HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN SIKAP DAN PERILAKU TERHADAP MINUMAN KERAS Studi Kasus di PT Esa Express Surabaya
KARYA TULIS ILMIAH
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN SIKAP DAN PERILAKU TERHADAP MINUMAN KERAS
Studi Kasus di PT Esa Express Surabaya
Disusun untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Derajat Sarjana Kedokteranpada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Disusun Oleh : ANDRI SUSANTO
20110310219
HALAMAN JUDUL
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2016
(2)
KARYA TULIS ILMIAH
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN SIKAP DAN PERILAKU TERHADAP MINUMAN KERAS
Studi Kasus di PT Esa Express Surabaya
Disusun untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Derajat Sarjana Kedokteranpada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Disusun Oleh : ANDRI SUSANTO
20110310219
HALAMAN JUDUL
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2016
(3)
ii
Studi Kasus di PT Esa Express Surabaya
Disusun Oleh: ANDRI SUSANTO
20110310219
Telah disetujui dan diseminarkan pada tanggal :
Dosen Pembimbing Dosen Penguji
dr. Dirwan Suryo Soularto, Sp. F., M.Sc dr. Imam Permana, M.Kes, PhD NIK : 19720223200104173047 NIK : 19700131201104173146
Mengetahui,
Kaprodi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
dr. Alfaina Wahyuni, Sp.OG., M.Kes. NIK : 1969 1213 1998 0717 3031
(4)
iii
Nama : Andri Susanto
NIM : 20110310219
Program Studi : Pendidikan Dokter
Fakultas : Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Karya Tulis Ilmiah yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dalam karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir Karya Tulis Ilmiah ini.
Apabila di kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan Karya Tulis Ilmiah ini hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.
Yogyakarta, 22 April 2016 Yang membuat pernyataan,
(5)
iv
perkenan-Nya lah penulisan karya tulis ilmiah yang berjudul “Hubungan Tingkat Pengetahuan Sikap dan Perilaku terhadap Minuman Keras para Buruh PT Esa
Express Surabaya ” dapat terselesaikan dengan baik. Adapun tujuan penyusunan
karya tulis ini adalah sebagai salah satu syarat yang harus dipenuhi untuk memperoleh Derajat Sarjana Kedokteran pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Penulis menyadari bahwa keberhasilan penyusunan karya tulis ini tidak terlepas dari bimbingan dan bantuan berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung, baik dukungan moril maupun materil. Untuk itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan penghargaan dan terimakasih sedalam-dalamnya kepada:
1. Rektor Universitas Muhammadiyah Yogyakarta yang telah memberikan kesempatan studi di program studi Pendidikan Dokter.
2. Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, yang telah memberikan kemudahan sehingga studi kami dapat berjalan dengan lancar.
3. Bapak dr. Dirwan Suryo Soularto, Sp. F, M.Sc selaku dosen pembimbing penulisan karya tulis ilmiah yang selalu sabar dalam memberikan masukan dan arahan selama proses pembuatan karya tulis ilmiah.
4. Orang tua, keluarga, dan teman-teman yang selalu memberikan motivasi kepada kami.
Saran dan kritik sangatlah penulis harapkan. Semoga bantuan yang telah diberikan dapat menjadi amal baik dan mendapatkan imbalan pahala dari Allah SWT serta hasil dari penelitian ini kiranya dapat bermanfaat. Amin.
Yogyakarta, 24 April 2014 Penulis
(6)
v
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... vi
INTISARI ... vii
ABSTRACT ... viii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Perumusan Masalah ... 4
C. Tujuan Penelitian ... 4
D. Manfaat Penelitian ... 4
E. Keaslian Penelitian ... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka ... 6
1. Minuman keras ... 6
2. Pengetahuan ... 16
3. Perilaku ... 18
4. Sikap ... 22
5. Buruh dan PT Esa Express Surabaya ... 28
B. Kerangka Konsep ... 32
C. Hipotesis ... 32
BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian ... 33
B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 33
C. Populasi dan Sampel ... 33
D. Variabel dan Definisi Operasional ... 34
E. Instrumen Penelitian ... 35
F. Cara Pengumpulan Data ... 36
G. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 36
H. Analisis Data ... 37
I. Kesulitan Penelitian ... 38
J. Etika Penulisan ... 38
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 39
B. Pembahasan Segi Norma ... 50
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 53
B. Saran ... 53
DAFTAR PUSTAKA ... 54 LAMPIRAN
(7)
vi
Status Pernikahan, Lama Kerja ... 40
Tabel 3. Hasil Uji Validitas Variabel Pengetahuan terhadap Minuman Beralkohol ... 42
Tabel 4. Hasil Uji Validitas Variabel Sikap terhadap Minuman Beralkohol. 43 Tabel 5. Hasil Uji Validitas Variabel Perilaku terhadap Minuman Beralkohol ... 43
Tabel 6 Hasil Perhitungan Uji Reliabilitas ... 44
Tabel 7. Statistik Deskriptif Variabel Penelitian Berdasar Jawaban Responden ... 45
Tabel 8. Distribusi Pengetahuan Responden Berdasarkan Pengkategorian .... 46
Tabel 9. Distribusi Sikap Responden Berdasarkan Pengkategorian ... 47
Tabel 10. Distribusi Perilaku Responden Berdasarkan Pengkategorian ... 48
Tabel 11. Keeratan Hubungan Antar Variabel... 48
(8)
vii
masalah bahaya konsumsi minuman keras, rasa ingin tahu yang tidak terkontrol serta sedikitnya pengetahuan tentang dampak buruk pada kesehatan akibat konsumsi minuma keras dan oplosan. Penelitian tentang hubungan antara tingkat pengetauhan, sikap dan perilaku konsumsi minuman keras dan oplosan perlu dilakukan untuk mengkaji permasalah ini lebih lanjut.
Penelitian ini menggunakan desain analitik dengan pendekatan metode cross sectional. Populasi yang digunakan adalah buruh PT Esa Express Surabaya yang melakukan perilaku konsumsi minuman keras dan oplosan. Seluruh sampel berjumlah 50 responden dan diambil dengan metode perhitungan total sampling.
Pada perhitungan statistik uji korelasi Pearson antar variabel ditemukan tiga hasil. Hubungan antara variabel pengetahuan dan perilaku adalah positif (searah) dan signifkan dengan probability correlation (0,00)<0,05. Dilihat dari besarnya koefisien korelasi, hubungan variable pengetahuan dan perilaku adalah sedang (0,558). Sedangkan hubungan variabel sikap dan perilaku juga positif (searah) dan signifikan dengan probability pearson correlation (0,00)<0,05. Dilihat dari besarnya koefisien korelasi, hubungan variabel sikap dan perilaku adalah kuat (0,799). Sementara Hubungan variabel pengetahuan dan sikap juga bersifat positif (searah) dan signifikan dengan probability correlation (0,00)<0,05. Dilihat dari besarnya koefisien korelasi, hubungan variabel pengetahuan dan sikap adalah kuat (0,649).
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan positif (searah) antara tingkat pengetahuan, sikap, serta perilaku konsumsi minuman keras dan oplosan pada populasi buruh PT Esa Express Surabaya. Semakin baik tingkat pengetahuan, semakin baik pula sikap dan perilaku terhadap aktifitas konsumsi minuman keras dan oplosan.
(9)
viii
liquor and alcohol consumption problems, uncontrolled curiosity and unresponsive behavior about adverse health effects issues due to liquor and alcohol consumption. Research about relation between level of knowledge, attitudes and behavior to liquor consumption needs to be done to examine this problem further.
This study uses analytic design with cross sectional approach. The population used was workers of PT Esa Express Surabaya who held active deviate liquor consumption. The amount of sample are 50 respondents and taken by total sampling method.
In the statistical calculation of Pearson correlation test between variables found three results. The relation between knowledge and behavior variables is positive (direct) and significant correlation with the probability (0,00)<0.05. Judging from the magnitude of the correlation coefficient, variable relations knowledge and behavior is moderate (0.558). While the relation of variables were also positive attitudes and behavior (direct) and significant by Pearson correlation probability (0,00)<0.05. Judging from the magnitude of the correlation coefficient, the relationship variables attitude and behavior was strong (0.799). While the variable relation of knowledge and attitudes are also positive (direct) and significant correlation with the probability (0,00)<0.05. Judging from the magnitude of the correlation coefficient, the relationship variables knowledge and attitude is strong (0.649).
From the results of this study concluded that there is a positive relation (direct) between the level of knowledge, attitudes and sexual behavior in a population of workers in PT Esa Express Surabaya. In the better level of knowledge, the better behavior and attitude will toward and impact on deviate liquor and alcohol consumption.
(10)
(11)
vii
masalah bahaya konsumsi minuman keras, rasa ingin tahu yang tidak terkontrol serta sedikitnya pengetahuan tentang dampak buruk pada kesehatan akibat konsumsi minuma keras dan oplosan. Penelitian tentang hubungan antara tingkat pengetauhan, sikap dan perilaku konsumsi minuman keras dan oplosan perlu dilakukan untuk mengkaji permasalah ini lebih lanjut.
Penelitian ini menggunakan desain analitik dengan pendekatan metode cross sectional. Populasi yang digunakan adalah buruh PT Esa Express Surabaya yang melakukan perilaku konsumsi minuman keras dan oplosan. Seluruh sampel berjumlah 50 responden dan diambil dengan metode perhitungan total sampling.
Pada perhitungan statistik uji korelasi Pearson antar variabel ditemukan tiga hasil. Hubungan antara variabel pengetahuan dan perilaku adalah positif (searah) dan signifkan dengan probability correlation (0,00)<0,05. Dilihat dari besarnya koefisien korelasi, hubungan variable pengetahuan dan perilaku adalah sedang (0,558). Sedangkan hubungan variabel sikap dan perilaku juga positif (searah) dan signifikan dengan probability pearson correlation (0,00)<0,05. Dilihat dari besarnya koefisien korelasi, hubungan variabel sikap dan perilaku adalah kuat (0,799). Sementara Hubungan variabel pengetahuan dan sikap juga bersifat positif (searah) dan signifikan dengan probability correlation (0,00)<0,05. Dilihat dari besarnya koefisien korelasi, hubungan variabel pengetahuan dan sikap adalah kuat (0,649).
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan positif (searah) antara tingkat pengetahuan, sikap, serta perilaku konsumsi minuman keras dan oplosan pada populasi buruh PT Esa Express Surabaya. Semakin baik tingkat pengetahuan, semakin baik pula sikap dan perilaku terhadap aktifitas konsumsi minuman keras dan oplosan.
(12)
viii
liquor and alcohol consumption problems, uncontrolled curiosity and unresponsive behavior about adverse health effects issues due to liquor and alcohol consumption. Research about relation between level of knowledge, attitudes and behavior to liquor consumption needs to be done to examine this problem further.
