Kondisi keuangan domestik tetap kuat kuat meskipun tekanan gerakan global baru-baru ini

r e f o r m a s i P e r k e m b a n g a n T r i w u l a n a n P e r e k o n o m i a n I n d o n e s i a 11 J anuari 2017 THE WORLD BANK | BANK DUNIA Penguatan nilai Rupiah menurun kembali di Triwulan ke-4… Rupiah terdepresiasi sebesar 3 persen menyusul berlangsungnya pemilihan presiden AS. Ini adalah kinerja yang relatif baik; Index Mata Uang Negara- Negara Pasar Berkembang Emerging Market Currency Index - EMCI dari JP Morgan turun lebih dari 5 persen pada periode yang sama. Secara keseluruhan untuk Triwulan ke-4 Rupiah terdepresiasi sebesar 3,4 persen sedangkan JP Morgan EMCI turun sebesar 3,8 persen. Meskipun baru-baru ini terdepresiasi, nilai Rupiah menguat sebesar 3,4 persen terhadap dolar AS di tahun 2016. Gambar 10: Rupiah terdepresiasi terhadap USD sejalan dengan mata uang negara-negara pasar berkembang lainnya indeks, Januari 4 2016 = 100 Sumber: BI; JP Morgan; perhitungan staf Bank Dunia …dan imbal hasil obligasi meningkat tajam Imbal hasil jangka panjang obligasi pemerintah menurun sampai dengan Triwulan ke-3 sebelum kembali stabil dan kemudian, setelah pemilihan presiden AS, meningkat tajam sebesar 48 basis poin sampai dengan akhir tahun 2016, sekitar 100 basis poin lebih rendah dari tingkat pada akhir tahun 2015. Setelah pemilu AS, tidak seperti aset keuangan lainnya, kerugian di pasar obligasi Indonesia lebih besar daripada yang terjadi di negara-negara setara di kawasan karena investor mencari tempat yang aman untuk berinvestasi. Pihak asing menjual obligasi berdenominasi mata uang lokal setelah berlangsungnya pemilihan presiden AS. Ekuitas Indonesia juga melemah di Triwulan ke-4 meskipun kuat di sub-indeks sektor pertambangan dan pertanian Indeks Harga Saham Gabungan IHSG mendapatkan pemulihan kembali beberapa kerugian yang terjadi segera setelah berlangsungnya pemilihan AS dan turun sedikit sebesar 1,3 persen sepanjang Triwulan ke-4. Namun, sebagian besar sektor mencatat keuntungan selama periode ini, kecuali sektor properti, barang konsumsi, dan manufaktur, yang mencatat kerugian masing-masing sebesar 8,4 persen, 5,5 persen, dan 2,6 persen. IHSG meningkat sebesar 1 persen sepanjang tahun 2016. Dengan harga komoditas cenderung turun nilainya di Triwulan ke-2 atau awal Triwulan ke-3, ekuitas sektor pertambangan naik sebesar 74,3 persen dibanding tahun 2016. Sektor pertambangan kini telah sepenuhnya memulihkan kerugian yang muncul di sepanjang tahun 2015, dan pada tanggal 7 November ekuitas pertambangan mencapai tingkat yang terakhir dicapai pada bulan Januari 2015. Pelonggaran kebijakan moneter dihentikan … Menyusul adanya enam pemotongan dalam kebijakan tarif acuan, BI mempertahankan tingkat suku bunga yang stabil sebesar 4,75 persen di Triwulan ke- 4. BI menyatakan bahwa kebijakan moneter yang sudah akomodatif dan prospek normalisasi suku bunga AS yang lebih cepat dari yang pada awalnya diharapkan adalah sebagai alasan utama di balik keputusan untuk mempertahankan tingkat suku bunga yang konstan. 96 98 100 102 104 106 108 110 Jan-2016 Jul-2016 Jan-2017 USDIDR JP Morgan EMCI r e f o r m a s i P e r k e m b a n g a n T r i w u l a n a n P e r e k o n o m i a n I n d o n e s i a 12 J anuari 2017 THE WORLD BANK | BANK DUNIA Gambar 11: Pertumbuhan kredit masih mengecewakan persen, yoy Gambar 12: Pertumbuhan deposito turun tajam sebelum kembali meningkat persen, yoy Sumber: CEIC dan perhitungan Bank Dunia Sumber: CEIC dan perhitungan Bank Dunia …karena pertumbuhan kredit terus menurun, sementara pertumbuhan deposito mencatatkan hasilnya yang terkuat untuk tahun 2016 Pengaturan kebijakan