BAB 16 tata cara pengisian spt tahunan wajib pajak badan

(1)

BAB 16

TATA CARA PENGISIAN SPT TAHUNAN WAJIB

PAJAK BADAN.

DASAR HUKUM.

1. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2000 tentang Perubahan Ketiga Atas Undang-undang Nomor 7 Tahun 1993

tentang Pajak Penghasilan.

2. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1994 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 7 Tahun 1991.

3. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1991 tentang Perubahan Atas Undang-undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan.

4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan.

5. Keputusan Dirjen Pajak Nomor: KEP-141/PJ/2004 tentang Surat

Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Badan, Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Orang

Pribadi, Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Pasal 21 Tahun 2004 Beserta Petunjuk Pengisiannya.

PENGERTIAN SURAT PEMBERITAHUAN (SPT).

Surat Pemberitahuan (SPT) adalah surat yang digunakan oleh Wajib Pajak untuk melaporkan perhitungan dan pembayaran pajak yang terutang menurut ketentuan Undang-Undang perpajakan. Setiap Wajib Pajak wajib mengisi Surat Pemberitahuan dalam Bahasa Indonesia dengan

menggunakan Huruf Latin, angk Arab, satuan mata uang Rupia, dan menandatangani serta menyampaikan ke Kantor Direktorat Jendral Pajak tempat Wajib Pajak terdaftar dan dikukuhkan.

Bagi Wajib Pajak yang telah mendapatkan ijin Menteri Keuangan untuk menyelenggarkan pembukuan dengan menggunakan Bahasa Asing dan mata uang Rupiah, maka wajib menyampaikan Surat Pemberitahuan dalam Bahasa Indonesia dan mata uang selain Rupiah yang diijinkan, yang pelaksaannya diatur dengan Keputusan Menteri Keuangan. Surat Pemberitahuan ini harus diambil sendiri oleh Wajib Pajak ke Kantor Direktorat Jendral Pajak.

Berdasarkan ketentuan Undang-undang Nomor 6 tahun 1983 tentang Keadaan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana diubah terakhir dengan Undang-undang Nomor 16 Tahun 2000 (UU KUP), hal-hal yang perlu diperhatikan Wajib Pajak adalah sebagai berikut:


(2)

1. Setiap Wajib Pajak wajib mengisi dan menyampaikan SPT Tahunan dengan benar, lengkap, dan jelas dan menandatanganinya.

2. SPT Tahunan ditandatangani oleh petugas, direksi, atau orang-orang yang diberi kuasa untuk menandatangani sepanjang dilampiri

dengan surat kuasa Khusus.

3. SPT Tahunan dianggap tidak disampaikan apabila tidak

ditandatangani atau tidak sepenuhnya dilampiri keterangan dan atau dokumen sebagaimana ditetapkan dalam Keputusan Menteri Keuangan Nomor: 534/KMK.04/2000 dan Keputusan Direktorat Jendral Pajak Nomor: KEP-214/PJ/2001.

4. Wajib Pajak harus mengambil sendiri formulir SPT Tahunan dan menyampaikannya paling lambat 3 (tiga) bulan setelah akhir Tahun Pajak.

5. Penyampaian SPT Tahunan dapat dilakukan melalui Kantor Pos secara tercatat atau melalui perusahaan jasa ekspedisi atau jasa kurir yang ditunjuk oleh Direktorat Jendral Pajak sebagaimana diatur dalam keputusan Direktorat Jendral Pajak Nomor: KEP-518/PJ/2001. 6. Kekurangan pembayaran pajak yang terutang berdasarkan SPT

Tahunan harus dibayar lunas paling lambat tanggal 25 (dua puluh lima) bulan ketiga setelah tahun pajak berakhir. Apabila

pembayaran dilakukan setelah tanggal jatuh tempo dikenakan sanksi administrasi berupa bungan sebesar 2% (dua persen) sebulan yang dihitung dari saat jatuh tempo pembayaran sampai dengan tanggal pembayaran dan bagian dari bulan dihitung penuh 1 (satu) bulan.

7. Wajib Pajak wajib membayar atau menyetor pajak yang terutang ke Kas Negara melalui Kantor Pos dan Giro atau bank yang ditunjuk oleh Direktur Jendral Anggaran untuk menerima pembayaran pajak (Bank Persepsi).

8. Direktur Jendral Pajak atas permohonan Wajib Pajak dapat memberikan persetujuan untuk mengangsur atau menunda

pembayaran pajak termasuk kekurangan pembayaran pajak yang terutang pada SPT Tahunan (PPh Pasal 29) paling lama 12 (dua belas) bulan. Berdasarkan Keputusan Direktur Jendral Pajak Nomor : KEP-325/PJ/2001, permohonan harus diajukan secara tertulis kepada Kepala Kantor Pelayanan Pajak (KPP) tempat Wajib Pajak terdaftar dengan menggunakan formulir tertentu lampiran Keputusan Direktur Jendral Pajak.

