Pengaruh Tipe Industri, Ukuran Perusahaan, Profitabilitas dan Leverage terhadap Pengungkapan Corporate Social Responsibility (Studi Empiris pada Perusahaan Go Public yang terdaftar di Jakarta Islamic Index Periode 2008-2012)

(1)

PENGARUH TIPE INDUSTRI, UKURAN PERUSAHAAN, PROFITABILITAS DAN LEVERAGE TERHADAP PENGUNGKAPAN

CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY

(Studi Empiris pada Perusahaan Go Public yang Terdaftar di Jakarta Islamic Index Periode 2008-2012)

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Untuk Memenuhi Syarat-syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh:

IRA ROBIAH ADAWIYAH 109082000116

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(2)

ii

PENGARUH TIPE INDUSTRI, UKURAN PERUSAHAAN, PROFITABILITAS DAN LEVERAGE TERHADAP PENGUNGKAPAN

CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY

(Studi Empiris pada Perusahaan Go Public yang Terdaftar di Jakarta Islamic Index Periode 2008-2012)

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Untuk Memenuhi Syarat-syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi Oleh:

Ira Robiah Adawiyah NIM. 109082000116

Dibawah Bimbingan

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(3)

iii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF

Hari ini Kamis, 11 April 2013 telah dilaksanakan ujian komprehensif atas mahasiswa: 1. Nama : Ira Robiah Adawiyaah

2. Nim : 109082000116

3. Jurusan : Akuntansi/Akuntansi Manajemen

4. Judul Skripsi : Pengaruh Tipe Industri, Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, dan Leverage Terhadap Pengungkapan Corporate Social Responsibility.

Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang bersangkutan selama proses ujian komprehensif, maka diputuskan bahwa mahasiswa tersebut di atas dinyatakan lulus dan diberi kesempatan untuk melanjutkan ke tahap ujian skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.


(4)

iv

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI

Hari ini, 27 Agustus 2013 telah dilaksanakan Ujian Skripsi atas mahasiswa: 1. Nama : Ira Robiah Adawiyah

2. NIM : 109082000116 3. Jurusan : Akuntansi

4. Judul Skripsi : Pengaruh Tipe Industri, Ukuran Perusahaan, Profitabilitas dan Leverage Terhadap Pengungkapan Corporate Social Responsibility

Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang bersangkutan selama proses ujian skripsi, maka diputuskan bahwa mahasiswa tersebut di atas dinyatakan lulus dan skripsi ini diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.


(5)

v

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH Yang bertanda tangan di bawah ini,

Nama : Ira Robiah Adawiyah No Induk Mahasiswa : 109082000116 Fakultas : Ekonomi dan Bisnis Jurusan : Akuntansi

Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini saya:

1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan dan mempertanggungjawabkan

2. Tidak melakukan plagiat terhadap naskah orang lain

3. Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber asli atau tanpa izin pemilik karya

4. Tidak melakukan pemanipulasian dan pemalsuan data

5. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggungiawab atas karya ini

Jika di kemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan melalui pembuktian yang dapat dipertanggungjawabkan ternyata memang ditemukan bukti bahwa saya telah melanggar pernyataan diatas, maka saya siap untuk dikenai sanksi berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Demikian pemyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.


(6)

vi

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. IDENTITAS PRIBADI

1. Nama Lengkap : Ira Robiah Adawiyah 2. Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 11 Oktober 1990

3. Alamat : Jl. Masjid No. 3 Kel. Susukan, Kec. Ciracas, Jakarta Timur

4. Telepon : 08998156963

5. Email : irarobiahadawiyah@ymail.com

II. PENDIDIKAN

1. SD N 13 Pagi Ciracas Tahun 1997-2003

2. MTS N 7 Jakarta Tahun 2003-2006

3. SMA N 58 Jakarta Tahun 2006-2009

4. S1 Ekonomi Akuntansi UIN Syarif Hidayatullah Tahun 2009-2013

III. PENGALAMAN ORGANISASI

1. Anggota PMR MTS N 7 Jakarta, periode 2003-2004 2. Anggota KARATE SMA N 58 Jakarta, periode 2006-2008

VI. LATAR BELAKANG KELUARGA

1. Ayah : Mamad Mahari, SH.i 2. Ibu : Hayati

3. Alamat : Jl. Masjid No. 3 Kel. Susukan, Kec.Ciracas Jakarta Timur


(7)

vii ABSTRACT

The Effects of Industry Type, Company Size, Profitability, and Leverage on Corporate Social Responsibility Disclosure.

By: Ira Robiah Adawiyah

This research purposes to check the effects of Industry Type, Company Size, Profitability, and Leverage on Corporate Social Responsibility Disclosure. This research used samples of industry which is listed in Jakarta Islamic Index during 2008-2012 period. The number of industries that were became in this study were 12 companies with 5 year observation. Based on purposive sampling method, research sample total are 60 financial statements. Hypothesis in this research are tested by the multiple regression. The result of Adjusted R2 38,2% obtained value variation of Corporate Social Responsibility Disclosure can be explained the independent this research indicates variables there are Industry Type, Company Size, Profitability, and Leverage to Corporate Social Responsibility Disclosure 61,8% can be explained by other variables outside model.

Keywords: Industry Type, Company Size, Profitability, Leverage, Corporate Social Responsibility Disclosure.


(8)

viii ABSTRAK

Pengaruh Tipe Industri, Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, dan Leverage terhadap Pengungkapan Corporate Social Responsibility

Oleh: Ira Robiah Adawiyah

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh tipe industri, ukuran perusahaan, profitabilitas, dan leverage terhadap pengungkapan Corporate Social Responsibility. Penelitian ini menggunakan sampel perusahaan yang terdaftar di Jakarta Islamic Index selama periode 2008-2012. Jumlah perusahaan yang dijadikan sampel penelitian ini adalah 12 perusahaan dengan pengamatan selama 5 tahun. Berdasarkan metode purposive sampling, total sampel penelitian adalah 60 laporan keuangan. Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan teknik regresi berganda. Dari hasil penelitian Adjusted R2 diperoleh 38,2% variasi pengungkapan Corporate Social Responsibility dapat dijelaskan oleh keempat variabel yaitu tipe industri, ukuran perusahaan, profitabilitas, dan leverage sedangkan sisanya sebesar 61,8% dijelaskan oleh variabel lain diluar model.

Kata kunci: tipe industri, ukuran perusahaan, profitabilitas, leverage, pengungkapan Corporate Social Responsibility.


(9)

ix

KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Segala puji bagi Allah SWT, Al-Wahhab Yang Maha Penganugerah, yang telah memberikan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Shalawat serta salam penulis haturkan kepada Nabi Muhammad SAW, nabi akhir zaman, yang telah membimbing umatnya menuju jalan kebenaran. Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Pada kesempatan ini, dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan terimakasih atas bantuan, bimbingan, dukungan, semangat dan doa, baik langsung maupun tidak langsung dalam penyelesaian skripsi ini, kepada:

1. Ayahanda dan Ibunda terkasih, yang selalu mencurahkan perhatian, cinta dan sayang, dukungan serta doa tiada henti yang tertuju hanya untuk ananda, semoga semakin hari ananda semakin mampu membuat bangga ayah dan ibunda.

2. Keluarga besar di Jakarta yang selalu mendoakan dan memberikan dukungan untuk kesuksesan penulis. Terimakasih atas semua kasih sayang.

3. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MS selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Ibu Dr. Rini, SE., Ak., CA selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

5. Bapak Hepi Prayudiawan, SE., Ak., MM selaku Sekretaris Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

6. Bapak Dr. Amilin, SE., Ak., M.Si selaku Dosen Pembimbing Skripsi I yang telah bersedia meluangkan waktu untuk berdiskusi, memberikan pengarahan dan bimbingan dalam penulisan skripsi ini. Terimakasih atas ilmu yang telah Bapak berikan selama ini.


(10)

x

7. Ibu Erika Amelia, SE., M.Si selaku Dosen Pembimbing Skripsi II yang telah meluangkan waktu, mencurahkan perhatian, membimbing dan memberikan pengarahan kepada penulis. Terimakasih atas semua saran yang Ibu berikan selama proses penulisan skripsi sampai terlaksananya sidang skripsi.

8. Seluruh dosen yang telah memberikan ilmu dan karyawan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah yang telah memberikan bantuan kepada penulis. 9. Sahabat seperjuanganku, Titus Puspita Sari, Nina Indriani, Dini Utami, Imah

Astinia, Siti Aliyah, dan Arin Dwi Thahira, kami dipertemukan dalam ikatan silaturahmi yang indah, terimakasih atas dukungan dan kasih sayang yang diberikan kepada penulis.

10. Sahabatku Anik, Dwi, Ade, kiki, dan Orin, walaupun jarak memisahkan, penulis yakin bahwa kasih sayang dan tali persahabatan tetap terjaga diantara kita, terimakasih atas segala doa dan semangatnya.

11. Rekan Accounting C’s Indescribable Democracy (ACID) yang berjuang dari awal dengan suka duka yang tak mungkin terlupakan.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki penulis. Oleh karena itu, penulis mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang membangun dari berbagai pihak.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

Jakarta, 27 Juli 2013


(11)

xi DAFTAR ISI

Keterangan Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ... ii

LEMBAR PENGESAHAN UJI KOMPREHENSIF ... iii

LEMBAR PENGESAHAN UJI SKRIPSI ... iv

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... v

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... vi

ABSTRACT ... vii

ABSTRAK ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Perumusan Masalah ... 10

