2.4 Tanah Sawah
Tanah yang disawahkan berbeda secara morfologi dari tanah yang bukan disawahkan, walaupun berasal dari bahan induk yang sama. Namun sejauh mana
perbedaan itu sangat tergantung pada faktor lingkungannya, misalnya: kedalaman air tanah, drainase, dan beberapa faktor lainnya Situmorang dan Sudadi, 2001.
Menurut Situmorang dan Sudadi 2001, terjadinya perubahan sifat pada tanah sawah disebabkan oleh faktor: 1 agriculturan engineering pencetakan
sawah: cara pembuatan, ada tidaknya air, pengolahan, topografi, dan jenis tanah, 2 pengelolaan dan cara bersawah: pola tanam padi-padian, padi-palawija,
pengaruh irigasi, 3 soil amandement: pemupukan, pengolahan tanah pembajakan yang menyebabkan pemadatan di lapisan bawah, dan 4 cultivation
practice pembudidayaan: meratakan tanah dan pembuatan pematang, pembajakan, pelumpuran, penggenangan yang menyebabkan perubahan struktur
tanah. Menurut Dei dan Maeda 1973 dalam Situmorang dan Sudadi, 2001, sistem pengolahan mempengaruhi struktur tanah yang terbentuk di lapisan olah.
Berdasarkan faktor tersebut perubahan tanah sawah bisa bersifat sementara dan permanen, perubahan sementara dapat terjadi pada sifat fisik, morfologi, dan
kimia tanah. Proses-proses yang terjadi pada tanah sawah adalah gleisasi, eluviasi dan
iluviasi besi dan mangan, graysasi, pembentukan tapak bajak, pembentukan kutan penumpukan suatu bahan pada permukaan tertentu yang membentuk selaput,
akumulasi dan alterasi bahan organik, dan proses-proses lain yang menyebabkan diferensiasi profil tanah sawah Situmorang dan Sudadi, 2001.
Menurut Sanches 1976 dalam Situmorang dan Sudadi, 2001, profil tanah sawah terdiri atas 4 bagian yaitu lapisan air, lapisan oksidasi, lapisan yang
mengalami reduksi, dan subsoil yang bersifat oksidatif dan kadang-kadang reduktif. Perubahan sifat fisik tanah akibat penyawahan terjadi dalam kurun waktu
yang relatif lama. Daur pelumpuran dan pengeringan yang silih berganti dan berjalan intensif mengakibatkan terjadinya perubahan sifat fisik tanah, terutama
pada lapisan olah yang mengalami perubahan yang paling cepat. Tanah yang digunakan sebagai sawah dapat diolah kembali setelah mengalami pengeringan.
Sifat fisik tanah yang paling tampak mengalami perubahan adalah struktur tanah. Pada mulanya tanah mempunyai struktur gumpal akan menjadi tidak berstruktur
apabila tanah dilumpurkan. Menurut Prihar et al. 1985 dalam Situmorang dan Sudadi, 2001, tekstur
dan tipe mineral liat, struktur, kandungan bahan organik, dan kandungan sesquioksida menentukan pengaruh pelumpuran terhadap sifat-sifat fisik tanah.
Menurut Ghildyal 1978 dalam Situmorang dan Sudadi, 2001, selama proses pelumpuran, agregat yang lebih besar dihancurkan, ruang pori non kapiler dirusak,
dan pori mikro meningkat, sehingga konduktifitas hidrolik dan perkolasi air menurun. Menurut Sanches 1976 dalam Situmorang dan Sudadi, 2001, pada saat
pelumpuran bobot isi menurun, karena besarnya ruang yang terisi air. Tetapi, selanjutnya tanah tersebut meningkat bobot isinya selama masih digenangi karena
ada pengendapan liat secara lambat. Jika kering tanah tersebut akan menyusut dengan cepat dan bobot isi akan meningkat tinggi.
2.5 Dinamika Nitrogen pada Tanah Sawah