P e r e k o n o m i a n I n d o n e s i a
J anuari 2017 THE WORLD BANK | BANK DUNIA
17
B. Beberapa perkembangan terkini perekonomian Indonesia
Meningkatkan kualitas belanja publik di Indonesia
14
Belanja publik dapat berkontribusi untuk
tujuan pembangunan suatu
negara melalui pembentukan modal
fisik dan manusia, dan mendorong
produktivitas Belanja publik dan kebijakan pemerintah yang lebih luas dapat berkontribusi untuk
tujuan pembangunan suatu negara —seperti pertumbuhan yang lebih tinggi dan tingkat kemiskinan yang lebih rendah — melalui tiga jalur utama. Pertama,
pemerintah menggunakan sumber daya publik untuk berinvestasi dalam infrastruktur dan memperluas stok modal fisik. Kedua, pemerintah membelanjakan
pada sektor kesehatan, pendidikan, dan bantuan sosial untuk meningkatkan produktivitas sumber daya manusia. Ketiga, pemerintah menyediakan lingkungan
yang kondusif bagi sektor swasta untuk bertumbuh, berinovasi dan meningkatkan produktivitas mereka, misalnya, dengan berinvestasi dalam penelitian dan
pengembangan Litbang atau memberikan insentif kepada perusahaan-perusahaan untuk berinvestasi guna meningkatkan produktivitas mereka.
Untuk mencapai tujuan
pembangunan Indonesia yang
ambisius akan membutuhkan
perbaikan yang signifikan dalam
Namun demikian, di Indonesia, dampak belanja pemerintah terhadap pembangunan lebih kecil dari dampak yang seharusnya terjadi. Sebagian akibatnya, kemajuan dalam
mencapai target pertumbuhan dan penurunan tingkat kemiskinan lebih lambat dari yang diharapkan, dan kualitas layanan publik belum membaik. Pada saat yang sama,
rendahnya tingkat penerimaan berarti bahwa meningkatkan pengeluaran publik secara signifikan menjadi tidak mungkin karena defisit fiskal secara hukum dibatasi
sebesar 3 persen dari PDB. Dengan demikian, meningkatkan kualitas belanja publik
14
Artikel ini mengacu pada penelitian Bank Dunia baru-baru ini yang meneliti pengeluaran publik di Indonesia. Ini termasuk: Ulasan Pengeluaran Publik untuk sektor Bantuan Sosial 2016, sektor Jalan
2012, sektor Perumahan 2015, sektor Air Bersih dan Sanitasi 2015, sektor Pertanian 2010, dan pemutakhiran pada tahun 2014, sektor Pendidikan 2013, dan Belanja Daerah 2012; serta Bank
Dunia, 2016, “Penilaian Sistem Pembiayaan Kesehatan: Belanjakan Lebih, Belanjakan dengan Benar, dan Belanjakan dengan Lebih Baik”; dan Bank Dunia 2016, “Dampak Distribusi Kebijakan Fiskal di
Indonesia”, yang akan datang.
P e r e k o n o m i a n I n d o n e s i a
J anuari 2017 THE WORLD BANK | BANK DUNIA
18 kualitas belanja
publik adalah mekanisme anggaran yang utama di mana Pemerintah dapat berusaha untuk
mencapai tujuan pembangunan dalam jangka pendek sampai menengah. Meningkatkan “kualitas belanja” mengacu pada dua tindakan yang terpisah.