C. Tujuan Penelitian ... 11


(12)

xii

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 13

A. Tinjauan Literatur ... 13

1. Teori Stakeholder ... 13

2. Teori Legitimasi ... 14

3. Sejarah Singkat CSR ... 16

4. Definisi CSR ... 17

5. Komponen CSR ... 19

6. Manfaat Melaksanakan dan Kerugian Tidak Melaksanakan CSR Bagi Perusahaan ... 21

7. Tahap-Tahap Melaksanakan Program CSR ... 24

8. Pengungkapan CSR dalam Laporan Tahunan ... 27

9. Tipe Industri ... 29

10. Ukuran Perusahaan ... 30

11. Profitabilitas ... 31

12. Leverage ... 33

13. Jakarta Islamic Index ... `34

B. Penelitian Terdahulu ... 36

C. Kerangka Pemikiran ... 42

D. Hipotesis Penelitian ... 44

1. Tipe Industri dengan CSR ... 44

2. Ukuran Perusahaan dengan CSR ... 45


(13)

xiii

4. Leverage dengan CSR ... 47

BAB III METODE PENELITIAN ... 50

A. Ruang Lingkup Penelitian ... 50

B. Teknik Penentuan Populasi dan Sampel ... 50

C. Teknik Pengumpulan Data ... 51

D. Teknik Analisis... 52

1. Uji Statistik Deskriptif ... 52

2. Uji Asumsi Klasik ... 53

3. Pengujian Hipotesis ... 56

E. Operasionalisasi Variabel Penelitian ... 59

1. Variabel Dependen (Y) ... 59

2. Variabel Independen (X) ... 61

a. Tipe Industri ... 61

b. Ukuran perusahaan ... 62

c. Profitabilitas ... 62

d. Leverage ... 63

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 65

A. Gambaran Umum Objek Penelitian ... 65

B. Hasil Uji Analisis Data... 66

1. Hasil Uji Statistik Deskriptif ... 67

2. Hasil Uji Asumsi Klasik ... 69


(14)

xiv

BAB V PENUTUP ... 82

A. Kesimpulan ... 82

B. Implikasi ... 83

C. Saran ... 85

DAFTAR PUSTAKA ... 88


(15)

xv

DAFTAR TABEL

No. Keterangan Halaman

2.1 Hasil Penelitian Terdahulu ... 38

3.1 Operasional Variabel dan Pengukurannya... 64

4.1 Proses Seleksi Sampel Berdasarkan Kriteria ... 65

4.2 Nama Perusahaan Hasil Observasi ... 66

4.3 Hasil Statistik Deskriptif... 67

4.4 Hasil Uji Kolmogorov Smirnov ... 70

4.5 Hasil Uji Multikoloniearitas ... 70

4.6 Hasil Uji Glejser ... 72

4.7 Hasil Uji Autokorelasi ... 73

4.8 Hasil Adj R2 ... 73

4.9 Hasil Uji t ... 75

4.10 Hasil Uji F ... 76


(16)

xvi

DAFTAR GAMBAR

No. Keterangan Halaman 2.1 Skema Kerangka Pemikiran ... 42 4.1 Hasil Uji Normalitas ... 69 4.2 Hasil Uji Heterokedastisitas ... 71


(17)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

No. Keterangan Halaman

Lampiran 1 Perusahaan High Profile dan low profile ... 93

Lampiran 2 Kategori Item Pengungkapan CSR Menurut Sembiring ... 94

Lampiran 3 Hasil Perhitungan Variabel Tipe Industri dan Ukuran Perusahaan ... 100

Lampiran 4 Hasil Perhitungan Variabel Profitabilitas dan Leverage ... 101

Lampiran 5 Hasil Perhitungan Variabel CSR ... 102


(18)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pada saat banyak perusahaan menjadi semakin berkembang, maka pada saat itu pula kesenjangan sosial dan kerusakan lingkungan sekitarnya dapat terjadi, karena itu muncul kesadaran untuk mengurangi dampak negatif ini (Wiwoho, 2008). Banyak perusahaan kini mengembangkan apa yang disebut Corporate Social Responsibility (CSR).

Pada prinsipnya CSR merupakan suatu komitmen berkelanjutan dari perusahaan untuk bertanggung jawab secara ekonomi, sosial, dan lingkungan atau ekologis kepada masyarakat, lingkungan, serta para pemangku kepentingan (stakeholder). Tanggung jawab tersebut meliputi mencegah dampak negatif yang ditimbulkan perusahaan terhadap pihak lain dan lingkungan serta meningkatkan kualitas masyarakat termasuk karyawan, pemasok, pelanggan, dan lingkungan sekitar perusahaan.

Corporate Social Responsibility (Tanggung Jawab Sosial Perusahaan) sering juga dianggap inti dari etika bisnis, yang berarti bahwa perusahaan tidak hanya mempunyai kewajiban-kewajiban ekonomi dan legal (artinya kepada pemegang saham atau shareholder) tetapi juga kewajiban-kewajiban terhadap pihak-pihak lain yang berkepentingan (stakeholder) yang jangkauannya melebihi


(19)

2 kewajiban-kewajiban di atas (ekonomi dan legal). Tanggung jawab sosial dari perusahaan merujuk pada semua hubungan yang terjadi antara sebuah perusahaan dengan semua stakeholder, termasuk didalamnya adalah pelanggan atau customers, pegawai, komunitas, pemilik atau investor, pemerintah, supplier bahkan juga kompetitor. Global Compact Initiative (2002) menyebut pemahaman ini dengan 3P (profit, people, planet), yaitu tujuan bisnis tidak hanya mencari laba (profit), tetapi juga mensejahterakan orang (people), dan menjamin keberlanjutan hidup dalam planet ini (Nugroho, 2007).

Akhir-akhir ini topik mengenai Corporate Social Responsibility (CSR) semakin banyak di bahas di dunia, baik di media cetak dan elektronik, seminar ataupun konferensi. Perusahaan di dunia juga semakin banyak yang mengklaim bahwa mereka telah melaksanakan tanggung jawab sosialnya. Penerapan Corporate Social Responsibility (CSR) tidak lagi dianggap sebagai cost, melainkan sebagai investasi perusahaan (Herawati, 2007). Menurut http://www.kpmg.com/Global/en/IssuesAndInsights/ArticlesPublications/corporate-responsibility/Pages/de-facto-business-law.aspx, persentase perusahaan yang melaporkan pada inisiatif CSR 2008-2011 meningkat dari 74% menjadi 83% di Amerika Serikat, dari 62% menjadi 79% di Kanada, dan dari 91% menjadi 100% di Inggris. Berdasarkan survei tersebut dapat dilihat persentase peningkatan perusahaan yang melaporkan pada inisiatif CSR di wilayah Amerika dan Inggris mengalami peningkatan 9%, sedangkan di wilayah Kanada mengalami peningkatan 17% selama 4 tahun.


(20)

3 Pandangan dalam dunia usaha dimana perusahaan hanya bertujuan untuk mendapatkan laba yang setinggi-tingginya tanpa memperhatikan dampak yang muncul dalam kegiatan usahanya kini sudah tidak dapat diterima lagi. Karena perkembangan dunia usaha saat ini menuntut perusahaan untuk meningkatkan perhatiannya kepada lingkungan sosial. Perusahaan diharapkan tidak hanya mementingkan kepentingan manajemen dan pemilik modal (investor dan kreditor) tetapi juga karyawan, konsumen, masyarakat dan lingkungannya (Purnasiwi, 2011). Semakin ketatnya persaingan di dunia usaha juga menuntut perusahaan untuk memikirkan strategi untuk memenangkan persaingan. Perusahaan harus terus meningkatkan kualitas produk dan meningkatkan efisiensi.

Menurut Jalal (2007), perkembangan topik CSR di perguruan tinggi di Indonesia juga menunjukkan sebuah peningkatan. Relatif cukup banyak mahasiswa berbagai strata membuat karya tulis akhir skripsi, tesis, maupun disertasi tentang CSR. Berdasarkan data yang dihimpun oleh situs (http://www.csrindonesia.com/) kebanyakan dari mereka berasal dari fakultas ilmu sosial serta fakultas ekonomi dari berbagai perguruan tinggi. Kesadaran masyarakat akan peran perusahaan dalam lingkungan sosial juga semakin meningkat. Masyarakat membutuhkan informasi mengenai sejauh mana perusahaan telah melaksanakan aktivitas sosialnya untuk memastikan bahwa hak-hak mereka telah terpenuhi. Utama (2007), menyatakan bahwa perkembangan


(21)

4 CSR terkait dengan semakin parahnya kerusakan lingkungan yang terjadi di Indonesia maupun dunia, mulai dari penggundulan hutan, polusi udara dan air, hingga perubahan iklim.

Owen (2005) mengatakan bahwa kasus Enron di Amerika telah menyebabkan perusahaan-perusahaan lebih memberikan perhatian yang besar terhadap pelaporan sustainabilitas dan pertanggungjawaban sosial perusahaan. Isu-isu yang berkaitan dengan reputasi, manajemen risiko dan keunggulan kompetitif nampak menjadi kekuatan yang mendorong perusahaan untuk melakukan pengungkapan informasi sosial.

Beberapa fenomena kasus lain di Indonesia terkait permasalahan yang muncul dikarenakan perusahaan dalam melaksanakan operasinya kurang memperhatikan kondisi lingkungan dan sosial di sekitarnya, khususnya perusahaan yang aktivitasnya berkaitan dengan pengelolaan sumber daya alam. Sebagai contoh, PT. Freeport Indonesia salah satu perusahaan tambang terbesar di Indonesia yang berlokasi di Papua, yang memulai operasinya sejak tahun 1969, sampai dengan saat ini tidak lepas dari konflik berkepanjangan dengan masyarakat lokal, baik terkait dengan tanah ulayat, pelanggaran adat, maupun kesenjangan sosial dan ekonomi yang terjadi (Wibisono, 2007).

Kasus Pencemaran Teluk Buyat, yaitu pembuangan tailing ke dasar laut yang mengakibatkan tercemarnya laut sehingga berkurangnya tangkapan ikan dan menurunnya kualitas kesehatan masyarakat lokal akibat operasional PT. Newmon Minahasia Raya tidak hanya menjadi masalah nasional melainkan internasional


(22)

5 (Fauzi, 2008). Kasus lumpur lapindo yang sampai saat ini belum juga terselesaikan serta demonstran para karyawan akibat ketidakadilan.

Jika dilihat dari beberapa kasus diatas, masalah sosial dan lingkungan yang tidak diatur dengan baik oleh perusahaan ternyata memberikan dampak yang sangat besar, bahkan tujuan meraih keuntungan dalam aspek bisnis malah berbalik menjadi kerugian yang berlipat. Oleh karena itu masalah pengelolaan sosial dan lingkungan untuk saat ini tidak bisa menjadi aspek yang tidak dianggap penting dalam beroperasinya perusahaan.

Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan aspek penting yang harus dilakukan perusahaan dalam operasionalnya. Hal tersebut bukan semata-mata memenuhi peraturan perundang-undangan sebagaimana untuk perusahaan tambang diatur dalam Undang-Undang No 22 tahun 2001, maupun untuk Perseroan Terbatas (PT) diatur dalam Undang-Undang No. 40 pasal 74 tahun 2007, melainkan secara logis terdapat hukum sebab akibat, dimana ketika operasional perusahaan memberikan dampak negatif, maka akan muncul respon negatif yang jauh lebih besar dari masyarakat maupun lingkungan yang dirugikan. Dalam upaya meningkatkan daya saing melalui peningkatan transparansi dan akuntabilitas, Ikatan Akuntan Indonesia Kompartemen Akuntan Manajemen sejak tahun 2005 mengadakan Indonesia Sustainability Reporting Award (ISRA). ISRA adalah penghargaan yang diberikan kepada perusahaan-perusahaan yang telah membuat pelaporan atas kegiatan yang menyangkut aspek lingkungan dan sosial disamping aspek ekonomi untuk memelihara keberlanjutan (sustainability)


(23)

6 perusahaan itu sendiri, baik yang diterbitkan secara terpisah maupun terintegrasi dalam laporan tahunan (annual report) (Purnasiwi, 2011).