9. Direktur Jendral Pajak atas permohonan Wajib Pajak dapat

memperpanjang jangka waktu penyampaian SPT Tahunan paling lama 6 (enam) bulan. Permohonan harus secara tertulis disertai Surat Pernyataan mengenai perhitungan smentara besarnya pajak terutang dalam 1 (satu) tahun pajak dan bukti pelunasan

kekurangan pembayaran pajak menurut perhitungan sementara tersebut. Jika SPT Tahunan tidak disampaikan dalam jangka waktu


(3)

yang ditetapkan atau dalam batas waktu perpanjangan

penyampaian SPT Tahunan, dikenakan sanksi administrasi berupa denda sebesar Rp100.000,00 (seratus ribu rupiah).

10. Setiap orang yang karena kealpannya tidak menyampaikan SPT Tahunan atau menyampaikan SPT Tahunan tetapi isinya tidak benar dan atau tidak lengkap, atau melampirkan keterangan yang isinya tidak benar, sehingga dapat menimbulkan kerugian pada Negara, dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun dan atau denda paling tinggi 2 (dua) kali jumlah pajak terutang yang atau kurang bayar. Setiap orang yang dengan

sengaja tidak menyampaikan SPT Tahunan atau menyampaikan SPT Tahunan dan atau kekurangan yang isinya tidak benar atau tidak lengkap sehingga menimbulkan kerugian pada Negara, dipidana dengan pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling tinggi 4 (empat) kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang bayar.

PETUNJUK PENGISIAN FORMULIR.

Formulir SPT Tahunan terdiri dari 1 (satu) Induk SPT Tahunan, 6 (enam) lampiran SPT Tahunan, dan lampiran-lampiran khusus SPT Tahunan. Formulir-formulir tersebut dirinci sebagai berikut:

INDUK SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN

(FORMULIR 1771 DAN FORMULIR 1771/$)

Formulir Induk SPT diisi setelah semua lampiran SPT Tahunan diisi dan dihitung. Informasi awal Induk SPT adalah identitas perusahaan (Wajib Pajak), sedangkan bagian berikutnya terdiri dari 7 (tujuh) bagian. Identitas Wajib Pajak berisi informasi mengenai;

 Nama, Alamat, dan NPWP Wajib Pajak.  Jenis Usaha Wajib Pajak.

 Penyajian Laporan Keuangan.

 Akuntan Publik yang Digunakan oleh Wajib Pajak.  Konsultan Pajak yang digunakan oleh Wajib Pajak. Bagian-bagian dalam Induk SPT Tahunan adalah:

A. Penghasilan Kena Pajak, tediri dari:

1. Penghasilan Neto Fiskal dengan informasi mengenai penghasilan neto fiskal yang diambil dari formulir 1771-1 (Lampiran I) Nomor 6 kolom 3.

2. Kompensasi kerugian yang masih terdapat kerugian

perusahaan yang masih dapat dikompensasikan, informasi diambil dari lampiran khusus 2A.

3. Penghasilan Kena Pajak dihitung dari (1-2). B. Pajak Penghasilan Terutang:


(4)

4. PPh terutang dihitung dengan menggunakan tarif PPh Pasal 17 UU PPh.

5. Pengembalian/pengurangan kredit pajak Luar Negeri (PPh Pasal 24) yang telah diperhitungkan tahun lalu.

6. Jumlah PPh terutang dihitung dai PPh terutang dikurangi Pengembalian/Pengurangan Kredit Pajak Luar Negeri (4-5). C. Kredit Pajak:

7. PPh Ditanggung Pemerintah diisi jika perusahaan memperoleh fasilitas PPh ditanggung pemerintah atas penghasilan dari penghasilan jasa konstruksi, jasa konsultan, dan atau jasa pemasok dalam rangka proyek Pemerintah yang dananya seluruhnya atau sebagian dibiayai dengan hibah dan atau pinjaman luar negeri (diisi sejumlah PPh yang bersifat final). Rumus yang digunakan:

Dana Pinjaman Luar Negeri atau Hibah / Total Biaya Proyek X PPh Terutang.

8. Terdiri dari:

A. Kredit Pajak Dalam Negeri diisi dari formulir 1771-III yaitu jumlah PPh Pasal 22 dan 23 yang sudah dipotong/dipungut. B. Kredit Pajak Luar Negeri diisi dari Lampiran Khusus 7A

(perhitungan PPh Pasal 24 yang dapat dikreditkan/KPLN) 9. Memberi tanda “X” pada kotak yang sesuai dengan kondisi

perhitungan diatasnya.

10. Huruf a diisi dengan jumlah PPh Pasal 25 yang dibayar sendiri.

Huruf b diisi dengan Pokok Pajak pada STP PPh Pasal 25. Huruf c diisi sebesar jumlah fiskal Luar Negeri pegawai

perusahaan yang ditanggung oleh perusahaan dalam rangka perjalanan luar negeri untuk kepentingan perusahaan dan sepanjang tidak dibebankan sebagai biaya perusahaan. Huruf d diisi sebesar jumlah PPh atas penghasilan dari pengalihan tanah dan bangunan bagi perusahaan selain pengembangan/real estate dan yayasan atau organisasi sejenisnya, yang dilaporkan dalam Formulir 1771-I Angka 1 Huruf e.

