu sunda buhun oleh Sinden atau Ronggeng.

Masyarakat Desa Sagarahiang masih berpedoman pada tradisi nenek moyang mereka. Mereka berpegang kepada nilai-nilai, adat-istiadat, norma-norma, peraturan dan keyakinan yang sudah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat Desa Sagarahiang. Hal ini bahkan mereka percaya, jika tdak di lakukan ritual tersebut akan terjadi hal-hal negatif yang menyebabkan kesejahteraan masyarakat buruk. Oleh karena itu rangkaian aktivitas ritual upacara adat babarit selalu dilaksanakan dan tidak berbubah pelaksanaannya.

Sebagai makhluk sosial kehidupan masyarakat Desa Sagarahiang dalam menjalankan upacara Babarit tidak dapat dilepaskan dari aktivitas komunikasi, karena komunikasi merupakan bagian yang penting dalam kehidupan social manusia atau masyarakat.

Aktivitas Komunikasi menurut Hymes dalam buku Engkus Kuswarno, merupakan aktivitas yang khas atau kompleks, yang didalamnya terdapat peristiwa-peristiwa khas komunikasi yang melibatkan tindak-tindak komunikasi tertentu dan dalam konteks yang tertentu pula. (Kuswarno, 2008:42).

Ritual adalah serangkaian kegiatan stereotip yang melibatkan gerak-gerik, kata-kata, dan benda-benda yang digelar di suatu tempat dan dirancang untuk mempengaruhi kekuatan alam demi kepentingan dan tujuan pelakunya. Karakteristik kunci semua ritual adalah pelaku yang berulang yang tidak memiliki dampak langsung seperti teknologi. Kegiatan-kegiatan dalam ritual biasanya sudah diatur dan ditentukan, dan tidak dapat dilaksanakan secara sembarangan.

Komunikasi Ritual berkaitan dengan identitas system religi dan kepercayaan masyarakat, didalamnya terkandung makna utama yaitu kemampuan masyarakat dalam memahami konteks lokal dan kemunia diwujudkan dengan dialog terhadap kondisi yang ada. Dalam konteks tersebut, maka perciptaan dan pemaknaan simbol-simbol tertentu menjadi sangat penting dan bervariasi. Melalui sebuah proses tertentu masyarakat mampu menciptakan simbol-simbol yang kemudia disepakati bersama segabai sebuah pranata sendiri. Didalam simbol-simbol


(6)

suatu kebudayaan.

Komunikasi dan kebudayaan merupakan dua konsep yang tidak dapat dipisahkan. Pusat perhatian komunikasi dan kebudayaan terletak pada variasi langkah dan cara manusia berkomunikasi melintas komunitas manusia atau kelompok sosial. Pelintasan komunikasi itu menggunakan kode-kode pesan, baik secara verbal maupun non verbal, yang secara alamiah selalu digunakan dalam semua konteks interaksi. (Liliweri, 2002:12).

Pada etnografi komunikasi, yang menjadi fokus perhatian adalah perilaku komunikasi dalam tema kebudayaan tertentu. Adapun yang dimaksud dengan perilaku komunikasi menurut ilmu komunikasi adalah tindakan atau kegiatan seseorang, kelompok atau khalayak ketika terlibat dalam proses komunikasi. (Kuswarno, 2008:35).

Etnografi komunikasi memandang perilaku komunikasi sebagai perilaku yang lahir dari integrasi tiga keterampilan yang dimiliki setiap individu sebagai makhluk sosial, ketiga keterampilan itu terdiri dari keterampilan linguistic, keterampilan interaksi, dan keterampilan budaya. (Kuswarno, 2008:18)

Berdasarkan uraian di atas maka peneliti menganggap upacara Babarit yang dilaksanakan oleh masyarakat Desa Sagarahiang merupakan sebuah kebudayaan yang memiliki makna tersendiri bagi masyarakat Desa Sagarahiang. Peneliti ingin mengungkapkan makna dari upacara kebudayaan tersebut dan melihat bagaimana proses aktivitas komunikasi yang terjadi di dalamnya. Dengan adanya kebudayaan atau tradisi Babarit di Desa Sagarahiang tersebut, maka apabila dilihat dengan menggunakan pendekatan etnografi komunikasi akan menjelaskan setiap detail tradisinya.

2.Rumusan Masalah Makro

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka peneliti merumuskan inti dari permasalahan dalam penelitian ini adalah : Bagaimana aktivitas komunikasi Upacara Babarit di Desa Sagarahiang Kabupaten Kuningan ?

3.Rumusan Masalah Mikro

untuk memudahkan pembahasan hasil penelitian, maka inti masalah tersebut peneliti jabarkan dalam beberapa sub-sub masalah, sebagai berikut :

1. Bagaimana Situasi Komunikatif dalam Upacara Babarit di Desa Sagarahiang Kabupaten Kuningan ?

2. Bagaimana Peristiwa Komunikatif dalam Upacara Babarit di Desa Sagarahiang Kabupaten Kuningan ?


(7)

terus menerus untuk mengetahui bagaimana seharusnya langkah penelitian harus dilakukan dengan mengunakan metode penelitian. Metode penelitian adalah cara ilmiah untuk mendapatkan data yang valid dengan tujuan dapat ditemukan, dibuktikan, dan dikembangkan suatu pengetahuan sehingga pada gilirannya dapat digunakan untuk memahami, memecahkan, dan mengantisipasi masalah. (Sugiyono, 2009 : 2).

Penelitian kualitatif pun bersifat empiris. Karena arti empiris sendiri berarti dapat diamati oleh pancaindera. Penelitian kualitatif tentu saja bersifat empiris, hanya saja pengamatan yang dilakukan bukan berdasarkan ukuran matematis yang terlebih dulu ditetapkan peneliti dan harus disepakati oleh pengamat lain, melainkan berdasarkan ungkapan subjek penelitian.

Metodologi adalah proses, prinsip, dan prosedur yang kita gunakan untuk mendekati masalah dan mencari jawaban. Dengan ungkapan lain, metodologi dipengaruhi atau berdasarkan perspektif teoritis yang kita lakukan untuk melakukan penelitian, sementara perspektif teoritis itu sendiri adalah suatu kerangka penjelasan atau interpretasi yang memungkinkan peneliti memahami data dan menghubungkan data yang rumit dengan peristiwa lain dan situasi lain

“Penelitian kualitatif adalah penelitian yang menggunakan latar alamiah,

dengan maksud menafsirkan fenomena yang terjadi dan dilakukan dengan

jalan melibatkan berbagai metode yang ada.” Denzin dan Lincoln dalam

Moleong (2007:5) III. PEMBAHASAN

Fokus pada penelitian ini adalah Aktivitas Komunikasi Upacara Adat Babarit di Desa Sagarahiang Kabuapten Kuningan, dimana dalam pelaksanaanya menjadi suatu aktivitas khas yang tampak dalam setiap proses pernikahan adat Sunda. Aktivitas komunikasi menurut Hymes dalam buku etnografi komunikasi Engkus Kuswarno 2008, menyatakan: Aktivitas yang khas atau kompleks, yang didalamnya terdapat peristiwa-peristiwa khas komunikasi yang melibatkan tindakan-tindakan komunikasi tertentu dan dalam konteks yang tertentu pula. (Kuswarno, 2008:42).

Pernyataan diatas membuktikan adanya aktivitas khas dari Upacara Adat Babarit yang didalamnya terdapat makna bahwa pelaksanaan dari upacara itu merupakan bentuk rasa syukur masyarakat Desa Sagarahiang kepada Allah S.W.T terhadap hasil pertanian yang melimpah, dan juga untuk menghargai sesepuh yang terlebih dahulu sudah berada di Desa Sagarahiang, juga untuk ritual menolak bala atau untuk dihindarkan dari hal-hal yang buruk.


(8)

berkumpul di Balai Desa untuk memanjatkan doa bersama sebelum dimulainya acara. Dan dilajutkan dengan berziarah ke makam Mbah Bewo dan Syekh maulana yang merupakan cikal bakal atau orang yang terdahulu telah berada di Desa Sagarahiang ini. Lalu dilanjutkan dengan pemasangan sawen disetiap jalan akses masuk ke Desa Sagarahiang. dilanjutkan lagi sore harinya di Masjid dekat Balai Desa guna untuk tahlilan bersama dan memanjatkan doa. Dan diakhiri dengan acara puncaknya yang bertempat di Balai Desa.

Hal ini terbukti dari sub-sub aktivitas komunikasi yang terdapat dalam Upacara Adat Babarit Di Desa Sagarahiang Kabupaten Kuningan yaitu situasi komunikatif, peristiwa komunikatif, dan tindakan komunikatif.

1. Situasi Komunikatif dalam Upacara Adat Babarit di Desa Sagarahiang Kabupaten Kuningan

Situasi komunikatif diartikan sebagai ukuran atau ruang sekaligus penataannya. Ukuran ruang atau penataan sesuatu ruangan diperlukan agar suatu peristiwa komunikasi dapat terjadi.

Berdasarkan kenyataan dilapangan serta hasil dari wawancara kepada informan bahwa Upacara Adat Babarit dilakukan di beberapa tempat yang berbeda, namun masih berada di dalam lingkungan Desa Sagarahiang Kabupaten Kuningan.

Tempat-tempat tersebut sengaja di tata atau dipersiapkan untuk keperluan berlangsungnya upacara. Dalam prosesnya bisa dibuktikan bahwa benar upacara itu dilakukan dibeberapa tempat. Sehingga dapat terlihat bahwa situasi komunikatif pada Upacara Adat Babarit merupakan tempat-tempat yang sudah disiapkan untuk digelarnya pelaksanaan Upacara Adat Babarit.

Pada Upacara Adat Babarit di Desa Sagarahiang Kabupaten Kuningan yang menjadi situasi komunikatif adalah, Balai Desa, Halaman Balai Desa, Makam, Halaman Rumah, Akses jalan masuk ke Desa Sagarahiang. Tempat tersebut merupakan konteks terjadinya komunikasi pada pelaksanaan Upacara Adat Babarit di Desa Sagarahing Kabupaten Kuningan, karena ditempat tersebut terjadi aktifitas-aktifitas yang berkaitan dengan berlangsungnya upacara. Bagaimana tempat tersebut bisa menjadi situasi komunikatif akan diketahui pada pembahasan sebagai berikut.

Aktifitas-aktifitas Situasi Komunikatif dalam Upacara Adat Babarit Desa Sagarahiang Kabupaten Kuningan yaitu pada lingkungan Balai Desa dimana melakukan pembukaan dari tokoh-tokoh dan memanjatkan doa bersama untuk memulainya upacara adat Babarit tersebut.


(9)

Babarit ini dilanjutkan dengan pergi ke makam Mbah Bewu dan Syekh maulana untuk berziarah dan juga membersikat makam dan sekitar makam tersebut.

