Pendahuluan Edisi 5 Majalah PA Edisi 5

STARE DECISIS vs. LIVING LAW menjaga profesionalitas dan menjaga keharmonisan antara putusan-putu- san hakim. Demikian halnya di ndo- nesia, stare decisis menjadi bagian dari tata nilai hukum yang harus dipatuhi. Beberapa yurisprudensi Mahkamah Agung R MAR dijadikan sebagai pedoman terhadap putusan hakim berikutnya. al ini dapat dilihat pada kasus terhalangnya hak waris saudara karena kehadiran anak perempuan, pemberian wasiat wajibah kepada ahli waris non muslim. Penggunaan yurisprudensi sebagai inovasi hukum waris, secara tidak langsung telah menunjukkan bahwa sistem prec- edent atau stare decisis telah melekat dalam sistem hukum di ndonesia. 3 Peter de Cruz, Comparative Law In A Changing World London: Covendish Publishing,1999 68. Vincy Fon and Franceso Parisi, Judicial Presedent in Civil Law Systems: A Dynamic Analisis, International Review of Law and Economics 26, 2006, 523. 4 Putusan Mahkamah Agung RI Nomor: 86K AG1994 tanggal 27 Juli 1995 5 Putusan Mahkamah Agung Nomor: 59K AG2001 tanggal 8 Mei 2002. Oleh : Dr. Sugiri Permana, MH [Hakim Pengadilan Agama Sukabumi] Artikel ini adalah Juara 1 lomba karya tulis ilmiah untuk kategori hakim, dalam rangka memperingati 25 Tahun Undang-Undang Pengadilan Agama, September 2014. Sebuah Pengalaman Hukum Waris di Indonesia Antara Yurisprudensi dan Fikih codi ied legal system dalam sistem Eropa Kontinental menjadi salah satu instrumen untuk melindungi perma- salahan hukum yang akan muncul di kemudian hari. Demikian halnya dalam sistem Anglo Saxon, stare deci- sis atau precedent menuntut agar hakim dalam menjatuhkan putusan mengikuti putusan hakim sebelum- nya. Menurut Bagir Manan, meski- pun sistem hukum ndonesia ba nyak dipengaruhi oleh sistem hukum Eropa Kontinental, ternyata lambat laun dipengaruhi oleh beberapa perang- kat hukum Anglo Saxon. Peruba- han tersebut terjadi juga di negara Prancis yang sangat kental dengan sistem civil law. Stare decisis menjadi salah satu bagian sistem hukum pada negara tersebut sebagai upaya untuk 1 Sudikno Mertokusumo, Hukum Acara Perdata Indonesia Yogyakarta:Liberty, 2006, 204. 2 Bagir Manan, “Dissenting Opinion Dalam Sistem Peradilan di Indonesia”, Varia Peradilan, Majalah Hukum Tahun ke XXI No. 253 Desember 2006, 7.

