Percobaan induksi kalus pada antera jeruk Siam dengan menggunakan zat pengatur tumbuh 2,4-D memperlihatkan respon yang lebih lambat dibanding
dengan antera jeruk Keprok Batu 55. Pada antera jeruk Siam kalus terbentuk mulai minggu ke empat setelah tanam berkisar 1,6 pada media 3 mgl 2,4-D,
sedangkan pada antera jeruk Keprok Batu 55 kalus sudah terbentuk pada minggu kedua setelah tanam berkisar 9,9 dengan formulasi media MT + 3mgl BAP +
500 mgl ekstrak malt padat.
Gambar 12. Respon antera jeruk Siam: A. Membengkak, B. Mengkalus
4.3 Induksi Kalus pada Antera Jeruk Pamelo
Antera jeruk Pamelo mempunyai ukuran yang lebih panjang dibandingkan dengan ukuran antera jeruk keprok Batu 55 dan jeruk Siam. Antera jeruk Pamelo
yang telah diberikan zat pengatur tumbuh berupa kombinasi BAP dan NAA akan memberikan respon yang berbeda dengan antera jeruk keprok Batu 55 dan jeruk
Siam yang telah diberikan BAP dan 2.4-D. Benzyl Adenine BA merupakan zat pengatur tumbuh jenis sitokinin yang sudah banyak digunakan dalam kultur
jaringan. Mariska et al. 1987 menyatakan BAP merupakan zat pengatur tumbuh sintetik yang mempunyai daya rangsang yang lebih lama dan tidak mudah
dirombak oleh sistem enzim dalam tanaman.
B A
Tabel 6. Induksi Kalus pada Antera Jeruk Pamelo Umur Kultur Media 3mgl BAP
MST dan NAA mgl Respon Antera
membengkak berkalus ∑
2 MST 1
1.7 30,6 2
1,3 17,3 3
1,5 21,3 4 MST
1 2,4a 44,0
2 1,4b 26,7
3 1,7b 32,0
6 MST 1
3,0a 53,3 2
1,7b 34,7 3
1,6b 32,0 8 MST
1 3,4a 58,7
2,6 2
2,2b 42,7 3
2,1b 40,0 Keterangan:
Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada setiap umur yang diamati menunjukkan tidak berbeda nyata pada uju DMRT 5.
MST: Minggu Setelah Tanam
Berdasarkan hasil pengamatan Tabel 6 terlihat bahwa pemberian kombinasi 3 mgl BAP dan NAA tidak memberikan pengaruh pada peubah respon
antera membengkak pada pengamatan minggu ke 2 setelah tanam. Pengaruh baru terlihat pada pengamatan 4, 6, dan 8 minggu setelah tanam. Tingginya respon
antera yang membengkak pada penambahan 1 mgl NAA disebabkan karena pemberian 1mgl NAA dan 3 mgl BAP merupakan kombinasi zat pengatur
tumbuh yang diinginkan oleh antera jeruk pamelo dalam perkembangannya. Hal tersebut dapat dilihat dari tingginya respon antera jeruk Pamelo yang
membengkak sebanyak 57,7, kemudian antera berkembang menjadi kalus 2,6 Gambar 13. Berbeda dengan perlakuan kombinasi 3 mgl BAP dengan 2 dan 3
mgl NAA yang dianggap bukan merupakan konsentrasi zat pengatur tumbuh yang diinginkan oleh antera pamelo dalam perkembangannya.
Asam naftalena asetat NAA merupakan senyawa dari golongan auksin yang mampu menginduksi terjadinya pembengkakan sel dan elongasi pada
jaringan. Kalus mulai terbentuk pada minggu ke 8 pada media kombinasi 3 mgl BAP dengan 1 mgl NAA. Lamanya waktu yang dibutuhkan untuk membentuk
kalus diduga karena jeruk pamelo mempunyai dinding antera yang lebih tebal
mengakibatkan susahnya mikrospora untuk menyebabkan pecahnya dinding antera.
Penambahan BAP dan NAA secara kombinasi pada dasarnya telah berhasil dilakukan terhadap induksi kalus pada beberapa spesies tanaman.
Wulandari et al. 2004 menyatakan bahwa kombinasi 10 mgl NAA dan 10 mgl BAP mampu menginduksi kalus dengan bobot basah tertinggi 0,25 gram pada
tanaman jeruk manis sedangkan perlakuan kontrol tidak mampu menginduksi kalus. Hal tersebut berbeda dengan hasil penelitian pada antera jeruk Pamelo.
Antera jeruk Pamelo yang telah diberikan kombinasi 3 mgl BAP dan 1 mgl NAA memberikan respon paling baik dilihat dari jumlah antera yang
membengkak dan mengkalus. Namun kombinasi media tersebut tidak mampu menginduksi terbentuknya embrio secara langsung pada antera jeruk Pamelo.
Savaskan 1999 mengatakan bahwa media terbaik untuk menginduksi terbentuknya embrio tanaman Barley pada kultur antera terdiri dari kombinasi 2
mgl NAA dan 1 mgl BAP. Pemberian 1 mgl NAA merupakan media terbaik untuk menginduksi kalus embriogeni pada kultur antera jeruk Trovita Hidaka
1984.
Gambar 13. Respon antera pamelo: A. Mengkalus, B. Perbesaran dengan mikroskop
B A
5. Analisis kromosom