Pengaruh profitabilitas, leverage, umur, dan ukuran perusahaan terhadap manajemen laba (studi empiris pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2010-2013)

(1)

i

PENGARUH PROFITABILITAS, LEVERAGE, UMUR, DAN

UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP MANAJEMEN LABA

(Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek

Indonesia Periode 2010-2013) Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Untuk Memenuhi Syarat-syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh:

NAJMI YATULHUSNA NIM. 1111082000062

JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(2)

(3)

(4)

(5)

v

LEMBAR PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT

Yang bertanda tangan dibawah ini,

Nama : Najmi YatulHusna

No. Induk Mahasiswa : 1111082000062

Fakultas : Ekonomi dan Bisnis

Jurusan : Akuntansi

Dengan ini menyatakan dalam penulisan skripsi ini saya:

1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan dan mempertanggungjawabkan.

2. Tidak melakukan plagiat terhadap naskah orang lain.

3. Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebut sumber asli atau tanpa izin pemilik karya.

4. Tidak melakukan pemanipulasian dan pemalsuan data.

5. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggungjawab atas karya ini.

Jika di kemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan melalui pembuktian yang dapat dipertanggungjawabkan ternyatamemang ditemukan bukti bahwa saya telah melanggar pernyataan diatas, maka saya siap untuk dikenai sanksi berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.

Jakarta, Agustus 2015


(6)

vi

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. IDENTITAS PRIBADI

1. Nama Lengkap : Najmiyatul Husna 2. Tempat Tanggal Lahir : Paingan, 13 April 1995

3. Alamat : Perum Aster 3 Blok C 12 No. 02 Kab. Tangerang

4. Email : najmiyatulhusna@ymail.com II. PENDIDIKAN

1. SD Muhammadiyah Kuala Tungkal- Jambi 1999-2005 2. SMP IT YAPIDH (Yayasan Perguruan Islam Darul Hikmah) 2005-2008

Bekasi

3. Madrasah Aliyah Darul Marhamah Bogor 2008-2011

III. PENGALAMAN ORGANISASI DAN KEPANITIAAN

1. Anggota Pengurus Pramuka MA Darul Marhamah, Periode 2009-2010. 2. Anggota Pengurus OSDM (Organisasi Siswa Darul Marhamah), Periode

2009-2010.

3. Volunter Kegiatan “Mari Mengajar I” yang diselenggarakan oleh FORKOMA Banten UI 2011-2012.

4. Anggota Pengurus HMJ Akuntansi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Periode 2012-2013.

5. Kepanitiaan Accounting Fair Jurusan Akuntansi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Periode 20013-2014.

6. Kepanitiaan MAKRAB Jurusan Akuntansi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Periode 20013-2014.


(7)

vii ABSTRACT

The Effect of Profitability, Leverage, Firm Age, and Firm Size on Earnings Management

This research is a causality that aims to analyze the influence of profitability, leverage, firm age, and size of the company to earnings management. Variable profitability measured using the Return On Assets (ROA). Leverage is measured using Debt On Assets Ratio (DAR). Age company counted since the company began to stand. Company size was measured by using the total assets of the company. While the earnings management variables were measured using discretionary accruals. This research is quantitative. The data source of this research is secondary data such as company financial statements obtained from the Indonesia Stock Exchange website.

Population in this research are manufacturing companies listed in Indonesia Stock Exchange (BEI) 2010-2013. The sampling method used is purposive sampling method. After the selection is based on purposive sampling method, there are 200 manufacturing companies that meet the criteria required by the sample during the observation period of 4 years. Testing the hypothesis in this study using multiple linear regression analysis using the statistical application that is Statistical Package for Social Sciences (SPSS) version 22 as test equipment. The analytical methods used include descriptive statistical test, classical assumption (multicoloniarity test, autocorrelation test, heteroscedasticity test, normality test), and hypothesis testing.

Based on the results of ANOVA, variable profitability, leverage, age, and size of company simultaneously or jointly effect on earnings management variables. And the partial results of the study showed that the profitability, leverage, and firm age significantly influence earnings management. While the size of the company proved no significant effect on earnings management.


(8)

viii ABSTRAK

Pengaruh Profitabilitas, Leverage, Umur, dan Ukuran Perusahaan Terhadap Manajemen Laba

Penelitian ini merupakan penelitian kausalitas yang bertujuan untuk menganalisis pengaruh profitabilitas, leverage, umur, dan ukuran perusahaan terhadap manajemen laba. Variabel profitabilitas diukur dengan menggunakan Return On Assets (ROA). Leverage diukur dengan menggunakan Debt On Assets Ratio (DAR). Umur perusahaan dihitung sejak perusahaan mulai berdiri. Ukuran perusahaan diukur dengan menggunakan total asset perusahaan. Sedangkan variabel manajemen laba diukur dengan menggunakan akrual diskresioner. Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat kuantitatif. Sumber data penelitian ini adalah data sekunder yang berupa laporan keuangan perusahaan yang diperoleh dari website Bursa Efek Indonesia.

Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2010-2013. Metode penentuan sampel yang digunakan adalah metode purposive sampling. Setelah dilakukan seleksi berdasarkan metode purposive sampling, terdapat 200 perusahaan manufaktur yang memenuhi kriteria-kriteria sampel yang dibutuhkan dengan periode pengamatan selama 4 tahun. Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan metode analisis regresi linear berganda dengan menggunakan aplikasi statistik Statistical Package for Social Sciences (SPSS) versi 22 sebagai alat uji. Metode analisis yang digunakan antara lain uji statistik deskriptif, uji asumsi klasik (uji multikolonieritas, uji autokorelasi, uji heteroskedastisitas, uji normalitas), dan uji hipotesis.

Berdasarkan hasil uji ANOVA, variabel profitabilitas, leverage, umur, dan ukuran perusahaan secara simultan atau bersama-sama berpengaruh terhadap variabel manajemen laba. Dan secara parsial hasil penelitian menunjukkan bahwa profitabilitas, leverage, dan umur perusahaan berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba. Sedangkan ukuran perusahaan terbukti tidak berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba.

Kata kunci: Profitabilitas, Leverage, Umur Perusahaan, Ukuran Perusahaan, Manajemen Laba.


(9)

ix

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Alhamdulillahirabbil’alamin, puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya. Salawat serta salam dipanjatkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW yang telah menjadi inspirasi bagi penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Selama melakukan penelitian dan penyusunan skripsi ini, penulis tidak lepas dari bantuan, bimbingan, dukungan, semangat dan doa, baik langsung maupun tidak langsung oleh berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada:

1. Kedua orang tua tercinta, Ibu Ulyati Razak dan Bapak Edi Harto, yang tak pernah henti selalu mecurahkan cinta dan kasih sayang, memberikan dukungan

penuh untuk setiap langkah yang penulis jalani, serta do’a, nasehat, dan

perhatian yang tak terhingga untuk penulis. Terima kasih untuk setiap ketulusan yang mengiringi langkah penulis.

2. Adik-adik tersayang, Rika Mardiah, Sri Nur Afifah, Athiyya Naifa Putri. Terima kasih untuk setiap semangat dan doa yang telah diberikan untuk penulis. Terima kasih juga untuk Om Yusron Razak dan Tante Mahmudah atas dukungan serta doa yang mengiringi penulis.

3. Bapak Dr. M. Arief Mufraini, LC., M.Si. Selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Ibu Yessi Fitri, SE., M.Si., Ak., CA. Selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

5. Bapak Hepi Prayudiawan, S.E., Ak., MM., CA. selaku Sekretaris Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.


(10)

x

6. Bapak Prof. Dr. Yahya Hamja., MM selaku Dosen Pembimbing I yang telah bersedia meluangkan waktu untuk mengarahkan, memberikan masukan-masukan, nasihat, serta membimbing penulis hingga terselesaikannya skripsi ini. Terimakasih atas ilmu yang telah Bapak berikan selama ini.

7. Ibu Yusro Rahma, S.E., M.Si selaku Dosen Pembimbing II yang telah bersedia meluangkan waktu, mencurahkan perhatian, membimbing, berdiskusi, memberikan pengarahan serta nasihat dalam penulisan skripsi ini. Terimakasih atas semua saran dan ilmu yang telah ibu berikan selama ini.

8. Seluruh dosen yang telah memberikan ilmu dan karyawan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan bantuan kepada penulis.

9. Sahabat-sahabat tersayang, Mpit, Ratri, Lala, Vania, Liliek, Pipit, dan Eva yang telah memberikan dukungan, semangat, serta saran yang mendukung penulis baik selama perkuliahan maupun dalam penulisan skripsi ini.

10. Saudara Akuntansi B, terima kasih untuk dukungan, semangat, serta saran yang diberikan kepada penulis. Serta seluruh teman-teman Akuntansi 2011, terima kasih untuk dukungannya.

11. Semua pihak yang membantu yang tidak bisa disebutkan satu per satu oleh penulis.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih jauh dari sempurna dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki penulis. Oleh karena itu, penulis mengharapkan segala bentuk saran dan kritik yang membangun dari berbagai pihak.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb

Jakarta, 29 Juli 2015


(11)

xi DAFTAR ISI

Halaman Judul ... i

Lembar Pengesahan Skripsi ... ii

Lembar Pengesahan Ujian Komprehensi ... iii

Lembar Pengesahan Ujian Skripsi ... iv

Lembar Pernyataan Bebas Plagiat ... v

Daftar Riwayat Hidup ... vi

Abstract ... vii

Abstrak ... viii

Kata Pengantar ... ix

Daftar Isi ... xi

Daftar Tabel ... xiv

Daftar Gambar ... xv

Daftar Lampiran ... xvi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah ... 10

