Evaluasi pengisian Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan wajib pajak badan : studi kasus di Yayasan Pangudi Luhur Semarang.
ABSTRAK
EVALUASI PENGISIAN SURAT PEMBERITAHUAN (SPT) TAHUNAN WAJIB PAJAK BADAN
Studi Kasus di Yayasan Pendidikan Pangudi Luhur Semarang Debby Julistina Simatupang
NIM : 122114136 Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta 2016
Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pengisian SPT Tahunan Wajib Pajak Badan pada Yayasan Pangudi Luhur. Evaluasi dilakukan untuk mengetahui ketepatan dalam pengisianSPT Tahunan Wajib Pajak Badan sesuai dengan peraturan perpajakan yang berlaku.
Jenis penelitian adalah studi kasus. Data diperoleh dengan melakukan dokumentasi dan wawancara. Teknik analisis data yang digunakan adalah deskriftif komparatif
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengisian SPT Tahunan Wajib Pajak Badan yang dipenuhi dan dilaporkan oleh Yayasan Pangudi Luhur pada tahun pajak 2014 tidak benar, tidak lengkap namun jelas dan telah ditandatangani sesuai dengan ketentuan dan peraturan perpajakan yang berlaku. Hal ini disebabkan dengan adanya perbedaan pengakuan terhadap biaya yang menjadi pengurang penghasilan bruto, dan yayasan tidak membuat daftar depresiasi fiskal. SPT Tahunan yang dilaporkan telah dicap oleh yayasan.
(2)
CORPORATE TAXPAYERS
Case Studies in Pangudi Luhur Foundation Semarang
Debby Julistina Simatupang NIM: 122114136 Sanata Dharma University
Yogyakarta 2016
This research aims to evaluate completion of the annual tax return for corporate taxpayer in Pangudi Luhur Foundation. The evaluation is conducted to determine the accuracy of filling the annual tax return by taxpayer in accordance with applicable tax regulations.
This research is a case study. The data is obtained by doing interview and documentation and the data analysis is descriptive and comparative analysis.
The results show that the annual tax return of corporate taxpayer which is fulfilled and reported by Pangudi Luhur Foundation taxable year 2014 is not truly, incompletely but clearly and it is signed in accordance with the tax rules and regulations. This is caused by the difference in recognition of costs and the difference decreases gross income. The foundation does not make a list of fiscal depreciation. Annual SPT reported is stamped by the foundation.
(3)
EVALUASI PENGISIAN SURAT PEMBERITAHUAN
(SPT) TAHUNAN WAJIB PAJAK BADAN
Studi Kasus di Yayasan Pendidikan Pangudi Luhur Semarang
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Program Studi Akuntansi
Oleh:
Debby Julistina Simatupang NIM: 122114136
PROGRAM STUDI AKUNTANSI JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
(4)
EVALUASI PENGISIAN SURAT PEMBERITAHUAN (SPT)
TAHUNAN WAJIB PAJAK BADAN
Studi Kasus di Yayasan Pendidikan Pangudi Luhur Semarang
S K R I P S I
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Program Studi Akuntansi
Oleh:
Debby Julistina Simatupang NIM: 122114136
PROGRAM STUDI AKUNTANSI JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
(5)
(6)
(7)
iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN Ia Membuat Segala Sesuatu Indah pada Waktunya
(Pengkotbah 3:11)
Dalam kehidupan ini, kita tidak dapat selalu melakukan hal-hal besar, tetapi kita dapat melakukan hal kecil dengan cinta yang besar.
( Mother Theresa)
Layanilah Tuhan, Bersukacitalah dalam pengharapan, sabarlah dalam kesesakan dan bertekunlah dalam doa.
(Roma 12:12)
Skripsi ini Kupersembahkan Untuk: Tri Tunggal Mahakudus dan Tuan Putri Kemiskinan, Maria Persaudaraan Suster Fransiskanes Santa Elisabeth (FSE) Orang tua dan Keluarga yang selalu mendukung dan mendoakanku Para suster di Komunitas St.Yohanes Don Bosco Yogyakarta. Keluarga Besar Akuntansi 2012 Kelas C Para Sahabat dan Mereka yang berperan dalam kehidupanku
(8)
(9)
(10)
KATA PENGANTAR
Puji syukur dan terima kasih kehadirat Tri Tunggal Mahakudus dan Bunda Maria yang dikandung tanpa noda dosa, yang telah melimpahkan rahmat dan karunia kepada peneliti sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini. Penelitian skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Progran Studi Akuntansi, Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma.
Dalam menyelesaikan skripsi ini peneliti mendapat bantuan, bimbingan dan arahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu peneliti mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada:
1. Drs. Johanes Eka Priyatma, M.Sc., Ph.D. selaku Rektor Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan kesempatan untuk belajar dan mengembangkan kepribadian kepada peneliti.
2. M. Trisnawati Rahayu. S.E., M.Si., Ak., QIA., CA selaku pembimbing yang banyak meluangkan waktu dalam membimbing peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini, semoga Tuhan selalu memberkati.
3. Hilarion Didik Murti Pujonggo, SE, M.Si, Ak, BKP dan Drs. Gabriel Anto Listianto, M.Si, Akt. atas bantuan dan masukan-masukan yang sangat bermanfaat dalam penyelesaian skripsi ini.
4. Bruder Dr.Gregorius Bambang Nugroho FIC, selaku Kepala Kantor Yayasan Pangudi Luhur Pusat yang telah memberikan ijin untuk melakukan penelitian di Yayasan Pangudi Luhur Semarang, dan Bruder Gregorius Suhadi FIC.,
(11)
(12)
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS ... v
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vi
KATA PENGANTAR ... vii
DAFTAR ISI ... ix
HALAMAN DAFTAR TABEL ... xii
HALAMAN DAFTAR GAMBAR ... xiii
ABSTRAK ... xiv
ABSTRACT ... xv
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 4
C. Batasan Masalah... 5
D. Tujuan Penelitian ... 5
E. Manfaat Penelitian ... 6
F. Sistematika Penulisan ... 8
BAB II LANDASAN TEORI ... 9
A. Pajak ... 9
1. Pengertian Pajak ... 9
2. Fungsi Pajak ... 10
3. Sistem Pemungutan Pajak ... 10
4. Wajib Pajak ... 11
5. Badan... 12
6. Pajak Penghasilan... 12
a. Pengertian Pajak Penghasilan ... 12
b. Subjek Pajak Penghasilan ... 12
c. Penghasilan yang Dikecualikan dari Objek Pajak 13 d. Tarif Penyusutan dan Amortisasi ... 17
e. Tarif Pajak Penghasilan... 17
B. Yayasan ... 18
1. Pengertian Yayasan ... 18
2. Kewajiban Perpajakan Yayasan ... 19
3. PenghasilanYayasan Yang Bukan Objek Pajak ... 20
4. PenghasilanYayasan dibidang Pendidikan yang Merupakan Objek Pajak ... 21
(13)
x
3. Fungsi Surat Pemberitahuan (SPT) ... 23
D. Pengisian Surat Pembeitahuan (SPT)... 24
1. Membuat Rekonsiliasi Fiskal ... 24
2. Pengisian SPT Tahunan ... 26
a. Mengisi Lampiran Khusus ... 26
b. Mengisi lampiran VI ... 27
c. Mengisi Lampiran V ... 28
d. Mengisi Lampiran IV ... 28
e. Mengisi lampiran III ... 29
f. Mengisi Lampiran II ... 30
g. Mengisi lampiran I ... 31
h. Mengisi Induk SPT ... 35
E. Penelitian Terdahulu ... 52
F. Kerangka Pemikiran ... 54
BAB III METODE PENELITIAN ... 55
A. Jenis Penelitian ... 55
B. Waktu dan Tempat Penelitian ... 55
C. Subjek dan Objek Penelitian ... 56
1. Subjek Penelitian ... 56
2. Objek Penelitian ... 56
D. Jenis dan Sumber Data Penelitian ... 56
1. Data Primer ... 57
2. Data Sekunder ... 57
E. Teknik Pengumpulan Data ... 58
F. Analisis Data ... 59
IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ... 60
A. Sejarah Yayasan Pangudi Luhur ... 60
B. Tujuan Berdirinya Yayasan Pangudi Luhur ... 61
C. Visi dan Misi Yayasan Pangudi Luhur ... 62
1. Visi Yayasan ... 62
2. Misi Yayasan ... 63
D. Struktur Organisasi Yayasan ... 64
E. Organ Yayasan Pangudi Luhur ... 65
F. Fungsi, Tugas dan Wewenang Organ Yayasan ... 66
G. Kebijakan Akuntansi dan Perpajakan ... 67
1. Kebijakan Akuntansi Yayasan ... 67
2. Kebijakan Perpajakan Yayasan ... 68
BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ... 70
A. Deskripsi Data Penelitian ... 70
B. Analisis Data ... 79
1. Menyusun rekonsiliasi fiskal atas laporan aktivitas . 79 2. Pengisian SPT Tahunan Badan Formulir 1771 ... 95
3. Evaluasi kebenaran, Kelengkapan, dan kejelasan dalam Pengisian SPT yang dilakukan Yayasan ... 105
(14)
C. Pembahasan ... 116
1. Menyusun rekonsiliasi fiskal atas laporan aktivitas . 116 2. Pengisian SPT Tahunan Badan Formulir 1771 ... 119
3. Evaluasi kebenaran, Kelengkapan, dan kejelasan dalam Pengisian SPT yang dilakukan Yayasan ... 120
4. Pemanfaatan sisa lebih yang diperoleh Yayasan ... 122
BAB V PENUTUP ... 124
A. Kesimpulan ... 124
B. Keterbatasan Penelitian ... 125
C. Saran ... 125
DAFTAR PUSTAKA ... 126
(15)
xii
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel. 1 Tarif Penyusutan Harta Berwujud... 17 Tabel. 2 Tarif Amortisasi Harta Tak Berwujud ... 17 Tabel. 3 Penghitungan Neto Fiskal ... 78 Tabel. 4 Penghitungan penyusutan Aktiva Tetap menurut yayasan .... 84 Tabel. 5 Penghitungan Penyusutan Aktiva Tetap berdasarkan
Undang-Undang PPh No.36 tahun 2008 ... 89 Tabel. 6 Perbandingan Biaya Penyusutan menurut yayasan dengan
Undang-Undang PPh No.36 tahun 2008 ... 90 Tabel. 7 Laporan Aktivitas Fiskal Yayasan berdasarkan
Undang-Undang Perpajakan ... 91 Tabel. 8 Evalusi Pengisian SPT beserta Lampiran ... 106 Tabel. 9 Kode Opini Auditor ... 111 Tabel.10 Rincian Rencana Fisik Sederhana Investasi
Yayasan Pangudi Luhur ... 114 Tabel. 11 Laporan Realisasi Investasi Yayasan Tahun 2014 ... 114
(16)
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar.I Kerangka Pemikiran... 54
Gambar.II Struktur Organisasi Yayasan ... 64
Gambar.III Laporan Neraca Yayasan Pangudi Luhur ... 71
Gambar.IV Laporan Aktivitas Yayasan Pangudi Luhur ... 74
Gambar.V Laporan Saldo Pendapatan dan Belanja Yayasan Pangudi Luhur ... 77
(17)
xiv ABSTRAK
EVALUASI PENGISIAN SURAT PEMBERITAHUAN (SPT) TAHUNAN WAJIB PAJAK BADAN
Studi Kasus di Yayasan Pendidikan Pangudi Luhur Semarang Debby Julistina Simatupang
NIM : 122114136 Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta 2016
Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pengisian SPT Tahunan Wajib Pajak Badan pada Yayasan Pangudi Luhur. Evaluasi dilakukan untuk mengetahui ketepatan dalam pengisianSPT Tahunan Wajib Pajak Badan sesuai dengan peraturan perpajakan yang berlaku.
