Waktu Dasar Indeks Aliran Dasar IRIGASI

A = Luas DPS km 2 T R = Waktu naik jam JN = Jumlah pertemuan sungai

c. Waktu Dasar

Dimana : T B = Waktu dasar jam S = Landai sungai rata-rata SN = Frekuensi sumber yaitu perbandingan antara jumlah segmen sungai-sungai tingkat satu dengan jumlah segemen sungai semua tingkat RUA = Perbandingan antara luas DAS yang diukur di hulu garis yang ditarik tegak lurus garis hubung antara stasiun pengukuran dengan titik yang paling dekat dengan titik berat DAS melewati titik tersebut, dengan luas DAS total Gambar 2.11 Sketsa Penetapan RUA RUA = Au A

d. Indeks

Φ Penetapan hujan efektif untuk memperoleh hidrograf dilakukan dengan menggunakan indeks infiltrasi. Untuk memperoleh indeks ini agak sulit, untuk itu dipergunakan pendekatan dengan mengikuti petunjuk Barnes 1959. T B = 0,1457 0,0986 0,7344 0,2574 R 27,4132 T S SN RUA − − ⋅ ⋅ ⋅ ⋅ Au Perkiraan dilakukan dengan mempertimbangkan pengaruh parameter DAS yang secara hidrologi dapat diketahui pengaruhnya terhadap indeks infiltrasi. Persamaan pendekatnnya adalah sebagai berikut :

e. Aliran Dasar

Untuk memperkirakan aliran dasar digunakan persamaan pendekatan berikut ini. Persamaan ini merupakan pendekatan untuk aliran dasar yang tetap, dengan memperhatikan pendekatan Kraijenhoff Van Der Leur 1967 tentang hidrograf air tanah : Dimana : Q b = Aliran dasar m 3 dtk A = Luas DAS km 2 D = Kerapatan jaringan kuras drainage density indeks kerapatan sungai yaitu perbandingan jumlah panjang sungai semua tingkat dibagi dengan luas DAS

f. Faktor Tampungan

Dimana : k = Koefisien tampungan

5. Metode Kemungkinan Probability

Pada waktu terjadi curah hujan terbesar curah hujan maksimal, the maximum precipitation akan terjadi debit banjir terbesar debit banjir maksimum, the maximum flood Φ = 10,4903 4 6 2 13 3,859 10 A 1,6985 10 A SN − − − × ⋅ + × Q b = 0,6444 0,9430 0,4751 A D ⋅ ⋅ k = 0,1798 0,1446 1,0897 0,0452 0,5617 A S SF D − − ⋅ ⋅ ⋅ ⋅ di suatu daerah aliran sungai tertentu. Jadi dengan menghitung kemungkinan terjadinya curah hujan terbesar The Maximum Probable Precipitation, PMP dapat dihitung besarnya kemungkinan debit banjir terbesar The Maximum Probable Flood pula. Secara teoretis, dalam perhitungan PMF didapat dari perhitungan curah hujan maksimum yang menggunakan metode PMP dikalikan perhitungan debit banjir dengan metode Analisa Hidrograf Satuan Sitentik HSS, dalam perhitungan HSS digunakan metode HSS Gamma 1. PMF = PMP x HSS Dimana : PMF = Probable Maximum Flood banjir maksimum yang mungkin terjadi m 3 detik PMP = Probable Maximum Precipitation curah hujan hujan maksimum yang mungkin terjadi mm HSS = Hidrograf Satuan Sitentik m 3 detik

2.2.7 Penelusuran Banjir Flood Routing

Penulusuran banjir dimaksudkan untuk mengetahui karakteristik hidrograf outflow keluaran, yang sangat diperlukan dalam pengendalian banjir. Perubahan hidrograf banjir antara inflow I dan outflow O karena adanya faktor tampungan atau adanya penampang sungai yang tidak seragam atau akibat adanya meander sungai. Jadi penelusuran sungai mempunyai dua tujuan, yaitu untuk mengetahui perubahan inflow dan outflow pada waduk dan inflow pada satu titik dengan suatu titik di tempat lain pada sungai. Perubahan inflow dan outflow akibat adanya tampungan. Maka pada suatu waduk terdapat inflow banjir I akibat adanya banjir dan outflow O apabila muka air waduk naik, di atas spillway terdapat limpasan. I O tampungan waduk naik Elevasi muka air waduk naik I O tampungan waduk turun Elevasi muka air waduk turun. Pada penelusuran banjir berlaku persamaan kontinuitas. I – O = ∆S ∆S = Perubahan tampungan air di waduk. Persamaan kontinuitas pada periode ∆t = t 1 – t 2 adalah: 1 2 1 2 2 1 I I O O t t S S 2 2 + + ⎡ ⎤ ⎡ ⎤ ∗ ∆ − ∗ ∆ = − ⎢ ⎥ ⎢ ⎥ ⎣ ⎦ ⎣ ⎦ Misalnya penelusuran banjir pada waduk, maka langkah yang diperlukan adalah 1. Menentukan hidrograf inflow sesuai skala perencanaan. 2. Menyiapkan data hubungan antara volume dan area waduk dengan elevasi waduk. 3. Menentukan atau menghitung debit limpasan spillway waduk pada setiap ketinggian air diatas spillway dan dibuat dalam grafik. 4. Ditentukan kondisi awal waduk muka air waduk pada saat dimulai routing . Hal ini diperhitungkan terhadap kondisi yang paling bahaya dalam rangka pengendalian banjir. 5. Menentukan periode waktu peninjauan t 1 , t 2 ,..., dst, semakin periode waktu t 2 -t 1 semakin kecil adalah baik. 6. Selanjutnya perhitungan dilakukan dengan tabel, seperti contoh di bawah dengan cara analisis langkah demi langkah. Tabel 2.9 Contoh Tabel Flood Routing dengan Metode Step By Step Waktu ke: t I Inflow Ir R ata 2 Volume Ir t Asumsi el. Waduk O Outflow Or rata 2 Vol Or t S Storage Kumulatif Storage x 10 3 Elv. M.a Waduk 1 1 70 1000 70 60 2 120 1 3600 3600 2 3 71,2 2 1003,6 71,1 dst Sumber : Kodoatie dan Sugiyanto, 2000