Banyak faktor yang mempengaruhi pengungkapan CSR. Tipe industri didefinisikan sebagai faktor potensial yang mempengaruhi praktek pengungkapan sosial perusahaan. Tipe industri adalah karakteristik yang dimiliki oleh perusahaan yang berkaitan dengan bidang usaha, risiko usaha, karyawan yang dimiliki dan lingkungan perusahaan. Dalam penelitian Sembiring (2005) variabel tipe industri yang dikelompokkan dalam industri high profile dan low profile memberikan hasil yang signifikan. Hal tersebut dikarenakan perusahaan yang bertipe high profile dalam melakukan aktivitasnya banyak memodifikasi lingkungan, dan menimbulkan dampak sosial yang negatif terhadap masyarakat. Berbeda dengan hasil penelitian Diba (2012) yang menyatakan bahwa tipe industri tidak memiliki pengaruh terhadap pengungkapan Corporate Social Responsibility dengan sampel penelitian adalah 47 perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2006 dan 2008.

Ukuran perusahaan juga merupakan variabel yang banyak digunakan untuk menjelaskan pengungkapan sosial yang dilakukan perusahaan. Menurut Hilmi dan Ali (2008) ukuran perusahaan dapat dinilai dari beberapa segi. Besar kecilnya ukuran perusahaan dapat didasarkan pada total nilai aktiva, total penjualan, kapitalisasi pasar, jumlah tenaga kerja dan sebagainya. Secara umum perusahaan besar akan mengungkapkan informasi lebih banyak daripada perusahaan kecil. Hal ini karena perusahaan besar akan menghadapi resiko politis


(24)

7 yang lebih besar dibanding perusahaan kecil. Hasil penelitian yang menunjukkan adanya hubungan positif signifikan antara ukuran perusahaan dengan pengungkapan tanggung jawab sosial yaitu Andreas dan Lawer (2010). Penelitian dilakukan dengan menggunakan semua perusahaan properti dan real estat yang tercatat di BEI tahun 2007. Sementara Anggraini (2006) tidak menemukan hubungan antara keduanya. Sampel yang digunakan Anggraini adalah semua perusahaan yang terdaftar di BEI tahun 2000 sampai 2004.

Penelitian yang menghubungkan pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan dengan profitabilitas juga telah banyak dilakukan. Diantaranya oleh Susilatri dan Indriani (2011) yang menemukan hubungan yang positif signifikan antara kedua variabel tersebut. Penelitian dilakukan pada perusahaan pertambangan yang listing di BEI tahun pengamatan periode 2004-2008. Semakin besar keuntungan yang diperoleh semakin besar kemampuan perusahaan untuk membayarkan dividennya. Para manajer tidak hanya mendapatkan dividen, tapi juga akan memperoleh power yang lebih besar dalam menentukan kebijakan perusahaan. Berbeda dengan Wijaya (2012) yang melakukan penelitian dengan menggunakan perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2008-2010 menemukan hasil pengaruh profitabilitas yang tidak signifikan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan.

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Cahya (2010) pembahasan mengenai pengungkapan Corporate Social Responsibility juga dipengaruhi oleh leverage. Cahya menyatakan bahwa tingkat leverage yang tinggi akan mendorong


(25)

8 perusahaan melakukan pengungkapan sosialnya. Leverage merupakan salah satu ukuran kinerja keuangan yang mengukur kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban jangka panjangnya. Perusahaan yang mempunyai tingkat leverage tinggi berarti sangat bergantung pada pinjaman luar untuk membiayai asetnya. Sedangkan perusahaan yang mempunyai tingkat leverage rendah lebih banyak membiayai asetnya dengan modal sendiri. Semakin tinggi tingkat leverage besar kemungkinan akan melanggar perjanjian kredit sehingga perusahaan akan berusaha melaporkan laba yang lebih tinggi dengan cara mengurangi biaya-biaya termasuk biaya pengungkapan pertanggungjawaban sosial perusahaan. Penelitian lain yang menghubungkan leverage dengan pengungkapan tanggungjawab sosial diantaranya adalah penelitian yang dilakukan oleh Andreas dan Lawer (2010) yang menyatakan bahwa menemukan hubungan yang tidak signifikan antara kedua variabel tersebut.

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai beberapa faktor yang berpengaruh terhadap pengungkapan Corporate Social Responsibility yang masih menunjukkan hasil yang beragam, bahkan bertentangan antara hasil penelitian yang satu dengan yang lainnya sehingga menarik untuk di teliti lebih lanjut sebagai usaha mendapatkan hasil yang lebih konsisten. Dengan demikian, maka dibuat suatu penelitian dengan judul “Pengaruh Tipe Industri, Ukuran Perusahaan, Profitabilitas dan Leverage Terhadap Pengungkapan Corporate Social Responsibility”.


(26)

9 Menurut peneliti topik ini penting untuk diteliti mengingat semakin banyaknya kerusakan lingkungan yang diakibatkan oleh operasional perusahaan yang tidak bertanggung jawab, dan masih adanya hak-hak kaum buruh yang terabaikan sehingga perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk meningkatkan kesadaran perusahaan atas pentingnya program Corporate Social Responsibility serta untuk mengetahui hubungan antara faktor-faktor yang mempengaruhi pengungkapan Corporate Social Responsibility.

Penelitian ini merupakan pengembangan dari penelitian yang dilakukan oleh Andreas dan Lawer (2010) yang berjudul “Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Pengungkapan Tanggungjawab Sosial”. Karakteristik perusahaan tersebut diproksikan dalam ukuran perusahaan, leverage, profitabilitas dan umur perusahaan. Adapun perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah:

1. Populasi yang diteliti. Pada penelitian sebelumnya pengamatan dilakukan pada semua perusahaan properti dan real estat yang tercatat di Bursa Efek Indonesia, sedangkan pada penelitian ini dilakukan pada perusahaan yang terdaftar dalam Jakarta Islamic Index (JII) karena dianggap dalam pelaksanaan operasionalnya telah berbasis syariah.

2. Perbedaan satu variabel independen. Pada penelitian sebelumnya terdapat variabel umur perusahaan, sedangkan pada penelitian ini variabel tersebut digantikan dengan variabel tipe industri karena banyak jurnal penelitian sebelumnya yang memasukkan variabel tipe industri kedalam penelitiannya


(27)

10 yang dikaitkan dengan Corporate Social Responsibility (CSR) masih menunjukkan hasil yang beragam.

3. Tahun pengamatan. Pada penelitian sebelumnya pengamatan dilakukan pada tahun 2007, sedangkan pada penelitian ini pengamatan dimulai dari tahun 2008-2012.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan, maka dapat diidentifikasikan masalah sebagai berikut:

1. Apakah tipe industri berpengaruh secara parsial terhadap pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) dalam laporan tahunan perusahaan? 2. Apakah ukuran perusahaan berpengaruh secara parsial terhadap

pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) dalam laporan tahunan perusahaan?

3. Apakah profitabilitas berpengaruh secara parsial terhadap pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) dalam laporan tahunan perusahaan? 4. Apakah leverage berpengaruh secara parsial terhadap pengungkapan

Corporate Social Responsibility (CSR) dalam laporan tahunan perusahaan? 5. Apakah tipe industri, ukuran perusahaan, profitabilitas, dan leverage

berpengaruh secara simultan terhadap pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) dalam laporan tahunan perusahaan?


(28)

11 C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis bukti empiris mengenai:

1. Tipe industri terhadap pengungkapan Corporate Social Responsibility. 2. Ukuran perusahaan terhadap pengungkapan Corporate Social Responsibility. 3. Profitabilitas terhadap pengungkapan Corporate Social Responsibility. 4. Leverage terhadap pengungkapan Corporate Social Responsibility.

5. Pengaruh tipe industri, ukuran perusahaan, profitabilitas dan leverage terhadap pengungkapan Corporate Social Responsibility.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian tersebut adalah sebagai berikut:

1. Bagi peneliti, untuk mendapatkan pemahaman mengenai pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) dalam laporan tahunan perusahaan, mengetahui pengaruh tipe industri, ukuran perusahaan, profitabilitas dan leverage terhadap pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) dan untuk mengetahui seberapa besar tanggung jawab suatu perusahaan untuk memenuhi tanggung jawab sosialnya serta merupakan sebuah aplikasi dari teori yang telah didapatkan oleh peneliti dalam perkuliahan.

2. Bagi mahasiswa khususnya jurusan akuntansi, untuk menambah studi literatur mengenai pengaruh tipe industri, ukuran perusahaan, leverage, dan


(29)

12 profitabilitas terhadap pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR), serta memberikan landasan bagi penelitian selanjutnya dibidang yang sama dimasa yang akan datang.

3. Bagi pihak perusahaan, untuk memberikan masukan bagi pengembangan penerapan Corporate Social Resposibility (CSR) pada perusahaan, dan meningkatkan kesadaran perusahaan akan pentingnya melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan, serta sebagai pertimbangan dalam pembuatan kebijakan perusahaan untuk lebih meningkatkan kepeduliannya pada lingkungan sosial perusahaan.

4. Bagi pemerintah, untuk mengetahui sampai sejauh mana pengungkapan pertanggungjawaban sosial yang telah dilakukan perusahaan. Sehingga pemerintah dapat mempertimbangkan suatu standar pelaporan CSR yang sesuai dengan kondisi Indonesia.

5. Bagi investor, penelitian ini diharapkan akan memberikan wacana baru dalam mempertimbangkan aspek-aspek yang perlu diperhitungkan dalam pembuatan keputusan investasi yang tidak terpaku pada ukuran-ukuran moneter.

6. Bagi Stakeholder, membantu menambah frekuensi komunikasi yang baik dengan stakeholder, dimana komunikasi ini akan semakin menambah trust stakeholders kepada perusahaan.

7. Bagi masyarakat, agar kepentingan masyarakat terakomodasi, dan diharapkan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat akan hak-hak yang harus diperoleh.


(30)

13 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

B. Tinjauan Literatur 2. Teori Stakeholder

Teori stakeholder mengatakan bahwa perusahaan bukanlah entitas yang hanya beroperasi untuk kepentingan sendiri namun juga harus mampu memberikan manfaat bagi stakeholdernya. Dengan demikian, keberadaan suatu perusahaan sangat dipengaruhi oleh dukungan yang diberikan oleh stakeholder perusahaan tersebut (Ghozali dan Chariri, 2007).