A. Pendahuluan

dealnya sebuah hukum berja- lan beriringan antara satu lembaga hukum dengan lembaga hukum lain- nya. Demikian halnya pada lembaga peradilan, kontinuitas dan kesi nam- bungan sebuah hukum dapat meng- hilangkan disparitas putusan terha- dap kasus yang sama dengan hakim yang berbeda. Kesesuaian pandangan hukum tersebut, tidak hanya diharap- kan secara horizontal antara putu- san hakim-hakim di tingkat pertama, tetapi juga diharapkan secara verti- kal antara peradilan tingkat pertama, banding maupun kasasi. Rechtsstaat yang dikenal dalam sistem hukum Eropa Kontinental dan Rule of law dalam sistem Anglo Saxon, merupakan konsep besar untuk menjamin keadilan bagi masyarakat. Beberapa karakteristik pada masing- masing sistem hukum tersebut men- jadi bagian untuk menjamin adanya kepastian hukum. Kodifikasi hukum MAJALAH PERADILAN AGAMA Edisi 5 | Des 2014 52 salah satu pengecualiaan, meskipun berada di wilayah Eropa tetapi ng- gris menganut sistem common law yang pada gilirannya juga dianut oleh Amerika. Berbeda dengan Eropa Kontinetal, common law tidak men- dudukkan undang-undang sebagai sumber hukum, melainkan putu- san hakimlah yang menjadi sumber hukum, judge made law and by judge made law. Selain stare decisis, living law juga menjadi bagian dari pembahasan sistem hukum common law. Baik stare decisis maupun living law tidak menghendaki peraturan perundang- undangan sebagai sumber hukum. Stare decisis merupakan doktrin yang muncul dan berkembang pada sistem common law, sedangkan living law merupakan doktrin yang berasal dari antiformalist sarjana Jerman termasuk Eugen Ehrlich dari Rumania yang kemudian berkembang dan berpengaruh pada sociological jurisprudence dan legal realism di Amerika yang menganut sistem Anglo Saxon. Adalah Friedrich Carl von Savigny - seorang ahli hukum dan sejarah dari Jerman yang terkenal dengan volksgeist, national spirit sebagai norma hukum masyarakat. Pemikiran ini merupakan antitesa terhadap positivisme hukum John Austin - yang menyatakan bahwa hukum terlepas dari unsur keadilan maupun nilai baik dan buruk. Pemikiran Savigniy dikembang- kan oleh Eugen Ehrlich seorang ahli 11 Emeritus John Gilissen dan Emeritus Frits Gorle, Sejarah hukum Suatu Pengantar Editor Ahli Lili Rasjidi Bandung: Refi ka Aditama, 2005, 368. 12 Melvin A. Eisenberg, “The Principles of Legal Reasoning in the Common Law” in Common law theory editted by Douglas E Edun Cambridge: Cambridge University Press, 2008, 81. 13 Michel Coutu, “Living Law: Reconsiderin Eugen Ehrlich,” Marc Hertogh d, Osgoode Hall Law Journal vol 47, No. 3, 2009, 587. 14 Luis Kutner, “Legal Philosopher: Savigny: Lawgiver,” Marquette Law Review, Vol. 55, 286. Lili Rasjidi dan Ira Rasjidi, Dasar-dasar Filsafat dan Teori Hukum Bandung: Citra Aditya Bhakti, 2001, 66-67. quotes quotes Beberapa kasus waris dalam tingkat kasasi telah menunjukkan adanya konsistensi beberapa akim Agung yang menyatakan terha- langnya hak waris saudara oleh anak perempuan. Sikap Mahkamah Agung ini berbeda dengan fikih sunni pada umumnya fikih Syafi i pada khu- susnya yang banyak dianut oleh sebagian besar masyarakat ndone- sia. al ini akan berimplikasi pada dua kenyataan hukum yang berbeda antara pembaharuan hukum waris yang dilakukan melalui yurisprudensi dengan kesadaran masyarakat ter- hadap hukum waris dalam mazhab sunni. Kesadaran hukum di masyara- kat ini telah lama menjadi pemba- hasan sarjana hukum Barat seperti Eugen Ehrlich Rumania, - M , Roscoe Pound Amerika, - dan tidak kalah pentingnya peranan Cornelis van Vollenhoven – yang berbicara living law hukum adat di ndonesia. Penelitian ini tidak dimaksudkan untuk menilai yurisprudensi MAR maupun living law dalam standar nilai tertentu, tetapi dengan memin- jam istilah sosiologi hukum, peneli- tian ini akan memperlihatkan dua sisi realita hukum yang berbeda antara pembaharuan hukum waris yang dilakukan oleh Mahkamah Agung R dengan gejala hukum yang timbul dan berkembang di masyarakat. Realita hukum yang terjadi di masyarakat ter- lihat dari kesadaran ahli waris dalam menyelesaikan masalah kewarisan- nya yang ditetapkan oleh Pengadilan Agama. Objek penelitian ini adalah peneta- pan waris di Pengadilan Agama Bogor, 6 Pada dasarnya setiap putusan hakim disebut dengan yurisprudensi, makna lainnya adalah putusan yang mempunyai kaidah hukum sehingga diikuti oleh hakim lainnya yang sering disebut yurisprudensi tetap vaste atau constante jurisprudentie. Sudikno Mertokusumo, Hukum Acara Perdata Indonesia Yogyakarta:Liberty, 2006, 205. Dalam tulisan ini, yurisprudensi adalah putusan Mahkamah Agung RI dalam arti yang kedua. Cianjur dan Cikarang tahun - . Objek tersebut akan disaji- kan secara deskriptif analitis dengan pendekatan fikih, kemudian dilaku- kan perbandingan dengan beber- apa penetapan waris dari beberapa wilayah hukum adat yang berbeda.

B. Stare decisis dan living law, Sebuah Pemahaman Sederhana