Rekapitulasi Biaya cost Usahatani Ubi Jalar pada petani kecil
Biaya dalam usahatani terdiri atas dua hal yaitu biaya tunai dan biaya diperhitungkan atau tidak tunai. Biaya tunai merupakan pengeluaran uang
tunai yang dikeluarkan secara langsung oleh petani. Biaya yang diperhitungkan merupakan pengeluaran petani berupa faktor produksi tanpa
mengeluarkan uang tunai. Tabel 16 Rekapitulasi biaya untuk 0.21 hektar tanaman ubi jalar pada petani kecil
di Desa Cikarawang
Macam Total
Tiap hektar Presentase
x Rp 1000 x Rp 1000
A. Biaya Tunai 1 Biaya Variabel
Bibit 225.00
2.64 Pupuk Kandang
2 209.00 25.87
Pupuk Urea 209.18
2.45 Pupuk cair
404.10 4.73
Pupuk Phonska 293.96
3.44 Pupuk NPK
19.02 0.22
Pestisida 1 557.76
18.25 TKLK
285.35 3.34
Total Biaya Variabel 5 203.37 25 096.62
60.94 b Biaya Tetap
Irigasi 123.11
1.44 Pajak Lahan
130.23 1.53
Total Biaya Tetap 253.33 1 221.86
2.97 c Biaya lain-lain
Transportasi 50.94
0.60 Komunikasi
14.55 0.17
Hutang Usaha 1 393.33
16.32
Total Biaya lain-lain 1 458.82
7 036.09 17.09
Total Biaya tunai 6 915.51
33 354.57 81.00
B. Biaya non-tunai
Pupuk Kandang 352.38
4.13 TKDK
94.61 1.11
Penyusutan 55.42
0.65 Sewa lahan
1 119.97 13.12
Total Biaya non-tunai 1 622.38 7 790.91
19.00 Total Biaya
8 537.91 41 145.50
100.00
Sumber: Data Sek under dan Primer yang di olah
Pada tabel rekapitulasi biaya pada petani kecil diketahui bahwa total biaya yang dikeluarkan petani kecil adalah sebesar Rp
8 537 912.49
dimana proporsi biaya total berasal dari biaya tunai sebesar Rp 6 915 513.16
dan biaya yang dipehitungkan atau biaya tidak tunai adalah sebesar Rp 1 622 382.15.
Hasil ini tidak berbeda jauh dengan penelitian sebelumnya mengenai usahatani ubi jalar oleh farah 2012 di lokasi yang sama yaitu Desa Cikarawang,
Kecamatan Dramaga. Total biaya yang dikeluarkan pada penelitian ini lebih besar daripada penelitian sebelum. Hal ini dikarenakan memang jumlah input yang
digunakan pada penelitian ini lebih banyak.
Pada komponen biaya tunai, biaya terbesar dikeluarkan petani kecil adalah biaya pupuk kandang dengan presentase sebesar 25.89 persen. Ini menunjukkan
bahwa petani masih lebih menyukai menggunakan pupuk organik daipada pupuk kimia. Pupuk organik yang digunakan berasar dari sisa umbi yang membusuk dan
dibiarkan di lahan serta kotoran hewan seperti kotoran kambing dan kerbau. Pupuk kandang merupakan pupuk dasar yang kandungannya dapat menggantikan
beberapa jenis pupuk kimia, maka dari itu petani kecil memperbanyak penggunaan pupuk kandangn. Petani menyadari bahwa penggunaan pupuk kimia
terlalu banyak menyebabkan kesuburan lahan yang dimiliki menjadi menurun dan lahan semakin keras dan sulit di olah. Kemudahan lahan untuk di olah akan
mempengaruhi pada biaya tenaga kerja.
Biaya pestisida memiliki presentasi yang besar dalam komponen biaya tunai petani sama halnya pada penelitian sebelumnya. Biaya pestisida muncul tegantung
pada intensitas serangan hama. Para petani dalam masa perawatan sering melakukan penyemprotan rata-rata 2-3 kali untuk satu jenis pestisida. Hal ini
menya babkan kemunculan biaya tunai pada pestisida yang proporsinya besar pada biaya produksi. Selain itu Biaya tenaga kerja luar keluarga pada petani kecil
memiliki presentasi yang cukup besar. Hampir setiap kegiatan seperti pengolahan lahan, penanaman, dan pembongkaran untuk diberi pupuk menggunakan jasa
TKLKTenaga Kerja Luar Keluarga atau buruh tani. Para pekerja biasanya di abyar langsung setelah selesai jenis pekerjaan. Untuk pekerja pria dibayar sekitar
Rp 75 000 - Rp 100 000 ditambah dengan natura berupa makanan dan rokok sedangkan pekerja wanita dibayar sekitar Rp 35 000
– Rp 45 000 tanpa natura. Pada komponen biaya diperhitungkan, persentase terbesar adalah biaya
lahan. Ini merupakan oportuniy cost jika lahannya disewakan kepada orang lain. Biaya terbesar berikutnya adalah Pupuk kandang dimana seabgian besar petani
kecil memiliki hewan ternak yang kotorannya dimanfaatkan untuk pupuk kandang. Proporsinya tidak terlalu cukup untuk kebutuhan lahan sehingga petani
kecil mengeluarkan biaya tunai yang di tunjukkan pada tabel di atas. Kemudian biaya tenaga kerja dalam keluarga memiliki proporsi yang cukup besar dalam
kegiatan budidaya. Proporsinya cukup kecil karena sebagian besar petani kecil telah menggunakan jasa buruh tani untuk mengerjakan lahan ubinya. Kemudian
pada komponen diperhitungkan juga muncul biaya penyusutan, karena petani memiliki alat-alat pertanian untuk menunjang oprasional budidaya. Dimana biaya
penyusutan dianggap sebagai pengeluaran. Komponen biaya penyusutan cukup kecil nilainya karena peralatan yang dimiliki petani hanya berupa peralatan
sederhana seperti cangkul, sabit, parang, garpu, dan gunting.