Sementara beberapa dari warga ada yang pergi melakukan ziarah dan membersihkan makan, disamping juga juga beberapa dari warga sibuk melakukan persiapan membuat sawen di halaman rumah warga. Yang nantinya akan disimpan di beberapat titik akses jalan yang bisa masuk ke Desa Sagarahiang ini.

Setelah Sawen selesai dibuat oleh warga, warga pun yang mendapat tugas untuk memasangkan sawen tersebut di beberapa titik jalan masuk ke Desa Sagarahiang ini langsung memasangkan Sawen Tersebut. Setelah pemasangan Sawen tersebut warga berkumpul kembali ke Balai Desa untuk melakukan makan bersama, setelah persiapan para ibu-ibu memasak konsumsi untuk para warga yang ikut terlibat dalam prosesi upacara tersebut.

Setelah prosesi upacara dilakukan dibeberapa tempat tersebut, kemudian prosesi upacara dilanjutkan sore harinya di Masjid yang tepat berada bersebelahan dengan Balai Desa. Para warga melakukan doa bersama untuk lebih diberi kelancaran, dan keselamatan upacara serta mengadakan Tahlilan bersama mendoakan para sesepuh mereka terdahulu.

Setelah semua prosesi diatas terlaksanakan, kemudian upacara dilanjutkan di Balai Desa kembali untuk melakukan puncak acara dari upacara tersebut. Hamalam Balai Desa ini memang sudah dipersiapkan dan ditata untuk keperluan pertunjungan Sinden dan tarian jaipongan dan kebutuhan lainnya.

Dari pembahasan diatas menjelaskan mengenai Situasi Komunikatif yang diartikan sebagai ukuran atau ruang serta penataannya agar Upacara Adat Babarit ini bisa dilaksanakan. Karena dalam konteks terjadinya situasi komunikatif suatu lokasi atau suatu tempat bisa berubah tergantung dari aktifitas-aktifitas yang terjadi ditempat tersebut, seperti halnya Balai Desa yang dimana pada hari biasa sebagai Kantor Balai desa namun dengan waktu yang berbeda dan aktifitas yang berbeda pula tempat tersebut menjadi tempat dilaksanakannya Upacara Adat Babarit dengan aktifitas-aktifitas yang berhubungan dengan pelaksanaan upacara.


(10)

seperti bahasa yang digunakan, isi pesan dan urutan tindakan, serta kaidah interaksi dan norma interpretasi. Dengan membahas komponen-komponen tersebut dapat dianalisa bahwa terdapat peristiwa komunikatif pada Upacara Adat Babarit di Desa Sagarahiang Kabupaten Kuningan.

Tipe Peristiwa

Berdarakan hasil penelitian, Upacara Adat Babarit di Desa Sagarahiang Kabupaten Kuningan merupakan tradisi rutin kebudayaan yang ada di Desa Sagarahiang dalam menjalankan ritual. Upacara ini sudah diwariskan secara turun temurun dan selalu rutin dilaksanakan setiap tahunnya. Upacara ini merupakan bukti atau penyampain rasa syukur masyarakat Desa Sagarahiang kepada Allat SWT atas berkah dan rezeki yang diberikan terhadap hasil pertanian yang sangat melimpah. Selain itu warga pun percaya bahwa dilaksanakannya upacara ini adalah sebagai ritual tolak bala juga, yang mana agar terhindarkan dari hal-hal buruk yang akan menimpa dari segi pertanian tersebut maupun dari bencana yang mungkin menimpa Desa Sagarahiang. Selain itu juga untuk mendoakan leluhur mereka yang terlah berjuang membangun desa ini terlebih dahulu.

System upacara dalam suatu religi yang terwujud pada aktifitas manusia dalam menjalankan suatu ritual merupakan salah satu bentuk usaha untuk berkomunikasi dengan Tuhan. Sama halnya dengan warga Desa Sagarahiang yang melaksanakan Upacara Adat Babarit.

Sejak dulu warga percaya bahwa dengan melaksanakan upacara Adat Babarit ini mereka sudah menghormati serta mengenang apa yang para leluhur lakukan pada desa ini. Dengan menjalankan ritual ini warga Desa Sagarahiang pun percara bahwa Tuhan akan tetap menjada dan memberikan berkah kepada Desa mereka karena mereka selalu menghormati apa yang nenek moyang atau leluhur lakukan.

Aktivitas ritual merupakan salah satu rasionalisasi dari mitor yang ada dan berkembang di masyarakat suatu daerah, sama halnya dengan Desa Sagarahiang yang menjadikan Upacara Adat Babarit sebagai wujud dari rasionalisasi dari cerita yang berkembang sejak dulu di lingkungan mereka.

Upacara Adat Babarit ini memang mempunyari kaitan yang sangat erat dengan apa yang telah leluhur mereka lakukan. Selain itu symbol-simbol yang digunakan pun berkaitan dengan cerita yang berkembang pada masyarakat Desa Sagarahiang. Dimana upacara adat Babarit merupakan sebuah tradisi penting untuk dilaksanakan dengan tujuan untuk mengucapkan rasa syukur dan menjauhkan hal-hal buruk serta sudah


(11)

dengan warga Desa Sagarahiang berarti mereka telah melakukan kebaktian kepada Tuhan dalam mewujudkan rasa syukur.

Dari pembahasan diatas dapat dikatakan bahwa tipe peristiwa komunikasi apda Upacara Adat Babarit di Desa Sagarahiang Kabupaten kuningan merupakan cerita sejarah yang berkembang dilingkungan masyarakat mereka yang kemudian dijadikan suatu tradisi kebudayaan. Sehingga tiper peristiwa komunikatif apda Upcara Adat Babarit pun dapat dilihat dengan jelas.

Topik

Topik apda peristiwa komunikatif pada Upacara Adat Babarit di Desa Sagarahiang kabupaten kuningan ini yaitu untuk mengucapkan rasa syukur serta mengingat dan menghormati apa yang telah leluhur lakukan, serta untuk menolak bala juga. Serta dengan melantunkan tembang tembang Sunda Buhun ini para warga menghormati apa yang sudah menjadi ketentuan dari peninggalan leluhur. Sehingga topic peristiwa komunikatif pada Upacara Adat Babarit di Desa Sagarahiang ini merupakan wujud rasa syukur mereka terhadap Tuhan dan menghormati pada leluhur.

Fungsi dan Tujuan

Fungsi dari upacara adat Babarit ini adalah sebagai petuah atau nasehat kepada masyarakat Desa Sagarahiang, karena dari symbol-simbil makna yang terakandung mengajarkan kehidupan sehari-hari yang memang berfungsi sebagai pembelajaran bagi masyarakat Desa Sagarahiang. Adapun fungsi lain dari individu yang peneliti dapatkan dari hasil wawancara yaitu untuk melestarikan tradisi budaya yang merupakan peninggalan dari nenek moyang yang ada di Desa Sagarahiang ini agar tidak hilang ditelan perkembangan zaman.

Tujuan dari upacara adat Babarit ini adalah sebagai wujud rasa syukur serta menghormati pada leluhur desa. namun ada tujuan lain dari upacara tersebut adalah untuk memohon keselamatan, kelancaran, dan dijauhkan dari hal-hal buruk. Oleh karena itu upacara adat Babarit selalu dilaksanakan oleh masyarakat Desa Sagarahiang setiap tahunnya sesuai dengan yang ditetapkan.

Setting

Setting meliputi waktu musim dan aspek fisik situasi lain. Dalam pelaksanaan upacara adat Babarit di Desa Sagarahiang pelaksanaan upacara biasanya dilakukan setelah musim panen tiba atau akan memulai menanam kembali. Karena mayoritas penduduk Desa Sagarahiang beragama islam,


(12)

Partisipan yang mengikuti upacara adat Babarit ini adalah semua masyarakat Desa Sagarahiang Kabupaten Kuningan. Upacara diikuti baik oleh laki-laki maupun perempuan dan berbagai kalangan yang terlibat. Namun tidak semua orang mempunyai hak dan kewenangan dalam upacara adat Babarit tersebut.

Bentuk Pesan

Bentuk pesan verbal dalam upacara ini menggunakan Bahasa Sunda, kemudian Bahasa Indonesia pada pembukaan yang dilakukan oleh Kepala Desa dan tokoh-tokoh masyarakat lainnya. Namun pada kesehariannya masyarakat Desa Saagrahiang menggunakan bahasa sunda dalam berinteraksi. Dan pesan nonverbal dalam upacara adat Babarit ini adalah atribut dan gerak tarian yang dilakukan oleh para sinden yang mempunyai makna tertentu.

Isi Pesan

Setiap tahapan pada proses Upacara Adat Babarit sejak persiapan maupun awal hingga akhir dimulainya upacara banyak sekali isi pesan yang disampaikan, walaupun lebih banyak menggunakan simbol yang memiliki makna konotasi. Seperti penjelasan pada komponen isi pesan bahwa isi pesan yang dikomunikasikan itu mencakup makna konotasi maupun denotasi.

Dalam interaksi simbolik, makna adalah produk interaksi sosial, karena itu makna tidak melekat pada objek, melainkan dinegosiasikan melalui penggunaan bahasa verbal atau nonverbal yang mereka sampaikan.

Saat awal persiapan warga melakukan berdoa bersama guna untuk diberi kelancaran dan keselamatan untuk acara yang berlangsung. Lalu pemotongan Domba Kendit yang kepalanya dikuburkan ditengah Balai desa. dalam arti denotasi memotong dan menguburkan hanyalah sebatas menguburkan namun tidak ahnya itu, isi pesan yang terkandung dalam makna konotasi pada proses itu adalah kepala domba diartikan sebagai pemimping tertinggi di desa ini di tempatkan di Balai Desa yang merukapan tempat Pemimpin desa, dan bagian dari tubuh Domba tersebut yang dijadikan Sawen yang disimpan di beberapa jalan masuk Desa adalah dengan maksud agar bisa menjaga desa ini, menjaga dari segala hal.

Pada proses selanjutnya berziarah ke makam dan membersihkan. Dalam artian berziarah menyampaikan dan mendoakan para leluhur tersebut, lalu membersihkan hanya sekedar membersihkan, tapi makna lain kita juga menghormati dan merawat makam tersebut.


(13)

mengajarkan bagaimana kehidupan sehari-hari sesame manusia dan dibarengi dengan menari jaipong yang mempunyai makna menyambut keikut sertaannya para leluhur dalam Upacara adat Babarit tersebut.

Dari Pembahasan diatas mengenai isi pesan yang termasuk dalam komponen peristiwa komunikatif pada Upacara Adat Babarit di Desa Sagarahiang Kabupaten Kuningan yaitu bahwa Isi pesan pada upacara ini mencakup makna denotasi dan konotasi walaupun lebih banyak makna konotasi pada isi pesan dalam setiap tahapan proses Upacara Adat Babarit di Desa Sagarahiang Kabupaten Kuningan. Karena Isi pesan pada komponen Peristiwa komunikatif itu termasuk pada level konotatif maupundenotatif sehingga apa yang telah dibahas diatas sudah termasuk kedalam isi pesan pada komponen peristiwa komunikatif.

