kehilangan berat serasah, kandungan selulosa, lignin, C, dan N serta jenis fungi yang berperan dalam proses dekomposisi dilakukan setiap bulan selama delapan
bulan. Setiap bulan diambil tiga kantong serasah berasal dari tiga ulangan dari setiap tegakan yang diamati.
Analisis serasah setelah dekomposisi
Analisis kehilangan berat serasah dan analisis kandungan selulosa dan lignin dilakukan di Laboratorium Balai Penelitian Ternak Departemen Pertanian
di Ciawi Bogor. Sedangkan analisis penentuan kadar C dan N dilakukan di Laboratorium Pusat Penelitian Sumberdaya Hayati dan Bioteknologi PPSHB
IPB.
a. Analisis kehilangan berat serasah
Kehilangan berat serasah ditentukan berdasarkan metode oven Andersson 2005. Serasah yang belum terdekomposisi diambil sebanyak 5 g, dikeringkan
dalam oven pada suhu 60
o
C selama 24 jam kemudian diambil 1 g dan dikeringkan lebih lanjut pada suhu 105
o
C sampai beratnya konstan W .
Selanjutnya serasah hasil uji dekomposisi hasil pengambilan pada setiap pengamatan juga diambil sebanyak 5 g, dikeringkan dalam oven pada suhu 60
o
C selama 24 jam kemudian diambil 1 gram dikeringkan lebih lanjut pada suhu 105
o
C sampai beratnya konstan W
t
. Penghitungan persentase berat serasah yang hilang selama waktu dekomposisi menggunakan rumus:
t
W W
W hilang
yang serasah
Berat −
= x 100
keterangan: W
= berat kering serasah sebelum terdekomposisi berat awal W
t
= berat kering serasah setelah terdekomposisi berat pada saat pengamatan
b. Preparasi serasah
Serasah yang belum terdekomposisi dan serasah hasil dekomposisi pengambilan pada setiap pengamatan, masing-masing dikeringkan dalam oven
pada suhu 60
o
C selama 24 jam, kemudian serasah tersebut dihancurkan dengan blender. Serbuk serasah yang dihasilkan selanjutnya digunakan sebagai contoh
untuk pengujian kadungan lignin, selulosa, C, dan N.
c. Analisis kandungan selulosa dan lignin
Kandungan selulosa dan lignin ditentukan dengan metode Van Soest Amrullah Suryahadi 1992, yang dilakukan sebagai berikut. Sampel serasah
kering, baik sebelum terdekomposisi maupun setelah terdekomposisi masing- masing diambil sebanyak 0.5 g ditempatkan di dalam labu refluks, ditambah 50
ml pereaksi ADF dan direbus selama 10 menit, direfluks selama 1 jam pada suhu 220
o
C, selanjutnya disaring dalam keadaan vakum dengan menempatkannya pada cawan masir yang telah ditimbang W
1
, lalu dicuci dengan air panas, aseton dan heksana. Residu yang diperoleh selanjutnya dikeringkan di dalam oven pada suhu
105
o
C, kemudian didinginkan dalam eksikator dan ditimbang W
2
. Nilai ADF diperoleh melalui rumus berikut:
100 x
sampel bobot
W W
ADF
1 2
− =
keterangan: ADF = Acid Detergent Fiber
W
1
= bobot cawan masir W
2
= bobot residu serasah yang telah dikeringkan dalam oven
Untuk analisis kandungan selulosa, residu pada cawan masir hasil analisis ADF W
2
ditambahkan 75 ml asam sulfat 72. Penambahan dilakukan tiga kali dengan selang waktu tiga jam. Pengadukan dilakukan tiap jam dan selanjutnya
contoh berturut-turut dicuci dengan air panas sehingga bebas asam, dibilas dengan aseton, lalu dikeringkan dalam oven pada 105
o
C selama satu malam dan setelah didinginkan ditimbang W
3
. Kandungan selulosa ditentukan dengan rumus: 100
x sampel
berat W
W selulosa
Kandungan
3 2
− =
keterangan: W
3
= berat W
2
yang telah dibilas dengan aseton dan dikeringkan Analisis kandungan lignin dilakukan dengan cara sebagai berikut: residu
analisis selulosa W
3
ditempatkan di dalam tanur 500
o