moneter yang akomodatif belum diterjemahkan secara efektif terhadap tingkat suku bunga pinjaman dan deposito, yang hanya menurun sedikit. BI mengantisipasi pemulihan dalam perlambatan pertumbuhan kredit tidak terwujud di Triwulan ke-4, meskipun telah terjadi peningkatan kecil dalam pertumbuhan di bulan November. Lemahnya pertumbuhan kredit hanya sebagian dijelaskan oleh tren peningkatan kredit bermasalah, yang hanya naik sedikit menjadi 3,2 persen di bulan Oktober dari 3,1 persen di bulan September. Penurunan pertumbuhan kredit ini juga bertepatan dengan perlambatan pertumbuhan deposito. Pertumbuhan deposito hanya sebesar 4 persen yoy di bulan Oktober laju pertumbuhan paling lambat dalam 14 tahun sebelum meningkat tajam di bulan November menjadi 7 persen. Penurunan tajam dalam pertumbuhan deposito terjadi meskipun sebenarnya suku bunga deposito sulit berubah, yang hanya menurun sedikit. 6. APBN 2017 lebih realistis, tetapi momentum reformasi diperlukan untuk mengurangi risiko terhadap perkiraan penerimaan Kredibilitas kebijakan fiskal telah meningkat, walaupun risiko terhadap perkiraan untuk tahun 2017 tetap ada Data realisasi awal dari Kementerian Keuangan Kemenkeu menunjukkan defisit fiskal sebesar 2,46 persen dari PDB untuk tahun 2016, lebih rendah dari revisi perkiraan Kemenkeu dan proyeksi Bank Dunia, masing-masing sebesar 2,7 dan 2,8 persen dari PDB. Kontribusi penerimaan dari Amnesti Pajak tahap kedua berakhir tanggal 31 Desember dan pemotongan belanja yang diumumkan di bulan Juli 2016 berkontribusi terhadap defisit yang lebih rendah. APBN tahun 2017, yang telah disetujui pada tanggal 28 Oktober, memiliki target penerimaan yang lebih dapat dicapai dibandingkan dengan dua tahun sebelumnya Gambar 13 dan perbaikan dalam komposisi belanja, termasuk alokasi lebih tinggi untuk sektor infrastruktur, kesehatan dan bantuan sosial, yang masih berlanjut dan perbaikan dalam mekanisme penargetan untuk subsidi energi dan program-program sosial lihat Bagian B untuk diskusi lebih lanjut dari APBN tahun 2017. Namun demikian, risiko terhadap perkiraan tahun 2017 tetap ada. Penerimaan dari program Amnesti Pajak membantu meringankan tekanan di tahun 2016, namun penerimaan di luar Amnesti Pajak pada tahun 2016 melemah. Penerimaan dari PPN, cukai, dan penerimaan bukan pajak sumber daya alam lebih rendah dari tahun 2015. Dampak dari perluasan basis pajak dalam jangka menengah terhadap amnesti pajak yang dilaksanakan hanya sekali saja 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 Nov-12 Nov-13 Nov-14 Nov-15 Nov-16 Loans Investment Loans Working Capital Loans Consumption Loans 5 - 5 10 15 20 25 30 35 Nov-14 May-15 Nov-15 May-16 Nov-16 Deposit Demand Deposits Saving Deposits Time Deposits r e f o r m a s i P e r k e m b a n g a n T r i w u l a n a n P e r e k o n o m i a n I n d o n e s i a 13 J anuari 2017 THE WORLD BANK | BANK DUNIA one-off akan tergantung pada pengumpulan dan penggunaan data baru pada para peserta dalam program ini. Gambar 13: Anggaran Pemerintah tahun 2017 yang telah disetujui mencakup target penerimaan yang lebih realistis Rp triliun Gambar 14: Penerimaan Bukan Amnesti Pajak Menurun kontribusi terhadap pertumbuhan penerimaan tahunan, poin persentase Catatan: WB singkatan dari Bank Dunia; OG singkatan untuk minyak dan gas bumi; N-OG singkatan untuk non-migas; PPnBM singkatan untuk Pajak Penjualan Barang Mewah; “Lainnya” mencakup: pajak bumi dan bangunan, penerimaan pajak lainnya, penerimaan bukan pajak non-migas, penerimaan bukan pajak lainnya keuntungan perusahaan publik, penerimaan dari Badan Layanan Umum BLU, dan penerimaan bukan pajak lainnya PNBP. Sumber: Kementerian