Urutan Tindakan

Urutan tindakan yang sesuai referensi buku (Engkus Kuswarno) peneliti mencatat dari pelaksanaan Upacara Babarit saat observasi dilapangan pada tanggal 13 Desember 2014 yaitu sebagai berikut :

Proses pelaksanaan upacara adat Babarit dimulai kurang lebih pada pukul 08.00 WIB yang dibuka oleh Pak Nana Selaku Kepala Desa Sagarahiang dan beberapa tokoh-tokoh masyarakat seperti Kang Ukad di Balai Desa. kemudian Pemotongan dan penguburan kepalada Domba Kendit di Balai Desa. kemudian setelah itu dilanjutkan dengan berziarah dan membersikan Makam. dan setelah itu pemasangan Sawen di Beberapa titik jalan masuk ke Desa Sagarahiang. Setelah itu sore harinya dilanjutkan berdoa bersama dan menggelar Tahlilan di Masjid yang bersebelahan dengan Balai Desa. tahapan terakhir yaitu pelantunan tembang-tembang Sunda Buhun dan di iringi oleh jaipong di halaman Balai Desa.

Kaidah Interaksi

Dalam upacara adat Babarit di Desa Sagarahiang Kabupaten Kuningan perlengkapan yang dapat dilihat dari awal hingga akhir upacara adalah Sawen atau Sejajen yang digunakan untuk prosesi upacara. Itu semua merupakan keharusan yang harus disediakan dalam melaksanakan upacara. Karena itu memiliki makna sebagai bentuk tradisi kebudayaan yang sudah ada sejak turun temurun.

Norma-norma Interpretasi

Upacara adat Babarit di Desa Sagarahiang merupakan upacara sederhana namun memiliki nilai-nilai yang besar bagi masyarakat desa Sagarahiang. Upacara merupakasn suatu keharusan yang harus dilakukan atau dijalankan setiap satu tahun sekali pada waktu-waktu tertentu oleh


(14)

3. Tindakan Komunikatif dalam Upacara Adat Babarit di Desa Sagarahiang Kabupaten Kuningan.

Tindakan komunikatif merupakan bentuk perintah, pernyataan, permohonan dan perilaku non verbal, dalam hal ini peneliti akan membahas Tindak komunikatif dalam Upacara Adat Babarit di Desa Sagarahiang Kabupaten Kuningan. Berdasarkan hasil dari komponen-komponen yang terdapat dalam peristiwa komunikatif, dikarenakan tindakan komunikatif erat kaitannya dengan komponen-komponen yang terdapat dalam peristiwa komunikatif.

4. Aktivitas Komunikasi dalam Upacara Adat Babarit di Desa Sagarahiang kabupaten Kuningan.

.

Pada Aktivitas komunikasi proses komunikasi yang dibahas adalah proses komunikasi yang khas, sehingga berbeda dengan proses komunikasi yang lain. Karena proses komunikasi yang dibahas adalah peristiwa yang khas dan berulang karena mendapat pengaruh dari aspek sosiokultural dari partisipan komunikasinya.

Sehingga dalam pembahasan mengenai aktivitas komunikasi dalam Upacara adat Babarit, diperlukan pemahaman mengenai unit-unit diskrit aktivitas komunikasi yang dikemukakan oleh Hymes. Unit-unit diskrit aktivitas tersebut adalah situasi komunikatif, peristiwa komunikatif, dan tindak komunikatif. (Kuswarno, 2008 : 41).

Peneliti melihat bahwa upacara adat Babarit yang telah berlangsung merupakan serangkaian aktivitas komunikasi yang telah berlangsung secara terus menerus dan adanya hubungan-hubungan khas yang terjadi dalam upacara adat tersebut. Untuk mendeskripsikan rangkaian aktivitas komunikasi dalam upacara adat Babarit, peneliti melihat mulai dari situasi komunikatifnya dahulu. Seperti yang sudah peneliti jabarkan dalam hasil penelitian mengenai situasi komunikatif, situasi komunikatif adalah konteks terjadinya komunikasi, yaitu dimana berlangsungnya upacara adat Babarit yang dimulai dari Balai Desa sebagai lokasi awal upacara adat, lalu selanjutnya adalah Makam tempat dimana warga berziarah dan membersihkan makam tersebut. Selanjutnya ada Halaman Rumah Warga yang dijadikan tempat persiapan membuat Sawen, dilanjutkan di Masjid yang merupakan tempat berkumpulnya warga untuk memanjatkan doa kepada Allah SWT untuk meminta kelancara mamupun memanjatkan doa


(15)

dan ditata untuk pelaksanaan upacara. Pada tempat-tempat tersebut terjadi konteks terjadinya komunikasi.

Dari hasil wawancara maupun observasi peneliti melihat bahwa tempat yang menjadi konteks terjadinya komunikasi Upacara Adat Babarit merupakan suatu pemahaman yang dimiliki oleh warga Desa Sagarahiang atas tradisi kebudayaan turun temurun mengenai kepercayaan dengan melakukan upacara di tempat tersebut berarti warga sudah mewujudkan rasa syukur mereka kepada Tuhan serta mengenang dan menghormati para leluhur desa.

Selanjutnya setelah melihat situasi komunikatif pada Upacara Adat Babarit peneliti akan masuk pada pendeskripsian mengenai peristiwa komunikatif yang terjadi pada Upacara adat Babarit. Seperti yang sudah di jabarkan pada hasil penelitian maupun pada penjelasan pembahasan diatas, peneliti melihat bahwa proses rangkaian Upacara Adat Babarit sudah termasuk kedalam komponen–komponen yang terdapat pada peristiwa komunikatif. Pada setiap tahapan pada proses upacara yang menjadi peristiwa komunikatif merupakan seluruh rangkaian yang menjadi inti dari tujuan upacara dilaksanakan.

Peneliti melihat bahwa seluruh komponen peristiwa komunikatif yaitu tipe peristiwa, topic peristiwa, tujun dan fungsi peristiwa, setting, partisipan, bentuk pesan, isi pesan, urutan tindakan, kaidah interaksi dan norma norma interaksi merupakan tujuan utama dari pelaksanaan upacara.

Peristiwa komunikatif pada Upacara Adat Babarit mencakup antara lain, dimulai dari sejarah atau cerita yang berkembang dimasyarakat, dengan topik untuk mewujudkan rasa syukur kepada Tuhan dan agar dihindarkan dari hal-hal buruk dan menghormati para leluhur desa, yang kemudian memiliki fungsi dan tujuan sebagai pembelajaran untuk masyrakat, dengan menentukan lokasi , waktu serta aspek fisik lain untuk kelancaran pelaksanaan upacara. Selanjutnya adalah melibatkan partisipan warga desa Sagarahiang yang memiliki etnis yang sama yaitu Sunda dan baik pria atau wanita boleh mengikuti upacara.

Tahap selanjutnya dari aktivitas komunikasi adalah tindak komunikatif. Seperti yang sudah di paparkan di hasil penelitian, bahwa tindak komunikatif merupakan sebuah interaksi yang terjadi upacara adat tersebut. Seperti pernyataan, permohonan, perintah atau pun perilaku non verbal yang terjadi selama berlangsungnya upacara adat.

Sehingga peneliti bisa menyimpulkan bahwa aktivitas komunikasi merupakan serangkaian proses yang terjadi, yang dimulai dengan melihat


(16)

Babarit ini untuk mengucapkan rasa syukur kepada Allah SWT dan dijauhkan dari hal-hal buru dan tetap melestarikan dan menjaga budaya lokal agar bisa terus berlangsung serta menjadi salah satu budaya yang khas mengenai upacara adat yang dilakukan oleh warga Desa Sagarahiang. IV. KESIMPULAN

Upacara Adat Babarit di Desa Sagarahiang Kabupaten Kuningan merupakan suatu tradisi kebudayaan yang ada di desa Sagarahiang. Pada Upacara Adat Babarit di Desa Sagarahiang Kabupaten Kuningan tempat yang menjadi ruang untuk dilaksanakannya upacara memang sudah dipersiapkan dan ditata sedemikian rupa untuk kelancara upacara, tempat-tempat tersebut tidak lain adalah sebagai situasi komunikatif yang ada apa upacara yaitu Balai Desa, Makam, Halaman rumah warga.

Upacara adat Babarit di Desa Sagarahiang kabupaten Kuningan merupakan salah satu perayaan dalam bentuk mengucapkan rasa syukur kepada Allah SWT agar diberi keselamatan serta dijauhkan dari hal-hal buruk yang bisa menimpa

Desa yang sudah menjadi turun menurun dari zaman dulunya, dalam melaksanakan upacara adat Babarit dilaksanakan dalam setahun sekali.

Merupakan bentuk perintah, pernyataan, permohonan dan perilaku nonverbal. Bentuk perintah dan pernyataan yang ada bahwa upacara adat Babarit di Desa Sagarahiang Kabupaten Kuningan harus selalu dilaksanakan setiap tahunnya. Maka dari itu masyarakat Desa Sagarahiang selalu taat pada aturan adat dan kebiasaan hidup turun temurunn, bentuk permohonan berupa memohon berkah, keselamatan dan mengucapkan rasa syukur kepada Allah SWT serta menyampaikan penghormatan dan mendoakan para leluhur terdahulu mereka. Serta bentuk perilaku non verbal yang terdapat dalam upacara Adat Babarit ini yaitu gerakan-gerakan saat melaksanakan upacaranya, tarian jaipong.

Upacara adat Babarit merupakan suatu kebiasaan adat yang diturunkan turun menurun mereka untuk merayakan upacara adat itu sendiri secara khusus yang dilaksanakan setahun sekali, akan tetapi setiap rangkaiannya mempunyai makna yang sama dan aktivitas yang khas. Pelaksanaan upacara adat Babarit ini dimulai kurang lebih pada pukul 08.00 yang di awali pembukaan Kepala Desa dan beberapa Tokoh-tokoh masyarakat dengan berdoa bersama, proses ini sangat tradisi turun menurun bagi masyarakat Desa Sagarahiang Kabupaten Kuningan.


(17)

Buku-buku :

Aw, Suranto. 2010. Komunikasi Sosial Budaya. Yogyakarta : GRAHA ILMU

Bungin, Burham. 2007. Penelitian Kualitatif. Jakarta : KENCANA

Cangara, Hafied. 2005. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada

Devito, Joseph A. 2011. Komunikasi Antarmanusia. Pamulang : KARISMA Publishing Group

Effendy, Onong Uchjana. 2013. Ilmu Komunikasi. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya

Koentjaraningrat. 1996. Pengantar Antropologi I. Jakarta : Rineka Cipta. Kuswarno, Engkus. 2008. Etnografi Komunikasi. Bandung : Widya Padjajaran.

Liliweri,Alo. 2002. Makna Budaya Dalam Komunikasi Antar Budaya. Yogyakarta : LKIS.