This study uses analytic design with cross sectional approach. The population used was workers of PT Esa Express Surabaya who held active deviate liquor consumption. The amount of sample are 50 respondents and taken by total sampling method.
In the statistical calculation of Pearson correlation test between variables found three results. The relation between knowledge and behavior variables is positive (direct) and significant correlation with the probability (0,00)<0.05. Judging from the magnitude of the correlation coefficient, variable relations knowledge and behavior is moderate (0.558). While the relation of variables were also positive attitudes and behavior (direct) and significant by Pearson correlation probability (0,00)<0.05. Judging from the magnitude of the correlation coefficient, the relationship variables attitude and behavior was strong (0.799). While the variable relation of knowledge and attitudes are also positive (direct) and significant correlation with the probability (0,00)<0.05. Judging from the magnitude of the correlation coefficient, the relationship variables knowledge and attitude is strong (0.649).
From the results of this study concluded that there is a positive relation (direct) between the level of knowledge, attitudes and sexual behavior in a population of workers in PT Esa Express Surabaya. In the better level of knowledge, the better behavior and attitude will toward and impact on deviate liquor and alcohol consumption.
(13)
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Alkohol adalah suatu zat kimia cair yang memiliki banyak kegunaan. Sejatinya alkohol bukanlah zat untuk di konsumsi. Alkohol dari segi medis digunakan untuk kepentingan antiseptik dan campuran obat dalam dosis kecil. Dalam masyarakat luas alkohol berkembang menjadi suatu minuman yang memabukan, seperti minuman keras. Minuman keras ini mengandung alkohol karena adanya proses fermentasi dari buah-buahan ataupun tumbuhan lainya. Namun minuman keras mempunyai efek negatif yang sangat luas yang dapat mengakibatkan kematian. Efek negatif seperti keracunan, kerusakan organ ginjal dan mati mendadak sering terjadi pada para peminum minuman keras.
Fenomena yang terjadi saat ini minuman keras dicampur dengan beberapa cairan lain untuk dijadikan minuman campuran atau oplosan. Konsumsi minuman keras menjadi gaya hidupmasa kini, banyak masyarakat mengkonsumsi minuman keras dengan cara yang beragam. Selain dikonsumsi secara utuh, minuman keras dikonsumsi dengan campuran zat-zat yang berbahaya, seperti mencampur dengan cairan thiner, spiritus, dan bensin. Gaya hidup seperti ini banyak terjadi di kalangan masyarakat karena adanya pola baru dalam konsumsi minuman keras. Kurangnya pengetauhan dan sikap masyarakat akan bahaya minuman keras dan oplosan mengakibatkan semakin tingginya tingkat kematian akibat konsumsi minuman keras dan oplosan.
(14)
Di tengah perkembangan zaman ini gaya hidup masyarakat Indonesia makin beragam, khususnya konsumsi alkohol atau minuman keras. Ketergantungan konsumsi alkohol di Indonesia termasuk kategori yang tinggi, menurut data DSM-IV-TR 2014, 20% laki-laki mengkonsumsi alkohol sedangkan wanita sebanyak 8%, angka ini menunjukan penurunan seiring bertambahnya umur, karena banyaknya para peminum alkohol meninggal dunia saat usia muda dan keberhasilan untuk berhenti konsumsi alkohol. Berdasarkan data Riskerdas 2007, sebanyak 5,5% dan 3,4% laki-laki umur 15-24 tahun mengkonsumsi alkohol, meningkat menjadi 6,7 % dan 4,3% pada usia 25-34 tahun. Data World Health Organitation ( WHO ) 2009, menyebutkan jumlah kematian akibat konsumsi alkohol, sebanyak 775.000 orang meninggal dunia di seluruh benua. Data dari survei Dinas Penelitian dan Pengembangan ( Dislitbang ) Polri 2011, memperlihatkan pemakaian obat-obat terlarang dan alkohol terbanyak dari golongan SLTA,SLTP, maupun mahasiswa yang mencapai 70% sedangkan pada orang lulusan SD 30 %. Jawa timur sebagai salah satu penghasil minuman keras di indonesia, seperti kota tuban, surabaya, dan gresik. Surabaya bahkan identik dengan minuman cukrik. Cukrik suatu minuman beralkohol tradisional fermentasi dari ketela pohon, telah menjadi budaya yang melekat di masyarakat Surabaya.
Masyarakat dengan ekonomi rendah dan tingkat pendidikan yang rendah cenderung mengkonsumsi cukrik dalam batas tinggi. Salah satunya para buruh kerja PT Esa Express Surabaya yang juga sering mengkonsumsi minuman keras ini. PT Esa Express Surabaya bergerak dalam bidang jasa pengiriman
(15)
barang melalui darat ataupun kereta api. Para pekerja PT Esa Express Surabaya di dominasi dengah buruh dengan tingkat pendidikan lulusan SMU dan SMP, yang menjadikan banyak para buruh mengkonsumsi minuman keras karena kurangnya tingkat pengetauhan terhadap bahaya minuman keras. Melihat situasi lapangan kerja dengan tingkat kepadatan populasi buruh yang bekerja dan intensitas kerja yang tinggi, banyak para buruh yang mengkonsumsi minuman keras. Kepercayaan para buruh terhadap minuman keras yang di campur minuman lain atau cairan lain dapat meningkatkan stamina bekerja dan memotivasi pikiran untuk bekerja lebih giat. Penelitian ini diharapkan dapat menganalisis tingkat pengetauhan dan perilaku para buruh terhadap minuman keras. Dengan diketahui data mengenai tingkat pengetauhan dan perilaku para buruh PT Esa Express Surabaya dapat menjadi acuan tingkat dan pola konsumsi alkohol di PT Esa Express Surabaya. Pentingnya pemahaman dan sikap para buruh terhadap minuman keras akan mengurangi dampak negatif bagi masyarakat luas, perusahaan, dan pemerintah. Menurut pandangan islam dalam ayat Al Quran Surat Al-Maidah Ayat 90, yang berbunyi :
Artinya: Setiap minuman yang memabukkan adalah khamer dan yang setiap memabukkan adalah haram. Barang siapa yang kecanduan minuman keras dan mati kemudian tidak bertaubat maka nanti ia tidak akan meminumnya di akhirat.
(16)
B. Perumusan Masalah
Apakah ada hubungan antara tingkat pengetauhan,sikap dan perilaku konsumsi miras dan oplosan buruh PT Esa Express Surabaya?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui adakah hubungan tingkat pengetahuan,sikap dan perilaku konsumsi minuman keras pada buruh PT Esa Express Surabaya
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui tingkat pengetahuan para buruh PT Esa Express Surabaya b. Mengetahui sikap dan perilaku para buruh PT Esa Express Surabaya
D. Manfaat Penelitian
1. Perusahaan
Penelitian ini diharapkan dapat menurunkan tingkat kecelekaan kerja dan meningkatkan kualitas pekerja
2. Masyarakat umum
Hasil penelitian diharapkan menjadi informasi masyarakat tentang faktor-faktor yang menyebabkan seseorang mengkonsumsi alkohol atau oplosan 3. Pemerintah Kota Surabaya
Dari hasil penelitian diharapakan dapat menjadi data acuan ataupun data pendahuluan sehingga diharapakan pemerintah dapat melakukan pembatasan dan pembuatan peraturan kota surabaya mengenai pelarangan konsumsi minuman keras dan oplosan.
(17)
E. Keaslian Penelitian
Tabel 1. Keaslian Penelitian
No. Judul Persamaan Perbedaan
1. Hubungan antara
pengetahuan dan sikap
mengkonsumsi alkohol
dengan tindakan yang di
konsumsi minuman
tingkat beralkohol pada nelayanpengetahuan,sikap di Kelurahan Bintang dan perilaku para Karangria
Kecamatan Tuminting
Kota Manado
(M. Salakory,2012)
Desain penelitian menggunakan
cross sectional
Objek yang
dianalisa PT Esa Express Surabaya analitik buruh PT
Esa Express
Surabaya terhadap minuman keras
(18)
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Pustaka 1. Minuman keras
a. Pengertian
Minuman keras adalah minuman yang mengandung etanol. Etanol adalah bahan psikoaktif dan konsumsinya menyebabkan penurunan kesadaran. Di berbagai negara, penjualan minuman keras dibatasi ke sejumlah kalangan saja, umumnya orang-orang yang telah melewati batas usia tertentu (Darmawan, 2010). Minuman keras telah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari perjalanan panjang peradaban manusia. Bangsa Mesir kuno percaya bahwa Bouza, sejenis bir, merupakan penemuan Dewi Osiris dan merupakan makanan sekaligus minuman. Anggur juga ditemukan oleh bangsa Mesir kuno dan dipergunakan untuk perayaan atau upacara keagamaan dan sekaligus sebagai obat. Dalam perkembangan selanjutnya, anggur dianggap sebagai minuman kaum ningrat (aristocrat) dan bir adalah minuman rakyat jelata (masses). Di negara Indonesia juga dijumapi banyak minuman tradisional yang mengandung alkohol seperti tuak, arak dan lainnya. Setelah melalui perjalanan sejarah yang amat panjang barulah pada paruh pertengahan abad 18 para dokter di Inggris menemukan adanya efek buruk alkohol terhadap kesehatan. Penemuan
(19)
ini akhirnya melahirkan suatu peraturan mengenai penggunaan minuman keras sebagai Gin Act tahun 1751 (Widianarko, 2000).
b. Epidemiologi Penyalahgunaan Alkohol
Penyalahgunaan alkohol telah menjadi masalah pada hampir setiap Negara di seluruh dunia. Tingkat konsumsi alkohol di setiap negara berbeda-beda tergantung pada kondisi sosio kultural, pola religius, kekuatan ekonomi, serta bentuk kebijakan dan regulasi alkohol di tiap negara (Sisworo, 2008). Pada saat ini terdapat kecenderungan penurunan angka pecandu alkohol di negara-negara maju namun angka pecandu alkohol ini justru meningkat pada negara-negara berkembang. Di Amerika misalnya, terdapat lebih dari 15 juta orang yang mengalami ketergantungan alkohol dengan 25% diantaranya adalah pecandu dari kalangan wanita. Kelompok usia tertinggi pengguna alkohol di negara Amerika adalah 20 - 30 tahun, sementara kelompok usia terendah pengguna alkohol adalah di atas 60 tahun, dan rata-rata mereka mulai mengkonsumsi alkohol semenjak usia 15 tahun. Sementara di Canada tercatat sekitar 1 juta orang mengalami kecanduan alkohol, jumlah pecandu pria dua kali lipat dari wanita dengan kelompok umur pengguna alkohol tertinggi adalah 20 – 25 tahun. Angka mengejutkan didapatkan di Russia di mana terdapat data yang menunjukkan bahwa 40% pria dan 17% wanita di negara ini adalah alkoholik (Encarta Encyclopedia, 2006). Penyalahgunaan
(20)
alkohol yang terjadi di Indonesia menurut WHO (WHO SEARO, 2002) dari tahun ke tahun adalah :
1) Tahun 1986 tercatat 2,6% pria pengkonsumsi alkohol yang berusia rata-rata 20 tahun ke atas, sementara wanita tercatat sekitar 0,8% 2) Tahun 1998 di Indonesia tercatat lebih dari 350.000 orang
meninggal dunia akibat penyakit kronis yang disebabkan konsumsi alkohol yang menahun
3) Tahun 2000 tercatat 13000 pasien penderita penyalahgunaan minuman keras di rumah sakit seluruh Indonesia
4) Tahun 2008 40 orang kematian tercatat, sebagai kematian langsung akibat keracunan minuman keras. Di Surabaya tercatat 9 orang tewas di 3 tempat berbeda saat melakukan pesta minuman keras.