C. Tujuan Penelitian ... 10

D. Manfaat Penelitian ... 10

1. Manfaat Teoritis ... 10

2. Manfaat Praktis ... 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 12

A. Tinjauan Literatur ... 12

1. Agency Theory ... 12

2. Manajemen Laba ... 14

3. Profitabilitas ... 23


(12)

xii

5. Umur Perusahaan ... 27

6. Ukuran Perusahaan... 28

B. Keterkaitan Antar Variabel dan Perumusan Hipotesis... 30

C. Penelitian Terdahulu ... 35

D. Kerangka Penelitian ... 40

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 41

A. Ruang Lingkup Penelitian ... 41

B. Metode Penentuan Sampel ... 41

C. Metode Pengumpulan Data ... 42

D. Metode Analisis Data ... 43

1. Statistik Deskriptif ... 44

2. Uji Asumsi Klasik ... 44

a. Uji Multikolonieritas ... 44

b. Uji Autokorelasi ... 45

c. Uji Heteroskedastisitas ... 46

d. Uji Normalitas ... 47

3. Analisis Hipotesis Penelitian ... 49

a. Koefisien Determinasi ( R2) ... 49

b. Uji Signifikansi Simultan ... 50

c. Uji signifikansi Parameter Individual ... 50

E. Defenisi dan Operasinal antar Variabel ... 51

BAB IV PENEMUAN DAN PEMBAHASAN ... 57

A. Gambaran Umum Objek Penelitian ... 57

1. Deskripsi Objek Penelitian ... 57

2. Deskripsi Sampel Penelitan ... 59

B. Hasil Uji Analisis Penelitian ... 59

1. Hasil Uji Statistik Desriptif ... 59

2. Hasil Uji Asumsi Klasik ... 62


(13)

xiii

b. Uji Autokorelasi ... 63

c. Uji Heteroskedastisitas ... 63

d. Uji Normalitas ... 65

3. Hasil Uji Hipotesis Penelitian ... 67

a. Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2) ... 67

b. Hasil Uji Signifikansi Simultan ... 69

c. Hasil Uji Parameter Individual ... 70

1) Pengaruh Profitabilitas Terhadap Manajemen Laba ... 72

2) Pengaruh Leverage Terhadap Manajemen Laba ... 74

3) Pengaruh Umur Perusahaan Terhadap Manajemen Laba ... 76

4) Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap Manajemen Laba ... 77

BAB V PENUTUP ... 80

A. Kesimpulan ... 80

B. Saran ... 81

Daftar Pustaka ... 83


(14)

xiv

DAFTAR TABEL

No. Keterangan

2.1 Penelitian Terdahulu ... 35

3.1 Kriteria Autokorelasi Durbin – Watson (DW) ... 46

3.2 Operasional Variabel ... 56

4.1 Hasil Seleksi Sampel ... 58

4.2 Hasil Uji Statistik Deskriptif ... 60

4.3 Hasil Uji Multikolonieritas ... 62

4.4 Hasil Uji Autokorelasi ... 63

4.5 Hasil Uji Heterokedastisitas ... 64

4.6 Hasil Uji Normalitas ... 67

4.7 Hasil Uji Koefisien Determinasi ... 68

4.8 Hasil Uji Statistik F ... 69

4.9 Hasil Uji Parameter Individual... 70


(15)

xv

DAFTAR GAMBAR

No. Keterangan

2.1 Kerangka Pemikiran ... 40 4.1 Hasil Uji Normalitas dengan Grafik Histogram ... 65 4.2 Hasil Uji Normalitas dengan Grafik P-Plot ... 66


(16)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

No. Keterangan

1. Data Sampel ... 88 2. Hasil Output SPSS ... 133


(17)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Laporan keuangan merupakan salah satu sumber informasi yang dapat digunakan oleh para pihak eksternal yang memiliki kepentingan terhadap suatu perusahaan. Tujuan dari penerbitan laporan keuangan adalah untuk dapat memberikan gambaran kepada pihak eksternal mengenai keadaan yang terjadi dalam suatu perusahaan, baik itu berupa keadaan operasional maupun keadaan finansial perusahaan tersebut. Keberadaan laporan keuangan juga diharapkan dapat membantu para pengguna untuk mengambil keputusan dimana laporan keuangan tersebut menjadi landasan dari keputusan yang diambil.

Menurut PSAK No. 1, laporan keuangan adalah suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja keuangan suatu entitas. Tujuan laporan keuangan adalah memberikan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja keuangan, dan arus kas entitas yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam pembuatan keputusan ekonomi. Laporan keuangan dapat dikatakan sebagai hasil pertanggung jawaban yang dibuat


(18)

2 oleh pihak manajemen terhadap penggunaan atas seluruh sumber daya yang ada.

Salah satu komponen dalam laporan keuangan adalah laporan laba rugi yang merupakan salah satu fokus utama dari pengguna laporan keuangan. Dimana laporan laba rugi menggambarkan kinerja perusahaan dalam periode waktu tertentu. Penilaian atas kinerja yang dijalankan perusahaan tercermin dari perolehan laba atau rugi yang dihasilkan dalam periode tersebut. Oleh karena itu, laporan laba rugi merupakan salah satu bagian yang menjadi sasaran kegiatan manipulasi yang dilakukan oleh manajemen dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan sepihak tapi di sisi lain akan dapat merugikan pihak lain seperti para investor maupun kreditor ataupun lainnya.

Untuk dapat mencapai suatu target laba, biasanya manajemen akan memilih kebijakan akuntansi tertentu sehingga nantinya laba perusahaan dapat diatur. Pemilihan kebijakan akuntansi ditujukan agar perusahaan dapat menaikkan atau menurunkan laba yang diperoleh sesuai dengan kebutuhan dan keinginan manajemen agar laporan keuangan perusahaan terlihat baik dimata para pengguna. Kadang kala tindakan tersebut bertentangan dengan prinsip utama dalam perusahaan, perilaku manajemen seperti yang digambarkan diatas disebut dengan istilah manajemen laba (earnings

management).

Manajemen laba didefinisikan sebagai upaya manajer perusahaan untuk mengintervensi atau mempengaruhi informasi dalam laporan keuangan


(19)

3 dengan tujuan untuk mengelabui stakeholder yang ingin mengetahui kinerja

dan kondisi keuangan (Sulistyanto, 2008:6). Menurut Merchant dan Rockness (1994:79), manajemen laba adalah tindakan yang dilakukan oleh manajemen perusahaan untuk mempengaruhi laba yang dilaporkan yang bisa memberikan informasi mengenai keuntungan ekonomis yang sesungguhnya tidak dialami perusahaan, yang dalam jangka panjang tindakan tersebut bisa merugikan perusahaan.

Manajemen laba terjadi ketika manajer menggunakan pertimbangan dalam laporan keuangan dan penyusunan transaksi untuk merubah laporan keuangan, untuk memberikan gambaran yang tidak sebenarnya mengenai keadaan keuangan perusahaan dengan cara memanipulasi jumlah laba yang dihasilkan, nantinya akan mempengaruhi keputusan ekonomi yang akan dibuat oleh para pengguna laporan seperti pemegang saham dan akan berpengaruh terhadap hasil perjanjian yang didasarkan pada jumlah yang tertera dalam laporan keuangan.

Beberapa pihak memandang tindakan manajemen laba dari dua sudut yang berbeda, salah satu pihak beranggapan bahwa manajemen laba merupakan sebuah tindakan kecurangan (fraud). Manajemen laba dikatakan

sebagai kecurangan karena pada dasarnya manajemen laba merupakan perilaku oportunis seorang manajer untuk mempermainkan angka-angka yang terdapat dalam laporan keuangan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapainya. Tindakan ini dilakukan secara sengaja untuk mendapatkan keuntungan secara


(20)

4 sepihak. Sedangkan disisi lain terdapat pihak yang beranggapan bahwa manajemen laba bukan merupakan kecurangan karena hal tersebut merupakan dampak dari kebebasan manajer dalam memilih metode – metode akuntansi yang digunakan dalam melakukan pencatatan dan penyusunan informasi keuangan yang dianggap sesuai untuk perusahaan. Hal ini disebabkan beragamnya metode dan prosedur akuntansi yang diakui dan diterima dalam prinsip akuntansi berterima umum (generally accepted accounting principles)

(Sulistyanto, 2008:105).

Hingga saat ini manajemen laba masih menjadi fenomena yang umum terjadi dikalangan perusahaan. Terdapat beberapa perusahaan terlibat kasus yang berkaitan dengan penerapan manajemen laba ini. Salah satunya adalah PT. Kimia Farma yang merupakan produsen obat-obatan milik pemerintah di Indonesia. Pada audit tanggal 31 Desember 2001, manajemen perusahaan melaporkan adanya laba bersih sebesar Rp 132 M dan laporan tersebut diaudit oleh Hans Tuanakotta dan Mustofa (HTM). Akan tetapi, kementrian BUMN dan Bapepam menilai bahwa laba bersih tersebut terlalu besar dan mengandung rekayasa. Setelah dilakukan audit ulang, pada 3 Oktober 2002 laporan keuangan Kimia Farma 2001 disajikan kembali (restated), karena

telah ditemukan kesalahan yang cukup mendasar. Pada laporan keuangan yang baru, keuntungan yang disajikan hanya sebesar Rp 99,56 miliar, atau lebih rendah sebesar Rp 32,6 milyar, atau 24,7% dari laba awal yang dilaporkan. Kesalahan itu timbul pada unit Industri Bahan Baku yaitu


(21)

5 kesalahan berupa overstated penjualan sebesar Rp 2,7 miliar, pada unit

Logistik Sentral berupa overstated persediaan barang sebesar Rp 23,9 miliar,

pada unit Pedagang Besar Farmasi berupa overstated persediaan sebesar Rp

8,1 miliar dan overstated penjualan sebesar Rp 10,7 miliar.

Kesalahan penyajian yang berkaitan dengan persediaan timbul karena nilai yang ada dalam daftar harga persediaan digelembungkan. PT Kimia Farma, melalui direktur produksinya, menerbitkan dua buah daftar harga persediaan (master prices) pada tanggal 1 dan 3 Februari 2002. Daftar harga

per 3 Februari ini telah digelembungkan nilainya dan dijadikan dasar penilaian persediaan pada unit distribusi Kimia Farma per 31 Desember 2001. Sedangkan kesalahan penyajian berkaitan dengan penjualan adalah dengan dilakukannya pencatatan ganda atas penjualan. Pencatatan ganda tersebut dilakukan pada unit-unit yang tidak disampling oleh akuntan, sehingga tidak berhasil dideteksi. Berdasarkan penyelidikan Bapepam, disebutkan bahwa KAP yang mengaudit laporan keuangan PT Kimia Farma telah mengikuti standar audit yang berlaku, namun gagal mendeteksi kecurangan tersebut (sumber: siaran pers BAPEPAM, 27 Desember 2002).

Contoh kasus tersebut menggambarkan bahwa penerapan manajemen laba dalam suatu perusahaan akan memiliki dampak negatif terhadap perusahaan, disamping itu juga akan merugikan pihak eksternal lain yang memiliki kepentingan terhadap perusahaan, investor salah satunya. Adanya manajemen laba, akhirnya akan berdampak pada biasnya informasi yang


(22)

6 terdapat dalam laporan keuangan perusahaan yang dapat mempengaruhi pengambilan keputusan investor ataupun pihak internal lain yang bergantung pada informasi yang tertera dalam laporan keuangan.