Little Jhon, Stephen W. Karen A. Foss. 2009. Theories of Human Communication. Jakarta : Salemba Humanika.

Moleong, P. Lexy. 2008. Metodelogi Penelitian Kualitatif. Revisi. Bandung : Rosdakarya


(18)

Spradley. James P. 2006. Metode Etnografi. Yogyakarta : Tiara Wacana

Sumber Lain :

Septian Restu Unggara. Aktivitas Komunikasi Ritual Dalam Upacara Hajat Sasih Kampung Naga Tasikmalaya (Studi Etnografi Komunikasi Mengenai Aktivitas Komunikasi Dalam Upacara Hajat Sasih Kampung Naga Tasikmalaya) Universitas Komputer Indonesia 2013.

(Novie Diana Purwati, K1B050005, 2010 UNPAD Pesan Nonverbal Dalam Upacara Adat Ngarot (Studi Etnografi Pada Upacara Adat Ngarot Masyarakat Desa Lela Kabupaten Indramayu)

(Angga Nugraha. 2101 11070145. 2011.Jurnalistik Unpad Makna Simbolik Komunikasi Pada Uapcara Adat Hajat Sasih (Studi Etnografi Tentang Makna Simbol-Simbol Komunikasi Pada Uapcara Hajat Sasih Bagi Para Pimpinan Upacara Di Desa Neglasasi Kabupaten Tasikmalaya)

Internet Searching :

http://arjaenim.blogspot.com/2013/01/komunikasi-antar-budaya.html (rabu, 26/11/2014 pukul 22:15)

https://www.google.com/#q=etnografi+komunikasi+kiki+zakiah

http://arjaenim.blogspot.com/2013/01/komunikasi-antar-budaya.html (rabu, 26/11/2014 pukul 22:15)


(19)

iv

(Communication Ethnography Research about Communication Activity In Babarit Tradition At Sagarahiang Village Kuningan Residence in 2014)

By:

FAISHAL JAMALUDDIN NIM : 41809776

This Research is Under guidance of: Drs. Manap Solihat ,M.SI

This research was intended to untwist deeply about the activity of communicating babarit traditional ceremonies .To describe them , hence the focus of the problem in some researchers divided into sub-sub communicative micro problems that is the situation , events communicative , and actions babarit communicative in traditional ceremony.

Methods used in this research is a qualitative methodology tradition ethnography communication with the theory that which is lifted subtantif namely the interaction of symbolic.The subject of study was the village community Sagarahiang who follows traditional ceremonies Babarit, consisting of 5 ( five ) informants who obtained through sampling techniques purposive. Data collecting technical through interview, participation, field record, research library, documentation and internet searching. Validity test technical of data with increasing observation, triangulation, reference and member checking.

The study result shows that, Communicative situation contained in traditional ceremonies babarit this is a sacred , the place of its implementation is the village hall , Mbah Bewu and the Syekh Maulana , Mosque in the village hall , and the pages of the village hall. Events communicative in traditional ceremonies babarit namely celebration give a sense of gratitude in the form of special ritual carried out one year all that has become a tradition of culture by villagers Sagarahiang brass district , while a communicative contained in traditional ceremonies babarit that is shaped orders, a statement, application and nonverbal attitude.

The conclusion of this study that the activity of communicating traditional ceremonies babarit is a customary habit that is lowered down declined to utter gratitude traditional ceremonies itself in particular that carried out once a year , however any rangkaiannya had meaning and activities are typical the same .Advice researchers to the village community sagarahiang have to keep going on in celebrate culture traditional ceremonies.

Keyword : Communication Ethnography, Communication Activity, Communicative Action, Communicative Action, Babarit Traditional,


(20)

iii

Oleh :

FAISHAL JAMALUDDIN NIM : 41809776

Skripsi ini dibawah bimbingan : Drs. Manap Solihat ,M.SI

Penelitian ini dimaksudkan untuk menguraikan secara mendalam tentang Aktivitas Komunikasi Upacara Adat Babarit. Untuk menggambarkannya, maka fokus masalah tersebut peneliti dibagi ke dalam beberapa sub-sub masalah mikro yaitu situasi komunikatif, peristiwa komunikatif, dan tindak komunikatif dalam upacara adat Babarit.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif tradisi etnografi komunikasi dengan teori subtantif yang diangkat yaitu interaksi simbolik. Subjek penelitian adalah masyarakat Desa Sagarahiang yang mengikuti upacara adat Babarit, terdiri dari 5 (lima) informan yang diperoleh melalui teknik purposive sampling. Teknik pengumpulan data melalui wawancara mendalam, observasi partisipan, catatan lapangan, studi kepustakaan, dokumentasi dan internet searching. Teknik uji keabsahan data dengan cara peningkatan ketekunan pengamatan, triangulasi, kecukupan referensi dan pengecekan anggota.

Hasil dari penelitian menunjukan bahwa, Situasi Komunikatif yang terdapat dalam upacara adat Babarit ini bersifat sakral, tempat pelaksanaannya yaitu Balai Desa, Makam Mbah Bewu dan Syekh Maulana, Masjid di sebelah Balai Desa, dan Halaman Balai Desa. Peristiwa Komunikatif dalam upacara adat Babarit yaitu perayaan mengucap rasa syukur dalam bentuk ritual khusus yang dilaksanakan satu tahun sekali yang sudah menjadi tradisi budaya oleh masyarakat Desa Sagarahiang Kabupaten Kuningan, sedangkan Tindak Komunikatif yang terdapat dalam upacara adat Babarit yaitu berbentuk perintah, pernyataan, permohonan dan perilaku nonverbal.

Kesimpulan dari penelitian ini bahwa aktivitas komunikasi upacara adat Babarit merupakan suatu kebiasaan adat yang diturunkan turun menurun untuk mengucapkan rasa syukur upacara adat itu sendiri secara khusus yang dilaksanakan setahun sekali, akan tetapi setiap rangkaiannya mempunyai makna yang sama dan aktivitas yang khas. Saran peneliti untuk masyarakat Desa Sagarahiang harus tetap terus berjalan dalam menjalankan tradisi budaya upacara adat.

Keyword : Etnografi Komunikasi, Aktivitas Komunikasi, Situasi Komunikatif, Peristiwa Komunikatif, Tindak Komunikatif, Upacara Adat Babarit.


(21)

12

2.1 Tinjauan Pustaka

Pada Bab ini akan menjelaskan mengenai teori-teori yang relevan mengenai penelitian ini, serta studi literatur, dokumen atau arsip yang mendukung, yang telah dilakukan sebagai pedoman dalam melakukan penelitian.

2.1.1 Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu adalah referensi yang berkaitan dengan penelitian. Penelitian terdahulu yang dijadikan sebagai bahan acuan antara lain sebagai berikut :

1. (Septian Restu Unggara; Nim 41808037/Ilmu Komunikasi UNIKOM: 2012)

Penelitian ini dimaksudkan untuk menguraikan secara mendalam tentang Aktivitas Komunikasi Ritual dalam Upacara Hajat Sasih Kampung Naga Tasikmalaya. Untuk menjabarkannya, maka fokus masalah tersebut peneliti dibagi ke dalam beberapa sub-sub masalah mikro yaitu situasi komunikatif, peristiwa komunikatif, dan tindakan komunikatif dalam upacara Hajat Sasih Kampung Naga Tasikmalaya.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif tradisi etnografi komunikasi dengan teori subtantif yang


(22)

diangkat yaitu interaksi simbolik dan pemusatan simbolis. Subjek penelitian adalah masyarakat Kampung Naga yang mengikuti upacara Hajat Sasih sebanyak 5 (lima) orang, terdiri dari 3 (tiga) informan dan 2 (dua) informan kunci yang diperoleh melalui teknik purposive sampling.

Teknik pengumpulan data melalui wawancara mendalam, observasi partisipan, catatan lapangan, studi kepustakaan, dokumentasi dan internet searching. Teknik uji keabsahan data dengan cara peningkatan ketekunan pengamatan, triangulasi, kecukupan referensi dan pengecekan anggota.

Hasil dari penelitian menunjukan bahwa, Situasi Komunikatif yang terdapat dalam upacara Hajat Sasih ini bersifat sakral, tempat pelaksanaannya yaitu Sungai Ciwulan, Bumi Ageung serta Hutan yang dikeramatkan. Peristiwa Komunikatif dalam upacara Hajat Sasih yaitu perayaan dalam bentuk ritual khusus yang dilaksanakan satu tahun enam kali berdasarkan hari-hari besar Islam yang bermula dari kebiasaan nenek moyang mereka untuk menghormati leluhurnya, sedangkan Tindakan Komunikatif yang terdapat dalam upacara Hajat Sasih yaitu berbentuk perintah, pernyataan, permohonan dan perilaku nonverbal.

Simpulan dari penelitian ini bahwa aktivitas komunikasi ritual dalam upacara Hajat Sasih bermula dari kebiasaan nenek moyang mereka untuk menghormati leluhur Kampung Naga yang


(23)

pelaksanaannya dilakukan satu tahun enam kali, namun dalam setiap rangkaiannya mempunyai makna yang sama dan aktivitas khas yang sama pula.

2. (Novi Diana Purwati, K1B050005, 2010 UNPAD Pesan Nonverbal Dalam Upacara Adat Ngarot (Studi Etnografi Pada Upacara Adat Ngarot Masyarakat Desa Lelea Kabupaten Indramayu)

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mengkaji simbol-simbol yang terkandung dalam upacara adat ngarot, pesan-pesan apa saja yang terdapat dalam simbol-simbol upacara adat ngarot, pemaknaan upacara adat Ngarot tersebut terhadap kehidupan masyarakat.

Metode yang digunakan adalah metode kualitatif studi etnografi komunikasi. Metode ini digunakan untuk mendeskripsikan suatu kebudayaan upacara adat di Indramayu. Menjelaskan simbol-simbol, pesan, dan makna. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori interaksi simbolik.

Hasil penelitian menunjukan bahwa pesan nonverbal yang ada pada upacara adat Ngarot antara lain terdapat simbol pada bunga, simbol pada pakaian, simbol pada aksesoris, dan simbol perilaku.

Kesimpulan yang diperoleh adalah Ngarot merupakan upacara adat masyarakat desa Lelea Kabupaten Indramayu yaitu pesta tanam padi dan ucapan rasa syukur kepada Tuhan atas hasil panen dan


(24)

merupakan media penyampaian pesan nonverbal dari para sesepuh kepada generasi muda.

Simbol-simbol pada upacara adat Ngarot mengandung pesan yaitu pada bunga kenanga pesannya agar para cuwene tetap menjaga keperawanannya, bunga melati mengandung pesan agar para cuwene tetap menjaga kebersihan diri dan kesuciannya, bunga kertas mengandung pesan bahwa cuwene harus tetap menjaga kecantikannya sebagai kembang desa.