Penelitian yang dilakukan Akamaking (2007) mengungkapkan di pelabuhan Tenau Kupang dari 84 responden buruh angkut pelabuhan dalam kaitan dampak konsumsi minuman beralkohol, 76 responden (90,48%) menyatakan sangat membahayakan kesehatan, sedangkan 8 responden (9,52%) menyatakan tidak ada permasalahn mengkonsumsi alkohol. Semua responden mengaku mengkonsumsi minuman alkohol dapat meningkatkan gairah kerja, menghilangkan rasa kantuk dan pegal, serta menghilangkan stres. Hawari (dalam buku M.Ali, 2010) alasan yang mendasari perilaku konsumsi minuman keras yaitu, kondisi internal seperti kecemasan, kekuatan, depresi, dan lainya.
(21)
Sedangkan dari kondisi eksternal, para peminum minuman keras disebabkan oleh adanya pengaruh teman sebaya dan adanya minuman keras itu sendiri. Menurut Joewana (dalam Purnomowardani dan Koentjoro, 2000), bahwa penyimpangan konsumsi minuman keras lebih disebabkan oleh adanya maslah pribadi, seperti halnya masalah rumah tangga ataupun masalah keluarga. Sedangkan menurut Capuzzi (dalam Faturahman 2003:23), penyalahgunaan obat dan minuman keras dibagi dalam dua kelompok besar yakni : Determinan sosial ( termasuk didalamnya pengaruh keluarga, teman sebaya, dan afiliasi religius). Determinan personal (termasuk didalamnya rasa rendah diri, ingin memberontak, rasa ingin bebas, dan kepercayaan diri yang rendah)
c. Faktor Determinan Penyalahgunaan Alkohol
Terdapat 4 kelompok determinan dari penyalahgunaan alkohol (sosial, ekonomi, budaya, dan lingkungan) yang mana peranannya sangat kompleks dan saling terkait satu sama lainnya (WHO, 2003). 1) Sosial
Penggunaan alkohol sering kali didasari oleh motif-motif sosial seperti meningkatkan prestige ataupun adanya pengaruh pergaulan dan perubahan gaya hidup. Selain itu faktor sosial lain seperti system norma dan nilai (keluarga dan masyarakat) juga menjadi kunci dalam permasalahan penyalahgunaan alcohol (Sarwono, 2011).
(22)
2) Ekonomi
Masalah penyalahgunaan alkohol bisa ditinjau dari sudut ekonomi. Tentu saja meningkatnya jumlah pengguna alko alkohol di Indonesia juga dapat diasosiasikan dengan faktor keterjangkauan harga minuman keras (import atau lokal) dengan daya beli atau kekuatan ekonomi masyarakat. Dan secara makro, industri minuman keras baik itu 9 ditingkat produksi, distribusi, dan periklanan ternyata mampu menyumbang porsi yang cukup besar bagi pendapatan negara (tax, revenue dan excise).
3) Budaya
Melalui sudut pandang budaya dan kepercayaan masalah alkohol juga menjadi sangat kompleks. Di Indonesia banyak dijumpai produk local minuman keras yang merupakan warisan tradisional (arak, tuak, badeg, dll) dan banyak dikonsumsi oleh masyarakat dengan alasan tradisi. Sementara bila tradisi budaya tersebut dikaitkan dengan sisi agama dimana mayoritas masyarakat Indonesia adalah kaum muslim yang notabene melarang konsumsi alkohol, hal ini tentu saja menjadi sangat bertolak belakang.
4) Lingkungan
Peranan negara dalam menciptakan lingkungan yang bersih dari penyalahgunaan alkohol menjadi sangat vital. Bentuk peraturan dan regulasi tentang minuman keras, serta pelaksanaan yang tegas menjadi kunci utama penanganan masalah alkohol ini.
(23)
Selain itu yang tidak kalah penting adalah peranan provider
kesehatan dalam mempromosikan kesehatan terkait masalah alkohol baik itu sosialisasi di tingkat masyarakat maupun advokasi pada tingkatan decision maker(Sarwono, 2011).
d. Penyalahgunaan alkohol
Penyalahgunaan alkohol dapat diklasifikasikan menjadi 5 kategori utama menurut respon serta motif individu terhadap pemakaian alkohol itu sendiri (Sundeen, 2007).
1) Penggunaan alkohol yang bersifat eksperimental.
Kondisi penggunaan alkohol pada tahap awal yang disebabkan rasa ingin tahu dari seseorang (remaja). Sesuai dengan kebutuhan tumbuh kembangnya, remaja selalu ingin mencari pengalaman baru atau sering juga dikatakan taraf coba-coba, termasuk juga mencoba menggunakan alkohol.
2) Penggunaan alkohol yang bersifat rekreasional.
Penggunaan alkohol pada waktu berkumpul bersama-sama teman sebaya, misalnya pada waktu pertemuan malam minggu, ulang tahun atau acara pesta lainnya. Penggunaan ini mempunyai
tujuan untuk rekreasi bersama teman sebaya (Ra’uf, M. 2002).
3) Penggunaan alkohol yang bersifat situasional.
Seseorang mengkonsumsi alkohol dengan tujuan tertentu secara individual,hal itu sebagai pemenuhan kebutuhan seseorang
(24)
yang harus dipenuhi. Seringkali penggunaan ini merupakan cara untuk melarikan diri dari masalah, konflik, stress dan frustasi. 4) Penggunaan alkohol yang bersifat penyalahgunaan.
Penggunaan alkohol yang sudah bersifat patologis, sudah mulai digunakan secara rutin, paling tidak sudah berlangsung selama 1 bulan. Sudah terjadi penyimpangan perilaku, mengganggu fungsi dalam peran di lingkungan sosial, seperti di lingkungan pendidikan atau pekerjaan.
5) Penggunaan alkohol yang bersifat ketergantungan.
Penggunaan alkohol yang sudah cukup berat, telah terjadi ketergantungan fisik dan psikologis. Ketergantungan fisik ditandai dengan adanya toleransi dan sindroma putus zat (alkohol). Suatu kondisi dimana indidvidu yang biasa menggunakan zat adiktif (alkohol) secara rutin pada dosis tertentu akan menurunkan jumlah zat yang digunakan atau berhenti memakai, sehingga akan menimbulkan gejala sesuai dengan macam zat yang digunakan.
e. Karakteristik dari perilaku penggunaan minuman keras
Walaupun belum ada standart secara umum tentang tingkat keamanan konsumsi alkohol, namun secara umum terdapat 3 kelompok, yang meliputi peminum ringan, sedang, dan berat.
1) Peminum ringan yaitu mereka yang mengkonsumsi alkohol antara 0,28–5,9 gram alkohol per hari atau setara dengan 1 botol bir
(25)
2) Peminum sedang yaitu mereka yang mengkonsumsi alkohol antara 6,2–27,7 gram alkohol per hari atau setara dengan 4 botol bir 3) Peminum berat yaitu yang mengkonsumsi alkohol lebih dari 28
gram alkohol per hari atau setara lebih dari 4 botol bir
Indikator untuk mengetauhi efek minuman keras atau beralkohol ialah dengan menggunakan ukuran tingkat kadar alkohol dalam darah. Konsentrasi kadar alkohol dalam darah dicapai dalam 30-90 menit setelah diminum. Ketika kandungan alkohol darah mencapai 5 % ( 5 bagian alkohol per 100 bagian darah ), peminum akan merasakan sensasi relaks dan gembira. Dalam tahap selanjutnya peminum akan merasa tidak enak, kehilangan kendali bicara, keseimbangan, dan emosi.jika kandungan alkohol darah naik 0,1% lagi maka peminum akan mabuk total, kemudian jika ditingkatan 0,2% peminum maka akan pingsan. Saat kandungan naik 0,3% – 0,4 % peminum dapat mengalami koma dan kematian.
f. Dampak konsumsi minuman keras atau beralkohol
Dampak negative konsumsi alkohol dibedakan menjadi 3 yaitu dampak fisik, neurologi, dan psikologi (woteki, 1992).
1) Dampak fisik
Beberapa penyakit berhubungan dengan alkohol antara lain, sirosis hepar, kanker, penyakit jantung, dan syaraf. Sirosis hepar sebagian besar dialami pada peminum berat ( kronis ). Sebuah studi mengatakan bahwa konsumsi 210 gram alkohol atau setara
(26)
sepertiga botol minuman keras setiap hari selama 25 tahun akan mengakibatkan sirosis hepar. Sirosis hepar adalah suatu penyakit perlemakan hati yang menyebabkan terjadinya nekrosis, fibrosis dan regenerasi hepar. Terdapat bukti yang konsisten bahwa alkohol meningkatkan resiko pada penyakit kanker di beberapa bagian tertentu yaitu: mulut, kerongkongan, tenggorokan, larynx dan hati. Alkohol memicu terjadinya kanker melalui berbagai mekanisme. Salah satunya alkohol mengaktifkan enzim-enzim tertentu yang mampu memproduksi senyawa yang menyebabkan kanker. Alkohol juga dapat merusak DNA, sehingga sel akan berlipat ganda secara tak terkendali.Bagi para peminum minuman keras cenderung memiliki tekanan darah yang relative lebih tinggi dibandingkan dengan yang non peminum, mereka lebih berisiko mengalami stroke dan serangan jantung, Peminum berat dapat pula mengalami berbagai gangguan syaraf mulai dari dementia (gangguan kecerdasan), bingung, kesulitan berjalan dan kehilangan memori. Konsumsi alkohol yang berlebihan menyebabkan defisiansi thiamin, yaitu komponen vitamin B komplek berbentuk Kristal yang esensial bagi berfungsinya system syaraf.
2) Dampak Psikoneurologis
Pengaruh-pengaruh seperti addictive, imsonia, depresi, gangguan kejiwaan, serta dapat merusak jaringan otak secara permanen sehingga menimbulkan gangguan daya ingatan,
(27)
kemampuan penilaian, kemampuan belajar, dan gangguan neurosis lainnya.
