Evaluasi pengisian SPT tahunan pajak penghasilan wajib pajak badan : studi kasus pada PT Ardana Media Yogyakarta.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ABSTRAK
EVALUASI PENGISIAN SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WAJIB
PAJAK BADAN
Studi Kasus Pada PT Ardana Media Jogjakarta

Joseph Edwin Sanjoto
NIM

: 062114033

Universitas Sanata dharma
2012

Tujuan penelitian yang dilakukan ini untuk menilai SPT Tahunan Pajak
Penghasilan Wajib Pajak Badan yang dilakukan oleh PT Ardana Media sudah benar.
Evaluasi pengisian SPT berguna untuk mengetahui kemungkinan salah hitung, salah tulis,
ataupun salah dalam penerapan penentuan pendapatan dan biaya menurut aturan
perpajakan.
Jenis penelitian adalah studi kasus. Data diperoleh dengan melakukan wawancara

dan dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah komparasi yaitu
membandingkan pengisian SPT yang dilakukan perusahaan dengan Undang-undang
nomor 36 tahun 2008
Hasil penelitian menunjukan bahwa kesalahan pengisian SPT yang dilakukan oleh
PT Ardana Media tidak benar tetapi telah memenuhi kriteria lengkap, jelas, dan
ditandatangani. Kesalahan pengisian terjadi pada bagian perhitungan penyusutan fiskal.

xii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ABSTRACT
ANNUAL EVALUATION OF THE FILLING OUT OF SPT FORM ON INCOME
TAXPAYERS
Case Study at Ardana Media Company Jogjakarta

Joseph Edwin Sanjoto
NIM: 062114033
Sanata Dharma
2012


The purpose of this study is to asses wheter the filling out of the SPT income
Taxpayer conducted by Ardana Media Company is correct. The evaluation of filling tax
return is useful handy to know the possibility of miscalculation, misspelings, or incorrect
in determining the income and expense in accordance with tax regulations.
This type of the research is case study. Data obtained by conducting interview and
documentation. The data analysis technique used is the comparison which compares SPT
fill out the company with the Act No. 36 of 2008.
The results shows that the fill out done by Ardana Media Company is incorrect
but still meet the criteria, such as clear, and, signed. Error occurs in the calculation of
depreciation expense fiscal.

xiii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

EVALUASI PENGISIAN SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN
WAJIB PAJAK BADAN
(Studi Kasus Pada PT Ardana Media Yogyakarta)


SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Program Studi Akuntansi

Oleh:

Oleh:
Joseph Edwin Sanjoto
NIM : 06 2114 033

PROGRAM STUDI AKUNTANSI JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2012
i

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

“Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan
mendapat; ketoklah maka pintu akan dibukakan bagimu. Karena setiap
orang yang meminta, menerima dan setiap orang yang mencari , mendapat
dan setiap orang yang mengetok, baginya pintu dibukakan.”
(Mat 7: 7-8)

Kupersembahkan untuk:
Ayahku Ir.Joenistianto Sanjoto, MM. dan Ibuku
Silvia,
Adikku Maria Angelica Sanjoto, Emmanuel
Joshua Sanjoto dan Aloysius Mayo Sanjoto
Serta teman-temanku yang selalu mendukungku.

iv

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL…………………………………………………….......
i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING…………………………….
ii
HALAMAN PENGESAHAN……………………………………………….
iii
HALAMAN PERSEMBAHAN……………………………………………..
iv
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS……………...
v
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI…………….

vi
HALAMAN KATA PENGANTAR…………………………………………
vii
HALAMAN DAFTAR ISI…………………………………………………...
viii
HALAMAN DAFTAR TABEL……………………………………………...
ix
HALAMAN DAFTAR GAMBAR………………………………………….
xi
ABSTRAK…………………………………………………………………....
xii
ABSTRACT…………………………………………………………………..
xiii
BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………..
1
A. Latar Belakang Masalah ……………………………………..
1
B. Rumusan Masalah……………………………………………..
4
C. Tujuan Penelitian ……………………………………………..

4
D. Manfaat Penelitian ……………………………………………
4
E. Sistematika Penulisan …………………………………….......
5
BAB II LANDASAN TEORI ……………………………………………..
7
A. Pajak ………………………………………….........................
7
1. Definisi Pajak Penghasilan ……………………………….
7
B. Subjek dan Objek Pajak Penghasilan, Penghasilan yang
Dikenai Pajak Final dan yang Bukan Objek Pajak ……….........
11
1. Subjek Pajak Penghasilan ………………………………….
11
2. Objek Pajak Penghasilan ……………………………………
13
3. Penghasilan yang Dikenai Pajak Final ……………………..
16

4. Penghasilan yang Dikecualikan dari Objek Pajak ………… .
17
5. Kompensasi Kerugian ………………………………………
20
C. Penghasilan Kena Pajak …………………………………………
22
1. Biaya-biaya yang Boleh Dikurangkan dari Penghasilan
Bruto………………………………………………………….
23
2. Biaya-biaya yang Tidak Boleh Dikurangkan dari Penghasilan
Bruto ………………………………………………………….
25
D. Tarif Pajak Penghasilan ………………………………………….
33
E. Pajak Penghasilan Terutang ……………………………………..
33
F. Surat Pemberitahuan (SPT) ………………………………... …….
34
1. Pengertian SPT ………………………………………………...
34

2. Pengisian SPT …………………………………………………
35
3. Jenis SPT ………………………………………………………
35
4. Batas Waktu Penyampaian SPT ………………………………
36

viii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB III METODE PENELITIAN ……………………………………………
A. Jenis Data …………………………………………………………
B. Sumber Data ………………………………………………............
C. Teknik Pengumpulan Data ………………………………………..
D. Teknik Analisis Data ………………………………………………
BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ……………………………
A. Sejarah Singkat Perusahaan ………………………………………
B. Struktur Organisasi Perusahaan …………………………………..
C. Misi Perusahaan …………………………………………………..

D. Ketentuan Jam Kerja …………………………………………….
E. Produk …………………………………………………………….
F. Pemasaran …………………………………………………………
G. Bahan Baku ……………………………………………………….
H. Proses Produksi ……………………………………………………
BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN ………………………………….
A. Analisis Data ……………………………………………………....
1. Pengujian Benar ……………………………………………….
2. Pengujian Lengkap ……………………………………………
3. Pengujian Jelas ………………………………………………..
4. Pengujian Tanda Tangan ……………………………………..
B. Pembahasan ………………………………………………………
BAB VI PENUTUPAN ……………………………………………………….
A. Kesimpulan ………………………………………………………
B. Keterbatasan Penelitian ………………………………………….
C. Saran …………………………………………………………….
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

ix


38
38
38
38
40
42
42
43
46
46
47
47
48
49
52
52
53
64
71
71
71
75
75
76
76

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel II. 1.

