PENGARUH MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE, PROFITABILITAS, LEVERAGE DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP PENGUNGKAPAN MANAJEMEN RISIKO (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI Tahun 2013-2015)

(1)

THE INFLUENCE OF MECHANISM CORPORATE GOVERNANCE, PROFITABILLITY, LEVERAGE AND COMPANY PROPOTIONS TOWARD

RISK MANAGEMENT DISCLOSURE

(The Empirical Study on Companies Listed on the Indonesia Stock Exchange in 2013-2015)

Oleh

YOGI LEVIANTO 20130420101

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

2016


(2)

THE INFLUENCE OF MECHANISM CORPORATE GOVERNANCE, PROFITABILLITY, LEVERAGE AND COMPANY PROPOTIONS TOWARD

RISK MANAGEMENT DISCLOSURE

(The Empirical Study on Companies Listed on the Indonesia Stock Exchange in 2013-2015)

SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana pada Fakultas Ekonomi Program Studi Akuntansi

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Oleh

YOGI LEVIANTO 20130420101

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

2016


(3)

ii

(Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI Tahun 2013-2015)

THE INFLUENCE OF MECHANISM CORPORATE GOVERNANCE, PROFITABILLITY, LEVERAGE AND COMPANY PROPOTIONS TOWARD

RISK MANAGEMENT DISCLOSURE (The Empirical Study on Companies Listed on the Indonesia Stock Exchange In 2013-2015)

Diajukan oleh:

YOGI LEVIANTO 20130420101

Telah disetujui Dosen Pembimbing

Pembimbing

Erni Suryandari Fathmaningrum, S.E., M.Si. Tanggal 6 Desember 2016 NIK: 19700322199409143040


(4)

iii

(Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI Tahun 2013-2015)

THE INFLUENCE OF MECHANISM CORPORATE GOVERNANCE, PROFITABILLITY, LEVERAGE AND COMPANY PROPOTIONS TOWARD

RISK MANAGEMENT DISCLOSURE (The Empirical Study on Companies Listed on the Indonesia Stock Exchange In 2013-2015)

Diajukan Oleh

YOGI LEVIANTO 20130420101

Skripsi ini telah Dipertahankan dan Disahkan di depan Dewan Penguji Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Tanggal 20 Desember 2016

Yang terdiri dari

Dr. Ietje Nazaruddin, M.Si., Ak., CA Ketua Tim Penguji

Erni Suryandari, S.E., M.Si Dr. Evi Rahmawati, S.E., M.Acc., Ak., CA

Anggota Tim Penguji Anggota Tim Penguji

Mengetahui

Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Dr. Nano Prawoto, S.E., M.Si NIK: 19660604199202 143 016


(5)

iv

Nama : YOGI LEVIANTO

Nomor Mahasiswa : 20130420101

Menyatakan bahwa skripsi ini dengan judul: “PENGARUH MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE, PROFITABILITAS, LEVERAGE DAN

UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP PENGUNGKAPAN

MANAJEMEN RISIKO (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI Tahun 2013-2015) tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi dan sepanjang

pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau

diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan

disebutkan dalam Daftar Pustaka. Apabila ternyata dalam skripsi ini diketahui

terdapat karya atau pendapat orang lain yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh

orang lain maka saya bersedia karya tersebut dibatalkan.

Yogyakarta, 6 Desember 2016


(6)

v

MOTTO

“Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain,

dan hanya kepada Tuhanmulah engkau berharap” (Q.S 94 Asy-Syarh 6-8)

“Waktu itu bagaikan pedang, jika kamu tidak

memanfaatkanya menggunakan untuk memotong, ia akan memotongmu (menggilasmu)”

(HR. Muslim)


(7)

vi

Kedua Orang Tua Keluarga

Sahabat Almamaterku


(8)

vii

1. Allah SWT, Segala puji bagi Allah Tuhan Semesta Alam yang senantiasa memberikan rahmat dan hidayahNya.

2. Nabi Muhammad SAW, Allahumma shollii wa sallim ‘alaa nabiyyinaa Muhammad.

3. Kedua orang tua tercinta. yang selalu mendoakan agar diberikan

kemudahan disetiap jalan hidupku. Orang tua yang telah membesarkanku

sampai saat ini. Terimakasih untuk pengorbanan dan jasa yang tidak

terhingga, Papa dan Mama.

4. Ketiga adik ku Abel Balbo, Dina Fauzia dan Ines Gustina yang telah memberikan bantuan, doa, dan semangat.

5. Andre Yahya, terimakasih atas segala bantuan dalam menyelesaikan skripsi sehingga teman dan saudaramu ini bisa lulus tepat waktu.

6. Viky dan Atqatia, yang telah menjadi rekan seperjuangan serta tak lelah dalam memberikan bantuan dan semangat dalam penyusunan skripsi ini.

7. Erni Suryandari, S.E., M.Si (Mama) selaku dosen pembimbing yang telah membimbing dan sabar memberi masukan sampai akhirnya skripsi

ini selesai.

8. KASTER, sahabat kampus membangun kasta tertinggi di akuntansi umy terimakasih untuk segala semangat, doa, dan motivasi. Semoga kalian


(9)

viii

10.Seluruh teman teman seperjuangan bimbingan skripsi Mama Erni.

11.Untuk seluruh teman-teman seperjuangan AKUNTANSI 2013 UMY,

yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu. Semoga sukses untuk kita


(10)

ix

INTISARI

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh bukti empiris mengenai pengaruh mekanisme corporate governance yang meliputi ukuran dewan komisaris, proporsi komisaris independen, ukuran komite audit, kepemilikan institusional serta profitabilitas, tingkat leverage, dan ukuran perusahaan terhadap pengungkapan manajemen risiko.

Penelitian ini menggunakan purposive sampling dalam melakukan pemilihan sampel. Sebanyak 129 perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI (Bursa Efek Indonesia) pada tahun 2013-2015 dijadikan sampel dalam penelitian ini. Teori stakeholder dan agency theory digunakan unutk menjelaskan hubungan antar variabel. Pengungkapan risiko dalam penelitian ini menggunakan content analysis yang didasarkan pada identifikasi kalimat-kalimat pengungkapan risiko dalam laporan tahunan. Metode statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi berganda.

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa ukuran dewan komisaris, proporsi komisaris independen, ukuran komite audit, kepemilikan institusional, tingkat leverage, dan ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap pengungkapan manajemen risiko, sedangkan tingkat profitabilitas tidak berpengaruh terhadap pengungkapan manajemen risiko.

Kata kunci: Risiko, pengungkapan risiko, manajemen risiko, pengungkapan manajemen risiko, jenis risiko, karakteristik pengungkapan, teori stakeholder, dan agency theory


(11)

x

ABSTRACT

This research was intended to achieve empirical prove of mechanism corporate governance leverage which involving commisioner board proportions, independent commisioner proportions, audit board proportions, institutional ownership along profitability, leverage level and company for risk management disclosure.

Purposive sampling has been used in this research in selecting sample. By 129 manufacture company that has been listed in BEI (Bursa Efek Indonesia) in 2013-2015 has become sample in this research. Stakeholder theory and agency theory are being used to explain the relation between variable. In this research risk disclosure using content analysis which is based on identification of risk disclosure sentences in annual report. Statistichal methods which being used in this case is multiple analysis regression.

The result has shown that commisioner board proportions, independent commisioner proportions, audit board proportions, institutional ownership, leverage level, and company proportions has positive impact to risk management disclosure, while profitability level has no impact to risk management disclosure.

Keyword : Risk, risk disclosure, risk management, risk management disclosure, risk type, disclosure characteristics, stakeholder theory and agency theory


(12)

xi

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kemudahan, rahmat,

dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi

dengan judul: “PENGARUH MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE,

PROFITABILITAS, LEVERAGE DAN UKURAN PERUSAHAAN

TERHADAP PENGUNGKAPAN MANAJEMEN RISIKO”.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam

memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah

Yogyakarta. Penulis mengambil topik ini dengan harapan agar dapat memberikan

kontribusi pengetahuan mengenai pengaruh Mekanisme Corporate Governance,

Profitabilitas, Leverage dan Ukuran Perusahaan terhadap Pengungkapan

Manajemen Risiko di sebuah perusahaan.

Penyelesaian skripsi ini tidak lepas dari bimbingan dan dukungan dari

berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima

kasih kepada:

1. Bapak Dr. Nano Prawoto, M.Si.selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas

Muhammadiyah Yogyakarta yang telah memberikan petunjuk, bimbingan

serta kemudahan selama penulis menyelesaikan studi.

2. Mama Erni Suryandari Fathmaningrum, S.E., M.Si. selaku dosen

pembimbing skripsi, yang dengan sabar menuntun dan memberikan


(13)

xii telah membantu berjalannya sidang.

5. Orangtua dan sanak saudara yang tak pernah absen memberi dukungan dan

doa hingga dapat menyelesaikan studi.

6. Sahabat dan teman-teman yang saling bahu-membahu bertukar semangat dan

berjuang bersama dalam penyelesaian skripsi ini.

Penulis menyadari akan adanya kekurangan dalam skripsi ini, sehingga

saran dan kritik sangat penulis harapkan untuk kesempurnaan skripsi.

Wassalammu’alaikum Wr. Wb.