Jenis penelitian adalah studi kasus. Data diperoleh dengan melakukan dokumentasi dan wawancara. Teknik analisis data yang digunakan adalah deskriftif komparatif
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengisian SPT Tahunan Wajib Pajak Badan yang dipenuhi dan dilaporkan oleh Yayasan Pangudi Luhur pada tahun pajak 2014 tidak benar, tidak lengkap namun jelas dan telah ditandatangani sesuai dengan ketentuan dan peraturan perpajakan yang berlaku. Hal ini disebabkan dengan adanya perbedaan pengakuan terhadap biaya yang menjadi pengurang penghasilan bruto, dan yayasan tidak membuat daftar depresiasi fiskal. SPT Tahunan yang dilaporkan telah dicap oleh yayasan.
(18)
ABSTRACT
AN EVALUATION OF COMPLETION OF ANNUAL TAX RETURN FOR CORPORATE TAXPAYERS
Case Studies in Pangudi Luhur Foundation Semarang
Debby Julistina Simatupang NIM: 122114136 Sanata Dharma University
Yogyakarta 2016
This research aims to evaluate completion of the annual tax return for corporate taxpayer in Pangudi Luhur Foundation. The evaluation is conducted to determine the accuracy of filling the annual tax return by taxpayer in accordance with applicable tax regulations.
This research is a case study. The data is obtained by doing interview and documentation and the data analysis is descriptive and comparative analysis.
The results show that the annual tax return of corporate taxpayer which is fulfilled and reported by Pangudi Luhur Foundation taxable year 2014 is not truly, incompletely but clearly and it is signed in accordance with the tax rules and regulations. This is caused by the difference in recognition of costs and the difference decreases gross income. The foundation does not make a list of fiscal depreciation. Annual SPT reported is stamped by the foundation.
(19)
1
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan utama bagi negara. Pentingnya penerimaan pajak bagi negara, menyadarkan para pelaku ekonomi dari berbagai sektor untuk memenuhi kewajiban perpajakannya. Dalam pasal 2 ayat 1 UU No.36 tahun 2008 disebutkan yang termasuk subyek pajak adalah subyek pajak orang pribadi, subyek pajak badan dan bentuk usaha tetap. Salah satu bentuk subyek pajak badan adalah yayasan.
Yayasan sebagai salah satu bentuk organisasi nirlaba (non-profit
organization) merupakan organisasi berbadan hukum yang mempunyai
maksud dan tujuan yang bersifat sosial. Tujuan pendirian yayasan lebih banyak ditujukan untuk mengatasi masalah-masalah sosial dalam masyarakat, dan bukan untuk mencari laba. Pada umumnya yayasan bergerak dalam sektor pendidikan dan sektor kesehatan, yang berfungsi sebagai organisasi nirlaba yang memperoleh sumber dana dari masyarakat melalui donasi atau sumbangan.
Sebelum berlakunya Undang-Undang No.16 tahun 2001 tentang yayasan, pendirian yayasan dan segala sesuatu yang berkaitan dengan ruang lingkup yayasan hanya didasarkan pada “hukum kebiasaan” dan penghasilan yayasan yang diperoleh dari usaha dan modal yang digunakan dengan tujuan untuk kepentingan umum dikecualikan dari pengenaan pajak penghasilan. Namun, setelah berlakunya Undang-Undang No.16 tahun
(20)
2001, maka kedudukan yayasan disetarakan dengan organisasi lainnya yang berorientasi pada laba dan pendiriannya harus berdasarkan hukum formal yang berlaku. Atas dasar tersebut selisih lebih atas pendapatan dan beban yang diperoleh sebuah yayasan akan dikenakan pajak penghasilan. (Bastian, 2007).
Sesuai status badan hukum yang dimilikinya, yayasan dapat menyelenggarakan sendiri kegiatannya dengan kekayaan yang terpisah dan berdiri sendiri, dengan demikian yayasan juga mempunyai kewajiban untuk menyelenggarakan sendiri dokumen-dokumen kegiatannya termasuk pembukuan, pelaporan keuangan dan pemenuhan kewajiban perpajakan.
Yayasan pendidikan merupakan salah satu bentuk yayasan yang terdapat di Indonesia. Yayasan pendidikan bergerak dalam bentuk pendidikan formal dan pendidikan non-formal. Yayasan pendidikan yang bergerak dalam bentuk pendidikan formal antara lain sekolah-sekolah mulai dari tingkat Taman Kanak-kanak (TK) sampai Sekolah Menengah Atas dan Universitas atau Sekolah Tinggi, sedangkan bentuk pendidikan non-formal seperti lembaga bimbingan belajar dan kursus-kursus. Yayasan pendidikan formal maupun non-formal merupakan Wajib Pajak yang memiliki kewajiban untuk menghitung, menyetor dan melaporkan pajak terutangnya kepada negara.
Yayasan pendidikan yang bergerak pada pendidikan formal mendapatkan fasilitas khusus dalam perlakuan perpajakan yaitu selisih
(21)
3
digunakan kembali untuk pembangunan dan pengadaan sarana dan prasarana pada yayasan pendidikan tersebut. Sebagaimana ditetapkan berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan No.80/PMK.03/2009 tentang sisa lebih yang diterima atau diperoleh badan atau lembaga nirlaba yang bergerak dalam bidang pendidikan dan/atau bidang penelitian dan pengembangan, dikecualikan dari objek pajak penghasilan sepanjang memenuhi persyaratan yang ditetapkan. Mengingat adanya perlakuan khusus dalam perpajakan bagi yayasan pendidikan, maka transparansi kegiatan yayasan perlu mendapat perhatian.
Perlakuan perpajakan untuk yayasan secara umum sama dengan perlakuan pajak terhadap organisasi komersial, baik dalam hal pelaporan maupun sistem pemungutannya. Salah satu sistem pemungutan perpajakan yang berlaku di Indonesia adalah self assessment system, suatu sistem pemungutan yang memberi wewenang dan kepercayaan kepada Wajib Pajak untuk menghitung dan melaporkan sendiri pajak yang terutang yang harus ditanggungnya. Pemahaman yang memadai dapat membantu Wajib Pajak menghindari kesalahan dalam pengisian SPT.
Yayasan Pangudi Luhur merupakan yayasan pendidikan yang menyelenggarakan kegiatan dalam bentuk pendidikan formal, mulai dari Taman Kanak-kanak (TK) sampai Sekolah Menengah Atas dan Sekolah Luar Biasa (SLB), yang berada di berbagai provinsi di Indonesia. Sesuai dengan ketentuan Undang-Undang No.16 tahun 2001 tentang yayasan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang No.28 tahun 2004 pasal
(22)
48, Yayasan Pangudi Luhur wajib menyusun laporan keuangan pada akhir periode sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan yang berlaku, dan menurut KUP pasal 28, yayasan wajib menyelenggarakan pembukuan serta menyampaikan SPT Tahunan Pajak Penghasilan sesuai dengan ketentuan perpajakan yang berlaku.
Dalam praktik yang terjadi atas pelaksanaan kewajiban perpajakan oleh Yayasan Pangudi Luhur, perlu dilakukan reviu untuk mengevaluasi kesesuaian pengisian SPT Tahunan Wajib Pajak Badan oleh yayasan dengan ketentuan yang berlaku. Mengingat bahwa peraturan perpajakan selalu mengalami pembaharuan dari tahun ke tahun dan untuk mengetahui apakah pemanfaatan fasilitas perpajakan berupa penundaan penghasilan neto untuk investasi di bidang pendidikan sudah dilakukan oleh yayasan sesuai dengan peraturan perpajakan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang di atas, maka permasalahan yang dirumuskan adalah apakah pengisian SPT Tahunan Wajib Pajak Badan pada Yayasan Pangudi Luhur telah sesuai dengan Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-34/PJ.4/1995 dan UU No.36 tahun 2008 dan Undang-undang No.16 Tahun 2009 tentang KUP?
(23)
5
C. Batasan Masalah
Penelitian ini memiliki batasan masalah yaitu:
1. Ruang lingkup dan pembahasan penelitian adalah mencakup penyajian laporan aktivitas fiskal yang menjadi lampiran SPT Yayasan, pengisian SPT Tahunan PPh Badan tahun pajak 2014 yang dilaporkan oleh Yayasan Pangudi Luhur.
2. Undang-Undang yang dipakai sebagai dasar tinjauan adalah Undang-Undang No.16 Tahun 2009 tentang KUP, UU No.36 tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan, Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak nomor SE-34/PJ.4/1995, Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 80/PMK.03/2009 dan peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-19/PJ/2014 tentang bentuk formulir surat pemberitahuan Tahunan pajak penghasilan wajib pajak orang pribadi dan wajib pajak badan beserta petunjuk pengisiannya.
D. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah yang telah diuraikan, maka tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui pengisian SPT Tahunan Wajib Pajak Badan pada Yayasan Pangudi Luhur telah sesuai atau belum dengan Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-34/PJ.4/1995 dan UU No.36 tahun 2008 dan Undang-Undang no 16 tahun 2009 tentang KUP.
(24)
E. Manfaat Penelitian
Manfaat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagi Yayasan Pangudi Luhur
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dan sumbangan pemikiran kepada yayasan untuk meningkatkan ketepatan dalam pengisian SPT Tahunan PPh.
2. Bagi Peneliti
a. Dapat menambah wawasan dan untuk memperdalam pengetahuan dibidang perpajakan khususnya pajak penghasilan, dan
b. Lebih memahami kedudukan yayasan sebagai organisasi nirlaba yang memiliki badan hukum dan perlakuan perpajakan bagi yayasan khususnya yayasan pendidikan.
3. Bagi Pembaca dan Peneliti Lain
a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan dan wawasan yang bermanfaat serta dapat digunakan sebagai bahan referensi bagi penelitian selanjutnya tentang Pajak Penghasilan Wajib Pajak Badan khususnya Yayasan Pendidikan.
b. Memberikan gambaran kepada pembaca tantang praktik yang riil terhadap proses pengisian SPT Tahunan PPh pada yayasan pendidikan.
4. Bagi Universitas Sanata Dharma
(25)
7
F. Sistematika Penulisan
Penelitian ini akan dilaporkan dengan menggunakan sistematika penulisan sebagai berikut:
Bab I Pendahuluan
Pendahuluan menguraikan latar belakang masalah yang menjadi dasar penelitian penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penelitian.
Bab II Tinjauan Pustaka
Tinjauan pustaka menguraikan teori-teori yang berhubungan dengan masalah yang dibahas dalam penelitian ini, dan sebagai dasar untuk pembahasan.
Bab III Metode Penelitian
Metode penelitian menguraikan mengenai jenis penelitian, objek dan subjek penelitian, waktu dan tempat penelitian, metode pengumpulan data, jenis dan sumber data, teknik analisis data.
Bab IV Gambaran Umum Perusahaan
Bab ini menguraikan gambaran umum yayasan yang diteliti, yang terdiri dari sejarah singkat perusahaan, struktur organisasi yayasan dan uraian tugas masing-masing dalam yayasan yang diteliti.
(26)
Bab V Analisis data dan Pembahasan
Bab ini menjelaskan mengenai hasil analisis data untuk mengetahui hasil dari rumusan masalah yang telah diuraikan. Bab VI Penutup
Bagian penutup dari penelitian ini menguraikan kesimpulan, keterbatasan penelitian dan saran atas penelitian yang dilakukan.
(27)
9
BAB II
LANDASAN TEORI A. Pajak
1. Pengertian Pajak
Menurut UU No 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-undang No 16 tahun 2009 pasal 1 ayat (1): “Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk kepentingan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.”