D. PPh Kurang/Lebih Bayar:

Memberi tanda “X” dalam salah satu kotak yang tersedia sesuai dengan hasil pengurangan jumlah angka 9 dengan jumlah pada angka 10.

Tanggal diisi tanggal pembayaran PPh Pasal 29. E. Permohonan:

Memberi tanda “X” pada kotak yang sesuai dengan permohonan. F. Angsuran PPh Pasal 25 Tahun Berjalan:

a) Penghasilan yang menjadi dasar perhitungan angsuran diisi sebesar penghasilan neto fiskal.

b) Kompensasi kerugian diisi sebesar kerugian yang masih dapat dikompensasikan.


(5)

c) Penghasilan Kena Pajak diisi sebesar hasil pengurangan dari a-b.

d) PPh yang terutang dihitung dari tarif PPh Pasal 17 X Penghasilan Kena Pajak.

e) Kredit pajak tahun pajak yang lalu atas penghasilan yang termasuk huruf a yang dipotong/dipungut pihak lain. f) PPh yang harus dibayar sendiri diisi sebesar hasil

pengurangan d dan e.

g) PPh Pasal 25 dihitung dari 1/12 X f.

G. PPh Final dan Penghasilan yang Tidak Termasuk Objek Pajak:

a) PPh Final diisi sesuai dengan jumlah PPh terutang atas penghasilan yang dikenakan PPh Final dari formulir 1771-IV jumlah kolom 5.

b) Penghasilan yang tidak termasuk Objek Pajak diisi dari jumlah penghasilan bruto yang tidak termasuk objek pajak dari

formulir 1771-IV Bagian B jumlah Kolom 3. H. Lampran-lampiran:

a) Surat Setoran Pajak (SSP) lembar ke-3 PPh Pasal 29, wajib dilampirkan kecuali Wajib Pajak yang Nihil.

b) Laporan keuangan lengkap.

c) Daftar penyusutan dan amortisasi fiskal. d) Perhitungan kompensasi kerugian fiskal.

e) Pernyataan transaksi dalam hubungan istimewa. f) Daftar fasilitas penanaman modal.

g) Daftar cabang utama perusahaan.

h) Surat Setoran Pajak (SSP) lembar ke-3 PPh Pasal 26 Ayat (4). i) Perhitungan PPh Pasal 26 ayat (4).

j) Kredit Pajak Luar Negeri. k) Surat Kuasa Khusus. I. Pernyataan:

Diisi lengkap yaitu tempat dan tanggal pengisian SPT Tahunan serta Nama Lengkap, NPWP, dan tanda tangan pengurus perusahaan yang berwenang.

LAMPIRAN (FORMULIR 1771-I DAN FORMULIR 1771-I/$)

1. PERHITUNGAN NETO KOMERSIAL DALAM NEGERI.

Penghasilan neto komersial dalam negeri adalah penghasilan neto menurut Standar Akuntansi Keuangan (SAK) Indonesia yakni semua penghasilan yang diterima dan atau diperoleh dari kegiatan usaha dan dari luar usaha di Indonesia, termasuk penghasilan yang

dikenakan PPh Final dan yang tidak termasuk Objek Pajak, dikurangi dengan pengeluaran/biaya-biaya dalam rangka kegiatan untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan sesuai dengan sistem dan metode akuntansi komersial Indonesia yang dianut secara taat asas seperti yang tercermin dalam laporan


(6)

keuangan komersial, sebelum dilakukan penyesuaian-penyesuaian fiskal berdasarkan UU PPh dan peraturan pelaksanaannya. Pada bagian perhitungan Pneghasilan Neto Komersial Dalam Negeri ada 7 (tujuh) poin yaitu a, b, c, d, e, f, dan g, rincian keterangan dari msing-masing poin sebagai berikut:

a) Peredaran Usaha diisi dengan jumlah penerimaan/perolehan bruto dan kegiatan usaha di Indonesia.

b) Harga Pokok Penjualan diisi dengan biaya-biaya yang

merupakan unsur harga pokok penjualan (HPP) bagi kegiatan usaha Wajib Pajak.

c) Biaya Usaha Lainnya diisi dengan biaya-biaya usaha yang tidak termasuk ke dalam kelompok harga pokok penjualan. d) Penghasilan Neto dari Luar Usaha diperoleh dari Peredaran

Usaha dikurangi Harga Pokok Penjualan (HPP) dikurangi Biaya Usaha Lainnya (a-b-c).

e) Penghasilan dari Luar Usaha diisi dengan jumlah penghasilan bruto dari luar usaha yang diterima dan atau diperoleh dari luar kegiatan usaha utama perusahaan, seperti: penghasilan dari penyertaan modal di Indonsia penghasilan dari

penjualan/pengalihan /pesewaan harta, serta penghasilan lainnya yang bukan merupakan penghsilan dari kegiatan usaha dan tidak ada kaitannya dengan kegiatan usaha.

f) Biaya dari Luar Usaha diisi dengan biaya-biaya langsung fiskal yang terkait dengan penghasilan dari luar usaha.

g) Penghasilan Neto dari Luar usaha dihitung dari penghsilan dari luar usaha dikurangi biaya dari luar usaha (e-f).