Tanggung jawab sosial perusahaan seharusnya melampaui tindakan memaksimalkan laba untuk kepentingan pemegang saham (shareholder), namun lebih luas lagi bahwa kesejahteraan yang diciptakan oleh perusahaan tidak terbatas kepada kepentingan pemegang saham, tetapi juga untuk kepentingan stakeholder, yaitu semua pihak yang mempunyai keterkaitan terhadap perusahaan (Untung, 2008). Mereka adalah pemasok, pelanggan, pemerintah, masyarakat lokal, investor, karyawan, kelompok politik, dan asosiasi perdagangan. Seperti halnya pemegang saham yang mempunyai hak terhadap tindakan-tindakan yang dilakukan oleh manajemen perusahaan, stakeholder juga mempunyai hak terhadap perusahaan (Waryanti, 2009).

Stakeholder pada dasarnya dapat mengendalikan atau memiliki kemampuan untuk mempengaruhi pemakaian sumber-sumber ekonomi yang


(31)

14 digunakan oleh perusahaan. Oleh karena itu, power stakeholder ditentukan oleh besar kecilnya power yang dimiliki stakeholder atas sumber ekonomi tersebut (Ghozali dan Chariri, 2007). Power tersebut dapat berupa kemampuan untuk membatasi pemakaian sumber ekonomi yang terbatas (modal dan tenaga kerja), akses terhadap media yang berpengaruh, kemampuan untuk mengatur perusahaan, atau juga kemampuan untuk mempengaruhi konsumsi atas barang dan jasa yang dihasilkan oleh perusahaan (Deegan, 2000).

Adanya teori stakeholder ini memberikan landasan bahwa suatu perusahaan harus mampu memberikan manfaat bagi stakeholdernya. Manfaat tersebut dapat diberikan dengan cara menerapkan program Corporate Social Responsibility (CSR). Adanya program tersebut pada perusahaan diharapkan akan meningkatkan kesejahteraan bagi karyawan, pelanggan, dan masyarakat lokal. Sehingga diharapkan terjalin hubungan yang baik antara perusahaan dengan lingkungan sekitar.

3. Teori Legitimasi

Teori legitimasi mengungkapkan bahwa perusahaan secara kontinyu berusaha untuk bertindak sesuai dengan batas-batas dan norma-norma dalam masyarakat. Atas usahanya tersebut perusahaan berusaha agar aktivitasnya diterima menurut persepsi pihak eksternal (Deegan, 2000).


(32)

15 Ghozali dan Chariri (2007) menjelaskan bahwa teori legitimasi sangat bermanfaat dalam menganalisis perilaku organisasi, karena teori legitimasi adalah hal yang paling penting bagi organisasi. Batasan-batasan yang ditekankan oleh norma-norma dan nilai-nilai sosial serta reaksi terhadap batasan tersebut mendorong pentingnya analisis perilaku organisasi dengan memperhatikan lingkungan. Teori legitimasi dilandasi oleh kontrak sosial yang terjadi antara perusahaan dengan masyarakat dimana perusahaan beroperasi dan menggunakan sumber ekonomi. Legitimasi organisasi dapat dilihat sebagai sesuatu yang diberikan masyarakat kepada perusahaan dan sesuatu yang diinginkan atau dicari perusahaan dari masyarakat.

Adanya teori legitimasi memberikan landasan bahwa perusahaan harus menaati norma-norma yang berlaku di masyarakat dimana perusahaan berada agar operasi perusahaan juga dapat berjalan dengan lancar tanpa adanya konflik dari masyarakat sekitar. Untuk hal tersebut, perusahaan dapat menyesuaikan diri dengan cara mengembangkan program Corporate Social Responsibility (CSR). Dengan adanya program Corporate Social Responsibility (CSR), perusahaaan dapat memberikan kontribusi positif kepada masyarakat sekitar sehingga masyarakat sekitar dapat menerima baik keberadaan perusahaan di lingkungannya.


(33)

16 4. Sejarah Singkat Corporate Social Responsibility

Gema CSR mulai terasa pada tahun 1950-an. Pada waktu itu, persoalan-persoalan kemiskinan dan keterbelakangan yang semula terabaikan mulai mendapatkan perhatian lebih luas dari berbagai kalangan. Beberapa kalangan bahkan menyebutkan bahwa saat inilah era modern dari Corporate Social Responsibility (CSR) dimulai. Mereka menggangap buku yang bertajuk Social Responsibility of the Businessman karya Howard R. Bowen yang ditulis pada tahun 1953 merupakan literature awal yang menjadi tonggak sejarah modern CSR dan karena karyanya itu Bowen diganjar dengan sebutan “Bapak CSR” (Wibisono, 2007).

Dekade 1960-an, pemikiran Bowen terus dikembangkan oleh berbagai ahli sosiologi bisnis lainnya seperti Keith Davis yang memperkenalkan konsep “Iron Law of Social Responsibility”. Dalam konsepnya, Davis berpendapat bahwa penekanan pada tanggung jawab sosial perusahaan memiliki korelasi positif dengan ukuran perusahaan, studi ilmiah yang dilakukan Davis menemukan bahwa semakin besar perusahaan atau lebih tepat dikatakan, semakin besar dampak suatu perusahaan terhadap masyarakat sekitar, semakin besar pula bobot tanggung jawab yang harus dipertahankan perusahaan itu pada masyarakatnya (Untung, 2008).

Pemikiran tentang korporasi yang lebih manusiawi juga muncul dalam “The Future Capitalism” yang ditulis Lester Thurow tahun 1966. Menurutnya, kapitalisme yang menjadi mainstream saat itu tidak hanya


(34)

17 berkutat pada masalah ekonomi, namun juga memasukkan unsur sosial dan lingkungan yang menjadi basis apa yang nantinya disebut sustainabla societ. Pada dasawarsa 1070-an terbitlah “The Limits to Growth”. Buku yang hingga kini terus diperbaharui itu merupakan hasil pemikiran para cendikiawan dunia yang tergabung dalam Club of Rome. Buku ini menginggatkan kepada masyarakat dunia bahwa bumi yang kita pijak ini mempunyai keterbatasan daya dukung. Sementara disisi lain, manusia bertambah secara eksploitasial. Karenanya eksploitasi alam mesti dilakukan secara hati-hati supaya pembangunan dapat dilakukan secara berkelanjutan (Wibisono, 2007).

Pada tataran global, tahun 1992 diselenggarakan KTT Bumi (Eart Summit). KTT yang diadakan di Rio de Jenairo Brazil ini menegaskan konsep pembangunan berkelanjutan (sustainable development) yang didasarkan atas perlindungan lingkungan hidup, pembangunan ekonomi dan sosial sebagai hal yang harus dilakukan. Gaung CSR kian bergema setelah diselenggarakannya World Summit on Sustainable Development (WSSD) tahun 2002 di Johannesburg, Afrika Selatan. Sejak itulah, definisi CSR mulai berkembang (Wibisono, 2007).

5. Definisi Corporate Social Responsibility

Menurut World Bank (Fox, Ward dan Howard, 2002), CSR merupakan komitmen sektor swasta untuk mendukung terciptanya pembangunan yang berkelanjutan (sustainable development). Sedangkan


(35)

18 menurut sebuah organiasi dunia World Bisnis Council for Sustainable Development (WBCD) menyatakan bahwa CSR adalah komitmen berkelanjutan dari para pelaku bisnis untuk berprilaku secara etis dan memberikan kontribusi bagi pembangunan ekonomi, sementara pada saat yang sama meningkatkan kualitas hidup dari para pekerja dan keluarganya demikian pula masyarakat lokal dan masyarakat secara luas (Solihin, 2009).

Menurut Draf 3 ISO 2600, 2007, guidance on social responsibility, mendefinisikan CSR sebagai tanggung jawab dari suatu organisasi untuk dampak–dampak dari keputusan-keputusan dan aktivitas di masyarakat dan lingkungan melalui transparasi dan perilaku etis yang konsisten dengan perkembangan berkelanjutan dan kesejahteraan dari masyarakat; pertimbangkan harapan stakeholders; sesuai dengan ketentuan hukum yang bisa diterapkan dan norma-norma internasional yang konsisten dari perilaku; dan terintergrasi sepanjang organisasi. Sedangkan dalam UU PM, yang digunakan sebagai rujukan pewajiban CSR, Undang-Undang No. 25 tahun 2007 pasal 15(b) tentang Penanaman Modal, CSR didefinisikan sebagai “Tanggung jawab yang melekat pada setiap perusahaan untuk tetap menciptakan hubungan yang serasi, seimbang, dan sesuai dengan lingkungan, nilai, norma, dan budaya masyarakat setempat”.

Dalam teks Pasal 74 RUU PT sendiri CSR tidak didefinisikan. Namun dalam dokumen kerja Tim Perumus terdapat definisi bahwa tanggung jawab sosial dan lingkungan adalah komitmen Perseroan untuk berperan serta dalam


(36)

19 pembangunan ekonomi berkelanjutan guna meningkatkan kualitas kehidupan dan lingkungan yang bermanfaat, baik bagi Perseroan sendiri, komunitas setempat, maupun masyarakat pada umumnya. Sementara, menurut CSR Forum (Wibisono, 2007), Corporate Social Responsibility (CSR) didefinisikan sebagai bisnis yang dilakukan secara transparan dan terbuka serta berdasarkan pada nilai-nilai moral dan menjunjung tinggi rasa hormat kepada karyawan, komunitas dan lingkungan.

6. Komponen Corporate Social Responsibility

Menurut Darwin (2006) cakupan CSR sangat luas, tidak hanya terkait dengan masalah sosial semata (corporate philanthropy). Secara umum isu CSR mencakup lima komponen pokok, yaitu:

a. Hak Asasi Manusia (HAM)

Bagaimana perusahaan menyikapi masalah HAM dan strateginya serta kebijakan yang dilakukan oleh perusahaan untuk menghindari terjadinya pelanggaran HAM dalam perusahaan.

b. Tenaga Kerja (Buruh)

Bagaimana kondisi tenaga kerja di supply chain ataupun dipabrik, mulai dari sistem panggajian, kesejahteraan hari tua dan keselamatan kerja, peningkatan keterampilan dan profesionalisme karyawan, sampai pada pola penggunaan tenaga kerja di bawah umur.


(37)

20 c. Lingkungan hidup

Bagaimana strategi dan kebijakan yang berhubungan dengan masalah lingkungan hidup. Usaha perusahaan mengatasi dampak lingkungan atas produk dan jasa mulai dari pengadaan bahan baku sampai pada masalah pembuangan limbah, serta dampak lingkungan yang diakibatkan oleh proses produksi dan distribusi produk.

d. Sosial masyarakat

Bagaimana strategi dan kebijakan dalam bidang sosial dan pengembangan masyarakat setempat (community development), serta dampak operasi perusahaan terhadap kondisi sosial dan budaya masyarakat setempat. e. Dampak produk dan jasa terhadap pelanggan

Apa saja yang harus dilakukan oleh perusahaan untuk memastikan bahwa produk dan jasanya terbebas dari dampak-dampak negatif seperti menggangu kesehatan pelanggan, mengancam keamanan dan produk yang dilarang.