Yogyakarta, 6 Desember 2016

Penulis


(14)

xiii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERNYATAAN ... iv

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v

INTISARI ... ix

ABSTRACT ... x

KATA PENGANTAR………...xi

DAFTAR ISI……….……….xii

DAFTAR TABEL………..xv

DAFTAR GAMBAR………xvi

DAFTAR LAMPIRAN………xvii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Rumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Manfaat Penelitian ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 10

A. Landasan Teori ... 10

1. Agency theory ... 10

2. Teori Stakeholder………... 11

3. Pengungkapan Manajemen Risiko ... 12

3. Dewan Komisaris ... 14

4. Dewan Komisaris Independen... 16

5. Komite Audit ... 16

6. Kepemilikan Institusional ... 17

7. Profitabilitas ... 17

8. Leverage ... 18

9. Ukuran Perusahaan ... 18

B. Penelitian Terdahulu dan Pengembangan Hipotesis... 19

C. Model Penelitian ... 26

BAB III METODE PENELITIAN... 27

A. Subyek Penelitian ... 27

B. Jenis Data ... 27

C. Teknik Pengambilan Sampel ... 27

D. Teknik Pengumpulan Data ... 28

E. Definisi Operasional Pengukuran Variabel Penelitian ... 28


(15)

xiv

D. Pembahasan (Interpretasi) ... 52

BAB V SIMPULAN, SARAN, DAN KETERBATASAN PENELITIAN ... 59

A. Simpulan ... 59

B. Saran ... 60

C. Keterbatasan Penelitian ... 60

DAFTAR PUSTAKA ... 61


(16)

xv

Tabel 3.1 Tabel Item Pengungkapan Risiko ………..30

Tabel 4.1 Prosedur Pemilihan Sampel ... 40

Tabel 4.2 Statistik Deskriptif Data Penelitian ... 41

Tabel 4.3 Hasil Uji Normalitas ... 43

Tabel 4.4 Hasil Uji Multikolinearitas ... 44

Tabel 4.5 Hasil Uji Heteroskedastisitas ... 45

Tabel 4.6 Hasil Uji Autokorelasi ... 46

Tabel 4.7 Hasil Uji Koefisien Determinasi ... 47

Tabel 4.8 Hasil Uji F ... 48

Tabel 4.9 Hasil Uji T ... 49


(17)

xvi


(18)

xvii Lampiran 1. Nama Perusahaan

Lampiran 2. Data Sampel Perusahaan


(19)

(20)

(21)

corporate governance leverage which involving commisioner board proportions, independent commisioner proportions, audit board proportions, institutional ownership along profitability, leverage level and company for risk management disclosure.

Purposive sampling has been used in this research in selecting sample. By 129 manufacture company that has been listed in BEI (Bursa Efek Indonesia) in 2013-2015 has become sample in this research. Stakeholder theory and agency theory are being used to explain the relation between variable. In this research risk disclosure using content analysis which is based on identification of risk disclosure sentences in annual report. Statistichal methods which being used in this case is multiple analysis regression.

The result has shown that commisioner board proportions, independent commisioner proportions, audit board proportions, institutional ownership, leverage level, and company proportions has positive impact to risk management disclosure, while profitability level has no impact to risk management disclosure.

Keyword : Risk, risk disclosure, risk management, risk management disclosure, risk type, disclosure characteristics, stakeholder theory and agency theory


(22)

1

A. Latar Belakang

Kebangkrutan perusahaan Enron dan World com yang melibatkan

kantor akuntan publik yang dikenal dengan nama Arthur Andersen sangat

mengejutkan para pengguna laporan keuangan yang ada di seluruh dunia.

Kejadian tersebut berdampak pada pandangan pengguna laporan keuangan

maupun investor yang beranggapan bahwa laporan hanya disusun sesuai

standar akuntansi namun tidak mengggambarkan bagaimana kondisi

perusahaan yang sesungguhnya di periode tertentu. Perusahaan diharapkan

untuk dapat lebih transparan dalam mengungkapkan informasi keuangan

perusahaanya, sehingga dapat membantu para pengambil keputusan seperti

investor, kreditur, dan pemakai informasi lainya dalam mengantisipasi kondisi

ekonomi yang semakin berubah (Almilia dan Retrinasari, 2007)

Pada tahun 2008 terjadi krisis keuangan global yang mendorong setiap

perusahaan untuk lebih memperhatikan setiap risiko yang terjadi dan

menerapkan manajemen risiko itu sendiri. Selain itu dari pihak luar menuntut

adanya pengungkapan baik dari segi keuangan dan non keuangan sebagai

media untuk melihat bagaimana kondisi perusahaan secara menyeluruh serta

membantu pengambilan keputusan bagi pihak luar dalam melakukan investasi


(23)

baik dari perusahaan serta tidak menutupi informasi buruk dari perusahaan.

Pengungkapan dilakukan sesuai fakta yang terjadi di perusahaan.

Dalam melakukan sebuah investasi pada umumnya investor dihadapkan

pada suatu situasi yaitu “high risk high return”, artinya jika ingin memperoleh

hasil maksimal maka risiko yang diperoleh juga akan semakin besar. Dengan

ada risiko di setiap usaha, maka perusahaan dituntut untuk dapat

mengendalikan risiko agar tidak merugikan perusahaan dan investor. Kelihaian

perusahaan dalam mengelola risiko diharapkan berbanding lurus dengan

langkah dan solusi perusahaan dalam menghadapi setiap risiko yang akan

datang. Salah satu aspek penting dalam pengelolaan risiko ini adalah

pengungkapan manajemen risiko

Pentingnya pengungkapan risiko mulai menjadi topik utama sejak

tahun 1998 ketika Institute of Chartered Accountants in England and Wales

(ICAEW) mempublikasikan sebuah discussion paper berjudul “Financial Reporting of Risk – Proposals for a Statement of Business Risk”. ICAEW

menyarankan kepada direksi untuk menyediakan informasi manajemen risiko

pada laporan tahunan untuk memfasilitasi para stakeholder (Taures, 2011).

Pengungkapan informasi merupakan salah satu mekanisme penerapan

corporate governance, sebagaimana disebutkan oleh Wardhana (2013) bahwa

berdasarkan Pedoman Umum Good Corporate Governance Indonesia yang

dikeluarkan oleh Komite Nasional Kebijakan Governance menyebutkan bahwa

perlunya perusahaan untuk mengungkap informasi salah satunya adalah


(24)

menyatakan bahwa dalam penerapan good corporate governance terdapat dua

mekanisme untuk menyamakan perbedaan kepentingan antara pemilik saham

dan manajer yaitu mekanisme internal dan eksternal. Mekanisme internal

meliputi ukuran dewan komisaris, ukuran proporsi komisaris independen, dan

ukuran komite audit lalu mekanisme eksternal meliputi kepemilikan

institusional.

Ukuran dewan komisaris merupakan seberapa banyak dewan komisaris

yang terdapat dalam suatu perusahaan. Semakin banyak jumlah dewan

komisaris tentunya kegiatan monitoring atau pengawasan lebih terbantu dan

hal ini didukung oleh penelitian Desender (2007) dan penelitian Jatiningrum

(2011) yang menyatakan bahwa ukuran dewan komisaris berpengaruh positif

terhadap pengungkapan manajemen risiko, namun hal ini juga ditolak oleh

penelitian Meizaroh (2011) yang menyatakan bahwa ukuran dewan komisaris

yang besar kurang efektif dalam melaksanakan pengawasan perusahaan.

Proporsi komisaris independen adalah dewan komisaris dari pihak

eksternal perusahaan. Semakin banyaknya komisaris independen berdampak

pada kegiatan pengawasan yang lebih baik dan terkordinasi sehingga akan

menghasilkan transparansi laporan pengungkapan dari perusahaan yang lebih

berkualitas dan transparan. Argumen ini didukung oleh penelitian yang

dilakukan oleh Wardhana (2013) serta Abraham dan Cox (2007) yang

menyatakan bahwa proporsi komisaris independen berpengaruh positif

terhadap pengungkapan manajemen risiko, namun bertolak belakang dengan


(25)

(2013) bahwa komisaris independen tidak berpengaruh pada pengungkapan

manajemen risiko.

Ukuran komite audit merupakan banyaknya jumlah komite yang

bertugas untuk menjaga kestabilan laporan keuangan perusahaan. Semakin

banyak komite dapat meningkatkan pengawasan terhadap praktek kecurangan

atau manipulasi laporan keuangan sehingga hal tersebut dapat diminimalisasi.

Ukuran komite audit juga akan berdampak pada peningkatan tanggung jawab

dalam penyampaian dan informasi laporan keuangan. Hal tersebut didukung

oleh hasil penelitian Ruwita (2012) serta Putri (2014) yang menyatakan bahwa

ukuran komite audit berpengaruh positif terhadap pengungkapan manajemen

risiko, namun berbeda dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Mubarok

(2013)

Kepemilikan institusional adalah pembelian kepemilikan saham besar

yang dilakukan oleh lembaga ataupun institusi. Semakin besar porsi saham

yang dibeli akan memberikan keleluasaan bagi pemegang saham untuk

melakukan pengawasan langsung dan turut serta berperan aktif dalam

pengambilan keputusan oleh perusahaan. Sehingga hubungan antara manajer

dan pemilik saham tidak terjadi ketimpangan yang menguntungkan bagi pihak

manajer yang dapat semena mena melakukan pengambilan keputusan didasari

oleh kepentingan pribadi

Kondisi sebuah perusahaan yang bagus dan stabil memberikan dampak


(26)

didukung oleh penelitian Boediono (2005) dan Utami dkk (2012) yang

menyatakan bahwa kepemilikan institusional berpengaruh terhadap

pengungkapan wajib. Almilia dan Edo (2013) menyatakan bahwa kepemilikan

institusional berpengaruh terhadap pengungkapan manajemen risiko. Namun

penelitian Mubarok (2013) menunjukan bahwa tidak ada pengaruh

kepemilikan institusional terhadap pengungkapan manajemen risiko

Profitabilitas adalah kemampuan yang dicapai oleh perusahaan dalam

satu periode tertentu serta profit yang mengalami peningkatan. Profit margin

yang tinggi akan mendorong para manajer untuk memberikan informasi yang

lebih terinci, sebab mereka ingin meyakinkan investor terhadap profitabilitas

perusahaan dan kompensasi terhadap manajemen (Retrinasari, 2007).

Penelitian ini didukung oleh Alijifri dan Hussainey (2007) yang menyatakan

bahwa terdapat pengaruh profitabilitas terhadap pengungkapan risiko. Namun

dalam penelitian Anisa (2012) profitabilitas tidak mempengaruhi

pengungkapan risiko

Leverage merupakan seberapa banyak asset perusahaan yang dibiayai

oleh pihak ketiga atau bisa disebut utang usaha. Semakin besar tingkat

leverage perusahaan, semakin besar pula tingkat ketergantungan perusahaan

terhadap pihak ketiga yang mendorong dilakukanya pengungkapan yang

berkualitas. Penelitian ini didukung oleh Hasan (2009) yang menggunakan

debt to asset dan debt to quality untuk mewakili tingkat risiko (leverage) dan


(27)

Ukuran perusahaan adalah seberapa besar kondisi perusahaan yang

dapat dilihat melalui total aktiva, penjualan dan kapitalisasi pasar. Jika semakin

besar maka ukuran perusahaan dapat dikatakan besar pula. Perusahaan besar

memiliki banyak pemegang kepentingan, oleh karena itu semakin besar

perusahaan maka semakin besar pengungkapan informasi untuk memenuhi

kebutuhan para pemegang saham (Amran et al, 2009). Penelitian Amran et al

(2009) menunjukan bahwa ukuran perusahaan memiliki pengaruh terhadap

pengungkapan risiko

Motivasi dilakukannya penelitian ini karena kurangnya penelitian yang

melakukan pembahasan mendalam mengenai pengungkapan khususnya

pengungkapan risiko dan hasil yang tidak konsisten mengenai pengungkapan

yang terjadi di dalam perusahaan khususnya pengungkapan manajemen risiko.