Banyak para ahli memberikan batasan tentang pajak, diantaranya yang dikemukakan oleh Adriani (Resmi, 2014), pajak adalah:
Iuran masyarakat kepada Negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib pembayaranya menurut peraturan-peraturan, (undang-undang) dengan tidak mendapat prestasi kembali yang langsung dapat ditunjuk dan yang gunanya adalah membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubung tugas Negara untuk menyelenggarakan pemerintahan.
Menurut Resmi, Secara umum dapat disimpulkan bahwa pajak memiliki unsur:
a. Iuran dari rakyat untuk negara,
b. Berdasarkan kekuatan undang-undang dan aturan pelaksanaannya, c. Tidak ada jasa timbal balik dan kontraprestasi dari negara secara
(28)
d.Pajak diperuntukkan untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran negara yang bermanfaat bagi masyarakat
2. Fungsi Pajak
Menurut Mardiasmo (2011), terdapat dua fungsi pajak yaitu: a. Fungsi Penerimaan (Budgetair)
Pajak mempunyai fungsi budgetair, artinya pajak merupakan salah satu sumber penerimaan pemerintah untuk membiayai pengeluaran baik rutin maupun pembangunan.
b. Fungsi Mengatur (Regulerend)
Pajak mempunyai fungsi regulerend artinya sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan pemerintah dalam bidang sosial dan ekonomi, serta mencapai tujuan-tujuan tertentu diluar bidang keuangan.
3. Sistem Pemungutan Pajak
Menurut Mardiasmo (2011), sistem pemungutan pajak ada 3 yaitu: a. Official Assessment System
Official Assessment System adalah pemungutan yang memberi
wewenang kepada pemerintah (fiskus) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh Wajib Pajak.
Ciri-ciri Official Assessment System:
1) Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang ada pada fiskus.
(29)
11
3) Utang pajak timbul setelah dikeluarkan Surat Ketetapan Pajak oleh fiskus.
b. Self Assessment System
Self Assessment System adalah suatu sistem pemungutan pajak yang
memberi wewenang kepada Wajib Pajak untuk menentukan sendiri besarnya pajak terutang.
Ciri-ciri Self Assessment System:
1) Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang ada pada Wajib Pajak sendiri
2) Wajib Pajak aktif mulai dari menghitung, menyetor dan melaporkan sendiri pajak yang terutang
3) Fiskus tidak ikut campur hanya mengawasi. c. With Holding System
With Holding System adalah suatu sistem pemungutan pajak yang
memberi wewenang kepada pihak ketiga (bukan fiskus dan Wajib Pajak yang bersangkutan) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh Wajib Pajak.
4. Wajib Pajak
Menurut Undang-Undang No.16 tahun 2009 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan pasal 1 ayat (2): “Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan, meliputi pembayar pajak, pemotong pajak, dan pemungut pajak yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan”.
(30)
5. Badan
Menurut Undang-Undang No.16 tahun 2009 tentang ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, pasal 1 ayat (3):
“Badan adalah sekumpulan orang dan/atau modal yang merupakan kesatuan yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi perseroan terbatas, perseroan komanditer, perseroan lainnya, badan usaha milik negara atau badan usaha milik daerah dengan nama dan dalam bentuk apapun, firma kongsi, koperasi dan dana pensiun, persekutuan perkumpulan yayasan organisasi massa, organisasi sosial politik, atau organisasi lainnya, lembaga dan bentuk badan lainnya termasuk kontrak investasi kolektif dan bentuk badan usaha tetap”.
6. Pajak Penghasilan
a. Pengertian Pajak Penghasilan
Menurut Gunadi (2013:2), pajak penghasilan (PPh) adalah pajak yang dikenakan terhadap subjek pajak atas penghasilan yang diterima atau diperoleh dalam suatu tahun pajak.
b. Subjek Pajak Penghasilan
Berdasarkan Undang-Undang No.36 tahun 2008, pasal (2) yang menjadi subjek pajak adalah:
1) Orang Pribadi;
2) Warisan yang belum terbagi sebagai suatu kesatuan menggantikan yang berhak
3) Badan yang terdiri dari perseroan terbatas, perseroan komenditer, BUMN/BUMD dengan nama dan bentuk apapun, persekutuan, perseroan atau perkumpulan lainnya, firma, kongsi,
(31)
13
perkumpulan koperasi, yayasan atau lembaga atau bentuk usaha tetap.
4) Bentuk Usaha Tetap (BUT).
c. Penghasilan yang Dikecualikan dari Objek Pajak
Menurut Undang-Undang PPh pasal 4 ayat (3), penghasilan yang dikecualikan dari Objek Pajak adalah sebagai berikut:
a) 1. Bantuan atau sumbangan, termasuk zakat yang diterima oleh badan amil zakat atau lembaga amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah dan yang diterima atau sumbangan keagamaan yang sifatnya wajib bagi pemeluk agama yang diakui di Indonesia, yang diterima oleh pemerintah dan yang diterima oleh penerima sumbangan yang berhak, yang ketentuannya diatur dengan atau berdasarkan peraturan pemerintah; dan
2. Harta hibahan yang diterima oleh keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu derajat, badan keagamaan, badan pendidikan, badan sosial termasuk yayasan, koperasi, atau orang pribadi yang menjalankan usaha mikro dan kecil, yang ketentuannya diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan, sepanjang tidak ada hubungan dengan usaha, pekerjaan, atau penguasaan diantara pihak-pihak yang bersangkutan.
(32)
b) Warisan
c) Harta termasuk setoran tunai yang diterima oleh badan sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 ayat (1) huruf b sebagai pengganti saham atau sebagai pengganti penyertaan modal. d) Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa
yang diterima atau diperoleh dalam bentuk natura dan/atau kenikmatan dari Wajib Pajak atau pemerintah kecuali yang diberikan oleh bukan Wajib Pajak, Wajib Pajak yang menggunakan norma perhitungan khusus (deemend profit) sebagaimana dimaksud dalam pasal (15).
e) Pembayaran dari perusahaan asuransi kepada orang pribadi sehubungan dengan asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi dwiguna dan asuransi beasiswa.
f) Deviden atau bagian laba yang diterima atau diperoleh perseroan terbatas sebagai Wajib Pajak dalam negeri, koperasi, badan usaha milik negara, atau badan usaha milik daerah, dari penyertan modal pada badan usaha yang didirikan dan bertempat kedudukan di Indonesia dengan syarat:
1) Deviden berasal dari cadangan laba yang ditahan;
2) Bagi perseroan terbatas, badan usaha milik daerah yang menerima deviden, kepemilikan saham pada badan yang memberikan deviden paling rendah 25% dari jumlah modal
(33)
15
g) Iuran yang diterima atau diperoleh dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan Menteri Keuangan, baik yang dibayar oleh pemberi kerja maupun pegawai.
h) Penghasilan dari modal yang ditanamkan oleh dana pensiun sebagaimana dimaksud pada huruf (g), dalam bidang-bidang tertentu yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan. i) Bagian laba yang diterima atau diperoleh anggota dari perseroan
komanditer yang modalnya tidak terbagi atas saham-saham, persekutuan, perkumpulan, firma, kongsi, termasuk pemegang unit penyertaan kontrak investasi kolektif.
j) Dihapus
k) Penghasilan yang diterima atau diperoleh perusahaan modal ventura berupa bagian laba dari badan pasangan usaha yang didirikan dan menjalankan usaha atau kegiatan di Indonesia, dengan syarat badan pasangan usaha tersebut:
1) Merupakan perusahaan mikro, kecil, menengah atau yang menjalankan kegiatan dalam sektor-sektor usaha yang diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan; dan 2) Sahamnya tidak diperdagangkan dibursa efek di Indonesia. l) Beasiswa yang memenuhi persyaratan tertentu yang
ketentuannya diatur lebih lanjut dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.
(34)
m) Sisa lebih yang diterima atau diperoleh badan atau lembaga nirlaba yang bergerak dibidang pendidikan dan/atau bidang penelitian dan pengembangan, yang terdaftar pada instansi yang membidanginya, yang ditanamkan kembali dalam bentuk sarana dan prasarana kegiatan pendidikan dan/atau penelitian dan pengembangan, dalam jangka waktu paling lama 4 (empat) tahun sejak diperolehnya sisa lebih tersebut, yang ketentuannya diatur lebih lanjut dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan; dan
n) Bantuan atau santunan yang dibayarkan oleh badan penyelenggara Jaminan Sosial kepada Wajib Pajak tertentu, yang ketentuannya diatur lebih lanjut dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.
d. Tarif Penyusutan dan Amortisasi
Berdasarkan Undang-Undang No.7 tahun 1983 yang telah diubah kedalam Undang-Undang No.36 tahun 2008 tentang pajak penghasilan, pasal 11 ayat (6). Tarif penyusutan harta berwujud adalah ditetapkan sebagai berikut:
(35)
17
Tarif Amortisasi harta tak berwujud ditetapkan sebagi berikut:
Tabel. 2.2 Tarif Amortisasi Harta Tak Berwujud Kelompok
Harta Tak Berwujud
Masa Manfaat
Tarif Amortisasi berdasarkan metode Garis Lurus Saldo Menurun Kelompok 1 Kelompok 2 Kelompok 3 Kelompok 4 4 tahun 8 tahun 16 tahun 20 tahun 25% 12,5% 6,25% 5% 50% 25% 12,5% 10%
Sumber: Undang-Undang PPh No. 36 Tahun 2008
e. Tarif Pajak Penghasilan
Tarif pajak sesuai Undang-Undang No.36 tahun 2008, pasal 17 yang diterapkan atas Penghasilan Kena Pajak bagi Wajib Pajak Badan dalam negeri dan bentuk usaha tetap adalah sebesar 28% (dua puluh delapan persen), dapat diturunkan menjadi paling rendah 25% (dua puluh lima persen) yang mulai berlaku sejak tahun pajak 2010.
Kelompok Harta Berwujud Masa Manfaat Tarif Penyusutan sebagaimana dimaksud dalam Ayat (1) Ayat (2) I. Bukan Bangunan
Kelompok 1 Kelompok 2 Kelompok 3 Kelompok 4 4 tahun 8 tahun 16 tahun 20 tahun 25% 12,5% 6,25% 5% 50% 25% 12,5% 10% II.Bangunan Permanen
Tidak Permanen 20 tahun 10 tahun 5% 10% Tabel. 2.1 Tarif Penyusutan Harta Berwujud
(36)
Pada pasal 31 E, dinyatakan bahwa Wajib Pajak Badan dalam negeri dengan peredaran bruto sampai dengan Rp.50.000.000.000,00 (Lima puluh miliar rupiah) mendapat fasilitas berupa pengurangan tarif sebesar 50% (lima puluh persen) dari tarif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (1) huruf b dan ayat (2a) yang dikenakan atas Penghasilan Kena Pajak dari bagian peredaran bruto sampai dengan Rp.4.800.000.000,00 (Empat miliar delapan ratus juta rupiah). Tarif PPh Badan dikenakan sebesar 25 % x 50 % x Penghasilan Kena Pajak.
B. Yayasan
1. Pengertian dan Tujuan Yayasan
Menurut UU No.16 Tahun 2001 tentang yayasan sebagaimana diubah dengan Undang-Undang No.28 Tahun 2004, yayasan adalah badan hukum yang terdiri atas kekayaan yang dipisahkan dan diperuntukkan untuk mencapai tujuan tertentu di bidang sosial, keagamaan, dan kemanusiaan, yang tidak mempunyai anggota.
Yayasan adalah kesatuan yang didirikan dengan tujuan tidak mencari laba (nirlaba) tetapi bertujuan tertentu dibidang sosial, keagamaan atau kemanusiaan berdasarkan prinsip keterbukaan dan akuntabilitas (Lubis, 2009:120).
