KOMUNITAS FUNGI PADA LAPISAN SERASAH Acacia mangium

IV. KOMUNITAS FUNGI PADA LAPISAN SERASAH Acacia mangium

Abstract Fungal study on Acacia mangium litter layers were investigated to examine fungal communities in tree litter layers, and relationship between organic contents of litters and fungal communities. Samples were obtained from three litter layers of two and five years’ old standings both in health 2S and 5S and Ganoderma attacked standing 2G and 5G and on harvested area BT. Fungal species were isolated by dilution method. Organic contents of each litter layers were analized by proximate method. The results showed that the highest fungal populations were found in 5G followed by 5S, 2S, 2G and BT respectively. Fungal populations were high at L layer in all standings except in BT at F layer due to their height organic contents. Key words: fungal communities, diversity, litter layers, decomposition, A. mangium Pendahuluan Peran fungi dalam proses dekomposisi serasah daun sangatlah penting karena fungi mempunyai kemampuan mendegradasi senyawa lignoselulosa yang tidak dapat dilakukan oleh mikrob lain Tang et al. 2005. Kelompok fungi yang memiliki kemampuan lignoselulolitik tinggi berasal dari fungi pelapuk putih white rot fungi. Steffen et al. 2002 mengemukakan bahwa fungi dari kelompok basidiomiset yang tumbuh pada serasah lantai hutan mampu mendekomposisi serasah melalui aktivitas enzim ekstraseluler MnP manganese peroxidase dan aktif terlibat dalam siklus hara di lantai hutan. Rodriguez et al. 1996 menambahkan bahwa beberapa Imperfect fungi Deuteromycetes terutama Penicillium dan Fusarium juga mampu mendegradasi senyawa-senyawa lignoselulosa. Demikian juga Trichoderma mampu mendegradasi selulosa Nieves et al . 1991. Penelitian yang telah dilakukan pada serasah daun Fagus crenata menunjukkan adanya kecenderungan suksesi fungi endofit dan epifit mulai dari daun yang segar sampai daun yang terdekomposisi Osono Takeda, 2002. Pada tumbuhan Qat Chanta edulis berhasil diisolasi beberapa fungi philloplant antara lain Cladosporium herbarum, C. sphaerospermum, Aspergillus niger, A. flavus, Alternaria alternata dan A. tenuissima Alhubaishi Abdel-Kader, 1991. Pada serasah daun Fagus silvatica fungi pengkoloni awal yang sering ditemukan adalah Discula quercina, Cladosporium herbarum, Aureobasidium pullulans, Alternaria tennis, dan Botrytis cinerea Dickinson dan Pugh, 1974. Keberadaan fungi pada serasah A. mangium belum diperoleh banyak informasi, tetapi pada serasah daun yang terdekomposisi ditemukan Trichoderma sp., Curvularia sp. dan Alternaria sp. Samingan et al. 1999. Dalam penelitian pendahuluan berhasil diisolasi 12 spesies fungi dari daun segar, daun senesen dan serasah daun A. mangium di Darmaga IPB Bogor, enam diantaranya berhasil diidentifikasi yaitu Curvularia sp., Cladosporium sp., Trichoderma sp., Phaecilomyces sp., Diamargaris sp., dan Botrytis sp. sedangkan enam lainnya belum teridentifikasi Samingan Sudirman 2008. Keberadaan fungi pada daun A. mangium menarik untuk diteliti karena daun tumbuhan ini merupakan modifikasi dari tangkai daun phillodium, sehingga kandungan lignoselulosanya lebih tinggi dibandingkan dengan daun tumbuhan lain. Tingginya kandungan lignoselulosa tersebut menyebabkan proses dekomposisi menjadi lambat, akibatnya terjadi