C selama 3 jam dan didinginkan dalam eksikator kemudian ditimbang W
4
. Kndungan lignin ditentukan dengan rumus:
100 x
contoh berat
W W
lignin Kandungan
4 3
− =
keterangan: W
4
= berat W
3
setelah ditempatkan di dalam tanur 500
o
C selama 3 jam
d. Analisis kandungan C dan N
1. Analisis kandungan karbon sampel kering serasah sebelum dekomposisi dan hasil dekomposisi
masing-masing diambil sebanyak 0.5 gram dimasukkan ke dalam labu Erlenmeyer. Kemudian ditambahkan 5 ml larutan K
2
Cr
2
O
7
1 N dan 5 ml H
2
SO
4
pekat secara perlahan-lahan. Larutan tersebut dikocok hingga bereaksi sempurna. Selanjutnya sebanyak 1 ml larutan tersebut dimasukkan ke dalam labu Erlenmeyer
125 ml dan ditambah 9 ml akuades. Campuran dititrasi dengan larutan Fe
2
SO
4 3
0,1 N dengan indikator difenilalanin sebanyak 2 tetes. Titrasi dihentikan jika warna larutan berubah menjadi warna hijau. Kandungan C ditentukan
menggunakan rumus: C =
sampel mg
10 x
3 x
SO Fe
N x
sampel titrasi
ml blanko
titrasi ml
3 4
2
− x 100
2 . Analisis kandungan nitrogen Sampel kering serasah sebelum dekomposisi dan hasil dekomposisi
masing-masing diambil sebanyak 0.25 g, dimasukkan ke dalam labu Kjeldahl dan ditambahkan 2.5 ml H
2
SO
4
pekat dan 0,25 gram selenium. Larutan tersebut kemudian didestruksi hingga jernih. Selanjutnya ke dalam larutan destruksi yang
dingin ditambahkan 50 ml akuades kemudian ditambahkan lagi NaOH 40 sebanyak 20 ml lalu didestilasi. Hasil destilasi ditampung dalam labu Erlenmeyer
yang berisi campuran 10 ml H
3
BO
3
2 dan 2 tetes indikator Brom Cresol Green- Methyl Red
. Setelah volume hasil tampungan destilat menjadi 10 ml dan berwarna hijau kebiruan, destilasi dihentikan. Kemudian dititrasi dengan HCl 0.1
N sampai berwarna merah muda. Perlakuan yang sama dilakukan juga terhadap blanko. Kandungan Nitrogen total ditentukan dengan rumus:
N = 1000
x sampel
mg 14
x HCL
N x
blanko titrasi
ml sampel
titrasi ml
− x 100
Isolasi fungi yang berperan dalam dekomposisi serasah
Isolasi spesies fungi dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi dan Biokimia PPSHB IPB Bogor. Isolasi fungi dengan metode pengenceran yang
dilanjutkan dengan metode cawan tuang dilakukan terhadap sampel dari kantong serasah yang diambil dari lapangan. Sampel serasah yang diperoleh dari lapangan
yang belum hancur dipotong-potong menjadi + 0.5 cm, sedangkan sampel yang sudah hancur diambil langsung untuk ditimbang. Sampel diambil sebanyak 10 g
dan ditempatkan di dalam botol, selanjutnya ditambahkan akuades steril dan volumenya ditepatkan 100 ml. Kemudian dikocok di atas vorteks selama + 3
menit untuk melepaskan spora dan miselium fungi dari serasah, dengan demikian diperoleh pengenceran 1:10. Suspensi yang diperoleh diencerkan sampai 10
4
, kemudian pada pengenceran 10
3
dan 10
4
masing-masing diambil 1 ml dengan pipet dan ditempatkan di dalam cawan Petri steril. Media potato dextrose agar
PDA ditambah 10 mgl benomil, 500 mgl asam galat dan 250 mgl kloramfenikol digunakan untuk mengisolasi Ganoderma Chang et al. 2002,
sedangkan untuk mengisolasi Trichoderma dan fungi lainnya digunakan media malt extract agar
MEA yang sudah ditambah 250 mgl kloramfenikol Lampiran 5. Kedua media tersebut masing-masing 10 ml pada suhu + 40
o
C dituangkan ke dalam cawan yang mengandung suspensi sampel, kemudian digoyang-goyang
agar suspensi tersebar rata dalam media Osono Takeda 2002. Masing-masing pengenceran tersebut dibuat dua ulangan pada kedua media yang digunakan.
