Keberadaan dari sumber investasi dalam ekspansi minyak kelapa sawit berkelanjutan di

Prarencana, Laporan dan Rekomendasi: Strategi Pembangunan Minyak Kelapa Sawit yang Berkelanjutan untuk Aceh Green 2008 19 kualitas, dan margin perdagangan. Pada dasarnya, harga turun CPO pada saat ini dan kemungkinan harga fluktuasi di masa mendatang, dikombinasikan dengan ketidak efisiensi dan inequitable mekasnisme harga rantai pengadaan barang menenggelamkan prospek dari industry minyak kelapa sawit dan petani kecil untuk ekspansi. B. Permasalahan berikut juga merupakan hal signifikan, tetapi sekunder dalam kepentingan: 7. Terdapat tekanan yang bertambah pada tingkat kabupaten lokal untuk ekspansi konsesi minyak kelapa sawit baru tanpa perencanaan dan penilaian yang baik. Sejak tiga tahun terakhir sejak hostilities beruntun setelah Kesepakatan Perdamaian ditanda tangani, tekanan untuk menghasilkan pemasukan legal dan extralegal serta kesempatan bekerja telah meningkat di berbagai tempat di Aceh. Hal ini terutama di area yang terkena dampak Tsunami dan bantuan pasca-bencana terbatas. Katerlalu bupaten yang mendekati batasan seperti Singkil, Subulussalam, Aceh Timur, dan Aceh Utara, yang juga termasuk sebagai area yang tingkat pertumbuhan minyak kelapa sawitnya terbesar di dalam kategori ini, sebagaimana banyaknya area tanah rendah di pedalaman yang tidak memakan korban manusia atau harta terlalu besar semasa Tsunami. Karena meningkatnya desentralisasi dari otoritas di Aceh dan Indonesia secara keseluruhan, kepemerintahan lokal secara aktif mencari kelapa sawit serta pengembangan tanaman perkebunan lainnya tanpa tergantung pada bimbingan dari tingkat propinsi atau nasional sebagaimana sebelumnya. Contohnya, mantan bupati dan kepala Departemen Perkebunan dari kotamadya yang baru diciptakan, Subulussalam, saat ini menunjukkan pada sebuah wawancara bahwa ada rencana yang sudah berjalan untuk meningkatkan wilayahkonsesi untuk meningkatkan kelapa sawit HGUs dari jumlah yang sekarang 25,000 hektar ke lebih dari 50,000 hectares, dari seluruh total tanah area 112,000 hektar. Pembangunan semacam ini terjadi dengan pengenalan keadaan lokal yang minim terhadap RSPO dan prinsip-prinsip serta praktek-praktek untuk minyak kelapa sawit yang berkelanjutan.

8. Keberadaan dari sumber investasi dalam ekspansi minyak kelapa sawit berkelanjutan di

Aceh pelan dan diganggu oleh persepsi resiko tinggitidak aman, penumpukan pinjaman yang tidak berjalan, serta kurangnya promosi dan koordinasi investor yang efektif. Aceh tidak dianggap sebagai prioritas tinggi dalam urutan prioritas investasi dibandingkan dengan bagian Sumatera lainnya yang pertumbuhannya dianggap cepat seperti Riau dan kebanyakan dari Kalimantan. Hal ini merupakan keadaannya untuk banyak bagian dari Aceh karena tidak stabilnya keadaan politik, meningkatnya kompleksitasnya dan biaya operasional yang lebih tinggi di daerah-daerah pasca konflik Aceh. Seperti disebutkan sebelumnya, menumpuknya pinjaman yang tidak berjalan oleh perusahaan-perusahaan perkebunan yang kebanyakan dikarenakan era konflik terus menghambat pemulihan dan pertumbuhan industrinya. Dengan perkecualian daerah diperbatasan seperti Singkil, kebanyakan dari pemain industry sektor minyak kelapa sawit berupaya untuk memperluas lebih lanjut d Aceh merupakan mereka yang sudah berdiri dengan perkebunan yang besar seperti Astra Agro, Socfindo, Ubertraco, dan Boswa Megalopolis. Dengan perkecualian perusahaan Malaysia IK Plantations dan Express Reliance Prarencana, Laporan dan Rekomendasi: Strategi Pembangunan Minyak Kelapa Sawit yang Berkelanjutan untuk Aceh Green 2008 20 yang telah mendapatkan Izin Prinsips atau memiliki HGU yang ada sejak tahun terakhir. Perusahaan-perusahaan ini telah memilih untuk berinvestasi setelah upaya yang gigih untuk membina hubungan yang baik dengan pemimpin pemerintah Aceh serta diskon harga asset yang besar dibandingkan ke bagian lain dari Indonesia. Tetapi, mereka dan para pemain lokal yang sudah mapan menerima dukungan teknis dan administrasi yang minimal dari badan-badan promosi investasi propinsi seperti the Investment Coordination Agency BKPMDatau the Investor Outreach Office IOO. 9. Infrastruktur public yang mendukung untuk pembangunan sektor kelapa sawit berkelanjutan seperti saluran pipa feeder, tank farms, dan jalanan panen difisien. Pada saat ini, kebanyakan Bandar kota kecil yang dianggap kunci tempat berlabuh ie., Calang, Meulaboh, Singkil, and Langsa tidak siap untuk menangani CPO yang ada dan yang diproyeksikan untuk diproduksi dalam beberapa tahun kedepan, dengan pengertian peralatan percampuran blending, kapasitas penyimpanan tank, serta drayage pelabuhan untuk dapat menerima kapal pengangkut barang yang lebih besar. Sebagai konsekwensi, kebanyakan CPO dikirimkan keluar dari Aceh melalui darat dengan kendaraan truk-truk dalam keadaan mentah atau bentuk CPO, sering melalui jarak yang begitu panjang. Hal ini berarti kualitas produk dapat dikurangi dan sering berakibat pengurangan harga pada terminal obral harga di Sumatera Utara.

10. Kurangnya konsistensi dalam kesehatan dan keamanan pekerjaan, udara, air, control