Tarif Penyusutan Harta Berwujud ………………………………

29

Tabel II. 2.

Tarif Amortisasi Harta tak Berwujud …………………………...

31

Tabel IV. 1.

Ketentuan Jam Kerja ……………………………………………

46

x

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 2.1.

Perhitungan Penghasilan Kena Pajak ……………………………....

23

Gambar 2.2.

Formula Umum Perhitungan Pajak Penghasilan …………………..

34

Gambar 4.1.

Flowchart Proses Produksi …………………………………………

49

Gambar 5.1.

Perhitungan Netto Fiskal PT. Ardana Media ………………………

62

Gambar 5.2.

Perhitungan PPH Pasal 17 yang Harus dibayar PT. Ardana Media …

63

xi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ABSTRAK
EVALUASI PENGISIAN SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WAJIB
PAJAK BADAN
Studi Kasus Pada PT Ardana Media Jogjakarta

Joseph Edwin Sanjoto
NIM

: 062114033

Universitas Sanata dharma
2012

Tujuan penelitian yang dilakukan ini untuk menilai SPT Tahunan Pajak
Penghasilan Wajib Pajak Badan yang dilakukan oleh PT Ardana Media sudah benar.
Evaluasi pengisian SPT berguna untuk mengetahui kemungkinan salah hitung, salah tulis,
ataupun salah dalam penerapan penentuan pendapatan dan biaya menurut aturan
perpajakan.
Jenis penelitian adalah studi kasus. Data diperoleh dengan melakukan wawancara
dan dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah komparasi yaitu
membandingkan pengisian SPT yang dilakukan perusahaan dengan Undang-undang
nomor 36 tahun 2008
Hasil penelitian menunjukan bahwa kesalahan pengisian SPT yang dilakukan oleh
PT Ardana Media tidak benar tetapi telah memenuhi kriteria lengkap, jelas, dan
ditandatangani. Kesalahan pengisian terjadi pada bagian perhitungan penyusutan fiskal.

xii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ABSTRACT
ANNUAL EVALUATION OF THE FILLING OUT OF SPT FORM ON INCOME
TAXPAYERS
Case Study at Ardana Media Company Jogjakarta

Joseph Edwin Sanjoto
NIM: 062114033
Sanata Dharma
2012

The purpose of this study is to asses wheter the filling out of the SPT income
Taxpayer conducted by Ardana Media Company is correct. The evaluation of filling tax
return is useful handy to know the possibility of miscalculation, misspelings, or incorrect
in determining the income and expense in accordance with tax regulations.
This type of the research is case study. Data obtained by conducting interview and
documentation. The data analysis technique used is the comparison which compares SPT
fill out the company with the Act No. 36 of 2008.
The results shows that the fill out done by Ardana Media Company is incorrect
but still meet the criteria, such as clear, and, signed. Error occurs in the calculation of
depreciation expense fiscal.

xiii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB I
PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang Masalah
Dengan semakin berkembangnya dunia usaha dewasa ini, semakin banyak

bermunculan

perusahaan-perusahaan

baru

di

berbagai

bidang

industri,

perdagangan dan jasa. Hal ini menyebabkan perusahaan-perusahaan tersebut harus
bersaing untuk mencapai tujuannya. Oleh karena itu, perusahaan harus
melaksanakan perencanaan dan pengendalian dalam segala kegiatannya agar laba
yang diperoleh perusahaan tersebut semakin meningkat dan perusahaan dapat
semakin kompetitif bersaing dengan kompetitor-kompetitor lainnya. Setiap
perusahaan yang memperoleh penghasilan akan dikenai pajak penghasilan.
Pajak merupakan penerimaan terbesar di Negara Indonesia. Pajak
digunakan oleh pemerintah untuk membangun sarana-sarana penunjang kegiatan
ekonomi. Masih banyak juga kegunaan pajak yang digunakan untuk
mensejahterakan rakyat. Di dalam struktur keuangan negara, tugas dan fungsi
penerimaan pajak dijalankan oleh Direktorat Jenderal Pajak di bawah Departemen
Keuangan Republik Indonesia. Adapun jenis-jenis pajak yang dikelola oleh
Direktorat Jenderal Pajak meliputi Pajak Penghasilan (PPh), Pajak Pertambahan
Nilai (PPN), Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), dan Pajak Penjualan Barang
Mewah (PPnBM).
Pada umumnya perusahaaan yang bergerak di bidang bisnis akan
menyusun laporan keuangan yang berbeda antara laporan keuangan komersial

1

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

2
dengan laporan keuangan yang dilampirkan pada Surat Pemberitahuan Pajak
Tahunan (Fiskal). Perbedaan tersebut tidaklah dimaksudkan untuk tujuan – tujuan
tertentu, seperti penyelundupan pajak, akan tetapi lebih cenderung kepada
penyesuaian dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. Sistem
pemungutan pajak yang digunakan adalah self assessment artinya sistem
pemungutan pajak dimana wajib pajak menghitung sendiri jumlah pajak yang
terhutang, membayar sendiri dan melaporkan sendiri jumlah kewajiban
perpajakannya. Hal ini dapat terlaksana dengan baik apabila wajib pajak
memahami peraturan perpajakan dan mengikuti aturan yang berlaku sesuai
dengan undang-undang perpajakan. Jika wajib pajak tidak mengikuti aturan yang
berlaku, maka bisa terjadi kesalahan yang dapat merugikan pihak pemerintah
maupun wajib pajak itu sendiri.
Dalam penyusunan laporan keuangan fiskal, perusahaan seringkali
mengabaikan untuk melakukan peninjauan kembali terhadap laporan keuangan
fiskalnya. Dalam Sistem Informasi Akuntansi, setelah sebuah output dihasilkan
maka dibutuhkan suatu feedback untuk menilai apakah output yang dihasilkan
telah sesuai dengan tujuan semula yang telah ditetapkan perusahaan. Dalam hal
ini yang dimaksud dengan output adalah laporan keuangan fiskal sedangkan
feedback-nya adalah evaluasi terhadap laporan keuangan tersebut. Dengan
melakukan evaluasi maka perusahaan dapat mengukur apakah pelaporan pajak
penghasilan terutang berdasarkan laporan keuangan fiskal telah dilakukan dengan
seefisien mungkin. Jika dalam evaluasi tersebut ditemukan adanya segmensegmen yang dapat dibenahi untuk mereduksi pajak penghasilan perusahaan maka

