47
tidaklah sulit menghitung umur kerangka yang paling tua, yang kemudian dapat untuk membandingkan dengan kedatangan Ashmore ke Pulau Pasir pada 1811.
Berikut ini adalah isi dari kesepahaman pada tanggal 6 dan 7 November 1974, dimana wakil dari pemerintah Australia dan pemerintah dari Republik
Indonesia sudah menyetujui dan merekan pemahaman berikut :
1. Pemahaman ini akan berlaku bagidan meminta kepada nelayan tradisional
Indonesia dalam operasi di daerah penangkapan ikan yang eksklusif dan di atas landas kontinen yang bersebelahan kepada tanah daratan Australia dan
pulau lepas pantai. Pengertian “nelayan tradisional” adalah dimaksudberarti nelayan yang sudah secara turun- memurun mengambil ikan dan organisme
yang terdapat di dalam perairan Australia dengan metoda yang mana telah menjadi tradisi dari dekade ke dekade. Pengertian
“daerah penangkapan ikan eksklusif” Exclusive Fishing Zone adalah zona perairan yang diukur
sepanjang dua belas mil menuju ke laut mulai dari pangkal laut teritorial Australia.
2. Pemerintah Republik Indonesia memahami bahwa dalam hubungan dengan
memancing di dalam daerah penangkapan ikan Australia yang eksklusif dan Eksplorasi untuk pengambilan sumber daya alam yang berhubungan dengan
landas kontinen Australia, pada setiap kasus yang bersebelahan untuk: Ashmore Bat
u Karang Pulau Pasir Garis lintang 12º 15’ Selatan, Garis bujur 123º 03’ Timur, Pulau Cartier Garis lintang 12º 32’ Selatan, Garis
bujur 123º 33’ Timur, Scott Batu Karang Garis lintang 14º 03’ Selatan, Garis bujur 121º 41’ Timur, Seringapatam Batu Karang Pulau Datu Garis lintang
11º 37’ Selatan, Garis bujur 122º 03’ Timur, Pulau Tapis Garis lintang 14º
48
06’ Selatan, Garis bujur 123º 32’ Timur. Pemerintah Australia akan mematuhi aturan ini dan menahan diri untuk menerapkan hukumnya terkait
operasi perikanan terhadap nelayan tradisional Indonesia sesuai dengan keputusan bersama.
3. Pemerintah Republik Indonesia memahami bahwa, di dalam bagian area
seperti diuraikan di dalam paragraphayat 2, bahwa Pemerintah Australia diatur oleh hukum internasional untuk mengatur pemancingan untuk atau
pemanfaatan dan eksplorasi mengangkut sumber alam pada landas kontinen Australia oleh warga negara asing, Pemerintah Australia akan mengijinkan
operasi nelayan Indonesia tunduk kepada kondisi-kondisi berikut :
67
Operasi nelayan Indonesia dalam area sebagaimana tercantum pada ayatparagraph 2 menyangkut pemahaman akan terbatas pada nelayan
tradisional Indonesia. Daerah melabuhkan perahu nelayan tradisional Indonesia akan meliputi
Pulau Timur yang paling kecil yaitu pada Garis lintang 12º 15’ Selatan,
Garis bujur 123º 07’ Timur, dan Pulau Tengan yang sangat kecil Garis lintang 12º 15’ Selatan, Garis bujur 123º 03’ Timur di sekitar Batu
Karang Ashmore untuk kepentingan pencarian persediaan air bersih. Kapal tradisional nelayan Indonesia diperbolehkan berlabuh di dalam
kepulauan yang diuraikan pada paragraphayat 2 tetapi para orang di dalam kapal tersebut tidak boleh mendaratnaik ke daratan.
4. Pemerintah Republik Indonesia memahami tidak akan diizinkan untuk
mengambil Penyu dalam daerah penangkapan ikan Australian Eksklusif
67
“Jangan Sebut “Ashmore Reef” dan “Sebelah Utara Australia”, http:www.Geografiana.com, diakses pada tanggal 4 Juli 2014
49
Australian Fishing Zone. Trochus, tiram, keong hijau, sponsbunga-karang dan semua moluska tidak diperkenankan diambil dari dasar laut dari air
pasang menandai kepada tepi dari landas kontinen, kecuali dasar laut yang bersebelahan ke Pulau PasirAshmore dan Pulau Cartier Pulau Merumput
yang sangat kecil dan Batu Karang Scott dan Batu Karang Seringapatam. 5.
Pemerintah Republik Indonesia memahami bahwa setiap awak kapal yang berada di dalam wilayah perairan Australia baik itu melakukan pemancingan
atau pemanfaatan sumber daya alam harus tunduk pada peraturanhukum perairan Australia.
6. Pemerintah Australia memahami bahwa Pemerintah Republik Indonesia akan
menggunakan upaya terbaiknya untuk memberitahu semua nelayan Indonesia yang mungkin akan beroperasi di area yang bersebelahan ke Australia
berhubungan dengan perjanjian sebelumnya. 7.
Kedua pemerintah baik Australia dan Indonesia akan memudahkan pertukaran informasi mengenai aktivitas dari kapal nelayan tradisional Indonesia yang
beroperasi di bagian area barat dari Laut Timor. 8.
Pemerintah Republik Indonesia memahami bahwa pemerintah Australia sampai pada tanggal 28 Februari 1975 menahan diri dari penerapan
hukumnya, yang berkenaan dengan perikanan terhadap nelayan tradisional Indonesia di area yang bersangkutan dengan daerah penangkapan ikan dan
ZEE Australia. Nota Kesepahaman MOU tahun 1974 ini lebih dikenal dengan
“Memorandum of Understanding Between the Government of Australia and the Government of the Republic of Indonesia Regarding the Operation of Indonesian
50
Traditional Fishermen in Areas of the Australia Exclusive Fishing Zone and Continental Shelf” atau yang dikenal dengan istilah MOU BOX 1974, yang
mengatur tentang hak dan kewajiban nelayan tradisional, ketentuan penangkapan ikan, dan ketentuan lainnya di gugusan Pulau Pasir. Nota kesepahaman ini juga
dibuat karena pentingnya penuntasan masalah pelanggaran kedaulatan yang dilakukan oleh nelayan-nelayan tradisional Indonesia ini mendorong pemerintah
Indonesia dan pemerintah Australia untuk duduk bersama dalam mengatur kegiatan nelayan tradisional Indonesia yang beroperasi di wilayah perairan
Australia. Kemudian ditinjau kembali pengaturan tersebut bertujuan agar dapat menjamin kelangsungan hak-hak perikanan tradisional traditional fishing right
di satu sisi dan dapat melindungi kepentingan-kepentingan Australia di sisi lain.
2. Perjanjian tentang Petunjuk Teknis bagi Implementasi MOU 1974