Simbol pada aksesoris Kalung, gelang dan cincin mengandung pesan bahwa petani harus bekerja dengan giat dalam menggarap sawah agar hasil panennya melimpah, sedangkan gelang akar bahar mengandung pesan bahwa seorang jajaka harus melindungi dan mengayomi keluarga dan masyarakat.

Simbol pada pakaian Kebaya, komboran, dan sarung yang bermakna baju ala memberikan pesan agar masyarakat harus tetap menjaga dan melestarikan pakaian adat petani, selendang mengandung pesan bahwa cuwene harus menjaga penampilan fisik agar terlihat cantik dan menarik.

Upacara adat Ngarot juga memberikan makna terhadap kehidupan masyarakat yaitu melalui perilaku yang dilakukan tertua adat kepada perwakilan jajaka dan cuwene antara lain penyerahan bibit padi memiliki makna sebagai simbol bahwa musim tanam padi sudah tiba dan petani mulai menggarap sawah, penyerahan alat-alat


(25)

pertanian mengandung makna bahwa jajaka harus sudah siap untuk ikut membantu orang tuanya dalam menggarap sawah, penyerahan pupuk mengandung makna sebagai kesuburan, daun andog dan daun bambu kuning mengandung makna sebagai tanaman pengusir hama penyakit, penyerahan kendi yang berisi air mengandung makna menandakan kesuburan dengan melimpahnya air.

Saran yang diberikan adalah agar pemerintah daerah lebih perhatian dan peduli terhadap kegiatan upacara adat Ngarot sebagai salah satu tujuan wisata budaya daerah Indramayu.

3. (Angga Nugraha. 2101 11070145. 2011. Jurnalistik UNPAD Makna Simbolik Komunikasi Pada Upacara Hajat Sasih (Studi Fenomenologi Tentang Makna Simbol-Simbol Komunikasi Pada Upacara Hajat Sasih Bagi Para Pimpinan Upacara Di Desa Neglasari Kabupaten Tasikmalaya)

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui makna dari simbol-simbol komunikasi baik itu simbol-simbol komunikasi verbal maupun komunikasi nonverbal yang digunakan dalam Upacara Hajat Sasih di Kampung Naga. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dalam tradisi fenomenologi dengan perspektif teoritis interaksi simbolik. Metode pengumpulan data yang dilakukan melalui wawancara mendalam, observasi nonpartisipan, dan juga studi pustaka.


(26)

Objek penelitian ini melibatkan para pemimpin upacara yaitu kuncen, lebe, dan punduh Kampung Naga. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat makna dari simbol-simbol komunikasi yang digunakan dalam Upacara Hajat Sasih menurut para informan. Makna itu terdapat pada bunyi kentongan, bebersih, baju adat, gerakan membersihkan kaki dan tangan sebelum masuk mesjid, unjuk-unjuk, membersihkan makam leluhur, pembacaan ayat suci al-quran, gerakan ngagesor, gerakan duduk sila pada tempat shalat pertama, membersihkan tempat shalat pertama, lamareun, bumi ageung, makam leluhur, tempat shalat pertama, dan tumpeng.

Simpulan Upacara Hajat Sasih bukanlah hanya sebgaai upacara ritual belaka, namun terdapat makna dari setiap gerakan, tata-cara, maupun simbol-simbol yang unik atau spesial yang dikelola dna digunakan oleh para pesertanya.

Tabel 2.1

Tabel Penelitian Relevan

Uraian

Nama Peneliti Septian Restu Unggara

41808037. 2012 Novi Diana Purwati. K1B050005. 2010 Angga Nugraha. 11070145. 2011. Universitas Universitas Komputer Indonesia Universitas Padjajaran Bandung Universitas Padjajaran Bandung Judul Penelitian Aktivitas Komunikasi Ritual dalam Upacara Hajat Sasih Kampung

Pesan Nonverbal Dalam Upacara Adat Ngarot (Studi

Makna Simbolik Komunikasi Pada Upacara Hajat Sasih


(27)

Naga Tasikmalaya Etnografi Pada Upacara Adat Ngarot Masyarakat Desa Lelea Kabupaten Indramayu) (Studi Fenomenologi Tentang Makna Simbol-Simbol Komunikasi Pada Upacara Hajat Sasih Bagi Para Pimpinan Upacara Di Desa Neglasari Kabupaten Tasikmalaya) Tujuan Penelitian Untuk mengetahui situasi komunikatif, peristiwa komunikatif, dan tindakan komunikatif dalam upacara Hajat Sasih Kampung Naga Tasikmalaya. Untuk mengetahui dan mengkaji simbol-simbol yang terkandung dalam upacara adat ngarot, pesan-pesan apa saja yang terdapat dalam simbol-simbol upacara adat ngarot, pemaknaan upacara adat Ngarot tersebut terhadap kehidupan masyarakat.

Untuk mengetahui makna dari simbol-simbol komunikasi baik itu simbol komunikasi verbal maupun komunikasi nonverbal yang digunakan dalam Upacara Hajat Sasih di Kampung Naga.

Metode Penelitian

Metode kualitatif tradisi etnografi. Metode kualitatif studi etnografi komunikasi. Metode kualitatif dalam tradisi fenomenologi dengan perspektif teoritis interaksi simbolik. Hasil Penelitian Menunjukan bahwa, Situasi Komunikatif yang terdapat dalam

Menunjukan bahwa pesan nonverbal yang ada pada

menunjukkan bahwa terdapat makna dari simbol-simbol


(28)

upacara Hajat Sasih ini bersifat sakral, tempat pelaksanaannya yaitu Sungai Ciwulan, Bumi Ageung serta Hutan yang dikeramatkan. Peristiwa Komunikatif dalam upacara Hajat Sasih yaitu perayaan dalam bentuk ritual khusus yang

dilaksanakan satu tahun enam kali berdasarkan hari-hari besar Islam yang bermula dari kebiasaan nenek moyang mereka untuk

menghormati leluhurnya, sedangkan Tindakan Komunikatif yang terdapat dalam upacara Hajat Sasih yaitu berbentuk perintah, pernyataan, permohonan dan perilaku nonverbal.

upacara adat Ngarot antara lain terdapat simbol pada bunga, simbol pada

pakaian, simbol pada aksesoris, dan simbol perilaku.

komunikasi yang digunakan dalam Upacara Hajat Sasih menurut para informan. Makna itu terdpat pada bunyi kentongan, bebersih, baju adat, gerakan membersihkan kaki dan tangan

sebelum masuk mesjid, unjuk-unjuk,

membersihkan makam leluhur, pembacaan ayat suci al-quran, gerakan ngagesor, gerakan duduk sila pada tempat shalat pertama,

membersihkan tempat shalat pertama,

lamareun, bumi ageung, makam leluhur, tempat shalat pertama, dan tumpeng.

Sumber: Data Peneliti 2014

2.1.2 Tinjauan Tentang Komunikasi

Komunikasi, dalam konteks apa pun, adalah bentuk dasar adaptasi terhadap lingkungan. Menurut Rene Spitz, komunikasi (ujaran) adalah


(29)

jembatan antara bagian luar dan bagian dalam kepribadian: “Mulut sebagai

rongga utama adalah jembatan antara persepsi dalam dan persepsi luar; ia adalah tempat lahir semua persepsi luar dan model dasarnya; ia adalah tempat transisi bagi perkembangan aktivitas intensional, bagi munculnya kemauan dari kepasifan.

2.1.2.1 Definisi Komunikasi

Dalam buku Pengantar Ilmu Komunikasi dan Jurnalistik karya Teguh Meinanda, istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris Communication berasal dari bahasa latin Communicatio, dalam perkataan ini bersumber dari kata Communis yang berarti “common”, sama (Meinanda, 1981: 4). Jadi, jika dua orang terlibat dalam komunikasi maka komunikasi akan terjadi atau berlangsung selama ada kesamaan makna mengenai apa yang dikomunikasikan, yakni baik si penerima maupun si pengirim sepaham dari suatu pesan tertentu.

“Communication” pada umumnya dimaksudkan sebagai proses pengoperan lambang yang mengandung arti.

Sedangkan definisi ilmu komunikasi menurut Carl I. Hovland sebagaimana dikutip oleh Onong Uchjana Effendy adalah upaya yang sistematis untuk merumuskan secara tegar asas-asas penyampaian informasi serta pembentukan pendapat dan sikap. Dari definisi ilmu komunikasi tersebut, Hovland memperoleh 31 definisi dari komunikasi yaitu proses mengubah perilaku orang lain (communication is the


(30)

process to modify the behavior of other individuals) (Effendy, 2003: 10).

2.1.2.2 Unsur-Unsur Komunikasi

Dari pengertian komunikasi yang telah dikemukakan, maka jelas bahwa komunikasi antarmanusia hanya bisa terjadi, jika ada seseorang yang menyampaikan pesan kepada orang lain dengan tujuan tertentu, artinya komunikasi hanya bisa terjadi kalau didukung oleh adanya sumber, pesan, media, penerima, dan efek. Unsur-unsur ini bisa juga disebut komponen atau elemen komunikasi.

Terdapat beberapa macam pandangan tentang banyaknya unsur atau elemen yang mendukung terjadinya komunikasi. Ada yang menilai bahwa terciptanya proses komunikasi, cukup di dukung oleh tiga unsur, sementara ada juga yang menambahkan umpan balik dan lingkungan selain kelima unsur yang telah disebutkan. (Cangara, 2006: 21).

2.1.2.3 Komponen-Komponen Komunikasi

Komponen komunikasi mendapat tempat yang paling penting dalam etnografi komunikasi. Selain itu, melalui komponen komunikasilah sebuah peristiwa komunikasi dapat diidentifikasi. Pada akhirnya melalui etnografi komunikasi dapat ditemukan pola komunikasi sebagai hasil hubungan antarkomponen komunikasi itu. Sehingga secara tidak langsung komponen komunikasi juga akan menuntun peneliti etnografi komunikasi ketika di lapangan.


(31)

Jadi aktivitas komunikasi menurut etnografi komunikasi tidak bergantung pada adanya pesan, komunikator, komunikati, media, efek, dan sebagainya. Sebaliknya yang dinamakan aktivitas komunikasi adalah aktivitas khas yang kompleks, yang di dalamnya terdapat peristiwa-peristiwa khas komunikasi yang melibatkan tindak-tindak komunikasi tertentu dan dalam konteks komunikasi yang tertentu pula. Sehingga proses komunikasi dalam etnografi komunikasi, adalah peristiwa-peristiwa yang khas dan berulang. (Kuswarno, 2008: 42)

2.1.2.4 Tujuan Ilmu Komunikasi

Menurut Onong Uchjana Effendy dalam buku Ilmu, Teori, dan Filsafat Komunikasi, komunikasi memiliki empat tujuan, yaitu mengubah sikap (to change the attitude); mengubah opini, pendapat, atau pendangan (to change the opinion); mengubah perilaku (to change the behavior); dan mengubah masyarakat (to change the society) (Effendy, 2003: 55). Dalam menyampaikan informasi dan mencari informasi kepada mereka, agar apa yang kita sampaikan dapat dimengerti sehingga komunikasi yang kita laksanakan dapat tercapai.