Penelitian ini melakukan replikasi dari penelitian Putri (2014) dengan

perbedaan menambahkan leverage, profitabilitas dan ukuran perusahaan

perusahaan sebagai variabel yang mempengaruhi pengungkapan manajemen

resiko. Penelitian ini merubah tahun dari 2011 dan 2013 oleh penelitian Putri

(2014) menjadi tahun 2013-2015 serta mengganti sampel dari perusahaan non

keuangan menjadi perusahaan manufaktur.

Berdasarkan penjabaran latar belakang diatas peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian dengan judul: “PENGARUH MEKANISME

CORPORATE GOVERNANCE, LEVERAGE, PROFITABILITAS DAN

UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP PENGUNGKAPAN


(28)

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian adalah sebagai berikut:

1. Apakah ukuran dewan komisaris berpengaruh terhadap pengungkapan

manajemen risiko?

2. Apakah proporsi komisaris independen berpengaruh terhadap

pengungkapan manajemen risiko?

3. Apakah ukuran komite audit berpengaruh terhadap pengungkapan

manajemen risiko?

4. Apakah kepemilikan institusional berpengaruh terhadap pengungkapan

manajemen risiko?

5. Apakah tingkat profitabilitas perusahaan berpengaruh terhadap

pengungkapan manajemen risiko?

6. Apakah tingkat leverage berpengaruh terhadap pengungkapan manajemen

risiko?

7. Apakah ukuran perusahaan berpengaruh terhadap pengungkapan

manajemen risiko?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:

1. Untuk mengetahui apakah ukuran dewan komisaris berpengaruh terhadap

pengungkapan manajemen risiko

2. Untuk mengetahui apakah proporsi komisaris independen berpengaruh


(29)

3. Untuk mengetahui apakah ukuran komite audit berpengaruh terhadap

pengungkapan manajemen risiko

4. Untuk mengetahui apakah kepemilikan institusional berpengaruh terhadap

pengungkapan manajemen risiko

5. Untuk mengetahui apakah tingkat profitabilitas berpengaruh terhadap

pengungkapan manajemen risiko

6. Untuk mengetahui apakah tingkat leverage berpengaruh terhadap

pengungkapan manajemen risiko

7. Untuk mengetahui apakah ukuran perusahaan berpengaruh terhadap

pengungkapan manajemen risiko

D. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

a. Bagi Akademisi

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan

pengetahuan bagi ilmu ekonomi, terutama bidang akuntansi. Ilmu

mengenai pentingnya pengungkapan manajemen risiko itu dilakukan serta

faktor faktor apa saja yang mampu memberikan dorongan terhadap

terciptanya pengungkapan tersebut. Selain itu, penulis berharap mampu

memberikan refrensi tentang penelitian baru yang juga akan membahas


(30)

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Investor

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi mengenai

pengungkapan manajemen risiko yang dilakukan perusahaan untuk

membantu investor dalam melakukan suatu pengambilan keputusan

investasi

b. Bagi Perusahaan

Penelitian ini diharapkan mampu menambahah pengetahuan dan

memperbaiki sistem praktek pengungkapan manajemen risiko di

perusahaan. Selain itu penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi

serta pemahaman pengungkapan risiko. Sehingga pelaporan manajemen


(31)

10

A. Landasan Teori

1. Teori Keagenan (Agency Theory)

Teori keagenan mendiskripsikan hubungan antara pemegang saham yang

disebut dengan principal dan manajemen yang disebut sebagai agen. Principal

merupakan pemilik perusahaan yang bertugas untuk menyediakan segala

kebutuhan dana ataupun fasilitas yang dibutuhkan oleh operasional perusahaan,

sedangkan agen merupakan seseorang yang dipilih lalu dikontrak untuk diberikan

wewenang mengelola perusahaan sebaik mungkin. Jensen dan Mackling (1976)

mendefinisikan hubungan keagenan sebagai suatu kontrak yang mana satu atau

lebih principal (pemilik) menggunakan orang lain agen (manajer) untuk

menjalankan aktifitas perusahaannya.

Dalam praktek sesungguhnya, agen selaku manajer perusahaan seringkali

bertindak tidak sesuai aturan kontrak. Dalam kontrak agen diberikan wewenang

untuk mengelola perusahaan sebaik mungkin dan memberikan keuntungan bagi

principal selaku pemilik saham, namun kenyataanya justru agen melanggar aturan

kontrak. Dalam mengambil keputusan yang seharusnya didasarkan pada

kepentingan perusahaan, agen justru cenderung mengambil keputusan

berdasarkan kepada kepentingan pribadi. Para manajemen perusahaan mempunyai

kecenderungan untuk memperoleh keuntungan sebesar-besarnya dengan biaya


(32)

terjadi karena adanya pandangan agen bahwa dalam melakukan pengambilan

keputusan yang menanggung kerugian sepenuhnya adalah principal, sehingga

agen dapat dengan leluasa melakukan pengambilan keputusan menurut

kepentingan pribadi

Pengungkapan menjadi faktor penting yang mampu mengurangi konflik antara

agen dan principal. Agen tidak lagi bisa dengan leluasa membuat keputusan yang

merugikan perusahaan. Pengambilan keputusan harus sesuai dengan kepentingan

pemilik saham ataupun kondisi perusahaan

2. Teori Pemangku Kepentingan (Stakeholder Theory)

Teori pemangku kepentingan menjelaskan bahwa dalam operasi perusahaan

tidak tergantung untuk mencapai tujuan perusahaan saja, tetapi perusahaan

dituntut untuk memberikan manfaat atau timbal balik kepada stakeholder.

Stakeholder disini adalah pihak pihak yang mendukung tercapainya tujuan

perusahaan yang terdiri dari pemilik saham, kreditur, konsumen, pemerintah,

masyarakat dan masih banyak lagi. Kelompok stakeholder inilah yang menjadi

bahan pertimbangan bagi manajemen perusahaan dalam mengungkap ataupun

tidak suatu informasi dalam laporan perusahaan.

Definisi stakeholder menurut Freeman dan McVea (2001) adalah setiap

kelompok atau individu yang dapat mempengaruhi atau dipengaruhi oleh

pencapaian tujuan organisasi. Tujuan utama dari teori stakeholder adalah untuk

membantu manajemen perusahaan dalam menciptakan nilai sebagai dampak dari


(33)

Perusahaan dituntut untuk menjaga hubungan baik dengan para stakeholder,

karena semakin bagus hubungan yang dimiliki akan berpengaruh terhadap

ketepatan pencapaian tujuan perusahaan. Untuk menjaga hubungan dengan

stakeholder dapat dilakukan dengan melakukan pengungkapan laporan

perusahaan, karena stakeholder memiliki kebutuhan untuk mengetahui seberapa

baik atau buruknya kondisi perusahaan. Pengungkapan risiko sebagai salah satu

praktik pengungkapan perusahaan merupakan salah satu cara perusahaan untuk

berkomunikasi dengan para stakeholder nya (Taures, 2010).

Perusahaan yang mengungkap lebih banyak informasi risiko, akan

menemukan bahwa pasar mengerti lebih baik mengenai posisi risiko perusahaan

dan perusahaan kemudian dianggap berisiko lebih kecil dari sebelumnya (Ruwita,

2012). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa perusahaan yang melakukan

pengungkapan risiko lebih luas dapat dikatakan lebih tidak berisiko karena

kemampuan dalam mengelola risiko perusahaan di masa yang akan dating.

3. Pengungkapan Manajemen Risiko

Manajemen risiko adalah suatu langkah penyelesaian masalah yang mungkin

akan dihadapi menyangkut risiko yang akan mengancam aset perusahaan.

Menurut Smith (1990) manajemen risiko didefinisikan sebagai proses identifikasi,

pengukuran, dan kontrol keuangan dari sebuah risiko yang mengancam aset dan

penghasilan dari sebuah perusahaan atau proyek yang dapat menimbulkan


(34)

manfaat manajemen risiko yang diberikan terhadap perusahaan dapat dibagi

dalam 5 (lima) kategori utama yaitu :

a. Manajemen risiko mungkin dapat mencegah perusahaan dari kegagalan

b. Manajemen risiko menunjang secara langsung peningkatan laba

c. Manajemen risiko dapat memberikan laba secara tidak langsung

d. Adanya ketenangan pikiran bagi manajer yang disebabkan oleh adanya

perlindungan terhadap risiko murni, merupakan harta non-material bagi

perusahaan itu

e. Manajemen risiko melindungi perusahaan dari risiko murni, dan karena

kreditur pelanggan dan pemasok lebih menyukai perusahaan yang

dilindungi maka secara tidak langsung menolong meningkatkan public

image

Semakin berkembangnya zaman berpengaruh terhadap perkembangan

ekonomi di dunia yang secara langsung membuat permasalahan yang ada di

perusahaan pun semakit meningkat dan beragam, adanya pengungkapan

manajemen risiko diharapkan mampu memberikan bantuan penyelesaian dan

pencegahan masalah yang mungkin di suatu saat akan dihadapi perusahaan.

Pentingnya pelaporan terhadap risiko telah dimulai awal tahun 1998 ketika

Institute of Chartered Accountants in England and Wales (ICAEW) menerbitkan

tulisan hasil diskusi berjudul “Financial Reporting of Risk-Proposals for

statement of Business Risk” (Amran et al, 2009). Fokus dalam risk disclosure

meningkat sejak munculnya introduction IFRS 7, 1 Januari 2007 (Kruk, 2009). Di


(35)

dan saat itu ketertarikan terhadap pengungkapan risiko pun semakin meningkat

(Oorschot, 2009).

Salah satu faktor dalam pengungkapan perusahaan adalah pengungkapan

manajemen risiko. Pengungkapan risiko yaitu suatu upaya perusahaan untuk

memberi informasi kepada pengguna laporan tahunan ataupun calon investor

mengenai apa yang mengancam perusahaan, sehingga dapat dijadikan faktor

pertimbangan dalam pengambilan keputusan (Almilia, 2013).