Keuangan; Perhitungan staf Bank Dunia Diluar penerimaan dari Amnesti Pajak, realisasi penerimaan terhambat di tahun 2016 Diluar penerimaan dari program Amnesti Pajak, total realisasi penerimaan di tahun 2016 mengalami penurunan sebesar 3,7 persen dibandingkan dengan tahun 2015 Gambar 14; penurunan ini terjadi di berbagai sektor broad-based. Penerimaan pajak turun sebesar 4,8 persen dan penerimaan bukan pajak meningkat sebesar 3,4 persen dibandingkan periode yang sama. Reformasi penerimaan baru- baru ini, misalnya dalam administrasi misalnya, e-faktur PPN dan e-filing SPT pajak penghasilan, dapat terjadi namun akan terdapat keterlambatan. Hal ini menegaskan pentingnya percepatan pelaksanaan reformasi dan memajukan reformasi yang baru seperti PPN, pajak penghasilan dan undang-undang mengenai administrasi pajak umum. Pembentukan Tim Reformasi Pajak dapat membantu memfasilitasi kemajuan lebih lanjut. 10 Penerimaan dari Amnesti Pajak melambat dan repatriasi aset rendah Sementara tahap pertama dari tiga tahap Amnesti Pajak, yang berakhir pada tanggal 30 September, memungut Rp 93,4 triliun penerimaan, setara dengan lebih dari setengah dari keseluruhan target sebesar Rp 165 triliun, pemungutan melambat pada tahap kedua yang berakhir pada tanggal 31 Desember. Tahap dua memungut Rp 9,6 triliun, sehingga total penerimaan adalah sebesar Rp 103 triliun, atau 62,4 persen dari keseluruhan target sebesar Rp 165 triliun. Repatriasi dari aset yang berada di luar negeri tetap rendah, sebesar Rp 141 triliun —14,1 persen dari target. Pelaksanaan anggaran terhambat Pelaksanaan anggaran, sementara kuat di sepanjang H1, melambat di paruh kedua tahun 2016 setelah pengumuman pemotongan pengeluaran. Total realisasi anggaran untuk tahun ini adalah Rp 1.860 triliun, 3 persen lebih tinggi dari tahun 2015. Ini 10 Jakarta Globe, 20 Desember 2016, “Kementerian Keuangan Membentuk Dua Tim untuk Mereformasi Kantor Pelayanan Pajak”, diakses melalui: http:jakartaglobe.idbusinessfinance- ministry-sets-two-teams-reform-taxoffice 1,508 1,822 1,786 1,583 1,552 1,750 1,599 1,699 500 1,000 1,500 2,000 2015 2016 2016 2016 2016 2017 2016 2017 Actual Budget R- Budget Outlook Actual Pre- liminary Budget WB WB OG related revenues Income taxes N-OG VATLGST Excises International trade taxes Non-tax revenues N-OG Other Total revenues -10 -5 5 10 15 Jan-Dec 2014 Jan-Dec 2015 Jan-Dec 2016 Jan-Dec 2016 excl Tax Amnesty OG related revenues Income taxes N-OG VATLGST Excises International trade taxes Other Total revenues r e f o r m a s i P e r k e m b a n g a n T r i w u l a n a n P e r e k o n o m i a n I n d o n e s i a 14 J anuari 2017 THE WORLD BANK | BANK DUNIA pada paruh kedua tahun 2016 mewakili 89 persen dari APBN-P dan 98 persen dari target anggaran setelah adanya efisiensi anggaran lebih lanjut di bulan September 2016. Efisiensi belanja secara signifikan berdampak terhadap belanja modal tetapi bukan belanja barang Hasil realisasi pengeluaran di akhir tahun 2016 menunjukkan bahwa pemotongan pengeluaran yang diumumkan di bulan Juli memiliki dampak yang tidak diinginkan. Instruksi Presiden 11 memberi panduan umum untuk menitik-beratkan pemotongan pengeluaran pada belanja non-produktif dan non-prioritas seperti belanja barang, termasuk biaya perjalanan dinas dan rapat, meskipun keputusan akhir tentang apa yang harus dipotong pada akhirnya diberikan kepada kementerian. Dalam prakteknya, pengeluaran untuk biaya pembelian barang tumbuh sebesar 11 persen di tahun 2016. Di sisi lain, belanja modal menurun sebesar 23 persen di tahun 2016, meskipun ada peningkatan yang besar, sebesar 65 persen di paruh pertama tahun 2016 relatif terhadap