r e f o r m a s i P e r k e m b a n g a n T r i w u l a n a n
P e r e k o n o m i a n I n d o n e s i a
2 J anuari 2017
THE WORLD BANK | BANK DUNIA
rata sebesar 14. Indeks MOVE yang mengukur gejolak pasar obligasi juga melonjak tajam pada bulan November dan kemudian stabil pada tingkat yang lebih tinggi,
keadaan yang sama dengan sesaat sebelum referendum Brexit di Inggris. Gejolak pasar keuangan dan ketidakpastian kebijakan global ini mempengaruhi Rupiah yang
terdepresiasi sebesar 3,4 persen di Triwulan ke-4 terhadap USD, meskipun ini sejalan dengan depresiasi mata uang negara-negara pasar berkembang lainnya, yang
rata-rata turun sebesar 3,8 persen.
Harga komoditas utama menunjukkan
tanda-tanda tentatif pemulihan
Harga komoditas ekspor utama Indonesia membaik pada Triwulan ke-4 terutama untuk batubara, kelapa sawit, logam dasar, dan gas alam. Harga minyak sawit
diperkirakan akan naik sejalan dengan peningkatan kecil permintaan dari Tiongkok dan India serta penurunan jumlah pasokan karena efek cuaca La Nina. Di sektor
minyak dan gas, angka produksi terbaru untuk Triwulan ke-3 menunjukkan adanya penurunan marjinal produksi turun 0,7 persen QoQ dan harga minyak global
turun 0,4 persen QoQ. Menyusul keputusan Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak OPEC untuk membatasi produksi secara gabungan sebesar 1,2 juta barel
per hari bph pada tahun 2017, pemerintah Indonesia, untuk sementara, telah menarik keanggotaannya dari kartel minyak ini. Keputusan OPEC ini mewajibkan
Indonesia untuk memangkas produksinya hingga 37.000 barel per hari, atau 4,5 persen dari target sebesar 815.000 bph di dalam APBN tahun 2017, yang sudah
5000 bph lebih rendah dari target dalam APBN Perubahan tahun 2016. Perkembangan global ini merupakan risiko bagi perkiraan pertumbuhan Indonesia.
Namun demikian, sebagaimana disampaikan di bagian berikut, kinerja ekonomi Indonesia baru-baru memiliki kemampuan yang baik untuk memitigasi dampak
negatif yang signifikan.
2. Pertumbuhan PDB sedikit menurun karena menurunnya belanja pemerintah
Pertumbuhan PDB menurun karena
menurunnya konsumsi
pemerintah Pertumbuhan riil PDB
sedikit menurun menjadi 5 persen tahun-ke-tahun
yoy di Triwulan ke-3 dari 5,2 persen yoy di Triwulan
ke-2, didorong oleh tekanan yang signifikan
dalam pengeluaran pemerintah dan penurunan
nilai ekspor yang lebih besar dibandingkan
dengan nilai impor Gambar 2. Ekspor
komoditas yang menurun merupakan faktor utama di
balik kontraksi yoy pada sisi ekspor walaupun ada
kenaikan harga komoditas di Triwulan ke-3,
sementara penurunan impor tersebut terjadi di banyak lini broad based. Kontraksi dalam konsumsi pemerintah berasal dari pemotongan belanja yang diumumkan di
dalam APBN Perubahan tahun 2016 dan dalam perubahan berikutnya. Pemotongan
Gambar 2: Belanja pemerintah menurun di Triwulan ke-3
kontribusi terhadap pertumbuhan, persen yoy
Catatan: Perbedaan statistik termasuk perubahan persediaan Sumber: BPS
-4 -2
2 4
6 8
10
Sep-13 Mar-14 Sep-14 Mar-15 Sep-15 Mar-16 Sep-16 Stat. discrepancy
Net exports Investment
Government consumption Private consumption
GDP
r e f o r m a s i P e r k e m b a n g a n T r i w u l a n a n
P e r e k o n o m i a n I n d o n e s i a
3 J anuari 2017
THE WORLD BANK | BANK DUNIA
belanja ini dapat secara lebih baik menyelaraskan tingkat pengeluaran dengan target penerimaan yang lebih moderat sehingga penurunan risiko fiskal dapat diterima.
