dalam dunia usaha karena dapat menimbulkan praktik monopoli dan persaingan usaha tidak sehat dapat
dibedakan menjadi 4 macam yakni: a. Kegiatan posisi dominan yang bersifat umum;
b. Jabatan rangkap atau kepengurusan terafiliasi; c. Kepemilikan saham mayoritas atau terafiliasi;
d. Penggabungan, peleburan, dan pengambil-alihan perusahaan.
E. Lembaga KPPU
Komisi Pengawas Persaingan Usaha KPPU adalah lembaga baru yang diperkenalkan dalam Undang-Undang No.
5 Tahun 1999. Pembentukannya secara resmi melalui Kepres No. 75 Tahun 1999 dengan melalui serangkaian tahap
pemilihan yang cukup alot melibatkan Pemerintah dan DPR. KPPU berkedudukan di Jakarta, tetapi boleh membuka
perwakilan di ibukota provinsi. Organisasi KPPU hanya terdiri dari anggota dan sekretariat. Jumlah anggota seluruhnya
termasuk seorang ketua dan seorang wakil paling sedikit sembilan orang. Keanggotaan KPPU periode yang pertama
2000–2005 ada 11 orang, dan mereka masih mungkin dipilih untuk satu periode berikutnya.
Pasal 35 Undang-Undang No. 5 Tahun 1999 menentukan bahwa tugas tugas KPPU terdiri dari:
1. Melakukan penilaian terhadap perjanjian yang dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan atau
persaingan usaha tidak sehat.
15
2. Melakukan penilaian terhadap kegiatan usaha dan atau tindakan pelaku usaha yang dapat mengakibatkan
terjadinya praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat.
3. Melakukan penilaian terhadap ada atau tidak adanya penyalahgunaan posisi dominan yang dapat
mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan atau persaingan usaha.
4. Mengambil tindakan sesuai dengan wewenang Komisi. 5. Memberikan saran dan pertimbangan terhadap kebijakan
Pemerintah yang berkaitan dengan praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat.
6. Menyusun pedoman dan atau publikasi yang berkaitan dengan Undang-Undang No. 5 tahun 1999
7. Memberikan laporan secara berkala atas hasil kerja Komisi kepada Presiden dan DPR.
Dalam menjalankan tugas tugasnya tersebut, Pasal 36 Undang-Undang No. 5 tahun 1999 memberi wewenang
kepada KPPU untuk: 1. Menerima laporan dari masyarakat dan atau dari pelaku
usaha tentang dugaan terjadinya praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat.
2. Melakukan penelitian tentang dugaan adanya kegiatan usaha dan atau tindakan pelaku usaha yang dapat
mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat.
3. Melakukan penyelidikan dan atau pemeriksaan terhadap kasus dugaan praktek monopoli dan atau persaingan
16
usaha tidak sehat yang dilaporkan oleh masyarakat atau oleh pelaku usaha atau yang ditemukan komisi sebagai
hasil penelitiannya. 4. Menyimpulkan hasil penyelidikan dan atau pemeriksaan
tentang ada atau tidak adanya praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat.
5. Memanggil pelaku usaha yang diduga telah melakukan pelanggaran terhadap ketentuan Undang-Undang No. 5
tahun 1999. 6. Memanggil dan menghadirkan saksi, saksi ahli, dan
setiap orang yang dianggap mengetahui pelanggaran ketentuan Undang-Undang No. 5 tahun 1999.
8. Meminta bantuan penyidik untuk menghadirkan pelaku usaha, saksi, saksi ahli atau setiap orang yang dimaksud
dalam nomor 5 dan 6 tersebut di atas yang tidak bersedia memenuhi panggilan Komisi.
9. Meminta keterangan dari instansi Pemerintah dalam kaitannya dengan penyelidikan dan atau pemeriksaan
terhadap pelaku usaha yang melanggar ketentuan Undang-Undang No. 5 tahun 1999.
10. Mendapatkan, meneliti, dan atau menilai surat,
dokumen atau alat bukti lain untuk keperluan penyelidikan dan atau pemeriksaan.
11. Memutuskan dan menetapkan ada atau tidak adanya
kerugian di pihak pelaku usaha lain atau masyarakat. 12.
Memberitahukan putusan Komisi kepada pelaku usaha yang diduga melakukan praktek monopoli dan
atau persaingan usaha tidak sehat.
17
13. Menjatuhkan sanksi berupa tindakan administratif
kepada pelaku usaha yang melanggar ketentuan Undang-Undang No. 5 tahun 1999.
Jadi, KPPU berwenang untuk melakukan penelitian dan penyelidikan dan akhirnya memutuskan apakah pelaku usaha
tertentu telah melanggar Undang-Undang No. 5 tahun 1999 atau tidak. Pelaku usaha yang merasa keberatan terhadap
Putusan KPPU tersebut diberikan kesempatan selama 14 hari setelah menerima pemberitahuan putusan tersebut untuk
mengajukan keberatan ke Pengadilan Negeri. KPPU merupakan lembaga administratif. Sebagai
lembaga semacam ini, KPPU bertindak demi kepentingan umum. KPPU berbeda dengan pengadilan perdata yang
menangani hak-hak subyektif perorangan. Oleh karena itu, KPPU harus mementingkan kepentingan umum dari pada
kepentingan perorangan dalam menangani dugaan pelanggaran hukum antimonopoli.
Hal ini sesuai dengan tujuan Undang-Undang No. 5 tahun 1999 yang tercantum dalam Pasal 3 huruf a Undang-Undang
No. 5 tahun 1999 yakni untuk “menjaga kepentingan umum dan meningkatkan efisiensi ekonomi nasional sebagai salah
satu upaya untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat”.
BAB III PENUTUP
18
A. Kesimpulan