3) Dampak sosial
Gangguan sosial juga dapat berpengaruh bagi orang lain, ketika perasaan pengguna alkohol sangat labil, mudah tersinggung, perhatian terhadap sekelilingnya menjadi terganggu. Dalam kondisi seperti ini dapat menekan pusat pengendalian diri menjadi lebih agresif, dan jika tidak terkontrol akan menimbulkan tindakan yang melanggar norma bahkan menjurus pada kejahatan kriminal. Kecelakaan pada linkungan kerja dan lalu lintas juga dapat terjadi jika konsumi alkohol dilakukan saat akan beraktivitas.
g. Pengaruh konsumsi minuman keras jangka panjang dan pendek
Pada jangka pendek para peminum minuman keras ini akan mengalami penurunan kesadaran, mabuk, euphoria ringan, dan kematian akibat keracunan zat alkohol. Dalam suatu penelitian di lembaga permasyarakatan Porong, Sidoarjo 2011, didapatkan 70% narapidana mengkonsumsi minuman alhohol sebelum melakukan tindakan kekerasan dan lebih dari 40% kekerasan dalam rumah tangga dipengaruhi oleh minuman alkohol ataupun minuman keras.
Pada jangka panjang para peminum minuman keras ini dapat mengalami berbagai penyakit kronis seperti sirosis hepar, impotensi, penyakit jantung, tekanan darah tinggi, kanker saluran pencernaan, dan berkurangnya kesuburan. Pada awal mula jangka panjang para
(28)
peminum akan merasa susah tidur, perubahan kepribadian, dan kesulitan dalam mengingat dan konsentrasi.
2. Pengetahuan
a. Pengertian
Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tau yang terjadi setelah melakukapengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan manusia disebut panca indera. Panca indera terdiri dari penglihatan,
pendengeran, penciuaman, perasaan, dan peraba. Sebagian
pengetauhan pada manusia diperoleh dari mata dan telinga. Pengetauhan merupakan domain yang sangat penting bagi manusia sebelum melakukan suatu tindakan. Apabila perilaku didasari pengetauhan dan sikap positif maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng (long tasting) Notoatmodjo (2003).
Menurut Notoatmodjo (2003), pengetauhan yang dicakup dalam domain kognitif, terbagi menjadi 6 tingkatan yakni:
1) Tahu (know)
Diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang di pelajari atau rangsangan yang diterima.
(29)
2) Memahami (compression)
Diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang obyek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.
3) Aplikasi (application)
Diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya (real) 4) Analisis (analysis)
Adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu obyek ke dalam komponen-komponen tetapi masih didalam suatu struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya antara satu sama lain.
5) Sintesis (synthesis)
Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru dari formulasi-formulasi yang ada. 6) Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau obyek. Penilaian-penilaian itu suatu criteria yang telah ada.
Pengukuran pengetahuan dapat di lakukan dengan wawancara dan kuisioner yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden yang dipilih.
(30)
b. Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan
Menurut Meliono (2007), pengetahuan seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu:
1) Pendidikan
Adalah proses berubahnya sikap dan tata laku seseorang atau kelompok dan juga usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan maka jelas dapat kita kerucutkan sebuah visi pendidikan yaitu mencerdaskan manusia.
2) Media
Media secara khusus didesain untuk mencapai masyarakat yang sangat luas. Contoh dari media massa adalah televise, radio,koran,dan majalah.
3) Keterpaparan informasi.
3. Perilaku
a. Pengertian
Perilaku adalah suatu kegiatan atau aktifitas organisme (makhluk hidup) yang bersangkutan. Oleh sebab itu, dari sudut pandang biologi semua makhluk hidup mulai tumbuh-tumbuhan, binatang sampai dengan manusia itu berperilaku, karena mereka mempunyai aktifitas masing-masing. (Notoatmodjo, 2007) Menurut Skiner (1938) seorang ahli psikologi, merumuskan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Oleh karena itu perilaku ini menjadi terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme, dan
(31)
kemudian organisme tersebut merespons, maka teori Skiner ini disebut
teori “S-O-R” atau stimulus organisme respons. Skinner membedakan adanya dua respon. Dalam teori Skiner dibedakan adanya dua respon: 1) Respondent respons atau flexi, yakni respon yang ditimbulkan oleh
rangsangan-rangsangan (stimulus) tertentu. Stimulus semacam ini disebut eleciting stimulalation karena menimbulkan respon-respon yang relatif tetap.
2) Operant respons atau instrumental respons, yakni respon yang timbul dan berkembang kemudian diikuti oleh stimulus atau perangsang ini disebut reinforcing stimulation atau reinforcer, karena mencakup respon. Menurut Notoatmodjo (2007) dilihat dari bentuk respon stimulus ini maka perilaku dapat dibedakan menjadi 2 yaitu:
a) Perilaku tertutup (covert behavior)
Respon atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan/kesadaran, dan sikap yang terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut, dan belum dapat diamati secara jelas oleh orang lain.
b) Perilaku terbuka (overt behavior)
Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam atau praktik (practice) yang dengan mudah diamati atau dilihat orang lain.
(32)
Meskipun perilaku adalah bentuk respon atau reaksi terhadap stimulus atau rangsangan dari luar organisme (orang), namun dalam memberikan respon sangat tergantung pada karakteristik atau faktor-faktor lain dari orang yang bersangkutan. Faktor-faktor-faktor yang membedakan respon terhadap stimulus yang berbeda yang disebut determinan perilaku. Determinan perilaku ini dapat dibedakan menjadi dua, yakni:
1) Determinan atau faktor internal, yakni karakteristik orang yang bersangkutan, yang bersifat given atau bawaan, misalnya tingkat kecerdasan, tingkat emosional, jenis kelamin dan sebagainya. 2) Determinan atau faktor eksternal, yakni lingkungan, baik
lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, politik, dan sebagainya. Faktor lingkungan ini sering merupakan faktor yang dominan yang mewarnai perilaku seseorang (Notoatmodjo, 2007, p. 139). Benyamin Bloom (1908) yang dikutip Notoatmodjo (2007), membagi perilaku manusia kedalam 3 domain ranah atau kawasan yakni: kognitif (cognitive), afektif (affective), dan psikomotor (psychomotor). Dalam perkembangannya, teori ini dimodifikasi untuk pengukuran hasil pendidikan kesehatan yakni: pengetahuan, sikap, dan praktik atau tindakan (Notoatmodjo, 2007, p. 139) b. Pengukuran Perilaku
Pengukuran atau cara mengamati perilaku dapat dilakukan melalui dua cara, secara langsung, yakni dengan pengamatan
(33)
(obsevasi), yaitu mengamati tindakan dari subyek dalam rangka memelihara kesehatannya. Sedangkan secara tidak langsung menggunakan metode mengingat kembali (recall). Metode ini dilakukan melalui pertanyaanpertanyaan terhadap subyek tentang apa yang telah dilakukan dengan obyek tertentu (Notoatmodjo, 2005, p.59) c. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku
Menurut Lawrence Green (1980) dalam Notoatmodjo (2003), perilaku diperilaku oleh 3 faktor utama, yaitu:
1) Faktor predisposisi (predisposing factors)
Faktor-faktor ini mencakup pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap kesehatan, tradisi dan kepercayaan
masyarakat terhadap hal-hal yang berkaitan dengan
kesehatan,sistem nilai yang dianut masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi, pekerjaan, dan sebagainya.
2) Faktor pendukung (enabling factors)
Faktor-faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan bagi masyarakat, misalnya: air bersih, tempat pembuangan sampah, tempat pembuangan tinja, ketersediaan makanan bergizi, dsb. Termasuk juga fasilitas pelayanan kesehatan seperti puskesmas, rumah sakit, poliklinik, posyandu, polindes, pos obat desa, dokter atau bidan praktek swasta, dsb. Termasuk juga dukungan sosial, baik dukungan suami maupun keluarga.
(34)
3) Faktor penguat (reinforcing factors)
Faktor-faktor ini meliputi faktor sikap dan perilaku tokoh masyarakat (toma), tokoh agama (toma), sikap dan perilaku pada petugas kesehatan. Termasuk juga disini undang-undang peraturanperaturan baik dari pusat maupun dari pemerintah daerah yang terkait dengan kesehatan.
d. Perilaku Kesehatan
Menurut Notoatmodjo (2003), perilaku kesehatan adalah sesuatu respon (organisme) terhadap stimulus atau obyek yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan dan minuman, serta lingkungan. Dari batasan ini, perilaku pemeliharaan kesehatan ini terjadi dari 3 aspek:
1) Perilaku pencegahan penyakit, dan penyembuhan penyakit bila sakit, serta pemulihan kesehatan bilamana telah senbuh dari sakit. 2) Perilaku peningkatan kesehatan, apabila seseorang dalam keadaan
sehat.
4. Sikap
a. Pengertian
Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau obyek. Manifestasi sikap itu tidak dapat langsung dilihat tetapi hanya dapat menafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup, sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap
(35)
stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial (Notoatmodjo, 2007) Sikap merupakan evaluasi umum yang dibuat manusia terhadap dirinya sendiri, orang lain, obyek atau isu. (Pretty,1986 dalam Azwar, 2005)
b. Komponen pokok sikap
Sikap mempunyai 3 komponen pokok, yaitu:
1) Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu obyek artinya, bagaimana keyakinan dan pendapat atau pemikiran seseorang terhadap obyek.
2) Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu obyek, artinya bagaimana penilaian (terkandung didalamnya faktor emosi) orang terhadap obyek.
3) Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave), artinya sikap merupakan komponen yang mendahului tindakan atau perilaku terbuka. Sikap adalah ancang-ancang untuk berperilaku terbuka (Notoatmodjo, 2007)
c. Tingkatan sikap
Sikap terdiri dari berbagai tingkatan yakni
(Notoatmodjo,2007:144): 1) Menerima (receiving)
Menerima di artikan bahwa orang (subyek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (obyek)
(36)
2) Merespon (responding)
Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi sikap karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan. Lepas pekerjaan itu benar atau salah adalah berarti orang itu menerima ide tersebut.
3) Menghargai (valuing)
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan orang lain terhadap suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga, misalnya seseorang mengajak ibu yang lain (tetangga, saudaranya, dsb) untuk menimbang anaknya ke posyandu atau mendiskusikan tentang gizi adalah suatu bukti bahwa si ibu telah mempunyai sikap positif terhadap gizi anak. 4) Bertanggung jawab (responsible)
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko adalah segala yang mempunyai sikap yang paling tinggi. Misalnya seorang ibu mau menjadi akseptor KB, meskipun mendapatkan tantangan dari mertua atau orang tuanya sendiri. (Wawan dan Dewi, 2010)
d. Ciri-ciri sikap
Ciri-ciri sikap menurut purwanto (1998) adalah:
1) Sikap bukan dilakukan sejak lahir melainkan dibentuk atau dipelajari sepanjang perkembangan itu dalam hubungan dengan
(37)
obyeknya. Sifat ini membedakannya dengan sifat motif-motif biogenis seperti lapar, haus, kebutuhan akan istirahat.
