Sikap politik dapat dipengaruhi oleh orang tua, kelompok pekerjaan, pengajian dan sebagainya. Proses sosialisai yang panjang tersebut
kemudian membentuk ikatan psikologis yang kuat dengan partai politik atau organisasi kemasyarakatan. Ikatan seperti ini disebut sebagai
identifikasi partai.
Berdasarkan konsep komunikasi, para pemilih yang dipengaruhi oleh faktor identifikasi partai digolongkan sebagai pemberi suara yang reaktif.
Konsep ini mengaitkan antara pendekatan sosilogis dengan psikologis, yang mana identifikasi partai sangat berkaitan dengan pengelompokan
sosial. Pengelompokkan sosial dan demografi berkolerasi dengan proses identifikasi partai. Misalnya kelompok etnis dan agama tertentu memiliki
hubungan emosional yang kuat dan panjang dengan partai atau tokoh tertentu Nimmo dalam Nursal, 2004:61.
Pendekatan psikologis sosial menekankan identifikasi partai sebagai faktor yang dapat menjelaskan perilaku memilih masyarakat. Konsep ini merujuk
pada persepsi memilih atas partai-partai yang ada atau keterikatan emosional pemilih terhadap partai politik. Konkritnya partai politik secara
emosional dirasakan sangat dekat, sehingga menjadikan partai yang selalu dipilih tanpa terpengaruh oleh faktor-faktor lain Surbakti, 1999:146.
3. Pendekatan Pilihan Rasional
Pendekatan rasional berkaitan erat dengan orientasi utama pemilih, yaitu orientasi isu dan orientasi kandidat. Perilaku memilih berorientasi isu
berpusat pada pertanyaan, apa yang seharusnya dilakukan pemerintah dari
partai yang berkuasa kelak dalam memecahkan permasalahan yang sedang dihadapi oleh masyarakat, bangsa dan negara. Orientasi kandidat mengacu
pada sikap seseorang terhadap pribadi kandidat tanpa memperdulikan label partai tertentu. Pendekatan rasional pemilih terhadap kandidat dapat
didasarkan pada kedudukan, informasi, prestasi, dan popularitas sang kandidat Nursal, 2004: 64.
Pendekatan rasional mengarahkan pemilih pada pilihan yang benar-benar rasional. Pemilih menentukan pilihan dengan penilaian yang valid
terhadap tawaran partai politik. Pemilih rasional memiliki motivasi, prisip, pengetahuan, dan mendapat informasi yang cukup. Tindakan mereka
bukanlah kebiasaan atau faktor kebetulan, bukan untuk kepentingan pribadi, melainkan untuk kepentingan umum, menurut pemikiran dan
pertimbangan yang logis Nursal, 2004: 66.
Menyatakan bahwa ciri-ciri pemilih rasional memiliki lima hal yaitu: a. Dapat mengambil keputusan jika dihadapkan pada berbagai alternatif;
b. Dapat membandingkan alternatif yang lebih disukai, sama saja, atau yang lebih rendah jika dibandingkan dengan alternatif lain;
c. Menyusun alternatif dengan cara transitif, jika A lebih disukai dari B, dan B lebih baik dari C, maka A lebih disukai dari pada C;
d. Memilih alternatif yang tingkat preferensinya lebih tinggi; e. Selalu mengambil keputusan yang sama bila dihadapkan pada
alternatif-alternatif yang sama Nursal, 2004: 67.
4. Pendekatan Struktural
Pendekatan struktural melihat kegiatan memilih sebagai produk dari konteks struktur yang lebih luas, seperti struktur sosial, sistem partai,
sistem pemilihan umum, permasalahan dan program yang ditonjolkan oleh partai politik. Struktur sosial yang menjadi sumber kemajemukan politik
dapat berupa kelas sosial atau perbedaan-perbedaan antara majikan atau pekerja, agama, perbedaan kota dan desa, bahasa dan nasionalisme.
Jumlah partai politik mungkin berbeda dari satu negara ke negara lain karena perbedaan struktur sosial tersebut Surbakti, 1999:145.
5. Pendekatan Ekologis
Pendekatan ekologis hanya relevan apabila dalam suatu daerah pemilihan terdapat perbedaan karakteristik pemilih berdasarkan unit teritorial, seperti
desa, kelurahan, kecamatan, dan kabupaten. Kelompok masyarakat seperti tipe penganut agama tertentu, buruh, kelas menengah, mahasiswa, suku
tertentu, subkultural tertentu, dan profesi tertentu, bertempat tinggal pada unit teritorial sehingga perubahan komposisi penduduk yang tinggal diluar
unit teritorial dapat dijadikan penjelasan atas perubahan hasil pemilihan umum.
Pendekatan ini penting sekali digunakan karena karakteristik data hasil pemilihan umum untuk tingkat provinsi berbeda dengan karakteristik data
di kabupaten, atau karakteristik data di kabupaten berbeda dengan karakteristik data di tingkat kecamatan.