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

3
perusahaan dapat mengetahui besarnya pajak penghasilan terutang yang
seharusnya dibayarkannya dan menggunakannya sebagai referensi dalam
penyusunan laporan keuangan fiskal pada tahun berikutnya.
Dilihat dari sudut pemerintah jika pajak yang dibayar lebih kecil dari yang
seharusnya dibayar, maka akan mengakibatkan berkurangnya penerimaan negara
dari sektor pajak. Sedangkan dilihat dari sudut pandang pengusaha, jika pajak
yang dibayarnya lebih besar dari yang semestinya dibayar, maka akan
mengakibatkan kerugian bagi pihak perusahaan. Setiap perusahaan, salah satu
tujuannya pasti untuk memaksimalkan kesejahteraan pemegang saham (pemilik
perusahaan) dengan cara memaksimalkan nilai perusahaan, dengan memperoleh
laba maksimum dan untuk memperoleh laba maksimum, maka harus
meminimumkan pajak, karena pajak merupakan salah satu faktor pengurang laba.
Besarnya pajak seperti diketahui, tergantung pada besarnya penghasilan
perusahaan. Semakin besar penghasilan maka semakin besar pajak terhutang.
Oleh karena itu, evaluasi pengisian SPT tahunan pajak penghasilan wajib
pajak badan dimaksudkan untuk mengetahui kemungkinan terjadinya salah
hitung, salah tulis, ataupun salah dalam menentukan mana yang dapat diakui
sebagai pendapatan dan biaya menurut peraturan perpajakan Undang-Undang No.
36 Tahun 2008. Batas waktu penyampaian Surat Pemberitahuan (SPT) harus
diperhatikan oleh wajib pajak seperti yang tercantum dalam pasal 7 ayat (1)
Undang-Undang KUP No.16 tahun 2009 tentang sanksi administrasi denda
menyebutkan apabila Surat Pemberitahuan tidak disampaikan dalam jangka waktu
yang telah ditentukan maka akan dikenai sanksi administrasi berupa denda.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

4
Ditemukan hal-hal yang kurang sesuai dengan peraturan perpajakan yang berlaku,
maka perusahaan dapat mengetahui besarnya pajak penghasilan terutang yang
seharusnya dibayarkan dan menggunakannya dalam penyusunan laporan
keuangan fiskal pada tahun berikutnya.

B.

Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, permasalahan yang akan

dibahas adalah: Apakah pengisian SPT wajib pajak badan yang dilakukan oleh PT
Ardana Media Yogyakarta, telah dilakukan dengan benar, lengkap, jelas, dan
ditandatangani?

C.

Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.

Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah menilai pengisian SPT tahunan pajak

penghasilan wajib pajak badan yang dilakukan oleh PT Ardana Media sudah
benar, lengkap, jelas, dan ditandatangani sesuai dengan Undang-Undang no 36
tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan.

2.

Manfaat Penelitian
Manfaat yang didapat dari penelitian mengenai evaluasi pengisisan SPT

wajib pajak badan adalah:
a. Memberikan masukan-masukan kepada perusahaan tentang pengisian SPT
yang tepat, sehingga tidak terjadi kesalahan dalam pelaporanya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

5
b. Menilai pengisian SPT yang dilakukan perusahaan telah sesuai dengan
ketentuan umum dan tata cara perpajakan yang berlaku.

D.

Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
BAB I
Pada bab ini berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, dan
tujuan dan manfaat penelitian.
BAB II
Berisi tentang pengertian pajak, subjek dan objek pajak penghasilan, objek
pajak yang dikenai pajak final dan yang bukan objek pajak, penghasilan kena
pajak, tarif pajak penghasilan, pajak penghasilan terutang, dan Surat
Pemberitahuan Tahunan (SPT).
BAB III
Berisi tentang jenis data, sumber data, teknik pengumpulan data, dan teknik
analisis data.
BAB IV
Berisi tentang gambaran umum perusahaan, struktur organisasi perusahaan,
misi perusahaan, ketentuan jam kerja, produk, pemasaran, bahan baku, an
proses produksi.
BAB V
Pada bab ini berisi tentang analisis dari hasil penelitian yang telah dilakukan
oleh penulis dan juga hasil pembahasan yang didapat dari hasil analisis.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

6
BAB VI
Berisi tentang kesimpulan dari hasil penelitian, keterbatasan, dan saran yang
diberikan oleh penulis.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB II
LANDASAN TEORI

A.

Pajak
Bagi negara, pajak adalah salah satu sumber penerimaan penting yang

akan digunakan untuk membiayai pengeluaran negara baik pengeluaran rutin
maupun

pengeluaran

pembangunan.

Sedangkan

bagi

perusahaan,

pajak

merupakan beban yang akan mengurangi laba bersih. Keputusan bisnis sebagian
besar dipengaruhi oleh pajak baik secara langsung maupun tidak langsung.
Keputusan bisnis yang baik jika tidak berhubungan dengan pajak bisa menjadi
keputusan bisnis yang kurang baik, karena itu dalam pengambilan keputusan
dalam bisnis perlu mempertimbangkan aspek pajak.
Dalam pembayaran pajak-pajak tidak dapat ditunjukkan adanya kontra
prestasi individu oleh pemerintah atau tidak ada hubungan langsung antara jumlah
pembayaran pajak dengan kontra prestasi secara individu. Penyelenggaraan
pemerintah secara umum merupakan kontra prestasi dari negara. Pajak dipungut
disebabkan adanya suatu keadaan, kejadian, dan perbuatan yang memberikan
kedudukan tertentu kepada seseorang. Pajak dapat pula mempunyai tujuan yang
tidak budgeter yaitu mengatur. Minimalisasi beban pajak dapat dilakukan dengan
berbagai cara, mulai dari yang masih ada dalam peraturan perpajakan sampai yang
melanggar.