Pengamatan terhadap koloni fungi CFU = Colony Forming Unit dilakukan setelah 24 jam inkubasi pada suhu kamar + 28
o
C sampai tidak terjadi lagi penambahan koloni. Pengamatan dilakukan pada hasil isolasi yang berasal dari
suspensi hasil pengenceran yang paling baik untuk dihitung yaitu 10–30 koloni per cawan. Masing-masing koloni fungi yang berbeda warna dan pola
pertumbuhannya dihitung jumlahnya dalam setiap sampel yang diamati. Setiap spesies fungi yang telah dihitung dimurnikan pada media MEA untuk
diidentifikasi. Isolat yang diperoleh diidentifikasi berdasarkan pada penampakan morfologi koloni, morfologi hifa, spora aseksual dan struktur lainnya. Ciri-ciri
dan struktur yang diamati dicocokkan dengan buku acuan yang digunakan untuk
identifikasi antara lain Barnett Hunter 1998, Klich Pitt 1988, Pitt 1988, Burgress et al. 1994, Rayner Boddy 1995, dan Watanabe 2002.
Analisis Data
Laju dekomposisi serasah A. mangium selama proses dekomposisi dihitung menggunakan model Olson Takeda et al. 1984 yang merupakan fungsi
eksponensial pangkat negatif : x
t
x = e
-kt
x
t
= berat serasah pada periode pengamatan ke-t x
= berat awal serasah e = bilangan logaritma natural 2.7183
k = laju dekomposisi per bulan t = periode pengamatan ke-t
Untuk pengolahan data, model tersebut ditransformasi menjadi bentuk
regresi linier sederhana: Y = bx Y = log x
t
x ; b = -k log e; x = t
Penghitungan indeks keanekaragaman spesies fungi untuk setiap bulan pengamatan menggunakan Shannon’s diversity Index Magurran 1988 dengan
persamaan: ln
1
∑
=
− =
s i
i i
p p
H
N ni
pi = H
= keanekaragaman spesies, s
= jumlah spesies, pi = proporsi jumlah individu spesies ke i dibandingkan dengan jumlah total
individu semua spesies, ni = jumlah individu spesies ke i,
N = jumlah total individu semua spesies
Untuk menentukan tingkat kemerataan spesies Evenness digunakan indeks kemerataan Atlas Bartha 1993 dengan persamaan:
E = H ln s s
= jumlah spesies
Hasil dan Pembahasan Laju dekomposisi serasah
Persentase berat serasah daun A. mangium yang hilang setelah delapan bulan proses dekomposisi di bawah tegakan 2S dan 2G menunjukkan adanya
perbedaan yang nyata P = 0.009. Persentase berat serasah yang hilang setelah didekomposisikan selama delapan bulan pada tegakan 2S adalah 34.61,
sedangkan pada 2G adalah 30.64 Gambar 8. Demikian juga persentase berat lignin dan selulosa menunjukkan perbedaan yang nyata antara serasah yang
didekomposisikan di bawah tegakan 2S dan 2G P = 0.03 dan P = 0.02 berturut- turut untuk lignin dan selulosa. Persentase kandungan lignin yang hilang pada
tegakan 2S sebanyak 20.05, sedangkan pada 2G sebanyak 13.87. Persentase kandungan selulosa yang hilang pada tegakan 2S sebanyak 16.34, sedangkan
pada 2G sebanyak 14.71 Gambar 9. Laju dekomposisi serasah daun A. mangium
pada tegakan 2S 0.7 per tahun, sedangkan pada 2G 0.51 per tahun. Laju dekomposisi lignin 0.59 pada tegakan 2S dan 0.36 pada 2G. Laju dekomposisi
selulosa 0.99 pada tegakan 2S dan 0.81 pada 2G Tabel 1.