Seiring dengan berjalannya waktu, penelitian dalam bidang akuntansi mengenai manajemen laba terus berkembang. Penelitian tidak hanya terfokus pada upaya untuk mendeteksi keberadaan, bagaimana, dan konsekuensi dari manajemen laba, tetapi terus meluas menjadi penelitian untuk mengetahui mengapa seorang manajer melakukan aktivitas rekayasa manajerial tersebut. Seperti motivasi apa yang mendorong manajer untuk melakukan manajemen laba, serta identifikasi mengenai pandangan, pemahaman, dan perilaku etis mengenai manajemen laba tersebut.

Terdapat banyak faktor yang menjadi motivasi manajer dalam melakukan manajemen laba, diantaranya adalah profitabilitas, leverage, umur

dan ukuran perusahaan. Profitabilitas menggambarkan kemampuan perusahaan dalam pengelolaan asset untuk menghasilkan laba. Profitabilitas menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba selama satu periode waktu tertentu. Pada umumnya nilai profitabilitas suatu perusahaan dapat digunakan sebagai indikator untuk mengukur kinerja suatu perusahaan. Semakin tinggi profitabilitas suatu perusahaan maka kinerja dan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan juga meningkat. Oleh karena hal tersebut, keterkaitan antara profitabilitas dengan manajemen laba adalah ketika profitabilitas yang diperoleh perusahaan kecil pada periode waktu


(23)

7 tertentu akan memicu perusahaan untuk melakukan manajemen laba dengan cara meningkatkan pendapatan yang diperoleh sehingga akan memperlihatkan saham dan mempertahankan investor yang ada.

Penelitian yang dilakukan oleh Wibisana dan Ratnaningsih (2014) menyatakan bahwa tingkat profitabilitas berpengaruh terhadap tindakan perataan laba yang dilakukan perusahaan, dimana tindakan perataan laba merupakan salah satu metode yang dilakukan perusahaan dalam manajemen laba. Sedangkan penelitian Bestivano (2013) menyatakan bahwa profitabilitas tidah memberikan pengaruh terhadap manajemen laba, karena investor mengabaikan informasi ROA sehingga manajemen mengabaikan profitabilitas.

Rasio leverage merupakan rasio yang terdapat dalam laporan keuangan

yang dapat mengetahui seberapa besar perusahaan dibiayai oleh hutang dengan kemampuan perusahaan digambarkan oleh modal, atau dapat juga menunjukkan beberapa bagian aktiva yang digunakan untuk menjamin hutang (Harahap 1999 dalam Nugroho, 2011:32) Semakin tinggi tingkat rasio leverage perusahaan menggambarkan bahwa perusahaan mengalami kesulitan

dalam menghadapi perjanjian hutang. Investor beranggapan bahwa perusahaan yang memiliki tingkat rasio leverage yang tinggi memiliki risiko

yang tinggi pula. Keterkaitan antara tingkat leverage dengan manajemen laba

terletak ketika tingginya tingkat rasio leverage akan menjadi pemicu


(24)

8 dapat menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi perjanjian hutang yang ada.

Agustina (2012) dan Wardani dkk (2011) telah melakukan penelitian mengenai leverage dan menyebutkan bahwa leverage berpengaruh signifikan

terhadap manajemen laba dan hasil penelitian yang dilakukan oleh Subhan (2011) dan Nugroho (2011) menyatakan hasil leverage berpengaruh negatif

terhadap manajemen laba. Sedangkan Purwandari dan Mahfud (2011), Jao dan Paulung (2011), Prambudi dan Sumantri (2013), serta Setyaningtyas dan Hadiprajitno (2014) menyatakan bahwa leverage tidak berpengaruh terhadap

manajemen laba.

Umur perusahaan merupakan waktu yang sudah dicapai sejak awal berdiri hingga waktu yang tak terbatas. Secara teoritis perusahaan yang telah lama berdiri akan dipercaya oleh penanam modal (investor) daripada perusahaan yang baru berdiri, karena perusahaan yang telah lama berdiri diasumsikan akan dapat menghasilkan laba yang lebih tinggi daripada perusahaan yang baru berdiri (Zen dan Herman, 2006: 60). Terdapat perbedaan hasil penelitian mengenai pengaruh umur perusahaan terhadap penerapan manajemen laba. Zen dan Herman (2006) menyatakan bahwa umur perusahaan berpengaruh terhadap manajemen laba, sedangkan Mahardhani dkk (2012) menyatakan bahwa umur perusahaan secara parsial tidak berpengaruh terhadap manajemen laba.


(25)

9 Ukuran perusahaan menggambarkan besar kecilnya suatu perusahaan yang ditunjukkan oleh total aktiva, jumlah penjualan, rata-rata total penjualan, dan rata-rata total aktiva. Perusahaan yang besar mendapat perhatian lebih dari pihak eksternal seperti, investor, kreditor, maupun pemerintah. Oleh karena itu, perusahaan yang berukuran besar lebih berhati-hati dalam melaporkan kondisi keuangannya, sedangkan perusahaan yang berukuran lebih kecil cenderung melakukan manajemen laba dengan melaporkan laba yang lebih besar untuk menunjukkan kinerja keuangan yang memuaskan (Makaombohe dkk, 2014: 664). Nuryaman (2008), Nur Azlina (2010), Prambudi dan Sumantri (2014), serta Jao dan Pagalung (2014) telah melakukan penelitian mengenai pengaruh ukuran perusahaan terhadap manajemen laba dan menyatakan bahwa terdapat pengaruh signifikan antara ukuran perusahaan terhadap manajemen laba. Sedangkan Nasution dan Setiawan (2007), Siti Nayiroh (2013), dan Setyaningtyas dan Hadiprajitno (2014) menyatakan bahwa ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap manajemen laba.

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, penulis tertarik untuk mengkaji kembali mengenai hubungan antara profitabilitas, leverage, umur

dan ukuran perusahaan dengan penerapan manajemen laba. Penulis akan membuat penelitian dengan judul “Pengaruh Profitabilitas, Leverage, Umur dan Ukuran Perusahaan Terhadap Manajemen Laba”.


(26)

10 B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka perumusan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah profitabilitas berpengaruh terhadap manajemen laba? 2. Apakah leverage berpengaruh terhadap manajemen laba?

3. Apakah umur perusahaan brpengaruh terhadap manajemen laba? 4. Apakah ukuran perusahaan berpengaruh terhadap manajemen laba? C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah yang ada, maka tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Menganalisis pengaruh profitabilitas terhadap manajemen laba. 2. Menganalisis pengaruh leverage terhadap manajemen laba.

3. Menganalisis pengaruh umur perusahaan terhadap manajemen laba. 4. Menganalisis pengaruh ukuran perusahaan terhadap manajemen laba. D. Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian di atas, hasil penelitian ini diharapkan memberikan manfaat, antara lain:

a. Manfaat Teoritis

1) Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan penulis terhadap permasalahan yang diteliti.

2) Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dalam bidang ekonomi secara


(27)

11 umum dan akuntansi dan manajemen secara khusus yang terkait dengan manajemen laba dalam suatu perusahaan.

b. Manfaat Praktis

1) Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu manajemen dalam membuat keputusan mengenai penerapan manajemen laba. Karena penerapan manajemen laba pada suatu perusahaan merupakan fenomena yang sudah tersebar dikalangan masyarakat umum sehingga kenyataan tersebut akan berpengaruh pada krisisnya kepercayaan masyarakat terhadap laporan yang dihasilkan oleh suatu perusahaan.

2) Hasil penelitian ini diharapkan menjadi bahan evaluasi dan masukan bagi para investor dalam mempertimbangkan keputusan yang berkaitan dengan penanaman investasi yang akan dilakukan pada suatu perusahaan. Terutama dalam menilai kualitas laba perusahaan tersebut. Diharapkan investor benar-benar melakukan analisis yang mendalam mengenai keadaan perusahaan, karena dikhawatirkan tindakan manajemen laba yang dilakukan oleh perusahaan menyimpang dari hal yang wajar sehingga dikemudian hari dapat membahayakan investasi yang ditanam investor.


(28)

12 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Literatur

1. Teori Keagenan (Agency Theory)

Hubungan agensi ada ketika salah satu pihak (prinsipal) menyewa pihak lain (agen) untuk melaksanakan suatu jasa, prinsipal mendelegasikan wewenang untuk membuat keputusan kepada agen tersebut (Anthony dan Govindarajan, 2005:269). Pihak prinsipal (investor) berperan sebagai penyedia sumber daya dan dana yang digunakan oleh pihak manajemen. Pihak manajemen bertanggungjawab penuh dalam kegiatan pengolahan sumber daya dan dana tersebut agar dapat memenuhi kepentingan pihak prinsipal. Pihak prinsipal melakukan pengawasan atas kinerja pihak agen melalui laporan kinerja dan keuangan yang disampaikan oleh pihak manajemen. Setiap pihak memiliki hak dan tanggung jawab dalam pengelolaan dan setiap pihak harus mempunyai komitmen untuk menghargai dan menghormati hak dan wewenang pihak lain, serta tidak diperbolehkan untuk mengintervensi hak dan kewajiban pihak lain. .

Teori agensi mengasumsikan bahwa semua individu bertindak untuk kepentingan masing-masing. Agen diasumsikan akan menerima kepuasan


(29)

13 tidak hanya dari kompensasi keuangan tetapi juga dari tambahan yang terlihat dalam hubungan suatu agensi, seperti waktu luang yang lebih, kondisi kerja yang menarik dan jam kerja yang fleksibel. Sedangkan prinsipal, diasumsikan hanya tertarik pada pengembalian keuangan yang diperoleh dari investasi mereka di perusahaan tersebut. Hubungan agensi antara pemilik dan pengelola perusahaan ini seharusnya menghasilkan hubungan simbiosis mutualisme yang dapat menguntungkan semua pihak, khususnya jika setiap pihak menjalankan hak dan kewajibannya secara bertanggungjawab. Namun yang terjadi justru sebaliknya, munculnya permasalahan agensi antara pemilik dan pengelola perusahaan.

Agency Theory mengimplikasikan adanya asimetri informasi antara

manajer (agen) dengan pemilik (prinsipal). Asimetri informasi merupakan suatu keadaan dimana pihak agen (manajer) memiliki akses informasi yang lebih luas dibandingkan dengan pihak prinsipal. Jensen dan Meckling (1976) dalam Rahmawati dkk (2006) berpendapat bahwa jika kedua kelompok (agen dan prinsipal) tersebut adalah orang-orang yang berupaya memaksimalkan utilitasnya, maka terdapat alasan yang kuat untuk meyakini bahwa agen tidak akan selalu bertindak yang terbaik untuk kepentingan prinsipal. Prinsipal dapat membatasinya dengan menetapkan insentif yang tepat bagi agen dan melakukan monitor yang didesain untuk membatasi aktivitas agen yang menyimpang.


