Tujuan akhirnya adalah untuk memudahkan pembacaan dan penafsiran hasil olahan data dan
juga untuk menentukan daerah yang akan ditidak lanjuti penyelidikannya.
3.2. Analisis Kimia
Analisis kimia dilakukan di Labotarium Direktorat Inventarisasi Sumberdaya Mineral, di
Bandung. Fraksi conto endapan sungai aktif yang. dianalisis berukuran –80 mesh. Unsur yang
dinalisis sebanyak 11 unsur, yaitu : Cu, Pb, Zn, Co, Ni, Mn, Ag, Li, Cr, Fe, K.
Analisi kimia conto batuan dilakukan untuk mengetahui kandungan unsur logam. Lima unsur
yang dianalisis yaitu yaitu Cu, Pb, Zn, Au, Ag
3.3. Conto Sedimen Sungai
Jumlah conto daerah Waikabubak sebanyak 170 buah. Unsur yang dianalisis kimia terdiri dari
Cu, Pb, Zn, Co, Ni, Mn, Ag, Li, K, dan Fe, dengan memperhatiakan kurva probabilitas dan
ringkasan statistiknya. Kurva probabilitas unsur akan banyak menentukan banyaknya populasi
yang terjadi berdasarkan penentuan titik belok.
Di dalam penentuan sebaran populasi dari kurva probabilitas dengan menggunakan program
ROCKWORKS, biasanya bagian ekor kurva diabaikan, karena pada bagian ini penentuannya
sangat relatif dan nilai-nilai tinggi akan memebentuk awan anomali, yang justru bagian
yang sangat penting.
3.4. Analisis Univariat 3.4.1. Tembaga Cu
Rentang nilai tembaga mulai dari bawah batas deteksi 4 - 76 ppm. Rata-rata eritmatiknya
24 ppm dan simpangan baku 13 ppm.Kurvaprobabilitas dari ROCKWORKS dapat
dikelompokan menjadi 6 populasi, dengan pembagian 11 ppm, 11 – 24 ppm, 24 – 37 ppm,
37 – 49 ppm, 49 – 62 ppm dan lebih besar dari 49 ppm. Sedangkan populasi diatas 37 ppm dianggap
sebagai anomali geokimia. Sedangkan latar belakang dianggap lebih kecil dari 24 ppm. Pada
lampiran dapat dilihat harga tinggi dari setiap unsur, dimana nilai ambangnya ditentukan dari
peta sebaran populasi dengan nilai yang bervariasi. Penyebaran harga anomali geokimia
tersebar di daerah sebelah timur Waikahaka, di daerah Waikalo, sebelah timur waikapunduk dan
di daerah Waikabubak Gambar 2.
3.4.2. Timbal Pb
Rentang nilai timbal mulai dari 6 ppm sampai 65 ppm dengan rata-rata aritmatiknya 21
ppm, serta simpangan baku 10 ppm. Dari kurva probabilitasnya dapat dikelompokkan menjadi 6
populasi. Yaitu 11 ppm, 11-21 ppm, 21-31 ppm, 31-40 ppm, 40-50 ppm, dan dari 50 ppm.
Populasi yang lebih besar dari 40 ppm dianggap sebagai anomali geokimia, sedangkan latar
belakang diambil dari harga lebih kecil dari 21 ppm. Penyebaran unsur timbal di daerah sebelah
utara Wanasapi, pada batuan Fm. Waikabubak Gambar 3.