0.00 20.00
40.00 60.00
80.00 100.00
120.00
M are
t Ap
ril Mei
Ju ni
Ju li
Ag us
tus Se
ptem be
r O
kto ber
No ve
m be
r Waktu pengamatan tahun 2007
P e
rs e
n tas
e be
ra t s
e ra
s a
h
Tegakan Sehat Tegakan Terserang Ganoderma
Gambar 8 Persentase berat serasah selama delapan bulan dekomposisi serasah daun A. mangium pada tegakan umur dua tahun
Keterangan: Bar
= standard error
0.00 10.00
20.00 30.00
40.00 50.00
60.00
Ma re
t Ap
ril M
ei Ju
ni Jul
i Ag
us tu
s Se
pt em
be r
O kt
ob er
N ove
m ber
Waktu pengamatan 2007 K
a nd
ung an
lig n
in
Di baw ah tegakan sehat Di baw ah tegakan terserang Ganoderma
0.00 10.00
20.00 30.00
40.00 50.00
60.00
M are
t Ap
ril M
ei Ju
ni Ju
li Ag
us tu
s Se
pt em
be r
Ok to
be r
N ov
em ber
Waktu pengamatan 2007 K
a nd
un ga
n s e
lu lo
s a
Di baw ah tegakan sehat Di baw ah tegakan terserang Ganoderma
Gambar 9 Kandungan lignin dan selulosa selama delapan bulan dekomposisi serasah daun A. mangium di bawah tegakan umur dua tahun
Keterangan: A= Kandungan lignin dan B= Kandungan selulosa, Bar = standard error
Tabel 1 Laju dekomposisi serasah, lignin dan selulosa di bawah tegakan A. mangium
umur dua tahun
Kondisi tegakan Dekomposisi
serasah Dekomposisi
lignin Dekomposisi
selulosa k 0.70
0.59 0.99
Tegakan sehat R
2
0.99 0.92 0.97 k 0.51
0.36 0.81
Tegakan terserang Ganoderma R
2
0.98 0.87 0.97
k = laju dekomposisi per tahun
A
B
Berdasarkan hasil di atas terlihat bahwa proses dekomposisi lebih cepat terjadi pada 2S dari pada 2G. Hal tersebut disebabkan oleh perbedaan kondisi
lingkungan di bawah kedua kelompok tegakan tempat pengujian terutama kandungan air pada serasahnya. Kandungan air pada serasah di bawah tegakan 2G
lebih rendah dibandingkan pada 2S Gambar 10, dan secara fisik terlihat bahwa kondisi serasah di bawah 2G lebih kering dibandingkan dengan serasah di bawah
2S. Perbedaan kondisi serasah tersebut dapat menyebabkan perbedaan pertumbuhan dan aktivitas dekomposer terutama fungi. Keberadaan air dalam
suatu substrat merupakan faktor penting yang dapat mempengaruhi aktivitas fungi Kredics et al. 2003. Dalam penelitian ini kehilangan berat serasah setelah
delapan bulan dekomposisi yaitu 34.61 pada tegakan 2S dan 30.64 pada 2G yang masih lebih rendah dibandingkan dengan penelitian yang dilakukan
sebelumnya yaitu 61.07 setelah 4,5 bulan Siregar et al. 1999 dan 55.8 setelah 12 bulan Hardiyanto et al. 2004. Perbedaan ini disebabkan pada
penelitian terdahulu tidak menggunakan kantong serasah seperti yang digunakan pada penelitian ini yaitu kantong berukuran mess 1 mm
2
. Penggunaan kantong serasah dengan ukuran mess 1 mm
2
dapat menghalangi kontak serasah dengan cacing tanah dan fauna tanah lainnya yang dapat mempercepat proses
dekomposisi, sehingga proses dekomposisi serasah hanya dilakukan oleh mikrob tanah terutama fungi Dickinson Pugh 1974.