Berdasarkan kelima komponen diatas maka komponen-komponen tersebut dapat dijadikan tolak ukur dalam menilai seberapa besar kesadaran perusahaan dalam memenuhi tanggung jawab sosialnya kepada stakeholdernya. Jika perusahaan hanya menjalankan salah satu komponen saja dari kelima komponen tersebut dapat dikatakan kesadaran perusahaan masih rendah. Sebaliknya, jika perusahaan memenuhi kelima komponen tersebut


(38)

21 dapat dikatakan kesadaran perusahaan tinggi terhadap tanggung jawab sosialnya.

7. Manfaat Melaksanakan dan Kerugian Tidak Melaksanakan CSR Menurut Untung (2008), manfaat CSR bagi perusahaan antara lain: a. Mempertahankan dan mendongkrak reputasi serta citra merek perusahaan.

Kontribusi positif pasti juga akan mendongkrak reputasi dan image positif perusahaan. Inilah yang menjadi modal non financial utama bagi perusahaan sementara bagi stakeholdernya menjadi nilai tambah bagi perusahaan untuk dapat tumbuh secara berkelanjutan.

b. Mendapatkan lisensi untuk beroperasi secara sosial.

Masyarakat sekitar perusahaan merupakan komunitas utama perusahaan. Ketika mereka mendapatkan benefit dari keberadaan perusahaan maka pasti dengan sendirinya mereka ikut merasa memiliki perusahaan sehingga imbalan yang diberikan ke perusahaan paling tidak adalah keleluasaan perusahaan untuk menjalankan bisnisnya di wilayah tersebut.

c. Mereduksi risiko bisnis perusahaan

Mengelola resiko di tengah kompleksnya permasalahan perusahaan merupakan hal yang esensial untuk suksesnya usaha. Perusahaan harus menyadari bahwa kegagalan untuk memenuhi ekspektasi stakeholders pasti akan menjadi bom waktu yang dapat memicu resiko yang tidak diharapkan


(39)

22 misalnya, penghentian operasi, yang ujungnya akan merusak dan menurunkan reputasi bahkan kinerja perusahaan.

d. Melebarkan akses sumber daya bagi operasional perusahaan

Pengelolaan yang baik CSR merupakan keunggulan bersaing bagi perusahaan yang dapat membantu memuluskan jalan menuju sumber daya yang diperlukan perusahaan.

e. Membuka peluang besar

Investasi yang ditanamkan untuk program CSR ini dapat menjadi jalan bagi perusahaan menuju peluang besar yang terbuka lebar. Termasuk di dalamnya akan memupuk realitas konsumen dan menembus pangsa pasar baru.

f. Mereduksi biaya, misalnya terkait dampak pembuangan limbah

Banyak keuntungan yang didapat dari melaksanakan program CSR diantaranya pengurangan limbah industri melalui proses daur ulang kedalam proses produksi.

g. Memperbaiki hubungan dengan regulator

Perusahaan yang melakukan program CSR pada dasarnya membantu meringankan beban pemerintah sebagai regulator untuk mensejahterakan masyarakat dan melestarikan lingkungan. Tanpa bantuan dari perusahaan, umumnya terlalu berat bagi pemerintah untuk menanggung beban tersebut.


(40)

23 h. Meningkatkan semangat dan produktivitas karyawan

Kesejahteraan yang diberikan para pelaku CSR umumnya sudah jauh melebihi standar normatif kewajiban yang dibebankan kepada perusahaan. oleh karenanya wajar bila karyawan terpacu untuk meningkatkan kinerjanya. Disamping itu reputasi perusahaan yang baik dimata stakeholders juga merupakan vitamin tersendiri bagi karyawan untuk meningkatkan motivasi dalam berkarya.

i. Peluang mendapatkan penghargaan

Banyak reward ditawarkan bagi penggiat CSR. Sehingga kesempatan untuk mendapatkan penghargaan mempunyai peluang yang cukup tinggi.

Menurut WBCSD dalam Wadjaja dan Pratama (2008) tidak melaksanakan CSR dapat berakibat terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan terjadi dalam kegiatan usaha, diantaranya:

a. Boikot konsumen

b. Serangan terhadap aset tetap seperti tanah perkebunan dan bangunan c. Kegagalan untuk menarik karyawan yang berkualitas dan kehilangan

dukungan dari karyawan

d. Pengeluaran ekstra untuk memperbaiki kesalahan dimasa lalu

e. Kesulitan dengan siklus hidup perusahaan (konsumen akhir dan pemasok) Jika hubungan antara masyarakat dan perusahaan tidak baik bisa dipastikan akan ada masalah sehingga dapat menghambat jalannya operasi perusahaan. Dalam persaingan pasar yang kian kompetitif, CSR bisa


(41)

24 memberikan citra perusahaan yang khas, baik, dan etis di mata publik yang pada gilirannya menciptakan customer loyalty.

8. Tahap-Tahap Melaksanakan Program Corporate Social Responsibility Terdapat tahapan-tahapan yang harus dilakukan ketika perusahaan akan melakukan program CSR, menurut Wibisono (2008), setidaknya terdapat empat tahap, diantaranya:

a. Tahap perencanaan

Perencanaan terdapat tiga langkah utama, yaitu awareness building, CSR Assessment, dan CSR manual building.

1) Awareness building merupakan langkah awal untuk membangun kesadaran mengenai pentingnya CSR dan komitmen manajemen, Upaya ini dapat dilakukan antara lain melalui seminar, lokakarya, diskusi kelompok, dan lain-lain.

2) CSR Assessment merupakan upaya untuk memetakan kondisi perusahaan dan mengidentifikasi aspek-aspek yang perlu mendapatkan prioritas perhatian dan langkah-langkah yang tepat untuk membangun struktur perusahaan yang kondusif bagi penerapan CSR secara efektif.

3) Langkah selanjutnya adalah membuat CSR manual. Hasil assessment merupakan dasar menyusun manual atau pedoman implementasi CSR. Upaya yang mesti dilakukan antara lain melalui benchmarking,


(42)

25 menggali dari referensi atau menggunakan tenaga ahli. Manual merupakan inti dari perencanaan, karena menjadi panduan atau petunjuk pelaksanaan CSR bagi komponen perusahaan. Penyusunan manual CSR dibuat sebagai acuan, panduan dan pedoman dalam pengelolaan kegiatan sosial kemasyarakatan yang dilakukan oleh perusahaan. Pedoman ini diharapkan mampu memberikan kejelasan dan keseragaman pola pikir dan pola tindak seluruh elemen perusahaan guna tercapainya pelaksanaan program yang terpadu, efektif dan efesien.

b. Tahap Implementasi

Perencanaan sebaik apapun tidak akan berarti dan tidak akan berdampak apapun bila tidak diimplementasikan dengan baik. Tahap impelementasi ini terdiri dari tiga langkah utama, yaitu sosialisasi, pelaksanaan dan internalisasi.

1) Sosialisasi, diperlukan untuk memperkenalkan kepada komponen perusahaan mengenai berbagai aspek yang terkait dengan implementasi CSR khsusnya mengenai pedoman penerapan CSR. Agar efektif, upaya ini perlu dilakukan dengan suatu tim atau divisi khusus yang dibentuk untuk mengelola program CSR, langsung berada dibawah pengawasan salah satu direktur atau CEO. Tujuan utama sosialisasi adalah agar program CSR yang akan diimplementasikan mendapat dukungan penuh dari seluruh


(43)

26 komponen perusahaan, sehingga dalam perjalanannya tidak ada kendala serius yang dapat dialami oleh unit penyelenggara.

2) Pelaksanaan, kegiatan yang dilakukan pada dasarnya harus sejalan dengan pedoman CSR yang ada, berdasarkan roadmap yang telah disusun.

3) Internalisasi adalah tahap jangka panjang. Internalisasi mencakup upaya-upaya untuk memperkenalkan CSR di dalam seluruh aspek bisnis perusahaan, misalnya melalui sistem manajemen kinerja, prosedur pengadaan, proses produksi, pemasaran dan proses bisnis lainnya.

c. Tahap Evaluasi

Setelah program diimplementasikan langkah berikutnya adalah evaluasi program. Tahap evaluasi adalah tahap yang perlu dilakukan secara konsisten dari waktu ke waktu untuk mengukur sejauhmana efektifitas penerapan CSR. Terkadang ada kesan, evaluasi baru dilakukan jika ada program yang gagal. Sedangkan jika program tersebut berhasil, justru tidak dilakukan evaluasi. Padahal evaluasi harus tetap dilakukan, baik saat kegiatan tersebut berhasil atau gagal. Bahkan kegagalan atau keberhasilan baru bisa diketahui setelah program tersebut dievaluasi. Evaluasi juga bukan tindakan untuk mencari-cari kesalahan. Evaluasi dilakukan sebagai sarana untuk pengambilan keputusan. Misalnya keputusan untuk menghentikan, melanjutkan, memperbaiki atau


(44)

27 mengembangkan aspek-aspek tertentu dari program yang telah diimplementasikan.

d. Pelaporan

Pelaporan dilakukan dalam rangka membangun sistem informasi baik untuk keperluan proses pengambilan keputusan maupun keperluan keterbukaan informasi material dan relevan mengenai perusahaan. Jadi selain berfungsi untuk keperluan shareholder juga untuk stakeholder yang memerlukan.

9. Pengungkapan Corporate Social Responsibility dalam Laporan Tahunan Menurut Chariri dan Ghozali (2007), pengungkapan (disclosure) berarti tidak menutupi atau tidak menyembunyikan. Apabila dikaitkan dengan laporan keuangan, laporan keuangan harus memberikan informasi dan penjelasan yang cukup mengenai hasil aktivitas suatu unit usaha. Sedangkan pengungkapan sosial adalah pengungkapan informasi tentang aktivitas perusahaan yang berhubungan dengan lingkungan sosial perusahaan. Pengungkapan sosial dapat dilakukan melalui berbagai media antara lain laporan tahunan, laporan interim/laporan sementara, prospektus, pengumuman kepada bursa efek atau melalui media masa.

Pengungkapan ada yang bersifat wajib (mandatory) yaitu pengungkapan informasi wajib dilakukan oleh perusahaan yang didasarkan pada peraturan atau standar tertentu, dan ada yang bersifat sukarela (voluntary) yang


(45)

28 merupakan pengungkapan informasi melebihi persyaratan minimum dari peraturan yang berlaku. Effendi (2009) mengatakan bahwa terdapat dua hal yang mendorong perusahaan menerapkan CSR, yaitu faktor yang berasal dari luar perusahaan (external drivers) dan dari dalam perusahaan (internal drivers). Faktor pendorong dari luar perusahaan adalah adanya regulasi, hukum dan diwajibkannya analisis mengenai dampak lingkungan (AMDAL) dari operasi perusahaan. Sedangkan faktor yang berasal dari dalam perusahaan antara lain, nilai, kebijakan manajemen, strategi dan tujuan perusahaan.

