Cara Penularan Pengobatan .1 Tujuan Pengobatan

22 yang didapat besar sekali. Pada malnutrisi dan infeksi HIV uji tuberkulin dapat memberikan hasil negatif Fauci, dkk, 2007:990.

2.1.7 Cara Penularan

Sumber penularan adalah pasien TB BTA positif. Penularan terjadi melalui udara yang mengandung basil TB dalam percikan ludah yang dikeluarkan oleh penderita TB paru atau TB laring pada waktu mereka batuk atau bersin James Chin, 2006:630. Pada waktu batuk dan bersin, pasien menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk percikan dahak droplet nuclel. Sekali batuk dapat menghasilkan sekitar 3000 percikan dahak. Umumnya penularan terjadi dalam ruangan dimana percikan dahak berada dalam waktu yang lama. Ventilasi dapat mengurangi jumlah percikan, sementara sinar matahari langsung dapat membunuh kuman. Percikan dapat bertahan selama beberapa jam dalam keadaan yang gelap dan lembab. Daya penularan seorang pasien ditentukan oleh banyaknya kuman yang dikeluarkan dari parunya. Makin tinggi derajat kepositifan hasil pemeriksaan dahak, makin menular pasien tersebut. Faktor yang memungkinkan seseorang terpajan kuman TB ditentukan oleh konsentrasi percikan dalam udara dan lamanya menghirup udara tersebut Depkes RI, 2009:6. 2.1.8 Pengobatan 2.1.8.1 Tujuan Pengobatan Tujuan pengobatan tuberkulosis yang sesungguhnya dapat dipenuhi yaitu menyembuhkan penderita, mencegah kematian, mencegah kekambuhan, atau 23 timbulnya resistensi terhadap OAT dan memutuskan rantai penularan Depkes RI, 2009:15.

2.1.8.2 Jenis dan Dosis Obat Anti Tuberkulosis OAT

Menurut Mandal 2006, tuberkulosis harus diobati dengan kombinasi beberapa obat untuk menghindari timbulnya resistensi. Ada lima pilihan obat yang biasanya dipakai di Indonesia, yaitu : 1. Isoniasid H Dikenal dengan INH, bersifat bakterisid, dapat membunuh 90 per hari pertama pengobatan, obat ini sangat efektif terhadap kuman dalam keadaan metabolik aktif yaitu kuman ulasi kuman dalam beberapa pengobatan yang sedang berkembang. Dosis harian yang dianjurkan 5 mgkgBB, sedangkan untuk pengobatan intermiten 3 kali seminggu diberikan dengan dosis 10 mgkgBB. 2. Rifampisin R Bersifat bakterisid dapat membunuh kuman semi-dormant persister yang tidak dapat dibunuh oleh Isoniasid dosis 10 mgkgBB diberikan sama dengan pengobatan harian maupun intermiten 3 kali seminggu. 3. Pirasinamid Z Bersifat bakterisid dapat membunuh kuman yang berada dalam sel dalam suasana asam. Dosis harian yang dianjurkan 25 mgkgBB, sedangkan untuk pengobatan intermiten 3 kali seminggu diberikan dengan dosis 35 mgkgBB. 4. Streptomisin S Bersifat bakterisid, dosis harian yang dianjurkan 15 mgkgBB, sedangkan untuk pengobatan intermiten 3 kali seminggu digunakan dosis yang sama 24 penderita berumur 60 tahun dosis 0,75 grhari, sedangkan untuk berumur 60 tahun atau lebih diberikan 0,50 mghari. 5. Etambutol E Bersifat sebagai bakteriostatik, dosis harian yang dianjurkan 15 mgkgBB, sedangkan untuk pengobatan intermiten 3 kali seminggu digunakan dosis 30 mgkgBB.

2.1.8.3 Prinsip Pengobatan

Menurut Tabrani 2010, pengobatan tuberkulosis diberikan dalam dua tahap yaitu : 1. Tahap Awal Intensif Pada tahap awal pasien mendapat obat setiap hari dan perlu diawasi secara langsung untuk mencegah terjadinya resistensi obat. Bila pengobatan tahap intensif tersebut diberikan secara tepat, biasanya pasien menular menjadi tidak menular dalam kurun waktu 2 minggu. Sebagian besar pasien TB BTA positif menjadi BTA negatif konversi dalam 2 bulan. 2. Tahap Lanjutan Pada tahap lanjutan pasien mendapat jenis obat lebih sediki, namun dalam jangka waktu yang lebih lama. Tahap lanjutan penting untuk membunuh kuman persister sehingga mencegah terjadinya kekambuhan.

2.1.9 FaktorDeterminanKekambuhan TB Paru