0.00 10.00
20.00 30.00
40.00 50.00
60.00 70.00
80.00 90.00
Maret April
Mei Juni
Juli Agus
Sep Okt
Nov Waktu pengamatan 2007
K and
ungan ai
r s e
ras ah
50 100
150 200
250 300
350 400
450
C u
ra h huj
an m
m
Tegakan sehat Tegakan terserang Ganoderma
Curah hujan
Gambar 10 Kandungan air pada serasah selama delapan bulan dekomposisi serasah A. mangium pada tegakan umur dua tahun
Keterangan: Bar = standard error
Laju dekomposisi serasah pada penelitian ini yaitu 0.70 per tahun pada 2S dan 0.51 per tahun pada 2G, masih lebih rendah jika dibandingkan dengan
penelitian terdahulu yaitu 0.84 per tahun Hardiyanto et al. 2004. Berdasarkan klasifikasi laju dekomposisi, hasil yang diperoleh dalam penelitian ini tergolong
lambat. Menurut Barlocher 2005, laju dekomposisi lambat jika nilai k 0.005 per hari 1.8 per tahun, laju sedang jika k = 0.005 – 0.01 per hari 1.8 – 3.6 per
tahun dan laju cepat jika k 0.01 per hari 3.6 per tahun. Pada penelitian sebelumnya tidak dilakukan pengukuran terhadap laju dekomposisi lignin dan
selulosa. Laju dekomposisi selulosa lebih tinggi dibandingkan dengan laju dekomposisi lignin karena selama proses dekomposisi serasah, mikrob
dekomposer akan mendegradasi senyawa yang lebih sederhana dari pada senyawa yang kompleks Deka Mishra 1982. Pada prinsipnya karbohidrat seperti
selulosa dan hemiselulosa lebih mudah didekomposisi, sedangkan lignin lebih resisten terhadap mikrob sehingga proses dekomposisinya berlangsung lebih lama
Schmidt 2006. Selama proses dekomposisi juga terlihat adanya kecenderungan penurunan
kadar C-organik, sedangkan kadar N cenderung meningkat Gambar 11. Hasil ini sama dengan pola penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Setiawan 1993.
Penurunan kandungan C-organik selama proses dekomposisi berkaitan dengan pemanfaatan energi yang berasal dari residu tanaman oleh mikrob yang terlibat di
dalam proses dekomposisi. Selama proses dekomposisi sebagian besar karbon akan dibebaskan dalam bentuk CO
2
oleh mikrob pada kondisi aerobik, sedangkan pada kondisi anaerobik karbon dibebaskan sebagai metan, garam-garam organik,
alkohol dan CO
2
Atlas Bartha 1993. Namun tidak semua karbon dilepaskan dalam bentuk CO
2
walaupun dalam kondisi yang terbaik, karena sebagian dari karbon tersebut akan diasimilasi oleh mikrob dekomposer untuk sintesis sel
tubuhnya. Peningkatan kandungan nitrogen disebabkan oleh terjadinya degradasi protein pada serasah oleh fungi, selain itu juga berasal dari mobile nitrogen pada
hifa fungi dan immobile nitrogen di dalam enzim yang diekskresikan oleh fungi ke subtrat serasah. Pertumbuhan miselium fungi pada serasah selama proses
dekomposisi juga menyebabkan peningkatan konsentrasi nitrogen Miyamoto Hiura 2008.
0.00 10.00
20.00 30.00
40.00 50.00
Maret April
Mei Juni Juli
Agus Sep
Okt Nov
Waktu pengamatan 2007 K
a nd
un ga
n C -or
g an
ik
0.00 0.50
1.00 1.50
2.00 2.50
K an
du nga
n N
C N
0.00 10.00
20.00 30.00
40.00 50.00
Maret April
Mei Juni Juli
Agus Sep
Okt Nov
Waktu pengamatan 2007 K
an du
nga n C
-or g
an ik
0.00 0.50
1.00 1.50
2.00 2.50
3.00
K and
un ga
n N
C N
Gambar 11 Kandungan C dan N selama delapan bulan dekomposisi serasah A. mangium
pada tegakan umur dua tahun
Keterangan: A = tegakan sehat dan B = tegakan terserang Ganoderma, Bar = standard error
Populasi fungi
Jumlah spesies fungi yang diisolasi dari serasah daun yang diletakkan di bawah tegakan 2S dan 2G adalah hampir sama yaitu masing-masing 21 dan 20.