PENGHASILAN NETO KOMERSIAL LUAR NEGERI.

Diisi dengan penghasilan neto yang diterima atau diperoleh di luar negeri sesuai dengan lampiran khusus 7A kolom (4) ‘Jumlah Neto’.

JUMLAH PENGHASILAN NETO KOMERSIAL

Diisi dengan jumlah penghasilan neto komersial dalam negeri dan Luar Negeri.

2. PENGHASILAN YANG DIKENAKAN PAJAK, OENGHASILAN FINAL DAN TIDAK TERMASUK OBJEK PAJAK.

Jumlah penghasilan neto fiskal yang dikenakan Pajak Penghasilan berdasarkan ketentuan umum, penghasilan dari sumber di

Indonesia yang dikenakan PPh final dan yang tidak termasuk sebagai Objek Pajak harus dikeluarkan kembali, sehingga dengan pengurangan penghasilan tersebut pada jumlah penghasilan neto fiskalnya.


(7)

Penyesuaian fiskal positif adalah penyesuaian terhadap penghasilan neto komersial (diluar unsur penghasilan yang dikenakan PPh final dan yang tidak termasuk Objek Pajak) dalam rangka menghitung Penghasilan Kena Pajak berdasarkan UU PPh beserta peraturan pelaksanaannya, yang besifat menambah penghasilan dan atau mengurangi biaya-biaya komersial.

4. PENYESUAIAN FISKAL NEGATIF.

Penyesuaian fiskal negatif adalah penyesuaian terhadap penghasilan neto komersial (diluar unsur penghasilan yang

dikenakan PPh dan yang tidak termasuk Objek Pajak) dalam rangka menghitung Penghasilan Kena Pajak berdasarkan UU PPh beserta peraturan pelaksanaannya yang bersifat menambah dan atau mengurangi biaya-biaya komersial.

5. FASILITAS PENANAMAN MODAL BERUPA PENGURANGAN PENGHASILAN NETO.

Diisi dengan jumlah fasilitas penanaman modal berupa pengurang penghasilan neto yang telah ditetapkan oleh pejabat yang

berwenang sebagaimana terdaat dalam daftar fasilitas penanaman modal.

6. PENGHASILAN NETO FISKAL.

Diisi dengan angka pada perhitungan sebelumnya (lihat rumus dalam formulir)

LAMPIRAN II (FORMULIR 1771-II DAN FORMULIR 1771-II/$)

PERINCIAN HARGA POKOK PENJUALAN, BIAYA USAHA LAINNYA

DAN BIAYA DARI LUAR USAHA.

Diisi dengan perincian Harga Pokok Penjualan (HPP), Biaya Usaha Lainnya dan Biaya Dari Luar Usaha sesuai dengan Lampiran 1771-1 angka 1 huruf b, c, dan f.

Harga Pokok Penjualan (HPP) diisi dengan biaya-biaya yang terkait dengan HPP, antara lain: Pembelian bersih bahan atau barang dagangan,

persediaan awal barang dagangan, dan persediaan akhir barang dagangan.

Biaya Usaha Lainnya diisi dengan informasi biaya yang bukan unsur Harga Pokok Penjualan (HPP), seperti: Biaya administrasi, penjualan, dan

pemasaran.

Biaya di luar usaha diisi dengan informasi yang terkait dengan

penghasilan dari luar usaha, seperti: pendapatan bunga bank, pendapatan sewa, dan biaya bunga.


(8)

LAMPIRAN III (FORMULIR 1771-III DAN FORMULIR 1771-III/$)

KREDIT PAJAK DALAM NEGERI.

Formulir ini diisi dengn rincian bukti pungut PPh Pasal 22 dan bukti potong PPh Pasal23 yang telah dibayar melalui pemungutan/pemotongan pajak oleh pihak lain, atas penghasilan yang dikenakan Pajak Penghasilan tidak bersifat final yang diterima/diperoleh dan dilaporkan dalam SPT Tahunan pajak ini.

LAMPIRAN IV (FORMULI 1771-IV DAN FORMULIR 1771-IV/$)

PPH FINAL.

PENGHASILAN YANG TIDAK TERMASUK OBJEK PAJAK.

Formulir ini diisi dengan informasi mengenai penghasilan-penghasilan tertentu yng dikenakan PPh final baik melalui pemotongan pihak lain atau dengan menyetor sendiri serta penghasilan-penghasilan tertentu yang tidak termasuk sebagai Objek Pajak yang diterima atau diperoleh dalam tahun pajak ini, sesuai dengan jumlah bruto atau nilai transaksinya Wajib Pajak wajib memperlihatkan serta membuat daftar rincian bukti-bukti pemotongan/pembayaran pajaknya apabila diminta untuk keperluan pemeriksaan kewajiban pajak.