penumpukan serasah yang membentuk lapisan. Lapisan-lapisan yang terbentuk adalah lapisan L yaitu lapisan serasah bagian atas yang masih utuh, lapisan F yaitu lapisan serasah bagian tengah yang sebagian sudah terdekomposisi, dan lapisan H yaitu lapisan bagian bawah yang sudah terdekomposisi atau lapisan yang berada pada lapisan permukaan tanah Danoff-Burg 2006. Pada setiap lapisan kemungkinan mempunyai iklim mikro dan kandungan bahan organik yang berbeda, sehingga kemungkinan juga dihuni oleh spesies fungi yang berbeda. Keberadaan fungi pada lapisan serasah tersebut kemungkinan ada yang berpotensi sebagai antagonis dari fungi penyebab penyakit pada A. mangium sehingga dapat digunakan sebagai salah satu usaha penanganan penyakit terutama yang disebabkan oleh Ganoderma yang menyebabkan kerugian besar pada hutan tanaman industri akasia. Tujuan penelitian ini untuk mengamati komunitas fungi yang tumbuh pada setiap lapisan serasah A. mangium, baik pada tegakan sehat maupun pada tegakan terserang Ganoderma, juga pada areal bekas tebangan. Selain itu untuk mengamati keterkaitan antara kandungan bahan organik pada setiap lapisan serasah dengan komunitas fungi. Bahan dan Metode Waktu dan tempat penelitian Penelitian dilakukan dari bulan Maret sampai dengan November 2007. Pengambilan sampel di lapangan dilakukan pada bulan Maret 2007 di Hutan Tanaman Industri A. mangium PT Riau Andalan Pulp Paper RAPP Riau yaitu di areal Trial Research and Development PT RAPP Sektor Baserah di Kecamatan Kuantan Hilir Kabupaten Kuantan Singingi. Areal ini memiliki jenis tanah podsolik merah kuning PMK dan aluvial serta tipe iklim A. Secara geografis Sektor Baserah berada pada 0 o 14’00”- 0 o 25’00” LS dan 101 o 37’00”-101 o 54’00” BT PT RAPP 2006. Suhu udara rata-rata tahunan 29.92 o C, kelembaban relatif rata-rata 70.49 dan curah hujan rata-rata 8.21 mm. Sedangkan penelitian di laboratorium untuk analisis sampel serasah dan pengamatan keanekaragaman fungi dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi dan Biokimia Pusat Penelitian Sumberdaya Hayati dan Bioteknologi IPB Bogor. Pengambilan sampel serasah Pengambilan sampel serasah dilakukan pada lokasi yang berbeda kondisi tegakannya. Lokasi yang dimaksud adalah 1 lokasi tegakan yang sehat, yaitu lokasi yang terdapat pohon sehat dikelilingi oleh pohon sehat, 2 lokasi tegakan yang terserang oleh Ganoderma yaitu lokasi yang terdapat tegakan terserang Ganoderma dan dikelilingi oleh tegakan terserang Ganoderma, dan 3 lokasi bekas tebangan. Pada tegakan yang sehat dan yang terserang oleh Ganoderma di bagi lagi berdasarkan umur tegakan yaitu dua dan lima tahun. Pengambilan sampel pada tegakan umur dua tahun sehat 2S, dan tegakan dua tahun terserang Ganoderma 2G dilakukan di kompartemen J.007 00 20’48.2” LS dan 101 47’32.1” BT, pengambilan serasah pada tegakan lima tahun sehat 5S dan tegakan lima tahun terserang Ganoderma 5G dilakukan di kompartemen J.004 00 20’48.6” LS dan 101 47‘17.6“ BT. Pengambilan sampel pada areal bekas tebangan BT dilakukan di kompartemen J 074. Pengulangan dilakukan dengan cara mengambil serasah mengikuti garis lurus dengan jarak interval + 100 meter, sedangkan pengulangan pada areal bekas tebangan dilakukan mengikuti garis lurus dari tepi jalan menuju green belt hutan alami dengan interval + 100 