(30)

14 Teori keagenan dibangun sebagai upaya untuk memahami dan memecahkan masalah yang muncul ketika ada ketidaklengkapan informasi pada saat melakukan kontrak. Kontrak yang dimaksud disini adalah kontrak antara prinsipal (pemberi kerja, misalnya pemegang saham) dengan agen (manajemen). Teori keagenan dapat tejadi jika pihak agen memiliki kelebihan informasi dibandingkan dengan pihak prinsipal dan terdapat perbedaan kepentingan antara kedua belah pihak, maka akan terjadi prinsipal agent

problem dimana agen akan melakukan tindakan yang menguntungkan dirinya

namun merugikan prinsipal.

2. Manajemen Laba (Earnings Management)

a. Pengertian Manajemen Laba (Earnings Management)

Definisi manajemen laba menurut Fisher dan Rosenzweing (1995) dalam (Sulistyanto, 2008: 49) yaitu:

Earnings management is a actions of a manager which serve to increase (decrease) current reported earnings of the unit which the manager is responsible without generating a corresponding increase (decrease) in long –term economic profitability of the unit”.

Artinya manajemen laba adalah tindakan – tindakan manajer untuk menaikkan (menurunkan) laba periode berjalan dari sebuah perusahaan yang dikelolanya tanpa menyebabkan kenaikan (penurunan) keuntungan ekonomi perusahaan jangka panjang.

Manajemen laba adalah tindakan yang dilakukan oleh manajemen perusahaan untuk mempengaruhi laba yang dilaporkan. Manajemen laba


(31)

15 sebagai suatu proses mengambil langkah yang disengaja dalam batas prinsip akuntansi yang berterima umum baik didalam maupun diluar batas General Accepted Accounting Princips (GAAP) Merchan dan Rockness

(dalam Hwihanus dan Qurba, 2010).

Menurut Sugiri (1998) dalam (Widyaningdyah, 2001:92) definisi manajemen laba dibagi menjadi dua, yaitu:

1) Definisi sempit

Earning management dalam hal ini hanya berkaitan dengan

pemilihan metode akuntansi. Earning management dalam artian

sempit ini didefinisikan sebagai perilaku manajemen untuk

“bermain” dengan komponen discretionary accruals dalam

menentukan besarnya earnings.

2) Definisi luas

Earning management merupakan tindakan manajer untuk

meningkatkan atau mengurangi laba yang dilaporkan saat ini atas suatu unit dimana manajer bertanggung jawab, tanpa mengakibatkan peningkatan atau penurunan profitabilitas ekonomi jangka panjang unit tersebut.

Healy dan Wahlen (1999) dalam (Muliati, 2011:21), menyatakan bahwa definisi manajemen laba mengandung beberapa aspek. Pertama intervensi manajemen laba terhadap pelaporan keuangan dapat dilakukan dengan penggunaan judgment, misalnya pertimbangan yang dibutuhkan


(32)

16 dalam mengestimasi sejumlah peristiwa ekonomi di masa depan untuk ditunjukkan dalam laporan keuangan, seperti memberikan informasi mengenai keuntungan ekonomi yang sesungguhnya tidak dialami perusahaan. Disamping itu manajer juga mempunyai berbagai pilihan dalam penentuan metode akuntansi yang digunakan. Kedua, tujuan manajemen laba untuk menyesatkan stakeholders mengenai kinerja

ekonomi perusahaan atau untuk mempengaruhi hasil perjanjian (kontrak) yang tergantung pada angka-angka yang dihasilkan. Hal ini dapat terjadi karena manajemen memiliki akses informasi yang lebih yang tidak dapat didapat oleh pihak luar.

b. Motivasi Manajemen Laba

Passer dan Smith (2008) mendefenisikan motivasi sebagai sebuah proses yang mempengaruhi arah, ketekunan, dan ketakutan perilaku individu atau organisasi dalam mencapai suatu tujuan. Melalui pendekatan kognitif, perilaku pencapaian tujuan ini dibentuk oleh dua faktor, yaitu faktor ekspektasi dan faktor imbalan yang diformulasikan dalam matematis sebagai berikut:

Motivasi = ekspektasi X imbalan

Dalam konteks manajemen laba suatu badan usaha akan makin termotivasi untuk berperilaku kreatif dalam memanfaatkan teknik dan kebijakan akuntansi ketika badan usaha itu memiliki keyakinan


(33)

17 (ekspektasi) akan menerima imbalan atas tindakan kreatifnya tersebut. Makin tinggi imbalan yang akan didapatkan, makin tinggi ekspektasi yang diterapkan sehingga motivasi untuk mencapai nilai tersebut pun makin besar.

Secara umum ada beberapa motivasi yang mendorong manajer untuk berperilaku oportunis, yaitu motivasi bonus, kontrak, politik, pajak, perubahan CEO, IPO atau SEO, dan mengkomunikasikan informasi ke investor. Pengelompokan ini sejalan dengan tiga hipotesis utama dalam teori akuntansi positif (positive accounting theory) yang dikembangkan

oleh Watt dan Zimmerman (1986) dalam (Sulistyanto, 2008:44), yaitu: a) Bonus Plan Hypothesis

Untuk memotivasi agar manajer dapat menghasilkan kinerja yang terus meningkat, pemegang saham memberikan tawaran berupa bonus yang diperuntukkan kepada manajer yang memiliki performa kinerja yang baik sesuai dengan standar yang diberlakukan.

Bonus Plan Hypothesis menyatakan bahwa:

Managers of firms with bonus plans are more likely to use accounting methods that increase current period reported income”.

Ada bukti empiris yang menyatakan bahwa perjanjian (kontrak) bisnis manajer dengan pihak lain merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat manajemen laba yang dilakukan perusahaan (Sulistyanto, 2008:45).


(34)

18 Kinerja manajemen diukur salah satunya melalui pencapaian laba usaha. Pengukuran kinerja berdasarkan laba dan skema bonus tersebut memotivasi para manajer untuk memberikan performa terbaiknya sehingga tidak menutup kemungkinan mereka melakukan manajemen laba.

Seadainya pada tahun tertentu kinerja sesungguhnya tidak mencapai batasan target untuk memperoleh bonus, maka manajer akan melakukan pengolahan terhadap laba agar dapat mencapai target sehingga manajer tersebut memperoleh bonus. Sebaliknya, jika pada pada tahun tersebut kinerja atau laba yang diperoleh manajer jauh diatas jumlah yang disyaratkan untuk memperoleh bonus, maka manajer akan mengatur agar laba yang dilaporkan tidak terlalu tinggi. Kelebihan laba yang tidak dilaporkan akan digunakan untuk mengantisipasi penurunan laba pada tahun berikutnya, sehingga manajer tidak kehilangan kesempatan memperoleh bonus pada tahun berikutnya.

b) Debt (Equity) Hypothesis

Selain melakukan kontrak bisnis dengan pemegang saham, untuk kepentingan ekspansi perusahaan, manajer seringkali melakukan beberapa kontrak bisnis dengan pihak ketiga, dalam hal ini adalah kreditor. Manajer harus menunjukkan performa yang baik dari perusahaan agar kreditor tertarik untuk menginvestasikan


(35)

19 dananya di perusahaan. Selain itu untuk mendapatkan pinjaman, hal tersebut juga berlaku untuk menjaga perjanjian utang. Jika suatu perusahaan mendapatkan dana dari kreditor, perusahaan berkewajiban menjaga rasio keuangannya agar berada pada batasan tertentu. Jika hal ini dilanggar, maka perjanjian utang dibatalkan.

Debt (equity) hypothesis menyatakan bahwa:

The large the firms debt to equity ratio, the more likely managers use use accounting methods that increase income”. Dalam konteks perjanjian hutang, manajer akan mengelola dan mengatur labanya agar kewajiban hutangnya yang seharusnya diselesaikan pada tahun tertentu dapat ditunda untuk tahun berikutnya. Hal ini merupakan upaya manajer untuk mengelola dan mengatur jumlah laba yang merupakan indikator kemampuan perusahaan dalam menyelesaikan kewajiban hutangnya. Manajer akan melakukan pengelolaan dan pengaturan jumlah laba untuk menunda bebannya pada periode bersangkutan dan akan diselesaikan pada periode-periode berikutnya. Hal ini dilakukan agar perusahaan dapat menggunakan dana tersebut untuk keperluan lainnya (Sulistyanto, 2008:46).

Jadi, semakin dekat suatu perusahaan untuk menyimpang pada perjanjian hutang yang telah dibuat berdasarkan laba akuntansi, maka semakin besar kemungkinan manajemen perusahaan memilih


(36)

20 prosedur akuntansi yang menggeser laba akuntansi dari periode mendatang ke periode sekarang. Hal ini berlaku untuk semua perusahaan yang mempunyai hutang. Perjanjian ini untuk menjaga likuiditas perusahaan.

c) Political Cost Hypothesis

Alasan terakhir adalah pelanggaran regulasi pemerintah. Sejauh ini ada beberapa regulasi yang dikeluarkan pemerintah yang berkaitan dengan dunia usaha, misalkan undang-undang perpajakan, anti-trust dan monopoli, dan sebagainya. Undang-undang mengatur

jumlah pajak yang akan ditarik perusahaan berdasarkan laba yang diperoleh perusahaan selama periode tertentu (Sulistyanto, 2008:46).

Political cost hypothesis menyatakan bahwa:

Large firms rather than small firms are more likely to use accounting choice that reduce reported profits”.

Tindakan manajemen laba tidak hanya terjadi pada perusahaan go public dan selalu untuk kepentingan harga saham, tetapi juga

untuk kepentingan perpajakan. Kepentingan ini lebih didominasi oleh perusahaan yang belum go public. Perusahaan yang belum go

public cenderung melaporkan dan menginginkan untuk menyajikan

laporan laba fiskal yang lebih rendah dari nilai sebenarnya. Kecenderungan ini memotivasi manajer untuk bertindak kreatif untuk melakukan manajemen laba agar seolah-olah laba fiskal yang


(37)

21 dilaporkan lebih rendah tanpa melanggar aturan dan kebijakan akuntansi perpajakan.

c. Teknik Manajemen Laba

Manajemen laba menurut Setiawati dan Na’im (2000) dalam

(Muliati, 2011:24) dapat dilakukan dengan tiga teknik, yaitu: a) Memanfaatkan peluang untuk membuat estimasi akuntansi.