2) Sikap dapat berubah-ubah karena itu sikap dapat dipelajari dan sikap dapat berubah pada orang-orang bila terhadap keadaan dan syarat-syarat tertentu yang mempermudah sikap pada orang lain. 3) Sikap tidak berdiri sendiri, tetapi senantiasa mempunyai hubungan
tertentu terhadap suatu obyek dengan kata lain, sikap itu terbentuk, dipelajari/berubah senantiasa berkenaan dengan suatu obyek tertentuyang dirumuskan dengan jelas.
4) Obyek sikap itu merupakan suatu hal tertentu tetapi dapat juga merupakan kumpulan dari hal-hal tersebut.
5) Sikap mempunyai segi-segi motivasi dan segi-segi perasaan, sifat alamiah yang membedakan sikap dan kecakapankecakapan/ pengetahuan-pengetahuan yang dimiliki orang. Pernyataan sikap yang berisi hal-hal yang negatif mengenai obyek sikap yang bersifat tidak mendukung maupun kontra terhadap obyek sikap. Pertanyaan seperti ini disebut dengan pertanyaan yang tidak favorable. Suatu skala sikap sedapat mungkin diusahakan agar terdiri atas pernyataan favorable dan tidak favorable dalam jumlah yang seimbang. Dengan demikian pernyataan disajikan tidak semua positif dan semua negatif yang seolah-olah isi skala memihak/mendukung sama sekali obyek sikap (Azwar, 2005)
(38)
e. Sifat sikap
Sikap dapat pula bersifat positif dan dapat pula bersifat negative menurut purwanto (1998):
1) Sikap positif kecenderungan tindakan adalah mendekati,
menyenangi, mengharapkan objek tertentu.
2) Sikap negatif terhadap kecenderungan untuk menjauhi,
menghindari, membenci, tidak menyukai objek tertentu.
f. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Sikap Keluarga terhadap Obyek Sikap antara lain:
1) Pengalaman pribadi
Untuk dapat menjadi dasar pembentukan sikap, pengalaman pribadi haruslah meninggalkan kesan yang kuat. Sikap akan lebih mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebut terjadi dalam situasi yang melibatkan faktor emosional.
2) Pengaruh orang lain yang dianggap penting
Pada umumnya, individu cenderung untuk memiliki sikap yang konformis atau searah dengan sikap orang yang dianggap penting. Kecenderungan ini antara lain dimotivasi oleh keinginan untuk berafiliasi dan keinginan untuk menghindari konflik dengan orang yang dianggap penting tersebut.
3) Pengaruh kebudayaan
Tanpa disadari kebudayaan telah menanamkan garis pengarah sikap kita terhadap berbagai masalah. Kebudayaan telah
(39)
mewarnai sikap anggota masyarakatnya, karena kebudayaanlah yang memberi corak pengalaman individu-individu masyarakat asuhannya.
4) Media massa
Dalam pemberitaan surat kabar maupun radio atau media komunikasi lainya, berita yang seharusnya faktual disampaikan secara obyektif cenderung dipengaruhi oleh sikap sikap penulisnya, akibatnya berpengaruh terhadap sikap konsumennya.
5) Lembaga pendidikan dan lembaga agama
Konsep moral dan ajaran dari lembaga pendidikan dan lembaga agama sangat menentukan sistem kepercayaan tidaklah mengherankan jika kalau pada gilirannya konsep tersebut mempengaruhi sikap.
6) Faktor emosional
Kadang kala, suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang didasari emosi yang berfungsi sebagai sebagai semacam penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk.
7) Pengukur sikap
Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung dan tidak langsung. Secara langsung dapat ditanyakan bagaimana pendapat atau pertanyaan responden terhadap suatu obyek. Misalnya, bagaimana pendapat responden tentang kegiatan posyandu, atau juga dapat dilakukan dengan cara memberikan
(40)
pendapat dengan menggunakan setuju atau tidak setuju terhadap pernyataan-pernyataan obyek tertentu, dengan menggunakan skala likert (Notoatmodjo, 2005:57)
Skala likert merupakan metode sederhana dibandingkan dengan skala Thurstone. Skala Thurstone yang terdiri dari 11 poin disederhanakan menjadi 2 kelompok yaitu favorable dan
unfavorable sedangkan item yang netral tidak disertakan. Untuk mengatasi hilangnya netral tersebut, likert menggunakan teknik konstruksi test yang lain. Masing-masing responden diminta melakukan agreement dan disagreement untuk masing-masing item dalam skala yang skala yang terdiri dari 5 poin (sangat setuju, setuju, ragu-ragu, tidak setuju, sangat tidak setuju). Semua item yang favorable kemudian diubah nilainya dalam angka sangat setuju adalah 1 sedangkan untuk yang sangat tidak setuju nilainya 5. (Wawan dan Dewi, 2010:39-40).
5. Buruh dan PT Esa Express Surabaya
Pada jaman dahulu buruh hanya digunakan untuk orang yang melakukan pekerjaan kasar, seperti tukang, kuli, mandor, dan lain – lain. Dalam Ensiklopedi Nasional Indonesia (1989:568) buruh adalah orang yang menjual tenaganya demi kelangsungan hidup. Ia tidak memiliki sarana atau faktor produksi selain tenaganya sendiri. Buruh adalah sumber daya yang diperlukan dalam produksi, selain pengusaha dan pemilik modal. Dalam pembagian jenis buruh berdasar cara pengupahanya buruh
(41)
dibedakan atas buruh borongan, buruh lepas, buruh harian, dan buruh tetap.
a. Buruh borongan adalah buruh yang biayanya didasarkan atas paket beban, sedangkan jangka waktu ia menyelesaikan seluruh pekerjaan itu tidak dipersoalkan.
b. Buruh harian adalah buruh yang satuan upahnya didasarkan atas satuan hari kerja.
c. Buruh lepas adalah buruh yang tidak memiliki ikatan kerja yang tetap dengan majikanya. Setelah pekerjaan yang menjadi bebanya selesai, hubungan kerja sama kerja secara otomatis juga selesai. Biasanya buruh lepas dipakai untuk pekerjaan yang sifatnya sementara.
d. Buruh tetap adalah buruh yang mempunyai ikatan kerja tetap untuk jangka waktu yang relatif lama. Jangka waktu ini merupakan kesepakatan antara majikan dan buruh serta di dalam kesepakatan ini juga dibuat aturan hubungan kerja sama.
Buruh sering diartikan sebagai faktor produksi semata – mata, sehingga dapat menimbulkan masalah – masalah sosial. Seperti masalah upah, tingkat kesejahteraan rumah tangga buruh, dan maslah kesehatan. Masih banyak pada era modern ini sistem kerja tanpa adanya imbalan yang cukup bagi buruh. Dalam kenyataanya buruh akhirnya memilih melepas tekanan kerja dengan cara yang beragam, anatara lain dengan minum minuman keras, pemakaian obat terlarang, dan melakukan perilaku sex yang menyimpang. Kaitanya dalam konsumsi minuman keras para
(42)
buruh beranggapan dengan mengkonsumsi minuman keras, mereka merasa tenang, semangat bekerja, dan melepas tekanan lingkungan kerja yang berat. Oleh karena itu diperlukan adanya perlindungan upah kerja, kesehetan, dan keselamatan kerja sehingga buruh tetap diperhatikan martabatnya sebagai manusia. Dengan dihormatinya martabat buruh perilaku negative yang sering dilakukan para buruh akan berkurang dan menciptakan lingkungan kerja yang kondusif dan nyaman.
PT Esa Express Surabaya adalah suatu perusahaan swasta yang bergerak di bidang transportasi dan logistik barang (Laporan Keuangan Tahun 2013). Perusahaan ini mempunyai 3 bidang transportasi meencakup transportasi darat, laut, dan udara. PT Esa Express Surabaya memiliki kurang lebih 60 karyawan buruh tetap di lapangan, yang bertugas untuk mengirim barang, memasukan barang kedalam kendaraan pengiriman, mempacking barang, dan mengatur ketepatan barang tiba tepat dipihak konsumen. Buruh PT Esa Express Surabaya didominasi oleh lulusan SMP, SMU, S1, dan D3. Lingkungan kerja di lapangan yang begitu banyak tekanan serta tingginya mobilitas para buruh PT Esa Express Surabaya membuat tekanan stres menjadi tinggi. Melihat situasi lingkungan kerja yang didominasi dengan masyarakat ekonomi rendah serta tingkat pengetauhan rendah membuat para buruh menjadikan minuman keras menjadi cara pelampiasan stres. Belum adanya aturan yang ketat dari perusahaan tentang penggunaan minuman keras dalam lingkungan kerja membuat para buruh bebas mengkonsumsi minuman keras. Banyak terjadi
(43)
kecelakaan kerja setelah para buruh konsumsi minuman keras, seperti kecelakaan lalu lintas saat pengiriman barang, terjatuh saat mengangkat barang, dan merasa pusing saat bekerja sehingga mengganggu proses pekerjaan. Terkadang saat kurangnya dana untuk membeli minuman keras,
para buruh membeli minuman keras tradisional “cukrik” untuk dicampur
dengan minuman suplemen seperti extra joss, kratingdaeng, dan kuku bima. Ini dilakukan untuk meningkatkan stamina kerja para buruh dan semangat kerja tetap tinggi. Para buruh tidak sadar akan bahayanya minuman – minuman seperti ini dikarenakan tingkat pengetauhan yang rendah serta sikap yang cenderung menerima adanya minuman keras.
Dari literatur - literatur yang dijelaskan pada paragraph sebelumya dapat diketauhi adanya hubungan antara tingkat pendidikan, kondisi lingkungan, umur, pekerjaan, penyakit, dan ekonomi yang dapat mempengaruhi tingkat pengetauhan dan sikap para buruh PT Esa Express Surabaya dalam tindakan mengkonsumsi minuman keras.
Berdasarkan penelitian terdahulu, yang berjudul hubungan antara pengetauhan dan sikap tentang mengkonsumsi alkohol dengan tindakan konsumsi minuman beralkohol pada nelayan di Kelurahan Bitung Karangria Kecamatan Tumniting Kota Manado (M Salakory, 2012) menyimpulkan :
a. Tidak terdapat hubungan antara pengetauhan dengan tindakan konsumsi minuman beralkohol di Kelurahan Bitung Karangria Kecamatan Tuminting Kota Manado
(44)
b. Tidak terdapat hubungan antara sikap dengan tindakan konsumsi minuman beralkohol di Kelurahan Bitung Karangria Kecamatan Tuminting Kota Manado
Selain itu dalam penelitian ini menunjukan hasil uji tingkat pengetauhan dan sikap dengan tindakan mengkonsumsi minuman beralkohol, tidak ada hubungan yang signifikan.