LAMPIRAN V (FORMULI 1771-V DAN FORMULIR 1771-V/$)

DAFTAR PEMEGANG SAHAM/PEMILIK MODAL DAN JUMLAH

DEVIDEN YANG DIBAGIKAN.

DAFTAR SUSUNAN PENGURUS DAN KOMISAIS.

Formulir ini terdiri dari 2 (dua) bagian yaitu bagian A dan B. Formulir

bagian A diisi dengan daftar nama-nama pemegang saham atau penyetor modal-modal yang disertai dengan alamat lengkap, NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak), dan jumlah modal disetor. Terdiri dari 6 (enam) kolom.

Sedangkan bagian B diisi dengan nama dan alamat lengkap pengurus dan Komisaris disertai dengan kartu identitas, NPWP, dan keterangan lain sehubungan dengan kepengurusan perusahaan.

LAMPIRAN VI (FORMULI 1771-VI DAN FORMULIR 1771-VI/$)

DAFTAR PENYERTAAN MODAL PADA PERUSAHAAN AFILIASI.

DAFTAR PINJAMAN DARI (KEPADA PEMEGANG SAHAM DAN

ATAU PERUSAHAAN AFILASI).

Formulir ini diisi dengang angka saldo akhir tahun berdasarkan laporan keuangan komersial yang dilampirkan pada SPT Tahunan. Penyertaan modal yang dicantumkan adalah penyertaan modal yang memenuhi kriteria hubungan istimewa baik langsung maupun tidak langsung.


(9)

Pinjaman yang dicantumkan adalah pinjaman dari/kepada pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa baik langsung maupun tidak langsung.

Wajib Pajak yang tidak mempunyai penyertaan modal atau penyertaan modalnya tidak memenuhi kriteria hubungan istimewa, demikian pula Wajib Pajak yang tidak mmpunyai pinjaman dari/kepada pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa, maka cukup dengan mengisi daftar dengan penyertaan “tidak ada”.

ISIAN SPT TAHUNAN.

Formulir-formulir SPT Tahunan terdiri dari 7 (tujuh) formulir yaitu: 1. Induk SPT atau Formulir 1771, formulir yang berisi data lengkap

Wajib Pajak, jenis usaha, jumlah penghasilan, dan perhitungan pajak penghasilan.

2. Lampiran I atau Formulir 1771-I, formulir yang berisi jumlah penghasilan neto fiskal.

3. Lampiran II atau Formulir 1771-II, formulir yang berisi perincian harga pokok penjualan, biaya usaha lainnya, dan biaya dari luar usaha.

4. Lampiran III atau Formulir 1771-III, formulir yang berisi perhitungan kredit pajak dalam negeri.

5. Lampiran IV atau Formulir 1771-IV, formulir yang berisi PPh Final dan penghasilan yang tidak termasuk objek pajak.

6. Lampiran V atau Formulir 1771-V, formulir yang berisi daftar

susunan pemegang saham/pemilik modal dan jumlah deviden yang dibagikan dan daftar susunan pengurus dan komisaris.

7. Lampiran VI atau Formulir 1771-VI, formulir yang berisi daftar penyertaan modal pada perusahaan afiliasi dan daftar pinjaman dari/kepada pemegang saham dan atau perusahaan afiliasi. 8. Lampiran Khusus SPT Tahunan ada beberapa yaitu:

 Surat Setoran Pajak lembar ke – 3 (PPh Pasal 29).  Laporan keuangan lengkap.

 Daftar penyusutan dan amortisasi fiskal.

 Perhitungan kompensasi kerugian.

 Pernyataan transaksi dalam hubungan istimewa.

 Daftar fasilitas penanaman modal.

 Daftar cabang utama perusahaan.

 Surat Setoran Pajak lembar ke – 3 (PPh Pasal 26).

 Perhitungan PPh Pasal 26.

 Kredit pajak luar negeri.

Surat Kuasa Khusus, untuk kontraktor Production Sharing (migas) wajib melaporkan Pertamina Quaterly Report.


(1)

4. PPh terutang dihitung dengan menggunakan tarif PPh Pasal 17 UU PPh.

5. Pengembalian/pengurangan kredit pajak Luar Negeri (PPh Pasal 24) yang telah diperhitungkan tahun lalu.

6. Jumlah PPh terutang dihitung dai PPh terutang dikurangi Pengembalian/Pengurangan Kredit Pajak Luar Negeri (4-5).

C. Kredit Pajak:

7. PPh Ditanggung Pemerintah diisi jika perusahaan memperoleh fasilitas PPh ditanggung pemerintah atas penghasilan dari penghasilan jasa konstruksi, jasa konsultan, dan atau jasa pemasok dalam rangka proyek Pemerintah yang dananya seluruhnya atau sebagian dibiayai dengan hibah dan atau pinjaman luar negeri (diisi sejumlah PPh yang bersifat final). Rumus yang digunakan:

Dana Pinjaman Luar Negeri atau Hibah / Total Biaya Proyek X PPh Terutang.