7

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

8
1.
a)

Definisi Pajak Penghasilan
Definisi Pajak
Definisi pajak menurut Prof. Dr. P. J. A. Adriani dalam buku Manajemen

Perpajakan, Zain (2008:10) menyatakan: “Pajak adalah iuran kepada negara
(yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut
peraturan-peraturan umum (undang-undang), dengan tidak mendapat prestasi
kembali yang langsung dapat ditunjuk dan yang gunanya adalah untuk membiayai
pengeluaran-pengeluaran berhubung dengan tugas negara yang menyelenggarakan
pemerintahan.”
Definisi pajak menurut Prof. Dr. H. Rochmat Soemitro SH. Dalam buku
Manajemen Perpajakan, Zain (2008:11) menyatakan: “Pajak adalah iuran rakyat
kepada Kas Negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan
tiada mendapat jasa timbal-balik (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan
dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum.” Definisi tersebut
kemudian dikoreksi kembali oleh Prof. Dr. H. Rochmat Soemitro SH dalam buku
Manajemen Perpajakan, Zain (2008:11) sebagai berikut: “Pajak adalah peralihan
kekayaan dari pihak rakyat ke kas negara untuk membiayai pengeluaran rutin dan
surplusnya digunakan untuk public saving yang merupakan sumber utama untuk
membiayai public investment.”
Definisi pajak menurut S.I. Djajadiningrat yang dikutip oleh Resmi
(2005:1) sebagai berikut: ”Pajak sebagai suatu kewajiban menyerahkan sebagian
dari kekayaan ke kas Negara yang disebabkan suatu keadaan, kejadian, dan
perbuatan yang memberikan kedudukan tertentu, tetapi bukan sebagai hukuman,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

9
menurut peraturan yang ditetapkan pemerintah serta dapat dipaksakan, tetapi tidak
ada jasa timbal balik dari negara secara umum.”
Dari beberapa definisi diatas dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai
berikut:
a. Pajak dipungut berdasarkan kekuatan undang-undang serta aturan
pelaksanaannya.
b. Pembayaran pajak tidak dapat ditunjukkan adanya kontraprestasi
individual oleh pemerintah.
c. Pembayaran pajak tidak mendapat prestasi kembali yang langsung dapat
ditunjuk dan digunakan untuk membiayai pengeluaran yang berhubungan
dengan tugas negara.
d. Pajak dialokasikan untuk pengeluaran-pengeluaran pemerintah, yang bila
dari

pemasukannya

masih

terdapat

surplus,

dipergunakan

untuk

membiayai public investment.

b)

Definisi Penghasilan
Definisi penghasilan berdasarkan PSAK No.23 (Reformat 2007)

penghasilan didefinisikan dalam Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian
Laporan Keuangan sebagai peningkatan manfaat ekonomi selama suatu periode
akuntansi dalam bentuk pemasukan atau penambahan aset atau penurunan
kewajiban yang mengakibatkan kenaikan ekuitas, yang tidak berasal dari
kontribusi penanam modal. Penghasilan meliputi pendapatan dan keuntungan.
Pendapatan adalah penghasilan yang timbul dari aktivitas perusahaan yang biasa

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

10
dan dikenal degan sebutan yang berbeda seperti penjualan, penghasilan jasa,
bunga, deviden, royalty dan sewa.
Definisi penghasilan menurut Undang-Undang No.36 tahun 2008 pasal 4
ayat (1) tentang Pajak Penghasilan menyatakan: “Penghasilan yaitu setiap
tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh wajib pajak, baik
yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk
konsumsi atau untuk menambah kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan,
dengan nama dan dalam bentuk apa pun.”
Berdasarkan kedua definisi di atas terdapat perbedaan pengertian
penghasilan menurut akuntansi dan perpajakan. Menurut akuntansi penghasilan
hanya meliputi pendapatan dan keuntungan saja. Menurut perpajakan semua
penghasilan yang berasal dari sumber apapun yang dapat menambah kemampuan
ekonomis wajib pajak badan dalam satu tahun dikelompokkan dalam penghasilan
yang akan dikenakan pajak. Dengan demikian, cakupan pengertian penghasilan
menurut perpajakan lebih luas daripada akuntansi.

c)

Pengertian Pajak Penghasilan
Pajak penghasilan adalah pajak yang dikenakan terhadap subjek pajak

atas penghasilan yang diterima atau diperolehnya dalam suatu tahun pajak (Resmi,
2005:74). Definisi pajak penghasilan menurut Pernyataan Standar Akuntansi
Keuangan (PSAK 2007, No. 46) adalah: pajak yang dihitung berdasarkan
peraturan perpajakan dan pajak ini dikenakan atas Penghasilan Kena Pajak
perusahaan. Berdasarkan dua definisi di atas dapat disimpulkan sebagai berikut:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

11
a. Dikenakan kepada subjek pajak yang mendapatkan penghasilan.
b. Pajak dikenakan terhadap penghasilan masyarakat dalam satu tahun pajak.
c. Ada peraturan yang mengatur tentang perhitungan pajak khususnya pajak
penghasilan.

B.

Subjek dan Objek Pajak Penghasilan, Penghasilan yang Dikenai Pajak
Final dan yang Bukan Objek Pajak

1.

Subjek Pajak Penghasilan
Subjek pajak penghasilan merupakan wajib pajak yang diwajibkan

membayar pajak atas penghasilan yang diterima dalam satu tahun pajak. Pasal 2
ayat (1) UU RI No.36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan mengelompokkan
subjek pajak menjadi beberapa bagian, yaitu:
a.

1) Orang Pribadi;
2) Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan, menggantikan yang
berhak;
Berdasarkan penjelasan atas UU RI No.36 Tahun 2008 tentang Pajak
Penghasilan, orang pribadi yang dimaksud dalam hal ini adalah subjek
pajak yang dapat bertempat tinggal atau berada di Indonesia ataupun di
luar Indonesia. Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan
merupakan subjek pajak pengganti, menggantikan mereka yang berhak
yaitu ahli waris. Penunjukan warisan yang belum terbagi sebagai subjek
pajak pengganti dimaksudkan agar pengenaan pajak atas penghasilan yang
berasal dari waisan tersebut tetap dapat dilaksanakan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

12
b.

Badan
Penjelasan atas UU RI No.17 Tahun 2000 tentang pajak penghasilan
menjelaskan badan adalah sekumpulan orang dan/atau modal yang
merupakan kesatuan baik yang melakukan usaha maupun yang tidak
melakukan usaha yang meliputi perseroan terbatas, perseroan komanditer,
perseroan lainnya, BUMN/BUMD dengan nama dan bentuk apapun firma,
kongsi, koperasi, dana pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan,
organisasi massa, organisasi sosial politik, atau organisasi lainnya,
lembaga, dan bentuk badan lainnya termasuk kontrak investasi kolektif
dan bentuk usaha tetap.
BUMN/BUMD merupakan subjek pajak tanpa memperhatikan nama dan
bentuknya sehingga setiap unit tertentu dari badan Pemerintah, misalnya
lembaga badan, dan sebagainya yang dimiliki oleh Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Daerah yang menjalankan usaha atau melakukan kegiatan
untuk memperoleh penghasilan merupakan subjek pajak. Dalam
pengertian perkumpulan termasuk pula asosiasi, persatuan, perhimpunan,
atau ikatan dari pihak-pihak yang mempunyai kepentingan yang sama.

c.