2.1.2.5 Fungsi Komunikasi

Fungsi adalah potensi yang dapat digunakan untuk memenuhi tujuan-tujuan tertentu. Hafied Cangara dalam bukunya Pengantar Ilmu Komunikasi menjelaskan fungsi komunikasi sesuai tipe komunikasi yakni komunikasi dengan diri sendiri, komunikasi antar pribadi,


(32)

komunikasi publik, dan komunikasi massa. Komunikasi dengan diri sendiri berfungsi untuk mengembangkan kreativitas imajinasi, memahami dan mengendalikan diri, serta meningkatkan kematangan berpikir sebelum mengambil keputusan. Fungsi komunikasi antar pribadi adalah berusaha meningkatkan hubungan insani (human relations), menghindari dan mengatasi konflik-konflik pribadi, mengurangi ketidakpastian sesuatu, serta berbagai pengetahuan dan pengalaman dengan orang lain.

Komunikasi publik berfungsi untuk menumbuhkan semangat kebersamaan (solidaritas), mempengaruhi orang lain, memberi informasi, mendidik, dan menghibur. Komunikasi massa berfungsi untuk menyebarluaskan informasi, meratakan pendidikan, merangsang pertumbuhan ekonomi, dan menciptakan kegembiraan dalam hidup seseorang (Cangara, 2004: 55-57).

Begitu pentingnya komunikasi dalam hidup manusia, sehingga komunikasi komunikasi itu sendiri memiliki fungsi-fungsi dalam kehidupan manusia. William I. Gorden dalam buku Dedi Mulyana 2007 mengemukankan empat fungsi komunikasi yaitu :

1. Komunikasi Sosial

Fungsi komunikasi sebagai komunikasi sosial setidaknya mengisyaratkan bahwa komunikasi itu penting untuk membangun konsep diri kita, aktualisasi diri, untuk


(33)

kelangsungan hidup, untuk memperoleh kebahagiaan, terhindar dari tekanan dan ketegangan antara lain lewat komunikasi yang bersifat menghibur dan memupuk hubungan dengan orang lain.

Orang yang tidak pernah berkomunikasi dengan manusia dipastikan dia akan tersesat, karena ia tidak dapat berkesempatan menata dirinya dalam suatu lingkungan sosial. Komunikasilah yang memungkinkan individu membangun suatu kerangka rujukan dan menggunakannya sebagai panduan untuk menafsirkan apapun yang ia hadapi.

Tanpa melibatkan diri dalam komunikasi, seseorang tidak akan tahu bagaimana makan, minum, berbicara sebagai manusia dan memperlakukan manusia lain secara beradab, karena cara-cara berperilaku tersebut didapat dari pengasuhan keluarga dan pergaulan dengan orang lain yang intinya adalah komunikasi.

Implisit dalam fungsi komunikasi sosial ini adalah fungsi komunikasi kultural. Para ilmuwan sosial mangakui bahwa budaya dan komunikasi itu ibarat dua sisi mata uang yang mempunyai hubungan timbal balik. Budaya menjadi bagian dari komunikasi dan komunikasi turut menentukan, memelihara, mengembangkan dan mewariskan budaya.


(34)

2. Komunikasi Ekspresif

Komunikasi ekspresif tidak otomatis bertujuan mempengaruhi orang lain, namun dapat dilakukan sejauh komunikasi tersebut menjadi instrument untuk menyampaikan perasaan-perasaan (emosi) seseorang. Perasaan-perasaan tersebut terutama dikomunikasikan melalui pesan-pesan nonverbal. Perasaan sayang, peduli simpati, rindu, sedih, takut, marah, prihatin, benci dapat disampaikan melalui bahasa nonverbal.

Emosi juga dapat diungkapkan lewat bentuk-bentuk seni, puisi, novel, musik, tarian atau lukisan. Ada banyak cara untuk mengungkapkan perasaan atau emosi yang ada dalam diri kita, namun semua itu tidak bisa lepas dari yang namanya komunikasi.

3. Komunikasi Ritual

Erat kaitannya dengan komunikasi ekspresif adalah komunikasi ritual, yang biasanya dilakukan secara kolektif. Suatu komunitas sering melakukan upacara-upacara berlainan sepanjang tahun dan sepanjang hidup, yang disebut para antropolog sebagai rites of passage, mulai dari upacara kelahiran, sunatan, ulang tahun, pertunangan (melamar, tukar cincin), siraman, pernikahan (ijab qabul, sungkem, sawer dan sebagainya) hingga upacara kematian. Dalam acara-acara itu orang mengucapkan kata-kata


(35)

atau menampilkan perilaku-perilaku tertentu yang bersifat simbolik dan sarat akan makna.

Komunikasi ritual juga kadang-kadang bersifat mistik dan mungkin sulit dipahami oleh orang-orang di luar komunitas tersebut. Namun hingga kapanpun tampaknya ritual akan tetap menjadi kebutuhan manusia, meskipun bentuknya berubah-ubah, demi pemenuhan jati diri sebagai individu, sebagai anggota komunitas sosial dan sebagai salah satu unsur dari alam semesta.

4. Komunikasi Instrumental

Komunikasi instrumental mempunyai beberapa tujuan umum yakni menginformasikan, mengajar, mendorong, mengubah sikap dan keyakinan, dan mengubah perilaku atau menggerakkan tindak, dan juga untuk menghibur. Bila disimpulkan, maka kesemua tujuan tersebut disebut membujuk (bersifat persuasif).

Komunikasi yang berfungsi memberitahukan atau menerangkan mengandung muatan persuasif dalam arti bahwa pembicara menginginkan pendengarnya mempercayai bahwa fakta atau informasi yang disampaikannya akurat dan layak untuk diketahui.


(36)

Sebagai instrument, komunikasi tidak hanya digunakan untuk menciptakan dan membangun hubungan, namun juga untuk menghancurkan hubungan tersebut. Studi komunikasi membuat kita peka terhadap berbagai strategi yang dapat kita gunakan dalam komunikasi kita untuk bekerja lebih baik dengan orang lain demi keuntungan bersama.

Komunikasi berfungsi sebagai instrument untuk mencapai tujuan-tujuan pribadi dan pekerjaan, baik tujuan jangka pendek ataupun tujuan jangka panjang. Tujuan jangka pendek misalnya untuk memperoleh pujian, menumbuhkan kesan yang baik, memperoleh simpati, empati, keuntungan materil, ekonomi dan politik yang antara lain dapat diraih lewat pengelolaan kesan, yakni taktik verbal dan nonverbal.

Sementara itu tujuan jangka panjang dapat diraih lewat keahlian komunikasi, misalnya keahlian berpidato, berunding, berbahasa asing ataupun keahlian menulis. Itu menunjukkan bahwa kemampuan berkomunikasi berperan penting mengantarkan seseorang ke puncak karirnya. (Mulyana, 2007: 5-33).

2.1.2.6 Tujuan Ilmu Komunikasi

Kegiatan atau upaya komunikasi yang dilakukan tentunya mempunyai tujuan tertentu. Tujuan yang dimaksud disini menunjuk pada suatu hasil atau akibat yang diinginkan oleh pelaku komunikasi.


(37)

Effendy dalam bukunya Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, tujuan komunikasi adalah :

1. Perubahan Sikap (Attitude Change) 2. Perubahan Pendapat (Opinion Change) 3. Perubahan Perilaku (Behavior Change)

4. Perubahan Sosial (Sosial Change). (Effendy, 2004:8)

2.1.3 Tinjauan Tentang Komunikasi Antar Budaya

Hal-hal yang sejauh ini dibicarakan tentang komunikasi, berkaitan dengan komunikasi antarbudaya. Fungsi-fungsi dan hubungan-hubungan antara komponen-komponen komunikasi juga berkenaan dengan komunikasi antarbudaya. Namun, apa yang terutama menandai komunikasi antarbudaya adalah bahwa sumber dan penerimanya berasal dari budaya yang berbeda. Ciri ini saja memadai untuk mengidentifikasi suatu bentuk interaksi komunikatif yang unik yang harus memperhitungkan peranan dan fungsi budaya dalam proses komunikasi. Kini kita akan mendefinisikan komunikasi antarbudaya dan membahasnya melalui perspektif suatu model. Kemudian kita akan melihat pula berbagai bentuk komunikasi antarbudaya. (Mulyana, 2010: 20)

2.1.3.1 Unsur-unsur Kebudayaan

Sedemikian pentingnya peranan bahasa bagi kebudayaan, sehingga para ahli antropologi menempatkan bahasa dalam unsur


(38)

pertama dari tujuh unsur kebudayaan universal. C. Kluckhon menguraikan tujuh unsur kebudayaan yang dimaksud sebagai berikut :

1. Bahasa

2. Sistem pengetahuan 3. Organisasi sosial 4. Sistem peralatan hidup

5. Sistem mata penceharian hidup 6. Sistem religi dan

7. Kesenian

Unsur-unsur kebudayaan inilah yang digunakan oleh ilmuwan atropologi untuk mempelajari suatu kebudayaan, dan memisahkan antara satu kebudayaan dengan kebudayaan yang lainnya. (Kuswarno, 2008: 10)

2.1.4 Tinjauan Tentang Komunikasi Verbal dan Non Verbal

2.1.4.1 Definisi Komunikasi Verbal

Komunikasi verbal adalah komunikasi yang menggunakan simbol-simbol verbal, baik secara lisan maupun tertulis. Simbol atau pesan non verbal adalah semua jenis simbol yang menggunakan satu kata atau lebih hampir semua rangsangan bicara dan kita sadari termasuk kedalam kategori pesan verbal disengaja.

Komunikasi verbal di tandai dengan ciri-ciri sebagai berikut :


(39)

 Proses komunikasi eksplisit dan cenderung dua arah

 Kualitas proses komunikasi sering kali ditentukan oleh komunikasi non verbal

2.1.4.1.1 Fungsi Bahasa Sebagai Bentuk Komunikasi Verbal

Bahasa dapat dianggap sebagai suatu sistem kode verbal. Bahasa di definisikan sebagai seperangkap simbol, dengan aturan untuk mengkombinasikan simbol-simbol tersebut, yang digunakan dan di pahami.

Menurut Larry L.Barker (Mulyana, 2008:266) bahasa memiliki 3 fungsi sebagai berikut :

1. Penamaan (naming/labeling)

Penamaan merupakan fungsi bahasa yang mendasar. Penamaan atau penjulukan merujuk pada usaha mengidentifikasi objek, tindakan, atau orang menyebut namanya sehingga dapat dirujuk dalam berkomunikasi.

2. Interaksi

Fungsi interaksi menunjuk pada berbagi gagasan dan emosi yang dapat mengundang simpati dan pengertian ataupun kemarahan dan kebingungan.