paruh pertama tahun 2015. Perlambatan di paruh kedua 2016 ini sebagian dikarenakan oleh efek dasar dari belanja modal yang sangat tinggi di paruh kedua tahun 2015, dan sebagian karena beberapa proyek barang modal multi- tahun di tahun 2016 yang ditangguhkan hingga tahun 2017. Gambar 15: Pencairan belanja modal menurun di paruh kedua 2016 Rp triliun Kiri, persen dari APBN-P Kanan Gambar 16: Pemotongan Pengeluaran tahun 2016 memiliki dampak yang tidak diinginkan, dengan belanja barang yang meningkat dan belanja modal CAPEX yang turun pertumbuhan tahunan, persen Sumber: Kementerian Keuangan; Perhitungan staf Bank Dunia Catatan: Subs singkatan dari subsidi; penurunan belanja sosial sebagian besar mencerminkan re-klasifikasi dari pengeluaran Sumber: Kementerian Keuangan; Perhitungan staf Bank Dunia Melihat ke tahun 2017, resiko terhadap perkiran penerimaan tetap ada meskipun target penerimaan lebih realistis di dalam APBN APBN tahun 2017 lebih realistis dibandingkan dengan APBN 2016 dan defisit fiskal diperkirakan menjadi 2,4 persen dari PDB Tabel 5. Target penerimaan adalah sebesar Rp 1.750 triliun, 2,0 persen lebih rendah dari Target APBN-P tahun 2016, tetapi 12,8 persen lebih tinggi dari realisasi penerimaan awal preliminary tahun 2016. Proyeksi peningkatan penerimaan secara nominal terutama didorong oleh proyeksi peningkatan penerimaan PPN, pajak penghasilan non-migas, dan penerimaan migas. APBN tahun 2017 mengasumsikan bahwa hasil penerimaan pajak dari tahap ketiga program amnesti pajak akan minimal besarannya Rp 5 11 Lihat: http:setkab.go.idinpres-no-82016-inilah-rincian-penghematan-masing-masing-kl-pada- apbnp-2016 28 27 44 107 182 121 18 10 20 66 66 53 - 10 20 30 40 50 60 70 - 20 40 60 80 100 120 140 160 180 200 2014 2015 2016 2014 2015 2016 Jan-Jun Jul-Dec 3 8 10 23 17 10 1 49 14 60 50 40 30 20 10 - 10 20 30 r e f o r m a s i P e r k e m b a n g a n T r i w u l a n a n P e r e k o n o m i a n I n d o n e s i a 15 J anuari 2017 THE WORLD BANK | BANK DUNIA triliun. Pemerintah telah meningkatkan cukai rokok sebesar 10,5 persen di tahun 2017 dan mengharapkan bahwa hal ini akan meningkatkan penerimaan cukai. 12 Bank Dunia memproyeksikan defisit fiskal sebesar 2,6 persen dari PDB di 2017 Sejalan dengan perkiraan ekonomi makro untuk tahun 2017 dan kebijakan pajak dan reformasi administrasi yang sedang berlangsung, Bank Dunia memproyeksikan total penerimaan mencapai Rp 1.680 triliun di tahun 2017, 8,2 persen lebih tinggi dari realisasi hasil capaian penerimaan awal tahun 2016. Ini sedikit lebih rendah dari perkiraan pemerintah, dan bergantung pada upaya untuk mempertahankan momentum reformasi penerimaan. Pada tahun 2017, Bank Dunia memproyeksikan defisit fiskal sebesar 2,6 persen dari PDB. Ini lebih tinggi dari realisasi awal Pemerintah tahun 2016 sebesar 2,5 persen dari PDB dan target APBN tahun 2017 sebesar 2,4 persen dari PDB, yang mencerminkan asumsi penerimaan yang lebih rendah. Kebutuhan pembiayaan bruto Indonesia untuk tahun 2016 telah terpenuhi, dan stabil untuk tahun 2017 Kebutuhan penerbitan surat berharga kotor gross untuk tahun 2016 meningkat di triwulan ketiga seiring dengan revisi meningkat untuk defisit fiskal dari 2,4 menjadi 2,7 persen dari PDB. Target ini terpenuhi di bulan Desember. Pada tanggal 6 Desember, Pemerintah mengeluarkan obligasi senilai Rp 641 triliun, yang mewakili 107 persen dari target APBN-P tahun 2016 sebesar Rp 599 triliun, dan 5,2 persen dari PDB. Di tahun 2017, kebutuhan pembiayaan bruto diproyeksikan sekitar 4,8 persen dari PDB. Pemerintah melakukan pra-pembiayaan beberapa kebutuhan ini dengan menerbitkan obligasi global di bulan Desember 2016.