Bentuk Usaha Tetap
Bentuk usaha yang dipergunakan oleh orang pribadi yang tidak bertempat
tinggal di Indonesia atau berada di Indonesia tidak lebih dari 183 hari
dalam jangka waktu 12 bulan atau badan yang tidak didirikan dan tidak
bertempat kedudukan di Indonesia untuk menjalankan usaha atau
melakukan kegiatan di Indonesia.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

13
Penjelasan atas UU RI No.36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan
menjelaskan suatu bentuk usaha tetap mengandung pengertian adanya
suatu tempat usaha yaitu fasilitas yang dapat berupa tanah dan gedung
termasuk juga mesin-mesin dan peralatan, gudang dan komputer atau agen
elektronik atau peralatan otomatis yang dimiliki, disewa, atau digunakan
oleh penyelenggara transaksi elektronik untuk menjalankan aktivitas usaha
melalui internet. Tempat usaha tersebut bersifat permanen dan digunakan
untuk menjalankan usaha atau kegiatan dari orang pribadi yang tidak
bertempat tinggal atau badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat
kedudukan di Indonesia. Selain itu bentuk usaha tetap mencakup pula
orang pribadi atau badan selaku agen yang kedudukannya tidak bebas
yakni yang bertindak untuk dan atas nama orang pribadi atau badan yang
tidak bertempat tinggal atau tidak bertempat kedudukan di Indonesia.

2.

Objek Pajak Penghasilan
Berdasarkan pasal 4 ayat (1) UU RI No.36 tahun 2008 tentang Pajak

Penghasilan menyebutkan bahwa yang menjadi objek pajak adalah penghasilan,
yaitu setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib
Pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat
dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan Wajib Pajak yang
bersangkutan, dengan nama dan dalam bentuk apapun, termasuk:
a. penggantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau jasa
yang diterima atau diperoleh termasuk gaji, upah, tunjangan,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

14
honorarium, komisi, bonus, gratifikasi, uang pensiun, atau imbalan
dalam bentuk lainnya, kecuali ditentukan lain dalam Undangundang ini;
b. hadiah dari undian atau pekerjaan atau kegiatan, dan penghargaan;
c. laba usaha;
d. keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta
termasuk :
1) keuntungan karena pengalihan harta kepada perseroan,
persekutuan,dan badan lainnya sebagai pengganti saham atau
penyertaan modal;
2) keuntungan karena pengalihan harta kepada pemegang saham,
sekutu, atau anggota yang diperoleh perseroan, persekutuan,
dan badan lainnya;
3) keuntungan karena likuidasi, penggabungan, peleburan,
pemekaran,

pemecahan,

pengambilalihan

usaha,

atau

reorganisasi dengan nama dan dalam bentuk apa pun;
4) keuntungan karena pengalihan harta berupa hibah, bantuan atau
sumbangan, kecuali yang diberikan kepada keluarga sedarah
dalam garis keturunan lurus satu derajat, dan badan
keagamaan, badan pendidikan, badan sosial termasuk yayasan,
koperasi, atau orang pribadi yang menjalankan usaha mikro
dan kecil, yang ketentuannya diatur lebih lanjut dengan
Peraturan Menteri Keuangan, sepanjang tidak ada hubungan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

15
dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan di
antara pihak-pihak yang bersangkutan; dan
5) keuntungan karena penjualan atau pengalihan sebagian atau
seluruh

hak

pembiayaan,

penambangan,
atau

tanda

permodalan

turut
dalam

serta

dalam

perusahaan

pertambangan;
e. penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah dibebankan
sebagai biaya dan pembayaran tambahan pengembalian pajak;
f. bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan karena jaminan
pengembalian utang;
g. dividen, dengan nama dan dalam bentuk apapun, termasuk dividen
dari perusahaan asuransi kepada pemegang polis, dan pembagian
sisa hasil usaha koperasi;
h. royalti atau imbalan atas penggunaan hak;
i. sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta;
j. penerimaan atau perolehan pembayaran berkala;
k. keuntungan karena pembebasan utang, kecuali sampai dengan
jumlah tertentu yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah;
l. keuntungan karena selisih kurs mata uang asing;
m. selisih lebih karena penilaian kembali aktiva;
n. premi asuransi;

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

16
o. iuran yang diterima atau diperoleh perkumpulan dari anggotanya
yang terdiri dari wajib pajak yang menjalankan usaha atau
pekerjaan bebas;
p. tambahan kekayaan neto yang berasal dari penghasilan yang belum
dikenakan pajak.
q. penghasilan dari usaha berbasis syariah;
r. imbalan bunga sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang
yang mengatur mengenai ketentuan umum dan tata cara
perpajakan; dan
s. surplus Bank Indonesia.

3.

Penghasilan yang Dikenai Pajak Final
Pasal 4 ayat (2) UU RI No.36 tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan

menyebutkan bahwa atas penghasilan berupa bunga deposito dan tabungantabungan lainnya, bunga obligasi dan surat utang negara, dan bunga simpanan
yang dibayarkan oleh koperasi kepada anggota koperasi orang pribadi;
penghasilan berupa hadiah undian; penghasilan dari transaksi saham dan sekuritas
lainnya, transaksi derivatif yang diperdagangkan di bursa, dan transaksi penjualan
saham atau pengalihan penyertaan modal pada perusahaan pasangannya yang
diterima oleh perusahaan modal ventura; penghasilan dari transaksi pengalihan
harta berupa tanah dan/atau bangunan, usaha jasa konstruksi, usaha real estate,
dan persewaan tanah dan bangunan; dan penghasilan tertentu lainnya; yang diatur
dengan atau berdasarkan Peraturan Pemerintah.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

17
Penghasilan-penghasilan yang disebutkan diatas akan dikenakan pajak
yang sifat pemungutannya final. Pajak Penghasilan Final menurut PSAK, 2007
No. 46 yaitu bahwa setelah pelunasannya, kewajiban pajak telah selesai dan
penghasilan yang dikenakan pajak penghasilan final tidak digabungkan dengan
jenis penghasilan lain yang terkena pajak penghasilan yang bersifat tidak final.
Pajak jenis ini dapat dikenakan terhadap jenis penghasilan, transaksi atau usaha
tertentu.