B. Kerangka Konsep
C. Hipotesis
1. h.1 : Adanya hubungan antara tingkat pengetauhan para buruh PT ESA EXPRESS Surabaya terhadap sikap konsumsi minuman keras atau oplosan.
2. h.2 : Adanya hubungan antara sikap para buruh PT ESA EXPRESS Surabaya terhadap perilaku konsumsi minuman keras atau oplosan.
Pengetahuan
Aktif Baik
Sikap Perilaku
Pasif
Dipengaruhi oleh 1. Pendidikan 2. Media 3. Keterpaparan
informasi
Di pengaruhi oleh 1. Pengalaman pribadi 2. Pengaruh orang lain 3. Pengaruh kebudayaan 4. Media massa
5. Lembaga pendidikan dan lembaga agama 6. Faktor emosional Buruk
(45)
33
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan jenis penelitian cross sectional analytic. Desain
cross sectional analytic sesuai untuk menentukan besarnya resiko para buruh PT Esa Express Surabaya yang mengkonsumsi minumaan keras dan menganalisis hubungan sebab – akibat dari faktor – faktor pencetus.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Penelitian di lakukan di PT Esa Express Surabaya 2. Waktu Penelitian
Penelitian di lakukan pada bulan Mei sampai Juni 2014
C. Populasi dan Sampel
Populasi pada cross sectional dapat berupa kelompok masyarakat tertentu atau sebuah kelompok institusi. Dalam hal ini sampel yang saya gunakan adalah seluruh buruh PT Esa Express Surabaya yang mengkonsumsi minuman keras. Cara pengambilan sampel dengan total sampling pada pekerja PT Esa Express Surabaya. Populasi dalam penelitian ini adalah para buruh PT Esa Express Surabaya yang bekerja di bidang supir, kuli, dan yang dominan di lapangan sebesar 50 orang.
Sampel adalah bagian dari populasi yang dipilih secara tertentu sehingga dapat mewakili populasinya. Jumlah sampel di hitung berdasarkan rumus sampel untuk populasi kecil yang dikutip dari Notoadmojo (2002).
(46)
n=
=
=
= 44.4 = 44 orang Keterangan
N= Jumlah populasi n = Besar Sampel minimal
d= Tingkat kepercayaan/ketepatan yang diinginkan (0.05)
1. Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah para buruh yang bekerja di PT Esa Express Surabaya dibidang supir, kuli angkut, dan yang bekerja dominan di lapangan.
2. Kriteria eksklusi pada penelitian ini adalah para buruh PT Esa Express
Surabaya yang sudah melakukan pengobatan untuk berhenti
mengkonsumsi minuman keras
D. Variabel dan Definisi Operasional
1. Variabel yang berkaitan pada penelitian ini antara lain variabel umur, variabel pendidikan, dan variabel lama pemakaian.
a. Variabel bebas
Tingkat pengetauhan pekerja PT Esa Express Surabaya tentang mengkonsumsi minuman beralkohol atau oplosan.
(47)
b. Variabel terikat
Sikap dan perilaku pekerja PT Esa Express Surabaya yang mengkonsumsi minuman beralkohol atau oplosan.
2. Definisi operasional
a. Tingkat pengetauhan pekerja PT Esa Express Surabaya adalah pemahaman pekerja PT Esa Express Surabaya tentang pengetauhan konsumsi minuman keras atau oplosan. Mencakup kegunaan dan kerugian mengkonsumsi minuman keras atau oplosan.
b. Sikap pekerja PT Esa Express Surabaya terhadap konsumsi minuman keras atau oplosan adalah sikap aktif atau pasif dalam menyikapi minuman keras atau oplosan, serta faktor yang mempengaruhi sikap pekerja PT Esa Express Surabaya terhadap konsumsi minuman keras atau oplosan.
c. Perilaku pekerja PT Esa Express Surabaya terhadap konsumsi minuman keras atau oplosan adalah bagaimana penggunaan dan faktor apa saja yang membuat pekerja PT Esa Express Surabaya mengkonsumsi minuman keras atau oplosan.
E. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian menggunakan kuesioner, dengan sistem penilaian yaitu
1. Skala nominal untuk jenis kelamin dan umur. Dalam skala nominal tidak mempunyai arti kuantitatif atau tidak memiliki jenjang.
(48)
2. Skala ordinal untuk menilai tingkat pendidikan dan pengetauhan tentang minuman beralkohol atau oplosan. Dalam skala ordinal bersifat kualitatif dan memiliki jenjang.
F. Cara Pengumpulan Data
Teknik pengambilan data dilakukan dengan survei melaluli metode wawancara dan kuesioner. Pemilihan wawancara dan kuesioner dilakukan untuk menghindari kurang lengkapnya pengisian data kuesioner.
G. Uji Validitas dan Reliabilitas
1. Validitas
Validitas berasal dari kata validity yang memiliki ketepatan dan kecermatan. Secara sederhana yang dimaksud dengan valid adalah shahih. Alat ukur itu dikatakan shahih atau valid bila alat ukur itu benar-benar mengukur apa yang hendak diukur(Mahfoedz, 2007). Teknik yang digunakan untuk mengetahui validitas angket menggunakan rumus
Pearson Product Moment, setelah itu dilihat penafsiran dari indeks korelasinya.
Rumus Pearson Product Moment
=
√ } }
Keterangan : = koefisien korelasi
= Jumlah skor item ∑Y= Jumlah skor total N = Jumlah responden
(49)
Pengujian validitas dengan bantuan program SPSS For Windows menghasilkan nilai korelasi dan signifikan. Suatu item pertanyaan dikatakan valid apabila memiliki nilai korelasi yang positif dan memiliki nilai signifikan lebih kecil dari0,05.
2. Reabilitas
Reabilitas menunjuk pada satu pengertian bahwa sesuatu instrument cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data. Untuk mengetahui reabilitas angket digunakan rumus koefisien.
Untuk mencari reliabilitas angket digunakan rumus Alpha Cronbach :
= ( 1-
⃙
⃙ )
Keterangan : = reliabilitas instrument
k = banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal ⃙ = jumlah varians butir
⃙ = varians total
Jika hasil r hitung > r tabel maka item signifikan, begitu juga sebaliknya jika hasil r hitung < r tabel maka item dikatakan tidak signifikan.
H. Analisis Data
Data hasil penelitian akan diolah dengan menggunakan program computer SPSS menggunakan metode korelasi Spearman, metode ini untuk menilai hubungan korelasi anatara sikap, tingkat pengetauhan, dan perilaku pekerja PT Esa Express Surabaya terhadap perilaku konsumsi minuman keras atau oplosan.
(50)
I. Kesulitan Penelitian
Pada penelitian ini karena menggunakan pendekatan cross sectional
dapat menimbulkan sumber bias yang potensial. Bias dapat muncul karena beberapa hal seperti :
1. Tidak terdapat hipotesis yang spesifik dan jika dibuat hipotesis maka sifat hipotesis merupakan hipotesis prematur, karena penelitian cross sectional tidak dirancang untuk penelitian analitik.
2. Keadaan awal kedua kelompok yang dibandingkan tidak diketahui, sehingga sulit ditentukan apakah keadaan yang diperoleh merupakan sebab atau akibat dan apakah terjadi sebelum atau setelah terpajan.
J. Etika Penulisan
Sebelum melakukan penelitian, peneliti meminta izin terlebih dahulu kepada pihak-pihak yang berwenang dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini. Peneliti memberikan surat pengantar kepada Direktur perusahaan PT Esa Express Surabaya dan memberikan inform consent kepada para buruh yang akan di teliti. Kerahasiaan informasi dijamin oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu saja yang akan disajikan dan dilaporkan sebagai hasil penelitian.
(51)
39
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Hasil penelitian merupakan data atau informasi yang diolah dari kuisioner penelitian. Hasil penelitian dibagi menjadi tiga bagian yaitu karakteristik responden, uji instrumen (validitas dan reliabilitas), analisis deskriptif untuk masing-masing variabel penelitian, dan uji korelasi.
1. Karakteristik Responden
Responden penalitian ini adalah karyawan PT Esa Ekspres Jasa Surabaya sejumlah 44 orang yang semuanya berjenis kelamin laki-laki, sudah menikah, dan masa kerja di atas satu tahun (tabel 2). Dilihat dari tingkat pendidikannya,sebagian besar karyawan berpendidikan SLTA (48%) dan yang lainnya berpendidikan SLTP (20%), Diploma (16%), dan Sarjana (16%)
(52)
Tabel 2. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin, Usia, Pendikan, Status Pernikahan, Lama Kerja
Karakteristik Frekuensi Persentase
Jenis Kelamin - Laki-laki - Perempuan 44 - 100 - Usia (tahun)
- 21- 29
- 30- 40
- 41 ≤
15 14 15 34 32 34 Pendidikan - SLTP - SLTA - Diploma - Sarjana 9 21 7 7 20 48 16 16 Status Pernikahan - Sudah menikah - Belum menikah - Bercerai 44 - - 100
Lama Kerja (tahun) - < 1
- >1
- 44
- 100 Sumber: data primer diolah,2015
2. Uji Istrumen Penelitian
Instrumen penelitian berupa kuisioner yang terdiri dari pernyataan yang bersifat mendukung (favourable) dan pernyataan yang tidak mendukung (unfavourable). Pengukuran untuk setiap pernyataan menggunakan skala likert 1-5, dengan kriteria penilaian untuk pernyataan bersifat favourable adalah SS (sangat setuju) diberi skor 5, S (setuju) diberi skor 4, R (ragu) diberi skor 3, TS (tidak setuju) diberi skor 2, dan STS (sangat tidak setuju) diberi skor 1. Sedangkan kriteria penilaian pernyataan bersifat unfovorable adalah kebalikan dari pernyataan bersifat
(53)
skor 4, R (ragu) diberi skor 3, S (setuju) diberi skor 2, dan SS (sangat setuju) diberi skor 1.
a. Uji Validitas
Validitas yang digunakan dalam penelitian ini (contentvalidity) menggambarkan kesesuaian sebuah pengukur data dengan apa yang akan diukur (Ferdinand, 2006). Pengujian validitas dilakukan dengan menghitung koefisien korelasi antara setiap skor butir instrumen dengan skor total. Koefisien korelasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah korelasi perason (pearson correlation), dimana dalam penghitungannya menggunakan bantuan sofware SPSS. Instrumen pertanyaan dianggap valid ketika probability sig pearson correlation < 0,05.
