berisi air kapiler atau udara. Tanah-tanah pasir mempunyai pori-pori kasar lebih banyak daripada tanah liat. Tanah-taah dengan banyak pori-pori kasar sulit
menahan air sehingga tanaman mudah kekeringan. Tanah-tanah liat memiliki pori-pori total jumlah pori-pori makro + mikro lebih tinggi daripada tanah pasir
Hardjowigeno, 2003. Nilai porositas tanah ini biasanya berkisar antara 30-60 persen atau 0,3-
0,6. Tanah bertekstur halus akan akan memiliki persentase ruang pori total lebih tinggi daripada tanah bertekstur kasar, walaupun ukuran pori dari tanah bertekstur
halus kebanyakan sangat kecil. Perlu ditegaskan di sini, bahwa porositas total sama sekali tidak menunjukkan distribusi ukuran pori dalam tanah yang
merupakan suatu sifat yang penting Sarief, 1988. Porositas tanah dipengaruhi oleh kandungan bahan organik, struktur tanah,
dan tekstur tanah. Porositas tanah tinggi kalau bahan organik tinggi. Tanah-tanah dengan struktur granular atau remah meiliki porositas yang lebih tinggi daripada
tanah-tanah dengan struktur massive pejal. Tanah-tanah dengan tekstur pasir banyak mempunyai pori-pori makro sehingga sulit menahan air.
3. Tekstur Tanah
Tanah-tanah yang bertekstur pasir, karena butir-butirnya berukuran lebih besar, maka setiap satuan berat misalnya setiap gram mempunyai luas
permukaan yang lebih kecil sehingga sulit meyerap menahan air dan unsur hara. Oleh karena itu, fungsi utama fraksi pasir adalah sebagai penyokong tanah yang
disekelilingnya terdapat partikel-partikel debu dan liat yang lebih aktif. Tanah- tanah bertekstur liat, karena lebih halus memiliki luas permukaan yang lebih
besar. Butir-butir liat memperlihatkan luas permukaan yang besar. Di dalam
Universitas Sumatera Utara
tanah, molekul-molekul air mengelilingi partikel-partikel liat membentuk selaput tipis film sehingga jumlah liat akan menentukan kapasitas memegang air dalam
tanah Sarief, 1988. Tekstur tanah sebagai faktor abiotik merupakan faktor penting yang
mempengaruhi distribusi mineral, retensi bahan organik, biomassa mikroba dan sifat tanah lainnya Scott and Robert, 2006.
Suatu dokumentasi oleh Silver, et al 2000. yang menemukan bahwa tekstur tanah memainkan sebuah peranan kunci di bawah tanah dalam
penyimpanan karbon di ekosistem tanah dan sangat mempengaruhi ketersediaan hara dan retensi, terutama untuk tekstur tanah yang halus.
Logam Berat
Logam berat adalah unsur logam dengan berat molekul tinggi. Dalam keadaan rendah logam berat pada umumnya sudah beracun bagi tumbuhan,
hewan, dan manusia. Termasuk logam berat yang sering mencemari habitat adalah Hg, Cr, Cd, As, dan Pb Am.geol. Inst., 1976 dalam Notohadiprawiro, 2006.
Logam berat dapat masuk ke lingkungan hidup karena : 1. Longgokan alami di dalam bumi tersingkap sehingga berada di permukaan bumi;
2 pelapukan batuan yang mengandung logam berat secara residual di dalam saprolit dan selanjutnya berada di dalam tanah; 3 penggunaaan bahan alami
untuk pupuk atau pembenahan tanah; dan 4 pembuangan sisa-sisa dan limbah pabrik serta sampah Notohadiprawiro, 2006.
Ketersediaan logam berat di dalam tanah dipengaruhi oleh : 1.
KTK Kapasitas Tukar Kation
Universitas Sumatera Utara
2. Reaksi pengkompleksan
3. pH larutan
4. Anion dalam larutan tanah
5. Potensial redoks tanah
Duchsufour, 1982; Verlo, 1993 dalam Notohadiprawiro, 2006. Nilai ambang gawat unsur logam berat bagi tanaman dan ternak secara
umum adalah sebagai berikut : Tabel 1. Nilai ambang gawat unsur logam berat bagi tanaman
Logam berat Kadar gawat
μg g bahan kering dalam tanaman Cr
1-2 Hg 2-5
Cd 5-10 Logam berat
Kadar gawat μg g bahan kering dalam tanaman
Pb 10-20 Cu 15-20
Ni 20-30 Zn 150-200
Sumber : Mengel dan Kirby 1987 dalam Notohadiprawiro2006. Logam Cu berpotensi toksik terhadap tanaman dan berbahaya bagi
manusia karena bersifat karsinogenik. Kandungan logam Cu dalam jaringan tanaman yang tumbuh normal sekitar 5-20 mgkg, sedangkan pada kondisi kritis
dalam media 60- 120 mgkg dan dalam jaringan tanaman 5-60 mgkg. Pada kondisi kritis pertumbuhan tanaman mulai terhambat sebagai akibat keracunan Cu
dan konsentrasi lebih dari 10 ppm dapat menjadi racun terhadap tanaman. Oleh karena itu pengetahuan mengenai sifat dan karakteristik serta potensi toksisitas
Universitas Sumatera Utara
logam Cu terhadap tanaman sangat dibutuhkan Lasat, 2007 dalam Hardiani, 2009.
Kadmium Cd merupakan logam berat pencemar lingkungan yang tidak memiliki fungsi hayati dan bersifat sangat toksik bagi tumbuhan dan hewan
Fitotoksisitas Cd dapat menyebabkan klorosis, nekrosis, layu serta gangguan fotosintesis dan transpirasi sehingga menghambat pertumbuhan. Variasi kelarutan
Cd tanah berkorelasi erat dengan nilai pH, kapasitas tukar kation KTK, kadar bahan organik dan liat, serta keberadaan ion logam lainnya Maier et al., 2003;
Smeets et al., 2005 dalam Sudadi, dkk, 2008. Selain debu, bahan yang keluar dari letusan gunung api adalah batuan.
Salah satu jenis batuan tersebut adalah batuan silikat. Batuan silikat dapat dijadikan sebagai pengganti pupuk kimia dengan dihaluskan terlebih dahulu
hingga berbentuk tepung. Menurut Priyono 2008, batuan silikat mengandung banyak unsur hara essensial dan telah dievaluasi kemungkinan sebagai pupuk
alami yang efektif dan ramah lingkungan. Banyak hasil penelitian menunjukkan
bahwa aplikasi tepung batuan silkat dapat meningkatkan pH tanah masam Priyono dan Gilkes, 2004 dalam Priyono 2008, EC Priyono, 2004 dalam
Priyono 2008, kapasitas tukar kation KTK tanah Gillman et al., 2002 dalam Priyono 2008, dan mengurangi toksisitas Al dan jerapan P oleh kation polivalen
Mn, Fe, Al pada tanah masam. Sejauh ini pengaruh aplikasi tepung batuan silikat terhadap aktivitas organisme tanah dan keragaman hayati belum banyak
dikaji oleh peneliti atau belum dipublikasikan. Selain itu, pemberian tepung batuan silikat dosis 5 – 10 tha meningkatkan pasokan Si dalam jumlah besar
Priyono, 2004 dalam Priyono 2008 dan hal itu memberikan keuntungan
Universitas Sumatera Utara
tambahan kaitannya dengan peningkatan ketahanan tanaman tertentu terhadap serangan hama dan penyakit dan mengurangi toksisitas Al pada tanaman jagung.
1. Cadmium Cd