Pada kedua tegakan tersebut jumlah spesies yang diperoleh setiap bulan selama delapan bulan dekomposisi mempunyai pola yang sama Tabel 2. Jumlah spesies
B A
fungi selama delapan bulan dekomposisi untuk tegakan 2S berkisar 4 – 9 sedangkan pada 2G 3 – 8. Pada 2S, jumlah spesies tertinggi ditemukan pada bulan
Juni dan Juli, sedangkan pada 2G hanya pada bulan Juni. Rata-rata populasi fungi pada 2S berkisar antara 36 – 202 x 10
3
CFUml dan pada 2G 40 – 269 x 10
3
CFUml. Pada 2S populasi tertinggi ditemukan pada bulan Maret yang didominasi oleh Penicillium minioluteum dengan frekwensi relatifnya FR adalah 11.76,
sedangkan pada 2G terdapat pada bulan Maret dan April yang didominasi oleh Aspergillus flavus
FR 10.64 dan Aspergillus sp5 FR 6.39. Berdasarkan hasil tersebut populasi Aspergillus sp5 adalah tinggi tetapi frekwensi relatifnya
rendah. Indeks keanekaragaman fungi tertinggi diperoleh pada bulan Juli H’= 1.79 pada 2S dan bulan November H’= 1,55 pada 2G, sedangkan indeks
kemerataan spesies fungi yang terendah diperoleh pada bulan Oktober E= 0.50 pada 2S dan bulan April E= 0.56 pada 2G.
Tabel 2 Keragaman fungi selama delapan bulan dekomposisi serasah A. mangium
pada tegakan umur dua tahun
Waktu Pengamatan
tahun 2007 Jml
spesies H
E Rata-rata
populasi CFUx10
3
ml Spesies fungi dengan
populasi tertinggi FR
Tegakan sehat 21 spesies
Maret 5
1.37 0.85
202 Penicillium minioluteum
11.76 April
5 1.09 0.68
142 Sp
28D 7.84
Mei 6
1.20 0.69
88 Penicillium
sp2, 9.80
Juni II 7
1.64 0.84
147 Aspergillus fumigatus
5.88 Juli
9 1.79 0.81 58 Sp
6D 7.84
Agustus 5
1.21 0.75
88 Trichoderma piluliferum
5.88 September
4 1.34
0.96 75
Mortierella exigua 1.96
Oktober III 5
0.81 0.50
137 A. parasiticus
3.92 November
5 0.97
0.70 36
Pythium splendens 3.92
Tegakan terserang Ganoderma 20 spesies
Maret 5
1.46 0.91
269 Aspergillus
sp5 6.39
April 5
0.90 0.56
160 A. flavus
10.64 Mei
6 1.25
0.78 122
P. minioluteum 12.77
Juni II 8
1.48 0.71
123 P. minioluteum
12.77 Juli
5 1.45
0.90 71
A. fumigatus 8.51
Agustus 3
0.79 0.72
62 Phialophora richardsiae
2.13 September III
5 1.36
0.85 99
Mortierella exigua 4.26
Oktober 5 1.16
0.72 119 A. parasiticus 2.13
November 5 1.55
0.96 40 Sp 40D
2.13 keterangan: H = indeks keanekaragaman, E = indeks kemerataan spesies, FR= frekwensi relatif
I = periode pertama, II = periode kedua, III = periode ketiga
I
I
Jumlah spesies fungi yang diperoleh setiap bulannya selama delapan bulan dekomposisi pada tegakan 2S dan 2G mempunyai pola yang mirip. Jumlah
spesiesnya rendah selama periode pertama Maret dan April dan cenderung meningkat pada bulan Mei, Juni dan Juli periode kedua, kemudian menurun
kembali pada Agustus hingga November periode ketiga. Hasil ini sesuai dengan Atlas Bartha 1993 yang menyatakan bahwa selama tahap awal suksesi
komunitas, jumlah spesies cenderung meningkat dan puncak keanekaragaman spesies terjadi pada periode awal atau periode pertengahan suksesi dan menurun
secara gradual sampai komunitas menjadi stabil. Selama delapan bulan dekomposisi terlihat adanya suksesi fungi pada
tegakan 2S maupun 2G Gambar 12. Pada periode awal sampai periode ke dua dekomposisi spesies fungi yang tumbuh didominasi oleh spesies dari genus
Penicillium dan Aspergillus yang merupakan sugar fungi dan fungi yang umum
ditemukan di tanah, sedangkan pada periode ketiga didominasi oleh Trichoderma sebagai pendegradasi selulosa, Phialophora, Sp 9D dan Pythium sebagai
secondary sugar fungi . Pola suksesi ini sama dengan pola yang dijelaskan oleh
Dix dan Webster 1995 bahwa fungi yang mengkolonisasi pada saat awal merupakan fungi yang dapat mendegradasi selulosa selain gula. Fungi yang
tumbuh pada periode awal dan pertengahan suksesi merupakan fungi yang mampu menghidrolisis gula dan selulosa Osono 2005.