Pertama, hal ini memerlukan peningkatan efisiensi alokasi — realokasi pengeluaran kepada sektor-sektor prioritas. Untuk Indonesia, sektor-sektor prioritas yang
kekurangan pendanaan sektor-sektor di mana tambahan belanja publik dapat memiliki dampak terbesar pada pertumbuhan ekonomi dan penurunan kemiskinan
meliputi sektor infrastruktur, kesehatan, dan bantuan sosial. Kedua, hal tersebut memerlukan peningkatan efisiensi dan efektivitas pengeluaran — memaksimalkan
dampak pengeluaran terhadap hasil yang diinginkan bagi penerima bantuan. Untuk Indonesia, hal ini memerlukan realokasi belanja di dalam sektor untuk program-
program yang memiliki dampak tertinggi bagi tujuan sektoral seperti kesejahteraan petani atau hasil pembelajaran, dan kebijakan sektoral yang efektif yang mendukung
dampak dari pengeluaran yang ditingkatkan dan di-realokasikan. APBN tahun 2017 telah merefleksikan adanya perbaikan kualitas belanja publik, menyusul perbaikan di
dalam APBN tahun 2015 dan 2016, tetapi diperlukan adanya reformasi lebih lanjut.
a. Kebijakan fiskal telah memberikan kontribusi yang kurang dari yang seharusnya dapat dilakukan untuk pertumbuhan dan pengurangan
kemiskinan di Indonesia
Di masa lalu, kebijakan fiskal
termasuk belanja pemerintah tidak
memiliki dampak yang besar pada
kemiskinan dan ketimpangan
Sistem perpajakan Indonesia dan belanja pemerintah telah mengurangi kemiskinan sebesar 1,4 poin persentase dan ketimpangan yang diukur dengan koefisien Gini
sebesar 2,6 poin di tahun 2012.
15
Ini adalah pengurangan yang relatif kecil menurut standar internasional,
16
sebagian karena: 1 pemungutan PPh Orang Pribadi yang rendah, dengan tingkat kepatuhan yang rendah di antara mereka yang
berpenghasilan tinggi; 2 belanja bantuan sosial yang rendah; 3 belanja kesehatan yang rendah, di mana belanja pelayanan kesehatan dasar yang relatif rendah sebagian
besar memberi manfaat bagi rumah tangga miskin; 4 dampak yang relatif rendah dari belanja pendidikan pada ketimpangan dibandingkan dengan negara-negara
lain;
17
dan 5 pengeluaran yang tinggi untuk subsidi energi, yang sebagian besar menguntungkan rumah tangga kaya. Komponen 1-4 hampir tidak mungkin berubah
secara signifikan sejak tahun 2012. Namun demikian, reformasi subsidi BBM baru- baru ini, yang paling signifikan dilakukan di tahun 2015, kemungkinan telah
membawa perbaikan bagi dampak kebijakan fiskal terhadap kemiskinan dan ketimpangan. Di tahun 2013 dan 2014, kenaikan harga BBM disertai dengan
bantuan tunai sementara untuk 25 persen rumah tangga termiskin. Jumlah bantuan tunai ini secara signifikan lebih tinggi daripada kenaikan biaya hidup yang didorong
oleh harga bahan bakar yang lebih tinggi. Mengingat sifat sementara dari transfer ini, efeknya juga sementara. Namun demikian, penghapusan subsidi bensin dan
pemotongan besar-besaran subsidi solar di tahun 2015 cenderung memiliki efek positif jangka panjang, karena penghematan permanen bagi Pemerintah sebagian
diarahkan untuk belanja kesehatan dan bantuan sosial yang lebih tinggi.
15
Analisis ini didasarkan pada Kerangka Komitmen Keadilan the Commitment to Equity framework commitmentoequity.org, dan menggunakan analisis standar fiscal incidence untuk sebagian besar pajak
dan belanja Pemerintah Indonesia.
16
Misalnya, kebijakan fiskal menurunkan koefisien Gini lebih dari 6 poin di Afrika Selatan, Kosta Rika, Uruguay, Meksiko dan Bolivia.
17
Bank Dunia, 2016, “Distribusi Dampak Kebijakan Fiskal di Indonesia”; dan Kementerian Keuangan dan Bank Dunia, 2015, “Pajak dan Pengeluaran Publik di Indonesia: Mengapa membayar dan siapa
yang diuntungkan”