8. Terdiri dari:

A. Kredit Pajak Dalam Negeri diisi dari formulir 1771-III yaitu jumlah PPh Pasal 22 dan 23 yang sudah dipotong/dipungut. B. Kredit Pajak Luar Negeri diisi dari Lampiran Khusus 7A

(perhitungan PPh Pasal 24 yang dapat dikreditkan/KPLN) 9. Memberi tanda “X” pada kotak yang sesuai dengan kondisi

perhitungan diatasnya.

10. Huruf a diisi dengan jumlah PPh Pasal 25 yang dibayar sendiri.

Huruf b diisi dengan Pokok Pajak pada STP PPh Pasal 25. Huruf c diisi sebesar jumlah fiskal Luar Negeri pegawai

perusahaan yang ditanggung oleh perusahaan dalam rangka perjalanan luar negeri untuk kepentingan perusahaan dan sepanjang tidak dibebankan sebagai biaya perusahaan. Huruf d diisi sebesar jumlah PPh atas penghasilan dari pengalihan tanah dan bangunan bagi perusahaan selain pengembangan/real estate dan yayasan atau organisasi sejenisnya, yang dilaporkan dalam Formulir 1771-I Angka 1 Huruf e.

D. PPh Kurang/Lebih Bayar:

Memberi tanda “X” dalam salah satu kotak yang tersedia sesuai dengan hasil pengurangan jumlah angka 9 dengan jumlah pada angka 10.

Tanggal diisi tanggal pembayaran PPh Pasal 29.

E. Permohonan:

Memberi tanda “X” pada kotak yang sesuai dengan permohonan.

F. Angsuran PPh Pasal 25 Tahun Berjalan:

a) Penghasilan yang menjadi dasar perhitungan angsuran diisi sebesar penghasilan neto fiskal.

b) Kompensasi kerugian diisi sebesar kerugian yang masih dapat dikompensasikan.


(2)

c) Penghasilan Kena Pajak diisi sebesar hasil pengurangan dari a-b.

d) PPh yang terutang dihitung dari tarif PPh Pasal 17 X Penghasilan Kena Pajak.

e) Kredit pajak tahun pajak yang lalu atas penghasilan yang termasuk huruf a yang dipotong/dipungut pihak lain. f) PPh yang harus dibayar sendiri diisi sebesar hasil

pengurangan d dan e.

g) PPh Pasal 25 dihitung dari 1/12 X f.

G. PPh Final dan Penghasilan yang Tidak Termasuk Objek Pajak:

a) PPh Final diisi sesuai dengan jumlah PPh terutang atas penghasilan yang dikenakan PPh Final dari formulir 1771-IV jumlah kolom 5.

b) Penghasilan yang tidak termasuk Objek Pajak diisi dari jumlah penghasilan bruto yang tidak termasuk objek pajak dari

formulir 1771-IV Bagian B jumlah Kolom 3.

H. Lampran-lampiran:

a) Surat Setoran Pajak (SSP) lembar ke-3 PPh Pasal 29, wajib dilampirkan kecuali Wajib Pajak yang Nihil.

b) Laporan keuangan lengkap.

c) Daftar penyusutan dan amortisasi fiskal. d) Perhitungan kompensasi kerugian fiskal.

e) Pernyataan transaksi dalam hubungan istimewa. f) Daftar fasilitas penanaman modal.

g) Daftar cabang utama perusahaan.

h) Surat Setoran Pajak (SSP) lembar ke-3 PPh Pasal 26 Ayat (4). i) Perhitungan PPh Pasal 26 ayat (4).

j) Kredit Pajak Luar Negeri. k) Surat Kuasa Khusus.

I. Pernyataan:

Diisi lengkap yaitu tempat dan tanggal pengisian SPT Tahunan serta Nama Lengkap, NPWP, dan tanda tangan pengurus perusahaan yang berwenang.

LAMPIRAN (FORMULIR 1771-I DAN FORMULIR 1771-I/$)

1. PERHITUNGAN NETO KOMERSIAL DALAM NEGERI.

Penghasilan neto komersial dalam negeri adalah penghasilan neto menurut Standar Akuntansi Keuangan (SAK) Indonesia yakni semua penghasilan yang diterima dan atau diperoleh dari kegiatan usaha dan dari luar usaha di Indonesia, termasuk penghasilan yang

dikenakan PPh Final dan yang tidak termasuk Objek Pajak, dikurangi dengan pengeluaran/biaya-biaya dalam rangka kegiatan untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan sesuai dengan sistem dan metode akuntansi komersial Indonesia yang dianut secara taat asas seperti yang tercermin dalam laporan


(3)

keuangan komersial, sebelum dilakukan penyesuaian-penyesuaian fiskal berdasarkan UU PPh dan peraturan pelaksanaannya. Pada bagian perhitungan Pneghasilan Neto Komersial Dalam Negeri ada 7 (tujuh) poin yaitu a, b, c, d, e, f, dan g, rincian keterangan dari msing-masing poin sebagai berikut:

a) Peredaran Usaha diisi dengan jumlah penerimaan/perolehan bruto dan kegiatan usaha di Indonesia.