meter. Sampel yang diambil adalah serasah daun pada lapisan L serasah yang belum terdekomposisi, F serasah yang sedang terdekomposisi dan H serasah yang sudah terdekomposisi. Pada setiap lokasi dilakukan pengambilan sampel dengan luas petak cuplikan 50 x 50 cm Miyamoto Igarashi 2004. Penempatan petak cuplikan dilakukan pada jarak 0.5 sampai 1 meter dari pohon A. mangium, baik yang sehat maupun yang terserang Ganoderma. Pengambilan sampel pada setiap lapisan dari setiap lokasi dibuat lima ulangan. Pada masing-masing lapisan serasah di setiap petak cuplikan diaduk terlebih dahulu sampai homogen, kemudian diambil sebagai sampel sebanyak + 100 g. Jumlah sampel seluruhnya adalah 75 sampel, dengan perincian: 2S, 2G, 5S, 5G masing-masing 15 sampel, dan BT juga 15 sampel. Masing-masing sampel yang diambil dimasukkan ke dalam kantong plastik steril dan diberi label, lalu dibawa ke laboratorium kemudian disimpan di kulkas suhu +10 o C, selanjutnya diisolasi dan diidentifikasi spesies funginya. Pada kegiatan ini diamati juga kondisi lingkungan pada serasah yang meliputi ketebalan masing-masing lapisan serasah, intensitas cahaya, suhu, pH, dan kelembapan yang diukur pada saat pengambilan sampel. Isolasi fungi Isolasi fungi dilakukan dengan metode pengenceran yang dilanjutkan dengan metode cawan tuang terhadap sampel dari lapangan. Sampel serasah yang yang masih utuh dari lapisan L dan F dipotong-potong menjadi + 0.5 cm, sedangkan sampel yang sudah hancur dari lapisan H diambil langsung untuk ditimbang. Sampel diambil sebanyak 10 g dan ditempatkan di dalam botol, selanjutnya ditambahkan akuades steril dan volumenya ditepatkan 100 ml. Kemudian dikocok di atas vorteks selama + 3 menit untuk melepaskan spora dan miselium fungi dari serasah, dengan demikian diperoleh pengenceran 1:10. Suspensi yang diperoleh diencerkan sampai 10 4 , kemudian pada pengenceran 10 3 dan 10 4 masing-masing diambil 1 ml dengan pipet dan ditempatkan di dalam cawan Petri steril. Media potato dextrose agar PDA ditambah 10 mgl benomil, 500 mgl asam galat dan 250 mgl kloramfenikol digunakan untuk mengisolasi Ganoderma Chang et al. 2002, sedangkan untuk mengisolasi Trichoderma dan fungi lainnya digunakan media malt extract agar MEA yang sudah ditambah 250 mgl kloramfenikol Lampiran 5. Kedua media tersebut masing-masing 10 ml pada suhu + 40 o C dituangkan ke dalam cawan yang mengandung suspensi sampel, kemudian digoyang-goyang agar suspensi tersebar rata dalam media Osono Takeda 2002. Masing-masing pengenceran tersebut dibuat dua ulangan pada kedua media yang digunakan. Pengamatan terhadap koloni fungi CFU = Colony Forming Unit dilakukan setelah 24 jam inkubasi pada suhu kamar + 28 o C sampai tidak terjadi lagi penambahan koloni. Pengamatan dilakukan pada hasil isolasi yang berasal dari suspensi hasil pengenceran yang paling baik untuk dihitung yaitu 10–30 koloni per cawan. Masing-masing koloni fungi yang berbeda warna dan pola pertumbuhannya dihitung jumlahnya dalam setiap sampel yang diamati. Setiap spesies fungi yang telah dihitung dimurnikan pada media MEA untuk diidentifikasi. Isolat yang diperoleh diidentifikasi berdasarkan pada penampakan morfologi koloni, morfologi hifa, spora aseksual dan struktur lainnya. Ciri-ciri dan struktur yang diamati dicocokkan dengan buku acuan yang digunakan