II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pupuk Urea dan Permasalahannya
Urea CONH
2 2
merupakan bentuk pupuk N dalam bentuk amida dan disebut juga karbamida, yang merupakan gabungan dari karbon dioksida dan
amida. Urea dapat langsung dimanfaatkan oleh tanaman, tetapi umumnya di dalam tanah urea akan diubah menjadi amonium dan nitrat melalui proses
amonifikasi dan nitrifikasi oleh bakteri tanah. Urea pertama kali dibuat oleh seorang ahli kimia Jerman yang bernama Wohler pada tahun 1828, sedangkan di
Indonesia urea pertama kali dibuat oleh PUSRI pada tahun 1961 Leiwakabessy dan Sutandi, 2004.
Urea padat dapat dihasilkan dengan cara memekatkan urea cair dalam ruang vakum kemudian dikeringkan melalui penyemprotan ke dalam sebuah menara
sehingga senyawa tersebut akan memadat dalam bentuk prilled yang berwarna putih. Urea yang berbentuk granul dihasilkan dari singletrain plant dengan
menggunakan kompresor sentrifugal Leiwakabessy dan Sutandi, 2004. Menurut Leiwakabessy dan Sutandi 2004, masalah yang sering dihadapi
dalam pemakaian urea adalah sifat higroskopis yang dimiliki oleh urea, sehingga dalam aplikasinya menyebabkan urea mudah larut dalam air dan menguap ke
udara. Untuk mengurangi sifat higroskopis tersebut produsen pupuk urea menggunakan bahan pelapis seperti lumpur diatome dan kondisioner internal
misalnya formaldehida yang menyebabkan urea lebih tahan dari proses pelarutan oleh air hujan atau embun.
2.2 Slow Release Fertilizer
Menurut Stanger 2009, slow release fertilizer adalah pupuk yang dapat mengontrol pelepasan unsur-unsur di dalamnya secara lambat atau bertahap.
Selain itu pupuk SRF juga memiliki ciri tidak mudah terbakar dan sukar larut dalam air. Menurut Stanger ; Kelly 2009, pupuk SRF dapat berupa organik dan
anorganik. Pupuk SRF organik adalah pupuk yang bahan utamanya berasal dari
bahan organik, sedangkan SRF anorganik adalah pupuk yang terselimuti oleh suatu bahan tertentu, sehingga membuat pupuk itu menjadi lambat tersedia.
Menurut Stanger 2009 ; Leiwakabessy dan Sutandi 2004, pembuatan pupuk SRF yang berbahan dasar unsur N sering dilakukan, karena kurang
efisiennya pupuk N ketika diaplikasikan di lapang. Menurut Leiwakabessy et al. 2003, kehilangan N di dalam tanah terjadi melalui pencucian, transport dalam
bentuk produksi tanaman, dan menguap ke udara dalam bentuk N
2
, dinitrogen oksida N
2
O, nitrogen oksida NO, dan gas amoniak NH
3
. Gas-gas tersebut terbentuk karena kegiatan mikrobiologi tanah dan reaksi-reaksi di dalam tanah,
tiga mekanisme yang menyebabkan kehilangan ini adalah denitrifikasi, reaksi nitrit dalam suasana aerobik, dan penguapan gas NH
3
dari pemupukan-
pemupukan tanah alkalis.
Menurut Leiwakabessy dan Sutandi 2004, untuk meningkatkan efektifitas pupuk urea yang merupakan salah satu sumber N di dalam tanah dapat dilakukan
melalui beberapa cara antara lain: 1 membuat pupuk lambat tersedia dengan cara: pembungkusan pupuk dengan pembungkus biasa maupun membran,
pencampuran pupuk dengan matriks pupuk, dan memperbesar ukuran pupuk 2 memberikan penghambat nitrifikasi atau penghambat urease seperti feniil
fosdorodiamida, disiandiamida, N-serve, dan terrazole. Menurut Leiwakabessy dan Sutandi 2004, contoh pupuk SRF yang
berbahan dasar urea antara lain urea formaldehida, crotonilidendiurea, isobitiliden diurea, tiourea, dan urea pirolizat.
2.3 Alternatif Bahan Pembuat Slow Release