Setiap pelaku ekonomi selain berusaha untuk kepentingan pemegang saham dan mengkonsentrasikan diri pada pencapaian laba juga mempunyai tanggung jawab sosial, dan hal itu perlu diungkapkan dalam laporan tahunan, IAI dalam PSAK No. 1 paragraf keduabelas (revisi 2009) secara implisit menyarankan untuk mengungkapkan tanggung jawab akan masalah lingkungan dan sosial yaitu:

“Perusahaan dapat pula menyajikan laporan tambahan seperti laporan mengenai lingkungan hidup laporan nilai tambah, khususnya bagi industri di mana faktor-faktor lingkungan hidup memegang peranan penting bagi industri yang menganggap pegawai sebagai kelompok pengguna laporan yang memegang peranan penting”.

Pernyataan di atas secara jelas menyebutkan bahwa perusahaan diharapkan menyajikan laporan mengenai lingkungan hidup terutama perusahaan industri yang meninggalkan limbah. Karena itu dengan adanya


(46)

29 PSAK No. 1 tersebut diharapkan kesadaran perusahaan terhadap lingkungan menjadi bertambah.

10. Tipe Industri

Tipe industri adalah karakteristik yang dimiliki oleh perusahaan yang berkaitan dengan bidang usaha, risiko usaha, karyawan yang dimiliki, dan lingkungan perusahaan. Tipe industri dibedakan menjadi dua jenis, yaitu industri high-profile dan low-profile. Robert (1992) dalam Anggraini (2006) menggambarkan industri yang high-profile sebagai perusahaan yang mempunyai tingkat sensivitas yang tinggi terhadap lingkungan (consumer visibility), tingkat risiko politik yang tinggi atau tingkat kompetisi yang ketat. Keadaan tersebut membuat perusahaan menjadi lebih mendapatkan sorotan oleh masyarakat luas mengenai aktivitas perusahaannya. Sedangkan industri low-profile adalah kebalikannya. Perusahaan ini memiliki tingkat consumer visibility, tingkat risiko politik, dan tingkat kompetisi yang rendah, sehingga tidak terlalu mendapat sorotan dari masyarakat luas mengenai aktivitas perusahaannya meskipun dalam melakukan aktivitasnya tersebut perusahaan melakukan kesalahan atau kegagalan pada proses maupun hasil produksinya.

Berdasarkan penelitian Robert (1992) dan definisi yang telah diuraikan, penelitian ini memasukkan perminyakan dan pertambangan, kimia, hutan, kertas, otomotif, penerbangan, agrobisnis, tembakau dan rokok, makanan dan minuman, media dan komunikasi, energi (listrik) engineering,


(47)

30 kesehatan, transportasi dan pariwisata sebagai perusahaan yang high profile. Sedangkan bangunan, keuangan dan perbankan, supplier peralatan medis, properti, retailer, tekstil dan produk tekstil, produk personal, produk rumah tangga sebagai perusahaan low profile.

11.Ukuran Perusahaan

Ukuran perusahaan merupakan tingkat identifikasi besar atau kecilnya suatu perusahaan. Menurut Hilmi dan Ali (2008) ukuran perusahaan dapat dinilai dari beberapa segi. Besar kecilnya ukuran perusahaan dapat didasarkan pada total nilai aktiva, total penjualan, kapitalisasi pasar, jumlah tenaga kerja dan sebagainya. Semakin besar nilai item-item tersebut maka semakin besar pula ukuran perusahaan itu. Semakin besar aktiva maka semakin banyak modal yang ditanam, semakin banyak penjualan maka semakin banyak perputaran uang dan semakin besar kapitalisasi pasar maka semakin besar pula ia dikenal dalam masyarakat.

Ukuran perusahaan merupakan salah satu variabel yang banyak digunakan untuk menjelaskan mengenai variasi pengungkapan dalam laporan tahunan perusahaan. Terdapat beberapa penjelasan mengenai pengaruh ukuran perusahaan terhadap kualitas pengungkapan. Ada dugaan bahwa perusahaan kecil akan mengungkapkan lebih rendah kualitasnya dibandingkan perusahaan besar. Hal ini karena ketiadaan sumber daya dan dana yang cukup besar dalam laporan tahunan. Perusahaan yang berukuran lebih besar cenderung memiliki


(48)

31 public demand akan informasi yang lebih besar dibandingkan dengan perusahaan kecil (Waryanti, 2009).

12. Profitabilitas

Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba dengan menggunakan sumber-sumber yang dimiliki perusahaan, seperti aktiva, modal atau penjualan (Sudana, 2009). Profitabilitas perusahaan menunjukkan perbandingan antara laba dengan aktiva atau modal yang digunakan untuk menghasilkan laba tersebut, dengan kata lain profitabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu. Semakin tinggi tingkat profitabilitas perusahaan maka akan semakin besar pula pengungkapan informasi sosialnya (Hidayat, 2007). Dengan demikian pengukuran profitabilitas suatu perusahaan menunjukkan tingkat efektifitas manajemen secara menyeluruh dan secara tidak langsung. Para investor jangka panjang akan sangat berkepentingan dengan analisis ini. Selain itu keuntungan (profitabilitas) sangat penting bagi perusahaan bukan saja untuk terus mempertahankan pertumbuhan bisnisnya namun juga memperkuat kondisi keuangan perusahaan.

Rasio profitabilitas merupakan sekelompok rasio yang menunjukkan gabungan pengaruh dari likuiditas, manajemen aktiva, dan utang pada hasil operasi perusahaan (Brigham dan Houston, 2006). Dalam mengukur tingkat


(49)

32 profitabilitas ada beberapa rasio yang bisa dipakai. Diantaranya akan dijelaskan dibawah ini, ya i t u :

a. Gross Profit Margin (Margin Laba Kotor)

Yaitu rasio yang menunjukan kemampuan penjualan dalam menghasilkan laba kotor. Sehingga bisa diketahui tingkat penjualan yang berhasil dilakukan akan memberikan tingkat pendapatan yang berupa laba kotor. Rumusnya yaitu:

Gross Profit Margin = Laba kotor Penjualan Bersih b. Net Profit Margin (Margin Laba Bersih)

Yaitu rasio yang menunjukan kemampuan penjualan dalam menghasilkan laba bersih. Rasio ini dapat dihitung dengan rumus yaitu:

Net Profit Margin = Laba Setelah Pajak Penjualan Bersih

c. Return On Asset (Pengembalian atas Asset)

Yaitu rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan dari modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan keuntungan netto. Rasio ini dapat dihitung dengan rumus yaitu:

Return On Asset = Laba Bersih Total aktiva


(50)

33 d. Return On Equity (Pengembalian atas Ekuitas)

Yaitu rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan dari modal sendiri untuk menghasilkan keuntungan bagi seluruh pemegang saham, baik saham biasa maupun saham preferen. Rasio ini dapat dihitung dengan rumus yaitu:

Return On Equity = Laba Setelah Pajak Ekuitas Pemegang Saham

13.Leverage

Leverage merupakan salah satu rasio keuangan. Menurut peneliti Sofyan (2008), rasio leverage menggambarkan kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka panjangnya atau kewajiban-kewajiban apabila perusahan dilikuidasi. Rasio ini berhubungan dengan keputusan pendanaan dimana perusahaan lebih memilih pembiayaan hutang dibandingkan modal sendiri. Rasio ini juga menunjukkan seberapa besar perusahaan dibiyai oleh pihak luar atau kreditor. Tarjo (2008) juga berpendapat bahwa rasio leverage menggambarkan sumber dana operasi yang digunakan oleh perusahaan. Adapun rasio yang tergabung dalam rasio leverage diantaranya akan di jelaskan di halaman selanjutnya.


(51)

34 a. Total Debt to Equity Ratio (Rasio Hutang terhadap Ekuitas)

Yaitu perbandingan antara hutang–hutang dan ekuitas dalam pendanaan perusahaan dan menunjukkan kemampuan modal sendiri perusahaan untuk memenuhi seluruh kewajibannya. Rasio ini dapat dihitung dengan rumus yaitu:

Debt to Equity Ratio = Total Hutang

Ekuitas Pemegang Saham

b. Total Debt to Total Asset Ratio (Rasio Hutang terhadap Total Aktiva) Yaitu perbandingan antara hutang lancar dan hutang jangka panjang dan jumlah seluruh aktiva diketahui. Rasio ini menunjukkan berapa bagian dari keseluruhan aktiva yang dibelanjai oleh hutang. Rasio ini dapat dihitung dengan rumus yaitu:

Debt to Total Asset Ratio = Total Hutang Total Aktiva

14. Jakarta Islamic Index

Pada tanggal 3 Juli 2000, PT Bursa Efek Indonesia bekerja sama dengan PT. Danareksa Investment Management (DIM) meluncurkan indeks saham yang dibuat berdasarkan syariah islam yaitu Jakarta Islamic Index (JII). Indeks ini diharapkan menjadi jawaban atas keinginan investor yang ingin


(52)

35 berinvestasi sesuai syariah tanpa takut tercampur dengan dana ribawi. Selain itu, indeks ini juga menjadi tolak ukur kinerja saham-saham yang berbasis syariah serta untuk lebih mengembangkan pasar modal syariah.

Jakarta Islamic Index terdiri dari 30 saham yang dipilih dari saham-saham yang sesuai dengan syariah Islam. Pada awal peluncurannya, pemilihan saham yang masuk dalam kriteria syariah melibatkan pihak Dewan Pengawas Syariah PT. Danareksa Investment Management. Akan tetapi seiring perkembangan pasar, tugas pemilihan saham-saham tersebut dilakukan oleh Bapepam-LK, bekerja sama dengan Dewan Syariah Nasional.

Dari sekian banyak emiten yang tercatat di Bursa Efek Indonesia, terdapat beberapa emiten yang kegiatan usahanya belum sesuai dengan syariah, sehingga saham-saham tersebut secara otomatis belum dapat dimasukkan dalam perhitungan Jakarta Islamic Index. Berdasarkan arahan Dewan Syariah Nasional dan Peraturan Bapepam–LK Nomor IX.A.13 tentang Penerbitan Efek Syariah, terdapat jenis kegiatan utama suatu badan usaha yang dinilai tidak memenuhi syariah Islam yang dapat dilihat pada halaman selanjutnya.

Jenis kegiatan utama suatu badan usaha yang dinilai tidak memenuhi syariah Islam:

a. Menjalankan usaha perjudian dan permainan yang tergolong judi atau perdagangan yang dilarang.


(53)

36 b. Menyelenggarakan jasa keuangan yang menerapkan konsep ribawi, jual

beli resiko yang mengandung gharar dan maysir.

c. Memproduksi, mendistribusikan, memperdagangkan dan menyediakan barang atau jasa yang haram, merusak moral dan bersifat mudarat.