untuk identifikasi antara lain Barnett Hunter 1998, Klich Pitt 1988, Pitt 1988, Burgress et al. 1994, Rayner Boddy 1995, dan Watanabe 2002. Analisis bahan organik serasah Analisis kandungan bahan organik dilakukan untuk serasah lapisan L, F dan H yang berasal dari tegakan sehat, tegakan terserang Ganoderma dan dari areal bekas tebangan. Analisis dilakukan dengan analisis proksimat yang meliputi kadar air, abu, lemak, protein, serat kasar dan karbohidrat Amrullah Suryahadi 1992 Analisis data Penghitungan indeks keanekaragaman spesies fungi untuk masing-masing lapisan serasah menggunakan Shannon’s diversity Index Magurran 1988 dengan persamaan: ln 1 ∑ = − = s i i i p p H N ni pi = H = keanekaragaman spesies, s = jumlah spesies, pi = proporsi jumlah individu spesies ke i dibandingkan dengan jumlah total individu semua spesies, ni = jumlah individu spesies ke i, N = jumlah total individu semua spesies Untuk menentukan tingkat kemerataan spesies Evenness digunakan indeks kemerataan Atlas dan Bartha 1993 dengan persamaan: E = H ln s s = jumlah spesies Hasil dan Pembahasan Pada tegakan sehat umur dua tahun 2S jumlah spesies fungi yang ditemukan pada lapisan L, F dan H masing-masing adalah 10, 9 dan 8. Pada tegakan terserang Ganoderma 2G jumlah spesies fungi yang ditemukan pada lapisan L, F dan H masing-masing adalah 9, 10 dan 11. Rata-rata populasi fungi CFU = coloni forming unit pada tegakan dua tahun yaitu berkisar 81.6 – 117.0 x 10 3 ml pada 2S dan 95.8 – 121.0 x 10 3 ml pada 2G. Pada kedua tegakan tersebut populasi tertinggi pada lapisan L yang didominasi oleh Aspergillus sp 1 pada 2S namun frekwensi relatifnya rendah yaitu 6.25 kisarannya 6.25 - 18.8 sedangkan pada 2G didominasi oleh Aspergillus parasiticus yang frekwensi relatifnya lebih tinggi yaitu 25 kisarannya 7.14 - 25.0 Tabel 3 dan Gambar 13. Pada tegakan sehat umur lima tahun 5S jumlah spesies fungi yang ditemukan pada lapisan L, F dan H masing-masing adalah 11, 9 dan 9. Pada tegakan terserang Ganoderma 5G jumlah spesies fungi yang ditemukan pada lapisan L, F dan H masing-masing adalah 9, 10 dan 11. Rata-rata populasi fungi CFU pada tegakan lima tahun yaitu berkisar 122.8 – 190.0 x 10 3 ml pada 5S dan 163.0 – 191.6 x 10 3 ml pada 5G. Pada kedua tegakan tersebut populasi tertinggi juga pada lapisan L yang didominasi oleh Penicillium canesens pada 5S yang frekwensi relatifnya 12.5 kisarannya 5.56 - 20,0 sedangkan pada 5G didominasi oleh Sp5 yang frekwensi relatifnya rendah yaitu 6.25 kisarannya 6.67 - 28.0 Tabel 3 dan Gambar 13. Pada areal bekas tebangan BT jumlah spesies fungi yang ditemukan pada lapisan L, F dan H masing-masing adalah 11, 9 dan 11. Rata-rata populasi fungi CFU berkisar 66.4 – 87.4 x 10 3 ml. Populasi tertinggi terdapat pada lapisan F yang didominasi oleh oleh Sp5 namun frekwensi relatifnya rendah yaitu 7.69 kisarannya 6.25 - 21.40 Tabel 3 dan Gambar 13. Tabel 3 Populasi fungi pada lapisan serasah A. mangium Asal serasah Lapisan serasah Rerata populasi CFU x10 3 ml Jumlah spesies H E Spesies fungi dengan populasi tertinggi L 117.00 10 2.16 0.90 Aspergillus sp1 F 106.80 9 1.71 0.78 Fusarium oxysporum T egak an 2S H 81.60 8 1.74 0.84 A. flavus Jumlah 28 L 121.00 9 1.97 0.86 Aspergillus parasiticus F 102.40 10 2.06 0.89 Fusarium oxysporum T egakan 2G H 95.80 11 2.15 0.90 A. flavus