b) Harga Pokok Penjualan diisi dengan biaya-biaya yang

merupakan unsur harga pokok penjualan (HPP) bagi kegiatan usaha Wajib Pajak.

c) Biaya Usaha Lainnya diisi dengan biaya-biaya usaha yang tidak termasuk ke dalam kelompok harga pokok penjualan. d) Penghasilan Neto dari Luar Usaha diperoleh dari Peredaran

Usaha dikurangi Harga Pokok Penjualan (HPP) dikurangi Biaya Usaha Lainnya (a-b-c).

e) Penghasilan dari Luar Usaha diisi dengan jumlah penghasilan bruto dari luar usaha yang diterima dan atau diperoleh dari luar kegiatan usaha utama perusahaan, seperti: penghasilan dari penyertaan modal di Indonsia penghasilan dari

penjualan/pengalihan /pesewaan harta, serta penghasilan lainnya yang bukan merupakan penghsilan dari kegiatan usaha dan tidak ada kaitannya dengan kegiatan usaha.

f) Biaya dari Luar Usaha diisi dengan biaya-biaya langsung fiskal yang terkait dengan penghasilan dari luar usaha.

g) Penghasilan Neto dari Luar usaha dihitung dari penghsilan dari luar usaha dikurangi biaya dari luar usaha (e-f).

PENGHASILAN NETO KOMERSIAL LUAR NEGERI.

Diisi dengan penghasilan neto yang diterima atau diperoleh di luar negeri sesuai dengan lampiran khusus 7A kolom (4) ‘Jumlah Neto’.

JUMLAH PENGHASILAN NETO KOMERSIAL

Diisi dengan jumlah penghasilan neto komersial dalam negeri dan Luar Negeri.

2. PENGHASILAN YANG DIKENAKAN PAJAK, OENGHASILAN FINAL DAN TIDAK TERMASUK OBJEK PAJAK.

Jumlah penghasilan neto fiskal yang dikenakan Pajak Penghasilan berdasarkan ketentuan umum, penghasilan dari sumber di

Indonesia yang dikenakan PPh final dan yang tidak termasuk sebagai Objek Pajak harus dikeluarkan kembali, sehingga dengan pengurangan penghasilan tersebut pada jumlah penghasilan neto fiskalnya.


(4)

Penyesuaian fiskal positif adalah penyesuaian terhadap penghasilan neto komersial (diluar unsur penghasilan yang dikenakan PPh final dan yang tidak termasuk Objek Pajak) dalam rangka menghitung Penghasilan Kena Pajak berdasarkan UU PPh beserta peraturan pelaksanaannya, yang besifat menambah penghasilan dan atau mengurangi biaya-biaya komersial.

4. PENYESUAIAN FISKAL NEGATIF.

Penyesuaian fiskal negatif adalah penyesuaian terhadap penghasilan neto komersial (diluar unsur penghasilan yang

dikenakan PPh dan yang tidak termasuk Objek Pajak) dalam rangka menghitung Penghasilan Kena Pajak berdasarkan UU PPh beserta peraturan pelaksanaannya yang bersifat menambah dan atau mengurangi biaya-biaya komersial.

5. FASILITAS PENANAMAN MODAL BERUPA PENGURANGAN PENGHASILAN NETO.

Diisi dengan jumlah fasilitas penanaman modal berupa pengurang penghasilan neto yang telah ditetapkan oleh pejabat yang

berwenang sebagaimana terdaat dalam daftar fasilitas penanaman modal.

6. PENGHASILAN NETO FISKAL.

Diisi dengan angka pada perhitungan sebelumnya (lihat rumus dalam formulir)

LAMPIRAN II (FORMULIR 1771-II DAN FORMULIR 1771-II/$)

PERINCIAN HARGA POKOK PENJUALAN, BIAYA USAHA LAINNYA

DAN BIAYA DARI LUAR USAHA.

Diisi dengan perincian Harga Pokok Penjualan (HPP), Biaya Usaha Lainnya dan Biaya Dari Luar Usaha sesuai dengan Lampiran 1771-1 angka 1 huruf b, c, dan f.

Harga Pokok Penjualan (HPP) diisi dengan biaya-biaya yang terkait dengan HPP, antara lain: Pembelian bersih bahan atau barang dagangan,

persediaan awal barang dagangan, dan persediaan akhir barang dagangan.

Biaya Usaha Lainnya diisi dengan informasi biaya yang bukan unsur Harga Pokok Penjualan (HPP), seperti: Biaya administrasi, penjualan, dan

pemasaran.

Biaya di luar usaha diisi dengan informasi yang terkait dengan

penghasilan dari luar usaha, seperti: pendapatan bunga bank, pendapatan sewa, dan biaya bunga.


(5)

LAMPIRAN III (FORMULIR 1771-III DAN FORMULIR 1771-III/$)

KREDIT PAJAK DALAM NEGERI.