Pengungkapan risiko dalam laporan keuangan dikelompokkan menjadi dua

yaitu pengungkapan wajib (mandatory disclosure) dan pengungkapan sukarela

(voluntary disclosure). Pengungkapan wajib merupakan pengungkapan minimal

yang sudah ditentukan oleh standar akuntansi, sedangkan pengungkapan sukarela

adalah pilihan bebas dari manajemen perusahaan untuk memberikan informasi

kepada investor ataupun pihak yang membutuhkan untuk melakukan keputusan

pengambilan investasi. Perusahaan dikatakan telah mengungkapkan risiko jika

pembaca laporan tahunan diberi informasi mengenai kesempatan atau prospek,

bahaya, kerugian, ancaman atau eksposur, yang akan berdampak bagi perusahaan

sekarang maupun masa mendatang (Linsley dan Shrives, 2006)

4. Dewan Komisaris

Dewan komisaris sebagai puncak dari sistem pengelolaan internal perusahaan

berperan terhadap aktivitas pengawasan. Dengan peran dewan komisaris tersebut

diharapkan mampu meningkatkan pengungkapan risiko oleh manajemen melalui


(36)

yang besar berpengaruh terhadap kurangnya pengaruh manajer sehingga dewan

dapat melakukan fungsi pengawasan secara efektif (Jatiningrum, 2011).

Dewan komisaris memiliki tugas untuk melakukan pengawasan dan

memberikan nasihat kepada direktur perusahaan. Status dewan komisaris ini

dipilih atau diberhentikan sesuai dengan keputusan perusahaan yang mengacu

pada kinerja yang dilakukan. Untuk memberikan kinerja yang baik maka dewan

komisaris dituntuk untuk melakukan pengawasan secara intensif. Tugas dan

tanggung jawab dewan komisaris dapat dirinci sebagai berikut:

a. Melakukan pengawasan atas jalanya pengurusan Perseroan oleh Direksi

serta memberikan persetujuan dan pengesahan atas rencana kerja dan

anggaran tahun Perseroan

b. Mengadakan rapat atau pertemuan secara berkala untuk membahas

pengelolaan operasional Perseroan

c. Mengawasi pengelolaan Perseroan atas kebijakan yang telah ditetapkan

oleh Direksi dan memberikan masukan jika diperlukan

d. Menominasikan dan menunjuk calon anggota Dewan Komisaris dan

Direksi untuk diajukan dan disetujui dalam RUPS tahunan

e. Menentukan jumlah remunerasi bagi anggota Dewan Komisaris dan

Direksi, berlandaskan pada wewenang yang diberikan pada RUPS tahunan


(37)

5. Dewan Komisaris Independen

Dewan komisaris independen adalah dewan komisaris yang berasal dari pihak

eksternal perusahaan. Bertugas untuk melakukan pengawasan terhadap perilaku

kecurangan ataupun manipulasi salah satunya dalam pengungkapan laporan

tahunan dan memberikan saran ataupun masukan terhadap langkah kelanjutan

jangka pendek ataupun jangka panjang perusahaan. Perusahaan dengan proporsi

komisaris independen yang tinggi cenderung lebih memperhatikan risiko dan

memandang pembentukan RMC (Risk Management Commite) sebagai sumber

daya penting dalam membantu mereka menghadapi tanggung jawab pengawasan

manajemen risiko dibanding perusahaan dengan proporsi komisaris independen

yang rendah (Carson 2002; Chen et al. 2009). Dalam menghadapi suatu masalah

ataupun risiko di perusahaan, atas informasi yang telah didapat maka dewan

komisaris juga dituntut untuk memberi solusi penyelesaian masalah yang lebih

berpihak kepada kepentingan perusahaan.

6. Komite Audit

Komite audit merupakan suatu komite yang dibentuk oleh dewan komisaris

untuk melakukan tugas pengawasan perusahaan. Komite audit memiliki peran

yang sangat penting dan strategis dalam hal memelihara kredibilitas proses

penyusunan laporan keuangan seperti halnya menjaga terciptanya sistem

pengawasan perusahaan yang memadai serta dilaksanakannya good corporate

governance (Ruwita, 2012). Komite audit bersifat mandiri dalam melaksanakan


(38)

Bertindak secara independen merupakan tuntutan bagi komite audit sebagai

penghubung antara auditor eksternal dengan perusahaan. Tujuan komite audit

yaitu memnbantu dewan komisaris untuk memenuhi tanggungjawab dalam

memberikan pengawasan secara menyeluruh.

7. Kepemilikan Institusional

Kepemilikan isntitusional adalah kepemilikan saham perusahaan yang dimiliki

oleh pemerintah ataupun institusi. Jensen dan Meckling (1976) menyatakan

bahwa kepemilikan institusional memiliki peranan yang sangat penting dalam

mengurangi konflik keagenan yang terjadi antara pemegang saham dan manajer.

Porsi saham perusahan yang lebih besar dimiliki oleh pemerintah atau institusi

menyebabkan tingkat pengawasan kinerja manajemen perusahaan akan

meningkat. Semakin besar saham perusahaan yang dimiliki oleh pemerintah maka

semakin besar porsi suara pemilik saham dalam mengatur dan melakukan

pengawasan bagi perusahaan.

8. Profitabilitas

Tingkat profitabilitas merupakan indikator keberhasilan perusahaan terutama

kemampuannya dalam menghasilkan laba dengan memanfaatkan sumber yang

dimiliki seperti aset ataupun ekuitas (Taures, 2010). Profitabilitas adalah ukuran

perusahaan melalui profit ataupun besar laba yang didapatkan perusahaan pada

periode tertentu. Semakin tinggi nilai profit ataupun besar laba maka profitabilitas

perusahaan semakin tinggi. Penilaian mengenai profitabilitas dilakukan dengan


(39)

dilakukan analisis rasio yang menghasilkan rasio untuk menjadi standar penilaian

bidang tertentu. Hasil profitabilitas juga dapat dijadikan tolak ukur sebagai

penilaian efektivitas kinerja yang dilakukan oleh manajer perusahaan. Efektivitas

kinerja manajer dapat diketahui dari berapa jumlah atau pendapatan yang

didapatkan dan berapa pengeluaran investasi

9. Leverage

Leverage adalah pengukur seberapa besar komposisi aktiva perusahaan yang

dibiayai oleh pihak ketiga atau hutang. Perusahaan dengan leverage yang tinggi

cenderung memiliki biaya agensi yang tinggi, sehingga dapat menimbulkan

tingginya risiko keuangan yang harus dihadapi. Perusahaan dengan leverage

tinggi cenderung untuk memiliki risiko going concern yang tinggi (Subramaniam

et al. 2009). Kondisi dan sifat manajer perusahaan pun juga berpengaruh terhadap

tingkat leverage, semakin berani mengambil risiko maka tingkat leverage juga

semakin tinggi.

10. Ukuran Perusahaan

Ukuran perusahaan adalah seberapa besar sebuah perusahaan yang dapat

diukur maupun dilihat dari total aktiva, penjualan dan kapitalisasi pasar. Semakin

besar nilai total penjualan, total aset, dan kapitalisasi pasar maka semakin besar

ukuran perusahaan (Ruwita, 2012). Agency theory menyatakan bahwa perusahaan

besar memiliki biaya keagenan lebih besar jika dibandingkan dengan perusahaan


(40)

senantiasa melakukan pengungkapan risiko yang lebih luars sebagai usaha untuk

mengurangi biaya keagenan tersebut

B. Penelitian Terdahulu dan Penurunan Hipotesis

1. Ukuran Dewan Komisaris Terhadap Pengungkapan Manajemen Risiko

Jumlah dewan komisaris menggambarkan kemampuan berlebih dan

keragaman informasi yang menyangkut dengan pengungkapan perusahaan.

Semakin banyak jumlah dewan komisaris maka berpengaruh terhadap

pengawasan yang semakin ketat sehingga kualitas pengungkapan yang

dihasilkan perusahaan semakin berkualitas. Jumlah anggota dewan yang besar

menambah peluang untuk saling bertukar informasi dan keahlian sehingga

dapat meningkatkan kualitas pengungkapan manajemen risiko (Jatiningrum,

2011).

Penelitian yang dilakukan oleh Mustaqim dkk (2013) memberikan hasil

yang positif bahwa semakin besar ukuran dewan komisaris yang ada di

perusahaan akan berpengaruh terhadap pengungkapan manajemen risiko. Hasil

ini didukung dengan penelitian dari Jatiningrum (2011), Abraham dan Cox

serta Putri (2014) yang menyatakan bahwa ukuran dewan komisaris

berpengaruh terhadap pengungkapan manajemen risiko. Dengan demikian

peneliti menduga, bahwa dengan semakin besarnya ukuran dewan komisaris


(41)

manajemen risiko. Berdasarkan penjelasan diatas, maka hipotesis 1 yang

diajukan dalam penelitian ini adalah:

H1 : Ukuran dewan komisaris berpengaruh postif terhadap pengungkapan

manajemen risiko

2. Proporsi Komisaris Independen Terhadap Pengungkapan Manajemen Risiko

Kehadiran komisaris independen memiliki nilai plus bagi perusahaan dari

segi pengungkapan. Komisaris independen berasal dari pihak internal dan

eksternal perusahaan, sehingga mampu memberikan masukan yang bersifat

independen kepada anggota dewan dan hasil kontrol yang dilakukan bersifat

netral dan tidak dapat diganggu gugat, selain itu komisaris independen mampu

memberikan informasi pengungkapan yang lebih luas bagi publik. Semakin

besar proporsi komisaris independen akan berdampak pada pengawasan

perilaku manajemen untuk memenuhi keinginan pemegang saham dan tingkat

pengungkapan manajemen risiko yang lebih luas.

Penelitian yang dilakukan Wardhana (2013) memberikan hasil positif

bahwa proporsi dewan komisaris berpengaruh terhadap pengungkapan

manajemen risiko. Hal ini didukung oleh penelitian dari Desender (2007) dan

Abraham dan Cox (2007) yang memberikan hasil positif terhadap hubungan

antara proporsi dewan komisaris dengan pengungkapan manajemen risiko.