(37)
19
Tujuan yayasan adalah melakukan aktivitas-aktivitas yang bersifat sosial keagamaan dan kemanusiaan. Sumber pembiayaan yayasan berasal dari sejumlah kekayaan yang dipisahkan dalam bentuk uang atau barang, selain itu sumber pembiayaan yayasan juga bisa berasal dari sumbangan atau bantuan. Pertanggungjawaban yayasan bersifat vertikal dan horizontal. Pertanggungjawaban vertikal adalah pertanggungjawaban atas pangelolaan dana kepada otoritas yang lebih tinggi seperti Pembina dan pertanggungjawaban horizontal adalah pertanggungjawaban atas pengelolaan dana kepada masyarakat luas sebagai salah satu elemen penting dalam proses akuntabilitas publik.
2. Kewajiban Perpajakan Yayasan
Sesuai dengan UU PPh pasal 2 ayat 1 huruf (b) bahwa yayasan merupakan subjek pajak. Yayasan menjadi Wajib Pajak jika menerima atau memperoleh penghasilan yang merupakan objek pajak. Namun, meskipun tidak menerima atau memperoleh penghasilan yang merupakan objek pajak, yayasan tetap menjadi Wajib Pajak jika memenuhi kriteria sebagai pemotong pajak. Sebagai contoh, yayasan bertindak sebagai pemotong PPh pasal 21 atas penghasilan berupa gaji, honorarium, upah, tunjangan yang dibayarkan kepada karyawan/peserta kegiatan/pihak lain.
(38)
Menurut Lubis (2009), hampir semua perlakuan pajak atas yayasan sama dengan perlakuan pajak pada badan lainnya, seperti:
a. Wajib mendaftarkan diri untuk memiliki NPWP dan NPPKP b. Yayasan wajib menyelenggarakan pembukuan.
c. Wajib menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT) baik Masa maupun Tahunan, seperti:
1) Melaporkan kewajiban PPh Badan, PPh pasal 25, PPh pasal 29. 2) Pemotong PPh pasal 21, Pasal 22, Pasal 23, Pasal 26, Pasal 4
(2).
3) Jika menjadi Pengusaha Kena Pajak (PKP) wajib memotong/memungut PPN.
3. Penghasilan Yayasan yang Bukan Objek Pajak
Penerimaan yayasan dapat dibedakan antara penerimaan yang bukan objek pajak dan penerimaan yang merupakan objek pajak. Penghasilan yang bukan objek pajak berdasarkan UU PPh pasal 4 ayat (3) adalah sebagai berikut:
a. Bantuan atau sumbangan, harta hibahan yang diterima yayasan sepanjang tidak ada hubungan dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan atau penguasaan antar pihak pemberi dan pihak penerima. Apabila bantuan, sumbangan atau hibah tersebut berupa harta yang dapat disusutkan/diamortisasi, harta tersebut harus
(39)
21
dibukukan oleh pihak yang menerima sesuai dengan nilai buku pihak yang memberikan.
b. Sisa lebih yang diterima atau diperoleh badan atau lembaga nirlaba yang bergerak dalam bidang pendidikan dan/atau bidang penelitian dan pengembangan yang telah terdaftar pada instansi yang membidanginya yang ditanamkan kembali dalam bentuk sarana dan prasarana kegiatan pendidikan dan/atau penelitian dan pengembangan, dalam jangka waktu paling lama 4 tahun sejak diperolehnya sisa lebih tersebut.
c. Deviden atau bagian laba yang diterima atau diperoleh yayasan dengan penyertaan modal yayasan pada badan usaha yang didirikan dan berkedudukan di Indonesia.
d. Bantuan atau sumbangan dari pemerintah.
4. Penghasilan Yayasan di Bidang Pendidikan yang Merupakan Objek Pajak:
a. Penghasilan dari uang pendaftaran dan uang pangkal,
b. Penghasilan dari uang seleksi penerimaan siswa atau mahasiswa atau peserta pendidikan,
c. Penghasilan dari uang pembangunan gedung, pengadaan prasarana atau pembayaran lain dengan nama apapun yang berkaitan dengan keberadaan siswa atau mahasiswa atau peserta pendidikan,
(40)
d. Penghasilan dari uang SPP, uang SKS, uang ujian, uang kursus, uang seminar atau lokakarya dan sebagainya,
e. Penghasilan lain yang berkaitan dengan jasa penyelenggaraan pengajaran atau pendidikan atau pelatihan dengan nama dan dalam bentuk apapun,
f. Penghasilan kontrak kerja di bidang penelitian, dan lain-lain.
C. Surat pemberitahuan (SPT)
1. Pengertian Surat Pemberitahuan (SPT)
Menurut Undang-Undang No.16 Tahun 2009 tentang perubahan ketiga atas Undang-Undang No.6 tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, Surat Pemberitahuan (SPT) adalah surat yang oleh Wajib Pajak digunakan untuk melaporkan penghitungan dan/atau pembayaran pajak, objek pajak, dan/atau bukan objek pajak, dan/atau harta dan kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
2. Jenis Surat Pemberitahuan (SPT) Surat Pemberitahuan (SPT) terdiri dari:
a) SPT Masa adalah surat yang digunakan oleh Wajib Pajak untuk penghitungan dan atau pembayaran pajak yang terutang dalam suatu masa pajak tertentu (Bwoga, 2005:55).
(41)
23
pajak yang terutang dalam suatu tahun pajak, yaitu untuk jenis pajak penghasilan (PPh) (Bwoga, 2005:55).
SPT Tahunan PPh Badan terdiri dari:
1) SPT 1771- Rupiah: SPT Tahunan PPh bagi Wajib Pajak Badan. 2) SPT 1771-US: SPT Tahunan PPh bagi Wajib Pajak Badan yang diijinkan menyelenggarakan pembukuan dalam bahasa Inggris dalam mata uang Dolar Amerika Serikat.
3. Fungsi Surat Pemberitahuan (SPT)
Menurut Resmi, 2014 Fungsi Surat Pemberitahuan adalah sebagai berikut:
a. Bagi Wajib Pajak, fungsi SPT adalah sebagai sarana untuk melaporkan dan mempertanggungjawabkan penghitungan jumlah pajak yang sebenarnya terutang dan melaporkan tentang:
1) Pembayaran atau pelunasan pajak yang telah dilaksanakan sendiri dan/atau melalui pemotongan atau pemungutan pihak lain dalam 1 (satu) Tahun Pajak atau Bagian Tahun Pajak;
2) Penghasilan yang merupakan objek pajak dan/atau bukan objek pajak;
3) Harta dan kewajiban; dan/atau
4) Pembayaran dari pemotong atau pemungut tentang pemotongan atau pemungutan pajak orang pribadi atau badan lain dalam 1 (satu) Masa Pajak sesuai dengan ketentuan peraturan perpajakan.
(42)
b. Bagi Pengusaha Kena Pajak, fungsi SPT adalah sebagai sarana untuk melaporkan dan mempertanggungjawabkan penghitungan jumlah Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) yang sebenarnya terutang, dan untuk melaporkan tentang:
1) Pengkreditan Pajak Masukan terhadap Pajak Keluaran; dan 2) Pembayaran atau pelunasan pajak yang telah dilaksanakan sendiri
oleh PKP dan/atau melalui pihak lain dalam satu Masa Pajak, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
c. Bagi Pemotong atau Pemungut Pajak, fungsi SPT adalah sebagai sarana untuk melaporkan dan mempertanggungjawabkan pajak yang dipotong/dipungut dan disetorkannya.
D. Pengisian Surat Pemberitahuan Tahunan (SPT) 1. Membuat Rekonsiliasi Fiskal
Sehubungan dengan adanya perbedaan antara laba (rugi) menurut perhitungan secara akuntansi komersial dan secara fiskal (Undang-Undang No.36 tahun 2008), maka sebelum menghitung pajak panghasilan yang terutang, terlebih dahulu dilakukan koreksi fiskal terhadap laporan laba (rugi) komersial sesuai dengan Undang-Undang No.36 Tahun 2008. Koreksi fiskal dilakukan dengan menyesuaikan
(43)
25
akun, metode dan pengakuan penghasilan dan biaya sesuai dengan peraturan perpajakan.
Rekonsiliasi Fiskal adalah penyusunan laporan keuangan fiskal setelah dilakukan koreksi fiskal terhadap laporan keuangan komersial untuk menghilangkan perbedaan antara laporan keuangan komersial dan laporan keuangan fiskal dalam menghitung PPh Terutang (Pandiangan, 2014:151).
Dengan demikian, untuk keperluan perpajakan Wajib Pajak cukup membuat satu pembukuan berdasarkan PSAK, dan pada waktu pengisian SPT Tahunan PPh terlebih dahulu harus dilakukan koreksi fiskal. Koreksi fiskal dapat dilakukan terhadap penghasilan maupun biaya-biaya (pengurang penghasilan bruto). Koreksi fiskal antara lain: a) Beda Tetap (Permanent Different)
Beda tetap adalah perbedaan antara laporan keuangan komersial dan laporan keuangan fiskal yang disebabkan oleh perbedaan pengakuan atas akun atau pos-pos yang ada. Sifat beda tetap adalah pengakuan terhadap akun atau pos-pos sesuai dengan peraturan perundang-undangan perpajakan tidak diperkenankan sebagai penghasilan atau biaya. Perbedaan ini mengakibatkan terjadinya koreksi positif atau negatif tergantung pada penerapannya.
b) Beda Waktu (Time Different)
Beda waktu adalah perbedaan besaran akun atau pos-pos yang diantara akuntansi dan fiskal yang disebabkan oleh perbedaan
(44)
metode yang digunakan. Metode tersebut meliputi metode pembukuan, metode penyusutan, metode penilaian persediaan, metode cadangan, metode penyisihan piutang dan kompensasi kerugian.
Langkah dalam membuat rekonsiliasi fiskal adalah: 1) Menghitung tarif penyusutan
2) Menghitung kompensasi kerugian
3) Membuat rekonsiliasi fiskal terhadap laporan laba-rugi perusahaan.
2. Pengisian Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan
SPT yang digunakan untuk pajak penghasilan Wajib Pajak Badan adalah SPT 1771. Sesuai dengan Peraturan Dirjen Pajak Jenderal Pajak PER-19/PJ/2014, langkah - langkah pengisian SPT Tahunan 1771 adalah sebagai berikut:
a. Mengisi Lampiran Khusus
Setelah melakukan rekonsiliasi fiskal, maka langkah yang selajutnya dilakukan adalah mengisi lampiran khusus yang dibutuhkan di perusahaan. Jenis lampiran khusus untuk SPT Tahunan Badan antara lain; daftar cabang utama perusahaan, daftar penyusutan dan amortisasi fiskal, pernyataan transaksi dalam hubungan istimewa, daftar fasilitas penanaman modal, penghitungan kompensasi kerugian fiskal dan kredit pajak luar
(45)
27
b. Mengisi Lampiran VI
Lampiran ini digunakan untuk melaporkan hal-hal berikut: 1) Bagian A
Daftar penyertaan modal pada perusahaan Afiliasi. Penyertaan modal yang dicantumkan adalah penyertaan modal yang memenuhi kriteria hubungan istimewa baik langsung maupun tidak langsung.
2) Bagian B
Daftar utang dari pemegang saham dan/atau perusahaan Afiliasi. Utang yang dicantumkan adalah utang dari pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa baik langsung maupun tidak langsung.
3) Bagian C
Daftar piutang kepada pemegang saham dan/atau perusahaan Afiliasi. Piutang yang dicantumkan adalah piutang kapada pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa baik langsung maupun tidak langsung.