Jumlah 31 L 190.00 10 2.13 0.93 Penicillium canesens F 168.80 10 1.85 0.84 Fusarium oxysporum Te ga k an 5S H 122.80 12 2.08 0.84 Aspergillus sp4 Jumlah 32 L 191.60 11 2.16 0.90 Sp 5 dan Pythium salpingophorus F 177.20 9 1.77 0.81 Pythium salpingophorus T egakan 5G H 163.00 9 1.54 0.74 Fusarium oxysporum Jumlah 29 L 68.40 11 2.00 0.83 Sp 22 F 87.00 9 1.46 0.66 Sp 5 BT H 66.40 11 2.07 0.86 Aspergillus flavus Jumlah 31 Keterangan: 2S = umur 2 tahun sehat, 2G = umur 2 tahun terserang Ganoderma, 5S = umur 5 tahun sehat, 5G = umur 5 tahun terserang Ganoderma, BT = areal bekas tebangan, H = indeks keanekaragaman, E = indeks kemerataan spesies Indeks keanekaragaman fungi tertinggi diperoleh di lapisan L pada 2S H’= 2.16, 5S H’= 2.13 dan 5G H’= 2.16, di lapisan H pada 2G H’= 2.15 dan BT H’= 2.07, sedangkan indeks kemerataan spesies fungi yang terendah diperoleh di lapisan L pada 2G E= 0.86, di lapisan F pada 2S E= 0.78, 5S E= 0.84, dan BT E= 0.66, di lapisan H pada 5G E= 0.74 Tabel 3. 2 2 2 2 2 2 3 3 3 4 4 4 4 8 8 10 11 13 15 1 1 2 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 5 5 5 5 5 5 5 6 6 6 6 6 6 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 8 8 8 8 8 8 8 8 8 9 9 9 9 9 9 9 9 9 10 10 10 10 10 10 10 10 11 11 11 11 11 11 12 12 12 12 12 13 13 13 13 13 13 13 13 14 14 14 14 14 14 15 15 15 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16 17 18 18 18 18 18 19 19 20 5 10 15 20 25 30 L F H L F H L F H L F H L F H 2S 2G 5S 5G BT Lapisan serasah F re k w ens i r e lat if k e ha dir a n f u ng i Gambar 13 Frekuensi relatif spesies fungi pada lapisan serasah A. mangium Keterangan 1 Penicillium canesens 8 Fusarium oxysporum 15 Sp 22 2 Trichoderma sp1 9 Aspergillus sp 1 16 Fusarium heterosporum 3 Penicillium sp1 10 Pythium sp 2 17 Aspergillus sp2 4 Aspergillus flavus 11 Aspergillus parasiticus 18 Pythium afertile 5 Sp 5 12 Penicellium tomii 19 Trichoderma longibrachiatum 6 Aspergillu s sp4 13 Pythium salpingophorus 20 Aspergillus sp3 7 Geotrichum sp 14 Trichoderma viride Berdasarkan umur tegakan akasia terlihat bahwa populasi fungi yang diperoleh dari serasah A. mangium pada tegakan umur lima tahun lebih banyak dibandingkan dengan yang dua tahun, baik yang sehat maupun terserang Ganoderma . Populasi yang paling sedikit ditemukan pada areal bekas tebangan. Perbedaan populasi fungi ini disebabkan oleh adanya perbedaan kondisi lingkungan, terutama lingkungan mikro. Salah satu faktor yang menyebabkan perbedaan lingkungan mikro adalah kondisi serasah yang berbeda pada ketiga lokasi pengambilan sampel. Pada tegakan umur lima tahun keadaan tegakannya lebih rindang dan ditumbuhi oleh vegetasi lain yang menghalangi sampainya sinar matahari ke lantai hutan dan menghalangi penguapan air yang lebih besar, sehingga kondisi serasahnya menjadi lebih lembab. Vegetasi lain yang pernah ditemukan pada tegakan A. mangium di Sektor Baserah yaitu jenis rumput Digitaria willichiana, Panicum repens, P. sarmentosum dan Scleria sumatrensis , jenis paku Stenochlaena palustris dan Pteridium esculentum, dan semak yang didominasi oleh Clidermia hirta, Melastoma sp., Ageratum conyzoides, dan Elettariopsis curtisi Mok et al. 2000. Akibat kondisi lembab pada serasah, memungkinkan koloni fungi untuk tumbuh dan berkembang dengan baik, karena kelembaban berkaitan dengan kebutuhan