Namun penelitian yang dilakukan Putri (2014) memberikan hasil bahwa


(42)

manajemen risiko. Berdasarkan penjelasan diatas, maka hipotesis 2 yang

diajukan dalam penelitian ini adalah:

H2: Proporsi komisaris independen berpengaruh positif terhadap

pengungkapan manajemen risiko

3. Ukuran Komite Audit Terhadap Pengungkapan Manajemen Risiko

Komite audit merupakan komite penunjang dewan komisaris. Komite

audit diprediksi dapat memberikan pengaruh yang signifikan terhadap

pengungkapan yang lebih luas. Semakin banyak ukuran komite audit akan

menghasilkan pelaporan bidang keuangan sesuai standar yang diterapkan untuk

membantu memperluas pengungkapan manajemen risiko. Anggota Komite

Audit dengan keahlian akuntansi dan keuangan memiliki kemampuan yang

lebih mendalam untuk memahami permasalahan dan risiko serta prosedur yang

diusulkan untuk mengatasi dan mendeteksi masalah dan risiko tersebut

(Ruwita, 2013).

Penelitian yang dilakukan oleh Putri (2014) memberikan hasil bahwa

ukuran komite audit berpengaruh positif terhadap pengungkapan manajemen

risiko. Dengan demikian peneliti menduga, bahwa semakin besar ukuran

komite audit akan memberikan hasil yang bagus terhadap penyajian laporan

keuangan serta membantu dewan komisaris dalam melakukan pengawasan

pengungkapan secara menyeluruh. Berdasarkan penjelasan diatas, maka


(43)

H3: Ukuran komite audit berpengaruh positif terhadap pengungkapan

manajemen risiko

4. Kepemilikan Institusional Terhadap Pengungkapan Manajemen Risiko

Porsi kepemilikan saham perusahaan yang lebih besar dimiliki oleh

sebuah institusi ataupun pihak luar akan menyebabkan tingkat pengawasan

yang dilakukan semakin tinggi karena institusi atau pihak luar memiliki suara

yang besar dan dominan dalam mengatur jalanya perusahaan. Kepemilikan

institusional memiliki kemampuan untuk mengendalikan pihak manajemen

melalui proses monitoring secara efektif sehingga akan mempengaruhi tingkat

pengungkapan wajib (Boediono, 2005). Semakin tingginya jumlah investor

institusional, maka akan terdapat peningkatan insentif bagi perusahaan untuk

berperan aktif dalam corporate governance, termasuk dalam hal pengungkapan

(Oktaviana, 2009).

Kepemilikan institusional mempunyai kemampuan dalam hal

monitoring untuk mengawasi perilaku manajer yang kapan saja dapat

melakukan kecurangan ataupun manipulasi mengenai informasi yang akan

diungkapkan perusahaan. Karena adanya monitoring yang kuat maka manajer

cenderung untuk tidak berbuat curang dan menghindari praktek manipulasi

terhadap pengungkapan risiko perusahaan.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Putri (2014) dan Kusumaningrum

(2013) menunjukan kepemilikan institusional berpengaruh positif terhadap


(44)

kepemilikan institusional yang besar membuat tingkat pengungkapan risiko

juga semakin luas.

Dengan demikian, peneliti menduga bahwa semakin tinggi tingkat

kepemilikan institusional akan menghadirkan sistem kepemilikan yang

terpusat. Kepemilikan yang porsinya lebih besar dimilki oleh sebuah institusi

atau pihak luar memberikan kekuatan suara yang lebih tinggi dalam mengatur

perusahaan dan tingkat pengawasan yang lebih tinggi terhadap pemgungkapan

risiko perusahaan. Berdasarkan penjelasan diatas, maka hipotesis 4 yang

diajukan peneliti adalah:

H4: Kepemilikan institusional berpengaruh positif terhadap

pengungkapan manajemen risiko

5. Tingkat Profitabilitas Terhadap Pengungkapan Manajemen Risiko

Berdasarkan agency theory, profitabilitas merupakan suatu indikator

ataupun cermin keadaan atau kondisi kemajuan sebuah perusahaan. Semakin

tinggi tingkat profitabilitas maka keadaan atau kondisi perusahaan semakin

baik dan maju, namun jika tingkat profitabilitas semakin rendah maka keadaan

atau kondisi perusahaan semakin buruk dan mundur. Semakin tinggi tingkat

profitabilitas yang dimiliki sebuah perusahaan akan menyebabkan ketertarikan

investor luar untuk membeli saham perusahaan, sehingga perusahaan

cenderung melakukan pengungkapan yang luas khususnya pengungkapan

manajemen risiko untuk lebih menarik dan meyakinkan investor luar dalam


(45)

Hasil penelitian dari Aljifri dan Hussainey (2007) menemukan

pengaruh positif antara tingkat profitabilitas terhadap pengungkapan

manajemen risiko. Namun penelitian dari Anisa (2012) menemukan pengaruh

negatif antara tingkat profitabilitas terhadap pengungkapan manajemen risiko.

Berdasarkan penjelasan diatas, maka hipotesis 5 yang diajukan peneliti adalah:

H5: Tingkat profitabilitas berpengaruh positif terhadap pengungkapan

manajemen risiko

6. Tingkat Leverage Terhadap Pengungkapan Manajemen Risiko

Tingkat leverage dapat menunjukan struktur modal perusahaan.

Semakin tinggi tingkat leverage dapat diartikan bahwa struktur modal

perusahaan lebih dominan hutang dibandingkan ekuitasnya yang berdampak

pada tuntutan pengungkapan yang semakin tinggi dari pihak luar. Ketika

sebuah perusahaan memiliki tingkat utang yang lebih tinggi di bandingkan

struktur modal, kreditur dapat memaksa perusahaan untuk mengungkapkan

informasi lebih lanjut (Amran et al, 2009). Leverage merupakan pengukur

besarnya aktiva yang dibiayai oleh hutang. Menurut teori stakeholder,

perusahaan diharapkan mengungkap lebih banyak risiko dengan tujuan untuk

menyediakan penilaian dan penjelasan mengenai apa yang terjadi pada

perusahaan (Amran et al, 2009).

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Anisa (2012) dan Hasan (2009)

menunjukan bahwa terdapat pengaruh positif leverage terhadap pengungkapan


(46)

tingkat leverage yang dimiliki perusahaan menyebabkan tuntutan

pengungkapan akan semakin besar dilakukan oleh pihak luar dan kreditur

untuk mengetahui seberapa baik atau buruk kondisi dan kemampuan

perusahaan melunasi hutangnya. Berdasarkan penjelasan diatas, maka hipotesis

6 yang diajukan peneliti adalah:

H6: Tingkat leverage berpengaruh positif terhadap pengungkapan

manajemen risiko

7. Ukuran Perusahaan Terhadap Pengungkapan Manajemen Risiko

Agency theory menyatakan jika perusahaan besar memiliki biaya keagenan

yang lebih besar jika dibandingkan dengan perusahaan kecil (Jensen dan

Meckling, 1976 dalam Almilia dan Retrinasari, 2007). Perusahaan besar mungkin

akan melakukan pengungkapan lebih luas yang bertujuan untuk mengurangi biaya

keagenan tersebut. Menurut Fitriani (2001) perusahaan besar memiliki

kemampuan untuk merekrut karyawan yang sudah ahli serta adanya tuntutan lebih

dari pemegang saham dan analisis, sehingga perusahaan besar memiliki inisiatif

untuk melakukan pengungkapan yang lebih luas dari perusahaan kecil.

Mengungkapkan banyak informasi merupakan bagian dan upaya perusahaan

dalam mewujudkan akuntabilitas public (Almilia dan Retrinasari, 2007).

Perusahaan besar merupakan entitas yang banyak disoroti oleh publik pada

umumnya.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Amilia dan Ratnasari (2007), Amran


(47)

ukuran perusahaan terhadap pengungkapan manajemen risiko. Berdasarkan

pernyataan diatas, maka hipotesis 7 yang diajukan oleh peneliti adalah:

H7: Ukuran Perusahaan berpengaruh positif terhadap pengungkapan

manajemen risiko C. Model Penelitian

:

Gambar 2.1 Model Penelitian

Pengungkapan

Manajemen

Risiko

Tingkat Profitabilitas

Tingkat Leverage

Ukuran Perusahaan Proporsi Dewan Komisaris

Ukuran Dewan Komisaris

Ukuran Komite audit

Kepemilikan Institusional

Variabel Independen

Variabel Dependen

+

+

+

+

+

+

+


(48)

27

A. Subyek Penelitian

Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan

manufaktur yang terdaftar di BEI (Bursa Efek Indonesia) pada tahun 2013-2015.

Perusahaan manufaktur dipilih karena merupakan perusahaan pengelola sumber

daya yang melakukan kegiatan transaksi ekonomi dengan banyak pihak yaitu

stakeholder (Ruwita, 2012). Perusahaan yang banyak melakukan transaksi dengan

berbagai pihak tentu akan menimbulkan banyak risiko sehingga diharapkan akan

berhubungan dengan pengungkapan risiko yang dilakukan oleh perusahaan.

B. Jenis Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data

sekunder merupakan data yang sudah ada sehingga peneliti tidak perlu

dikumpulkan sendiri oleh peneliti (Putri, 2014). Data yang digunakan berupa

laporan tahunan perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI (Bursa Efek

Indonesia) pada tahun 2013-2015. Data diperoleh dari www.idx.com

C. Teknik Pengambilan Sampel

Sampel dalam penelitian ini merupakan perusahaan yang sudah terdaftar

dalam Bursa Efek Indonesia dari tahun 2013 sampai 2015. Pengambilan sampel

dilakukan dengan metode purposive sampling, yaitu pemilihan sampel tidak

secara acak tetapi dengan menggunakan kriteria tertentu. Adapun kriteria dalam


(49)

1. Sampel yang dipilih adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa

Efek Indonesia pada tahun 2013-2015

2. Sampel yang dipilih adalah perusahaan yang mempublikasikan laporan

tahunan 2013-2015 secara lengkap

3. Sampel yang dipilih adalah perusahaan yang memiliki data-data lengkap

yang terkait dengan variabel penelitian

4. Sampel yang dipilih adalah perusahaan yang melaporkan laporan

keuangan dalam bentuk rupiah

D. Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan metode dokumentasi sebagai cara

pengumpulan data. Metode dokumentasi dilakukan dengan cara mengumpulkan

sumber-sumber data yang diperlukan atau terkait dengan sampel penelitian.

E. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Penelitian 1. Variabel Dependen

Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah

pengungkapan manajemen risiko. Pengungkapan manajemen risiko adalah

pengungkapan tahunan perusahaan yang menyajikan penyelesaian masalah yang

mungkin akan dihadapi menyangkut risiko yang mengancam aset perusahaan.