1) Pengetahuan tentang Minuman Beralkohol
Variabel pengetahuaan tentang minuman beralkohol diukur dengan tiga belas pernyataan. Berdasarkan koefisien korelasi setiap butir pernyataan terhadap skor totalnya, maka dapat disimpulkan bahwa hanya sepuluh butir pertanyaan yang valid untuk dijadikan alat ukur yang ditunjukkan oleh nilai probability sig < 0,05. Sedangkan empat butir pernyataan yang nilai probability sig-nya > 0,05 sehingga dianggap tidak valid (Tabel 3)
(54)
Tabel 3. Hasil Uji Validitas Variabel Pengetahuan terhadap Minuman Beralkohol
Pertanyaan Ke- r-pearson Signifikasi Keterangan
1 0,596 0,000 Valid
2 0,525 0,000 Valid
3 0,044 0,776 Tidak valid
4 0,504 0,000 Valid
5 0,570 0,000 Valid
6 0,459 0,002 Valid
7 0,220 0,151 Tidak valid
8 0,102 0,511 Tidak valid
9 0,389 0,009 Valid
10 0,569 0,000 Valid
11 0,528 0,000 Valid
12 n.a n.a Tidak valid
13 0,508 0,00 Valid
Sumber: data primer diolah, 2015
Keterangan: n.a tidak ada angka yang muncul karena jawaban pertanyaan tersebut seragam
2) Sikap terhadap Minuman Beralkohol
Variabel sikap terhadap minuman beralkohol diukur dengan sepuluh pernyataan. Berdasarkan koefisien korelasi setiap butir pernyataan terhadap skor totalnya, maka dapat disimpulkan bahwa semua butir pernyataan adalah valid untuk dijadikan alat ukur yang ditunjukkan oleh nilai probabilitysig < 0,05 (Tabel 4)
(55)
Tabel 4. Hasil Uji Validitas Variabel Sikap terhadap Minuman Beralkohol
Pertanyaan ke- r-pearson Signifikasi Keterangan
1 0,839 0,00 Valid
2 0,800 0,00 Valid
3 0,860 0,00 Valid
4 0,744 0,00 Valid
5 0,871 0,00 Valid
6 0,899 0,00 Valid
7 0,507 0,00 Valid
8 0,883 0,00 Valid
9 0,674 0,00 Valid
10 0,477 0,001 Valid
Sumber: data primer diolah, 2015
3) Perilaku terhadap Minuman Beralkohol
Variabel perilaku terhadap minuman beralkohol diukur dengan tujuh pernyataan. Berdasarkan koefisien korelasi setiap butir pernyataan terhadap skor totalnya, maka dapat disimpulkan bahwa semua butir pernyataan adalah valid untuk dijadikan alat ukur yang ditunjukkan oleh nilai pearson correlation yang negatif dan probabilitysig > 0,05 (Tabel 5)
Tabel 5. Hasil Uji Validitas Variabel Perilaku terhadap Minuman Beralkohol
Pertanyaan ke- r-pearson Signifikasi Keterangan
1 0,562 0,00 Valid
2 0,639 0,00 Valid
3 0,702 0,00 Valid
4 0,638 0,00 Valid
5 0,528 0,00 Valid
6 0,739 0,00 Valid
7 0,720 0,00 Valid
(56)
b. Uji Reliabilitas
Reliabilitas adalah alat untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakan indikator dari variabel atau konstruk. Suatu kuesioner dikatakan reliabel atau handal jika jawaban seseorang terhadap pernyataan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu (Ghozali, 2011). Suatu konstruk atau variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai cronbach alpha > 0.60 (Ghozali, 2011).
Berdasarkan hasil perhitungan dengan bantuan sofware SPSS
diperoleh nilai cronbach alpha untuk semua instrumen variabel lebih besar dai 0,6. Hal ini menunjukkan bahwa semua instrumen adalah reliabel (Tabel 6).
Tabel 6 Hasil Perhitungan Uji Reliabilitas
Variabel Cronbach Alpha Kesimpulan
Pengetahuan 0,651 Reliabel
Sikap 0,914 Reliabel
Perilaku 0.757 Reliabel
Sumber: data primer diolah, 2015
3. Analis Deskriptif (Univariat)
Analisis deskriptif merupakan analisis terhadap masing-masing variabel dengan mendeskripsikan nilai yang ada pada varibel tersebut tanpa mengambil kesimpulan untuk menjawab rumusan masalah penelitian. Rerata nilai total untuk variabel pengetahuan dari 10 pertanyaan yang valid 42,14 nilai minimum jawaban responden 34, dan nilai maksimum 45 (Tabel 7).
(57)
Tabel 7. Statistik Deskriptif Variabel Penelitian Berdasar Jawaban Responden
Variabel Minimum Makasimum Rerata SD
Pengetahuan 34 45 42,14 3,659
Sikap 28 50 45,80 2,593
Perilaku 19 35 30,23 4,381
Sumber: data primer diolah, 2015
Variabel sikap yang disusun dari 10 pernyataan, mempunyai nilai total jawaban responden maksimum 50, nilai terendah adalah 28 dan rerata jawaban benar 45,80.
Variabel perilaku yang disusun dari 7 pernyataan. Nilai total maksimum variabel perilaku dari responden sebesar 35, sedangkan nilai total minimum 19 dan rerata 30,23.
Guna melihat distrubusi dan kategori masing-masing variabel, maka nilai variabel dikategorikan menjadi dua kategori yaitu baik dan kurang baik. Pengkategorian tersebut didasarkan pada nilai total masing-masing responden dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Keterangan:
R = range atau jarak nilai antar kelompok kategori
Nilai tertinggi = skor tertinggi (5) x jumlah pernyataan, ketika responden menjawab SS untuk semua pernyataan bersifat favourable
(58)
Nilai terendah = skor terendah (1) x jumlah pernyataan, ketika responden menjawab STS untuk semua pernyataan bersifat
favourable dan SS untuk semua pernyataan bersifat
unfavourable
Jumlah kategori = kelas interval yaitu 2 (kategori baik dan kurang baik) a. Pengetahuan
Berdasarkan pada rumus di atas maka variabel pengetahuan yang terdiri dari 10 pernyataan dapat dikekelompok kategori baik dan kurangnya dengan perhitungan sebagai berikut;
Sehingga dapat diketahui distribusi frekuensi pengetahuan responden, ditunjukkan tabel 4.8. Tabel tersebut menunjukkan bahwa pengetahuan semua responden terhadap minuman beralkohol tergolong baik karena nilai total untuk semua responden di atas 27,5.
Tabel 8. Distribusi Pengetahuan Responden Berdasarkan Pengkategorian
Interval Nilai Total Kategori Frekuensi Persen
9 – 28 Kurang Baik - -
29 - 45 Kurang baik 44 100
Total 44 100
Sumber: data primer diolah, 2015
b. Sikap
Berdasarkan pada rumus di atas maka variabel sikap yang terdiri dari 10 pernyataan dapat dikekelompok kategori baik dan kurangnya dengan perhitungan sebagai berikut;
(59)
Sehingga dapat diketahui distribusi frekuensi sikap responden, ditunjukkan tabel 49. Tabel tersebut menunjukkan bahwa hanya ada satu responden yang sikap responden terhadap minuman beralkohol tergolong kurang baik. Artinya hanya ada 1 responden yang bersikap mendukung terhadap sisi negatif minuman beralkohol.
Tabel 9. Distribusi Sikap Responden Berdasarkan Pengkategorian
Interval Nilai Total Kategori Frekuensi Persen
10 - 30 Kurang Baik 1 2,2
31 - 50 baik 43 97,8
Total 44 100
Sumber: data primer diolah, 2015
c. Perilaku
Berdasarkan pada rumus di atas maka variabel perilaku yang terdiri dari 7 pernyataan dapat dikekelompok kategori baik dan kurangnya dengan perhitungan sebagai berikut;
Sehingga dapat diketahui distribusi frekuensi perilaku responden, ditunjukkan tabel 10. Tabel tersebut menunjukkan bahwa ada satu (2,2%) responden yang berperilaku kurang baik terhadap minuman beralkohol.
(60)
Tabel 10. Distribusi Perilaku Responden Berdasarkan Pengkategorian
Interval Nilai Total Kategori Frekuensi Persen
7 - 21 Kurang Baik 1 2,2
22 - 35 baik 43 97, 8
Total 44 100
Sumber: data primer diolah, 2015
4. Hubungan Antar Variabel (Bivariat)
Metode analisis yang digunakan dalam analisis bivariat adalah uji korelasi pearson yaitu salah satu metode yang digunakan untuk menguji hubungan antara dua variabel dengan melihat arah hubungan, signifikansi hubungannya, dan besar atau keeratan hubungan. Arah hubungan dua variabel bisa hubungan positif (searah) atau berlawanan arah (negatif). Signifikansi hubungan ditunjukkan oleh nilai sig probability, jika sig probability < 0,05 maka hubungan kedua variabel adalah signifikan. Sedangkan keeratan hubungan mengikuti kriteria Arikunto (2003)
Tabel 11. Keeratan Hubungan Antar Variabel
Interval Koefisien Korelasi Tingkat Hubungan
0,00-0,199 Sangat rendah
0,20-0,399 Rendah
0,40-0,599 Sedang
0,60-0,799 Kuat
0,80-1,000 Sangat kuat
Sumber: Colton dalam Arikunto, 2003
Hasil analisis korelasi antar variabel terangkum dalam tabel 12 berikut: Tabel 12. Korelasi Pearson Antara Variabel
Variabel Koefisien koelasi Sig
Perilaku Pengetahuan 0,558 0,00
Sikap 0,799 0,00
Sikap Pengetahuan 0,649 0,00
(61)
Beradasarkan tabel 5 dan 12 maka dapat disimpulkan bahwa:
a. Hubungan variabel pengetahuan dan perilaku adalah positif (searah) dan signifkan karena probability sig pearson correlation (0,00)<0,05. Dilihat dari besarnya koefisien korelasi, hubungan variabel pengetahuan dan perilaku adalah sedang (0,558). Hubungan positif antar kedua kedua variabel dapat diartikan bahwa semakin baik pengetahuan terhadap minuman beralkohol maka akan semakin baik pula perilaku terhadap minuman beralkohol atau semakin tidak menyalahgunakan minuman berlakohol.
b. Hubungan variabel sikap dan perilaku adalah positif (searah) dan signifikan karena probability sig pearson correlation (0,00)<0,05. Dilihat dari besarnya koefisien korelasi, hubungan variabel sikap dan perilaku adalah kuat (0,799). Hal ini variabel dapat diartikan bahwa semakin baik sikap terhadap minuman beralkohol maka akan semakin baik pula perilaku terhadap minuman beralkohol atau semakin tidak menyalahgunakan minuman berlakohol.
c. Hubungan variabel pengetahuan dan sikap adalah positif (searah) dan signifikan karena probability sig pearson correlation (0,00)<0,05. Dilihat dari besarnya koefisien korelasi, hubungan variabel pengetahuan dan sikap adalah kuat (0,649). Artinya semakin baik pengetahuan terhadap minuman beralkohol maka akan semakin baik atau positif juga sikap terhadap minuman beralkohol.
