9
BAB II KAJIAN TEORI
Beberapa teori tentang kajian linguistik yang relevan digunakan untuk mendukung penelitian ini. Teori-teori tersebut di antaranya yakni kajian
sosiolinguistik, dialektologi, kelas kata, morfologi, fonologis dan penelitian yang relevan yang diharapkan dapat memperkuat teori dan memberi keakuratan data.
A. Kajian Sosiolinguistik
Menurut pendapat
Halliday dalam
Sumarsono, 2002:
2 bahwa
sosiolinguistik berkaitan dengan pertautan bahasa dan orang-orang yang memakai bahasa itu. Pride dan Holmes dalam Sumarsono, 2002: 2 juga
mengungkapkan rumusan sosiolinguistik sebagai kajian bahasa yang merupakan bagian dari kebudayaan dan masyarakat. Secara garis besar dapat disimpulkan
bahwa sosiolinguistik adalah kajian tentang bahasa yang dikaitkan dengan kondisi masyarakatnya Sumarsono, 2002: 1.
Sosiolinguistik mempelajari berbagai permasalahan bahasa dan perilaku sosial bahasa yang bertujuan untuk mendeskripsikan tingkah laku masyarakat
dengan variasi bahasa sebagai objek. Variasi ini juga dipelajari dalam ilmu dialektologi yang mempelajari dialek suatu wilayah dan bersifat diakronis.
Bersifat diakronis maksudnya bahasa berkembang dan berubah-ubah sepanjang waktu serta menunjukkan sejarah dari bentuk suatu kata karena kata tersebut
dapat dilihat dari masa lampau dan masa kini. Variasi ini menitikberatkan terhadap aspek-aspek variasi bahasa, seperti
usia, latar belakang, sosial, dan lain-lain. Menurut Sumarsono dalam bukunya
Sosiolinguistik 2002 perbedaan kelompok yang bersifat sosial bisa ditentukan oleh jenis kelamin, usia, pekerjaan, status ekonomi, dan pendidikan. Usia
merupakan salah satu masalah sosial yang keadaannya berbeda, yang dimaksud berbeda adalah faktor usia ini lebih mendominasi perubahan variasi
bahasa. Tutur kata anak-anak akan tinggalkan begitu usianya menginjak remaja yang akan terus berkembang dan berubah menjadi dewasa. Ketika anak-anak,
bahasa yang digunakan cenderung menggunakan bahasa yang baik dengan mengusai ‘tata bahasa ibu-nya’, dan bunyi yang dihasilkan masih berbunyi
bilabial. Ketika remaja bahasa tersebut ditinggalkan. Pada tahap remaja terjadi penciptaan berbagai variasi ragam santai yang
bersifat informal. Ciri dari masa hidup remaja yang menarik ini, terlihat pada bahasa dan perilaku mereka. Adanya keinginan untuk mengeksklusifkan diri dan
menjadi tren, para remaja rela menciptakan suatu kosakata yang terasa “menggelitik” dan “beda”. Dalam bukunya, Sumarsono 2002: 151-153
membicarakan tentang beberapa bentuk bahasa yang sering digunakan pada remaja kala itu.
1. Penyisipan konsonan vokal V+vokal Kreasi ini muncul sebelum tahun 1950-an di kalangan remaja, dengan
menyisipkan konsonal v+vokal pada setiap kata yang dipakai. Vokal dibelakang v itu sesuai dengan suku kata yang disisipi. Konsonan v+vokal itu ditempatkan di
belakang setiap suku kata, baik dalam bahasa daerah maupun BI. Contoh: mata
ma + ta ma+va+ta+va
Mavatava mati
ma + ti ma+va+ti+vi
Mavativi matang
ma + tang ma+va+ta+va_ng
mavatavang