Ketiga daftar diisi dengan angka saldo akhir tahun berdasarkan transkip kutipan elemen-elemen dari laporan keuangan komersial yang dilampirkan pada SPT Tahunan. Wajib Pajak yang tidak mempunyai penyertaan modal atau penyertaan modalnya tidak memenuhi kriteria hubungan istimewa, serta Wajib Pajak yang tidak mempunyai utang/piutang kepada pihak-pihak yang
(46)
mempunyai hubungan istimewa, cukup mengisi daftar dengan pernyataan “Tidak Ada” pada kolom (2).
c. Mengisi Lampiran V
Lampiran ini digunakan untuk melaporkan daftar pemegang saham/pemilik modal dan daftar susunan pengurus dan komisaris. Bagian A digunakan untuk melaporkan daftar pemegang saham/pemilik modal dan jumlah dividen yang dibagikan. Bagian B yang digunakan untuk melaporkan susunan pengurus dan komisaris. Bagi Wajib Pajak Badan Yayasan atau bentuk badan lain yang tidak dimiliki atas dasar penyertaan modal, cukup mengisi bagian daftar pemegang saham dengan penyataan “Tidak Ada”. Daftar susunan pengurus dan komisaris diisi lengkap untuk kondisi akhir periode tahun pajak yang bersangkutan.
d. Mengisi Lampiran IV
Digunakan untuk melaporkan PPh final dan penghasilan yang tidak termasuk objek pajak. Lampiran ini diisi dengan penghasilan tertentu yang dikenakan PPh final baik melalui pemotong oleh pihak lain atau dengan menyetor sendiri, termasuk penghasilan dari usaha dengan peredaran bruto tertentu yang menurut pajak dikecualikan dari objek pajak Penghasilan. Wajib Pajak wajib memperlihatkan rincian bukti-bukti pemotongan/pembayaran pajaknya apabila diminta untuk keperluan pemeriksaan kewajiban
(47)
29
e. Mengisi Lampiran III
Digunakan untuk melaporkan Kredit Pajak Dalam Negeri. Lampiran ini diisi dengan rincian bukti pungut PPh pasal 22, bukti potong PPh pasal 23 dan PPh pasal 26 yang telah dibayar melalui pemotongan/pemungutan oleh pihak lain atau yang pembayarannya dilakukan sendiri atas penghasilan yang dikenai PPh tidak bersifat final yang diterima dan dilaporkan dalam SPT Tahunan.
1) Kolom (1) diisi dengan nomor urut masing -masing Wajib Pajak;
2) Kolom (2) diisi dengan nama pemotong/pemungut pajak. Dalam hal PPh 22 dibayar sendiri, kolom ini diisi dengan nama Bank tempat pembayaran.
3) Kolom (3) diisi dengan NPWP pemotong/pemungut pajak. Dalam hal PPh 22 yang dibayar sendiri, kolom ini diisi dengan alamat bank tempat pembayaran
4) Kolom (4) Untuk PPh 21, diisi dengan jenis transaksi atau pembayaran
Untuk PPh 23 dan PPh 26 diisi dengan jenis penghasilan yang dipotong PPh.
5) Kolom (5) diisi dengan jumlah yang menjadi dasar pemotongan/pemungutan.
(48)
7) Kolom (7) diisi dengan nomor bukti pemotongan/pemungutan. Untuk PPh 22 yang pembayarannya dilakukan sendiri, kolom ini diisi dengan “SSP”
8) Kolom (8) diisi dengan tanggal bukti pemungutan/pemotongan. Wajib Pajak wajib memperlihatkan serta menyerahkan bukti-bukti pemungutan/pemotongan pajak oleh pihak lain apabila diminta untuk keperluan pemeriksaaan kewajiban perpajakan. f. Mengisi Lampiran II
Digunakan untuk melaporkan perincian harga pokok penjualan, biaya usaha lainnya dan biaya dari luar usaha secara komersial. Informasi keuangan yang dimasukkan kedalam formulir ini adalah data keuangan yang dihitung berdasarkan prinsip akuntansi berterima umum (komersial) (Agustinawansari, 2015 : 69-74). Hal-hal yang dilaporkan pada lampiran ini adalah:
1) Pembelian bahan/barang dagangan
2) Gaji, upah, bonus, gratifikasi, honorarium, THR, dan sebagainya.
3) Biaya transportasi
4) Biaya penyusutan dan amortisasi 5) Biaya sewa
6) Biaya bunga pinjaman
(49)
31
9) Biaya royalti
10)Biaya pemasaran/promosi 11)Biaya lainnya
12)Persediaan awal dan persediaan akhir
Penjumlahan dari harga pokok penjualan, biaya usaha lainnya dan biaya dari luar usaha akan dipindahkan ke formulir lampiran I bagian penghasilan neto komersial dalam negeri.
g. Mengisi Lampiran I
Lampiran ini dipergunakan untuk menghitung penghasilan neto fiskal pada tahun pajak yang dilaporkan. Penghasilan Neto Fiskal merupakan penghasilan neto yang diterima/diperoleh oleh Wajib Pajak dalam negeri dari kegiatan usaha dan dari luar kegiatan usaha diluar negeri setelah dilakukan penyesuain fiskal, atau penghasilan neto yang didasarkan pada penghitungan yang diakui secara fiskal, yaitu penyesuain yang didasarkan pada aturan-aturan perpajakan (pajak.go.id).
Lampiran I diisi berdasarkan angka pada laporan keuangan secara komersial. Formula penghitungan untuk mendapatkan penghasilan neto fiskal adalah:
1) Penghasilan neto komersial dalam negeri Rp xxx 2) Penghasilan neto komersial luar negeri Rp xxx + 3) Jumlah penghasilan neto komersial Rp xxx 4) Penghasilan yang dikenakan PPh Final
(50)
dan yang tidak termasuk Objek Pajak (Rp xxx) + 5) Penyesuaian fiskal positif Rp xxx
6) Penyesuain fiskal negatif (Rp xxx)
7) Fasilitas penanaman modal (Rp xxx) +
8) Penghasilan Neto fiskal Rp xxx
Keterangan :
Angka (1) Penghasilan neto komersial dalam negeri yaitu penghasilan neto yang menurut prinsip akuntansi komersial Indonesia, yakni semua penghasilan yang diterima dan/atau diperoleh dari kegiatan usaha dan luar kegiatan usaha di Indonesia termasuk penghasilan yang dikenai PPh final dan tidak termasuk objek pajak dikurangi pengeluaran/biaya-biaya sebelum dilakukan penyesuain fiskal berdasarkan Undang-Undang PPh dan peraturan pelaksanaannya.
Angka (2) Penghasilan neto komersial luar negeri merupakan penghasilan neto yang diterima dan/atau diperoleh oleh Wajib Pajak dalam negeri dari kegiatan usaha dan dari luar usaha di luar negeri. Pada bagian ini diisi sesuai dengan lampiran khusus 7A/7B kolom (5) “Jumlah Neto”
Angka (3) Jumlah penghasilan neto komersial merupakan penjumlahan dari penghasilan neto komersial dalam negeri dan penghasilan neto komersial luar negeri.
(51)
33
Angka (4) Penghasilan yang dikenakan PPh final dan yang tidak termasuk Objek pajak.
Untuk menghitung penghasilan neto fiskal yang dikenai PPh berdasarkan kententuan umum, penghasilan dari sumber Indonesia yang dikenai PPh final dan yang tidak termasuk sebagai objek pajak harus dikeluarkan kembali, sehingga dengan pengurangan penghasilan tersebut pada jumlah neto fiskalnya (angka 8) akan menjadi Nihil/Netral.
Bagian ini diisi dengan jumlah penghasilan neto komersial atas penghasilan yang dikenai PPh final dan penghasilan neto komersial atas penghasilan yang tidak termasuk objek pajak
Angka (5) Penyesuain fiskal Positif merupakan penyesuaian terhadap penghasilan neto komersial dalam rangka menghitung Penghasilan Kena Pajak berdasarkan Undang-Undang PPh beserta peraturan pelaksanaannya yang bersifat menambah penghasilan atau mengurangi biaya. Penjelasan secara rinci mengenai penyesuaian positif pada bagian ini dari huruf (a-l), diatur dalam undang-undang PPh dan PER-34/PJ/2014 tentang petunjuk pengisian SPT Tahunan PPh. Angka (6) Penyesuaian fiskal negatif merupakan penyesuaian
terhadap penghasilan neto komersial dalam rangka menghitung penghasilan kena pajak berdasarkan
(52)
Undang-Undang PPh beserta peraturan pelaksanaannya, yang bersifat mengurangi penghasilan atau menambah biaya.
Angka (6a) Diisi dari lampiran khusus 1A/1B yaitu daftar penyusutan dan amortisasi fiskal.
Angka (6b) diisi dari lampiran khusus 1A/1B yaitu daftar penyusutan dan amortisasi fiskal.
Angka (6c) Penghasilan yang ditangguhkan pengakuannya. Bagian ini digunakan untuk melaporkan penyesuaian berdasarkan pasal 17 Peraturan Pemerintah No.94 tahun 2010, dapat ditetapkan saat pengakuan penghasilan dalam hal-hal tertentu dan bagi Wajib Pajak tertentu sesuai dengan kebijakan pemerintah.
Angka (6d) Penyesuaian fiskal negatif lainnya. Bagian ini diisi penyesuaian berdasarkan Undang-Undang PPh pasal (6), dalam hal terdapat biaya-biaya perusahaan lainnya yang tidak diakui secara komersial akan tetapi dapat diakui secara fiskal.
Angka (7) Fasilitas penanaman modal berupa pengurangan penghasilan neto. Penanaman modal adalah segala bentuk kegiatan menanam modal, baik oleh penanam modal dalam negeri maupun penanam modal asing untuk melakukan usaha di wilayah negara republik Indonesia. Wajib Pajak Badan
(53)
35
melakukan penanaman modal pada bidang usaha atau daerah tertentu dapat diberikan fasilitas PPh, sepanjang memiliki nilai investasi yang tinggi atau untuk ekspor, memiliki penyerapan tenaga kerja yang tinggi dan memiliki kandungan lokal yang tinggi (pajak.go.id).
Angka (7a) diisi berdasarkan tahun ke berapa fasilitas telah digunakan
Angka (7b) diisi dengan jumlah fasilitas penanaman modal berupa pengurangan penghasilan neto yang telah ditetapkan oleh pejabat yang berwenang sesuai yang terdapat dalam lampiran khusus 4A/4B.
Angka (8) Penghasilan Neto fiskal. Diisi dengan hasil penghitungan angka (3) dikurangi angka (4), ditambah angka (5m) dikurangi angka (6e) dan dikurangi angka (7b).
h. Mengisi Induk SPT
Setelah setiap lampiran SPT terisi, langkah terakhir dalam pengisian SPT adalah mengisi induk SPT. Cara pengisian induk SPT yaitu dengan cara mengikuti langkah-langkah yang ada dalam formulir induk SPT (Agustinawansari, 2015), sebagai berikut:
1) Pengisian Tahun Pajak sesuai dengan angka tahun buku dan tahun periode tahun buku perusahaan.
Wajib Pajak yang menyampaikan pembetulan SPT, maka kotak pembetulan SPT diisi dengan tanda silang (x) dan menuliskan
(54)
angka pembetulan keberapa. Bagi Wajib Pajak yang menyampaikan SPT normal, maka kotak pembetulan SPT tidak perlu diisi.