Sedangkan kriteria saham yang masuk dalam katagori syariah adalah: a. Tidak melakukan kegiatan usaha sebagaimana yang diuraikan di atas. b. Tidak melebihi rasio keuangan sebagai berikut:

1) Total hutang yang berbasis bunga dibandingkan dengan total ekuitas tidak lebih dari 82% (hutang yang berbasis bunga dibandingkan dengan total ekuitas tidak lebih dari 45% : 55%).

2) Total pendapatan bunga dan pendapatan tidak halal lainnya dibandingkan dengan total pendapatan (revenue) tidak lebih dari 10%.

Jakarta Islamic Index akan direview setiap 6 bulan, yaitu setiap bulan Januari dan Juli atau berdasarkan periode yang ditetapkan oleh Bapepam-LK yaitu pada saat diterbitkannya Daftar Efek Syariah. Sedangkan perubahan jenis usaha emiten akan dimonitor secara terus menerus berdasarkan data publik yang tersedia.

15. Penelitian Terdahulu

Berikut ini adalah penelitian-penelitian terdahulu tentang faktor pengungkapan Corporate Social Responsibility yang banyak dilakukan.


(54)

37 Diantaranya yaitu Sembiring (2005), Anggaraini (2006), Andreas dan Chrystina Lawer (2010), Restu Agusti Susilatri dan Deri Indriani (2011), Maria Wijaya (2012), Farah Diba (2012), serta Branco dan Rodriguez (2008). Adapun hasil penelitian terdahulu mengenai topik yang berkaitan dengan penelitian ini dapat dilihat dalam tabel 2.1 di halaman selanjutnya.


(55)

38 Tabel 2.1

Hasil Penelitian Terdahulu

Bersambung pada halaman selanjutnya No. Peneliti

(Tahun)

Judul Metode Penelitian Hasil

Penelitian

Persamaan Perbedaan

1. Sembiring (2005) Karakteristik perusahaan dan pengungkapan tanggung Jawab sosial.

1. Metode analisis data regresi

berganda (multiple regression).

2. Terdapat variabel ukuran perusahaan, profitabilitas, dan leverage,

1. Tidak ada variabel

ukuran dewan komisaris.

2. Populasi penelitian adalah semua perusahaan yang tercatat (go-public) di Bursa Efek Jakarta (BEJ) seperti yang tercantum dalam Indonesian Capital Market

Directory 2002.

1. Size perusahaan, profile dan ukuran dewan komisaris berpengaruh positif terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. 2. Leverage, dan profitabilitas

tidak berpengaruh terhadap pengungkapan

tanggungjawab sosial perusahaan.

2. Fr. Reni. Retno Anggraini

(2006)

Pengungkapan Informasi Sosial dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengungkapan Informasi Sosial dalam Laporan Keuangan

Tahunan.

1. Metode analisis data regresi berganda (multiple regression).

2. Terdapat variabel tipe industri, ukuran perusahaan, profitabilitas dan leverage.

1. Tidak ada variabel kepemilikan manajemen. 2. Populasi penelitian

adalah seluruh perusahaan yang go publik di Bursa Efek Jakarta.

3. Tahun pengamatan periode 2000-2004.

1. Kepemilikan manajemen dan tipe industri yang

berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan Informasi Sosial. 2. Ukuran perusahaan,

profitabilitas, dan Leverage tidak berpengaruh terhadap pengungkapan

tanggungjawab sosial perusahaan.


(56)

39 Tabel 2.1 (Lanjutan)

Bersambung pada halaman selanjutnya No. Peneliti

(Tahun)

Judul Metode Penelitian Hasil

Penelitian

Persamaan Perbedaan

3. Andreas dan Chrystina Lawer (2010) Pengaruh karakteristik perusahaan(size, leverage, profitabilitas dan umur) terhadap pengungkapan

Tanggungjawab sosial.

1. Metode analisis data regresi berganda (multiple regression). 2. Terdapat variabel

leverage, ukuran perusahaan dan profitabilitas.

1. Tidak ada variabel umur perusahaan. 2. Populasi penelitian

adalah semua perusahaan properti dan real estat yang tercatat di Bursa Efek Indonesia.

3. Tahun pengamatan periode 2007.

1. Size perusahaan berpengaruh terhadap pengungkapan tanggungjawab sosial perusahaan.

3. Leverage, profitabilitas dan umur perusahaan tidak berpengaruh terhadap

pengungkapan tanggungjawab sosial perusahaan.

4. Restu Agusti Susilatri dan Deri Indriani (2011)

Pengaruh leverage, profitabilitas, size, umur perusahaan dan ukuran dewan komisaris terhadap pengungkapan

tanggung

Jawab sosial perusahaan.

1. Metode purposive sampling.

2. Metode analisis dara regresi berganda

(multiple regression).

3. Terdapat variabel leverage, ukuran perusahaan dan profitabilitas.

1. Tidak ada variabel umur perusahaan, dan ukuran dewan komisaris.

2. Populasi penelitian adalah perusahaan pertambangan yang listing di BEI 3. Tahun pengamatan periode 2004-2008.

1. Profitabilitas, size, umur perusahaan dan ukuran dewan komisaris berpengaruh

terhadap pengungkapan tanggungjawab sosial perusahaan.

2. Leverage tidak berpengaruh terhadap pengungkapan tanggungjawab sosial perusahaan.


(57)

40 Tabel 2.1 (Lanjutan)

No. Peneliti (Tahun)

Judul Metode Penelitian Hasil

Penelitian

Persamaan Perbedaan

5. Maria

Wijaya (2012) Faktor-faktor yang mempengaruhi pengungkapan tanggung jawab sosial pada perusahaan manufaktur yang terdaftar

di Bursa Efek Indonesia.

1. Metode purposive sampling

2. Metode analisis

data regresi

berganda (multiple regression)

3. Terdapat variabel

leverage, dan

profitabilitas.

1. Tidak ada variabel

ukuran dewan

komisaris, dan

kinerja lingkungan, 2. Populasi penelitian adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI.

3. Tahun pengamatan periode 2008-2010

1. Ukuran dewan komisaris,

leverage, profitabilitas, dan kinerja lingkungan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial.

2. Ukuran perusahaan

berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial. 6. Farah Diba

(2012)

Pengaruh karakteristik perusahaan dan regulasi pemerintah terhadap

pengungkapan laporan Corporate Social Responbility (CSR) pada laporan tahunan di Indonesia.

1. Metode analisis data regresi berganda

(multiple regression). 2. Terdapat variabel

ukuran

perusahaan, tipe perusahaan dan profitabilitas.

1. Tidak ada variabel kepemilikan saham asing, kepemilikan saham pemerintah, dan regulasi pemerintah.

2. Populasi penelitian adalah semua perusahaan yang terdaftar di BEI. 3. Tahun pengamatan

periode 2006-2008.

1. Kepemilikan saham pemerintah, regulasi pemerintah, dan ukuran industri berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan CSR di Indonesia.

2. Kepemilikan saham asing, tipe perusahaan dan profitabilitas tidak berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan CSR di Indonesia.


(58)

41 Tabel 2.1 (Lanjutan)

No. Peneliti (Tahun)

Judul Metode Penelitian Hasil

Penelitian

Persamaan Perbedaan

7. Branco dan Rodriguez

(2008)

Factors Influencing Social Responsibility Disclosure by

Portuguese Companies

1. Terdapat variabel company size

1. Tidak ada variabel international experience,

industry affiliation,

dan media

exposure

2. Populasi penelitian adalah perusahaan di Portugal.

1. Company size, dan media exposure terbukti signifikan terhadap pengungkapan CSR di laporan tahunan.

2. International experience, dan industry affiliation tidak terbukti berpengaruh terhadap pengungkapan CSR di laporan tahunan.


(59)

42 C. Kerangka Pemikiran

Menurut Hamid (2007), kerangka pemikiran merupakan sintesa dari serangkaian teori yang tertuang dalam tinjauan pustaka, yang pada dasarnya merupakan gambaran sistematis dari kinerja teori dalam memberikan solusi atau alternatif solusi dari serangkaian masalah yang di tetapkan. Kerangka berpikir ini merupakan model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasikan sebagai masalah yang penting.

Adapun masalah-masalah yang dianggap penting dalam penelitian ini adalah tipe industri, ukuran perusahaan, profitabilitas, dan leverage yang mempengaruhi pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR). Berikut ini merupakan gambaran kerangka pemikiran dari penelitian ini.

Gambar 2.1

Skema Kerangka Pemikiran

Bersambung pada halaman selanjutnya

Banyaknya perusahaan yang menjadi semakin berkembang maka pada saat itu pula terjadinya kerusakan lingkungan yang timbul akibat aktivitas perusahaan yang tidak bertanggung jawab. Oleh

karena itu, banyak perusahaan kini mengembangkan apa yang disebut Corporate Social Responsibility (CSR).

Dikeluarkannya UU No. 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas, yang mewajibkan perusahaan untuk menguraikan aktivitas dan biaya yang dikeluarkan berkaitan dengan tanggung jawab sosial perusahaan


(60)

43 Gambar 2.1 Lanjutan

Variabel Independen Variabel Dependen

Profitabilitas (X3)

Metode Analisis: Regresi berganda Tipe Industri (X1)

Pengungkapan CSR (Y)

Leverage (X4)

Hasil Pengujian dan Pembahasan

Kesimpulan, Implikasi, Keterbatasan, dan Saran Ukuran (X2)

Basis Teori:

Teori Stakeholder dan Teori Legitimasi


(61)

44 D. Hipotesis Penelitian

1. Tipe Industri dengan Corporate Social Responsibility

Tipe industri adalah karateristik yang dimiliki oleh perusahaan yang berkaitan dengan bidang usaha, risiko usaha, karyawan yang dimiliki dan lingkungan perusahaan. Tipe industri didefinisikan sebagai faktor potensial yang mempengaruhi praktek pengungkapan sosial perusahaan. Berdasarkan penelitian Utomo (2000) dalam Mirfazli (2007) menyatakan bahwa praktek pengungkapan sosial kelompok industri high-profile lebih tinggi daripada kelompok industri low profile.

Peneliti Sembiring (2005) juga menggunakan variabel tipe industri yang dikelompokkan dalam industri high profile dan low profile memberikan hasil yang signifikan. Hal tersebut dikarenakan perusahaan yang bertipe high profile dalam melakukan aktivitasnya banyak memodifikasi lingkungan, dan menimbulkan dampak sosial yang negatif terhadap masyarakat, atau secara luas terhadap stakeholdersnya. Berbeda dengan hasil penelitian Diba (2012) yang menyatakan bahwa tipe industri tidak memiliki pengaruh terhadap pengungkapan Corporate Social Responsibility. Oleh karena itu hipotesis yang dapat dikembangkan adalah: H1: Tipe Industri berpengaruh positif signifikan terhadap pengungkapan

CSR.