4.

Penghasilan yang Dikecualikan dari Objek Pajak
Pasal 4 ayat (3) UU No.36 tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan

menyebutkan bahwa yang dikecualikan dari objek pajak adalah:
a. 1) Bantuan atau sumbangan, termasuk zakat yang diterima oleh badan
amil zakat atau lembaga amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh
pemerintah dan yang diterima oleh penerima zakat yang berhak atau
sumbangan keagamaan yang sifatnya wajib bagi pemeluk agama yang
diakui di Indonesia, yang diterima oleh lembaga keagamaan yang
dibentuk atau disahkan oleh pemerintah dan yang diterima oleh
penerima sumbangan yang berhak, yang ketentuannya diatur dengan
atau berdasarkan Peraturan Pemerintah;
2) Harta hibahan yang diterima oleh keluarga sedarah dalam garis
keturunan lurus satu derajat, dan oleh badan keagamaan atau badan
pendidikan atau badan social atau pengusaha kecil termasuk koperasi
yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan, sepanjang tidak ada

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

18
hubungan dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan di
antara pihak-pihak yang bersangkutan;
b. Warisan;
c. Harta termasuk setoran tunai yang diterima oleh badan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) huruf b sebagai pengganti saham atau
sebagai pengganti penyertaan modal;
d. Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang
diterima atau diperoleh dalam bentuk natura dan/ atau kenikmatan dari
Wajib Pajak atau Pemerintah, kecuali yang diberikan oleh bukan wajib
pajak, wajib pajak yang dikenakan pajak secara final atau wajib pajak
yang menggunakan norma penghitungan khusus (deemed profit)
sebagaimana dimaksud dalam pasal 15;
e. Pembayaran dari perusahaan asuransi kepada orang pribadi sehubungan
dengan asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi
dwiguna, dan asuransi bea siswa;
f. Dividen atau bagian laba yang diterima atau diperoleh perseroan terbatas
sebagai Wajib Pajak dalam negeri, koperasi, badan usaha milik negara,
atau badan usaha milik daerah, dari penyertaan modal pada badan usaha
yang didirikan dan bertempat kedudukan di Indonesia dengan syarat:
1) Dividen berasal dari cadangan laba yang ditahan; dan
2) Bagi perseroan terbatas, badan usaha milik negara dan badan usaha
milik daerah yang menerima dividen, kepemilikan saham pada badan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

19
yang memberikan dividen paling rendah 25% (dua puluh lima persen)
dari jumlah modal yang disetor;
g. Iuran yang diterima atau diperoleh dana pensiun yang pendiriannya telah
disahkan Menteri Keuangan, baik yang dibayar oleh pemberi kerja
maupun pegawai;
h. Penghasilan dari modal yang ditanamkan oleh dana pensiun sebagaimana
dimaksud pada huruf g, dalam bidang-bidang tertentu yang ditetapkan
dengan Keputusan Menteri Keuangan;
i. Bagian laba yang diterima atau diperoleh anggota dari perseroan
komanditer yang modalnya tidak terbagi atas saham-saham, persekutuan,
perkumpulan, firma, dan kongsi, termasuk pemegang unit penyertaan
kontrak investasi kolektif;
j. Dihapus;
k. Penghasilan yang diterima atau diperoleh perusahaan modal ventura
berupa bagian laba dari badan pasangan usaha yang didirikan dan
menjalankan usaha atau kegiatan di Indonesia, dengan syarat badan
pasangan usaha tersebut:
1) Merupakan

perusahaan

mikro,

kecil,

menengah,

atau

yang

menjalankan kegiatan dalam sektor-sektor usaha yang diatur dengan
atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan; dan
2) Sahamnya tidak diperdagangkan di bursa efek di Indonesia.
l. Beasiswa yang memenuhi persyaratan tertentu yang ketentuannya diatur
lebih lanjut dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan;

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

20
m. Sisa lebih yang diterima atau diperoleh badan atau lembaga nirlaba yang
bergerak dalam bidang pendidikan dan/atau bidang penelitian dan
pengembangan, yang telah terdaftar pada instansi yang membidanginya,
yang ditanamkan kembali dalam bentuk sarana dan prasarana kegiatan
pendidikan dan/atau penelitian dan pengembangan, dalam jangka waktu
paling lama 4 (empat) tahun sejak diperolehnya sisa lebih tersebut, yang
ketentuannya diatur lebih lanjut dengan atau berdasarkan Peraturan
Menteri Keuangan; dan
n. Bantuan atau santunan yang dibayarkan oleh Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial kepada Wajib Pajak tertentu, yang ketentuannya diatur
lebih lanjut dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.

5.

Kompensasi Kerugian
Keuntungan dan kerugian adalah dua hal yang biasa terjadi dalam suatu

usaha bisnis. Ada kalanya sebuah usaha mengalami keuntungan dan ada kalanya
juga sebuah usaha mengalami kerugian. Dalam konteks Pajak Penghasilan,
keuntungan yang diperoleh Wajib Pajak akan dikenai pajak penghasilan,
sedangkan kerugian yang diderita Wajib Pajak tidak akan dikenai pajak
penghasilan. Bahkan kerugian yang didapatkan dalam satu tahun pajak dapat
digunakan untuk menutupi keuntungan pada tahun-tahun berikutnya sehingga
pada tahun-tahun tersebut pajak penghasilan menjadi lebih kecil atau tidak
terutang sama sekali. Proses membawa kerugian dalam satu tahun pajak ke tahun-

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

21
tahun pajak berikutnya ini dinamakan sebagai Kompensasi Kerugian (Carrying
Loss).
Berdasarkan Surat Edaran SE-03/PJ.31/2004 tentang kompensasi
kerugian fiskal dalam penghitungan pajak penghasilan menyebutkan:
1.

Kerugian yang dimaksud adalah kerugian fiskal berdasarkan pada
ketetapan pajak yang telah diterbitkan oleh Direktur Jenderal Pajak
maupun kerugian fiskal berdasarkan SPT Tahunan Wajib Pajak (self
assessment) dalam hal tidak ada atau belum diterbitkan ketetapan pajak
oleh Direktur Jenderal Pajak.

2.

Apabila setelah pemeriksaan terhadap SPT Tahunan yang menyatakan
rugi tidak lebih bayar maupun rugi lebih bayar tidak meniadakan hak
kompensasi kerugian fiskal. Namun apabila ditemukan jumlah kerugian
fiskal yang berbeda dari SPT Tahunan atau menjadi tidak rugi maka
kompensasi kerugian fiskal menurut SPT Tahuanan tersebut harus segera
dibetulkan.