7. Risiko terhadap perkiraan makro-fiskal terutama berasal dari faktor eksternal

Ketidakpastian kebijakan global menimbulkan peningkatan risiko penurunan pertumbuhan Risiko terhadap perkiraan perekonomian Indonesia berasal dari tingginya ketidakpastian kebijakan global, gangguan pasar keuangan dan pertumbuhan yang lamban di negara-negara utama – terutama perlambatan perekonomi Tiongkok yang berkelanjutan perkiraan Bank Dunia 13 menunjukkan bahwa penurunan satu persen dalam tingkat pertumbuhan PDB Tiongkok dapat mengurangi pertumbuhan PDB di Indonesia sebesar 0,4 poin persentase setelah dua tahun. Percepatan normalisasi tingkat suku bunga di AS juga menimbulkan risiko terhadap arus modal dan stabilitas nilai Rupiah. Namun demikian, tanda-tanda pemulihan harga komoditas utama dapat membawa dampak terhadap risiko perningkatan pertumbuhan jika tidak dibayang-bayangi oleh melemahnya pertumbuhan global yang diperkirakan akan muncul yang dapat menurunkan permintaan ekspor. Risiko penurunan pertumbuhan dari sisi domestik yang terkait dengan kebijakan fiskal tetap ada Kebijakan pelonggaran moneter BI mungkin telah berakhir menyusul adanya pemotongan senilai 150 basis poin di tahun 2016. Mengingat normalisasi suku bunga AS dan tekanan pada Rupiah, ada kemungkinan bahwa ruang kebijakan moneter akan lebih terbatas dibandingkan pada periode Laporan Triwulanan Perekonomian Indonesia IEQ edisi bulan Oktober. Namun kebijakan moneter ini tetap memberi dukungan terhadap momentum pertumbuhan secara keseluruhan. Sementara APBN-P tahun 2016 telah meningkatkan kredibilitas kebijakan fiskal, tetap ada risiko dari penerimaan yang lemah. Fokus di 2017 akan tetap pada kualitas belanja dan risiko penurunan terhadap penerimaan. Akan terdapat juga beberapa hasil yang muncul dalam bentuk perbaikan iklim investasi dari komitmen 12 Angka 10,45 persen ini mengacu pada rata-rata tertimbang weighted average tarif cukai per batang rokok dan angka dari Pemerintah. Kenaikan rata-rata tertimbang adalah sebesar 9,0 persen, dihitung oleh Bank Dunia 13 World Bank, 2017, “Global Economic Prospects, January 2017”, World Bank Group. r e f o r m a s i P e r k e m b a n g a n T r i w u l a n a n P e r e k o n o m i a n I n d o n e s i a 16 J anuari 2017 THE WORLD BANK | BANK DUNIA Pemerintah untuk mendorong investasi swasta karena peningkatan peringkat Indonesia dalam Survei Menjalankan Kegiatan Usaha Bank Dunia yang terbaru. Tabel 5: Bank Dunia memproyeksikan penerimaan dan pengeluaran lebih rendah dibandingkan dengan APBN tahun 2017 RP triliun, kecuali dinyatakan lain 2015 2016 2016 2016 2017 2017 Aktual teraudit APBN APBN-P Aktual Prelim APBN Bank Dunia A. Penerimaan 1,508 1,822 1,786 1,552 1,750 1,680 dari PDB 13.1 14.6 14.3 12.5 12.8 12.3