2) Pengisian Identitas Wajib Pajak Pajak
a) NPWP diisi sesuai dengan NPWP yang tercantum dalam kartu NPWP.
b) Nama Wajib Pajak diisi sesuai dengan nama yang tercantum dalam kartu NPWP
c) Jenis Usaha diisi sesuai dengan jenis usaha yang dilakukan. d) Klasifikasi diisi sesuai dengan keputusan Direktur Jenderal
Pajak Nomor KEP-321/PJ/2012 tentang klasifikasi lapangan Usaha Wajib Pajak.
e) No.Telp & Faks diisi berdasarkan nomor telepon Wajib Pajak
f) Periode pembukuan diisi sesuai dengan periode pembukuan Wajib Pajak.
g) Negara domisili kantor Pusat diisi sesuai dengan nama negara tempat domisili perusahaan.
3) Bagian Pembukuan/laporan Keuangan
Bagian ini digunakan untuk melaporkan apakah laporan kauangan untuk tahun buku tersebut “diaudit” atau “tidak diaudit” oleh akuntan Publik dengan mengisi kotak yang sesuai
(55)
37
akuntan dalam kotak yang tersedia diisi dengan kode opini akuntan.
Dalam hal laporan keuangan diaudit oleh akuntan publik, maka Wajib Pajak wajib mengisi identitas kantor Akuntan Publik sesuai dengan format yang tersedia. Bila Wajib Pajak menggunakan jasa konsutan pajak dalam mengisi SPT Tahunannya, maka identitas Konsultan Pajak harus diisi lengkap sesui dengan format yang tersedia.
4) Bagian A: PENGHASILAN KENA PAJAK
Angka (1) Penghasilan neto fiskal, diisi dengan jumlah penghasilan neto fiskal yang terdapat pada lampiran I nomor 8 ( kolom 3).
Angka (2) Kompensasi kerugian fiskal. Bagian ini diisi bila masih ada kerugian fiskal tahun lalu yang masih dapat dikompensasikan. Jika Wajib Pajak mengisi kolom ini, maka Wajib Pajak wajib mengisi lampiran khusus berkaitan dengan penghitungan kompensasi kerugian fiskal (lampiran khusus 2A/2B)
Angka (3) Penghasilan kena Pajak, diisi dengan hasil penghitungan angka (1) dikurangi dengan angka (2).
(56)
5) Bagian B: PAJAK PENGHASILAN TERUTANG
Angka (4) PPh Terutang. Bagian ini merupakan perkalian antara penghasilan kena pajak dengan tarif pajak yang berlaku. Kolom (4a) Tarif PPh Pasal 17 Ayat (1) huruf b.
Berdasarkan pasal 17 ayat (1) huruf b Undang-Undang PPh tarif yang diterapkan bagi Wajib Pajak Badan dalam negeri dan BUT yaitu sebesar 25% berlaku sejak tahun 2010.
Kolom (4b) Tarif PPh Pasal 17 ayat (2b).
Tarif ini diterapkan bagi Wajib Pajak Badan dalam negeri yang berbentuk perseroan terbuka paling sedikit 40% dari jumlah keseluruhan saham yang diperdagangkan di Bursa Efek di Indonesia, dan memenuhi persyaratan tertentu. Wajib Pajak dapat memperoleh tarif sebesar 5% lebih rendah dari pada tarif sebagaimana dimaksud pada pasal 17 ayat (1b) dan ayat (2a) Undang-Undang PPh.
Kolom (4c) Tarif PPh Pasal 31.
Wajib Pajak Badan dalam negeri dengan peredaran bruto sampai dengan Rp.50.000.000.000,00 (Lima puluh miliar rupiah) mendapat fasilitas berupa pengurangan tarif sebesar 50% (lima puluh persen) dari tarif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (1) huruf b dan ayat (2a)
(57)
39
peredaran bruto sampai dengan Rp.4.800.000.000,00 (Empat miliar delapan ratus juta rupiah).
Tarif PPh Badan dikenakan sebesar 25 % x 50 % x seluruh Penghasilan Kena Pajak.
Angka (5) Pengembalian Kredit pajak luar negeri (PPh pasal 24) yang telah diperhitungkan tahun lalu.
Dalam hal memperoleh pengurangan atau pengembalian pajak atas penghasilan yang terutang/dibayar diluar negeri (PPh pasal 24) yang sebelumnya telah diperhitungkan sebagai kredit PPh yang terutang pada tahun pajak yang lalu, diisi sebesar jumlah pengurangan atau pengembalian pejak tersebut.
Angka (6) jumlah PPh Terutang, Diisi dengan hasil penghitungan angka (4) ditambah dengan angka (5).
6) Bagian C : KREDIT PAJAK
Angka (7) PPh ditangung Pemerintah (Proyek Bantuan Luar Negeri). Dalam hal memperoleh fasilitas PPH ditanggung pemerintah atas penghasilan yang diterima atau diperoleh kontraktor, konsultan dan pemasok (supplier) utama dari pekerjaan yang dilakukan dalam rangka pelaksanaan proyek-proyek pemerintah yang dibiayai dengan dana hibah atau dana pinjaman luar negeri, diisi sebesar jumlah PPh yan tidak bersifat final yang dihitung sebagai berikut:
(58)
(Dana Pinjama Luar Negeri : Total biaya proyek) x PPh Terutang.
Angka (8) Kredit Pajak Dalam Negeri
Angka (8a) Diisi dengan jumlah kredit pajak dalam negeri dari formulir 1771 (lampiran III kolom 6).
Angka (8b) diisi dengan kredit pajak luar negeri sesuai dengn penghitungan kredit pajak luar negeri pada (lampiran khusus 7A/7B)
Angka (8c) Diisi dengan angka berdasarka penjumlahan angka (8a) ditambah dengan (8b).
Angka (9) PPh yang harus dibayar sendiri atau PPh yang lebih dipotong/dipungut.
Bagian ini diisi dengan memberi tanda silang (x) dalam salah satu kotak yang tersedia sesuai dengan hasil pengurangan jumlah pada angka (6) dengan jumlah pada angka (7) dan angka (8c)
Angka (10) PPh yang dibayar sendiri. Bagian terdiri dari
Angka (10a) PPh pasal 25 yang merupakan angsuran pajak yang dibayar sendir.
Angka (10b) Pokok pajak pada Surat Tagihan Pajak PPh Pasal 25 Angka (10c) PPh Pasal 25/ fiskal Luar Negeri
(59)
41
7) Bagain D : PPH KURANG/LEBIH BAYAR
Jika pajak terutang lebih kecil dibandingkan dengan kredit pajak dan angsuran pajak, maka atas kelebihan pembayaran pajak dapta direstitusi atau diperhitungkan dengan utang pajak yang lain, namun jika kurang bayar maka Wajib Pajak akan melunasi atas kekurangan tersebut sebelum SPT Tahunan disampaikan (Agustinawansari, 2015).
Angka (11) diisi dengan memberi tanda (x) dalam salah satu kotak yang tersedia sesuai dengan hasil pengurangan jumlah pada angka (9) dengan jumlah pada angka (10). Angka (12) diisi sesuai dengan tanggal penyetoran PPh 29. Angka (13) diisi dengan memberi tanda (x) dalam salah satu
kotak yang tersedia sesuai dengan permohonan yang dimaksud.
8) Bagian E : ANGSURAN PPH PASAL 25 BERJALAN
Angka (14a) Penghasilan yang menjadi dasar penghitungan angsuran bagi:
a) Wajib Pajak pada umumnya; berdasarkan penghasilan teratur menurut SPT Tahunan Tahun Pajak yang lalu. b) Wajib Pajak Bank dan sewa guna dengan Opsi ; sebesar
PPh yang dihitung berdasarkan tarif umum dikurangi PPh pasal 24 dibagi dua belas (12)
(60)
c) Wajib Pajak BUMN dan BUMD; sebesar PPh yang dihitung berdasarkan tarif umum atas laba/rugi fiskal menurut RKAP dan RUPS dikurangi PPh pasal 24 dibagi dua belas.
d) Wajib Pajak masuk bursa dan Wajib Pajak lainnya berdasarkan ketentuan membuat laporan keuangan berkala adalah sebesar tarif umum dikurangi pemotongan PPh pasal 22, PPh Pasal 23 dan PPh Pasal 24 dibagi dua belas.
Angka (14b) Kompensasi kerugian fiskal, diisi dari penghitungan kompensasi kerugian fiskal tahun berjalan (lampiran khusus 2A/2B)
Angka (14c) Penghasilan kena pajak, diisi berdasarkan hasil pengurangan angka (14a) dengan angka (14b).
Angka (14d) PPh yang terutang, diisi berdasarkan penghasilan kena pajak (14c) dikali dengan tarif PPh dari bagian B nomor (4).
Angka (14e)diisi dengan jumlah kredit pajak yang lalu atas penghasilan yang termasuk dalam angka (14a) yang telah dipotong/dipungut oleh pihak lain (PPh pasal 22, PPh Pasal 23, dan PPh Pasal 24).
(61)
43
Angka (14g) PPh Pasal 25. Angsuran PPH Pasal 25, bagi:
1. Wajib Pajak pada umunya berlaku mulai bula keempat tahun berjalan.
2. Wajib Pajak BUMN dan BUMD berlaku sejak bulan pertama tahun berjalan
3. Wajib Pajak bank dan perusahaan pembiayaan sewa guna usaha dengan opsi, berlaku untuk tiga bulan pertama tahun berjalan, selanjutnya dihitung tiap tiga bulan dengan cara yang sama.
4. Wajib Pajak masuk bursa dan Wajib Pajak lainnya yang berdasarkan ketentuan diharuskan membuat laporan keuangan berkala, berlaku untuk bulan-bulan sebelum laporan keuangan berkala disampaikan.
9) Bagian F : PPH FINAL DAN PENGHASILAN BUKAN OBJEK PAJAK
Angka (15a) diisi dengan jumlah PPh terutang atas penghasilan yang dikenai PPH Final dari Formulir 1771-IV jumlah bagian A (JBA) kolom (5)
Angka (15b) diisi dengan jumlah penghasilan bruto yang tidak termasuk objek pajak dari formulir 1771-IV jumlah bagian B (JBB) kolom (3).
(62)
10) Bagian G: PERNYATAAN TRANSAKSI DALAM HUBUNGAN ISTIMEWA
Bagian ini diisi dengan memberi tanda (x) dalam salah satu kotak yang tersedia, yaitu huruf (a) jika ada transaksi dalam hubungan istimewa. Huruf (b) jika tidak ada transaksi dalam hubungan istimewa. Jika terdapat hubungan transaksi istimewa, Wajib Pajak wajib mengisi, menandatangani dan melampirkan lampiran khusus 3A, 3A-1, dan 3A-2 atau 3B, 3B-1 dan 3B-2.
11) Bagian H : LAMPIRAN.
Angka (17a) Surat Setoran Pajak Lembar Ke-3 PPh pasal 29, wajib dilampirkan oleh semua Wajib Pajak, kecuali apabila tidak ada setoran akhir (Nihil).
Angka (17b) Laporan Keuangan, Wajib dilaporkan oleh semua Wajib Pajak dalam hal pembukuan/laporan keuangan diaudit oleh oleh Akuntan Publik, maka laporan keuangan keuangan yang telah diaudit.
Angka (17c) Transkrip Kutipan Elemen-elemen dari laporan keuangan. Wajib dilampirkan oleh semua Wajib Pajak sesuai dengan bentuk formulir lampiran Khusus.
Angka (17d) Daftar Penyusutan dan Amortisasi Fiskal, Wajib dilampirkan oleh semua Wajib Pajak sesuai formulir
(63)
45
tidak memiliki dan mempergunakan harta berwujud atau harta tak berwujud/pengeluaran lainnya sebagai aktiva tetap yang pembebannya harus dilakukan melalui penyusutan/amortitasi.