Cara manajemen mempengaruhi laba melalui judgment

(pertimbangan) terhadap estimasi akuntansi antara lain estimasi tingkat piutang tak tertagih, estimasi kurun waktu depresiasi aktiva tetap atau amortisasi aktiva tak berwujud, estimasi biaya garansi, dan lain-lain.

b) Mengubah metode akuntansi.

Perubahan metode akuntansi yang digunakan untuk mencatat suatu transaksi. Seperti: mengubah metode persediaan dari metode FIFO menjadi metode AVERAGE.

c) Menggeser periode biaya atau pendapatan.

Salah satu contoh teknik penggeseran periode biaya atau pendapatan seperti, mempercepat atau menunda biaya untuk penelitian dan pengembangan hingga periode berikutnya agar laba yang diperoleh tahun ini lebih besar dan berbagai contoh lainnya.


(38)

22 d. Pola dalam Manajemen Laba

Menurut Scott (2006) dalam (Muliati, 2011:26) terdapat empat pola manajemen laba yang dapat dilakukan, yaitu :

a) Taking a bath yaitu pola yang dapat terjadi selama reorganisasi dan

juga pada periode penempatan CEO baru dengan melaporkan kerugian dengan jumlah besar. Tindakan ini diharapkan dapat meningkatkan laba perusahaan di masa mendatang.

b) Income minimization yaitu pola minimisasi laba yang dipilih untuk

alasan politis perusahaan selama perusahaan berada pada periode kenaikan laba yang cukup drastis. Contoh : penghapusan aset tetap berwujud dan tidak berwujud, pengakuan sebagai biaya atas pengeluaran research and development dan iklan.

c) Income maximization, yaitu yang dilakukan manajer saat laba

perusahaan di bawah targetdengan tujuan memperoleh bonus. Selain itu, perusahaan yang dekat dengan pelanggaran perjanjian hutang dapat memungkinkan untuk memaksimalkan laba.

d) Income smoothing, yaitu pola yang dilakukan perusahaan dengan

cara meratakan laba yang dilaporkan sehingga dapat mengurangi fluktuasi laba yang terlalu besar karena pada umumnya investor lebih menyukai laba yang relatif stabil.


(39)

23 3. Profitabilitas

Profitabilitas merupakan salah satu tolak ukur yang digunakan oleh para investor dalam melakukan penilaian terhadap kinerja perusahaan guna pengambilan keputusan investasi yang akan dilakukan. Profitabilitas digunakan untuk megukur seberapa besar perolehan laba yang dihasilkan oleh perusahaan, semakin tinggi tingkat profitabilitas maka semakin baik pula kinerja manajemen dalam perusahaan tersebut. Menurut Sartono (2010:122) profitabilitas adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva maupun modal sendiri.

Irawati (2006:58) menyatakan bahwa rasio keuntungan atau profitability

ratios adalah rasio yang digunakan untuk mengukur efisiensi penggunaan

aktiva perusahaan atau merupakan kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu (biasanya semesteran, triwulanan dan lain-lain) untuk melihat kemampuan perusahaan dalam beroperasi secara efisien.

Berdasarkan beberapa pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa rasio profitabilitas merupakan salah satu alat ukur yang digunakan untuk menilai atau mengukur tingkat efektifitas kinerja manajemen dalam mengelola perusahaan dilihat dari tingkat keuntungan yang diperoleh dari hasil penjualan dan investasi.


(40)

24 Tujuan rasio profitabilitas menurut Kasmir (2011:197), yaitu:

a. Untuk mengukur atau menghitung laba yang diperoleh perusahaan dalam satu periode tertentu.

b. Untuk menilai posisi laba perusahaan tahun sebelumnya dengan tahun sekarang.

c. Untuk menilai perkembangan laba dari waktu ke waktu.

d. Untuk menilai besarnya laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri. e. Untuk mengukur produktivitas seluruh dana perusahaan yang digunakan

baik modal pinjaman maupun modal sendiri. Manfaat dari rasio profitabilitas:

a. Mengetahui besarnya tingkat laba yang diperoleh perusahaan dalam satu periode.

b. Mengetahui posisi laba perusahaan tahun sebelumnya dengan tahun sekarang.

c. Mengetahui perkembangan laba dari waktu ke waktu.

d. Mengetahui besarnya laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri. e. Mengetahui produktivitas dari seluruh dana perusahaan yang digunakan

baik modal pinjaman maupun modal sendiri.

Riyanto (2001:331) mengklasifikasikan angka-angka rasio profitabilitas sebagai berikut:

a. Profitabilitas dalam kaitannya dengan penjualan menggunakan rasio margin laba kotor dan margin laba bersih.


(41)

25 b. Profitabilitas dalam hubungannya dengan investasi, menggunakan dua pengukuran yaitu ROI (Return On Investment) dan ROA (Return On

Asset) dimana ROA digunakan untuk mengukur efektifitas perusahaan

dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva yang dimilikinya.

Penelitian ini menggunakan ROA sebagai pengukuran untuk rasio profitabilitas dengan menggunakan rumus:

��� = ��� � �ℎ × % 4. Leverage

Leverage adalah penggunaan aktiva atau dana dimana untuk penggunaan

tersebut perusahaan harus menutup biaya tetap atau membayar biaya tetap (Riyanto, 1997 dalam Santoso, 2012: 312). Leverage merupakan

perbandingan antara total kewajiban dengan total aktiva perusahaan. Rasio ini menunjukkan besarnya aktiva yang dimiliki perusahaan yang dibiayai dengan hutang. Semakin tinggi nilai leverage maka risiko yang akan dihadapi

investor akan semakin tinggi dan para investor akan meminta keuntungan yang semakin besar.

Leverage adalah penggunaan biaya tetap dalam usaha untuk

meningkatkan profitabilitas. Leverage merupakan pedang bermata dua yang


(42)

26 kerugiannya. Dengan kata lain, penggunaan leverage dalam perusahaan bisa

saja meningkatkan laba perusahaan, tetapi bila terjadi sesuatu yang tidak sesuai harapan, maka perusahaan dapat mengalami kerugian yang sama dengan persentase laba yang diharapkan, bahkan mungkin saja lebih besar (Van Horne, 2007:182).

Leverage dalam konteks bisnis terdiri atas dua macam yaitu leverage

operasional (operating leverage) dan leverage keuangan (financial leverage).

Van Horne (2007:183) juga menyatakan bahwa leverage ini menjadi tahapan

dalam prosespembesaran laba perusahaan. 1) Operating Leverage

Operating leverage adalah ukuran bagi risiko operasi (operating risk/

business risk) yang dapat diketahui dari biaya tetap untuk kegiatan

operasi (fix operating cost) dan dapat dilihat melalui laporan laba rugi

(Moeljadi, 2006). Rodoni dan Ali (2010) menyatakan bahwa operating

leverage merupakan penggunaan aktiva dimana untuk penggunaan

tersebut perusahaan harus menutup biaya tetap. Biaya tetap adalah semua biaya-biaya operasi tetap seperti depresiasi, sewa gedung, gaji pegawai dan lain-lain.

2) Financial Leverage

Financial leverage adalah ukuran bagi risiko keuangan dan dapat

diketahui dari biaya tetap dari dana hutang yang digunakan, dimana financial leverage yang tinggi akan menyebabkan financial risk juga


(43)

27 tinggi sehingga biaya modal juga tinggi (Moeljadi, 2006). Rodoni dan Ali (2010) menyatakan bahwa financial leverage merupakan

penggunaan modal pinjaman disamping modal sendiri dan untuk itu perusahaan harus membayar beban tetap berupa bunga.

Berdasarkan penjelasan mengenai dua jenis leverage diatas, manajer

keuangan memiliki pilihan untukmenggunakan leverage keuangan agar dapat

makin memperbesar pengaruh perubahanapa pun yang dihasilkan dalam laba operasional atas perubahan EPS (Earning Per Share).

5. Umur Perusahaan

Umur perusahaan adalah umur sejak berdirinya hingga perusahaan telah mampu menjalankan operasinya. Secara teoritis perusahaan yang telah lama berdiri akan dipercaya oleh penanam modal (investor) daripada perusahaan yang baru berdiri, karena perusahaan yang telah lama berdiri diasumsikan akan dapat menghasilkan laba yang lebih tinggi daripada perusahaan baru berdiri. Akibatnya perusahaan yang baru berdiri akan kesulitan dalam memperoleh dana di pasar modal sehingga lebih mengandalkan modal sendiri (Zen dan Herman, 2007:60).

Umur perusahaan merupakan salah satu hal yang menjadi pertimbangan investor dalam melakukan penilaian terhadap suatu perusahaan sebelum menanamkan modalnya. Umur perusahaan dapat menggambarkan kemampuan bertahan suatu perusahaan, dan menunjukkan bahwa perusahaan mampu bersaing dalam perekonomian. Perusahaan yang telah lama berdiri


(44)

28 umumnya memiliki profitabilitas yang lebih stabil dibandingkan dengan perusahaan yang baru berdiri.

6. Ukuran Perusahaan

Ukuran perusahaan adalah suatu skala atau nilai dimana perusahaan dapat diklasifikasikan besar kecilnya berdasarkan total aktiva, log size, nilai

saham, dan lain sebagainya. Ukuran perusahaan dapat dinyatakan dalam total aktiva, penjualan dan kapitalisasi pasar. Jika semakin besar total aktiva, penjualan dan kapitalisasi pasarnya maka semakin besar pula ukuran perusahaan tersebut. Ketiga indikator tersebut dapat digunakan untuk menentukan ukuran perusahaan karena dapat mewakili seberapa besar ukuran perusahaan tersebut, misal semakin besar aktiva maka akan semakin banyak modal yang ditanam, semakin banyak penjualan maka semakin banyak perputaran uang dan semakin besar kapitalisasi pasar maka akan semakin besar pula perusahaan itu dikenal dalam masyarakat.

Menurut Hadri Kusuma (2005) dalam (Nugroho dan Pangestuti, 2010:11), ada tiga teori yang secara implisit menjelaskan hubungan antara ukuran perusahaan dan tingkat keuntungan, antara lain :

a. Teori teknologi, yang menekankan pada modal fisik, economies of scale,

dan lingkup sebagai faktor-faktor yang menentukan besarnya ukuran perusahaan yang optimal serta pengaruhnya terhadap profitabilitas.