3.

Kerugian fiskal dari penghasilan yang bersumber di luar negeri hanya
dapat dikompensasikan dengan penghasilan dari sumber yang sama di
luar negeri.

4.

Kerugian fiskal dari penghasilan yang dikenakan PPh final atau
penghasilan yang bukan merupakan Objek Pajak, tidak dapat
dikompensasikan dengan penghasilan lainnya yang dikenakan pajak
berdasarkan ketentuan umum.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

22
Berdasarkan penjelasan Pasal 6 ayat (2) atas UU RI No.36 tahun 2008
tentang Pajak Penghasilan menyebutkan kerugian fiskal dapat dikompensasikan
dengan penghasilan neto atau laba fiskal selama lima tahun berturut-turut dimulai
sejak tahun berikutnya sesudah tahun didapatnya kerugian tersebut.

C.

Penghasilan Kena Pajak
PSAK 2007, No.46 menyebutkan bahwa Penghasilan Kena Pajak (PKP)

atau laba fiskal (taxable profit) atau rugi pajak (tax loss) adalah laba atau rugi
selama satu periode yang dihitung berdasarkan peraturan perpajakan dan yang
menjadi dasar penghitungan pajak penghasilan. Pasal 6 ayat (1) UU RI No.36
tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan menyebutkan bahwa Penghasilan Kena
Pajak untuk wajib pajak dalam negeri dan bentuk usaha tetap ditentukan
berdasarkan penghasilan bruto dikurangi biaya-biaya untuk mendapatkan,
menagih, dan memelihara penghasilan. Rumusan penghasilan kena pajak yang
dimaksud pasal 6 ayat (1) UU RI No.36 tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan
sama halnya dengan menentukan penghasilan neto fiskal wajib pajak badan dalam
negeri dan bentuk usaha tetap.
Penghasilan bruto yang dimaksud merupakan semua penghasilan yang
menjadi objek pajak (pasal 4 ayat (1)) yang diperoleh dalam tahun pajak.
Penghasilan neto fiskal yang dimaksud adalah penghasilan neto komersial
dikurangi dengan penghasilan yang dikenakan PPh final dan yang tidak termasuk
objek pajak dalam tahun pajak yang telah ditambah dengan biaya-biaya yang tidak
boleh dikurangkan dari penghasilan bruto (penyesuaian koreksi positif) dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

23
dikurangi dengan biaya-biaya yang boleh dikurangkan dari penghasilan bruto
(penyesuaian koreksi negatif). Perhitungan dapat dirumuskan sebagai berikut:
Gambar 2.1 Penghitungan Penghasilan Kena pajak
1
Penghasilan Neto Fiskal
xxx
2
Kompensasi Kerugian Fiskal
xxx
3
Penghasilan Kena Pajak (1 – 2 )
xxx
Sumber : SPT Tahunan Formulir 1771

1.

Biaya-biaya yang Boleh Dikurangkan dari Penghasilan Bruto
Biaya-biaya yang boleh dikurangkan dari penghasilan bruto yang diatur

oleh Undang-Undang No. 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan pasal 6 ayat
(1) adalah :
a. Biaya yang secara langsung atau tidak langsung berkaitan dengan kegiatan
usaha, antara lain:
1) Biaya pembelian bahan;
2) Biaya berkenaan dengan pekerjaan atau jasa termasuk upah, gaji,
honorarium, bonus, gratifikasi, dan tunjangan yang diberikan dalam
bentuk uang;
3) Bunga, sewa, dan royalti;
4) Biaya perjalanan;
5) Biaya pengolahan limbah;
6) Premi asuransi;
7) Biaya promosi dan penjualan yang diatur dengan atau berdasarkan
Peraturan Menteri Keuangan;
8) Biaya administrasi; dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

24
9) Pajak kecuali Pajak Penghasilan;
b. Penyusutan atas pengeluaran untuk memperoleh harta berwujud dan
amortisasi atas pengeluaran untuk memperoleh hak dan atas biaya lain
yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 11 dan Pasal 11A;
c. Iuran kepada dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri
Keuangan;
d. Kerugian karena penjualan atau pengalihan harta yang dimiliki dan
digunakan dalam perusahaan atau yang dimiliki untuk mendapatkan,
menagih, dan memelihara penghasilan;
e. Kerugian selisih kurs mata uang asing;
f. Biaya penelitian dan pengembangan perusahaan yang dilakukan di
Indonesia;
g. Biaya beasiswa, magang, dan pelatihan;
h. Piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih dengan syarat:
1) Telah dibebankan sebagai biaya dalam laporan laba rugi komersial;
2) Wajib Pajak harus menyerahkan daftar piutang yang tidak dapat
ditagih kepada Direktorat Jenderal Pajak; dan
3) Telah diserahkan perkara penagihannya kepada Pengadilan Negeri atau
instansi pemerintah yang menangani piutang negara; atau adanya
perjanjian tertulis mengenai penghapusan piutang/pembebasan utang
antara

kreditur

dan

debitur

yang

bersangkutan;

atau

telah

dipublikasikan dalam penerbitan umum atau khusus; atau adanya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

25
pengakuan dari debitur bahwa utangnya telah dihapuskan untuk jumlah
utang tertentu;
4) Syarat sebagaimana dimaksud pada angka 3 tidak berlaku untuk
penghapusan piutang tak tertagih debitur kecil sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 4 ayat (1) huruf k; yang pelaksanaannya diatur lebih lanjut
dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan;
i. Sumbangan dalam rangka penanggulangan bencana nasional yang
ketentuannya diatur dengan Peraturan Pemerintah;
j. Sumbangan dalam rangka penelitian dan pengembangan yang dilakukan di
Indonesia yang ketentuannya diatur dengan Peraturan Pemerintah;
k. Biaya pembangunan infrastruktur sosial yang ketentuannya diatur dengan
Peraturan Pemerintah;
l. Sumbangan fasilitas pendidikan yang ketentuannya diatur dengan
Peraturan Pemerintah; dan
m. Sumbangan dalam rangka pembinaan olahraga yang ketentuannya diatur
dengan Peraturan Pemerintah.
Apabila penghasilan bruto setelah pengurangan didapat kerugian,
kerugian tersebut dikompensasikan dengan penghasilan mulai tahun pajak
berikutnya berturut-turut sampai dengan 5 (lima) tahun.

2.