Sebaliknya, pertumbuhan konsumsi swasta tetap kuat, didukung oleh inflasi yang rendah, yang berada di kisaran bawah target Bank Indonesia BI, dan nilai Rupiah
yang relatif stabil. Namun demikian, pertumbuhan konsumsi swasta tidak lebih besar dibandingkan dengan kontraksi konsumsi pemerintah. Dengan demikian,
pertumbuhan total konsumsi turun menjadi 4,0 persen yoy - tingkat pertumbuhan yang paling lambat selama sedikitnya enam tahun.
Pertumbuhan investasi juga
melemah di Triwulan ke-3…
Total pertumbuhan investasi tetap turun menjadi 4,1 persen yoy di Triwulan ke-3, dibandingkan dengan 5,1 persen pada triwulan terakhir. Total pengeluaran investasi
tetap memberikan kontribusi sebesar 1,3 poin persentase bagi pertumbuhan ekonomi. Mengingat bahwa konsumsi merupakan sumber pertumbuhan yang relatif
stabil, langkah-langkah reformatif seperti meningkatkan lingkungan bisnis, yang diukur dengan “Survei Kegiatan Usaha;” lihat Kotak 1 yang bertujuan untuk
memperkuat prospek pertumbuhan harus dikonsentrasikan pada peningkatan investasi. Indonesia memiliki pangsa investasi publik yang relatif rendah, oleh sebab
itu setiap kenaikan pertumbuhan investasi di Indonesia, kemungkinan besar didorong oleh investasi swasta.
… sementara ekspor bersih melemahkan
pertumbuhan Perdagangan global yang stagnan
1
, melemahnya pertumbuhan di negara –negara pasar ekspor utama, ekspor komoditas terkontraksi lebih dari impor di Triwulan ke-
3 6 persen yoy dibandingkan dengan 3,9 persen yoy. Hal ini mengakibatkan kontribusi negatif sebesar 0,6 poin persentase dari ekspor bersih terhadap
pertumbuhan ekonomi yoy Triwulan ke-3.
Indikator frekuensi tinggi seperti
penjualan ritel dan indeks kepercayaan
konsumen menguat di Triwulan ke-4
Indeks penjualan ritel, setelah mengalami penurunan selama
Triwulan ke-3, menguat di Triwulan ke-4 dengan
peningkatan sebesar 16 poin pada bulan Desember. Indeks
kepercayaan konsumen bertahan pada lintasan yang
relatif datar di Triwulan ke-3, tetapi mencatat sedikit
kenaikan pada awal Triwulan ke-4. Indikator frekuensi
tinggi lainnya memberi sinyal campuran dalam beberapa
bulan terakhir. Misalnya, laju kontraksi dalam penjualan
sepeda motor telah menurun sejak bulan Agustus, dan pertumbuhan penjualan mobil meningkat di Triwulan ke-4
sedangkan penjualan semen terus menurun di Triwulan ke-4. Sebaliknya, meskipun indeks penjualan ritel dan indeks kepercayaan konsumen relatif bagus, kegiatan
usaha yang diukur dengan survei kegiatan usaha BI menurun pada bulan Oktober menyusul terjadinya kenaikan di dua triwulan. Indeks manajer pembelian
Gambar 3: Kegiatan usaha melambat
indeks
Sumber: BI; NikkeiMarkit; perhitungan staf Bank Dunia
1
Bank Dunia, 2017, “Prospek Perekonomian Global: Investasi lemah di saat yang tidak menentu Global Economic Prospects: Weak investment in uncertain times”, Kelompok Bank Dunia.
50 100
150 200
250
10 20
30 40
50 60
Dec-14 Jun-15
Dec-15 Jun-16
Dec-16
Business Activity: Realization Business Activity: Expectation
Purchasing Manager Index PMI
Consumer Confidence Index Kanan Retail Sales Index Kanan