(45)

29 b. Teori organisasi, menjelaskan hubungan profitabilitas dengan ukuran

perusahaan yang dikaitkan dengan biaya transaksi organisasi, didalamnya terdapat teori critical resources.

c. Teori institusional mengaitkan ukuran perusahaan dengan faktor-faktor seperti system perundang-undangan, peraturan anti-trust, perlindungan patent, ukuran pasar dan perkembangan pasar keuangan.

Salah satu faktor yang memotivasi manajer melakukan manajemen laba adalah political motivations (motivasi politik). Political motivations dalam

akuntansi positif menjelaskan manajemen dalam menyiasati berbagai regulasi pemerintah. Perusahaan yang terbukti menjalankan praktik pelanggaran terhadap regulasi anti trust dan anti monopoli, manajernya melakukan

manajemen laba dengan menurunkan laba yang dilaporkan. Perusahaan juga melakukan manajemen laba untuk menurunkan laba dengan tujuan untuk menghindari pembayaran pajak penghasilan yang terlalu tinggi. Pemilihan metode akuntansi alam pelaporan laba akan memberikan hasil yang berbeda terhadap laba yang dipakai sebagai dasar perhitungan pajak (Scott 2003 dalam Wibisana dan Ratnaningsih, 2014:6).

Ukuran perusahaan sangat berpengaruh kepada struktur pendanaan dengan didasarkan pada kenyataan bahwa semakin besar ukuran perusahaan maka akan ada kecenderungan untuk menggunakan jumlah pinjaman yang lebih besar pula. Hal ini disebabkan karena perusahaan besar memiliki kebutuhan dana yang besar. Dan salah satu pemenuhan dana yang tersedia


(46)

30 adalah dengan pendanaan eksternal. Pendanaan eksternal ini dapat diperoleh dari penerbitan saham, penerbitan obligasi dan hutang, sehingga dalam rangka pemenuhan kebutuhan pendanaan tersebut perusahaan akan lebih meningkatkan kualitas implementasi corporate governance dalam

menjalankan perusahaan.

B. Keterkaitan Antar Variabel dan Perumusan Hipotesis

1. Hubungan Antara Profitabilitas Dengan Manajemen Laba

Profitabilitas menggambarkan kinerja yang dihasilkan oleh suatu perusahaan pada suatu periode waktu tertentu. Salah satu rasio analisis yang digunakan untuk menggambarkan profitabilitas perusahaan adalah Return On

Assets (ROA). ROA menunjukkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba

dari asset yang dimiliki perusahaan. Para investor akan menggunakan rasio ROA sebagai salah satu indikator dalam pengambilan keputusan dalam hal investasi. Semakin tinggi tingkat profitabilitas yang dilaporkan oleh perusahaan, maka semakin tinggi pula harapan dari pihak-pihak berkepentingan seperti investor, pemerintah, dan lainnya atas tingkat pengembalian dan kompensasi yang diharapkan dari keuntungan yang diperoleh perusahaan.

Laba yang terlalu tinggi akan meningkatkan pajak yang harus dibayar, sedangkan pelaporan laba yang terlalu rendah akan berdampak pada tampilan kinerja manajemen yang tidak maksimal. Oleh karena itu, tinggi rendahnya


(47)

31 profitabilitas yang dihasilkan berkaitan dengan tindakan manajemen laba dengan tujuan pelaporan tingkat profitabilitas yang berada pada tahap aman.

Wibisana dan Ratnaningsih (2014) menyatakan bahwa profitabilitas berpengaruh positif terhadap praktik perataan laba yang merupakan salah satu cara dalam praktik manajemen laba. Artinya, semakin besar profitabilitas suatu perusahaan, semakin besar pula kemungkinan perusahaan menurunkan atau meratakan laba untuk satu tahun kedepan. Hasil yang sama juga diperoleh dari penelitian yang dilakukan oleh Dewi dan Sujana (2014). Berdasarkan keterkaitan diatas, maka hipotesis yang diajukan adalah: Ha1: Profitabilitas berpengaruh terhadap manajemen laba.

2. Hubungan Antara Leverage Dengan Manajemen Laba

Tingkat leverage merupakan salah satu hal yang dapat memotivasi

manajemen dalam penerapan manajemen laba. Perusahaan yang memiliki tingkat leverage yang tinggi menggambarkan bahwa liabilitas yang dimiliki

perusahaan lebih besar dibandingkan dengan asset yang dimiliki perusahaan, hal ini mengakibatkan risiko dan tekanan yang besar pada perusahaan. Semakin tinggi tingkat rasio leverage suatu perusahaan akan berdampak pada

semakin tinggi pula resiko yg akan dihadapi perusahaan tersebut. Investor akan lebih memilih perusahaan yang memiliki tingkat leverage yang lebih

rendah.

Perusahaan yang memiliki rasio leverage yang tinggi berarti memiliki


(48)

32 dimiliki sehingga akan cenderung melakukan manipulasi dalam bentuk manajemen laba untuk menghindari perjanjian utang (Saptantinah, 2005:7).

Shanti dan Yudhanti (2007) dalam Purwanti (2012) juga berpendapat bahwa perusahaan yang memiliki leverage tinggi akibat besarnya liabilitas dibandingkan aktiva yang dimiliki perusahaan, diduga melakukan manajemen laba karena perusahaan terancam default, yaitu tidak dapat memenuhi

kewajiban membayar liabilitas pada waktunya. Penelitian yang dilakukan oleh Dewi Saptantinah (2005), Othman dan Zhegal (2006), Rice dan Agustina (2012), menemukan hubungan signifikan antara leverage dan manajemen

laba.

Berdasarkan keterkaitan diatas, maka hipotesis yang diajukan adalah: Ha2 : Leverage berpengaruh terhadap manajemen laba.

3. Hubungan Antara Umur Perusahaan Dengan Manajemen Laba

Umur perusahaan adalah lamanya suatu perusahaan berdiri dan menjalankan kegiatan oprasionalnya, apakah perusahaan tersebut tergolong perusahaan baru atau perusahaan lama. Perusahaan yang telah lama berdiri akan mendapat perhatian yang lebih besar dari pihak eksternal baik itu investor, kreditor ataupun pihak eksternal lainnya dibandingkan dengan perusahaan yang baru berdiri. Dari segi kepercayaan juga perusahaan yang telah lama berdiri akan lebih dipercaya oleh investor dalam menempatkan modalnya, karena perusahaan yang telah lama berdiri dianggap memiliki pengalaman yang lebih baik dalam pengelolaan perusahaan dibandingkan


(49)

33 dengan perusahaan baru, dan dianggap lebih baik dalam menghasilkan keuntungan dengan tingkat risiko yang lebih kecil dibandingkan dengan perusahaan baru. Akibatnya perusahaan yang baru berdiri akan mengalami kesulitan dalam memperoleh sumber dana sehingga lebih mengandalkan modal sendiri (Zen dan Herman, 2007:60).

Untuk dapat menarik minat investor agar menempatkan dananya di perusahan yang baru berdiri, perusahaan harus berusaha semaksimal mungkin untuk meyakinkan investor dengan cara memperlihatkan performa yang baik dalam pengelolaan operasionalnya. Karena kurangnya perhatian pihak eksternal terhadap perusahaan baru ini, kemungkinan manajemen lebih bebas dalam menerapkan manajemen laba agar dapat menghasilkan tampilan performa yang baik yang dapat menarik minat investor.

Zen dan Herman (2007) melakukan penelitian mengenai pengaruh umur perusahaan terhadap perataan laba dan menyatahan bahwa umur perusahaan berpengaruh signifikan terhadap tindak perataan laba yang dilakukan oleh perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI. Begitu pula dengan penelitian yang dilakukan oleh Bestivano (2013) menyatakan bahwa terdapat hubungan signifikan antara umur perusahaan dengan tindak perataan laba.

Berdasarkan keterkaitan yang dijelaskan diatas, maka hipotesis yang diajukan adalah:


(50)

34 4. Hubungan Antara Ukuran Perusahaan Dengan Manajemen Laba

Perusahaan yang lebih besar umumnya akan mendapatkan lebih banyak perhatian dari pihak eksternal, seperti investor, analis, maupun pemerintah. Oleh sebab itu perusahaan akan menghindari fluktuasi laba yang terlalu drastis, sebab kenaikan laba yang drastis akan menyebabkan pertambahan kewajiban seperti pajak. Perusahaan besar akan cenderung berusaha untuk melaporkan perolehan laba yang stabil setiap tahunnya.

Siregar dan Utama (2005) melakukan penelitian mengenai pengaruh ukuran perusahaan terhadap manajemen laba dan menyatakan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba. Hasil penelitian tersebut sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Nuryaman (2008), Jao dan Pagalung (2011), Prambudi dan Sumantri (2014), Makaombohe dkk (2014), serta Wibisana dan Ratnaningsih (2014) yang menyatakan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba.

Berdasarkan keterkaitan yang dijelaskan diatas, maka hipotesis yang diajukan adalah:


(51)

35 C. Penelitian Terdahulu

Adapun hasil penelitian-penelitian terdahulu yang berkaitan dengan penelitian ini dapat dilihat pada tabel 2.1 berikut:

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu No. Peneliti

(Tahun)

Judul Penelitian

Metodologi Penelitian

Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan

1. Setyaningtyas dan Hadiprajitno (2014) Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perataan Laba (Income Smoothing) Penggunaan variabel independen yaitu ukuran perusahaan, leverage, dan profitabilitas.

Penggunaan variabel sector industry, debt equity ratio yang tidak digunakan dalam penelitian ini. Serta variabel dependen yang digunakan adalah perataan laba.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sektor industry berpengaruh terhadap tindakan perataan laba, dan ukuran perusahaan, rasio hutang, leverage operasi, dan profitabilitas tidak berpengaruh terhadap perataan laba.

2. Wibisana dan Ratnaningsih (2014) Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Arah Manajemen Laba Penggunaan variabel

leverage, ukuran perusahaan, dan profitabilitas. Penelitian ini menggunakan variabel umur perusahaan yang tidak digunakan dalam penelitian tersebut.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa profitabilitas, leverage, dan ukuran perusahaan berpengaruh terhadap arah manajemen laba.


(52)

36 Tabel 2.1 (Lanjutan)

No. Peneliti (Tahun)

Judul Penelitian

Metodologi Penelitian

Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan

3. Llukani (2014)

Earnings Management and Firm Size: an Empirical Analyze in Albanian Market Penggunaan variabel ukuran perusahaan dan manajemen laba Tidak terdapat variabel profitabilitas, leverage, dan umur perusahaan dalam penelitian tersebut.

Hasil penelitian menyatakan bahwa tidak terdapat perbedaan signifikan dalam penerapan manajemen laba pada perusahaan besar maupun perusahaan berukuran kecil pada perusahaan di Albania.