3. Transmisi informasi

Yang dimaksud dengan transmisi informasi adalah bahwa bahasa merupakan media untuk menyampaikan informasi kepada orang


(40)

lain. Bahasa merupakan media transmisi informasi yang bersifat lintas waktu, artinya melalui bahasa dapat disampaikan informasi yang dihubungkan masa lalu, masa kini, dan masa depan. Sehingga memungkinkan adanya kesinambungan antara budaya dan tradisi.

2.1.4.2 Definisi Komunikasi Non Verbal

Manusia dipersepsi tidak hanya lewat bahasa verbalnya : bagaimana bahasanya (halus, kasar, intelektual, mampu berbahasa asing, dan sebagainya), namun juga melalui perilaku non verbalnya. menurut Knapp dan Hall (Mulyana, 2008:342), isyarat non verbal, sebagaimana simbol verbal, jarang punya makna denotatif yang tunggal, salahsatu faktor yang mempengaruhinya adalah konteks tempat perilaku berlangsung.

Secara sederhana, pesan non verbal adalah semua isyarat yang bukan kata-kata. Menurut Larry A. Samovar dan Richard E. Porter dalam (Mulyana, 2008:343) menyatakan bahwa :

“Komunikasi non verbal mencakup semua rangsangan (kecuali

rangsangan verbal) dalam suatu setting komunikasi, yang dihasilkan oleh individu dan penggunaan lingkungan oleh individu, yang

mempunyai nilai pesan potensial bagi pengirim atau penerima”.

Sementara menurut Edward T. Hall dalam (Mulyana, 2008:344)

“menamai bahasa non verbal sebagai “bahasa diam” (slient language)

dan “dimensi tersembunyi” (hiden dimension) suatu budaya. Disebut diam dan tersembunyi, karena pesan-pesan non verbal tertanam dalam konteks komunikasi. Selain isyarat situasional dan relasional dalam transaksi komunkasi, pesan non verbal memberi kita isyarat-isyarat


(41)

kontekstual. Berssama isyarat verbal dan isyarat kontekstual, pesan non verbal membantu kita menafsirkan seluruh makna pengalaman

komunikasi”.

2.1.4.2.1 Fungsi Komunikasi Non Verbal

Dilihat dari fungsinya, perilaku non verbal mempunyai beberapa fungsi, Paul Ekman menyebutkan lima fungsi pesan non verbal, seperti yang dapat dilukisan dengan perilaku mata, yakni sebagai :

Emblem. Gerakan mata tertentu merupakan simbol memiliki kesetaraan dengan simbol verbal.

Ilustrator. Pandangan kebawah dapat menunjukan depresi atau kesedihan.

Regulator. Kontak mata berarti saluran percakapan terbuka.

Penyesuai. Kedipan mata yang cepat meningkat ketika orang berada dalam tekanan. Itu merupakan respon tidak di sadari yang merupakan upaya tubuh untuk mengurangi kecemasan.

Affect Display. Pembesaran manik mata (upil dilation) menunjukan tingkat emosi.

Lebih jauh lagi, dalam hubungannya dengan perilaku verbal, perilaku non verbal mempunyai fungsi-fungsi sebagai berikut.

 Perilaku non verbal dapat mengulangi perilaku verbal  Memperteguh, menekankan atau melengkapi perilaku verbal  Perilaku non verbal dapat menggantikan perilaku verbal


(42)

 Perilaku non verbal dapat meregulasi perilaku verbal.

 Perilaku non verbal dapat membantah atau bertentangan dengan perilaku verbal

2.1.5 Tinjauan Tentang Upacara Adat

Upacara adalah serangkaian tindakan atau perbuatan yang terikat pada aturan tertentu berdasarkan adat istiadat, agama, dan kepercayaan. Jenis upacara dalam kehidupan masyarakat antara lain: upacara penguburan, upacara perkawinan, dan upacara pengukuhan kepala suku. Upacara adat salah satu cara menelusuri jejak sejarah masyarakat Indonesia pada masa lalu dapat kita jumpai pada upacara-upacara adat merupakan warisan nenek moyang kita.

Selain melalui mitologi dan legenda, cara yang dapat dilakukan untuk mengenal kesadaran sejarah pada masyarakat yang belum mengenal tulisan yaitu melalui upacara. Upacara pada umumnya memiliki nilai sakral oleh masyarakat pendukung kebudayaan tersebut (Wahyudi Pantja Sunjata, 1997: 1). Upacara adat tradisional adalah peraturan hidup sehari-hari ketentuan yang mengatur tingkah anggota masyarakat dalam segala aspek kehidupan manusia. Pengertian adat adalah tingkah laku dalam suatu masyarakat (sudah, sedang, akan) diadakan. Wahyudi Pantja Sunjata (1997: 2), mengatakan upacara tradisional merupakan bagian yang integral dari tradisi masyarakat pendukungnya dan kelestariannya, hidupnya dimungkinkan oleh fungsi bagi kehidupan masyarakat pendukungnya. Penyelanggaraan upacara tradisional


(43)

itu sangat penting artinya bagi pembinaan sosial budaya warga masyarakat yang bersangkutan. Norma-norma dan nilai-nilai budaya itu secara simbolis ditampilkan melalui peragaan dalam bentuk upacara yang dilakukan oleh seluruh masyarakat pendukungnya.

Pelaksanaan upacara adat tradisioanal termasuk dalam golongan adat yang tidak mempunyai akibat hukum, hanya saja apabila tidak dilakukan oleh masyarakat maka timbul rasa kekhawatiran akan terjadi sesuatu yang menimpa dirinya. Upacara adat adalah suatu upacara yang dilakukan secara turun menurun yang berlaku di suatu daerah. Dengan demikian, setiap daerah memiliki upacara adat sendiri-sendiri, seperti upacara perkawinan, upacara labuhan. Upacara adat yang dilakukan di daerah sebenarnya juga tidak lepas dari unsur sejarah.

2.2 Kerangka Pemikiran

2.2.1 Teori Interaksi Simbolik

Etnografi komunikasi memandang perilaku komunikasi sebagai perilaku yang lahir dari integrasi tiga keterampilan yang dimiliki setiap individu sebagai makhluk sosial, ketiga keterampilan itu terdiri dari keterampilan bahasa, keterampilan komunikasi, dan keterampilan budaya. Bahasa hidup dalam komunikasi, bahasa tidak akan mempunyai makna jika tidak dikomunikasikan. Pada etnografi komunikasi terdapat pemaknaan terhadap simbol-simbol yang disampaikan secara verbal maupun nonverbal,


(44)

sehingga menimbulkan sebuah interaksi yang didalamnya terdapat simbol-simbol yang memiliki makna tertentu.

Karakteristik dasar interaksi simbolik adalah suatu hubungan yang terjadi secara alami antara manusia dalam masyarakat dan hubungan masyarakat dengan individu. Interaksi yang terjadi antar individu berkembang melalui simbol-simbol yang mereka ciptakan. Realitas sosial merupakan rangkaian peristiwa yang terjadi pada beberapa individu dalam masyarakat. Interaksi yang dilakukan antar individu itu berlangsung secara sadar dan berkaitan dengan gerak tubuh, vokal, suara, dan ekspresi tubuh, yang kesemuanya itu mempunyai maksud dan disebut dengan „simbol’.

Pendekatan interaksi simbolik yang dimaksud Blumer mengacu pada tiga premis utama, yaitu :

1. Manusia bertindak terhadap sesuatu berdasarkan makna-makna yang ada pada sesuatu itu bagi mereka.

2. Makna itu diperoleh dari hasil interaksi sosial yang dilakukan oleh orang lain, dan

3. Makna-makna tersebut disempurnakan di saat proses interaksi sosial sedang berlangsung (Kuswarno, 2008: 22)

Simbol

Dalam pelaksanaan upacara tradisional Kuntowijoyo, (2006: 89) memaparkan adanya simbolik sesuatu yang memiliki makna dan


(45)

komunikasi. Penciptaan simbol-simbol tidak semuanya simbol mempunyai kadar kekayaan makna yang sama. Menurut Budiono Herusatoto, (2008: 46) simbol dalam masyarakat tradidional penuh dengan sistem naturalisme. Manusia adalah makhluk budaya, dan budaya manusia penuh dengan simbol-simbol, sehingga dapat dikatakan bahwa budaya manusia penuh diwarnai dengan simbolisme, yaitu suatu tata pemikiran atau paham makna yang menekankan atau mengikuti pola-pola yang mendasar pada simbol-simbol.

Manusia yang hidup dalam kehidupan masyarakat erat hubungannya dengan budaya, sehingga manusia disebut makhluk budaya. Kebudayaan sendiri terdiri atas gagasan, simbol-simbol, dan nilai-nilai sebagai hasil dari tindakan manusia. Budaya manusia penuh diwarnai dengan simbolis-simbolis Simbol yang berupa benda keadaannya sebenarnya bebas terlepas dari tindakan manusia, tetapi sebaliknya tindakan manusia harus selalu mempergunakan simbol-simbol sebagai media pengantar dalam komunikasi. Namun tanpa simbol komunikasi atau tindakan akan beku. Akan tetapi, simbol sering digunakan dalam tindakan manusia, sehingga manusia akan melestarikannya dan menghidupkan kembali pada waktu tertentu apabila diperlukan (Budiono Herusatoto, 2008: 32-33)

Pada dasarnya segala bentuk upacara-upacara peringatan apa pun yang digunakan masyarakat adalah simbolisme. Makna dan maksud upacara menjadi tujuan manusia untuk memperingatinya.


(46)

Dalam tradisi atau adat istiadat simbolisme sangat terlihat dalam upacara-upacara adat yang merupakan warisan turun temurun dari generasi ke generasi (Budiono Herusatoto, 2008: 48)

Semua makna budaya diciptakan dengan menggunakan simbol-simbol. Semua kata yang digunakan informan dalam menjawab pertanyaan anda pada wawancara yang pertama adalah simbol-simbol. Cara informan anda berpakaian juga merupakan simbol, sebagaimana juga ekspresi wajahnya serta gerakan tangannya. Simbol adalah objek atau peristiwa apa pun yang menunjukan pada sesuatu. Semua simbol melibatkan tiga unsur, yakni simbol itu sendiri, satu rujukan atau lebih, dan hubungan antara simbol dengan rujukan. Ketiga hal ini merupakan dasar bagi semua makna simbolik. (Spradley, 2006: 134)

Pada penelitian ini terlihat ketika proses dalam upacara adat Babarit, dimana terdapat aktivitas komunikasi baik komunikasi verbal dan non verbal, yang khas dan kompleks serta terdapat peristiwa-peristiwa khas komunikasi.

Dalam mendeskripsikan dan menganalisis aktivitas komunikasi, maka diperlukan sebuah unit-unit diskrit aktivitas komunikasi tersebut, seperti yang dikatakan oleh Hymes yaitu dengan mengetahui situasi komunikatif, peristiwa komunikatif, dan tindakan komunikatif.