Angka (17e) Penghitungan Kompensasi Kerugian Fiskal, Wajib dilampirkan oleh Wajib Pajak yang mempunyai hak kompensasi kerugian fiskal dari tahun pajak yang lalu, sesuai bentuk formulir lampiran khusus 2A/2B
Angka (17f) Daftar Fasilitan Penanaman Modal, Wajib dilampirkan oleh Wajib Pajak yang memperoleh fasilitas penanaman modal, sesuai bentuk formulir lampiran 4A/4B.
Angka (17g) Daftar Cabang Utama Perusahaan, wajib dilampirkan Wajib Pajak yang mempunyau kantor-kantor cabang atau tempat-tempat usaha utama diberbagai lokasi, sesuai bentuk formulir lampiran khusu 5A/5B.
Angka (17h) Surat Setoran Pajak lembar ke-3 PPh Pasal 26 ayat (4), wajib dilampirkan semua Wajib Pajak BUT (selain perusahaan pelayaran/penerbangan asing dan perwakilan dangang asing), kecuali apabila pajak tidak terutang. Angka (17i) Penghitungan PPh Pasal 26 Ayat (4), Wajib
(64)
pajak tidak terutang), sesuai bentuk formulir lampiran khusus 6A/6B.
Huruf (17j) Kredit Pajak Luar Negeri, wajib dilampirkan oleh Wajib Pajak yang mempunyai penghasilan dari luar negeri dan telah dikenai pajak oleh pihak luar negeri sesuai bentuk formulir lampiran khusus 7A/7B.
Huruf (17k) Surat Kuasa Khusus, Wajib dilampirkan oleh Wajib Pajak yang pengisian SPT Tahunan dikuasakan kepada pihak lain yang berkompeten.
Huruf (17l) Rincian Jumlah penghasilan dan pembayaran PPh Final PP 46/2013 per masa Pajak dari masing-masing tempat usaha, wajib dilampirkan oleh Wajib Pajak yang menerima penghasilan dari usaha dengan peredaran bruto tertentu yang dikenai PPh Final berdasarkan peraturan pemerintah No.46 tahun 2013, sesuai dengan format Lampiran-IV, formulir 1771.
12)PERNYATAAN :
Diisi dengan memberi tanda (x) pada kotak yang tersedia. Diisi dengan selengkapnya tempat dan tanggal pengisian SPT Tahunan serta nama lengkap, NPWP dan tanda tangan pengurus perusahaan yang berwenang. Dalam hal SPT Tahunan diisi oleh Kuasa Wajib Pajak, diisi dengan nama lengkap, NPWP dan
(65)
47
Sebagaimana ditentukan dalam Undang-undang perpajakan, Surat Pemberitahuan (SPT) mempunyai fungsi sebagai suatu sarana bagi Wajib Pajak didalam melaporkan dan mempertanggungjawabkan penghitungan jumah pajak yang sebenarnya terutang. Selain itu, Surat Pemberitahuan berfungsi untuk melaporkan pembayaran atau pelunansan pajak baik yang dilakukan Wajib Pajak sendiri maupun melalui mekanisme pemotongan dan pemungutan yang dilakukan oleh pihak pemotong/pemungut, melaporkan harta dan kewajiban, dan pembayaran dari pemotong/pemungut tentang pemotongan dan pemungutan pajak yang telah dilakukan.
Surat Pemberitahuan (SPT) yang digunakan untuk Wajib Pajak Badan adalah SPT 1771. Hal-hal yang perlu diperhatikan oleh Wajib Pajak adalah: 1. Setiap Wajib Pajak wajib mengisi dan menyampaikan SPT Tahunan dengan benar, lengkap, jelas dan ditandatangani. Adapun yang dimaksud dengan benar, lengkap, jelas dan ditanda tangani dalam mengisi SPT adalah:
a) Benar yaitu benar dalam penghitungan, termasuk benar dalam penerapan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan, dalam penelitian, dan sesuai dengan keadaan yang sebenarnya; b) Lengkap yaitu memuat semua unsur-unsur yang berkaitan
dengan objek pajak dan unsur-unsur lain yang harus dilaporkan dalam SPT;
(66)
c) Jelas yaitu melaporkan asal usul atau sumber dari objek pajak dan unsur-unsur lain yang harus dilaporkan dalam SPT.
d) Ditandatangani
Penandatanganan dapat dilakukan secara biasa, dengan tanda tangan stempel atau tanda tangan elektronik atau digital, yang semuanya mempunyai kekuatan hukum yang sama, yang tata cara pelaksanaannya diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.
2. SPT Tahunan ditandatanganni oleh pengurus, direksi atau orang yang diberi kuasa untuk menandatangani sepanjang dilampiri dengan surat kuasa khusus.
3. SPT Tahunan dianggap tidak disampaikan apabila tidak ditandantangani atau tidak sepenuhnya dilampiri keterangan atau dokumen yang dianggap perlu untuk menjelaskan penghitungan besarnya penghasilan kena pajak.
4. Wajib Pajak harus mengambil sendiri formulir SPT Tahunan dan menyampaikannya paling lambat 4 (empat) bulan setelah berakhirnya tahun pajak.
5. Penyampaian SPT Tahunan dapat dilakukan melalui Kantor Pos secara tercatat atau Kantor Pelayanan Pajak terdekat. Atas penyampaian SPT Tahunan ini akan diberikan bukti tanda terima SPT Tahunan.
(67)
(e-49
basah dan Surat Setoran Pajak (bila ada), serta bukti penerimaan secara elektronik ke KPP tempat Wajib Pajak terdaftar paling lambat 14 (empat belas) hari sejak tanggal penyampaian surat pemberitahuan secara elektronik (Sumarsan, 2015:35-47)
7. Apabila Wajib Pajak tidak dapat menyampaikan SPT Tahunan dalam jangka waktu yang ditetapkan, Wajib Pajak dapat memperpanjang penyampaian SPT Tahunan untuk pajak Penghasilan paling lama 2 (dua) bulan dengan cara penyampaian pemberitahuan secara tertulis atau dengan cara lain yang ketentuannya diatur dalam Keputusan Menteri Keuangan.
8. Wajib Pajak yang karena kealpaannya tidak menyampaikan SPT atau menyampaikan SPT Tahunan tetapi isinya tidak benar atau tidak lengkap atau melampirkan keterangan yang isinya tidak benar, sehingga dapat menimbulkan kerugian pada negara, tidak akan dikenai sanksi pidana jika kealpaan tersebut baru pertama kali dilakukan oleh Wajib Pajak, tetapi dikenai sanksi administrasi berupa kenaikan sebesar 200% dari jumlah pajak terutang. (Undang-Undang No.16 tentang KUP).
9. Jika pelaporan SPT Tahunan PPh melampaui batas yang telah ditentukan, maka Wajib Pajak dikenai sanksi berupa denda sebesar Rp.1.000.000,00 (satu juta rupiah)
(68)
E. Penelitian Terdahulu
1. Penelitian yang dilakukan oleh Feronika Sudjiman dengan judul Evaluasi Perhitungan, Penyetoran dan Pelaporan Pajak Penghasilan PT “X” menyimpulkan: 1). Perusahaan ini telah melaksanakan kewajiban perpajakan dalam hal menghitung, menyetorkan, dan melaporkan pajak. 2). PT “X” masih melakukan kesalahan dalam melaksanakan pemenuhan kewajiban perpajakannya. Kesalahan yang ditemukan dalam analisa adalah kesalahan dalam perhitungan PPh terutang karena terdapat perbedaan signifikan nominal tiap nomor perkiraan antara general ledger dengan yang dilaporkan dalam SPT. 3). PT “X” sudah melaksanakan kewajiban dalam menyetor dan melaporkan Pajak selama tahun 2008, dan sesuai dengan ketentuan yang berlaku sebagaimana yang ditetapkan KMK 534/KMK.04/2000.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Andi Gotama dengan judul “ Analisis
Perlakuan Akuntansi dan Pajak Penghasilan Pada Yayasan Pendidikan “X” di Surabaya, menyimpulkan bahwa 1). Yayasan pendidikan “X” telah melaksanakan penyusunan laporan kegiatan Yayasan laporan aktivitas dan Laporan Posisi Keuangan, namun belum terdapat pemisahan modal Yayasan sesuai dengan standar PSAK 45. 2).Yayasan telah melakukan penghitungan pajak terutang badannya, namun koreksi fiskal yang dilakukan oleh Yayasan kurang sesuai dengan undang-undang pajak penghasilan yang berlaku.
(69)
53
3. Penelitian yang dilakukan oleh bambang Pamungkas, Daniel De Poere dan Amalia Ridwan dengan judul “ Analisis ketentuan Fiskal Terhadap Laporan Keuangan Komersial untuk Menentukan Besarnya PPh Terutang di Yayasan Pendidikan YPKTH”. Peneliti menyimpulkan : 1) Yayasan ini belum membuat pencatatan dan laporan keuangan komersialnya berdasarkan PSAK 45 mengenai pelaporan keuangan organisasi nirlaba. 2). Yayasan “YPKTH” sudah menghitung, melaporkan dan membayar pajak penghasilannya berdasarkan ketentuan yang berlaku bahwa yayasan juga merupakan subyek pajak penghasilan sehingga laba/penghasilan yang diperolehnya dari kegiatan komersial juga merupakan obyek pajak penghasilan. 3) Yayasan ini tidak melakukan dan tidak mengakui adanya koreksi fiskal pada laporan keuangan fiskalnya, sehingga Yayasan Pendidikan ini mengganggap laba yang dihasilkan dari laporan keuangan komersialnya sudah sesuai dengan ketentuan perpajakan.
(70)
F. Kerangka Pemikiran
Gambar: I. Kerangka Pemikiran Keterangan:
Yayasan Pangudi Luhur merupakan Yayasan berbadan hukum yang bergerak di bidang Pendidikan. Untuk melaksanakan kewajiban perpajakannya, yayasan perlu mengisi SPT Tahunan PPh atas laporan keuangan sesuai dengan Undang-undang
YAYASAN PANGUDI LUHUR DI SEMARANG
PENERAPAN KEWAJIBAN PERPAJAKAN
(Mengisi SPT Tahunan PPh Badan)
EVALUASI
REKOMENDASI MENURUT YAYASAN
MENURUT UNDANG-UNDANG PERPAJAKAN
(71)
55
BAB III
METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah studi kasus. Menurut Agung (2012:4) studi kasus adalah penelitian yang mengkaji suatu kasus tertentu yang dilakukan secara intensif, mendalam, mendetail dan komprehensif. Penelitian ini dilakukan di Yayasan Pangudi Luhur dengan mengumpulkan data yang berhubungan dengan objek yang diteliti dan kesimpulan dari penelitian ini hanya berlaku pada Yayasan Pangudi Luhur.
B. Waktu dan Tempat Penelitian 1. Waktu penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari sampai dengan bulan Maret 2016.
2. Tempat Penelitian
Tempat penelitian ini dilakukan di Yayasan Pangudi Luhur, sebuah yayasan yang bergerak di bidang pendidikan yang berlokasi di Jalan Sutomo No.4 Semarang, Jawa Tengah
(72)
C. Subjek dan Objek Penelitian 1. Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah sesuatu baik orang, benda ataupun lembaga (organisasi) yang keadaannya diteliti (Amirin, 2009). Subjek penelitian ini adalah bagian Akuntansi dan Perpajakan Yayasan Pangudi Luhur
2. Objek Penelitian
Objek Penelitian adalah sifat, keadaan dari suatu benda ataupun lembaga (organisasi) yang menjadi pusat perhatian atau sasaran penelitian. Objek dari penelitian ini adalah pengisian SPT Tahunan PPh Badan Yayasan Pangudi Luhur tahun pajak 2014.
D. Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Data kualitatif yaitu data yang diperoleh dari perusahaan dalam
bentuk informasi baik tulisan maupun lisan seperti gambaran umum Yayasan, struktur organisasi, uraian wewenang dan tanggung jawab organ yayasan dan kebijakan-kebijakan yang berlaku pada yayasan khususnya yang berkaitan dengan akuntansi dan pajak. Data kualitatif ini diperoleh melalui wawancara dengan pihak yayasan. 2. Data kuantitatif yaitu data dalam bentuk angka yang diperlukan
untuk pengisian dan pelaporan SPT Tahunan Badan sesuai dengan peraturan perpajakan seperti:
(73)
57
b. Laporan Aktivitas Komersial, Neraca Yayasan; c. Laporan Aktivitas Secara Fiskal;
d. Rencana Proyeksi Investasi dari Sisa lebih yang diperoleh Yayasan;
e. Bukti pelaporan SPT Tahunan;
Sumber data yang tercantum dalam penelitian didapatkan dari bagian perpajakan yang berwenang dalam yayasan pendidikan tersebut. Sumber data dalam penelitian adalah sebagai berikut:
1. Data primer yaitu data yang diperoleh melalui observasi langsung dan mengadakan wawancara secara langsung dengan kepala bagian perpajakan untuk mendapatkan data-data yang relevan dengan pembahasan dalam penelitian ini.
2. Data sekunder yaitu data yang diperoleh melalui dokumen-dokumen tertulis perusahaan dan literatur yang berkaitan dengan masalah yang dibahas. Data ini dapat bersumber dari dalam perusahaan maupun dari luar perusahaan.
E. Teknik Pengumpulan Data
Untuk mendapatkan data yang dibutuhkan, peneliti menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut:
1. Studi Kepustakaan (Library Research)
Studi kepustakaan dalam penelitian ini yaitu pengumpulan data teoritis dengan membaca, mempelajari dan menelaah literatur-literatur yang relevan seperti buku, Undang-undang perpajakan dan
(74)
peraturan pemerintah tentang organisasi nirlaba serta diktat-diktat kuliah yang berkaitan dengan masalah yang diteliti sebagai dasar perbandingan antara teori yang relevan dengan praktik yang terjadi dalam operasional yayasan.
2. Wawancara (Interview)
Wawancara adalah teknik pengumpulan data dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan secara bebas baik terstruktur maupun tidak terstruktur dengan tujuan untuk memperoleh informasi secara luas mengenai objek penelitian (Sunyoto, 2013). Wawancara ini dilakukan dengan pihak internal yayasan yang berkaitan langsung dengan objek penelitian khususnya bagian akuntansi dan bagian perpajakan Yayasan Pangudi Luhur untuk lebih memahami informasi dari pihak yayasan.
3. Dokumentasi
Dokumentasi yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan mengumpulkan, mencatat dan menyalin dokumen yang ada dilokasi penelitian, seperti laporan keuangan yayasan dan SPT Tahunan Badan yayasan tahun pajak 2014.
(75)
59
F. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan untuk menjawab rumusan masalah dalam penelitian ini adalah teknik analisis yang bersifat deskriftif komparatif, dengan tujuan untuk menguraikan dan membandingkan pengisian SPT Tahunan PPh Badan menurut Yayasan Pangudi Luhur dengan menurut Undang-undang perpajakan No.36 tahun 2008 dan Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-34/PJ.4/1995, dan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-19/PJ/2014.
Langkah-langkah teknik analisis data dalam penelitian ini adalah melakukan evaluasi terhadap pengisian SPT Tahunan Badan beserta lampiran-lampirannya dengan tahapan sebagai berikut:
1. Menyusun rekonsiliasi fiskal atas laporan keuangan Aktivitas Yayasan
2. Melakukan Pengisian SPT Tahunan (formulir 1771)
3. Menganalisis kebenaran, kelengkapan dan kejelasan dalam pengisian SPT Tahunan yang dilakukan Yayasan beserta lampirannya.
4. Menganalisis pemanfaatan sisa lebih yang diterima yayasan sesuai dengan PMK No.80/PMK.03/2009.
(76)
BAB IV
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN A. Sejarah Yayasan Pangudi Luhur
Yayasan Pangudi Luhur adalah karya kerasulan para Bruder kongregasi FIC yang bergerak di bidang pendidikan dan pengajaran. Yayasan Pangudi Luhur didirikan pada tanggal 6 Oktober 1954 dengan akta notaris, yang dirumuskan dalam rapat dewan oleh Br.Petrus Claver, dengan SK kementerian pada tanggal 1 Agustus 1955.
Berawal pada tahun 1952, Sekolah dibawah naungan yayasan kanisius yang didalamnya berkarya para bruder FIC semakin bertambah banyak, sehinga mengalami kesulitan dalam pengelolaan terutama dari segi keuangan. Akhirnya sejumlah sekolah dan asrama ditanggung kongregasi FIC, sekaligus menjadi titik awal menuju tanggung jawab pengelolaan pendidikan secara mandiri.
Pada tahun 1954, tepatnya tanggal 06 Oktober, didirikan Yayasan Pangudi Luhur dengan Akta Notaris, yang dirumuskan dalam rapat dewan oleh Br.Petrus Claver, yang berkantor di bekas Pastoran dan Yuvenat di jalan dr. Sutomo no.4 Semarang, Sekaligus penyerahan sekolah-sekolah yang ditanggung kongergasi FIC kepada Yayasan Pengudi Luhur sesuai dengan SK kementerian pada tanggal 01 Agustus 1955.
Kini, periode 2013-2018, ketua YPL diemban oleh Br Frans Sugi dan Sekretaris/ Kepala Kantor oleh Br. G. Bambang Nugroho. Sekarang (2014) Yayasan Pengudi Luhur mengelola sebanyak 83 Unit sekolah yang
(77)
61
meliputi TK-SD-SMP-SMA/SMK-SLB/B. Sekolah-sekolah ini tersebar di Jawa Tengah (Semarang, Salatiga, Ambarawa, Muntilan, Klaten, Solo, Pemalang), Yogyakarta, Jakarta, Sumatera dan Kalimantan. Jumlah murid sekitar 27.000 orang yang didampingi oleh pendidik dan tenaga kependidikan sekitar 1800 Personel.
B. Tujuan didirikannya Yayasan Pangudi Luhur
Dengan menekankan “shared mission” dan bekerja bersama-sama, Yayasan Pangudi Luhur berusaha melaksanakan karya kerasulan pendidikan yang bertujuan untuk:
1. Mengaktualisasikan spiritualitas karya kerasulan pendidikan yaitu “Allah adalah kasih”
2. Meningkatkan profesionalisme, kepribadian, kepekaan dan solidaritas sosial serta keimanan secara integral.
3. Berkemampuan mengaktualisasikan kurikulum yang dibakukan secara konstektual sesuai dengan visi, misi, karakter, kekhasan, keunggulan dan “selling point” setiap sekolah/unit kerja.
4. Menciptakan iklim shared mission, kerja sama/paguyuban dalam sekolah/unit kerja yang ditandai persaudaraan sejati dan komunikasi iman.
5. Menunjukkan sikap/perilaku yang proaktif, efektif, efisien, dan produktif.
(78)
6. Berkemampuan mengembangkan sistem pendidikan yang berorientasi keunggulan iman, kepribadian, akademis, dan keterampilan hidup serta silidaritas sosial.
7. Berkemampuan mengelola bidang finansial secara kredibel, akuntabel dan transparan.
8. Bertanggungjawab atas pengadaan, pemeliharaan, dan inventarisasi sarana-prasarana sekolah/unit kerja secara tertib dan benar.
9. Meningkatkan pengelolaan manajemen sekolah, sehingga semakin menampakkan kredibilitas unit sekolah.
10.Meningkatkan kemampuan berkomunikasi yang mengacu pada dialog partisipatif dan kemitraan.
11.Meningkatkan hubungan kerja sama baik intern maupun ekstern. 12.Berkemampuan mengelola administrasi ketatausahaan secara tertib,
teratur, dan benar.
C. Visi dan Misi Yayasan Pangudi Luhur 1. Visi Yayasan
Dalam menjalankan pelayanannya Yayasan Pangudi Luhur memiliki visi sebagai lembaga pendidikan kaum muda yang unggul berlandaskan spiritualitas “Allah adalah kasih”.
(79)
63
2. Misi Yayasan
Dalam mewujudkan visinya, yayasan memiliki misi sebagai berikut: 1. Menangani karya kerasulan Yayasan Pangudi Luhur secara
profesional, realistis, kristianitas dan kontekstual.
2. Melaksanakan sistem manajemen pendidikan yang efektif, efisien, kredibel, akuntabel, transparan dan berkualitas berdasarkan nilai-nilai kasih.
3. Mengupayakan pelayanan pendidikan kaum muda secara optimal. 4. Menyelenggarakan asrama sebagai tempat pembinaan kaum muda. 5. Menghidupkan dan mengembangkan unit kerja sebagai komunitas
orang beriman yang berpusat pada Yesus Kristus.
6. Meningkatkan peran mitra kerja dengan melaksanakan dan menanggung karya pengutusan bersama.
7. Mengupayakan karya kerasulan Yayasan Pangudi Luhur dengan tetap memberikan perhatian secara istimewa kepada yang kecil, lemah, miskin, tersingkir, difabel dan berkebutuhan khusus.
D. Struktur Organisasi Yayasan
Struktur Organisasi Yayasan merupakan turunan dari fungsi, strategi, dan tujuan organisasi, dan untuk menjalankan tugas harian yayasan secara hierarki, maka Yayasan Pangudi Luhur memiliki struktur Organisasi sebagai berikut:
(80)
Gambar: II. Struktur Organisi
STRUKTUR ORGANISASI YAYASAN PANGUDI LUHUR
PEMBINA
PENGAWAS
PENGURUS
KEPALA KANTOR PUSAT
SDM FINANSIAL SA-PRAS HUMAS UMUM KE-PL-AN AKADEMIK
ASRAMA KRISTIANITAS
LITBANG
KOORDINATOR PEMBINAAN KOORDINATOR ADMINISTRASI
(81)
65
E. Organ Yayasan Pangudi Luhur
Menurut Undang-Undang No.16 tahun 2001 tentang yayasan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang no 28 tahun 2004 pasal (2), yayasan mempunyai organ yang terdiri dari Pembina, Pengurus dan Pengawas. Nama Organ Yayasan Pangudi Luhur adalah sebagai berikut: 1. Pembina
a. Br. F.A. Dwiyanto FIC b. Br. P. Anjar Trihartono FIC 2. Pengawas
a. Br. H. Sumarjo FIC b. Br. V. Daru Setiaji FIC 3. Pengurus
a. Ketua : Br. F.X Sugi FIC
NPWP : 00.000.000.0-000.000
b. Kepala Kantor : Br. Bambang Nugroho FIC
NPWP : 48.424.237.5-035.000
c. Bendahara : Br. Martinus Hans FIC
NPWP : 66.646.715.4-517.000
d. Anggota (1) : Br. Albertus Suwarto FIC
NPWP : 49.095.347.8-542.000
e. Anggota (2) : Br. Titus Totok Tri Nugroho FIC
NPWP : 48.084.244.2.525.000
f. Anggota (3) : Br. Agustinus Sudarmadi FIC
NPWP : 01.144.252.2-505.001
g. Anggota (4) : Br. Agustinus Giwal Santoso FIC
NPWP : 48.394.587.9-016.000
h. Anggota (5) : Br. Petrus I Wayan Parsa FIC
(1)
139
(2)
140
(3)
141
(4)
142
(5)
143
(6)
144
Laporan Alokasi Dana Sisa lebih yang diperoleh Yayasan Pangudi Luhur Semarang
Bukti Lapor SPT Tahunan Yayasan Pandidikan Pangudi Luhur Semarang. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI