TA : Rancang Bangun Aplikasi Analisis Kebutuhan Pengembangan Dosen Berbasis Kompetensi Pada STIKOM Surabaya.

(1)

RANCANG BANGUN APLIKASI ANALISIS

KEBUTUHAN PENGEMBANGAN DOSEN BERBASIS

KOMPETENSI PADA STIKOM SURABAYA

TUGAS AKHIR

Program Studi S1 Sistem Informasi

Oleh:

DEWANGGA PRAMANANDA S. 12410100033

FAKULTAS TEKNOLOGI DAN INFORMATIKA

INSTITUT BISNIS DAN INFORMATIKA STIKOM SURABAYA 2016


(2)

1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada era teknologi ini, tentunya peran sistem informasi dan internet banyak digunakan untuk menunjang kebutuhan-kebutuhan perusahaan agar dapat bersaing. Tetapi sistem informasi itu sendiri tentunya butuh bantuan fasilitas dan sumber daya manusia yang baik agar dapat berjalan dengan lancar. Karyawan merupakan salah satunya dari sumber daya manusia yang ada nantinya harus memiliki kemampuan yang sesuai dengan bidangnya. Agar karyawan tersebut dapat memiliki kemampuan yang sesuai dengan kebutuhan dalam bidangnya, maka dibutuhkan pelatihan yang dapat menunjang kemampuan seorang karyawan tersebut untuk menunjang kinerjanya dalam pekerjaannya. Pelatihan adalah jantung dari upaya berkelanjutan untuk meningkatkan kompetensi karyawan dan kinerja organisasi (Mondy, 2008:210).

Stikom Surabaya merupakan suatu lembaga pendidikan tinggi atau Institut yang konsen pada bidang komputer atau teknologi informasi. Stikom Surabaya saat ini memiliki jumlah dosen lebih dari 60 dosen yang mengajar pada 2 fakultas yang ada serta 10 program studi dari masing-masing fakultas yang ada. Dosen yang ada pada Stikom Surabaya bisa mengajar lebih dari 1 mata kuliah dan bisa mengajar lebih dari 1 program studi sesuai dengan kompetensi yang dimiliki dari masing-masing dosen itu sendiri.

Saat ini, dosen memiliki kegiatan utama yaitu melakukan kegiatan mengajar mata kuliah pada jurusan yang sesuai dengan kompetensi tiap dosennya.


(3)

Dosen yang melakukan kegiatan mengajar, berdasarkan dari kurikulum yang sudah ditetapkan oleh pemerintah dan pihak kampus. Dosen yang mengajar tidak hanya dosen yang tetep berada di Stikom Surabaya melainkan ada juga dosen yang tidak tetap atau dosen luar. Selama ini dosen yang mengajar harus memiliki kompetensi yang sudah ditetapkan oleh pihak Akademik Stikom Surabaya. Kompetensi tersebut merupakan dasar-dasar yang nanti dapat digunakan oleh dosen sebagai bahan untuk mengajar.

Kompetensi dosen mengacu pada Standar Nasional Pendidikan Tinggi yang telah diatur dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Permendikbud) pada pasal 25-29 menerangkan bahwa kompetensi pendidik dinyatakan sertifikat pendidik dan atau sertifikat profesi. Standar untuk kompetensi dosen dapat diukur dengan aspek-aspek yang tercantum dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional yaitu penilaian persepsional dari atasan, sejawat, mahasiswa dan diri sendiri tentang kepemilikan kompetensi pedagogik, profesional, sosial dan kepribadian.

Program Studi S1 Sistem Informasi sampai penelitian ini diusulkan, belum mempunyai mekanisme dalam mengukur kompetensi dosen sesuai dengan 4 kompetensi dari standar yang telah ditetapkan oleh mentri. Kompetensi dosen saat ini diukur melalui angket yang disebarkan kepada mahasiswa, dengan konten yang belum sesuai dengan 4 kompetensi dari standar yang telah ditetapkan oleh mentri. Dengan fakta yang ada, maka dapat disimpulkan bahwa Program Studi S1 Sistem Informasi belum dapat mengukur kompetensi dosen sesuai dengan standar mentri. Resiko yang akan muncul pada fakta ini adalah belum diketahuinya kompetensi dosen Program Studi S1 Sistem Informasi.


(4)

Program pengembangan profesionalisme dosen adalah salah satu cara untuk mengembangkan kompetensi dari dosen yang disebutkan pada UU No.14 tahun 2005 yaitu dosen adalah pendidik professional. Pada UU No.14 tahun 2005 pasal 69 menyatakan pembinaan dan pengembangan profesi dosen meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi professional. Untuk mengembangkan beberapa kompetensi tersebut perlu dilakukan pelatihan yang menunjang aspek-aspek dari setiap kompetensi tersebut.

Untuk mendukung pengembangan profesionalisme di kalangan dosen Program Studi S1 Sistem Informasi, maka penelitian ini mengusulkan sebuah sistem untuk mengukur kompetensi dosen dan menganalisis kebutuhan pelatihan untuk mengembangankan kompetensi dosen. Sistem ini membantu dalam mengumpulkan hasil kuisioner (angket) pengukuran kompetensi dosen dan melakukan analisis kebutuhan pelatihan menggunakan analisis kesenjangan (gap analysis). Analisis kesenjangan dilakukan dengan cara membandingkan hasil kuisioner dengan standar nilai kompetensi dari pihak yang berwenang. Harapannya aplikasi ini dapat membantu Kepala Prodi dalam menentukan pengembangan apa yang tepat dan sesuai dengan masing-masing dosen agar nantinya kinerja dari setiap dosen dapat terus mengalami peningkatan serta pekerjaan yang dilakukan oleh dosen dapat lebih efektif dan sesuai dengan tujuan dari masing-masing prodi. Aplikasi ini nantinya akan menentukan pengembangan berdasarkan gap yang ada antara kompetensi yang ada pada saat ini dan kondisi standar yang telah ditentukan oleh Kepala Prodi.


(5)

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan yaitu bagaimana membangun aplikasi yang dapat membantu menentukan kebutuhan pengembangan dosen berbasis kompetensi yang tepat untuk seluruh dosen pada masing-masing prodi di Stikom Surabaya.

1.3 Batasan Masalah

Agar ruang lingkup dan pembahasan fokus, permasalahan dalam penelitian ini dibatasi sebagai berikut:

1. Analisis kebutuhan pengembangan yang direncanakan hanya untuk dosen tetap di Stikom Surabaya.

2. Tidak membahas mengenai penjadwalan dan evaluasi pengembangan. 3. Hasil penilaian pada aplikasi menghasilkan kebutuhan pengembangan

untuk pengembangan dosen Prodi Sistem Informasi.

4. Standar dan elemen kompetensi ditentukan oleh Kepala Prodi Sistem Informasi.

5. Data yang digunakan untuk penelitian ini adalah dari Prodi Sistem Informasi.

6. Diasumsikan seluruh mahasiswa pada masing-masing prodi dapat mengisi kuisioner untuk dosen pada prodi yang sama.

7. Diasumsikan data dosen, mahasiswa, dan semester diambil dari Sistem Informasi Akademik Stikom Surabaya.


(6)

1.4 Tujuan

Berdasarkan uraian latar belakang masalah dan rumusan masalah, maka tujuan dari penelitian ini adalah menghasilkan aplikasi analisis kebutuhan pengembangan dosen berbasis kompetensi untuk seluruh dosen pada masing-masing prodi di Stikom Surabaya.

1.5 Manfaat

Manfaat yang diharapkan dengan adanya aplikasi analisis kebutuhan penataran berbasis kompetensi ini adalah sebagai berikut:

1. Kepala Prodi dapat mengetahui kebutuhan pengembangan yang diperlukan oleh seluruh dosen dengan tepat.

2. Dosen akan mendapatkan pengetahuan dan keterampilan yang tepat dalam melaksanakan tugasnya dalam mengajar maupun hal yang berhubungan dengan pekerjaannya sebagai dosen.

3. Pengajaran kepada mahasiswa menjadi lebih efektif. 4. Tingkat kelulusan mahasiswa menjadi meningkat.

1.6 Sistematika Penulisan

Untuk memberikan gambaran menyeluruh terhadap maslaah yang dibahas, maka sistematika penulisan dibagi kedalam beberapa bab yaitu :

BAB I : PENDAHULUAN

Pada bab ini menjelaskan tentang latar belakang masalah yang ada, perumusan masalah, batasan masalah, tujuan, manfaat, serta sistematika penulisan laporan tugas akhir ini.


(7)

Pada bab ini berisi tentang teori-teori yang dianggap mendukung dan digunakan dalam proses analisis maupun sampai proses perancangan dan pembuatan aplikasi yang digunakan untuk penyelesaian masalah pada perusahaan.

BAB III : ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM

Pada bab ini diuraikan mengenai perancangan sistem yang terdiri atas penjelasan dari analisa permasalahan, perancangan sistem, data flow diagram, entity relationship diagram, struktur basis data serta desain input dan output.

BAB IV : IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

Pada bab ini berisi tentang uraian implementasi dari perancangan yang telah dilakukan dan menjelaskan tentang evaluasi dari system yang dibuat.

BAB V : PENUTUP

Pada bab ini dijelaskan tentang penutup yang berisi kesimpulan setelah aplikasi selesai dibuat dan saran untuk proses pengembangan berikutnya.

LAMPIRAN : Dalam bagian ini penulis menyertakan beberapa lampiran yang akan menunjang laporan tugas akhir yang telah dibuat.


(8)

7

LANDASAN TEORI

1.1 Aplikasi

Menurut Jogiyanto (2003), aplikasi adalah perangkat lunak yang digunakan untuk melayani berbagai macam kebutuhan. Teknologi canggih dari sebuah perangkat keras akan berfungsi bila diberi instruksi-instruksi tertentu. Instruksi-instruksi yang diberikan disebut dengan perangkat lunak (software).

1.2 Pelatihan

Pelatihan adalah proses dimana individu mendapatkan kapabilitas untuk mencapai tujuan organisasi (Mathis & Jackson, 2006). Sebelum melaksanakan pelatihan, organisasi perlu memahami orientasi dalam pelatihan. Orientasi pelatihan adalah usaha membantu para pegawai agar dapat beradaptasi dengan situasi atau lingkungan bisnis tertentu dalam suatu organisasi. Jadi, dapat disimpulkan bahwa pelatihan yang dikhususkan pada orientasi adalah suatu kegiatan yang dilakukan organisasi untuk mengetahui tingkat keterampilan dan kecakapan pegawainya agar setiap pegawai mampu menunjukkan prestasi kerjanya. Terdapat tiga jenis pelatihan yang telah ditetapkan. yaitu:

1. Pengetahuan (Knowledge), jenis pelatihan ini berfokus pada penanaman dan perincian informasi kognitif untuk peserta pelatihan.

2. Keterampilan (Skill), jenis pelatihan keterampilan dilakukan untuk mengembangkan perubahan perilaku dalam menjalankan tugas dan tanggung jawab.


(9)

3. Sikap (Attitude), jenis pelatihan ini dilakukan untuk menciptakan kesadaran pegawai terhadap pentingnya pelatihan.

Dalam melaksanakan pelatihan, organisasi perlu memperhatikan langkah-langkah pelatihan. Menurut Dessler (2006), pelatihan terdiri atas lima langkah, yaitu:

1. Analisis kebutuhan pelatihan, yaitu proses yang dilakukan untuk mengetahui keterampilan dan kebutuhan peserta pelatihan. Hasil analisis kebutuhan pelatihan digunakan untuk mengembangkan pengetahuan dan prestasi.

2. Perencanaan instruksi pelatihan, yaitu proses untuk memutuskan, menyusun, dan menghasilkan isi program pelatihan.

3. Validasi pelatihan, yaitu proses penyajian konsep pelatihan kepada beberapa orang yang mewakili.

4. Penerapan pelatihan, yaitu proses pelaksanaan pelatihan kepada peserta pelatihan.

5. Evaluasi pelatihan, yaitu proses penilaian yang dilakukan pihak manajemen terhadap keberhasilan atau kegagalan program pelatihan.

1.3 Analisis Kebutuhan Pelatihan (Training Need Analysis)

Menurut Rivai dan Sagala (2009), analisis kebutuhan pelatihan adalah suatu rumusan awal untuk menentukan masalah saat ini dan tantangan masa depan yang harus dipenuhi oleh program pelatihan. Analisis kebutuhan pelatihan merupakan analisis kebutuhan workplace secara spesifik untuk menentukan prioritas kebutuhan pelatihan yang sebenarnya. Hasil dari analisis kebutuhan pelatihan dapat membantu perusahaan dalam menggunakan sumber daya (waktu, dana, dan lain-lain) secara efektif dan efisien.


(10)

Hariandja (2007) mengatakan bahwa analisis kebutuhan pelatihan dan pengembangan sangat penting, rumit, dan sulit. Hal ini karena apabila pelatihan tidak sesuai dengan kebutuhan, maka tidak ada peningkatan kemampuan dalam organisasi dan juga akan terjadi pemborosan biaya. Perusahaan harus menganalisis kompetensi yang ada saat ini dengan kebutuhan kompetensi perusahaan berdasarkan perubahan situasi perusahaan. Menurut Panggabean (2004), tujuan dari analisis kebutuhan pelatihan adalah sebagai berikut:

1. Mengidentifikasi keterampilan pegawai untuk meningkatkan kinerja dan produktivitas perusahaan.

2. Menganalisis karakteristik calon peserta pelatihan untuk menyelaraskan program pelatihan dengan tingkat pendidikan, pengalaman, sikap, dan keterampilan setiap pegawai.

3. Mengembangkan pengetahuan secara objektif. Perusahaan meyakini bahwa pelatihan dapat meningkatkan kinerja perusahaan.

1.4 Dimensi Kebutuhan pada Analisis Kebutuhan Pelatihan

Menurut Bintoro dan Daryanto (2014), terdapat tiga dimensi yang perlu diperhatikan dalam melakukan analisis kebutuhan pelatihan. Dimensi kebutuhan tersebut meliputi:

1. Kebutuhan organisasi secara makro.

Kebutuhan organisasi ditentukan berdasarkan hasil analisis yang dilakukan secara keseluruhan terhadap kondisi sumber daya manusia organisasi saat ini dengan kebutuhan perusahaan. Hasil analisis tersebut digunakan sebagai acuan dalam menjabarkan program-program pelatihan.


(11)

2. Kebutuhan unit kerja melalui tingkatan manajemen operasional hingga manajerial.

Kebutuhan tingkat unit kerja terdiri atas dua hal, yaitu pertama, mengidentifikasi kebutuhan kompetensi tiap pegawai dalam menjalankan tugasnya sesuai dengan fungsi organisasi. Kedua, mengukur tingkat penguasan pegawai terhadap keterampilan, pengetahuan, dan sikap yang dimiliki sesuai dengan pelaksanaan tugasnya.

3. Kebutuhan per individu.

Kebutuhan ini mengacu pada hasil analisis kebutuhan pelatihan tingkat individu. Kebutuhan tingkat individu dilakukan dengan mengidentifikasi kebutuhan individu sesuai jabatannya.

1.5 Kompetensi

Menurut Simanjuntak (2005), kompetensi adalah kemampuan dan keterampilan pegawai dalam melaksanakan pekerjaannya. Kompetensi tiap individu dapat dipengaruhi oleh kemampuan dan keterampilan kerja serta motivasi dan etos kerja. Menurut Spencer dan Spencer (Setyowati, 2010), kompetensi terbagi atas dua kategori, yaitu threshold competencies dan differentiating competencies. Threshold competencies adalah karakteristik utama yang harus dimiliki seseorang agar dapat melaksanakan pekerjaannya. Namun, karakteristik tersebut tidak untuk membedakan kinerja seseorang. Sedangkan differentiating competencies adalah faktor-faktor yang membedakan tingkat kinerja seseorang. Sebagai contoh, seorang dokter harus mempunyai kemampuan utama mendiagnosa penyakit, hal tersebut berada dalam kategori threshold competencies. Namun, apabila seorang dokter dapat melayani dengan baik dan


(12)

ramah, solusi yang diberikan tepat, dan disiplin sehingga dapat dibedakan tingkat kinerjanya, maka hal tersebut berada dalam kategori differentiating competencies.

Berdasarkan konsep-konsep dasar kompetensi yang diungkapkan Spencer dan Spencer, terdapat beberapa pedoman untuk mengembangkan sistem kompetensi, yaitu:

1. Identifikasi pekerjaan atau postsi-postsi kerja untuk pembuatan model kompetensi.

2. Melakukan analisis proses kerja pada suatu posisi pekerjaan tertentu.

3. Melakukan survei mengenai kompetensi yang dibutuhkan.

4. Membuat daftar jenis-jenis kompetensi berdasarkan kompetensi yang dibutuhkan.

5. Uraikan makna setiap jems kompetensi yang telah dituliskan untuk menyamakan persepsi pada suatu jenis kompetensi.

6. Menentukan skala tingkat penguasaan kompetensi yang ingin dibuat. Sebagai contoh skala 1 (sangat rendah), skala 2 (rendah), 3 (sedang), 4 (baik), dan 5 ( sangat baik) atau dengan menggunakan skala basic, intermediate, dan advanced.

Menurut Manopo (2011), terdapat dua pendekatan kompetensi yang dapat diimplementasikan pada organisasi. Pendekatan tersebut adalah sebagai berikut:

1. Model kompetensi merupakan kombinasi perilaku antara pengetahuan, keterampilan dengan kebutuhan karakteristik untuk menunjukkan kinerja yang sesuai dalam organisasi.


(13)

2. Sekumpulan perilaku yang diamati secara spesifik bagi pegawai dalam melaksanakan tugasnya.

1.6 Kompetensi Guru dan Dosen

Menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional pada pasal 3 yang menyatakan bahwa Sertifikasi dosen dilaksanakan melalui uji kompetensi untuk memperoleh sertifikat pendidik. Uji kompentesi sebagaimana dimaksud adalah dilakukan dalam bentuk penilaian portofolio. Penilaian portofolio sebagaimana dimaksud adalah dilakukan untuk menentukan pengakuan atas kemampuan profesional dosen, dalam bentuk penilaian terhadap kumpulan dokumen yang mendiskripsikan (Permendiknas No.47 Tahun 2009):

a. kualifikasi akademik dan unjuk kerja Tri Dharma Perguruan Tinggi

b. penilaian persepsional dari atasan, sejawat, mahasiswa dan diri sendiri tentang kepemilikan kompetensi pedagogik, profesional, sosial dan kepribadian. c. pernyataan diri tentang kontribusi dosen yang bersangkutan dalam

pelaksanaan dan pengembangan perguruan tinggi.

1.7 Standar Dosen dan Pendidikan

Standar Nasional Pendidikan, adalah kriteria minimal tentang pembelajaran pada jenjang pendidikan tinggi di perguruan tinggi di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia. Instrumen penilaian terdiri atas penilaian proses dalam bentuk rubrik dan/atau penilaian hasil dalam bentuk portofolio atau karya desain Penilaian sikap dapat menggunakan teknik penilaian Observasi Penilaian penguasaan pengetahuan, keterampilan umum, dan keterampilan khusus dilakukan dengan memilih satu atau kombinasi dari berbagi


(14)

teknik dan instrumen penilaian Hasil akhir penilaian merupakan integrasi antara berbagai teknik dan instrumen penilaian yang digunakan. Pada pasal 25-29 menyatakan (Permendikbud No. 49 Tahun 2014):

a. Dosen wajib memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk menyelenggarakan pendidikan dalam rangka pemenuhan capaian pembelajaran lulusan.

b. Kompetensi pendidik dinyatakan dengan sertifikat pendidik, dan/atau sertifikat profesi.

1.8 Pendidikan dan Pelatihan Berbasis Kompetensi

Menurut Setyowati (2010), pendidikan dan pelatihan berbasis kompetensi (PPBK) merupakan salah satu pendekatan dalam pengembangan sumber daya manusia (SDM) yang berfokus pada hasil akhir (outcome). PPBK dilaksanakan untuk mengembangkan kemampuan dan keterampilan seseorang secara khusus untuk mencapai target kinerja (performance target) yang telah ditetapkan. Tujuan dilaksanakannya PPBK, yaitu:

a. Menghasilkan kompetensi untuk mencapai standar suatu pekerjaan atau jabatan.

b. Menelusuri kompetensi yang telah dicapai. Hasil dari PPBK dihubungkan dengan empat kebutuhan, diantaranya adalah:

a. Standar kompetensi.

b. Program pendidikan dan pelatihan. c. Kebutuhan multi-skilling.


(15)

1.9 Undang-Undang Tentang Guru dan Dosen

Dalam undang-undang nomer 14 tahun 2005 menjelaskan bahwa Dosen adalah pendidik profesional dan ilmuwan dengan tugas utama mentransformasikan, mengembangkan, dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni melalui pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat. Pada pasal 69 yaitu bagian kelima pembinaan dan pengembangan ada beberapa poin yaitu (Undang-Undang No.14 Tahun 2005):

a. Pembinaan dan pengembangan dosen meliputi pembinaan dan pengembangan profesi dan karier.

b. Pembinaan dan pengembangan profesi dosen sebagaimana dimaksud pada poin a meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional.

c. Pembinaan dan pengembangan profesi dosen dilakukanmelalui jabatan fungsional sebagaimana dimaksud pada ayat poin a.

d. Pembinaan dan pengembangan karier dosen sebagaimana dimaksud pada poin a meliputi penugasan, kenaikan pangkat, dan promosi.

1.10 Pengembangan dan Peningkatan Kualitas Dosen

Menurut M. Musfiqon (Pengembangan dan peningkatan kualitas dosen sangat penting dalam rangka meningkatkan kualitas sumber daya manusia melalui perguruan tinggi. Pentingnya pengembangan dan peningkatan kualitas dosen dilatar belakangi dua hal: Pertama, tuntutan terhadap pencapaian target akhir pendidikan tinggi yaitu menghasilkan sumber daya manusia Indonesia yang berkualitas tinggi sebagaimana tujuan pendidikan nasional. Dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional disebutkan, pendidikan nasional


(16)

bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (Undang-undang no. 20 tahun 2003).

1.11 Kompetensi Pedagogik

Pengertian Kompetensi pedagogik dalam Standar Nasional Pendidikan seperti yang dikutip oleh Mukhlis (2009: 75) adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. Kompetensi pedagogik ini termasuk dalam pengembangan kemampuan dalam pengajaran.

Berikut ini merupakan pernyataan untuk kompetensi pedagogik adalah (perbanas,2010):

a. Kesungguhan dalam mempersiapkan perkuliahan

b. Keteraturan dan ketertiban penyelenggaraan perkuliahan c. Kemampuan mengelola kelas

d. Kedisiplinan dan kepatuhan terhadap aturan akademik e. Penguasaan media dan teknologi pembelajaran

f. Kemampuan melaksanakan penilaian prestasi belajar mahasiswa g. Objektivitas dalam penilaian terhadap mahasiswa

h. Kemampuan membimbing mahasiswa


(17)

1.12 Kompetensi Profesional

Standar Nasional Pendidikan, penjelasan pasal 28 ayat 3 butir C dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkan membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam Standar Nasional Pendidikan (Standar Nasional Pendidikan tahun 2013). Sedangkan PP Nomer 74 tahun 2008 menjabarkan bahwa kompetensi profesional guru atau dosen merupakan kemampuan guru atau dosen dalam menguasai pengetahuan bidang ilmu pengetahuan, teknologi, atau seni dan budaya yang diampu (Peraturan Presiden no. 74 tahun 2008).

Berikut ini merupakan pernyataan untuk kompetensi profesional adalah (perbanas,2010):

1. Penguasaan bidang keahlian yang menjadi tugas pokoknya

2. Kemampuan menjelaskan keterkaitan bidang/topik yang diajarkan dengan bidang/topik lain

3. Kemampuan menjelaskan keterkaitan bidang keahlian yang diajarkan dengan konteks kehidupan

4. Penguasaan isu-isu mutakhir dalam bidang yang diajarkan

5. Kesediaan melakukan refleksi dan diskusi (sharing) permasalahan pembelajaran yang dihadapi dengan kolega

6. Pelibatan mahasiswa dalam penelitian/kajian dan atau pengembangan/rekayasa/desain yang dilakukan dosen

7. Kemampuan mengikuti perkembangan Ipteks untuk pemutakhiran pembelajaran


(18)

8. Keterlibatan dalam kegiatan ilmiah organisasi profesi

1.13 Kompetensi Sosial

Kompetensi sosial adalah kemampuan guru atau dosen sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar. hal tersebut sudah dijelaskan dalam Standar Nasional Pendidikan pada penjelasan pasal 28 ayat 3, butir d. hal tersebut diuraikan lebih lanjut dalam RPP tentang guru atau dosen, bahwa kompetensi sosial merupakan kemampuan guru atau dosen sebagai bagian dari masyarakat, yang sekurang-kurangnya memiliki kompetensi untuk (Standar Nasional Pendidikan tahun 2013): a. Berkomunikasi baik secara lisan, tulisan, dan isyarat.

b. Menggunakan teknologi komunikasi dan informasi secara fungsional.

c. Bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta didik.

d. Bergaul secara santun dengan masyarakat sekitar.

Berikut ini merupakan pernyataan untuk kompetensi sosial adalah (perbanas,2010):

1. Kemampuan menyampaikan pendapat

2. Kemampuan menerima kritik, saran, dan pendapat orang lain 3. Mudah bergaul di kalangan sejawat, karyawan, dan mahasiswa 4. Mudah bergaul di kalangan masyarakat


(19)

1.14 Kompetensi Kepribadian

Menurut Mulyasa dalam bukunya Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru (2007:117) Kompetensi Kepribadian adalah kemampuan yang melekat dalam diri pendidik secara mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa menjadi teladan bagi anak didik, dan berakhlak mulia. Menurut Stori, djamar dalam bukunya Profesi Keguruan (2011: 2.5) Kompetensi kepribadian adalah kompetensi yang berkaitan dengan perilaku pribadi guru itu sendiri yang kelak harus memiliki nilai-nilai luhur sehingga terpancar dalam perilaku sehari-hari.

Berikut ini merupakan pernyataan untuk kompetensi kepribadian adalah (perbanas,2010):

1. Kewibawaan sebagai pribadi dosen 2. Kearifan dalam mengambil keputusan

3. Menjadi contoh dalam bersikap dan berperilaku 4. Satunya kata dan tindakan

5. Kemampuan mengendalikan diri dalam berbagai situasi dan kondisi 6. Adil dalam memperlakukan sejawat, karyawan, dan mahasiswa

1.15 Penilaian Berbasis Kompetensi

Menurut Fletcher (2005), penilaian berbasis kompetensi adalah suatu kegiatan pengumpulan bukti untuk menunjukkan seseorang dapat berperilaku sesuai dengan standar yang ditetapkan dalam jabatan tertentu. Penilaian berbasis kompetensi akan menghasilkan nilai kompeten dan nilai belum kompeten pada setiap jenis kompetensi. Setiap individu dapat dikatakan kompeten apabila telah mencapai persyaratan level kompetensi. Menurut Spencer (Manopo, 2011), untuk


(20)

mencapai suatu level kompetensi, individu harus bersikap dan berperilaku sesuai dengan indikator perilaku setiap level kompetensi.

Penentuan level kompetensi dilakukan dengan mengukur persentase tingkat kemampuan dari tiap indikator perilaku. Tingkat kemampuan setiap indikator perilaku dibagi atas empat kategori, yaitu tidak mampu, mampu menyelesaikan beberapa langkah dengan benar, mampu menyelesaikan sebagian besar pengujian, dan mampu memenuhi seluruh kebutuhan kompetensi. Apabila jumlah persentase yang dimiliki individu S=20% (tidak mampu), S=40% (mampu menyelesaikan beberapa langkah dengan benar), S=60% dan S=79% (mampu menyelesaikan sebagian besar pengujian), maka jumlah tersebut dikatakan belum mencapai level kompetensi dan perlu diadakan sebuah pelatihan. Namun, apabila jumlah persentase ~ 80%, maka individu tersebut mampu mencapai suatu level kompetensi.

1.16 Skala Pengukuran Likert

Menurut Riduwan (2007), Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau kelompok tentang kejadian atau kegajala sosial. Dalam penelitian gejala sosisal ini tekah ditetapkan secara spesifik oleh peneliti, yang selanjutnya disebut sebagai variabel penelitian.

Dengan menggunakan skala likert, maka variabel yang akan diukur telah dijabarkan menjadi dimensi, dimensi dijabarkan menjadi sub variabel kemuadian sub variabel dijabarkan lagi menjadi indikator-indikator yang daapat diukur. Akhirnya indikator-indikator yang terukur ini dapat dijadikan titik tolak untuk membuat item instrumen yang berupa pertanyaan atau pernyataan yang perlu


(21)

dijawab oleh responden. Setiap jawaban dihubungkan dengan bentuk pernyataan atau dukungan sikap yang diungkapkan dengan kata-kata berikut ini:

 Pernyataan Positif

o Sangat Setuju (SS) = 5

o Setuju (S) = 4

o Netral (N) = 3 o Tidak Setuju (TS) = 2 o Sangat Tidak Setuju (STS) = 1  Perhitungan Skor

o Skor Total = Jumlah Skor Jumlah Responden

1.17 Analisis Kesenjangan (Gap Analysis)

Gap analysis merupakan salah satu alat yang digunakan untuk

mengevaluasi kinerja atau kompetensi pada sebuah perusahaan, khususnya dalam upaya penyediaan pelayanan pendidikan yang baik. Hasil analisis tersebut dapat menjadi sebuah input yang berguna bagi perencanaan dan penentuan prioritas untuk sebuah pengembangan di masa yang akan datang. Selain itu, gap analysis atau analisis kesenjangan juga merupakan salah satu langkah penting dalam tahapan perencanaan maupun tahapan evaluasi kinerja atau kompetensi. Metode ini merupakan salah satu metode yang umum digunakan dalam pengelolaan manajemen internal suatu lembaga. Secara harafiah kata “gap” mengindikasikan adanya suatu perbedaan (disparity) antara satu hal dengan hal lainnya.


(22)

Di bidang bisnis dan manajemen, gap analysis diartikan sebagai suatu metode pengukuran bisnis yang memudahkan perusahaan untuk membandingkan kinerja actual dengan kinerja potensialnya. Dengan demikian, perusahaan dapat mengetahui sektor, bidang, atau kinerja yang sebaiknya diperbaiki, ditingkatkan maupun dikembangkan. Gap analysis bermanfaat untuk mengetahui kondisi terkini dan tindakan apa yang akan dilakukan dimasa yang akan datang.

Gap analysis sering digunakan di bidang manajemen dan menjadi salah satu alat yang digunakan untuk mengukur kualitas pelayanan (quality of services). Bahkan, pendekatan ini paling sering digunakan di Amerika Serikat untuk memonitor kualitas pelayanan. Model yang dikembangkan oleh Parasuraman, Zeithaml dan Berry (1985) ini memiliki lima gap (kesenjangan), yaitu:

1. Kesenjangan antara persepsi manajemen atas ekspektasi konsumen dan ekspektasimkonsumen akan pelayanan yang seharusnya diberikan oleh perusahaan.

2. Kesenjangan antara persepsi manajemen atas ekspektasi konsumen dan penjabaran persepsi tersebut menjadi spesifikasi kualitas pelayanan atau standar pelayanan.

3. Kesenjangan antara standar pelayanan tersebut dan pelayanan yang diberikan. 4. Kesenjangan antara pelayanan yang diberikan dengan informasi eksternal

yang diberikan kepada konsumen atau pelayanan yang dijanjikan kepada konsumen.

5. Kesenjangan antara tingkat pelayanan yang diharapkan oleh konsumen dengan kinerja pelayanan aktual.


(23)

1.18 Perhitungan Analisis Kesenjangan

Terdapat beberapa bentuk analisis kesenjangan yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat kompetensi dosen dalam melakukan pengajaran didalam kelas. Bentuk gap analysis tersebut berbeda-beda, tergantung dari penerapan dan fungsinya. Dalam bidang pendidikan juga dapat mengadopsi model kesenjangan yang dikembangkan oleh Parasuraman, Zeithaml dan Berry (1985) dengan melakukan penyesuaian. Dalam konteks untuk menentukan kompetensi dosen serta pengembangan yang tepat, pihak kampus yang bertindak sebagai perusahaan, sementara mahasiswa, dosen dan kepala prodi (kaprodi) adalah pengguna. Dengan demikian, model kesenjangan Parasuraman, Zeithaml, dan Berry (1985) dimodifikasi menjadi:

1. Kesenjangan antara persepsi kepala prodi atas ekspektasi dosen akan kompetensi dosen yang diberikan oleh dosen tersebut ketika melakukan pengajaran.

2. Kesenjangan antara persepsi dosen atas ekspektasi dosen itu sendiri akan kompetensi yang telah diberikannya ketika melakukan pengajaran.

3. Kesenjangan antara persepsi mahasiswa atas ekspektasi dosen akan kompetensi dosen yang diberikan oleh dosen tersebut ketika melakukan pengajaran.

Penyebaran kuesioner atau wawancara terfokus terhadap dosen, kaprodi dan mahasiswa yang terkait dengan kompetensi dosen dalam melakukan pengajaran yang dimaksud Isi kuesioner dan wawancara disesuaikan dengan desain gap analysis yang akan dilakukan. Pertanyaan kuesioner dan wawancara mencakup aspek dan dimensi yang akan diukur. Dimensi kompetensi yang telah


(24)

dijelaskan di atas adalah kompetensi pedagogik, kompetensi profesional, kompetensi sosial dan kompetensi kepribadian.Untuk memudahkan pengukuran secara kuantitatif, maka setiap dimensi yang dinilai diberi skala atau skor sampai dengan 5. Analisis Data dengan menggunakan statistik deskriptif. Perhitungan rata-rata skor untuk setiap pasangan faktor yang sedang dikalkulasi kesenjangannya. Perhitungan rata-rata skor dilakukan dengan menggunakan formula berikut.

G = kualiatas yang ada – kualitas yang diharapkan Ketentuan Analisis Kesenjangan

 Apabila G > 0, maka kualitas kompetensi yang diharapkan lebih tinggi dari pada kualitas kompetensi yang ada. Dengan demikian, perlu diadakan pengembangan kompetensi dosen guna untuk meningkatkan kinerja dan kualitas pengajaran dosen.

 Apabila G < 0, maka kualitas kompetensi yang diharapkan lebih rendah dari pada kualitas kompetensi yang ada. Dengan demikian, Dosen dianggap telah mempunyai kompetensi yang baik.

 Apabila G = 0, maka kualitas yang diharapkan sama dengan kualitas kompetensi yang ada. Dengan demikian, Dosen dianggap telah memiliki kompetensi yang baik namun tetap perlu ditingkatkan.

1.19 Tahapan Software Development Life Cycle (SDLC)

System Development Life Cycle (SDLC) adalah suatu pendekatan yang berurutan atau sistematis yang digunakan untuk pengembangan perangkat lunak. Model ini juga disebut model waterfall yaitu model air terjun yang mempunyai


(25)

tahapan - tahapan yaitu communication, planning, modeling, construction, dan deployment.

Model ini berjalan secara sistematis dari tahap communication, planning, modeling, construction, dan deployment. Pressman menjelaskan tahapan-tahapan model Waterfall sebagai berikut (Pressman, 2015):

a. Comunication

Dalam model waterfall langkah pertama diawali dengan komunikasi dengan pihak konsumen/pengguna. Komunikasi ini adalah langkah penting karena menyangkut pengumpulan informasi tentang kebutuhan konsumen/pengguna.

b. Planning

Setelah proses communication ini, kemudian menetapkan rencana untuk pengerjaan software yang meliputi tugas-tugas teknis yang akan dilakukan, resiko yang mungkin terjadi, sumber yang dibutuhkan, hasil yang akan dibuat, dan jadwal pengerjaan.

c. Modeling

Pada proses modeling ini menerjemahkan syarat kebutuhan ke sebuah perancangan perangkat lunak yang dapat diperkirakan sebelum dibuat coding. Proses ini berfokus pada rancangan struktur data, arsitektur software, representasi interface, dan detail (algoritma) prosedural.

d. Construction

Construction merupakan proses membuat kode (code generation). Coding atau pengkodean merupakan penerjemahan desain dalam bahasa yang bisa dikenali oleh komputer. Programmer akan menerjemahkan transaksi yang diminta


(26)

oleh user. Tahapan inilah yang merupakan tahapan secara nyata dalam mengerjakan suatu software, artinya penggunaan komputer akan dimaksimalkan dalam tahapan ini. Setelah pengkodean selesai maka akan dilakukan testing terhadap sistem yang telah dibuat. Tujuan testing adalah menemukan kesalahan-kesalahan terhadap sistem tersebut untuk kemudian bisa diperbaiki.

e. Deployment

Tahapan ini bisa dikatakan final dalam pembuatan sebuah software atau sistem. Setelah melakukan analisis, desain dan pengkodean maka sistem yang sudah jadi akan digunakan user. Kemudian software yang telah dibuat harus dilakukan pemeliharaan secara berkala.

1.20 Kebutuhan Perangkat Lunak (Software Requirement)

Kebutuhan perangkat lunak diartikan sebagai properti yang ditampilkan dalam memecahkan beberapa masalah di dunia nyata (IEEE Computer Society, 2004). Kebutuhan ini menghasilkan desain perangkat lunak yang menjadi dasar untuk mengetahui tempat, aktor, dan kebutuhan layanan dalam sebuah sistem. Kebutuhan perangkat lunak ditentukan melalui empat tahapan, yaitu tahapan elisitasi kebutuhan, analisis kebutuhan masing-masing pengguna sistem, dan spesifikasi kebutuhan dari masing-masing pengguna sistem.

Tahap elisitasi kebutuhan merupakan tahap pertama yang harus dilakukan dalam membangun sebuah perangkat lunak. Prinsip dasar dari tahap elisitasi adalah melakukan komunikasi antar pemangku kepentingan secara efektif. Proses komunikasi ini digunakan sebagai acuan dalam membangun perangkat lunak. Dalam tahap elisitasi, dibutuhkan penjelasan mengenai ruang lingkup dari perangkat lunak yang akan dibangun.


(27)

Tahap analisis adalah tahapan yang digunakan untuk mendefinisikan kegiatan perangkat lunak dalam memenuhi kebutuhan pengguna. Analisis kebutuhan pengguna terdiri atas tiga proses. Proses-proses tersebut adalah: pertama, mendeteksi dan menyelesaikan permasalahan sesuai dengan kebutuhan perusahaan; kedua, menentukan batasan perangkat lunak; dan ketiga, menguraikan spesifikasi kebutuhan perangkat lunak.

Tahap spesifikasi kebutuhan adalah tahapan yang digunakan dalam pembuatan dokumen tentang perangkat lunak yang dibangun. Dalam dokumen tersebut membahas spesifikasi kebutuhan perangkat lunak yang dapat ditinjau secara sistematis, dievaluasi, dan disetujui.

1.21 Konstruksi Perangkat Lunak (Software Constructions)

Menurut IEEE Computer Society (2004), tahap ini adalah tahap melakukan konversi hasil desain perangkat lunak ke dalam sistem yang dibuat melalui pengkodean. Proses pengkodean yang dilakukan meliputi pembuatan basis data, pengkodean, perbaikan perangkat lunak, serta melakukan pengujian. Dalam tahap ini, terdapat beberapa langkah-langkah yang digunakan sebagai acuan. Langkah-langkah tersebut adalah sebagai berikut:

1. Software Construction Fundamentals

Pada langkah ini dilakukan pendefinisian tentang prinsip-prinsip yang digunakan dalam proses implementasi perangkat lunak. Prinsip-prinsip tersebut terdiri atas minimalisasi kompleksitas, mengantisipasi perubahan, dan menyesuaikan dengan standar yang digunakan.


(28)

Pada langkah ini dilakukan pendefinisian mengenai penggunaan model implementasi, perencanaan implementasi, dan pengukuran pencapaian implementasi.

3. Practical Considerations

Langkah ini membahas tentang desain implementasi, bahasa pemrograman, kualitas implementasi, proses pengujian, dan integritas perangkat lunak.

Dalam proses implementasi saat ini, digunakan beberapa aplikasi pendukung. Aplikasi pendukung yang digunakan antara lain:

a. Sublime Text

Sublime Text adalah aplikasi teks editor berbasis Phyton API yang dirancang untuk mengolah potongan-potongan kode, plugin, dan markup. Sublime text mendukung berbagai macam bahasa pemrograman mulai dari C, PHP, hingga

Javascript. Keunggulan dalam menggunakan sublime text adalah dapat

menggunakan fitur blok multiplace, kursor, dan pengolahan split sehingga pengolahan kode menjadi lebih cepat dan mudah. Selain itu, sublime text dapat mencegah masuknya plugin yang dapat merusak fungsi editor. Sublime text versi terbaru memperkenalkan fitur symbol indexing yang dapat membaca semua file dalam satu project saat melakukan pencarian.

b. MySQL

MySQL adalah sebuah implementasi dari sistem manajemen basis data relasional (RDBMS) yang didistribusikan secara gratis dibawah lisensi GPL (General Public License). Setiap pengguna dapat secara bebas menggunakan MySQL, namun dengan batasan perangkat lunak tersebut tidak boleh dijadikan


(29)

produk turunan yang bersifat komersial. MySQL sebenarnya merupakan turunan salah satu konsep utama dalam basis data yang telah ada sebelumnya; SQL

(Structured Query Language). SQL adalah sebuah konsep pengoperasian

basisdata, terutama untuk pemilihan atau seleksi dan pemasukan data, yang memungkinkan pengoperasian data dikerjakan dengan mudah secara otomatis.

1.22 Pengujian Perangkat Lunak (Software Testing)

Uji coba perangkat lunak meliputi verifikasi yang dinamis dari tingkah laku sebuah perangkat lunak yang diwakili oleh beberapa contoh kasus uji coba (IEEE Computer Society, 2004). Kasus uji coba tersebut dilakukan dengan memberikan masukan kepada perangkat lunak agar muncul tingkah laku/reaksi yang diharapkan begitu pula sebaliknya. Dalam uji coba perangkat lunak, hal pertama yang harus diperhatikan adalah dasar-dasar pengujian perangkat lunak yang berisi terminologi pengujian, kunci masalah dari pengujian, dan hubungan pengujian dengan aktifitas lainnya pada perangkat lunak.

Selanjutnya, yang perlu diperhatikan adalah tingkatan pengujian. Tingkatan pengujian menjelaskan tentang target pengujian dan tujuan pengujian. Selain target dan tujuan pengujian, juga perlu diperhatikan teknik dari pengujian yang dilakukan. Teknik pengujian meliputi uji coba berdasarkan intuisi dan pengalaman dari seorang tester, diikuti oleh teknik berdasarkan spesifikasi, kode, kesalahan, penggunaan, dan teknik dasar yang relatif berhubungan dari perangkat lunak yang diuji.

Hal-hal terakhir yang perlu diperhatikan dalam pengujian adalah pengukuran pengujian. Pengukuran pengujian dikelompokkan menjadi dua jenis, yaitu berhubungan dengan evaluasi ketika uji coba dilakukan dan evaluasi ketika


(30)

uji coba selesai dilakukan. Kemudian, juga perlu diperhatikan proses dari pelaksanaan pengujian yang berisi tentang pertimbangan praktis dan aktifitas uji coba.

1.23 Black Box Testing

Black box testing atau yang biasa disebut sebagai functional testing merupakan teknik pengujian yang dilakukan tanpa adanya suatu pengetahuan tentang detail struktur sistem atau komponen yang akan diuji (Romeo, 2003). Black box testing berfokus pada kebutuhan fungsional sistem berdasarkan spesifikasi kebutuhan sistem yang telah ditentukan.

Dengan melakukan pengujian menggunakan black box testing, perekayasa perangkat lunak dapat menggunakan kebutuhan fungsional pada suatu program. Black box testing dilakukan untuk mengecek kesalahan (error) pada suatu perangkat lunak dan mengecek fungsi-fungsi yang diperlukan telah berjalan sesuai dengan yang diharapkan.


(31)

30

METODE PENELITIAN

Pada bab ini akan dibahas tentang identifikasi permasalahan, analisis permasalahan, solusi permasalahan dan perancangan sistem dalam Rancang Bangun Aplikasi Analisis Kebutuhan Pengembangan Dosen Berbasis Kompetensi pada Stikom Surabaya. Berikut adalah kerangka penelitian yang akan dilakukan pada penelitian ini dapat dilihat pada gambar 3.1.

1.1 Analisis

Terdapat beberapa langkah dalam melakukan analisis permasalahan untuk dijadikan sebuah penelitian. Proses tersebut dimulai dari langkah dalam pengumpulan informasi hingga menjadikan sebuah hasil penelitian. Langkah pengumpulan informasi tersebut diantaranya adalah :

1. Proses identifikasi permasalahan

2. User requirement

3. Software requirement

4. Data requirement

5. Nonfunctional requirement

1.2 Identifikasi Permasalahan

Pada proses ini penulis melakukan identifikasi permasalahan yang ada. Proses awal yang dilakukan adalah menentukan pada bagian manakah yang dijadikan bahan penelitian. Hal tersebut dapat dilakukan dengan cara tanya jawab singkat dengan pihak perusahaan.


(32)

Gambar 1.1 Kerangka Penelitian

Proses awal identifikasi permasalahan pada perusahaan dimulai dari meneliti, apakah setiap proses yang ada pada bagian tersebut sudah sesuai dengan prosedur yang ada. Tanya jawab kepada pihak Kaprodi Sistem Informasi Stikom


(33)

Surabaya untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan. Permasalahan bisa diindentifikasi juga dengan adanya temuan-temuan, seperti proses pada bagian tertentu sangat lambat atau bahkan proses pada bagian tertentu sering mengalami kesalahan pada sistem.

Hal-hal tersebut di atas yang kemudian dapat diangkat menjadi bahan penelitian penulis. Untuk dapat mengetahui lebih jelas permasalahan seperti di atas dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa langkah sebagai berikut :

a. Wawancara

Proses wawancara dikoordinasikan oleh pihak Prodi, kemudian pewawancara dipertemukan dengan narasumber utama yang akan menggunakan aplikasi, yaitu bagian Kaprodi dan Admin Prodi. Proses ini juga membutuhkan narasumber lainnya, seperti narasumber dari dosen untuk mengetahui elemen-elemen kompetensi yang diketahui dan dikuasai. Fungsinya untuk membandingkan elemen-elemen kompetensi standarnya dosen juga telah mengetahuinya. Hasil dari wawancara tersebut dicatat dan dijadikan dokumentasi untuk acuan pembuatan aplikasi. Sehingga, bila terjadi perbedaan permintaan dapat segera diketahui dan didiskusikan terlebih dahulu sebelum proses selanjutnya dapat dimulai.

b. Analisis Dokumen

Proses ini digunakan untuk mengamati dan menganalisis dokumen-dokumen yang berhubungan dengan kebutuhan pengembangan dosen. Dokumen yang perlu diamati dan dianalisis adalah dokumen elemen-elemen kompetensi.

Selanjutnya identifikasi permasalahan dilakukan pada saat proses wawancara dan setelah wawancara, identifikasi dilakukan sehingga ditemukan titik permasalahan utama yang terjadi pada perusahaan. Setelah dilakukan


(34)

wawancara, tahapan selanjutnya adalah melakukan analisis permasalahan. Analisis permasalahan digunakan untuk mendefinisikan suatu permasalahan dan memberikan sebuah solusi untuk menyelesaikan masalah tersebut. dari hasil pengumpulan data yang dilakukan, diketahui beberapa dokumen mengenai peran (role), tanggung jawab (responsibility), aturan (rule), kebijakan (policy), serta stakeholder atau pengguna yang terlibat pada sistem yang sudah ada saat ini, yaitu Kaprodi, Administrasi Prodi, Dosen, dan Mahasiswa. Secara garis besar proses bisnis dimulai dari analisis kebutuhan oleh Administrasi Prodi, lalu dilanjutkan penyusunan kompetensi oleh Kaprodi, dan pengisian kuisioner tentang kompetensi dosen oleh Kaprodi, Dosen yg dinilai, dan Mahasiswa, kemudian Administrasi Prodi melakukan perhitungan dan akan menghasilkan kebutuhan untuk pengembangan dosen.

Sebelum menggambarkan proses yang ada saat ini menggunakan flowchart, perlu diketahui terlebih dahulu peran (role), tanggung jawab (responsibility), aturan (rule), dan kebijakan (policy) yang ada pada perusahaan. Lebih lengkapnya dapat dilihat pada Tabel 3.1.

Tabel 1.1 Peran, Tanggung Jawab, Aturan, dan Kebijakan

Stakeholder Peran Rule Policy

Kaprodi Melakukan persiapan perangkat untuk analisis kebutuhan pengembangan. Kaprodi melakukan persiapan perangkat yang berisi semester, kuisioner, nilai standar yang telah ditetapkan dan bobot untuk melakukan perhitungan nilai kuisioner. Data persiapan perangkat tersebut yang akan digunakan dalam melakukan analisis

kebutuhan pengembangan


(35)

Stakeholder Peran Rule Policy dosen.

Mengisi

kuisioner untuk dosen

Kaprodi mengisi kuisioner seluruh dosen. - Melihat hasil dari penilaian isian seluruh kuisioner

Kaprodi dapat melihat perhitungan yang telah dilakukan dari hasil seluruh kuisioner yang telah diisi. - Melihat hasil analisis kebutuhan pengembangan

Kaprodi dapat melihat rekomendasi yang

dihasilkan sehingga dapat mengetahui detil hasil kebutuhan pengembangan dari masing-masing dosen.

-

Melihat dan mencetak seluruh laporan yang ada.

Kaprodi dapat melihat dan mencetak seluruh laporan yang ada serta dari hasil seluruh proses yang telah dilakukan.

-

Dosen Mengisi

kuisioner kompetensi dosen untuk diri sendiri

Dosen mengisi kuisioner untuk diri sendiri, untuk nantinya juga akan dinilai bagaimana dosen dapat menilai diri sendiri.

- Melihat laporan kebutuhan pengembangan untuk diri sendiri.

Dosen dapat melihat dan mencetak laporan dari hasil analisis kebutuhan pengembangan untuk diri sendiri.


(36)

Stakeholder Peran Rule Policy Mahasiswa Mengisi

kuisioner kompetensi dosen

Mahasiswa mengisi kuisioner seluruh dosen berdasarkan masing-masing prodi

-

1.2.1 Analisis Kebutuhan Pengguna (User Requirements)

Setelah melakukan proses wawancara dan analisis dokumen pada bagian prodi dan dosen, dibutuhkan sebuah sistem yang dapat menentukan pengembangan yang tepat untuk dosen pada masing-masing prodi yang sesuai dengan kompetensi yang telah dimiliki saat ini. Maka, didapat beberapa user requirement yang dibutuhkan yaitu sebagai berikut:

A. Persiapan Perangkat Analisis

Persiapan Perangkat Analisis dapat digunakan user untuk mempersiapkan kebutuhan yang akan digunakan ketika analisis kebutuhan pengembangan dilakukan. Berikut adalah penjelasan mengenai user requirement Persiapan Perangkat Analisis Kebutuhan Pengembangan:

Tabel 1.2 User Requirement Persiapan Perangkat Analisis

Deskripsi Fungsi ini digunakan oleh Kaprodi untuk mengisi data antara lain kuisioner, nilai standar dan waktu pengisian kuisioner. Kaprodi menyiapkan sejumlah data tersebut yang nantinya akan digunakan untuk melakukan analsis kebutuhan pengembangan.

Aktor Kaprodi.

Input 1. Data Semester

2. Kuisioner yang pernah dibuat.

3. Nilai standar kompetensi yang pernah ditetapkan. 4. Nilai bobot penilaian kuisioner.


(37)

5. Bobot nilai akhir.

Proses 1. Memilih periode semester.

2. Membuat kuisioner, pernyataan dan nilainya. 3. Mengirim pesan pemberitahuan.

4. Tanggal pengisian kuisioner. Output 1. Data persiapan perangkat.

Peraturan 1. Penetapan nilai standar kompetensi ditetapkan oleh kaprodi.

2. Data dosen, semester dan mahasiswa didapat dari data sistem informasi akademik Stikom Surabaya.

3. Dosen yang dinilai hanya dosen dengan status aktif mengajar pada semester yang ditetapkan dan dosen dengan status dosen tetap.

4. Kaprodi tidak termasuk untuk dinilai.

5. Waktu pengisian kuisioner ditentukan mengikuti semester yang ada dan tidak diperbolehkan melebihi ataupun kurang dari jangka waktu semester yang ada.

B. Pengisian Kuisioner

Pengisian kuisioner dapat digunakan pengguna untuk mengisi kuisioner yang sudah diberikan. Proses ini merupakan salah satu proses utama yang dilakukan untuk mengisi kuisioner yang ada serta nantinya isian kuisioner tersebut akan dilakukan penilaian. Berikut adalah penjelasan mengenai user requirement pengisian kuisioner:

Tabel 1.3 User requirement Pengisian Kuisioner

Deskripsi Fungsi ini digunakan oleh Kaprodi, dosen, dan mahasiswa untuk mengisi jawaban dari kuisioner yang telah disediakan. Fungsi ini nantinya akan digunakan untuk pengguna dalam mengisi kuisioner.

Aktor Kaprodi, dosen, dan mahasiswa Input 1. Data Kuisioner

Proses 1. Menjawab kuisioner


(38)

Peraturan 1. Dosen yang dimaksudkan adalah dosen mengisi kuisioner untuk diri dosen masing-masing.

2. Pengguna dapat menjawab kuisioner sampai dengan batas waktu yang telah ditentukan.

C. Hasil Perhitungan Nilai Kuisioner

Hasil perhitungan nilai kuisioner digunakan untuk melakukan perhitungan nilai yang didapat dari hasil pengisian kuisioner yang telah. Proses ini merupakan proses yang diperlukan untuk menghasilkan keluaran berupa nilai dari hasil seluruh isian kuisioner yang ada. Nilai ini nantinya akan menjadi masukan untuk proses analisis kebutuhan pengembangan dosen guna dibandingkan dengan nilai standar yang ada. Berikut adalah penjelasan mengenai user requirement Perhitungan hasil kuisioner:

Deskripsi Fungsi ini digunakan oleh administrasi untuk melakukan penilaian pada data hasil dari pengisian kuisioner yang telah dilakukan. Fungsi ini nantinya akan digunakan untuk menghitung nilai dari seluruh hasil isian kuisioner untuk nantinya digunakan pada analisis.

Aktor Administrasi.

Input 1. Data jawaban kuisioner 2. Nilai bobot

Proses 1. Menghitung nilai kuisioner Output 1. Data nilai kuisioner

Peraturan 1. Perhitungan nilai diambil berdasarkan jumlah dari masing-masing bobot yang telah ditentukan pada persiapan perangkat.

D. Analisis Kebutuhan Pengembangan

Penyusunan analisis kebutuhan pengembangan dapat digunakan pengguna untuk menyusun analisis kebutuhan pengembangan berdasarkan dari hasil penilaian kuisioner dibandingkan dengan nilai standar yang telah ditetapkan


(39)

oleh kaprodi. Proses ini merupakan salah satu proses utama yang diperlukan untuk menghasilkan keluaran yang diinginkan yaitu kebutuhan pengembangan yang seperti apa yang dibutuhkan oleh dosen. Proses ini akan memberikan pandangan jenis-jenis pengembangan apa saja yang dibutuhkan. Berikut adalah penjelasan mengenai user requirement Analisis kebutuhan pengembangan:

Tabel 1.4 User requirement Analisis Kebutuhan Pengembangan

Deskripsi Fungsi ini digunakan oleh kaprodi untuk melakukan analisis dari data nilai kuisioner yang telah dihitung. Fungsi ini nantinya akan digunakan untuk melakukan analisis kesenjangan dari hasil penilaian kuisioner dan nilai standar.

Aktor Kaprodi.

Input 1. Data nilai kuisioner 2. Data nilai standar

Proses 1. Menghitung kesenjangan nilai kuisioner dan nilai standar 2. Menganalisis tingkat kepentingan kebutuhan

pengembangan dari hasil perhitungan.

Output 1. Laporan kebutuhan pengembangan masing-masing dosen 2. Daftar dosen yang harus dilakukan pengembangan

Peraturan 1. Rumus yang digunakan untuk menghitung kesenjangan adalah nilai kuisioner dikurang dengan nilai standar. 2. Rumus untuk menganalisis kesenjangan yaitu:

 G>0 = Tidak perlu dipengembangan  G=0 = Tetap perlu dikembangkan  G<0 = Perlu pengembangan

1.2.2 Analisis Kebutuhan Perangkat Lunak (Software Requirements)

Berdasarkan hasil analisis dari user requirements di atas, maka dibutuhkan software requirements yang dapat menunjang fungsi analisis kebutuhan pengembangan dosen. Terdapat beberapa software requirements yang dibutuhkan, diantaranya adalah:


(40)

A. Persiapan Perangkat Analisis

Pada software requirement persiapan perangkat analisis, sistem akan menyimpan data-data mengenai persiapan perangkat analisis. Persiapan perangkat analisis dimaksudkan untuk menyiapkan kebutuhan yang nantinya akan digunakan untuk dilakukan analisis kebutuhan pengembangan. persiapan perangkat analisis ini digunakan oleh kaprodi untuk memasukkan data persiapan apa saja yang nantinya akan digunakan untuk melakukan analisis kebutuhan pengembangan.

Tabel 1.5 Software requirement Persiapan Perangkat Analisis

Deskripsi Fungsi ini digunakan oleh kaprodi untuk menginputkan data yang digunakan dalam melakukan analisis kebutuhan pengembangan. Fungsi ini akan digunakan untuk kaprodi dalam melakukan persiapan yang terkait dengan analisis kebutuhan pengembangan yang akan dilakukan.

Pemicu -

Alur Aktor Sistem

Permintaan Analisis Kebutuhan Pengembangan Aktor membuka halaman

Persiapan Perangkat Analisis.

Aplikasi menampilkan form permintaan analisis kebutuhan pengembangan.

Aktor mengisi isian form Persiapan Perangkat Analisis.

Aktor mengklik tombol simpan

Aplikasi membaca dan mengambil data yang diinputkan ke dalam form.

Aplikasi menyimpan data tersebut ke dalam database.

Ketika aktor ingin mencetak persiapan perangkat analisis

Aktor memilih persiapan yang ingin dicetak.

Aplikasi mengambil data dari database sesuai dengan data yang diinputkan user


(41)

Aplikasi menampilkan data perangkat.

Aktor mengklik tombol cetak

Aplikasi menampilkan data perangkat dalam bentuk dokumen yang siap untuk dicetak.

Akhir Aplikasi menyimpan dan mencetak persiapan perangkat analisis kebutuhan.

Non

Fungsional

1. Kondisi tertentu aktor tidak dapat mengisi untuk semester yang sama.

B. Pengisian Kuisioner

Pada software requirement pengisian kuisioner, sistem akan menyimpan data-data kuisioner yang telah diisi. Pengisian kuisioner ini akan digunakan oleh pengguna untuk memasukkan data jawaban dari masing-masing kuisioner.

Tabel 1.6 Software requirement Pengisian Kuisioner

Deskripsi Fungsi ini digunakan oleh Kaprodi, dosen, dan mahasiswa untuk menginputkan isian jawaban dari pernyataan pada kuisioner yang telah disajikan. Fungsi ini nantinya akan digunakan untuk pengguna dalam mengisi kuisioner.

Pemicu -

Alur Aktor Sistem

Pengisian Kuisioner Aktor membuka halaman

Pengisian Kuisioner.

Aplikasi menampilkan seluruh data kuisioner kompetensi yang ada. Data tersebut akan ditampilkan dengan pembagian 10 data setiap halamannya. Dan data akan mulai ditampilkan dari data yang terbaru.

Aplikasi menampilkan form kuisioner.

Aplikasi menampilan seluruh kuisioner yang dimiliki oleh masing-masing user.


(42)

Aktor memilih kuisioner yang akan diisi.

Aplikasi menampilkan form kuisioner yang dipilih.

Aktor mengisi isian kuisioner

Aktor mengklik tombol simpan

Aplikasi membaca dan mengambil data yang diinputkan ke dalam form.

Aplikasi menyimpan data tersebut ke dalam database.

Ketika aktor ingin mencetak hasil isian kuisionernya

Aktor memilih kuisioner yang telah terisi dan yang akan cetak

Aplikasi mengambil data dari database sesuai dengan data yang diinputkan user

Aplikasi menampilkan data kuisioner dalam bentuk form. Aktor mengklik tombol

cetak

Aplikasi

Akhir Aplikasi menyimpan data isian kuisioner dari masing-masing user untuk masing-masing kuisioner.

Non

Fungsional

2. Kondisi tertentu aktor hanya dapat mengisi kuisioner yang tersedia saja.

3. Kodisi tertentu jawaban dari kuisioner yang telah disimpan tidak dapat dilakukan pengubahan.

4. Kondisi aktor dapat mencetak langsung kuisioner yang telah terisi atau dapat mengekspornya menjadi bentuk dokumen pdf.

C. Hasil Perhitungan Nilai Kuisioner

Pada software requirement hasil perhitungan nilai kuisioner, sistem akan menampilkan data-data mengenai hasil perhitungan nilai kuisioner. Perhitungan tersebut didapatkan dari hasil seluruh isian kuisioner.

Tabel 1.7 Software requirement Penyusunan Laporan Kebutuhan Kompetensi

Deskripsi Fungsi ini digunakan oleh kaprodi untuk melihat data hasil dari perhitungan nilai kuisioner. Fungsi ini akan digunakan kaprodi untuk melihat nilai murni dari masing-masing dosen.


(43)

Pemicu -

Alur Aktor Sistem

Menyusun Laporan Aktor membuka halaman

Pembuatan laporan kebutuhan

pengembangan.

Aplikasi menampilkan seluruh data kebutuhan pengembangan yang ada. Data tersebut akan ditampilkan dengan pembagian 10 data setiap halamannya. Dan data akan mulai ditampilkan dari data yang terbaru.

Aktor memilih laporan pengembangan yang akan dibuat.

Aplikasi menampilkan form laporan.

Aktor mengklik tombol generate.

Aplikasi menampilkan laporan dari rekap seluruh kebutuhan pengembangan.

Aktor mengklik tombol cetak

Aplikasi mencetak laporan yang telah di generate

Akhir Aplikasi menampilkan kebutuhan pengembangan, dan mencetak laporan rekap dari seluruh kebutuhan pengembangan.

Non

Fungsional

D. Analisis Kebutuhan Pengembangan

Pada software requirement analisis kebutuhan pengembangan, sistem akan menyimpan data-data mengenai analisis kebutuhan pengembangan disini. hal tersebut nantinya yang akan diisi lalu akan diberi penilaian guna untuk mengetahui kebutuhan pengembangannya.

Tabel 1.8 Software requirement analisis kebutuhan pengembangan

Deskripsi Fungsi ini digunakan oleh admin prodi. Admin prodi akan menyusun data hasil dari kuisioner yang telah dihitung. Fungsi ini nantinya akan digunakan untuk merekap data dari hasil penilaian kuisioner.


(44)

Alur Aktor Sistem Menyusun Laporan Aktor membuka halaman

Pembuatan laporan kebutuhan

pengembangan.

Aplikasi menampilkan seluruh data kebutuhan pengembangan yang ada. Data tersebut akan ditampilkan dengan pembagian 10 data setiap halamannya. Dan data akan mulai ditampilkan dari data yang terbaru.

Aktor memilih laporan pengembangan yang akan dibuat.

Aplikasi menampilkan form laporan.

Aktor mengklik tombol generate.

Aplikasi menampilkan laporan dari rekap seluruh kebutuhan pengembangan.

Aktor mengklik tombol cetak

Aplikasi mencetak laporan yang telah di generate

Akhir Aplikasi menampilkan kebutuhan pengembangan, dan mencetak laporan rekap dari seluruh kebutuhan pengembangan.

Non

Fungsional

1.3 Analisis Kebutuhan Data (Data Requirements)

Dari tabel software requirements diatas, maka diperlukan beberapa data yang dibutuhkan dan dapat mendukung kinerja software requirements tersebut, data tersebut antaralain adalah.

a. Data Kompetensi

Data Kompetensi ini dimiliki oleh pihak prodi. Sehingga, penulis diperbolehkan untuk melihat data dan mencatatat beberapa diantaranya untuk dijadikan sampel penelitian kasus yang ditangani.


(45)

Data ini sudah dimiliki oleh pihak prodi. Data ini nantinya akan berhubungan dengan data kompetensi sehingga penulis diberikan ijin untuk dapat mengetahui elemen kompetensi tersebut dengan persyaratan tidak boleh disebar luaskan .kepada pihak lain.

c. Data Dosen, Mahasiswa dan Semester

Data ini sudah dimiliki oleh pihak Stikom Surabaya. Data ini dapat dilihat oleh penulis untuk dapat mengetahui seluruh data mengenai dosen, mahasiswa dan semester yang ada pada sistem informasi akademik Stikom Surabaya.

1.4 Analisis Kebutuhan Nonfungsional (Nonfunctional Requirements) Kebutuhan nonfungsional adalah salah satu kebutuhan yang harus diperhatikan dalam pembuatan aplikasi evaluasi ini selain kebutuhan-kebutuhan lainnya, kebutuhan nonfungsional diantaranya adalah:

a. Keamanan (Security)

Aplikasi diberikan beberapa fitur pencegahan pengguna yang tidak berkepentingan untuk menggunakannya. Diantaranya adalah fitur id password sehingga hanya user tertentu yang dapat mengakses aplikasi tersebut. Kemudian password yang terenkripsi sehingga pihak adminpun tidak mengetahui password milik orang lain apalagi pihak lain yang ingin mencoba membaaca password user lain, dan yang tidak lupa adalah fitur auto logout yang akan membuat halaman kembali ke halaman login setelah ditinggal beberapa menit oleh user.


(46)

1.5 Perancangan Aplikasi 1.5.1 Desain Proses

Dari hasil Software requirement di atas, maka akan dapat dilihat beberapa fungsi yang menjadi bagian utama aplikasi. Dari hal tersebut maka akan dapat digambarkan System Flow, Context dan Data Flow Diagram untuk dapat lebih jelas melihat alur dari sistem tersebut.

A. System Flow

System flow merupakan sebuah gambaran alur suatu proses yang terjadi dengan sistem. System flow dibuat berdasarkan kejadian yang akan dialami oleh sistem secara runtun atau teratur dari mulai hingga berakhirnya suatu proses di dalam sistem.

a. System flow Master Kompetensi

System flow ini menggambarkan tentang alur suatu proses

dimasukkannya data master kompetensi ke dalam sebuah database pada sistem. Dimulai dari cukup memasukkan nama kompetensi saja, karena untuk id kompetensi sudah dihasilkan oleh sistem. Aktor (kaprodi) melakukan mengklik tombol simpan dan data akan tersimpan kedalam sistem. Selain dari itu, aktor dapat melakukan pengubahan, ataupun melakukan proses penghapusan data master kompetensi dari sistem. Untuk alur prosesnya dapat dilihat pada gambar 3.2 System flow master kompetensi.

b. System flow Master Elemen Kompetensi

System flow ini menggambarkan tentang alur suatu proses dimasukkannya data master elemen kompetensi ke dalam sebuah database pada sistem. Dimulai dari memasukkan nama elemen, dan nilai standar elemen tersebut. Karena untuk id


(47)

elemen sudah dihasilkan oleh sistem. Aktor (admin) melakukan mengklik tombol simpan dan data akan tersimpan kedalam sistem. Selain dari itu, aktor dapat melakukan pengubahan, ataupun melakukan proses penghapusan data master elemen kompetensi dari sistem. Untuk alur prosesnya dapat dilihat pada gambar 3.3 System flow master elemen kompetensi.


(48)

(49)

(50)

c. System flow Persiapan Perangkat Analisis

System flow ini menggambarkan tentang alur suatu proses

dimasukkannya data persiapan perangkat analisis ke dalam sebuah sistem. Dimulai dari memasukkan persiapan perangkat untuk semester berapa, tanggal pengisian kuisioner, bobot perhitungan, pernyataan pada kuisioner serta nilai standarnya.. Aktor (kaprodi) melakukan mengklik tombol simpan dan data akan tersimpan kedalam sistem. Untuk alur prosesnya dapat dilihat pada gambar 3.4 System flow pembuatan soal kuisioner.

d. System flow Pengisian Kuisioner

System flow ini menggambarkan tentang alur suatu proses

dimasukkannya data master prodi ke dalam sistem. Dimulai dengan memilih semester dan nama dosen yang ingin dilakukan pengisian terhadap kuisionernya. Aktor (dosen, mahasiswa dan kaprodi) memilih pilihan jawaban yang tersedia dan harus mengisi semua pernyataan yang ada lalu aktor melakukan mengklik tombol simpan dan data akan tersimpan kedalam sistem. Untuk alur prosesnya dapat dilihat pada gambar 3.5 System flow pengisian kuisioner.


(51)

(52)

(53)

(54)

(55)

e. System flow Hasil Perhitungan Nilai Kuisioner

System flow ini menggambarkan tentang alur suatu proses melihat hasil perhitungan nilai kuisioner dari sebuah sistem. Dimulai dari memilih semester yang ingin dilihat lalu aktor (kaprodi) mengklik tombol proses dan aplikasi akan menampilkan data hasil perhitungan nilai kuisioner berdasarkan bobot yang telah ditentukan. Selain dari itu, aktor dapat mencetak hasil perhitungan nilai kuisioner. Untuk alur prosesnya dapat dilihat pada gambar 3.8 System flow hasil perhitungan nilai kuisioner.

f. System flow Analisis Kebutuhan Pengembangan

System flow ini menggambarkan tentang alur suatu proses melihat analisis kebutuhan pengembangan dari sebuah sistem. Dimulai dari memilih semester yang ingin proses serta nama dosennya lalu aktor (kaprodi) mengklik tombol proses dan aplikasi akan menampilkan data analisis kebutuhan berdasarkan dosen, semester dan perhitungan kesenjangan yang telah dihitung dari perhitungan nilai kuisioner dan nilai standar. Selain dari itu, aktor dapat mencetak analisis kebutuhan pengembangan ini. Untuk alur prosesnya dapat dilihat pada gambar 3.9 System flow analisis kebutuhan pelatihan.


(56)

(57)

(58)

g. System flow Laporan Rekapitulasi Analisis

System flow ini menggambarkan tentang alur suatu proses laporan rekapitulasi analisis pada sistem. Dimulai dari cukup memasukkan nama prodi saja, karena untuk id prodi sudah dihasilkan oleh sistem. Aktor (admin) melakukan mengklik tombol simpan dan data akan tersimpan kedalam sistem. Selain dari itu, aktor dapat melakukan pengubahan, ataupun melakukan proses penghapusan data master prodi dari sistem. Untuk alur prosesnya dapat dilihat pada gambar 3.10 System flow laporan rekapitulasi analisis.

h. System flow Laporan Kebutuhan Pengembangan Seluruh Dosen System flow ini menggambarkan tentang alur suatu proses laporan kebutuhan pengembangan seluruh dosen pada sistem. Dimulai dari cukup memasukkan nama prodi saja, karena untuk id prodi sudah dihasilkan oleh sistem. Aktor (admin) melakukan mengklik tombol simpan dan data akan tersimpan kedalam sistem. Selain dari itu, aktor dapat melakukan pengubahan, ataupun melakukan proses penghapusan data master prodi dari sistem. Untuk alur prosesnya dapat dilihat pada gambar 3.11 System flow laporan kebutuhan seluruh dosen.


(59)

(60)

(61)

i. System flow Laporan Data Master

System flow ini menggambarkan tentang alur suatu proses laporan data master pada sistem. Dimulai dari cukup memasukkan nama prodi saja, karena untuk id prodi sudah dihasilkan oleh sistem. Aktor (admin) melakukan mengklik tombol simpan dan data akan tersimpan kedalam sistem. Selain dari itu, aktor dapat melakukan pengubahan, ataupun melakukan proses penghapusan data master prodi dari sistem. Untuk alur prosesnya dapat dilihat pada gambar 3.12 System flow laporan data master.

j. System flow Laporan Kebutuhan Pengembangan Tiap Dosen

System flow ini menggambarkan tentang alur suatu proses kebutuhan pengembangan tiap dosen pada sistem. Dimulai dari cukup memasukkan nama prodi saja, karena untuk id prodi sudah dihasilkan oleh sistem. Aktor (admin) melakukan mengklik tombol simpan dan data akan tersimpan kedalam sistem. Selain dari itu, aktor dapat melakukan pengubahan, ataupun melakukan proses penghapusan data master prodi dari sistem. Untuk alur prosesnya dapat dilihat pada gambar 3.13 System flow laporan kebutuhan pelatihan tiap dosen.


(62)

(63)

(64)

mempermudah pembaca mengerti tentang alur sistem yang ingin dibangun secara keseluruhan. Diagram konteks dibuat berdasarkan proses dari analisis yang telah dilakukan oleh penulis sesuai dengan software requirement. Diagram konteks pada kasus ini memiliki empat bagian software requirement. Empat proses tersebut meliputi persiapan perangkat analisis, pengisian kuisioner, hasil perhitungan nilai kuisioner dan analisis kebutuhan pengembangan. Dalam penggunaanya aplikasi ini ditujukan untuk empat user. Yaitu, Kaprodi, Dosen, Mahasiswa, dan Administrasi. Masing-masing user akan menjalankan fungsi yang berbeda. Kaprodi pada prosesnya akan melakukan persiapan perangkat analisis untuk seluruh dosen di masing-masing prodi, serta Kaprodi dapat melakukan pengisian kuisioner serta dapat melihat maupun mencetak laporan tentang keseluruhan dari hasil analisis kebutuhan pengembangan untuk dosen. Dosen pada prosesnya akan dapat melakukan pengisian kuisioner untuk dirinya sendiri dan mendapatkan laporan mengenai pengembangan apa yang seharusnya dilakukan oleh dosen tersebut.


(65)

Gambar 1.14 Konteks Diagram

Mahasiswa pada prosesnya nanti dapat melakukan pengisian kuisioner untuk dosen yang telah disediakan, nantinya mahasiswa cukup memilih kuisioner yang ada dan mengisi jawaban dari pernyataan yang diberikan dalam kuisioner. Sedangkan untuk admin prodi mempunyai proses untuk memasukkan data-data master yang diperlukan. Admin prodi membuat laporan untuk kaprodi dan untuk dosen yang berisi dosen tersebut harus mendapatkan pengembangan yang sesuai dengan penilaian yang telah dilakukan.

C. Diagram IPO

Diagram IPO (Input, Proses, Output) adalah diagram yang menjelaskan mengenai alur dimulai dari masukkan yang dilakukan oleh pengguna, lalu proses yang dilakukan sampai dengan menghasilkan keluaran yang diharapkan. Berikut ini adalah diagram ipo penelitian ini:


(66)

Gambar 1.15 Diagram IPO

D. Diagram Berjenjang

Bagan berjenjang adalah diagram yang digunakan untuk mempersiapkan penggambaran diagram arus data pada level bawah. Bagan berjenjang dapat digambarkan dengan menggunakan notasi proses pada data flow diagram. adapun Bagan berjenjang pada rancang bangun aplikasi analisis kebutuhan pengembangan dosen berbasis kompetensi dapat dilihat pada gambar berikut:


(67)

Gambar 1.16 Diagram Berjenjang

E. DFD Level 0 Rancang Bangun Aplikasi Analisis Kebutuhan Pengembangan Dosen

Pada proses ini digambarkan dengan alur sistem yang menjelaskan isi dari Diagram Konteks diatas. Dalam proses ini akan ditunjukkan hubungan antara empat software requirement yang telah dibahas diatas. Empat software


(68)

requirement diatas akan dijadikan sebagai proses utama dari aplikasi analisis kebutuhan pengembangan dosen. Pada gambar di bawah akan ditunjukkan bagaimana ketiga proses utama tersebut dapat melakukan interaksi dengan ketiga entitas yang ada serta hubungan dan alur yang terjadi.


(69)

Pada proses DFD Level 0 Rancang Bangun Aplikasi Analisis Kebutuhan Pengembangan Dosen digambarkan secara lebih detil bagaimana relasi antara masing-masing pada tiap proses ataupun dengan seluruh entitas, serta bagaimana data mengalir dari satu entitas, proses atau basis data.

Pada gambar di atas ditunjukkan proses pertama adalah pada bagian permintaan analisis kebutuhan. Pada proses itu pengguna yaitu kaprodi memasukkan beberapa inputan. Diantaranya nama kompetensi yang diminta dan periode permintaan kebutuhan pengembangan. Kemudian pengguna akan mendapatkan masukan dari sistem berupa dokumen permintaan yang dapat dicetak dalam bentuk PDF. Sistem dari proses permintaan analisis kebutuhan ini akan mengambil data dari aplikasi untuk dimasukkan kedalam basis data. Data tersebut diantara lain adalah data nama kompetensi, data periode dan data status dari permintaan. Sistem akan menyimpan inputan beberapa data tersebut kedalam database.

Proses kedua adalah pada bagian pengisian kuisioner. Pada proses itu pengguna yaitu kaprodi, mahasiswa dan dosen akan memasukkan beberapa inputan yaitu memasukkan jawaban dengan cara memilih pilihan jawaban yang disediakan pada form kuisioner yang akan diisi. Kemudian nanti masing-masing pengguna akan mendapatkan masukkan dari sistem yaitu kuisioner yang telah diisi dapat dicetak sebagai bukti telah melakukan pengisian kuisioner yang nantinya dalam bentuk PDF. Sistem dari proses pengisian kuisioner ini akan mengambil data dari aplikasi untuk dimasukkan kedalam basis data. Data tersebut diantara lain adalah data jawaban kuisioner. Sistem akan menyimpan inputan beberapa data tersebut kedalam database.


(70)

Proses ketiga adalah pada bagian pembobotan kuisioner. Pada proses tersebut pengguna yaitu admin prodi akan memasukkan beberapa inputan yaitu memilih kuisioner dosen siapa yang akan dilakukan pembobotan. Kemudian pengguna cukup menekan tombol hitung maka aplikasi akan melakukan proses perhitungan dengan sendirinya. Kemudian nanti pengguna akan diberikan inputan dari aplikasi yaitu hasil pembobotan dari kuisioner yang telah dilakukan perhitungan. Sistem dari proses pembobotan kuisioner ini akan mengambil data dari aplikasi untuk dimasukkan kedalam basis data untuk dilakukan perhitungan. Data tersebut diantara lain adalah data nama dosen dan data kuisioner yang telah diisi. Sistem akan menyimpan inputan beberapa data tersebut kedalam database serta nilai bobot yang telah dihitung.

Proses keempat adalah bagian penilaian kebutuhan pengembangan. Pada proses ini pengguna yaitu admin prodi melakukan perbandingan antara hasil pembobotan kuisioner dengan nilai standar dari masing-masing elemen kompetensi yang ada. Pengguna pada proses ini melakukan input yaitu memilih dosen yang akan dilakukan penilaian beserta hasil pembobotan kuisionernya. Kemudian pengguna cukup melakukan dengan menekan tombol hitung maka aplikasi dengan otomatis akan menghitung gap yang dihasilkan antara bobot dan nilai standar yang telah ditetapkan. Sistem dari proses penilaian kebutuhan pengembangan ini akan mengambil data dari aplikasi untuk dimasukkan kedalam basis data untuk dilakukan perhitungan. Data tersebut diantara lain adalah data nama dosen dan data bobot kuisioner yang telah dihitung pada proses sebelumnya. Sistem akan menyimpan inputan beberapa data tersebut kedalam database serta nilai gap serta pengembangan yang dibutuhkan oleh dosen tersebut.


(71)

F. DFD Level 1 Pengisian Kuisioner

Proses berikut ini menggambarkan tentang proses pengisan kuisioner. Pada gambar di bawah akan menjelaskan bagaimana proses dari DFD Level 1 pengisian kuisioner secara lebih detil dari proses diagram konteks sebelumnya. Proses ini adalah salah satu dari empat proses utama sistem.

Gambar 1.18 DFD Level 1 Pengisian Kuisioner

Proses DFD Level 1 Pengisian Kuisioner ini dimulai dari pengguna memilih kuisioner dosen siapa yang akan dilakukan pengisian selanjutnya pengguna mendapatkan inputan dari proses pengambilan data kuisioner yaitu data kuisioner dosen yang diminta. Setelah itu pengguna menginputkan data dengan memasukkan jawaban dengan memilih jawaban yang telah disediakan pada kuisioner. Setelah selesai maka data isian akan disimpan pada proses penyimpanan isian kuisioner yang hasilnya dimasukkan dalam basis data hasil kuisioner.


(72)

G. DFD Level 1 Hasil Perhitungan Nilai Kuisioner

Proses berikut ini menggambarkan tentang proses hasil perhitungan nilai kuisioner. Pada gambar di bawah akan menjelaskan bagaimana proses dari DFD Level 1 hasil perhitungan nilai kuisioner secara lebih detil dari proses diagram kontekssebelumnya. Proses ini adalah salah satu dari empat proses utama sistem.

Gambar 1.19 DFD Level 1 hasil perhitungan nilai kuisioner

Proses DFD Level 1 hasil perhitungan nilai kuisioner ini dimulai dari pengguna memilih kuisioner dosen siapa yang akan dilakukan pembobotan selanjutnya pengguna mendapatkan inputan dari proses pembobotan nilai kuisioner yaitu data dosen dan data kuisioner dosen yang diminta. Setelah itu pengguna melakukan proses perhitungan nilai total kuisioner dari seluruh kuisioner pada masing-masing dosen. Setelah selesai maka data nilai total kuisioner akan disimpan pada proses perhitungan nilai total kuisioner yang hasilnya dimasukkan dalam basis data hasil kuisioner.


(1)

Gambar 1.42 Hasil Uji Coba Fungsi Analisis Kebutuhan Pengembangan 2.

Gambar 1.43 Hasil Uji Coba Fungsi Analisis Kebutuhan Pengembangan 3.


(2)

137

Gambar 1.44 Hasil Uji Coba Fungsi Analisis Kebutuhan Pengembangan 4.

Gambar 1.45 Hasil Uji Coba Fungsi Analisis Kebutuhan Pengembangan 5.


(3)

138

PENUTUP

1.1 Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diambil dari pembuatan Rancang Bangun Aplikasi Analisis Kebutuhan Pengembangan Dosen Berbasis Kompetensi pada Stikom Surabaya adalah sebagai berikut:

1. Rancang Bangun Aplikasi Analisis Kebutuhan Pengembangan Dosen Berbasis Kompetensi pada Stikom Surabaya dapat melakukan perhitungan dan menghasilkan kebutuhan pengembangan untuk seluruh dosen.

2. Penerapan aplikasi Aplikasi Analisis Kebutuhan Pengembangan Dosen Berbasis Kompetensi pada Stikom Surabaya ini hasilnya dapat membantu Bagian Prodi untuk mencari dosen siapa saja dan pengembangan apa yang diperlukan oleh masing-masing dosen.

3. Penerapan Aplikasi Analisis Kebutuhan Pengembangan Dosen Berbasis Kompetensi pada Stikom Surabaya ini dapat mempermudah bagian Prodi untuk mengetahui kompetensi yang baik dari masing-masing dosen dan kompetensi yang perlu ditingkatkan dari hasil analisis.

4. Laporan dari Aplikasi Analisis Kebutuhan Pengembangan Dosen Berbasis Kompetensi pada Stikom Surabaya ini memiliki dua kategori yaitu laporan untuk kaprodi yang berisi hasil analisis seluruh dosen dan laporan untuk dosen yang berisi hasil analisis untuk masing-masing dosen.


(4)

139

1.2 Saran

Berdasarkan Aplikasi Analisis Kebutuhan Pengembangan Dosen Berbasis Kompetensi pada Stikom Surabaya yang telah dibuat, dapat diberikan saran untuk pengembangan aplikasi sebagai berikut:

1. Aplikasi ini dapat dikembangkan lebih lanjut yaitu dengan mengintegrasikan aplikasi ini dengan aplikasi lain yang sudah ada pada Stikom Surabaya sehingga dapat mempunyai manfaat yang lebih banyak. 2. Aplikasi dapat dikembangkan dengan menggunakan platform lain seperti

android atau ios guna untuk mempermudah dalam menggunakan aplikasi ini.

3. Aplikasi dapat dikembangkan dengan menambahkan notifikasi-notifikasi dalam bentuk apapun guna memberitahukan kepada pengguna.


(5)

140

Bintoro, and Daryanto. 2014. Manajemen Diklat. Yogyakarta: Gava Media. Bon, Jan Van. 2007. Foundation of ITIL ® v3. Zaltbommel: Van Haren

Publishing.

Brown, Judith. 2002. "Public Personnel Management." Training Needs Assesment: A Must for Developing an Effective Training Program.

Cannon, David. 2011. ITIL® Service Strategy. London: TSO.

Cartlidge, Alison. 2007. An Introductory Overview of ITIL v3. UK: itSMF.

David, Fred R. 2011. Strateig Management: Concept and Cases 13th Edition.

New Jersey: Prentice Hall.

Dessler, G. 2006. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: PT.Indeks.

Evans, and Macfarlane. 2001. A Dictionary of IT Service Management: Terms, Acronyms, and Abbreviations. itSMF.

Freddy, Rangkuti. 2006. Teknik Mengukur dan Strategi Meningkatkan Kepuasan Pelanggan. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka.

Hariandja, E.T.M. 2007. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: PT.Gramedia Widiasarana Indonesia.

IEEE Computer Society. 2014. SWEBOK V3.0: Guide to the Software Engineering Body of Knowledge. California: The Institute of Electrical and Electronics Engineers, Inc.

Innotrain IT. 2010. IT Service Management Methods and Frameworks Systematization. Innovation Training IT Central Europe.

itSMF. 2007. An Introductory Overview of ITIL V3, Best Management Practice.

UK.

Ivor, Evans, and Macfarlane Ivor. 2001. A Dictionary of IT Service Management: Terms, Acronyms, and Abbreviations. itSMF.

Jogiyanto. 2005. Analisis dan Desain Sistem Informasi. Yogyakarta: Penerbit ANDI.

Kendall, and Kendall. 2003. Analisis dan Perancangan Sistem Jilid 1. Jakarta: Prenhallindo.


(6)

141

Keyes, Jessica. 2005. Aligning IT with Corporate Strategy: Implementing The IT Balanced Scorecard. Boca Raton: T&F Informa.

Klosterboer, Larry. 2009. Implementing ITIL Change and Release Management.

New Jersey: IBM Press.

Kurtz, David. 2008. Principles of Contemporary Marketing. Stamford: South-Western Educational Publishing.

Mathis, Robert L, dan Jakson, John H. 2006. Manajemen Sumber Daya Manusia, Edisi 10. Jakarta: Penerbit Salemba Empat.

Mondy, R. Wayne. 2008. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Erlangga. Mulyadi. 2007. Balanced Scorecard: Alat Manajemen Kontemporer untuk

Pelipatgandaan Kinerja Keuangan Perusahaan, Edisi Pertama. Salemba Empat, Jakarta.

Panggabean, S.M. 2004. Manajemen Sumber Daya Manusia. Bogor: Ghalia Indonesia.

Rivai, Veithzal, and Jauvani Sagala. 2009. Manajemen Sumber Daya Manusia Untuk Perusahaan dari Teori ke Praktik. Jakarta: PT. Raja Grafindo. Romeo, S.T. 2003. Testing dan Implementasi Sistem. Surabaya: STIKOM.

Universities and Colleges Information Systems Association. n.d. Universities and Colleges Information Systems Association. Accessed January 24, 2016. https://www.ucisa.ac.uk/representation/activities/ITIL/servicestrategy.aspx .

Ward, John, and Joe Peppard. 2002. Strategic Planning for Information Systems Third Edition. Baffins Lane: John Wiley & Sons Ltd.

Whitten, L J. 2004. System Analysis and Design Methods. The McGraw-Hill Companies, Inc.