air yang diperlukan untuk pertumbuhan koloni fungi Carlile dan Watkinson, 1994. Kehadiran vegetasi lain di bawah tegakan umur lima tahun juga memberi kontribusi penambahan serasah lain yang bersifat lebih mudah terdekomposisi, sehingga memungkinkan peningkatan populasi fungi yang tumbuh di lantai hutan tersebut. Berdasarkan pada ketiga lapisan serasah, yaitu lapisan L, F dan H pada tegakan dua dan lima tahun baik sehat maupun terserang Ganoderma terlihat bahwa pada lapisan L terdapat populasi fungi yang lebih tinggi diikuti oleh lapisan F dan H. Sedangkan pada areal bekas tebangan populasi fungi yang tinggi terdapat pada lapisan F diikuti lapisan L dan H Gambar 14. Hasil ini hampir sama dengan penelitian pendahuluan yang dilakukan pada tegakan A. mangium di Kampus IPB Darmaga Bogor, bahwa populasi tertinggi diperoleh pada serasah permukaan L diikuti berturut-turut oleh serasah terdekomposisi F, daun senesen dan daun segar Samingan Sudirman 2008. 50 100 150 200 250 2S 2G 5S 5G BT Asal serasah R ata -r ata pu pul as i fun gi C F U x 10 3 m l Lapisan L Lapisan F Lapisan H a a a a a a a ab b a a a a a a Gambar 14 Populasi fungi pada lapisan serasah A. mangium Keterangan: 2S = tegakan 2 tahun sehat, 2G = tegakan 2 tahun terserang Ganoderma, 5S = tegakan 5 tahun sehat, 5G = tegakan 5 tahun terserang Ganoderma, dan BT = areal bekas tebangan. Huruf yang sama pada kolom yang sama di setiap kelompok sampel menunjukkan tidak ada perbedaan yang nyata, bar = standard error Perbedaan populasi pada setiap lapisan serasah dapat disebabkan oleh perbedaan kondisi serasah tempat tumbuhnya fungi, dan perbedaan kandungan bahan organiknya. Hasil analisis proksimat Tabel 4, menunjukkan serat kasar dan karbohidrat pada lapisan L lebih tinggi dibandingkan dengan lapisan lainnya. Hasil pengamatan populasi fungi yang tertinggi juga diperoleh pada lapisan L, kecuali pada areal bekas tebangan. Keadaan ini menunjukkan adanya hubungan antara kandungan bahan organik dengan populasi fungi pada substrat tersebut. Hal tersebut disebabkan karena karbohidrat lebih mudah dimanfaatkan sebagai sumber karbon oleh fungi dibandingkan dengan bahan organik lainnya. Kemungkinan lain adalah pada serasah lapisan L tidak hanya ditumbuhi oleh fungi yang mampu menggunakan gula sederhana saja tetapi juga dihuni oleh fungi tanah yang mampu menghidrolisis senyawa-senyawa yang lebih komplek atau juga fungi dari kelompok secondary sugar fungi Dix Webster 1995. Tabel 4 Hasil analisis proksimat serasah A. mangium Asal Sampel Serasah Kadar Air Abu Lemak Protein Serat Kasar Karbo- hidrat ………………………… ………………………. lapisan L 17.88 4.99 5.67 12.53 28.73 48.08 lapisan F 60.85 26.15 4.47 11.45 16.18 41.75 Tegakan umur 2 tahun lapisan H 38.46 71.17 0.65 5.25 6.45 16.48 lapisan L 34.62 1.54 2.07 16.87 22.07 57.45 lapisan F 59.27 9.07 4.96 14.40 16.83 54.75 Tegakan umur 5 tahun lapisan H 31.95 71.51 0.79 4.52 3.75 19.43 lapisan L 14.05 3.07 5.98 14.98 27.33 48.64 lapisan F 50.45 20.24 1.28 10.72 19.19 48.57 Areal bekas tebangan lapisan H 45.92 55.70 1.32 6.01 11.78 25.19 Populasi fungi pada serasah lapisan F tegakan umur dua dan lima tahun lebih sedikit dibandingkan dengan seresah lapisan L. Hal ini disebabkan pada lapisan F senyawa yang mudah diuraikan rendah, sehingga untuk pertumbuhannya fungi harus memanfaatkan senyawa