Mengacu pada PSAK No. 60 (Revisi 2010), pengungkapan manajemen risiko


(50)

keuangan dalam menilai tingkat risiko yang terkait dengan instrumen keuangan.

Instrumen keuangan atau pengungkapan wajib (mandatory disclosure) terdiri dari:

a. Risiko mata uang (Currency) adalah risiko fluktuasi nilai instrumen

keuangan yang disebabkan perubahan nilai tukar mata uang asing.

b. Risiko tingkat bunga atas nilai wajar (Interest Rate) adalah risiko fluktuasi

nilai instrumen keuangan yang disebabkan perubahan tingkat bunga pasar.

c. Risiko harga (Price) adalah risiko fluktuasi nilai instrumen keuangan

sebagai akibat perubahan harga pasar. Risiko pasar tidak hanya mencakup

mengenai potensi kerugian melainkan melalui juga potensi keuntungan.

d. Risiko kredit (Credit) adalah risiko dimana salah satu pihak atas instrumen

keuangan akan gagal memenuhi kewajibanya dan menyebabkan terjadinya

kerugian di pihak lain.

e. Risiko likuiditas (Liquidity) adalah risiko dimana entitas akan memperoleh

kesulitan dalam mendapatkan dana untuk memenuhi komitmennya terkait

dengan instrumen keuangan.

Metode yang digunakan untuk menganalisis pengungkapan manajemen

risiko menggunakan metode content analysis yang berfokus pada luas atau jumlah

dan bukan kualitas pengungkapan manajemen risiko. Item item dari

pengungkapan manajemen risiko telah dikembangkan oleh Linsley dan Shrives


(51)

TABEL 3.1

ITEM PENGUNGKAPAN RISIKO

Risiko Keuangan 1. Risiko Pasar 2. Risiko Kredit 3. Risiko Likuiditas 4. Risiko Suku Bunga

5. Risiko Nilai Tukar Mata Uang Asing 6. Risiko Harga Komoditas

Risiko Operasi

1. Kepuasan Pelanggan

2. Pengembangan Produk dan Jasa 3. Pencarian Sumber Daya

4. Kegagalan Produk 5. Lingkungan

6. Efisiensi dan Kinerja

7. Persediaan yang Tidak Terpakai 8. Penyusutan

9. Kesehatan 10.Keamanan

11.Pengikisan Nama Merk Risiko Kekuasaan

1. Manajemen Kepemimpinan 2. Komunikasi

3. Intensif Kerja

4. Kesiapan Akan Perubahan 5. Pemasangan Iklan

Risiko Teknologi 1. Akses

2. Ketersediaan 3. Infrastruktur Risiko Intergritas

1. Kecurangan Manajer dan Karyawan 2. Tindakan Ilegal

3. Reputasi

4. Kebijaksanaan Manajemen Risiko Risiko Strategi

1. Pengamatan Lingkungan 2. Industri

3. Portofolio Bisnis 4. Pesaing

5. Peraturan 6. Politik


(52)

7. Berkekuasaan / Berdaulat 8. Penetapan Kerja

9. Penaksiran / Penilaian 10.Perencanaan

11.Siklus Hidup 12.Pengukuran Kinerja

Pengukuran variabel dependen ini dengan menggunakan jumlah

pengungkapan risiko yang disajikan dalam laporan tahunan perusahaan dengan

menggunakan checklist pengungkapan risiko. Diberikan nilai 1 (satu) apabila

perusahaan mengungkapkan risiko dan nilai 0 (nol) apabila perusahaan tidak

mengungkapkan risiko.

Presentase pengungkapan risiko =

Jumlah Pengungkapan Risiko Perusahaan X 100%

Total Jenis Risiko

2. Variabel Independen

a. Ukuran Dewan Komisaris

Ukuran dewan komisaris merupakan jumlah dewan komisaris yang

terdapat dalam sebuah perusahaan. Dewan komisaris merupakan salah satu

faktor yang mempengaruhi pengungkapan manajemen risiko (Putri 2014).

Dalam penelitian ini, variabel dewan komisaris diukur dengan menggunakan


(53)

b. Proporsi Komisaris Independen

Komisaris Independen merupakan susunan anggota dewan

komisaris yang dipilih oleh pihak luar dan pihak dalam perusahaan melalui

ketentuan yang telah ditetapkan sesuai standar (Putri, 2014). Dalam

penelitian ini, variabel komisaris independen diukur dengan presentase

komisaris independen yang ada di perusahaan terhadap jumlah keseluruhan

anggota dewan komisaris di perusahaan.

% Komisaris Independen =

Jumlah Anggota Komisaris Independen X 100%

Jumlah Anggota Dewan Komisaris

c. Ukuran Komite Audit

Komite audit merupakan bagian komite penunjuang dewan

komisaris yang salah satu tugasnya memastikan bahwa laporan disajikan

secara wajar sesuai prinsip akuntansi berlaku umum (Kusumaningrum,

2013). Dalam penelitian ini, variabel komite audit diukur dengan total

keseluruhan jumlah komite audit yang ada di perusahaan.

d. Kepemilikan Institusional

Kepemilikan institusional merupakan saham perusahaan yang

dimiliki oleh institusi atau lembaga. Saham perusahaan yang dimiliki oleh

institusi atau lembaga akan mengahdirkan pengawasan yang lebih besar


(54)

kepemilikan institusional diukur dari presentasi jumlah saham yang dimiliki

oleh institusi atau lembaga dari seluruh saham yang ada di perusahaan.

% Kepemilikan Institusional = Saham yang Dimiliki Institusi X 100%

Total Jumlah Saham Perusahaan

e. Tingkat Profitabilitas

Definisi profitabilitas adalah salah satu penilaian kinerja

manajemen dalam mencapai tujuan perusahaan yaitu kenaikan laba,

sedangkan definisi tingkat profitabilitas adalah suatu cara untuk

menggambarkan posisi laba perusahaan (Anisa, 2012). Penggunaan

pengukuran ini didasarkan oleh penelitian yang dilakukan oleh Fitriani

(2001). Dalam penelitian ini, variabel profitabilitas diukur menggunakan

net profit margin. Formula yang digunakan untuk menghitung net profit

margin adalah jumlah laba bersih terhadap jumlah penjualan bersih

(Endrian, 2010) :

Laba

Penjualan Bersih

f. Tingkat Leverage

Leverage adalah penggunaan aktiva atau dana dimana untuk

penggunaan tersebut perusahaan harus menutupi dengan biaya tetap atau

beban tetap (Anisa, 2012). Dalam penelitian ini, variabel leverage diukur


(55)

asset ratio didasarkan pada alasan bahwa ratio leverage telah digunakan

sebagai proksi risiko dalam beberapa studi pengungkapan (Ahn dan Lee

dalam Amran et al., 2009). Formula yang digunakan untuk mengitung debt

to ratio, menurut Endrian (2010) yaitu :

Total Kewajiban

Total Aset

g. Ukuran Perusahaan

Pengertian ukuran perusahaan adalah tingkatan perusahaan yang di

dalamnya terdapat beberapa kriteria yaitu kapasitas tenaga kerja, kapasitas

produksi dan kapasitas modal. Dalam penelitian ini ukuran perusahaan

diukur dengan menggunakan total asset. Hal ini didasarkan pada penelitian

Alsaeed dalam Anisa (2012), total asset untuk mengukur ukuran perusahaan

ditemukan berhubungan signifikan dengan tingkat pengungkapan sukarela

di Saudi Arabia.

F. Teknik Analisis dan Pengujian Hipotesis 1. Uji Statistik Deskriptif

Pengujian statistik deskriptif digunakan untuk memberikan

gambaran umum atau deskriptif suatu data yang dilihat dari nilai rata-rata


(56)

memperkirakan besar rata-rata populasi yang diperkirakan dari sampel.

Maksimum minimum digunakan untuk melihat nilai maksimum dan

minimum dari populasi. (Vercilia, 2014)

2. Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik pada penelitian ini dilakukan untuk menguji

apakah data dalam penelitian telah memenuhi kriteria asumsi klasik. Tujuan

dari uji asumsi klasik adalah untuk menghindari estimasi yang bias karena

tidak semua data dapat diterapkan dengan melakukan analisis regresi. Uji

asumsi klasik meliputi :

a. Uji Normalitas

Uji ini bertujuan untuk mengetahui apakah residual berdistribusi

normal. Apabila data berdistribusi normal, maka model regresi dapat

dikatakan baik (Ghozali, 2006). Uji normalitas dilakukan menggunakan

One Sample Kolmogorov Smirnov Test. Data dinyatakan terdistribusi

secara normal jika variabel-variabel tersebut memiliki Asymp.Sig

(2-tailed) > 0.05 (lebih besar dari 0.05).

b. Uji Multikolinieritas

Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji keberadaan korelasi

antara variabel independen dan model regresi. Model regresi yang baik

seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independennya


(57)

tolerance dan variance inflation factor (VIF). Jika nilai tolerance< 0,10

atau sama dengan nilai VIF > 10 maka terdapat multikolinearitas yang

tidak bisa diberikan toleransi dan variabel tersebut harus dikeluarkan dari

model regresi agar hasil yang diperoleh tidak mengalami bias.

c. Uji Heteroskedastisitas

Pengujian heterokedasitas dilakukan untuk mengetahui apakah

dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu

pengamatan ke pengamatan yang lain dalam model regresi. Model

regresi yang baik adalah jika variance dari residual satu pengamatan ke

pengamatan lain tetap homoskedastisitas atau tidak terjadi

heteroskedastisitas (Ghozali, 2006). Uji heteroskedastisitas dalam

penelitian ini menggunakan uji glejser. Model regresi dikatakan tidak

mengalami heteroskedastisitas jika nilai sig > 0,05

d. Uji Autokorelasi

Menurut Ghozali 2006, uji autokorelasi bertujuan untuk menguji

apakah dalam model regresi liniear terdapat korelasi antara kesalahan

penganggu pada periode t dengan kesalahan penganggu pada periode t1

(sebelumnya). Untuk menguji autokorelasi dilakukan dengan

menggunakan uji Durbin Watson. Jika antar residual tidak terdapat

hubungan korelasi maka dikatakan residual adalah acak ataupun random.

Model regresi dapat dikatakan tidak mengalami auotokorelasi jika DU <


(58)

3. Uji Hipotesis

Model pengujian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah

menggunakan persamaan liniear berganda (multiple regression) untuk menguji

pengaruh mekanisme corporate governance, tingkat profitabilitas, tingkat

leverage dan ukuran perusahaan terhadap pengungkapan manajemen risiko.

