Pemeliharaan : dilakukan untuk memacu pertumbuhan pohon, percepatan

18 Sistem pengadaan benih juga meliputi kegiatan produksi benih, yaitu menentukan saat panen serta teknik pemanenannya. Tanaman mindi umumnya berbunga pada awal musim kemarau dan buah masak pada musim hujan. Namun hal ini tidak sepenuhnya tepat, karena tanaman mindi mengalami musim berbunga dan berbuah berbeda antara tempat satu dengan lainnya. Tanaman di Jawa Barat berbunga dalam bulan Maret sampai dengan Mei, di Jawa Timur antara bulan Juni sampai dengan Nopember, di Nusa Tenggara Barat dalam bulan September dan Juni. Buah masak dalam bulan Juni, Agustus, Nopember dan Desember. Saat panen buah mindi yang paling tepat adalah pada waktu kulit buah sudah berwarna hijau kekuningan, dengan cara dipetik langsung saat masih di pohon atau memungut langsung buah yang telah jatuh di permukaan tanah. Produksi buah segar mencapai 10 – 15 kg per pohon Nurhasybi dan Danu 1997.

2.3.4 Teknik penanganan benih dan perkecambahan

Penanganan benih akan menentukan kualitas fisik dan fisiologik benih, sehingga benih harus ditangani dengan baik, agar benih yang sudah dikumpulkan dapat dipertahankan mutunya. Kegiatan penanganan benih mindi meliputi sortasi buah, ekstraksi benih, pembersihan benih, sortasi benih, pengeringan benih, pengujian benih dan penyimpanan benih. Tidak sulit melakukan sortasi buah mindi karena ukurannya yang cukup besar. Ekstraksi benih mindi dilakukan secara manual yaitu dengan cara buah diperam hingga daging buah menjadi lunak. Selanjutnya buah digosok-gosok dengan tangan menggunakan pasir kemudian dicuci dengan air mengalir Nurhasybi dan Danu 1997. Benih yang sudah diekstraksi kemudian dikeringanginkan di dalam ruangan selama ± 3 hari sampai kadar air mencapai 15–20. Benih mindi termasuk semi rekalsitrant, hanya dapat disimpan pada kadar air 15 – 20 . Benih dengan kondisi segar kadar air sekitar 22 dibungkus plastik dan dimasukkan ke dalam kaleng lalu disimpan di ruangan dengan suhu 18–20°C dan kelembaban relatif 70–80. Dengan perlakuan demikian benih mampu disimpan selama 10–12 minggu dan daya kecambah menurun menjadi 20–30 setelah disimpan. Kulit benih mindi cukup keras, sehingga mengalami dormansi fisik kulit benih, tanpa perlakuan pendahuluan, benih akan berkecambah secara alami 19 setelah 3 bulan. Pematahan dormansi dapat dilakukan secara fisik dan kimiawi Pramono dan Danu 1998. Secara fisik dengan meretakkan kulit benih dan secara kimiawi melalui perendaman dalam larutan asam sulfat H 2 SO 4 pekat 95–97 selama 40 menit Suciandri dan Bramasto 2005. Selain dengan asam sulfat, dapat pula digunakan air kelapa muda, menurut Kurniaty et al. 2003 dikatakan bahwa benih cempaka yang direndam dalam air kelapa muda selama 120 menit mampu ditingkatkan daya kecambahnya. Benih kemiri yang direndam dalam air kelapa muda selama 4 jam mempunyai daya kecambah sebesar 53,33 Suita et al. 2005. Setelah dilakukan pematahan dormansi benih dikecambahkan pada bak tertutup plastik transparan dengan media campuran tanah dengan pasir 1:1. Penyemaian dilakukan dengan cara membenamkan benih ke dalam media dengan posisi mendatar sedalam ¾ bagian, selanjutnya ditutup dengan pasir halus Pramono dan Danu 1998.

2.3.5 Sistim distribusi dan sertifikasi benih

Benih yang dihasilkan dari kebun benih desa juga dapat dijadikan komoditi hasil hutan non kayu yang mempunyai nilai ekonomi yang cukup tinggi. Hal ini perlu didukung oleh sistem dokumentasi benih yang baik agar benih yang didistribusikan mempunyai identitas yang jelas. Kebun benih desa yang telah dibangun apabila telah memenuhi kriteria suatu sumber benih dapat disertifikasi, sehingga benih yang dihasilkan mempunyai nilai ekonomi yang lebih tinggi dibandingkan dari tegakan benih asalan. Konsep ini sudah dilakukan oleh kelompok tani Desa Cibugel di Kabupaten Sumedang Jawa Barat, dengan jenis tanaman suren Toona sinensis seluas 1 ha di lahan milik desa dengan difasilitasi oleh Balai Perbenihan Tanaman Hutan dan Indonesian Forest Seed Project Saefullah 2004; Iriantono et al. 2004.

2.4 Sebaran Populasi Tanaman Mindi di Jawa Barat

Sebaran populasi mindi di Jawa Barat menurut Pramono et al. 2008, menyebar di beberapa wilayah, yaitu Kabupaten Bandung, Kabupaten Sumedang, Kabupaten Majalengka, Kabupaten Kuningan, Kabupaten Subang, Kabupaten 20 Purwakarta, Kabupaten Garut dan Kabupaten Bogor. Ketinggian tempat dari setiap lokasi tersebut cukup bervariasi, yaitu mulai dari ketinggian 250 m diatas permukaan laut dpl sampai 1700 m dpl, namun populasi mindi banyak ditemukan pada ketinggian tempat 500–700 m dpl. Secara ringkas sebaran populasi mindi pada setiap wilayah dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Sebaran populasi tanaman mindi pada beberapa wilayah di JawaBarat No. Wilayah KecamatanDesa Curah hujan mmtahun Ketinggian m dpl 1 Kabupaten Bandung Soreang, Kotawaringin,Pasir jambu, Pengalengan, Cimaung, Cangkuang dan Banjaran. 1200 – 1600 700 – 1420 2 Kabupaten Sumedang Cimalaka,Rancakalong, Cibugel, Sumedang Selatan , Buah Dua, Ciherang dan Sumedang Utara 2000 – 3000 650 – 750 3 Kabupaten Subang Kalijati, Segalaherang dan Jalan Cagak 2000 – 5000 400 – 1100 4 Kabupaten Purwakarta Wanayasa, Bojong, Tegal waru dan Darangdan 2532 – 5339 500 – 850 5 Kabupaten Kuningan Babakan rema 2000 – 3000 400 – 500 6 Kabupaten Garut Cilawu, Cisewu dan Talegong 3000 – 4000 900 – 1000 7 Kabupaten Bogor Sukaraja dan Megamendung 2200 – 4500 250-1700 Sumber : Pramono et al. 2008