yang lebih kompleks seperti selulosa dan lignin. Keadaan ini menunjukkan bahwa kualitas bahan organik serasah dapat mempengaruhi suksesi dan keragaman fungi yang tumbuh pada subtrat tersebut Osono 2005. Pada lapisan H umumnya dihuni oleh fungi yang tumbuh di tanah, karena lapisan ini sebagian sudah tercampur dengan tanah bagian atas. Pada areal bekas tebangan populasi fungi tertinggi ditemukan pada lapisan F disusul dengan lapisan L dan H. Hal ini dapat dipahami bahwa walaupun pada lapisan L kaya akan sumber karbon yang mudah dimanfaatkan oleh fungi, namun faktor lingkungan yang tidak menguntungkan seperti suhu tinggi dan kurangnya kandungan air menyebabkan koloni fungi tidak dapat berkembang dengan baik. Menurut Kredics et al. 2003 keberadaan air dalam suatu substrat dapat menjadi faktor penting yang mempengaruhi aktivitas fungi. Pada penelitian ini ditemukan tiga spesies fungi yang mampu tumbuh pada lapisan L, F dan H dan ditemukan hampir pada semua tempat pengambilan sampel, yaitu Trichoderma, Fusarium dan Pythium. Ketiga jenis fungi tersebut mampu memanfaatkan substrat dengan baik dan beradaptasi dengan lingkungan pada lapisan serasah. Selain itu fungi tersebut merupakan fungi yang umum dijumpai pada tanah dan permukaan tanah. Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa Aspergillus, Fusarium, Penicillium dan Trichoderma sering ditemukan pada tanah Gams 2007. Ditemukannya Trichoderma pada lapisan serasah di lantai hutan A. mangium memberikan keuntungan dalam kaitannya dengan pengendalian hayati terhadap Ganoderma, karena Trichoderma mempunyai potensi antagonistik yang tinggi terhadap Ganoderma Widyastuti 2006. Sedangkan Fusarium dan Pythium dilaporkan dapat menyebabkan rebah semai damping-off pada semaian seedling muda di pembibitan nursery Acacia Lee 1993. Fusarium juga dilaporkan dapat menyebabkan kanker batang dan cabang serta bercak daun pada tegakan Acacia Old et al. 2000. Pada lapisan L ditemukan isolat Sp22, berdasarkan pengamatan hifanya isolat ini memiliki sambungan apit clamp connection yang merupakan salah satu ciri fungi dari kelompok basidiomiset, umumnya kelompok fungi ini mempunyai kemampuan mengahasilkan enzim lignoselulase. Keberadaan fungi tersebut kemungkinan sangat berperan dalam mendegradasi senyawa lignoselulosa yang terdapat pada serasah A. mangium. Simpulan 1. Rata-rata populasi fungi tertinggi terdapat pada serasah dari tegakan umur lima tahun diikuti tegakan umur dua tahun dan BT. Jika dihubungkan dengan lapisan serasahnya maka semua populasi tertinggi ditemukan pada lapisan L kecuali untuk BT yaitu pada lapisan F. Fungi yang mendominasi lapisan L adalah Aspergillus, Fusarium dan Pythium, sedangkan pada lapisan F di BT didominasi oleh Sp 22 2. Ditemukan tiga jenis fungi dari genus Trichoderma, Fusarium dan Pythium yang mampu tumbuh pada serasah lapisan L, F dan H. Ketiga jenis fungi tersebut berperan penting dalam ekosistem lantai hutan akasia 3. Tingginya populasi fungi pada serasah lapisan L berkaitan dengan kandungan bahan organik, yaitu kandungan serat kasar dan karbohidratnya lebih tinggi dibandingkan dengan lapisan F maupun H. Hal tersebut menunjukkan bahwa kualitas bahan organik serasah dapat mempengaruhi keanekaragaman fungi yang tumbuh pada subtrat tersebut

V. PENYEBARAN Trichoderma ISOLAT TBPH PADA