1. Penerimaan pajak 1,240

1,547 1,539 1284 1,499 1,439 dari PDB 10.7 12.4 12.3 10.3 10.9 10.5 Pajak penghasilan 602 757 856 667 788 752 Migas 50 41 36 36 36 36 Non Migas 553 716 819 631 752 716 PPNPPnBM 424 572 474 411 494 459 PBB 29 19 18 19 17 21 Cukai 145 146 148 143 157 158 Pajak perdagangan internasional 35 40 36 35 34 40 Bea impor 31 37 33 32 34 37 Bea ekspor 4 3 3 3 3 Pajak lainnya 6 12 7 8 9 9

2. Penerimaan bukan pajak 256

274 245 262 250 238 dari PDB 2.2 2.2 2.0 2.1 1.8 1.7 Penerimaan sumber daya alam 101 125 91 66 87 71 Migas 78 79 69 45 64 48 Non Migas 23 46 22 21 23 27 Penerimaan bukan pajak lainnya 155 149 155 197 163 163

3. Hibah 12

2 2 6 1 3 B. Pengeluaran 1,806 2,096 2,083 1,860 2,080 2,030 dari PDB 15.6 16.8 16.7 14.9 15.2 14.9

1. Pemerintah pusat 1,183

1,326 1,307 1149 1,316 1,276 dari PDB 10.3 10.6 10.5 9.2 9.6 9.4 Belanja pegawai 281 348 343 305 345 328 Belanja barang dan jasa 233 325 281 258 270 256 Belanja modal 215 202 227 165 221 210 Pembayaran bunga 156 185 191 183 221 221 Subsidi 186 183 178 175 160 159 Energi 119 102 94 107 77 81 BBM 61 64 44 44 32 32 Listrik 58 38 51 63 45 48 Non-energi 67 81 83 68 83 79 Hibah 4 4 9 7 2 8 Sosial 97 55 55 50 56 54 Lainnya 10 25 23 7 41 39

2. Transfer ke daerah 623

770 776 711 760 754 dari PDB 5.4 6.2 6.2 5.7 5.5 5.5 Saldo Keseluruhan -298 -274 -297 -308 -330 -350 dari PDB -2.6 -2.2 -2.4 -2.5 -2.4 -2.6 Asumsi Tingkat pertumbuhan riil PDB 4.8 5.3 5.2 5.0

5.1 5.3

IHK 6.4 4.7 4.0 3.3 4.0 4.6 Nilai tukar RpUSD 13,458 13,900 13,500 13,309 13,300 13,300 Harga Minyak mentah USDbarel 51 50 40 39 45 51 Sumber: Kemenkeu, proyeksi Bank Dunia