Biaya-biaya yang Tidak Boleh Dikurangkan dari Penghasilan Bruto
Biaya-biaya yang tidak boleh dikurangkan dari penghasilan bruto diatur

dalam Undang-Undang No. 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan pasal 9
ayat (1) adalah :

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

26
a. Pembagian laba dengan nama dan dalam bentuk apapun seperti dividen,
termasuk dividen yang dibayarkan oleh perusahaan asuransi kepada
pemegang polis, dan pembagian sisa hasil usaha koperasi;
b. Biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk kepentingan pribadi
pemegang saham, sekutu, atau anggota;
c. Pembentukan atau pemupukan dana cadangan, kecuali:
d. Cadangan piutang tak tertagih untuk usaha bank dan badan usaha lain yang
menyalurkan kredit, sewa guna usaha dengan hak opsi, perusahaan
pembiayaan konsumen, dan perusahaan anjak piutang;
e. Cadangan untuk usaha asuransi termasuk cadangan bantuan sosial yang
dibentuk oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial;
f. Cadangan penjaminan untuk Lembaga Penjamin Simpanan;
g. Cadangan biaya reklamasi untuk usaha pertambangan;
h. Cadangan biaya penanaman kembali untuk usaha kehutanan; dan
i. Cadangan biaya penutupan dan pemeliharaan tempat pembuangan limbah
industri untuk usaha pengolahan limbah industri, yang ketentuan dan
syarat-syaratnya diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri
Keuangan;
j. Premi asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi
dwiguna, dan asuransi bea siswa, yang dibayar oleh Wajib Pajak orang
pribadi, kecuali jika dibayar oleh pemberi kerja dan premi tersebut
dihitung sebagai penghasilan bagi Wajib Pajak yang bersangkutan;

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

27
k. Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang
diberikan dalam bentuk natura dan kenikmatan, kecuali penyediaan
makanan dan minuman bagi seluruh pegawai serta penggantian atau
imbalan dalam bentuk natura dan kenikmatan di daerah tertentu dan yang
berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan yang diatur dengan atau
berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan;
l. Jumlah yang melebihi kewajaran yang dibayarkan kepada pemegang
saham atau kepada pihak yang mempunyai hubungan istimewa sebagai
imbalan sehubungan dengan pekerjaan yang dilakukan;
m. Harta

yang dihibahkan, bantuan

atau sumbangan, dan

warisan

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (3) huruf a dan huruf b, kecuali
sumbangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) huruf i sampai
dengan huruf m serta zakat yang diterima oleh badan amil zakat atau
lembaga amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah atau
sumbangan keagamaan yang sifatnya wajib bagi pemeluk agama yang
diakui di Indonesia, yang diterima oleh lembaga keagamaan yang dibentuk
atau disahkan oleh pemerintah, yang ketentuannya diatur dengan atau
berdasarkan Peraturan Pemerintah;
n. Pajak Penghasilan;
o. Biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk kepentingan pribadi Wajib
Pajak atau orang yang menjadi tanggungannya;
p. Gaji yang dibayarkan kepada anggota persekutuan, firma, atau perseroan
komanditer yang modalnya tidak terbagi atas saham;

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

28
q. Sanksi administrasi berupa bunga, denda, dan kenaikan serta sanksi pidana
berupa denda yang berkenaan dengan pelaksanaan perundang-undangan di
bidang perpajakan.
Undang-Undang Republik Indonesia No.36 tahun 2008 tentang Pajak
Penghasilan pasal 9 ayat (2) menyebutkan bahwa pengeluaran untuk
mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan yang mempunyai masa
manfaat lebih dari 1 (satu) tahun tidak dibolehkan untuk dibebankan sekaligus,
melainkan dibebankan melalui penyusutan atau amortisasi sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 11 atau Pasal 11A yang berisi ayat :
Adapun Pasal 11 berisi sebagai berikut :
1) Penyusutan atas pengeluaran untuk pembelian,pendirian, penambahan,
perbaikan, atau perubahan harta berwujud, kecuali tanah yang
berstatus hak milik, hak guna bangunan, hak guna usaha, dan hak
pakai, yang dimiliki dan digunakan untuk mendapatkan, menagih, dan
memelihara penghasilan yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1
(satu) tahun dilakukan dalam bagian-bagian yang sama besar selama
masa manfaat yang telah ditentukan bagi harta tersebut;
2) Penyusutan atas pengeluaran harta berwujud sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) selain bangunan, dapat juga dilakukan dalam bagianbagian yang menurun selama masa manfaat, yang dihitung dengan cara
menerapkan tarif penyusutan atas nilai sisa buku,dan pada akhir masa
manfaat nilai sisa buku disusutkan sekaligus, dengan syarat dilakukan
secara taat asas;

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

29
3) Penyusutan dimulai pada bulan dilakukannya pengeluaran, kecuali
untuk harta yang masih dalam proses pengerjaan, penyusutannya
dimulai pada bulan selesainya pengerjaan harta tersebut;
4) Dengan

persetujuan

Direktur

Jenderal

Pajak,

Wajib

Pajak

diperkenankan melakukan penyusutan mulai pada bulan harta tersebut
digunakan untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan
atau pada bulan harta yang bersangkutan mulai menghasilkan;
5) Apabila Wajib Pajak melakukan penilaian kembali aktiva berdasarkan
ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19, maka dasar
penyusutan atas harta adalah nilai setelah dilakukan penilaian kembali
aktiva tersebut;
6) Untuk menghitung penyusutan, masa manfaat dan tarif penyusutan
harta berwujud ditetapkan sebagai berikut:
Tabel II.1 Tarif Penyusutan Harta Berwujud
Tarif Penyusutan sebagaimana
Kelompok Harta
Masa
dimaksud dalam
Berwujud
Manfaat
Ayat (1)
Ayat (2)
I. Bukan bangunan
Kelompok 1
4 tahun
25%
50%
Kelompok 2
8 tahun
12,5%
25%
Kelompok 3
16 tahun
6,25%
12,5%
Kelompok 4
20 tahun
5%
10%
II. Bangunan
Permanen
20 tahun
5%
Tidak Permanen
10 tahun
10%
Sumber: UU RI No.36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

30
7) Ketentuan lebih lanjut mengenai penyusutan atas harta berwujud yang
dimiliki dan digunakan dalam bidang usaha tertentu diatur dengan
Peraturan Menteri Keuangan.
8) Apabila terjadi pengalihan atau penarikan harta sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 4 ayat (1) huruf d atau penarikan harta karena sebab
lainnya, maka jumlah nilai sisa buku harta tersebut dibebankan sebagai
kerugian dan jumlah harga jual atau penggantian asuran