PMR = α0 + β1UDK+ β2DKI + β3UKA + β4KI + β5PROFIT + Β6LEV + β7UP+ ε.

Keterangan :

PMR : Pengungkapan Manajemen Risiko

UDK : Ukuran dewan komisaris;

PKI : Proporsi komisaris independen;

UKA : Ukuran komite audit;

KI : Kepemilikan institusional;

PROFIT : Tingkat profitabilitas;

LEV : Tingkat leverage;

UP : Ukuran perusahaan;

α0 : Konstanta;

Β1 –β7 : Koefisien regresi;

e : Error term.


(59)

1. Uji Koefisien Determinasi ( Adjusted R2 )

Uji koefisien determinasi R2 untuk mengetahui seberapa jauh kemampuan model penelitian dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai

koefisien determinasi R2 adalah antara 0 dan 1. Jika variabel uji R2 memiliki nilai 0 atau mendekati 0, berarti kemampuan variabel independen dalam

menjelaskan variabel dependen mengalami keterbatasan, tetapi jika variabel uji

R2 memiliki nilai 1 atau mendekati satu maka variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel

dependen (Ghozali, 2006).

2. Uji Signifikasi Simultan ( Uji Statistik F )

Uji statistik F digunakan untuk menguji apakah semua variabel

independen yang dimasukkan dalam model regresi mempunyai pengaruh

secara bersama-sama (simultan) terhadap variabel dependen (Ghozali, 2006).

Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan nilai signifikansi. Jika signifikan

F < 0,05 maka terdapat pengaruh secara bersama-sama variabel independen

terhadap variabel dependen.

3. Uji Parsial ( Uji t )

Uji statistik t digunakan untuk mengetahui seberapa jauh pengaruh satu

variabel independen secara individual dalam menjelaskan variasi variabel


(60)

kolom sig (significance). Kriteria hipotesis diterima : jika nilai sig < α 0,05 dan


(61)

40

A. Gambaran Umum Subyek Penelitian

Penelitian ini menggunakan sampel perusahan manufaktur yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2013-2015. Berdasarkan

Purposive Sampling yang telah di tetapkan pada bab III, maka diperoleh

jumlah sampel 129 perusahaan yang mempunyai kriteria pada penelitian

ini. Adapun prosedur pemilihan pemelihan sampel adalah sebagai berikut :

TABEL 4.1

PROSEDUR PEMILIHAN SAMPEL

Kriteria Sampel 2013 2014 2015 Jumlah

1 Perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2013 – 2015

135 142 142 419

2

Perusahaan manufaktur selama periode penelitian 2013-2015 yang mengalami delisting dari BEI

8 15 15 38

3

Perusahaan yang tidak

menggunakan mata uang rupiah dan periode pelaporan keuangan berakhir selain tanggal 31 Desember

20 20 20 60

4

Perusahaan yang tidak memiliki data lengkap dan jelas sesuai dengan data yang di butuhkan dalam penelitian

59 50 50 159

5

Outliers

8 12 11 33

Total Perusahaan yang di

jadikan sampel dalam penelitian ini

40 44 45 129


(62)

B. Hasil dan Analisis Data 1. Analisis Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif pada penelitian ini menyajikan jumlah data, nilai

minimum, nilai maksimum, nilai rata-rata (mean) dan simpangan baku

(standar deviation) dari variabel independen dan variabel dependen. Hasil

statistik deskriptif ditunjukkan dalam tabel 4.2.

TABEL 4.2

STATISTIK DESKRIPTIF

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

PMR 129 ,17 ,67 ,5426 ,12018 UDK 129 1,00 6,00 3,3798 1,06942 DKI 129 ,00 1,00 ,3963 ,16270 UKA 129 3,00 4,00 3,0543 ,22742 KI 129 ,00 ,93 ,4102 ,28726 PROFIT 129 -2,15 ,83 ,0719 ,32134 LEV 129 ,02 2,89 ,4646 ,41088 UP 129 9,67 15,54 13,4750 1,20420 Valid N (listwise) 129

Sumber : Data sekunder yang diolah tahun 2016

Tabel 4.2 menunjukkan bahwa pengamatan dalam penelitian ini

sebanyak 129 sampel, adapun hasil statistik deskriptif sebagai berikut:

a. Variabel Pengungkapan Manajemen Risiko (PMR) memiliki nilai

minimum sebesar 0,17, nilai maksimum sebesar 0,67 nilai rata-rata

(mean) sebesar 0,5426, dan simpangan baku (standar deviation)


(63)

b. Variabel Ukuran Dewan Komisaris memiliki nilai minimum sebesar

1, nilai maksimum sebesar 6, nilai rata-rata (mean) sebesar 3,3798 dan

simpangan baku (standar deviation) sebesar 1,06942.

c. Variabel Proporsi Dewan Komisaris Independen memiliki nilai

minimum sebesar 0, nilai maksimum sebesar 1, nilai rata-rata (mean)

sebesar 0,3963, dan simpangan baku (standar deviation) sebesar

0,16270.

d. Variabel Ukuran Komite Audit memiliki nilai minimum sebesar 3,

nilai maksimum sebesar 4, nilai rata-rata (mean) sebesar 3,0543, dan

simpangan baku (standar deviation) sebesar 0,22742.

e. Variabel Kepemilikan Institusional memiliki nilai minimum sebesar 0,

nilai maksimum sebesar 0,93, nilai rata-rata (mean) sebesar 0,4102,

dan simpangan baku (standar deviation) sebesar 0,28726.

f. Variabel Tingkat Profitabilitas memiliki nilai minimum sebesar -2,15,

nilai maksimum sebesar 0,83, nilai rata-rata (mean) sebesar 0,0719

dan simpangan baku (standar deviation) sebesar 0,32134.

g. Variabel Tingkat Leverage memiliki nilai minimum sebesar 0,02, nilai

maksimum sebesar 2,89, nilai rata-rata (mean) sebesar 0,4646 dan

simpangan baku (standar deviation) sebesar 0,41088

h. Variabel Ukuran Perusahaan memiliki nilai minimum sebesar 9,67

nilai maksimum sebesar 15,54, nilai rata-rata (mean) sebesar 13,4750


(64)

2. Analisis Uji Asumsi Klasik a. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah data dalam

regresi berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas yang digunakan

dalam penelitian ini adalah One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test.

Hasil uji normalitas dalam penelitian ini ditunjukkan pada tabel di

bawah ini.

TABEL 4.3 UJI NORMALITAS

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 129

Normal Parametersa,b

Mean ,0000000

Std. Deviation ,08180719 Most Extreme

Differences

Absolute ,055

Positive ,055

Negative -,038

Test Statistic ,055 Asymp. Sig. (2-tailed) ,200c,d

Sumber : Data sekunder yang diolah tahun 2016

Berdasarkan tabel 4.3 uji normalitas regresi model I didapatkan

hasil bahwa nilai Asymp. Sig (2-tailed) sebesar 0,200 > α (0,05). Jadi, dapat disimpulkan residual pada penelitian ini berdistribusi normal.

b. Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah terdapat

korelasi antar variabel independen dalam model regresi. Uji


(65)

Variance Inflation Factor (VIF). Hasil uji multikolinearitas dalam

penelitian ini ditunjukkan pada tabel di bawah ini.

TABEL 4.4

UJI MULTIKOLINEARITAS

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardize d

Coefficients Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

(Constant) ,598 ,107

UDK ,018 ,008 ,163 ,742 1,348

DKI ,279 ,046 ,378 ,987 1,013

UKA ,029 ,037 ,055 ,771 1,298

KI ,012 ,030 ,028 ,757 1,322

PROFIT -,022 ,023 -,059 ,980 1,021

LEV ,091 ,020 ,310 ,786 1,272

UP ,048 ,007 ,447 ,951 1,052

Sumber : Data sekunder yang diolah tahun 2016

Berdasarkan tabel 4.4 uji multikolinearitas didapatkan hasil bahwa

VIF masing-masing variabel ≤ 10. Ukuran Dewan Komisaris sebesar 1,348, Proporsi Dewan Komisaris Independen sebesar 1,013, Ukuran

Komite Audit sebesar 1,298, Kepemilikan Institusional sebesar 1,322,

Tingkat Profitabilitas sebesar 1,021, Tingkat Leverage sebesar 1,272,

Ukuran Perusahaan sebesar 1,052. Selanjutnya hasil tolerance

masing-masing variabel > 0,1. Ukuran Dewan Komisaris sebesar 0,742,

Proporsi Komisaris Independen sebesar 0,987, Ukuran Komite Audit


(66)

Profitabilitas sebesar 0,980, Tingkat Leverage sebesar 0,786, Ukuran

Perusahaan sebesar 0,951. Jadi, dapat disimpulkan data pada penelitian

ini tidak terjadi multikolinearitas.

c. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah terjadi

ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan

yang lain dalam model regresi. Uji heteroskedastisitas dalam penelitian

ini dilakukan dengan menggunakan uji Glejser. Hasil uji

heteroskedastisitas dalam penelitian ini ditunjukkan pada tabel di bawah

ini.

TABEL 4.5

UJI HETEROSKEDASTISITAS

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

(Constant) ,084 ,062 1,343 ,182

UDK -,001 ,005 -,029 -,285 ,776

DKI ,053 ,027 ,177 1,971 ,051

UKA -,010 ,022 -,047 -,466 ,642

KI -,002 ,017 -,012 -,121 ,904

PROFIT -,003 ,014 -,021 -,229 ,819

LEV ,001 ,012 ,009 ,095 ,925

UP -,004 ,004 -,111 -1,222 ,244

Sumber : Data sekunder yang diolah tahun 2016

Berdasarkan tabel 4.5 uji heteroskedastisitas regresi didapatkan


(67)

pada penelitian ini lebih besar dari α (0,05). Dewan Komisaris sebesar 0,182, Proporsi Komisaris Independen sebesar 0,776, Komite Audit

sebesar 0,051, Kepemilikan Institusional sebesar 0,642, Profitabilitas

sebesar 0,819, Leverage sebesar 0,925, Ukuran Perusahaan sebesar

0,244. Jadi, dapat disimpulkan data pada penelitian ini tidak terjadi

heteroskedastisitas.

d. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah antara variabel

pengganggu masing-masing variabel saling mempengaruhi dalam model

regresi. Uji autokorelasi dalam penelitian ini dilakukan dengan

pendekatan DW (Durbin-Watson). Hasil uji autokorelasi dalam

penelitian ini ditunjukkan pada tabel di bawah ini.