Analisis Pendapatan Usahatani Ubi Jalar pada Petani Kecil
Analisis Pendapatan
benefit bertujuan
untuk menghitung
seluruh pendapatan petani, dalam penelitian ini pendapatan yang dimaksud dari
melakukan mengusahakan ubi jalar adalah hasil kali antara harga jual yang diterima petani per kilogram dengan jumlah produksi yang dihasilkan dalam satu
musim. Pendapatan ubi jalar pada petani “gurem” diperoleh 2 dua kali musim per tahun. Seluruh pendapatan dihitung baik berupa peroduk yang dijual,
dikonsumsi rumah tangga petani atau digunakan dalam modal usahatani berikutnya misalnya untuk bibit. Pendapatan tanaman semusim diperoleh
dengan mengalikan output dengan harga jual setiap komoditi.
Penerimaan usahatani meliputi dua hal yaitu penerimaan tunai dan tidak tunai. Penerimaan tunai didapatkan dari hasil yang dijual sedangkan penerimaan
tidak tunai adalah hasil yang dikonsumsi sendiri oleh petani baik konsumsi untuk ternak, bibit, ataupun pangan. Penjumlahan antara penerimaan tunai dan tidak
tunai disebut penerimaan total usahatani. Penerimaan usahatani merupakan hasil kali antara harga jual yang diterima petani per kilogram dengan jumlah produksi
yang dihasilkan dalam satu musim.
Tabel 17 Pendapatan bersih untuk 0.21 hektar tanaman ubi jalar pada usahatani
petani kecil di Desa Cikarawang
Macam Total
Tiap hektar Presentase
x Rp 1000 x Rp 1000
Penerimaan A. Penerimaan Tunai
Penjualan Umbi dalam setahun a Musim Tanam pertama, 2 653.00 kg
4 894.79 52.12
b Musim Tanam kedua, 2 387.70 kg 4 405.31
46.91
Total penjualan Umbi a 9 300.09
99.03
Total Penerimaan tunai 9 300.09
44 855.75 99.03
B. Penerimaan non-tunai
Daun dan umbi untuk Konsumsi oleh RT
90.86 0.97
Total Penerimaan non-tunai 90.86
438.25 0.97
Total Penerimaan 9 390.95
45 293.99 100.00
Sumber: Data Sk under dan Primer yang di olah
Luas garap petani dengan luas 0.21 Ha rata-rata hasil produksi dalam satu tahun produksi pada musim tanam pertama adalah 2 653.00 kg sedangkan pada
musim tanam ke dua adalah sebesar 2 387.70 kg. Selisih hasil produksi pada lahan dialami rata-rata petani karena dipengaruhi oleh musim yang menyebabkan
kelangkaan sumber daya air pada musim kemarau dan intensitas serangan hama.
Penerimaan petani kecil dengan luas garap 0.21 Ha merupakan perolehan dari perkalian produksi ubi jalar dikali harga jual ubi jalar di tingkat petani. Harga
jual ditingkat petani sebesar Rp. 1 845kg, harga yang diterima oleh petani
tersebut merupakan rata-rata harga jual yang diterima oleh petani responden. Petani responden menjual hasil produknya tidak hanya ke satu tempat yang sama
melainkan ke tiga tempat yang berbeda yaitu poktan, tengkulak, dan pasar sehingga harga yang diterima pun bervariasi.
Sebagian Petani responden mengkonsumsi secara pribadi hasil produksinya yang untuk makanan sebagi camilan maupun sayuran baik untuk umbi maupun
daunnya, dan untuk makanan ternak. Besarnya nilai konsumsi pribadi adalah sebesar adalah Rp 90 863.21 tahun.
Penerimaan total petani dengan luas garap 0.21 Ha dalam satu tahun adalah sebesar Rp 9 390 954.71tahun atau Rp 22 427 873.39hamusim. Hasil ini
berbeda lebih kecil dari penelitian Farah 2012 di lokasi penelitian yang sama yaitu sebesar Rp 24 592 816hamusim. Hal ini memang dipengaruhi oleh hasil
poroduksi permusimnya.
Pendapatan total total revenue yang dihasilkan dari suatu usaha bisnis selama periode waktu tertentu adalah hasil perkalian dari harga jual per unit,
dengan banyaknya unit yang terjual. Pendapatan atas biaya tunai petani kecil dengan luas lahan 0,21 Ha adalah
sebesar Rp 2 384 578.34. Dan nilai pendapatan atas biaya total petani kecil dengan luas lahan 0,21 Ha adalah sebesar Rp. 769.262,95. Dengan demikian,
pendapatan uasahatani pada petani kecil masih memberi keuntungan pada petani.
Tabel 18 Pendapatan usahatani untuk 0,21 hektar tanaman ubi jalar pada petani kecil di Desa Cikarawang per Tahun
Macam Total
Tiap hektar
x Rp 1000 x Rp 1000
Penerimaan Penerimaan tunai
9 300.09 44 855.75
Penerimaan non-tunai diperhitunkan
90.86 438.25
Total Penerimaan 9 390.95
45 293.99 Biaya
A. Biaya Tunai