Lebar Mercu Bendungan Panjang Bendungan Volume Bendungan Kemiringan Lereng Slope Gradient Harus Aman Terhadap Banjir Rencana

1 3 b 3,6H 3 = − Mengingat limpasan melalui mercu bendungan urugan sangat berbahaya maka untuk bendungan tipe ini angka tambahan tinggi jagaan h i ditentukan sebesar 1,0 m h i = 1,0 m. Apabila didasarkan pada tinggi bendungan yang direncanakan, maka standar tinggi jagaan bendungan urugan adalah sebagai berikut: Tabel 2.10 Standar Tinggi Jagaan Bendungan Lebih rendah dari 50 m H f ≥ 2 m Dengan tinggi antara 50 – 100 m H f ≥ 3 m Lebih tinggi dari 100 m H f ≥ 3,5 m

3. Lebar Mercu Bendungan

Lebar mercu bendungan yang memadai diperlukan agar puncak bendungan dapat tahan terhadap hempasan ombak dan dapat tahan terhadap aliran filtrasi yang melalui puncak tubuh bendungan. Di samping itu, pada penentuan lebar mercu perlu diperhatikan kegunaannya sebagai jalan inspeksi dan pemeliharaan bendungan. Penentuan lebar mercu dirumuskan sebagai berikut Suyono Sosrodarsono, 1989 . Dimana : b = lebar mercu m H = tinggi bendungan m

4. Panjang Bendungan

Yang dimaksud panjang bendungan adalah seluruh panjang mercu bendugan yang bersangkutan, termasuk bagian yang digali pada tebing–tebing sungai di kedua ujung mercu tersebut. Apabila bangunan pelimpah atau bangunan penyadap terdapat pad ujung–ujung mercu, maka lebar bangunan–bangunan pelimpah tersebut diperhitungkan pula dalam menentukan panjang bendungan.

5. Volume Bendungan

Seluruh jumlah volume konstruksi yang dibuat dalam rangka pembangunan tubuh bendungan termasuk semua bangunan pelengkapnya dianggap sebagai volume bendungan.

6. Kemiringan Lereng Slope Gradient

Kemiringan rata–rata lereng bendungan lereng hulu dan lereng hilir adalah perbandingan antara panjang garis vertikal yang melalui tumit masing–masing lereng tersebut. Kemiringan lereng urugan harus ditentukan sedemikian rupa agar stabil terhadap longsoran. Hal ini sangat tergantung pada jenis material urugan yang dipakai.

7. Penimbunan Ekstra Extra Banking

Sehubungan dengan terjadinya gejala konsolidasi tubuh bendungan, yang prosesnya berjalan lama sesudah pembangunan bendungan tersebut, maka diadakan penimbunan ekstra melebihi tinggi dan volume rencana dengan perhitungan, agar sesudah proses konsolidasi berakhir maka penurunan tinggi dan penyusutan volume akan mendekati tinggi dan volume rencana bendungan.

2.4.3 Stabilitas Konstruksi

Stabilitas Konstruksi dibagi menjadi dua, yaitu stabilitas konstruksi bendungan itu sendiri dan stabilitas bangunan pelimpahnya.

2.4.3.1 Syarat-syarat Stabilitas Konstruksi

1 Syarat-syarat Stabilitas Konstruksi Bendungan Syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam perhitungan stabilitas konstruksi bendungan, yaitu : 1. Lereng di sebelah hulu dan hilir bendungan harus tidak mudah longsor. 2. Harus aman terhadap geseran. Untuk kondisi air waduk kosong, penuh, dan turun mendadak. SF = 2 dengan metode Irisan Bidang Luncur SF = 1,2 dengan metode Wedge 3. Harus aman terhadap penurunan bendungan. SF = 2 – 3 4. Harus aman terhadap rembesan. a. Kecepatan kritis dari bahan bangunan tidak dilampaui. Agar bendungan stabil V V cr b. Debit air rembesan tidak boleh dilampaui. Agar bendungan stabil q ≤ 2 - 5 . Q 2 Syarat-syarat Stabilitas Konstruksi Bangunan Pelimpah Analisa stabilitas konstruksi bangunan pelimpah ditinjau terhadap tiga hal, yaitu : 1. Stabilitas terhadap gelincir SF = 2 untuk kondisi pembebanan normal SF = 1,25 untuk kondisi pembebanan ekstrim 2. Stabilitas terhadap guling SF = 1,5 untuk kondisi pembebanan normal SF = 1,25 untuk kondisi pembebanan ekstrim 3. Stabilitas terhadap erosi bawah tanah piping SF 2 4. Stabilitas terhadap daya dukung tanah max σ tanah min σ tanah Hf h hw ha hi ≥ ∆ + + + 2.4.3.2 Formula Perhitungan Stabilitas Konstruksi 1 Formula Perhitungan Stabilitas Konstruksi Bendungan

1. Harus Aman Terhadap Banjir Rencana

Di dalam perhitungan stabilitas bendungan terhadap banjir rencana ini dengan memperhitungkan debit banjir Q PMF terhadap kemampuan kapasitas waduk yang ada, maka didapat ketinggian maksimum air waduk. Dengan hasil perhitungan tersebut maka perlu diperhitungkan tinggi main dam yang memenuhi syarat antara lain memperhitungkan tinggi jagaan yang ada. Dimana : Hf = tinggi jagaan m ∆h = tinggi kemungkinan kenaikan muka air waduk akibat Qpmf Hw = tinggi ombak akibat tiupan angin diambil = 0,25 m ha = kenaikan permukaan air waduk apabila terjadi kemacetan pintu pengelak = 0,30 m hi = tinggi tambahan yang didasarkan pada tingkat urgensi pada waduk = 0,75 m

2. Harus Aman Terhadap Geseran