Situasi komunikatif merupakan konteks terjadinya komunikasi, situasi komunikatif merupakan perluasan dari situasi tutur. Namun, situasi tutur tidaklah murni komunikatif, situasi ini bisa terdiri dari peristiwa komunikatif


(47)

maupun peristiwa yang bukan komunikatif. Situasi bahasa tidak dengan sendirinya terpengaruh oleh kaidah-kaidah berbicara, tetapi bisa diacu dengan menggunakan kaidah-kaidah berbicara itu sebagai konteks.

Peristiwa komunikatif merupakan merupakan unit dasar dari tujuan deskriptif. Sebuah peristiwa tertentu didefinisikan sebagai seluruh perangkat komponen yang utuh. Dimulai dari tujuan umum komunikasi, topik umum yang sama, partisipan yang sama, varietas bahasa umum yang sama, tone yang sama. Secara konseptual berdasarkan pra penelitian prosesi upacara adat Babarit di Desa Sagarahiang Kabupaten Kuningan.

Tindak komunikatif bisa diprediksi mencakup seruan, pujian, merendahkan diri, syukur, dan perintah. Berdasarkan pra penelitian dalam prosesi Babarit.

Dari pemaparan diatas dapat digambarkan tahapan-tahapan model penelitian, seperti gambar dibawah ini :


(48)

Gambar 2.1

Alur Kerangka Pemikiran

Sumber : Data Peneliti 2014

ETNOGRAFI KOMUNIKASI

Kajian Peranan bahasa, budaya, komunikasi dalam perilaku suatu masyarakat (Hymes

dalam Kuswarno 2008:22)

INTERAKSI SIMBOLIK

Pertukaran pesan yang menggunakan simbol yang memiliki makna-makana tertentu.

(Blumer dalam Kuswarno 2008:22)

AKTIVITAS KOMUNIKASI

Aktivitas khas yang komplek. (Hymes dalam Kuswarno 2008:41)

AKTIVITAS KOMUNIKASI UPACARA ADAT BABARIT SITUASI

KOMUNIKATIF

Konteks terjadinya komunikasi

PERISTIWA KOMUNIKATIF

Unit dasar untuk tujuan deskriptif / termasuk komponen komunikasi

TINDAK KOMUNIKATIF

Fungsi interaksi tunggal Upacara Adat Babarit


(1)

201  1997 – 2003 : SDN Sirnagalih Cimahi

 2003 – 2005 :Pesantren Persatuan Islam Tarogong Garut  2005 – 2006 : MTS Pasundan Cimahi

 2006 – 2009 : SMAN 3 CIMAHI

 2009 – sekarang : Universitas Komputer Indonesia (UNIKOM) Bandung

Kemampuan

 Kemampuan yang baik dalam menjalankan program - program komputer,Microsoft Office (Ms. Word, Ms. Excel, Ms. Power Point, Adobe Photoshop, Adobe Ilustrator, Adobe After Effects, Adobe Premiere).

 Kemampuan yang sangat Baik dalam Bidang Fotografi dan Videografi.

Pengalaman Bekerja

 Menjadi Editor serta menjadi Fotografer di Delapan Picture (2011)  Menjadi Editor serta menjadi Fotografer di Tequil Art and Design (2012)  Freelance Fotografer dan Videografer (2013-2014)


(2)

202

 2011 : Peserta Seminar “Islam dan Moralitas Pembangunan”

 2011 : Peserta Talkshow L.A Light Indimovie Bandung  2012 : Peserta Table Manner Course Hotel Golden Flower

 2012 : Peserta Study Tour “Mass Media Tahun Akademik 2012”

 2012 : Peserta Workshop “Sinematografi Communication”

 2013 : Talkshow Traveling Jalanesia

Hormat Saya,


(3)

v

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Puji serta syukur peneliti panjatkan kepada Dzat Illahi Robbi yang telah menganugerahkan setetes Ilmu-Nya yang Maha Luas tak terbatas kepada peneliti yang memiliki banyak kedangkalan akal, sehingga Alhamdulillah peneliti dapat menyelesaikan penelitian yang diberi judul “Aktivitas Komunikasi Upacara Adat Babarit (Studi Etnografi Komunikasi Mengenai Aktivitas Komunikasi Dalam Upacara Adat Babarit Di Desa Sagarahiang Kabupaten Kuningan Tahun 2014)”. Selesainya penelitian ini tidak terlepas dari bimbingan serta arahan dari dosen juga bantuan dari berbagai pihak untuk membantu peneliti dalam melakukan penyusunan penelitian. Dengan demikian, peneliti mengucapkan terima kasih kepada semua pihak terutama khususnya kepada keluarga besar terutama Ayah tercinta Tarsa Sutansyah dan Ibunda tercinta Reni Kurnaeni yang selalu bersedia bertukar pemikiran dengan peneliti serta memberikan kasih, Do’a dan dukungannya selama ini. Kakak peneliti Teguh Ikhsan dan Adik peneliti Rafi Syafiq Rabbani terima kasih atas selalu memberikan Do’a dan dukungan.


(4)

vi

Selain itu, peneliti juga ingin mengucapkan terima kasih :

1. Yth. Prof. Dr. Samugyo Ibnu Redjo, Drs., M.A selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Komputer Indonesia yang telah mengeluarkan izin penelitian ke lapangan.

2. Yth. Ibu Melly Maulin P, S.Sos., M.Si selaku Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Komputer Indonesia, yang telah memberikan pengesahan pada usulan penelitian ini sehingga dapat disidangkan.

3. Yth. Bapak Sangra Juliano p., M.Si., sebagai Sekretaris Program Studi Ilmu Komunikasi Unikom Bandung, yang telah memberikan ilmu kepada peneliti selama perkuliahan berlangsung.

4. Yth. Bapak Inggar Prayoga, M.Si., selaku Dosen Wali yang telah memberikan motivasi, semangat dan doa kepada peneliti.

5. Yth. Bapak Manap Solihat, M.Si, Selaku dosen pembimbing yang telah sabar dan memberikan motivasi serta dukungan dalam membimbing penelitian ini.

6. Yth. Astri Ikawati, A.Md.Kom. selaku Sekretariat Program Studi yang telah membantu dalam mengurus surat perizinan berkaitan dengan perkuliahan, serta penelitian yang peneliti laksanakan.

7. Yth. Ratna W, A.Md. Selaku sekretariat Dekan FISIP yang telah membantu dalam surat perizinan berkaitan dengan penelitian.

8. Staf Dosen Program Studi Ilmu Komunikasi, yang telah memberikan ilmu dan pengetahuannya kepada peneliti.


(5)

vii

9. Sekertariat Program Studi Ilmu Komunikasi, yang telah banyak membantu dalam mengurus surat perizinan yang berkaitan dengan perkuliahan dan penelitian ini.

10.Yth. Bapak Nana Awalihana selaku Kepala Desa Sagarahiang yang telah membantu peneliti selama berada tempat penelitian..

11.Yth. Kang Ukad selaku Sesepuh di upacara adat Babarit di Desa Sagarahiang Kabupaten Kuningan tang terlah membantu peneliti selama berada di tempat penelitian

12.Kepada masyarakat Desa Sagarahiang Kabupaten Kuningan yang telah bisa mengizinkan peneliti untuk melakukan penelitian di Desa Sagarahiang.

13.Teman-teman seperjuangan di IK dan IK Jurnalistik 2010, Lingga Arvian Nugroho, Mahmud Muhyidin, Luthfi Herfianto, Bagus, Oman, Dammar, dan teman lainnya, yang telah membantu peneliti dengan bertukar pikiran.

14. Untuk Tiefanny Meyriza, yang selelu membantu dan mendukung selama pengerjaan skripsi ini. Dan juga terima kasih untuk selelu memberi semangat selama penelitian.


(6)

viii

Akhir kata Peneliti berharap semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang memerlukannya. Untuk kesempurnaan penelitian ini maka kritik dan saran yang membangun senantiasa peneliti nantikan semoga Allah SWT membalas budi baik kepada kita semua serta melimpahkan segala karunia-Nya. Amin. Terimakasih.

Wassalaamu’alaikum Wr. Wb.

Bandung, Februari 2015


Dokumen yang terkait

Aktivitas Komunikasi Dalam Upacara Adat Ngarot Di Desa Lelea Kabupaten Indramayu (Studi Etnografi Komunikasi Upacara Adat Ngarot dalam Melestarikan Budaya Penanaman Padi di Desa Lelea Kabupaten Indaramayu)

0 13 1

Aktivitas Komunikasi Dalam Upacara Temanten Pada Pernikahan Adat Jawa Timur (Studi Etnografi Komunikasi mengenai Aktivitas Komunikasi Dalam Upacara Temanten Pada Pernikahan Adat Jawa Timur di Kecamatan Kedamean Kabupaten Gresik)

1 30 90

Aktivitas Komunikasi Dalam Upacara Adat Nujuh Bulanan Di Kota Bandung (Studi Etnografi Komunikasi Mengenai Aktivitas Komunikasi Dalam Upacara Adat Nujuh Bulanan Di Kota Bandung)

2 23 79

Aktivitas Komunikasi dalam Upacara Pernikahan Adat Batak Toba (Studi Etnografi Komunikasi Mengenai Aktivitas Komunikasi Dalam Upacara Pernikahan Adat Batak Toba di Kota Bandung)

5 44 112

Aktivitas Komunikasi Upacara Adat Labuh Saji (Studi Etnografi Komunikasi Mengenai Aktivitas Komunikasi Dalam Upacara Adat Labuh Saji di Pantai Pelabuhan Ratu Kabupaten Sukabumi)

3 27 88

Aktivitas Komunikasi Dalam Upacara Temanten Pada Pernikahan Adat Jawa Timur (Studi Etnografi Komunikasi mengenai Aktivitas Komunikasi Dalam Upacara Temanten Pada Pernikahan Adat Jawa Timur di Kecamatan Kedamean Kabupaten Gresik)

6 39 90

Aktivitas Komunikasi Upacara Adat Mapag Panganten di Kota Bandung (Studi Etnografi Komunikasi Mengenai Aktivitas Komunikasi Upacara Adat Mapag Panganten di Kota Bandung)

2 6 1

Aktivitas Komunikasi Dalam Upacara Adata Moponika (studi Etnografi Komunikasi Mengenai Aktivitas Komunikasi Dalam Upacara Adat Moponika Di KOta Gorontalo)

0 37 82

Aktivitas Komunikasi Upacara Adat Hari Raya Pagerwesi (studi Etnografi Komunikasi Mengenai Aktivitas Komunikasi Pada Upacara Adat Hari Raya Pagerwasi Di Desa Patemon Kecamatan Seririt Kabupaten Buleleng Provinsi Bali)

2 29 101

Aktivitas Komunikasi Dalam Upacara Adat Pernikahan Batak Karo (Studi Etnografi Komunikasi Mengenai Aktivitas Komunikasi Dalam Upacara Adat Pernikahan Batak Karo di Kota Bandung)

7 36 104