Hubungan Arsitektur dengan Perilaku

2.1.1 Pola aktifitas Setiap aktifitas individu adalah suatu pola dari sistem aktifitasnya secara keseluruhan. Sistem aktifitasnya merupakan suatu aliran aktifitas selama suatu periode waktu yang spesifik Chapin dan Brail, 1969. Klasifikasi Chapin-Brail 1969 adalah suatu konsep yang memiliki nilai karena mereka membedakan 3 dasar dari pengaruh perilaku manusia. 1. Tingkatan dari interaksi Aktifitas dikategorikan menurut dari individu itu beraktifitas. Apakah sendiri, dengan kelompok keluarga, ataupun dengan orang lain. 2. Lokasi Lokasi dari suatu aktifitas itu berada sangat menentukan dari subjek yang akan diamati aktifitasnya. 3. Kewajiban dan kebebasan untuk menentukan Setiap individu dimungkinkan untuk melakukan berbagai aktifitas. Ada yang dilakukan menurut keinginannya. Namun ada pula yang merupakan suatu kewajiban karena keadaan.

2.2 Hubungan Arsitektur dengan Perilaku

Menurut Stokols 1976 bahwa empat pandangan mengenai pengaruh desain arsitektur dengan perilaku manusia sebagai pengguna: 1. Pendekatan Kehendak Bebas Free-will Approach Lingkungan tidak memiliki dampak apapun terhadap perilaku Universitas Sumatera Utara 2. Determinisme Arsitektur Architectural Determinism Lingkungan yang dibangun membentuk perilaku manusia di dalamnya 3. Kemungkinan Lingkungan Environmental Possibilism Lingkungan sebagai wadah dimana perilaku akan muncul 4. Probabilisme Lingkungan Environmental Possibilism Organisme dapat dapat memilih variasi respon pada berbagai situasi lingkungan, dan pada saat itu muncul pula probabilitas yang berkaitan dengan contoh-contoh kasus desain. Menurut Barker 1968: “Seting perilaku sebagai konsep kunci bagi analisis manusia dalam Arsitektur” Seting perilaku sebagai dasar analisis interaksi lingkungan-perilaku: 1. Pola perilaku tetap atau tipe perilaku yang berulang kali 2. Aturan-aturan dan tujuan-tujuan sosial sebagai norma-norma yang berlaku 3. Ciri-ciri fisik kritis dari seting = unsur dan lingkungan fisik tidak terpisahkan dengan perilaku 4. Tempat waktu, kerangka waktu dimana perilaku terjadi. Tiga pendekatan kelompok pemakai: 1. Berdasarkan Perkembangan manusia 2. Berdasarkan kelompok aktifitas tertentu 3. Berdasarkan kelompok dengan karakteristik tertentu Universitas Sumatera Utara 1. Perkembangan manusia Berhubungan dengan perkembangan manusia dari lahir sampai usia lanjut. Tahap perkembangan manusia: Pranatal – bayi – kanak-kanak awal – kanak-kanak – pubertas -remaja - dewasa awal - dewasa madya - usia lanjut 2. Kelompok pemakai berdasarkan aktifitas Berkaitan dengan latarseting 1. Pendidikan 2. Perkantoran 3. Perumahan Berdasarkan tingkat sosial tertentu, gaya hidup rumah susun, rumah kopel, apartemen. 4. Kelompok pemakai berdasarkan karakteristik tertentu Berkaitan dengan karakter tertentu budaya,etnis, cacat fisik, kelas sosial, agama. Untuk menentukan suatu seting perilaku yang akan diamati dapat diambil data-data informasi yang dapat dikategorikan ke dalam: 1. Manusiapengguna Data yang dapat diambil adalah siapa yang beraktifitas dan mengapa, siapa yang menentukan seting perilaku di area pengamatan. Universitas Sumatera Utara 2. Besarnya karakteristik Berapa orangjam yang berada disini, berapa besar ruangan yang dibutuhkan, berapa sering dan untuk berapa lama seting itu dipergunakan. 3. Objek Perilaku Tipe seperti apa dan berapa banyak perilaku yang terjadi, bagaimana kemungkinan-kemungkinan stimulasi, respon, dan adaptasi yang mungkin terjadi. 4. Pola Aktifitas Aktifitas apa yang terjadi disana, seberapa unik dan berulang hal-hal yang dilakukan pemakai. Kesimpulannya adalah pentingnya mengetahui seting perilaku dan kelompok pemakai di dalam mengalisa perilaku eksisting lingkungan binaan yang akan dirancang.

2.3 Mengumpulkan dan menggunakan informasi Perilaku