Kehadiran Penicillium, Aspergillus dan Trichoderma berguna untuk mereduksi kejadian penyakit busuk pangkal batang antara 5 sampai 40 pada
perkebunan kelapa sawit Sariah dan Zakaria 2000. Trichoderma juga mempunyai kemampuan antagonistik yang kuat terhadap Ganoderma yang
merupakan patogen busuk akar merah pada A. mangium Widyastuti 2006. Berdasarkan hasil penelitian ini, Trichoderma ditemukan pada periode ketiga
Agustus sampai November, sehingga jika ingin mengaplikasikan Trichoderma dengan menggunakan serasah A. mangium maka dilakukan setelah serasah
didekomposisikan selama lima bulan. Dalam penelitian ini, selama delapan bulan dekomposisi tidak ditemukan
Ganoderma dan Basidiomycetes lainnya. Secara umum fungi tersebut mampu
mendegradasi serasah A. mangium yang memiliki kandungan lignin dan selulosa
tinggi. Hasil ini berkaitan dengan rendahnya penurunan kandungan lignin dan selulosa. Kemampuan dari berbagai agarik Basidiomycetes dalam mendegradasi
lignin dan selulosa telah dicoba pada serasah daun Fagus sylvatica dan pada jerami Glyceria maxima. Pada Fagus sylvatica kehilangan lignin dan selulosanya
masing-masing 32.3 – 76.5 dan 6.4 – 73.9, sedangkan pada Glyceria maxima kehilangan lignin dan selulosanya 41 - 77 dan 6.4 - 73.9 Dix Webster,
1995.
1
1 1
2 3
4 9
9
12
12 13
14 15
17 19
1 1
1
2 2
3 3
4 4
5 5
5 5
6 6
6 7
8 8
10 10
12 12
12 13
13 14
15 15
15 17
18 20
21
50 100
150 200
250 300
350
Maret April
Mei Juni
Juli Agust
Sept Okt
Nov Waktu pengamatan 2007
P opu
la s
i f u
ngi C
FU x
1
3
m l
1 1
1
1
2
2 2
3 3
4 6
7 9
10 11
13
14 14
22 18
1
1 3
3 3
4 4
4 5
5 5
6 7
8
10 11
12 12
12
13
14 14
17 23
23 20
21 50
100 150
200 250
300 350
Maret April
Mei Juni
Juli Agus t
Sept Okt
Nov Waktu pengamatan 2007
P opu
la s
i fung
i C
F U
x 10
3
m l
Gambar 12 Populasi fungi yang ditemukan selama delapan bulan dekomposisi serasah A. mangium pada tegakan umur 2 tahun
Keterangan: A = Tegakan sehat, B = Tegakan terserang Ganoderma
1 Penicillium minioluteum
9 Aspergillus parasiticus
17 Pythium splendens
2 Aspergillus sp5 10
Aspergillu s sp7 18
Trichoderma longibrachiatum
3 Aspergillus flavus 11
Sp 16D 19 Pythium
elongatum 4 Aspergillus
fumigatus 12 Penicillium
sp2 20 Sp 40 D
5 Sp 6D
13 Trichoderma pipuliferum 21
Sp 41D 6 Aspergillus
sp3 14
Pythium intermedium 22
Phialophora richardsiae 7
Sp 9D 15 Sp 28D
23 Trichoderma koningii
8 Aspergillus sp6 16
Pythium sp 1
A
B
Simpulan
1. Proses dekomposisi serasah daun A. mangium berlangsung lambat, karena setelah delapan bulan dekomposisi hanya terjadi kehilangan berat sebesar
34.61 laju dekomposisi 0.7 pertahun di bawah tegakan sehat dan 30.64 laju dekomposisi 0.51 pertahun di bawah tegakan terserang Ganoderma.