Formulir ini diisi dengn rincian bukti pungut PPh Pasal 22 dan bukti potong PPh Pasal23 yang telah dibayar melalui pemungutan/pemotongan pajak oleh pihak lain, atas penghasilan yang dikenakan Pajak Penghasilan tidak bersifat final yang diterima/diperoleh dan dilaporkan dalam SPT Tahunan pajak ini.

LAMPIRAN IV (FORMULI 1771-IV DAN FORMULIR 1771-IV/$)

PPH FINAL.

PENGHASILAN YANG TIDAK TERMASUK OBJEK PAJAK.

Formulir ini diisi dengan informasi mengenai penghasilan-penghasilan tertentu yng dikenakan PPh final baik melalui pemotongan pihak lain atau dengan menyetor sendiri serta penghasilan-penghasilan tertentu yang tidak termasuk sebagai Objek Pajak yang diterima atau diperoleh dalam tahun pajak ini, sesuai dengan jumlah bruto atau nilai transaksinya Wajib Pajak wajib memperlihatkan serta membuat daftar rincian bukti-bukti pemotongan/pembayaran pajaknya apabila diminta untuk keperluan pemeriksaan kewajiban pajak.

LAMPIRAN V (FORMULI 1771-V DAN FORMULIR 1771-V/$)

DAFTAR PEMEGANG SAHAM/PEMILIK MODAL DAN JUMLAH

DEVIDEN YANG DIBAGIKAN.

DAFTAR SUSUNAN PENGURUS DAN KOMISAIS.

Formulir ini terdiri dari 2 (dua) bagian yaitu bagian A dan B. Formulir

bagian A diisi dengan daftar nama-nama pemegang saham atau penyetor modal-modal yang disertai dengan alamat lengkap, NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak), dan jumlah modal disetor. Terdiri dari 6 (enam) kolom.

Sedangkan bagian B diisi dengan nama dan alamat lengkap pengurus dan Komisaris disertai dengan kartu identitas, NPWP, dan keterangan lain sehubungan dengan kepengurusan perusahaan.

LAMPIRAN VI (FORMULI 1771-VI DAN FORMULIR 1771-VI/$)

DAFTAR PENYERTAAN MODAL PADA PERUSAHAAN AFILIASI.

DAFTAR PINJAMAN DARI (KEPADA PEMEGANG SAHAM DAN

ATAU PERUSAHAAN AFILASI).

Formulir ini diisi dengang angka saldo akhir tahun berdasarkan laporan keuangan komersial yang dilampirkan pada SPT Tahunan. Penyertaan modal yang dicantumkan adalah penyertaan modal yang memenuhi kriteria hubungan istimewa baik langsung maupun tidak langsung.


(6)

Pinjaman yang dicantumkan adalah pinjaman dari/kepada pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa baik langsung maupun tidak langsung.

Wajib Pajak yang tidak mempunyai penyertaan modal atau penyertaan modalnya tidak memenuhi kriteria hubungan istimewa, demikian pula Wajib Pajak yang tidak mmpunyai pinjaman dari/kepada pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa, maka cukup dengan mengisi daftar dengan penyertaan “tidak ada”.

ISIAN SPT TAHUNAN.

Formulir-formulir SPT Tahunan terdiri dari 7 (tujuh) formulir yaitu: 1. Induk SPT atau Formulir 1771, formulir yang berisi data lengkap

Wajib Pajak, jenis usaha, jumlah penghasilan, dan perhitungan pajak penghasilan.

2. Lampiran I atau Formulir 1771-I, formulir yang berisi jumlah penghasilan neto fiskal.

3. Lampiran II atau Formulir 1771-II, formulir yang berisi perincian harga pokok penjualan, biaya usaha lainnya, dan biaya dari luar usaha.

4. Lampiran III atau Formulir 1771-III, formulir yang berisi perhitungan kredit pajak dalam negeri.

5. Lampiran IV atau Formulir 1771-IV, formulir yang berisi PPh Final dan penghasilan yang tidak termasuk objek pajak.

6. Lampiran V atau Formulir 1771-V, formulir yang berisi daftar

susunan pemegang saham/pemilik modal dan jumlah deviden yang dibagikan dan daftar susunan pengurus dan komisaris.

7. Lampiran VI atau Formulir 1771-VI, formulir yang berisi daftar penyertaan modal pada perusahaan afiliasi dan daftar pinjaman dari/kepada pemegang saham dan atau perusahaan afiliasi. 8. Lampiran Khusus SPT Tahunan ada beberapa yaitu:

 Surat Setoran Pajak lembar ke – 3 (PPh Pasal 29).  Laporan keuangan lengkap.

 Daftar penyusutan dan amortisasi fiskal.  Perhitungan kompensasi kerugian.

 Pernyataan transaksi dalam hubungan istimewa.  Daftar fasilitas penanaman modal.

 Daftar cabang utama perusahaan.

 Surat Setoran Pajak lembar ke – 3 (PPh Pasal 26).  Perhitungan PPh Pasal 26.

 Kredit pajak luar negeri.

Surat Kuasa Khusus, untuk kontraktor Production Sharing (migas) wajib melaporkan Pertamina Quaterly Report.