3.4.3. Seng Zn
Rentang nilai seng mulai dari 10 ppm sampai 156 ppm dengan rata-rata aritmatiknya 46
ppm, serta simpangan baku 21 ppm. Dari kurva probabilitasnya dapat dikelompokan menjadi 6
populasi dengan pambagian secara berurutan 25 ppm, 25 – 46 ppm, 46 – 67 ppm, 67 – 88 ppm, 88
– 109 ppm dan 109 ppm. Populasi lebih besar dari 88 ppm dianggap sebagai anomali geokimia
dan latar belakang geokimia anggap lebih kecil dari 24 ppm. Penyebarannya di daerah
Waikahaka, Waikalo, Katewela dan di bagian sebelah tenggara Kapunduk. Pada Formasi
Waikabubak dan Formasi Masu Gambar 4
3.4.4. Perak Ag
Untuk unsur perak nilai rentang dari 0,7 ppm sampai 53 ppm, dengan harga rata-rata
aritmatik ppm, sedangkan simpangan baku ppm. Kurva probabilitas dapat dilihat pada gambar
dimana dibagi menjadi 6 populasi yaitu 2 ppm, 2-5 ppm, 5 – 7 ppm, 7 – 9 ppm, 9 – 10 ppm dan
dari 10 ppm.Anomali geokimia dianggap harga yang lebih dari 10 ppm, sedangkan latar belakang
dianggap harga lebih kecil dari 7 ppm. Penyebaran unsur perak di daerah di pantai
selatan di daerah Palindi Kamba dan di Palindi Panetang. Pada batuan volkanik dari Formasi
Masu dan adanya intrusi granit Gambar 5
3.4.5. Kobal Co
Rentang harga mulai dari 7 sampai 50 ppm, dengan harga rata-rata aritmatik 46 ppm dan
standar deviasi 21 ppm. Kurva probabilitas dapat dilihat pada gambar dimana dibagi menjadi 6
populasi yaitu 10 ppm, 10-15 ppm, 15-21 ppn, 21-25 ppm, 25-28 ppm, 28 ppm. Anomali
geokimia dianggap harga yang lebih besar dari 25 ppm, sedangkan latar belakang dianggap harga
lebih kecil dari 15 ppm. Penyebaran unsur kobal di daerah Waikahaka sampai Waikalo. Pada
batuan F. Waikabubak dan F. Kaliangga.
Gambar 6
3.4.6. Nikel Ni
Rentang harga mulai dari 2 sampai 42 ppm, dengan harga rata-rata aritmatik 19 ppm dan
standar deviasi 6 ppm. Kurva probabilitasdapat dilihat pada gambar dimana dibagi menjadi 6
populasi. Yaitu 6 ppm, 6-12 ppm, 12-19 ppm, 19-25 ppm, 25-32 ppm dan 32 ppm. Anomali
geokimia dianggap harga yang lebih besar dari 25 ppm, sedangkan harga latar belakang diambil
Kolokium Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral DIM TA. 2002 23 - 4
lebih kecil dari 19 ppm. Penyebaran unsur nikel di daerah Waikalo dan di daerah tenggara
Kabunduk, pada F. Waikabubak Gambar 7.
3.4.7. Mangan Mn
Rentang harga dari 911 sampai 4134 ppm, dengan harga rata-rata aritmatik 511 ppm dan
standar deviasi 607 ppm. Kurva probabilitas dapat dilihat pada gambar dimana dibagi menjadi 6
populasi. Yaitu 51 ppm, 511-1.118 ppm, 1.118- 1.725 ppm, 1.725 –2.000 ppm, 2000-2.332 ppm
dan 2.332 ppm. Anomali geokimia dianggap lebih besar dari 1.725 ppm, sedangkan
latarbelakang diambil dari lebih kecil dari 1.118 ppm. Penyebaran unsur Mangan di daerah sekitar
Wanasapi Gambar 8.
3.4.8. Litium Li
Rentang harga mulai dari 2 sampai 56 ppm, dengan harga rata-rata aritmatik 15 ppm dan
standar deviasi 10 ppm. Kurva probabilitas dapat dilihat pada gambar dimana dibagi menjadi 6
populasi.Yaitu 6 ppm, 6-15 ppm, 15-25 ppm, 25-35 ppm, 35-45 ppm, 45 ppm. Anomali
geokimia dianggap harga yang lebih besar dari 35 ppm, sedangkan latar belakang dianggap harga
lebih kecil dari 15 ppm. Penyebaran unsur Litium di daerah sekitar Pandi Letape pada F. Masu dan
F. Praikajelu Gambar 9.
3.4.9. Kalium K
Rentang harga mulai dari 100 sampai 18200 ppm dengan harga rata-rata aritmatik 6894 ppm
dan standar deviasi 4200 ppm. Kurva probabilitas dapat dilihat pada gambar dimana dibagi
menbjadi 6 kurva. Yaitu 2, 7 ppm, 2,7-6,9 ppm, 6,9-11,1 ppm, 11,1-15,3 ppm, 15,3-16 ppm dan
16 ppm. Anomali geokimia dianggap yang lebih besar dari 15,3 ppm, sedangkan latar belakang
dianggap lebih kecil dari 6,9 ppm. Penyebarannya unsur Potasium di daerah Pandi Taculur pada
batuan Granitan Gambar 10.
3.4.10. Besi Fe