(62)
B. Pembahasan Segi Norma
Menurut hasil pengujian statistik ditemukan hubungan positif (searah) antara pengetahuan, sikap, dan perilaku responden terhadap masalah konsumsi miras serta oplosan. Mengingat masih adanya temuan data jawaban responden yang mengarah pada resiko pola hidup aktif mengkonsumsi miras dan oplosan, pembahasan dari segi nilai dan norma perlu dilakukan. Diharapkan pembahasan dari sudut nilai dan norma ini memberikan gambaran dan pertimbangan positif agar dikemudian hari masalah ini bisa ditinjau lebih lanjut secara komperhensif sehingga pola hidup yang lebih baik bisa terwujud. Seperti yang dijelaskan pada bab pendahuluan, jika dipandang dari norma agama, perilaku konsumsi miras dan oplosan jelas dilarang dan
membawa mudharat. Al Qur’an surat Al-Maidah ayat 90 dengan jelas menerangkan: “Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya khamar, judi, berkorban untuk berhala, mengundi nasib dengan panah adalah perbuatan keji termasuk perbuatan syetan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan.” Lebih lanjut, Imam Syafi’I dan Imam Hambali berpendapat bahwa “apapun yang apabila diminum atau digunakan
dalam kadar normal oleh seseorang yang normal lalu menjadikannya mabuk dan hilang kesadaran, baik itu dari perasan anggur, kurma, gandum ataupun dari bahan lainnya, maka ia adalah khamr. Mengkonsumsi khamr yang
memabukan adalah haram”. Penjelasan tersebut secara jelas menerangkan
(1)
6
adalah signifikan. Sedangkan keeratan hubungan mengikuti kriteria Arikunto (2003)
Tabel 4.12 Keeratan Hubungan Antar Variabel
Interval Koefisien Korelasi Tingkat Hubungan
0,00-0,199 Sangat rendah
0,20-0,399 Rendah
0,40-0,599 Sedang
0,60-0,799 Kuat
0,80-1,000 Sangat kuat
Sumber: Colton dalam Arikunto, 2003
Hasil analisis korelasi antar variabel terangkum dalam tabel 4.13 berikut: Tabel 4.13 Korelasi Pearson Antara Variabel
Variabel Koefisien koelasi Sig
Perilaku Pengetahuan 0,558 0,00
Sikap 0,799 0,00
Sikap Pengetahuan 0,649 0,00
Sumber: data primer diolah, 2015 (lampiran 6)
Beradasarkan tabel 4.4 dan 4.13 maka dapat disimpulkan bahwa:
a. Hubungan variabel pengetahuan dan perilaku adalah positif (searah) dan signifkan karena probability sig pearson correlation (0,00)<0,05. Dilihat dari besarnya koefisien korelasi, hubungan variabel pengetahuan dan perilaku adalah sedang (0,558). Hubungan positif antar kedua kedua variabel dapat diartikan bahwa semakin baik pengetahuan terhadap
(2)
7
minuman beralkohol maka akan semakin baik pula perilaku terhadap minuman beralkohol atau semakin tidak menyalahgunakan minuman berlakohol.
b. Hubungan variabel sikap dan perilaku adalah positif (searah) dan signifikan karena probability sig pearson correlation (0,00)<0,05. Dilihat dari besarnya koefisien korelasi, hubungan variabel sikap dan perilaku adalah kuat (0,799). Hal ini variabel dapat diartikan bahwa semakin baik sikap terhadap minuman beralkohol maka akan semakin baik pula perilaku terhadap minuman beralkohol atau semakin tidak menyalahgunakan minuman berlakohol.
c. Hubungan variabel pengetahuan dan sikap adalah positif (searah) dan signifikan karena probability sig pearson correlation (0,00)<0,05. Dilihat dari besarnya koefisien korelasi, hubungan variabel pengetahuan dan sikap adalah kuat (0,649). Artinya semakin baik pengetahuan terhadap minuman beralkohol maka akan semakin baik atau positif juga sikap terhadap minuman beralkohol.
(3)
8
Pembasahasan
Menurut hasil pengujian statistik ditemukan hubungan positif (searah) antara pengetahuan, sikap, dan perilaku responden terhadap masalah konsumsi miras serta oplosan. Mengingat masih adanya temuan data jawaban responden yang mengarah pada resiko pola hidup aktif mengkonsumsi miras dan oplosan, pembahasan dari segi nilai dan norma perlu dilakukan. Diharapkan pembahasan dari sudut nilai dan norma ini memberikan gambaran dan pertimbangan positif agar dikemudian hari masalah ini bisa ditinjau lebih lanjut secara komperhensif sehingga pola hidup yang lebih baik bisa terwujud.
Seperti yang dijelaskan pada bab pendahuluan, jika dipandang dari norma agama, perilaku konsumsi
miras dan oplosan jelas dilarang dan membawa mudharat. Al Qur’an surat Al-Maidah ayat 90 dengan jelas menerangkan: “Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya khamar, judi, berkorban untuk berhala, mengundi nasib dengan panah adalah perbuatan keji termasuk perbuatan syetan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu
agar kamu mendapat
keberuntungan.” Lebih lanjut, Imam Syafi’I dan Imam Hambali berpendapat bahwa “apapun yang apabila diminum atau digunakan dalam kadar normal oleh seseorang yang normal lalu menjadikannya mabuk dan hilang kesadaran, baik itu dari perasan anggur, kurma, gandum ataupun dari bahan lainnya, maka ia adalah khamr. Mengkonsumsi khamr yang memabukan adalah haram”.
(4)
9 Penjelasan tersebut secara jelas menerangkan masalah kegiatan mengkonsumsi miras dan oplosan apapun bahan dan bentuknya yang memabukan, adalah tindakan melanggar norma agama dan dilarang oleh Allah SWT, sehingga wajib hukumnya dihindari.
Secara nilai dan norma kesusilaan, manusia diwajibkan memelihara akal untuk terwujudnya perilaku yang sesuai norma disemua dimensi kehidupan. Kegiatan mengkonsumsi miras dan oplosan memiliki akibat dan konsekuensi menghilangkan kesadaran dan akal nalar sehat. Kegiatan ini memiliki dampak negatif yang merugikan seperti memacu tindak kekerasan dibawah pengaruh buruk alkohol, kriminalitas, dan jika ditelaah lebih lanjut kerugian pada diri sendiri tidak bisa dihindarkan. Konsumsi alkohol
terbukti secara ilmiah membawa dampak buruk bagi kesehatan. Tindakan tersebut termasuk menganiyaya diri sendiri, sangat bertentangan dengan harapan dari norma kesusilaan yang bersifat memelihara.
Ditinjau dari norma hukum, mengkonsumsi miras dan oplosan termasuk tindakan menyimpang dan melanggar tatanan aturan hukum. Pasal 204 ayat (1) Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) menyebutkan: “Barang Siapa Menjual, Menawarkan, Bekerja sama untuk mengkonsumsi, menyerahkan atau membagi-bagikan barang yang diketahui membahayakan nyawa atau kesehatan seseorang, akan dijerat dengan ancaman hukuman selama 15 tahun penjara”
Pasal aturan tersebut digunakan untuk memberantas
(5)
10 peredaran miras dan oplosan yang begitu banyak beredar ditengah masyarakat Indonesia. Tidak hanya tindakan yang terorganisir, seorang individu yang mengkonsumsi alkohol secara tidak bertanggung jawab untuk tujuan memabukan diri, termasuk dalam Tipiring atau Tindak Pidana Miring yang secara jelas dimintai pertanggung jawabannya dimata aturan formal penegak hukum dan hukum informal dalam tatanan masyarakat.
Peninjauan dilihat dari beberapa sudut pandang norma telah mendeskripsikan dengan gamblang bahwa perilaku konsumsi miras dan oplosan adalah sebuah kekeliruan. Menghindari berbagai aktifitas mengkonsumsi miras dan oplosan sangat urgen dilakukan secara menyeluruh dan tanpa
kompromi. Hasil penelitian yang menunjukan hubungan positif (searah) pengetahuan, sikap, dan perilaku terhadap kegiatan konsumsi miras dan oplosan, serta pembahasannya dari sudut pandang norma, diharapkan menjadi pertimbangan serius untuk mewujudkan kehidupan yang lebih baik di masyarakat lewat hidup sehat tanpa miras dan oplosan.
Kesimpulan
1. Hubungan antara variabel pengetahuan dan perilaku adalah positif (searah) dan signifikan.
2. Hubungan variabel sikap dan perilaku adalah positif (searah) dan siginfikan.
(6)
11 3. Hubungan antara variabel
pengetahuan dan sikap adalah positif (searah) dan signfikan
Saran
Beradasarkan hasil penelitian maka bagi para pihak yang peduli terhadap penyimpangan terhadap minuman berlakohol maka dapat mengambil langkah atau upaya untuk menguranginya dengan beberapa strategi diantaranya dengan meningkatkan pengetahuan tentang minuman beralkohol terhadap masyarakat, misalkan melalui penyuluhan, pemasangan poster, dan lain-lain.
Strategi lainnya yaitu dengan memperbaiki sikap masayarakat terhadap minuman beralkohol. Perbaikan sikap dapat dilakukan dengan peningkatan pengetahuan terlebih dulu.
Daftar Pustaka
Almatsier, S. 2005. Prinsip Dasar Ilmu Gizi.
Anonimous.1997. ”Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 1997 Tentang Pengawasan dan Pengendalian Minuman Beralkohol Presiden
RepublikIndonesia”(online),(
http://www.inatrade.kemenda g.go.id/referensi/downloaddo k.php?filedown...pdf).
Masters, S.B. 2002. Alkohol. Dalam : Katzung, B.G Farmakologi Dasar dan Klinik
Maulana, H.2009. Promosi Kesehatan
M. Salakory,
Natalsya.2013.”Hubungan antara Pengetahuan dan Sikap tentang
Mengkonsumsi Alkohol dengan Tindakan Konsumsi Minuman Beralkohol pada Nelayan di Kelurahan Bitung Karangria Kecamatan Tuminting Kota Manado” Notoadmojo, Soekidjo. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Al-Quran dan Terjemahannya. 2014. Jakarta Selatan : Departemen
Agama RI.
Moeljatno. KUHP: Kitab Undang-undang Hukum Pidana, cet. Ke-24, (Jakarta : Bumi Aksara, 2012