4. Makaombohe, Pangemanan, dan Tirayoh (2014)

Ukuran Perusahaan Terhadap Manajemen Laba Pada Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

Periode 2008-2011.

Variabel ukuran perusahaan dan variabel

dependen manajemen laba

Analisis yang digunakan

analisis regresi berganda dengan menambahkan beberapa variabel independen seperti, profitabilitas, leverage, umur, dan ukuran perusahaan.

Ukuran perusahaan berpengaruh signifikan negatif terhadap manajemen laba, artinya semakin besar ukuran perusahaan maka perilaku manajemen laba semakin berkurang.


(53)

37 Tabel 2.1 (Lanjutan)

No. Peneliti (Tahun)

Judul Penelitian

Metodologi Penelitian

Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan

5. Dewi dan Sujana (2014)

Pengaruh Ukuran

Perusahaan dan Profitabilitas pada Praktik Perataan Laba dengan Jenis Industri Sebagai Variabel

Pemoderasi di Bursa Efek Indonesia

Penggunaan variabel ukuran perusahaan, profitabilitas

Variabel

dependen yang digunakan adalah perataan laba yang merupakan salah satu bagian dari tindakan manajemen laba. Tidak

menggunakan variabel moderasi.

Ukuran perusahaan dan profitabilitas disimpulkan berpengaruh terhadap praktik perataan laba sedangkan jenis industry tidak dapat memoderasi ukuran perusahaan dan profitabilitas pada praktik perataan laba.

6. Rahma Sari (2014) Pengaruh Ukuran Perusahaan dan Struktur Kepemilikan Terhadap Praktik Perataan Laba Penggunaan variabel ukuran perusahaan Tidak terdapat variabel profitabilitas, leverage, dan umur perusahaan dalam penelitian tersebut.

Hasil penelitian menyatakan bahwa ukuran perusahaan dan struktur kepemilikan tidak berpengaruh signifikan terhadap praktik perataan laba pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Bersambung ke halaman berikutnya


(54)

38 Tabel 2.1 (Lanjutan)

No. Peneliti (Tahun)

Judul Penelitian

Metodologi Penelitian

Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan

7. Prambudi dan Sumantri (2014) Kualitas Audit, Ukuran Perusahaan, dan Leverage Terhadap Manajemen Laba Penggunaan variabel ukuran perusahaan dan leverage sebagai variabel

independen

Penggunaan variabel kualitas audit yang tidak digunakan dalam penelitian ini.

Hasil penelitian menyatakan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba sedangkan leverage dan kualitas audit tidak berpengaruh terhadap manajemen laba.

8. Januarsi dkk (2014) Leverage, Corporate Strategy and Earnings Management: Case of Indonesia Penggunaan variabel leverage dan manajemen laba Penelitian ini tidak menggunakan variabel corporate strategy sebagai variabel

pemoderasi.

Hasil penelitian menyatakan bahwa leverage berpengaruh terhadap manajemen laba dan corporate strategy terbukti tidak dapat memoderasi hbungan antara leverage dan manajemen laba.

9. Siti Nayiroh (2013)

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Manajemen Laba

Penggunaan variabel

manajemen laba sebagai variabel independen dan variabel

leverage dan independen.

Penggunaan variabel corporate governance sebagai variabel independen yang tidak digunakan dalam penelitian ini.

Kepemilikan keluarga berpengaruh secara signifikan terhadap praktik manajemen laba. Kepemilikan institusional tidak berpengaruh terhadap praktik manajemen laba. Komisaris independen tidak berpengaruh terhadap praktik manajemen laba.


(55)

39 Tabel 2.1 (Lanjutan)

No. Peneliti (Tahun)

Judul Penelitian

Metodologi Penelitian

Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan

ukuran perusahaan sebagai variabel

Komite audit tidak berpengaruh terhadap praktik manajemen laba. Kualitas audit terbukti berpengaruh secara signifikan terhadap praktik manajemen laba. Ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap praktik manajemen laba. Debt tidak terbukti berpengaruh terhadap praktik manajemen laba.

Growth tidak berpengaruh terhadap praktik manajemen laba.


(56)

40 D. Kerangka Penelitian

Adapun gambaran dari penelitian ini secara keseluruhan dapat dijelaskan oleh kerangka penelitian pada gambar 2.1 berikut:

Gambar 2.1 Kerangka Penelitian

Pengaruh Profitabilitas, Leverage, Umur, dan Ukuran Perusahaan Terhadap Manajemen Laba

(Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI Periode 2010-2013)

Metode Analisis: Analisis Regresi Berganda

Hasil Pengujian dan Pembahasan

Kesimpulan, Implikasi, Keterbatasan, dan Saran Fenomena Manajemen Laba yang Terjadi di Indonesia. Kasus manipulasi pelaporan laba yang dilakukan oleh PT. Kimia Farma pada laporan keuangan tahun 2001, yang diungkapkan oleh BAPEPAM.

Variabel Independen Variabel Dependen

Profitabilitas (X1) Leverage (X2)

Umur Perusahaan (X3)

Ukuran Perusahaan (X4)

Manajemen Laba (Y)


(57)

41 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kausalitas yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh antara dua variabel atau lebih. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis mengenai pengaruh variabel independen yaitu profitabilitas, leverage, umur dan ukuran perusahaan terhadap variabel

dependen manajemen laba. Berdasarkan jenisnya, penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dimana data yang digunakan berupa angka-angka. Populasi penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dari tahun 2010-2013 yang terlihat dari laporan keuangan dan laporan tahunan (annual report).

B. Metode Penentuan Sampel

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) mulai dari tahun 2010 hingga tahun 2013. Peneliti menggunakan perusahaan manufaktur sebagai sampel dikarenakan saat ini persaingan yang terjadi dikalangan perusahaan manufaktur terlihat cukup ketat antar perusahaan. Selain itu perusahaan manufaktur juga memiliki skala produksi yang cukup besar


(58)

42 sehingga untuk dapat melakukan produksi dalam skala besar tersebut perusahaan membutuhkan pendanaan yang cukup besar juga. Oleh karena itu perusahaan memiliki peluang untuk melakukan manajemen laba yang cukup besar untuk dapat memenuhi kebutuhan akan pendanaan tersebut.

Penelitian ini menggunakan proposive sampling sebagai metode dalam

penentuan sampel. Menurut (Sugiyono, 2008:218) purposive sampling adalah

teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu yakni sumber data dianggap paling tau mengenai apa yang diharapkan, sehingga mempermudah peneliti menjelajahi obyek atau situasi sosial yang sedang diteliti. Kriteria-kriteria sampel dalam penelitian ini antara lain:

1. Perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2010-2013.

2. Perusahaan yang tidak mengalami delisting selama tahun 2010-2013.

3. Perusahaan yang menyediakan data laporan posisi keuangan (balance

sheet), laporan laba/rugi (income statement), laporan arus kas (cash

flow), dan seluruh data yang berkaitan dengan penelitian ini.

4. Perusahaan yang menyajikan laporan keuangan dalam mata uang rupiah.

5. Perusahaan yang tidak melaporkan kerugian selama tahun 2010-2013. C. Metode Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan data time series. Data time series


(59)

43 waktu. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diambil dari laporan keuangan tahunan (annual report) perusahaan

manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2010-2013 yang di akses melalui situs resmi Bursa Efek Indonesia (BEI) yaitu www.idx.co.id. Peneliti juga memperoleh data dari berbagai sumber seperti buku, jurnal, skripsi, tesis, internet, dan berbagai sumber lain yang dapat menunjang penelitian ini.

D. Metode Analisis Data

Metode analisis data merupakan suatu metode yang digunakan untuk mengolah suatu data penelitian dengan menggunakan proses penyederhanaan data dalam bentuk yang mudah dibaca dan diinterpretasikan. Analisis dalam penelitian ini menggunakan metode analisis kuantitatif dengan metode Regresi Linier Berganda (Multiple Regression Linier).

Metode analisis data dalam penelitian ini dengan menggunakan perhitungan ilmu statistik yaitu dengan menggunakan perangkat lunak SPSS (Statistical Product and Service Solution) versi 22. Setelah data-data yang

diperlukan dalam penelitian ini terkumpul, maka selanjutnya dilakukan analisis data yang terdiri dari metode statistik deskriptif, uji asumsi klasik, dan uji hipotesis. Adapun penjelasan mengenai masing-masing metode analisis data tersebut adalah sebagai berikut:


(60)

44 1. Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif memberikan gambaran suatu data yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), median, modus, standar deviasi, maksimum

dan minimum, sum, range, kurtosis, dan skewness (kemencengan

distribusi) (Ghozali, 2013:19). Statistik deskriptif memberikan pemaparan yang lebih jelas mengenai data kuantitatif yang ada agar dapat lebih mudah dipahami.

2. Uji Asumsi Klasik

Untuk melakukan uji asumsi klasik atas data sekunder ini, maka peneliti melakukan uji multikoloniearitas, uji autokorelasi, uji heteroskedasitas dan uji normalitas.

a. Uji Multikolonieritas

Uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (Ghozali, 2013:105). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen. Jika variabel independen saling berkorelasi, maka variabrl variabel ini tidak orthogonal. Variabel orthogonal adalah varoabel independen yang nilai korelasi antar sesame variabel independen sama dengan nol. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolonieritas didalam model regresi dapat dilihat dari nilai tolerance dan VIF (Variance Inflation Factor). Kedua


(61)

45 dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Jika nilai tolerance ≤

0.10 atau nilai VIF ≥ 10, nilai tersebut menunjukkan adanya

multikolonieritas (Ghozali, 2013:105-106). Oleh karena itu hasil yang baik adalah jika nilai tolerance ≥ 0.10 atau nilai VIF ≤ 10 yang menunjukkan bahwa tidak terjadi gejala multikolonieritas.

b. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi maka dinamakan ada problem autokorelasi. Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya. Masalah ini timbul karena residual (kesalahan pengganggu) tidak bebas dari satu observasi ke observasi lainnya (Ghozali, 2013:110).

Untuk mendeteksi gejala autokorelasi dapat menggunakan uji Durbin-Watson (DW), dimana hasil pengujian ditentukan berdasarkan nilai Durbin-Watson (DW). Dasar pengambilan keputusan ada tidaknya autokorelasi dengan menggunakan kriteria Durbin-Watson berikut:


(62)

46 Tabel 3.1

Kriteria Autokorelasi Durbin – Watson (DW)

Sumber: Ghozali 2013

c. Uji Heterokedasitas

Uji heterokedasitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varians dari residual satu ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut Homoskedasitas dan jika berbeda disebut Heterokedasitas. Model regresi yang baik adalah Homoskedasitas atau tidak terjadi Heterokedasitas (Ghozali, 2013:139).