2.3 IRIGASI

Kebutuhan air irigasi adalah jumlah air normal yang dibutuhkan oleh tanaman untuk tumbuh secara normal. Selanjutnya diteliti apakah jumlah air yang ada mampu menyediakan jumlah air yang dibutuhkan untuk mengairi seluruh areal irigasi. Langkah-langkah perhitungan untuk mencari volume air irigasi untuk mengoncori areal sawah adalah sebagai berikut : 1. Menghitung evaporasi Ada beberapa metode untuk menghitung besarnya evaporasi, diantaranya adalah metode Penman. Rumus evaporasi dengan metode Penman adalah : Dimana : Eo = Penguapan mmhari Pa = Tekanan uap jenuh pada suhu rata harian mmHg Pu = Tekanan uap sebenarnya mmHg U 2 = Kecepatan angin pada ketinggian 2 m mile hari 2. Menghitung evapotranspirasi Evapotranspirasi sering disebut sebagai kebutuhan konsumtif tanaman yang merupakan jumlah air untuk evaporasi dari permukaan areal tanaman dengan air untuk transpirasi dari tubuh tanaman. 3. Menghitung perkolasi Laju perkoalsi sangat tergantung kepada sifat-sifat tanah. Pada tanah lempung berat dengan karakterisitik pengolahan yang baik, laju perkolasi dapat mencapai 1 – 3 mmhari. Pada tanah-tanah yang lebih ringan, laju Eo = 0,35Pa – Pu 2 1 U 100 + perkolasi bisa lebih tinggi. Guna menentukan laju perkolasi, tinggi muka air tanah juga diperhitungkan. 4. Menghitung curah hujan efektif Data curah hujan yang digunakan adalah data curah hujan yang jatuh selama musim tanaman yang dapat dimanfaatkan untuk memenuhi air bagi tanaman dari stasiun pengamatan di daerah sekitar bendungan. Untuk irigasi padi, curah hujan efektif bulanan diambil 70 dari curah hujan minimum tengah bulanan dengan periode ulang 5 tahun. Rumus : setengah bulanan dengan T = 5 tahun Dimana : Re = Curah hujan efektif mmhari Rs = Curah hujan minimum dengan periode ulang 5 tahun mm 5. Menghitung kebutuhan air tanaman Untuk menghitung kebutuhan air bagi tanaman harus diketahui besarnya evapotranspirasi yang terjadi. Kebutuhan air bagi tanaman adalah tebal air yang dibutuhkan untuk memenuhi jumlah air yang hilang melalui evapotranspirasi pada tanaman. Rumus : Dimana : Kc = Faktor tanaman yang dipengaruhi dari jenis tanaman, umur, musim, dan kondisi cuaca ETcrop = Kc . ETo Re = 0,7 x ½ Rs ETo = Laju evapotranspirasi dari suatu permukaan yang luas yang ditumbuhi rumput hijau dengan ketinggian seragam 8–10 cm ETcrop = Besarnya kebutuhan air bagi tanaman Untuk perhitungan ETo dapat menggunakan Penman 1948 Rumus : Dimana : e a -e d = Perbedaan antara titik uap jenuh rata-rata dengan tekanan uap rata-rata fu = 0,27 u 1 + 100 ⎛ ⎞ ⎜ ⎟ ⎝ ⎠ = Suatu faktor untuk memasukkan pengaruh angin yang diukur pada ketinggian 2 m W = Weighting factor = Faktor pemberat = Memasukkan pengaruh temperatur dan ketinggian C = Adjusment factor = Faktor penyesuaian = Memasukkan pengaruh RH rata-rata dan kecepatan angin Rn = 1- αRs – RnL α = Koefisien refleksi Rs = n 0,25 0,50 Ra N ⎛ ⎞ + ⋅ ⋅ ⎜ ⎟ ⎝ ⎠ = Radiasi matahari yang dinyatakan dengan evaporasi ekivalen mmhari RnL = fTxe d x fnN = Radiasi gelombang panjang 6. Menghitung kebutuhan air irigasi Pemberian air dari bendungan dengan pertimbangan debit serta luas areal daerah oncoran dengan menggunakan suatu ETo = CW . Rn + 1-w x fu x e a -e d golongan sistem pemberian air agar penggunaan dan pembagian air lebih efisien, efektif dan merata. Kebutuhan air irigasi pada petak sawah berdasarkan faktor-faktor : a. Jenis tanaman b. Jenis tanah c. Cara pemberian air d. Cara pengolahan e. Hujan f. Waktu tanam dan iklim Rumus : Dimana : Ir = a = Kebutuhan air irigasi sawah mmhari Konversi mmhari menjadi ltdetha dengan faktor pengali 0,116 S = Kebutuhan air untuk penggenanganpengolahan ETcrop = Crop evapotranspiration = Consumtive use = Besarnya kebutuhan air bagi tanaman p = Perkolasi Re = Curah hujan efektif 7. Menghitung debit kebutuhan air Untuk menghitung debit kebutuhan air pada suatu saluran dibutuhkan luas daerah yang dilayani dioncori dan kebutuhan air irigasi dari areal tersebut. Sehingga dapat dituliskan dengan rumus sebagai berikut : Dimana : Q = Debit kebutuhan air areal yang dialiri ltdet Ir = a = S + ETcrop + p - Re Q = A x a A = Luas areal yang dilayani dioncori ha a = Kebutuhan air irigasi ltdetha 8. Menghitung volume air irigasi Volume air irigasi didapat dari debit kebutuhan air irigasi dan waktu yang dibutuhkan untuk mengairi areal irigasi. Rumus : Dimana : Q = Debit kebutuhan air irigasi ltdet t = Waktu yang dibutuhkan untuk mengairi areal irigasi det V = Volume air irigasi ltdet

2.4 PERENCANAAN BENDUNGAN