TABEL 4.6 UJI AUTOKORELASI

DURBIN-WATSON

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the

Estimate Durbin-Watson

1 ,733a ,537 ,510 ,08414 1,835

Sumber : Data sekunder yang diolah pada tahun 2016

Berdasarkan tabel 4.6 uji autokorelasi didapatkan hasil bahwa

nilai Durbin-Watson sebesar 1,835. Sedangkan nilai pada tabel

Durbin-Watson dengan signifikansi 0,05 dan jumlah data (n) = 129, jumlah


(68)

DU<DW<4-DU (1,8281<1,835<4-1,8281) maka dapat di peroleh nilai

DU (1,8281), nilai DW lebih besar dari batas DU yaitu (1,835) dan lebih

dari (4-DU) 4-1,8281=2,2059. Nilai DW setelah dihitung dengan rumus

yaitu (1,8116 < 1,849 < 2,1719) sehingga dapat disimpulkan tidak terjadi

autokorelasi.

C. Hasil Penelitian (Uji Hipotesis) 1. Koefisien Determinasi (Adjusted R2)

Uji koefisien determinasi bertujuan untuk menguji kemampuan

variabel independen dalam menjelaskan variasi perubahan variabel

dependen. Hasil uji koefisien determinasi dalam penelitian ini ditunjukkan

pada tabel di bawah ini.

TABEL 4.7

UJI KOEFISIEN DETERMINASI

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the

Estimate Durbin-Watson

1 ,733a ,537 ,510 ,08414 1,835

Sumber : Data sekunder yang diolah pada tahun 2016

Berdasarkan tabel 4.7 uji koefisien determinasi didapatkan hasil

bahwa besarnya koefisien determinasi (Adjusted R2) adalah 0,510 atau 51%,

hal ini menunjukkan bahwa Ukuran Dewan Komisaris, Proporsi Komisaris

Independen, Ukuran Komite Audit, Kepemilikan Institusional,


(69)

variabel Pengungkapan Manajemen Risiko, sedangkan sisanya 49%

(100%-51%) dijelaskan oleh variabel lain diluar model penelitian.

2. Uji Signifikan Simultan (Uji F)

Uji signifikan simultan (Uji F) bertujuan untuk menguji apakah

semua variabel independen mempunyai pengaruh secara simultan atau

bersama-sama terhadap variabel dependen dalam model penelitian. Hasil uji

signifikan simultan (Uji F) ditunjukkan pada tabel di bawah ini.

TABEL 4.8

UJI SIGNIFIKANSI SIMULTAN (UJI F)

ANOVAa

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression ,992 7 ,142 20,022 ,000b

Residual ,857 121 ,007

Total 1,849 128

Sumber : Data sekunder yang diolah pada tahun 2016

Berdasarkan tabel 4.8 uji signifikansi simultan (Uji F) didapatkan

nilai signifikan F sebesar 20,022 dengan nilai signifikan sebesar 0,000 < α (0,05). Jadi, variabel independen (Dewan Komisaris, Proporsi Komisaris

Independen, Komite Audit, Kepemilikan Institusional, Profitabilitas,

Leverage, Ukuran Perusahaan) berpengaruh simultan atau bersama-sama


(70)

3. Uji Parsial (Uji t)

Uji parsial (Uji t) bertujuan untuk menguji apakah variabel

independen mempunyai pengaruh secara parsial terhadap variabel dependen

dalam model penelitian. Hasil uji parsial (Uji t) dalam penelitian ini

ditunjukkan pada tabel di bawah ini.

TABEL 4.9 UJI PARSIAL (UJI t)

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

(Constant) ,598 ,107 5,608 ,000

UDK ,018 ,008 ,163 2,270 ,025

DKI ,279 ,046 ,378 6,062 ,000

UKA ,029 ,037 ,055 ,785 ,034

KI ,012 ,030 ,028 ,392 ,046

PROFIT -,022 ,023 -,059 -,944 ,347

LEV ,091 ,020 ,310 4,436 ,000

UP ,048 ,007 ,477 7,087 ,000

Sumber : Data sekunder yang diolah tahun 2016

Berdasarkan pengujian pada tabel 4.9 dapat dirumuskan regresi

sebagai berikut:

PMR = 0,598 + 0,018 Ukuran Dewan Komisaris + 0,279 Proporsi Komisaris Independen + 0,029 Ukuran Komite Audit + 0,012 Kepemilikan Institusional - 0,022Tingkat Profitabilitas + 0,091 Tingkat Leverage + 0,048 Ukuran Perusahaan + e


(1)

RMBA

0,167

6

0,333

3

0,789

0,137

0,679

13,97

WIIM

0,333

3

0,667

3

0,234

0,034

0,733

13,98

DVLA

0,500

4

0,500

3

0,000

0,252

0,293

13,66

KLBF

0,333

3

0,333

3

0,164

0,045

0,479

13,56

PYFA

0,167

3

0,667

3

0,113

0,068

0,241

14

TSPC

0,167

3

0,333

3

0,194

0,298

0,167

14,28

MBTO

0,500

3

0,333

3

0,080

0,028

0,127

13,66

TCID

0,500

3

0,333

3

0,546

-0,022

0,613

13,66

UNVR

0,333

4

0,500

3

0,176

0,110

0,142

13,98


(2)

LAMPIRAN 3

HASIL UJI STATISTIK DESKRIPTIF, HASIL UJI ASUMSI KLASIK,

DAN HASIL UJI HIPOTESIS


(3)

Hasil Uji Statistik Deskriptif

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

PMR 129 ,17 ,67 ,5426 ,12018

UDK 129 1,00 6,00 3,3798 1,06942

DKI 129 ,00 1,00 ,3963 ,16270

UKA 129 3,00 4,00 3,0543 ,22742

KI 129 ,00 ,93 ,4102 ,28726

PROFIT 129 -2,15 ,83 ,0719 ,32134

LEV 129 ,02 2,89 ,4646 ,41088

UP 129 9,67 15,54 13,4750 1,20420


(4)

Hasil Uji Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 129

Normal Parametersa,b Mean ,0000000

Std. Deviation ,08180719

Most Extreme Differences Absolute ,055

Positive ,055

Negative -,038

Test Statistic ,055

Asymp. Sig. (2-tailed) ,200c,d

Hasil Uji Multikolinieritas

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized

Coefficients Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) ,598 ,107

UDK ,018 ,008 ,163 ,742 1,348

DKI ,279 ,046 ,378 ,987 1,013

UKA ,029 ,037 ,055 ,771 1,298

KI ,012 ,030 ,028 ,757 1,322

PROFIT -,022 ,023 -,059 ,980 1,021

LEV ,091 ,020 ,310 ,786 1,272


(5)

Hasil Uji Heteroskedastisitas

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) ,084 ,062 1,343 ,182

UDK -,001 ,005 -,029 -,285 ,776

DKI ,053 ,027 ,177 1,971 ,051

UKA -,010 ,022 -,047 -,466 ,642

KI -,002 ,017 -,012 -,121 ,904

PROFIT -,003 ,014 -,021 -,229 ,819

LEV ,001 ,012 ,009 ,095 ,925

UP -,004 ,004 -,111 -1,222 ,274

Hasil Uji Autokolerasi

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the

Estimate Durbin-Watson


(6)

Hasil Uji Koefisien Determinasi (

Adjusted R square

)

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the

Estimate Durbin-Watson

1 ,733a ,537 ,510 ,08414 1,835

Hasil Uji Signifikansi Simultan (Uji

F

)

ANOVAa

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression ,992 7 ,142 20,022 ,000b

Residual ,857 121 ,007

Total 1,849 128

Hasil Uji Parsial (Uji

t

)

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Consta

nt) ,598 ,107 5,608 ,000

UDK ,018 ,008 ,163 2,270 ,025

DKI ,279 ,046 ,378 6,062 ,000

UKA ,029 ,037 ,055 ,785 ,034

KI ,012 ,030 ,028 ,392 ,046

PROFIT -,022 ,023 -,059 -,944 ,347

LEV ,091 ,020 ,310 4,436 ,000


Dokumen yang terkait

Pengaruh Tipe Industri, Ukuran Perusahaan, Profitabilitas dan Leverage terhadap Pengungkapan Corporate Social Responsibility (Studi Empiris pada Perusahaan Go Public yang terdaftar di Jakarta Islamic Index Periode 2008-2012)

1 15 123

Pengaruh profitabilitas, leverage, umur, dan ukuran perusahaan terhadap manajemen laba (studi empiris pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2010-2013)

4 44 154

PENGARUH MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE, PROFITABILITAS, LEVERAGE DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP PENGUNGKAPAN MANAJEMEN RISIKO (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI Tahun 2013-2015)

0 4 16

Pengaruh Mekanisme Corporate Governance, Leverage, Profitabilitas, Dan Ukuran Perusahaan Terhadap Manajemen Laba Pada Perusahaan Infrastruktur, Utilitas, Dan Transportasi Yang Terdaftar Di Bei

0 8 107

PENGARUH MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP MANAJEMEN LABA PADA Pengaruh Mekanisme Corporate Governance Dan Ukuran Perusahaan Terhadap Manajemen Laba Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di Bei Tahun 2013.

0 6 14

PENGARUH MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP MANAJEMEN LABA PADA Pengaruh Mekanisme Corporate Governance Dan Ukuran Perusahaan Terhadap Manajemen Laba Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di Bei Tahun 2013.

0 1 13

PENGARUH MEKANISME UKURAN PERUSAHAAN Pengaruh Mekanisme Corporate Governance Dan Ukuran Perusahaan Terhadap Earnings Management (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI Tahun 2010-2012).

0 0 14

PENGARUH MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP EARNINGS MANAGEMENT Pengaruh Mekanisme Corporate Governance Dan Ukuran Perusahaan Terhadap Earnings Management (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI Tahun 2

0 1 13

PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN, PROFITABILITAS, UKURAN DEWAN KOMISARIS, DAN LEVERAGE TERHADAP LUAS PENGUNGKAPAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE (Studi Empiris Perusahaan Manufaktur di BEI Tahun 2008–2012)

0 0 17

Pengaruh ukuran perusahaan, profitabilitas, dan leverage terhadap pengungkapan corporate social responsibility (studi empiris pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI) - UWKS - Library

0 0 15