2. Ukuran Perusahaan dengan Corporate Social Responsibility

Ukuran perusahaan adalah tingkat identifikasi besar atau kecilnya suatu perusahaan. Ukuran perusahaan merupakan variabel yang banyak


(62)

45 digunakan untuk menjelaskan pengungkapan sosial yang dilakukan perusahaan dalam laporan tahunan yang dibuat. Secara umum perusahaan besar akan mengungkapkan informasi lebih banyak daripada perusahaan kecil. Hal ini karena perusahaan besar akan menghadapi resiko politis yang lebih besar dibanding perusahaan kecil.

Beberapa penelitian mengenai variabel ukuran perusahaan terhadap CSR telah banyak dilakukan. Andreas dan Lawer (2010) memasukkan variabel ukuran perusahaan ke dalam penelitiannya yang menggunakan sampel semua perusahaan properti dan real estat yang tercatat di Bursa Efek Indonesia tahun 2007, dan menemukan hubungan yang positif signifikan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. Seperti halnya dengan Andreas dan Lawer (2010), Wijaya (2012) juga memasukkan variabel ukuran perusahaan ke dalam penelitiannya yang dikaitkan dengan pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. Tetapi Wijaya (2012) menggunakan kriteria sampel yang berbeda, yaitu perusahaan yang terdaftar di PROPER tahun 2008-2010. Hasilnya adalah Wijaya (2012) juga menemukan hubungan yang positif signifikan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan.

Ada pun Sembiring (2005) melakukan penelitian dengan menggunakan sampel perusahaan yang listing di BEJ seperti yang tercantum dalam Indonesian Capital Market Direction 2002. Dalam penelitiannya, Sembiring menggunakan variabel ukuran perusahaan yang dihubungkan dengan tingkat pengungkapan tanggung jawab sosial


(63)

46 perusahaan, dan hasilnya menunjukkan adanya hubungan yang positif signifikan antara kedua variabel tersebut. Susilatri dan Indriani (2011) melakukan penelitian dengan menggunakan sampel perusahaan pertambangan yang listing di BEI tahun 2004-2008. Hasilnya menemukan bahwa ukuran perusahaan juga mempengaruhi secara positif pengungkapan CSR. Sementara Anggraini (2006) tidak menemukan hubungan antara keduanya. Berdasarkan hasil penelitian-penelitian tersebut, maka peneliti menduga bahwa ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap Corporate Social Responsibility (CSR), sehingga rumusan hipotesisnya adalah:

H2: Ukuran perusahaan berpengaruh positif signifikan terhadap

pengungkapan CSR.

3. Profitabilitas dengan Corporate Social Responsibility

Profitabilitas merupakan faktor yang membuat manajemen menjadi bebas dan fleksibel untuk mengungkapkan pertanggungjawaban sosial kepada pemegang saham, sehingga semakin tinggi tingkat profitabilitas perusahaan maka akan semakin besar pula pengungkapan pertanggungjawaban sosialnya (Marbim, 2008). Ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Susilatri dan Indriani (2011), dimana dia menggunakan profitabilitas sebagai variabel independen, dan menemukan hubungan yang positif signifikan terhadap pengungkapan tanggungjawab sosial perusahaan.


(1)

101

Lampiran 4

Hasil Perhitungan Variabel Profitabilitas

No.

EMITEN

ROA

2008

2009

2010

2011

2012

1.

AALI

0.404

0.219

0.239

0.245

0.203

2.

ANTM

0.134

0.061

0.137

0.127

0.152

3.

ASII

0.114

0.113

0.127

0.137

0.125

4.

INCO

0.195

0.084

0.200

0.138

0.029

5.

ITMG

0.240

0.280

0.187

0.346

0.290

6.

KLBF

0.124

0.143

0.183

0.184

0.188

7.

LSIP

0.189

0.146

0.186

0.251

0.148

8.

PTBA

0.178

0.338

0.229

0.149

0.185

9.

SMGR

0.238

2.568

0.235

0.201

0.071

10.

TINS

0.232

0.065

0.161

0.470

0.165

11.

TLKM

0.161

0.164

0.158

0.150

0.404

12.

UNVR

0.370

0.407

0.389

0.397

0.203

Hasil Perhitungan Variabel Leverage

No.

EMITEN

DTA

2008

2009

2010

2011

2012

1.

AALI

1.884

0.151

0.152

0.174

0.246

2.

ANTM

0.208

0.176

0.220

0.291

0.349

3.

ASII

0.497

0.450

0.480

0.000

0.507

4.

INCO

0.175

0.220

0.233

2.694

0.262

5.

ITMG

0.377

0.343

0.339

0.031

0.328

6.

KLBF

0.238

0.261

0.179

0.213

0.217

7.

LSIP

0.350

0.213

0.181

0.140

0.168

8.

PTBA

0.332

0.284

0.261

0.290

0.317

9.

SMGR

0.229

0.203

0.220

0.257

0.253

10.

TINS

0.339

0.293

0.285

0.300

0.399

11.

TLKM

0.522

0.495

0.439

0.408

0.669


(2)

102

Lampiran 5

Hasil Perhitungan Variabel Pengungkapan

Corporate Social Responsibility

No.

EMITEN

CSRD

2008

2009

2010

2011

2012

1.

AALI

0.123

0.164

0.123

0.192

0.233

2.

ANTM

0.128

0.244

0.282

0.321

0.321

3.

ASII

0.256

0.577

0.577

0.577

0.577

4.

INCO

0.244

0.282

0.321

0.346

0.321

5.

ITMG

0.244

0.256

0.321

0.321

0.346

6.

KLBF

0.244

0.244

0.244

0.282

0.321

7.

LSIP

0.137

0.219

0.260

0.260

0.301

8.

PTBA

0.282

0.256

0.295

0.295

0.346

9.

SMGR

0.346

0.321

0.346

0.346

0.321

10.

TINS

0.256

0.282

0.282

0.321

0.321

11.

TLKM

0.244

0.321

0.321

0.321

0.449


(3)

103

Lampiran 6

Output Hasil Pengujian Data

Variables Entered/Removed

Model

Variables Entered

Variables

Removed Method

1 DTA, ROA, SIZE,

TIPEa

. Enter

a. All requested variables entered.

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

TIPE 60 .00 1.00 .9167 .27872

SIZE 60 9.04 11.99 10.0804 .60874

ROA 60 .03 .41 .1950 .08563

DTA 60 .14 .67 .3169 .12796

CSRD 60 .12 .58 .3098 .09190

Valid N (listwise) 60

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R

Square Std. Error of the Estimate

1 .651a .424 .382 .07222

a. Predictors: (Constant), DTA, ROA, SIZE, TIPE b. Dependent Variable: CSRD

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the

Estimate Durbin-Watson

1 .651a .424 .382 .07222 1.552

a. Predictors: (Constant), DTA, ROA, SIZE, TIPE b. Dependent Variable: CSRD

ANOVAb

Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

1 Regression .211 4 .053 10.133 .000a

Residual .287 55 .005

Total .498 59


(4)

104

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 60

Normal Parametersa,,b Mean .0000000

Std. Deviation .06972868

Most Extreme Differences Absolute .117

Positive .072

Negative -.117

Kolmogorov-Smirnov Z .905

Asymp. Sig. (2-tailed) .386

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.

Coefficients

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) .100 .187 .532 .597

TIPE .001 .062 .002 .008 .994

SIZE .009 .020 .061 .450 .654

ROA -.160 .157 -.149 -1.019 .313

DTA .468 .124 .651 3.786 .000


(5)

105

Collinearity Diagnosticsa

Model Dimention Eigenvalue

Condition Index

Variance Proportions

(Constant) TIPE SIZE ROA DTA

1 1 4.654 1.000 .00 .00 .00 .00 .00

2 .238 4.420 .00 .05 .00 .11 .03

3 .098 6.906 .00 .00 .00 .34 .28

4 .009 22.979 .09 .92 .05 .50 .42

5 .001 62.528 .91 .03 .05 .27

a. Dependent Variable: CSRD

Coefficientsa

Model

Collinearity Statistics

Tolerance VIF

1 (Constant)

TIPE .294 3.403

SIZE .570 1.754

ROA .487 2.052

DTA .354 2.826


(6)

106

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) -.301 .110 -2.736 .008

TIPE .055 .037 .336 1.515 .135

SIZE .026 .012 .342 2.152 .036

ROA .109 .093 .203 1.179 .244

DTA .063 .073 .175 .865 .391


Dokumen yang terkait

Pengaruh Corporate Social Responsibility (CSR) Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan (Studi Empiris Padaperusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di Bei Periode 2008-2010)

1 67 129

PENGARUH PROFITABILITAS DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP PENGUNGKAPAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (Studi Empiris pada Perusahaan Pertambangan yang Terdaftar di BEI)

2 28 21

Pengaruh pengungkapan corporate social responsibility terhadap profitabilitas dana reputasi perusahaan (studi empiris pada perusahaan yang terdaftar di bursa efek Indonesia)

0 14 133

Analisis Pengaruh Manajemen Modal Kerja, Likuiditas, Leverage, Aktivitas dan Ukuran Perusahaan (Studi Kasus pada Perusahaan yang terdaftar di Jakarta Islamic Index Periode 2011 – 2015)

1 5 126

ANALISIS PENGARUH PENGUNGKAPAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY, PROFITABILITAS, UKURAN PERUSAHAAN, DAN LEVERAGE TERHADAP NILAI PERUSAHAAN (Studi Empiris pada Perusahaan Perkebunan yang Go Public di Indonesia dan Singapura Tahun 2013-2015)

0 13 131

Pengaruh Profitabilitas, Leverage, Dan Ukuran Perusahaan Pada Pengungkapan Corporate Social Responsibility.

4 16 41

Pengaruh Tipe Industri, Ukuran Perusahaan, Leverage dan Profitabilitas Terhadap Pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode 2012-2014.

0 0 6

PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN, PROFITABILITAS, TIPE PERUSAHAAN DAN UMUR PERUSAHAAN TERHADAP PENGUNGKAPAN ISLAMIC SOCIAL REPORTING PADA JAKARTA ISLAMIC INDEX

0 0 20

PENGARUH KEPEMILIKAN SAHAM PUBLIK,LEVERAGE, UKURAN PERUSAHAAN, DAN PROFITABILITAS TERHADAP PENGUNGKAPAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY PADA PERUSAHAAN GO PUBLIC DI INDONESIA

0 1 14

Pengaruh ukuran perusahaan, profitabilitas, dan leverage terhadap pengungkapan corporate social responsibility (studi empiris pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI) - UWKS - Library

0 0 15