Untuk menguji ada atau tidaknya heterokedasitas dapat dilihat dengan ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot. Jika ada

pola tertentu maka mengindikasikan telah terjadi heterkedastisias. Tetapi jika tidak ada pola yang jelas serta titik-titik menyebar di atas

Hipotesis nol Keputusan Jika

Tidak ada autokorelasi positif

Tolak 0 < d <dl

Tidak ada autokorelasi positif

No desicion Dl ≤ d ≤ du

Tidak ada korelasi negatif Tolak 4 – dl < d < 4 Tidak ada korelasi negatif No decision 4 –du ≤ d ≤ 4 – dl Tidak ada autokorelasi,

positif atau negatif


(63)

47 dan dibawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heterokedasitas (Ghozali, 2013:139). Dalam penelitian ini uji Glejser digunakan untuk melakukan uji heteroskedastisitas. Dengan melihat tingkat signifikansi yang dihasilkan. Jika tingkat signifikansi yang dihasilkan dalam uji Glejser > 0,05 maka dapat dikatakan bahwa tidak terdapat gejala heteroskedastisitas dalam model regresi yang digunakan.

d. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Seperti diketahui bahwa uji t atau uji F mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal. Jika asumsi ini dilanggar maka uji statistik menjadi tidak valid untuk jumlah sampel kecil. Ada dua cara untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak yaitu dengan analisis grafik dan uji statistik (Ghozali, 2013:160). 1) Analisa Grafik

Salah satu cara termudah untuk melihat normalitas residual adalah dengan melihat grafik histogram yang membandingkan antara data observasi dengan data distribusi yang mendekati distribusi normal. Namun demikian hanya dengan melihat histogram hal ini dapat menyesatkan khususnya untuk jumlah sampel yang kecil. Metode yang lebih handal adalah dengan


(64)

48 melihat normal probability plot yang membandingkan distribusi

kumulatif dari distribusi normal. Distribusi normal akan membentuk satu garis lurus diagonal, dan plotting data residual

akan dibandingkan dengan garis diagonal. Jika distribusi data residual normal, maka garis yang menggambarkan data sesungguhnya akan mengikuti garis diagonalnya.

2) Analisa Statistik

Uji normalitas dengan grafik dapat menyesatkan kalau tidak hati-hati secara visual kelihatan normal, padahal secara statistik bisa sebaliknya. Oleh sebab itu dianjurkan disamping uji grafik dilengkapi dengan uji statistik. Uji statistik yang dapat digunakan untuk menguji normalitas residual adalah uji statistik non- parametik Kolmogorov-Smirnov (K-S) dilakukan dengan membuat hipotesis:

H0 :Data residual berdistribusi normal

Ha : Data residual tidak berdistribusi normal

Jika signifikan < 0,05 berarti data yang akan diuji mempunyai perbedaan signifikan dengan data normal baku, berarti data tersebut tidak normal atau H0 ditolak.


(65)

49 3. Analisis Hipotesis Penelitian

Persamaan regresi berganda merupakan persamaan regresi dengan menggunakan dua atau lebih variabel independen. Bentuk umum persamaan regresi berganda ini adalah:

EM = α+ β1 ROA+ β2 LEV+ β3 AGE+ β4 SIZE + Ɛ

Keterangan:

EM = Manajemen Laba = Konstanta

= Koefisien Regresi ROA = Profitabilitas LEV = Leverage

AGE = Umur Perusahaan SIZE = Ukuran Perusahaan

Ɛ = error

Dasar pengambilan keputusan dalam analisa Regresi Berganda adalah dengan menggunakan koefisien determinasi, Uji Signifikasi Simultan (Uji Statistk F) dan Uji Signifikan Parameter Individual (Uji Statistik t).

a. Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi (R2) menggambarkan seberapa jauh

kemampuan model dalam menerangkan variansi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan 1 atau (0 < x < 1).


(66)

50 Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen

dalam menjelaskan variabel-variabel dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati 1 berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen (Ghozali, 2013:97).

b. Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F)

Uji statistik F menunjukkan apakah semua variabel independen atau bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen atau variabel terikat (Ghozali, 2013:98).

Menurut Ghozali (Ghozali, 2013:98) jika nilai F hitung lebih besar daripada F tabel, maka H0 ditolak atau Ha diteriman menyatakan

bahwa semua variabel independen secara serentak dan signifikan mempengaruhi variabel dependen. Jika hasil perhitungan nilai

signifikan kurang dari derajat kepercayaan α 5 % dan 10% maka Ho

ditolak atau Ha diterima menyatakan bahwa semua variabel

independen secara serentak dan signifikan mempengaruhi variabel dependen.

c. Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t)

Uji statistik t menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel penjelas atau independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen (Ghozali, 2013:98). Menurut Ghozali jika nilai


(67)

51 statistik t dihitung lebih tinggi dibandingkan t tabel, maka Ho ditolak

atau Ha diterima. Hal ini menyatakan bahwa suatu variabel independen

secara individual mempengaruhi variabel dependen. Jika hasil

perhitungan nilai signifikan kurang dari derajat kepercayaan α 5% dan

10 % maka Ho ditolak atau Ha diterima menyatakan bahwa suatu

variabel independen secara individual mempengaruhi variabel dependen.

E. Defenisi dan Operasional antar Variabel

Variabel-variabel yang akan diuji dalam penelitian ini terdiri dari profitabilitas, levereage, umur, dan ukuran perusahaan sebagai variabel

independen, dan penerapan manajemen laba sebagai variabel dependen. Adapun penjelasan mengenai operasional dari masing-masing variabel sebagai berikut:

1. Profitabilitas (X1)

Profitabilitas menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba. Rasio yang digunakan untuk mengukur profitabilitas dalam penelitian ini adalah ROA (Return On Assets) yang menunjukkan

kemampuan perusahaan menghasilkan laba dari asset yang dimiliki perusahaan. Menurut Carlson dan Bathala dalam (Wibisana dan Ratnaningsi, 2014:6) tingkat profitabilitas perusahaan merupakan faktor yang mempengaruhi tindakan pengelolaan laba. Karena laba merupakan


(1)

LAMPIRAN 2


(2)

LAMPIRAN OUTPUT SPSS

Hasil Uji Statistik Deskriptif

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

ROA 200 .00 1.92 .3470 .43590

LEV 200 .04 .84 .4261 .17560

AGE 200 2.00 82.00 35.4750 14.53706

SIZE 200 25.08 33.00 28.2526 1.69876

DA 200 -.17 .21 .0131 .06557

Valid N (listwise) 200

Hasil Uji Autokorelasi dan Koefisien Determinasi (R

2

)

Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

Durbin-Watson

1 .320a .102 .079 .06283 1.986

a. Predictors: (Constant), ROA, LEV, AGE, SIZE b. Dependent Variable: DA

Hasil Uji Simultan (Uji F)

ANOVAa

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1

Regression .067 4 .017 4.155 .003b


(3)

Hasil Uji Parameter Individual (Uji t)

Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1

(Constant) -.115 .076 -1.511 .132

ROA .022 .010 .143 2.058 .041

LEV .071 .026 .191 2.754 .006

AGE -.001 .000 -.141 -1.988 .048

SIZE .004 .003 .103 1.438 .152

Hasil Uji Multikolonieritas

Collinearity Statistics

Tolerance VIF

.973 1.028

.986 1.014

.934 1.071


(4)

Hasil Uji Normalitas Kolmogorov- Smirnov

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 200

Normal Parametersa,b Mean .0000000

Std. Deviation .06294684

Most Extreme Differences

Absolute .067

Positive .067

Negative -.042

Kolmogorov-Smirnov Z .944

Asymp. Sig. (2-tailed) .335

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.

Hasil Uji Normalitas

Normal

Probability Plot (P-P Plot)


(5)

Hasil Uji Normalitas

Histogram

Hasil Uji Heteroskedastisitas (Uji Glejser)

Coefficientsa

Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

(Constant) .000 .046 -.003 .998

ROA .000 .006 -.005 -.065 .948

LEV .025 .016 .113 1.591 .113

AGE .000 .000 -.098 -1.345 .180

SIZE .002 .002 .075 1.016 .311


(6)

Dokumen yang terkait

PENGARUH PROFITABILITAS, UKURAN PERUSAHAAN, LEVERAGE KEUANGAN DAN NILAI SAHAM TERHADAP PERATAAN LABA (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Bursa Efek Indonesia)

11 163 20

Pengaruh diversifikasi operasi, diversifikasi geografis dan ukuran perusahaan terhadap manajemen laba : studi empiris pada perusahaan manufaktur sektor consumer goods industry yang terdaftar di bursa efek indonesia periode 2010-2013

1 12 111

Faktor-faktor yang mempengaruhi pengungkapan intellectual capital pada perusahaan property dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2010 - 2014

0 14 135

PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN, PROFITABILITAS, Pengaruh Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, Leverage, Kompleksitas Operasi, Dan Ukuran Kap Terhadap Audit Delay (Studi Empiris Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2013-2015).

0 2 17

PENGARUH PROFITABILITAS, UKURAN PERUSAHAAN, LEVERAGE, DAN KUALITAS AUDIT TERHADAP MANAJEMEN LABA PENGARUH PROFITABILITAS, UKURAN PERUSAHAAN, LEVERAGE, DAN KUALITAS AUDIT TERHADAP MANAJEMEN LABA (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di

0 6 17

PENDAHULUAN PENGARUH PROFITABILITAS, UKURAN PERUSAHAAN, LEVERAGE, DAN KUALITAS AUDIT TERHADAP MANAJEMEN LABA (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2012-2015).

0 2 10

PENDAHULUAN Analisis pengaruh ukuran perusahaan, Profitabilitas, siklus operasi perusahaan, Likuiditas, leverage dan klasifikasi industri Terhadap manajemen laba (Studi Empiris pada Perusahan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2010

0 2 11

Hubungan antara ukuran perusahaan, leverage, profitabilitas dengan manajemen laba (studi empiris pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2014).

0 2 148

PENGARUH PROFITABILITAS, LEVERAGE, DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP KUALITAS LABA (STUDI EMPIRIS PADA PERUSAHAAN MISCELLANEOUS INDUSTRY YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA)

4 7 58

PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN, PROFITABILITAS, LEVERAGE, DAN KUALITAS AUDIT TERHADAP MANAJEMEN LABA PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI) (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun

3 81 9