Persentase kehilangan berat lignin pada tegakan sehat yaitu 20.05 dan pada tegakan terserang Ganoderma 13.87, sedangkan persentase kehilangan berat
selulosa pada tegakan sehat yaitu 16.34 dan pada tegakan terserang Ganoderma
14.71. 2. Selama delapan bulan dekomposisi serasah di bawah tegakan sehat jumlah
spesies fungi yang ditemukan adalah 21 dan pada tegakan terserang Ganoderma
adalah 20. Total spesiesnya rendah pada periode pertama dekomposisi Maret-April, kemudian cenderung meningkat pada periode
kedua Mei-Juli dan cenderung menurun kembali pada periode ketiga dekomposisi Agustus-November. Pada periode pertama sampai kedua
dekomposisi, fungi yang tumbuh didominasi oleh genus Penicillium dan Aspergillus
sedangkan pada periode ketiga didominasi oleh Trichoderma, Phialophora
dan Pythium.
IV. KOMUNITAS FUNGI PADA LAPISAN SERASAH Acacia mangium
Abstract
Fungal study on Acacia mangium litter layers were investigated to examine fungal communities in tree litter layers, and relationship between organic contents of
litters and fungal communities. Samples were obtained from three litter layers of two and five years’ old standings both in health 2S and 5S and Ganoderma
attacked standing 2G and 5G and on harvested area BT. Fungal species were isolated by dilution method. Organic contents of each litter layers were analized
by proximate method. The results showed that the highest fungal populations were found in 5G followed by 5S, 2S, 2G and BT respectively. Fungal populations
were high at L layer in all standings except in BT at F layer due to their height organic contents.
Key words: fungal communities, diversity, litter layers, decomposition,
A. mangium
Pendahuluan
Peran fungi dalam proses dekomposisi serasah daun sangatlah penting karena fungi mempunyai kemampuan mendegradasi senyawa lignoselulosa yang
tidak dapat dilakukan oleh mikrob lain Tang et al. 2005. Kelompok fungi yang memiliki kemampuan lignoselulolitik tinggi berasal dari fungi pelapuk putih
white rot fungi. Steffen et al. 2002 mengemukakan bahwa fungi dari kelompok basidiomiset yang tumbuh pada serasah lantai hutan mampu mendekomposisi
serasah melalui aktivitas enzim ekstraseluler MnP manganese peroxidase dan aktif terlibat dalam siklus hara di lantai hutan. Rodriguez et al. 1996
menambahkan bahwa beberapa Imperfect fungi Deuteromycetes terutama Penicillium
dan Fusarium juga mampu mendegradasi senyawa-senyawa lignoselulosa. Demikian juga Trichoderma mampu mendegradasi selulosa Nieves
et al . 1991.
Penelitian yang telah dilakukan pada serasah daun Fagus crenata menunjukkan adanya kecenderungan suksesi fungi endofit dan epifit mulai dari
daun yang segar sampai daun yang terdekomposisi Osono Takeda, 2002. Pada tumbuhan Qat Chanta edulis berhasil diisolasi beberapa fungi philloplant antara
lain Cladosporium herbarum, C. sphaerospermum, Aspergillus niger, A. flavus, Alternaria alternata
dan A. tenuissima Alhubaishi Abdel-Kader, 1991. Pada