Tinjauan Tentang Sikap Politik

Kondisi tersebut akan lebih terasa pada wilayah-wilayah yang memiliki perimbangan etnis yang didominasi oleh dua atau tiga etnis dalam wilayah tertentu. Beberapa kasus pemilihan umum yang telah terjadi di Indonesia menggambarkan adanya hubungan yang erat antara faktor etnis pada level pemilihan kepala daerah. Faktor kesamaan etnis berpengaruh terhadap kemenangan kandidat dalam pemilihan kepala daerah. Pemilihan Gubernur Kalimantan Barat, Sulawesi Selatan, Kepulauan Riau, Bangka Belitung dan DKI Jakarta memberikan kesimpulan bahwa politik masyarakat dipengaruhi oleh faktor kesamaan etnis dan agama. Masyarakat cenderung lebih menyukai dan memilih kandidat yang berasal dari suku yang sama Ariyanto, 2008:3-19. Dari pemaparan tersebut dapat diketahui bahwa ada hubungan antara pelaksanaan pemilihan umum dan dimensi etnisitas seperti hubungan keluarga, adat-istiadat, budaya, hubungan darah, bahasa dan agama terhadap sikap politik masyarakat dalam pemilihan kepala daerah di Indonesia. Elite politik dan kandidat calon cenderung menggunakan pendekatan etnis untuk mendekati dan mendapatkan dukungan pemilih, sedangkan pemilih menggunakan dimensi etnis sebagai preferensi dalam menentukan dukungan dan pilihan politiknya dalam pemilihan umum.

G. Sikap Politik Etnis Banten

Eksistensi etnis Banten sudah terdengar sejak berabad-abad silam, Banten merupakan salah satu kesultanan islam terbesar dan terkemuka di pulau Jawa pada abad XV-XVIII. Banten menjadi wilayah yang tersohor pada masanya karena kekuasaan yang dimiliki, pandangan mengenai kekuasaan yaitu kekuasaan dianggap sebagai kemampuan pelaku untuk mempengaruhi tingkah laku pelaku lain sedemikian rupa, sehingga tingkah laku terakhir menjadi sesuai dengan keinginan dari pelaku yang mempunyai kekuasaan Graaf dan Pigeaud, 1985:146. Kekuasaan dapat diperoleh dengan beberapa cara, yaitu : 1. Melalui kedudukan. Kedudukan dapat memberikan kekuasaan kepada seseorang atau sekelompok orang karena yang bersangkutan menduduki posisi tadi. Semakin tinggi kedudukan maka akan semakin besar pula kekuasaan yang berada pada genggaman orang yang menduduki posisi tersebut. 2. Melalui kepercayaan. Seseorang atau sekelompok orang dapat memiliki kekuasaan karena yang bersangkutan memang dipercaya untuk memilikinya atas dasar kepercayaan yang dianut masyarakat. Kekuasaan yang bersumber dari kepercayaan hanya muncul di masyarakat di mana anggota-anggotanya mempunyai kepercayaan yang dimiliki pemegang kekuasaan Haryanto, 2005:22.