PENGATUR INFUS DENGAN SCROLL ELEKTRONIK

(1)

PENGATUR INFUS DENGAN SCROLL ELEKTRONIK

TUGAS AKHIR

Oleh :

BAMBANG

20133010054

PROGRAM STUDI

D3 TEKNIK ELEKTROMEDIK

PROGRAM VOKASI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

2016


(2)

PENGATUR INFUS DENGAN SCROLL ELEKTRONIK

TUGAS AKHIR

Oleh :

BAMBANG

20133010054

PROGRAM STUDI

D3 TEKNIK ELEKTROMEDIK

PROGRAM VOKASI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

2016


(3)

i

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini

Nama : BAMBANG

NIM : 20133010054

Program Studi : D3 TEKNIK ELEKTROMEDIK Fakultas : VOKASI

Menyatakan dengan ini sebenarnya bahwa Karya Tulis Ilmiah yang saya bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dalam karya yang diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka dibagian akhir karya tulis ilmiah ini. Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan Karya Tulis Ilmiah ini hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Yogyakarta, 10 November 2016

Yang membuat pernyataan,


(4)

ii

LEMBAR PERSETUJUAN TUGAS AKHIR

PENGATUR INFUS DENGAN CROLL ELEKTRONIK

Dipersembahkan dan disusun oleh BAMBANG

20133010054

Telah Dipertahankan di Depan Dewan Penguji Pada tanggal : 10 November 2016

Menyetujui,

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Heri Purwoko, S.T Hanifah Rahmi F., S.T., M.Eng

NIDN. 0518088001 NIK. 19890123201604 183 014

Mengetahui,

Ketua Program Studi Teknik Elektromedik

Hanifah Rahmi F., S.T., M.Eng NIK.19890123201604 183 014


(5)

iii

LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI

PENGATUR INFUS DENGAN SCROLL ELEKTRONIK

Tugas Akhir ini Diterima Sebagai Salah Satu Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya (A.Md)

Tanggal : 10 November 2016

Susunan Dewan Penguji

Nama Penguji Tanda Tangan

1. Ketua Penguji : Heri Purwoko, S.T ………… 2. Penguji Utama : Nur Hudha Wijaya,S.T …...

3. Sekretaris Penguji :Hanifah Rahmi F., S.T., M.Eng ……...

Yogyakar, 10 November 2016

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA Direktur Program Vokasi

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Dr. Sukamta, S.T., M.T. NIK.19700502199603 123 023


(6)

iv

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warohmatulliahi Wabarakatuh

Puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana D3 Elektromedik Muhammadiyah Yogyakarta.

Penulisan Tugas Akhir ini yang berjudul “Pengatur Infus Dengan Scroll Elektronik” dapat selesai tidak lepas dari dukungan berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasi yang sebesar-besarnya kepada: 1. Bapak Dr. Sukamta, S.T.,M.T. Selaku Direktur Vokasi Universitas

Muhammadiyah Yogyakarta.

2. Bapak Tatiya Padang Tunggal, S.T. selaku ketua program Studi Teknik Elektromedik Vokasi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

3. Ibu Hanifah Rahmi F., S.T., M.Eng. selaku dosen pembimbing yang telah membimbing dan membina penulis dalam pelaksanaan pembuatan KTI.

4. Bapak Heri Purwoko, S.T selaku dosen pembimbing yang selalu memberikan arahan kepada penulis untuk menyelesaikan tugas akhir ini.

5. Keluarga besar Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

6. Keluarga tercintah terlebih kedua orang tua yang selalu mendukung dan tidak pernah bosan untuk mendo’akan saya.

7. Teman-teman seangkatan 2013 Teknik Elektromedik, semoga kita sukses !! 8. Kakak-kakak dan adik-adik Teknik Elektromedik Universitas Muhammadiyah

Yogyakarta.

9. Dan semua pihak yang telah banyak membantu penulisan dalam penyusunan TA ini.


(7)

v

Semua bantuan yang diberikan kepada penulis dalam pembuatan tugas akhir ini semoga di beri karunia oleh ALLAH SWT. Penulisan tugas akhir ini masih jau sempurna oleh karna itu dimohon dan sarannya. Akhir kata penulis berharap tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi kemajuan bidang kedokteran pada umumnya dan bagi pembaca pada khususnya. Wassalamu’alaikum, Wr. Wb.

Yogyakarta, November 2016


(8)

vi MOTTO

Jangan menyerah sebelum mencoba Dan selalu berdoa dan berusaha

Tanpa ada keduanya


(9)

vii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PERNYATAAN ... ii

LEMBAR PERSETUJUAN ... iii

LEMBAR PENGESAHAN ... iv

KATA PENGANTAR ... v

MOTTO ... vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR TABEL ... xi

ABSTRAK ... xii

ABSTARAC ... xiii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang... 1

1.2 Batasan masalah ... 2

1.3 Rumusan masalah ... 2

1.4 Tujuan ... 2

1.5 Manfaat ... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Tinjuan Pustaka ... 4

2.2.Teori Dasar Infus ... 5

2.3. Sensor Tetesan ... 9

2.4.Motor DC ... 11


(10)

viii

2.6.IC Dekoder 74LS138 ... 18

2.7.ATTinya 2313 ... 22

BAB III METODOLOGI 3.1.Diagram Blok Sistem ... 24

3.2.Diagram Alir ... 26

3.3.Cara Kerja Diagram Alir ... 27

3.4.Desain Mekanis ... 27

3.5.Alat dan Bahan ... 28

3.6.Prakitan Power Supply ... 28

3.9. Prakitan Seven Segment ... 30

3.10. Prakitan Driver Motor DC ... 31

3.13. Prakitan Comparator Monostabil... 32

3.14. Prakitan Minimum Sytem ... 33

3.15. Pembuatan Program ... 35

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN 4.1 Spesifikasi Alat ... 40

4.2 Gambar Alat ... 40

4.3 Cara Kerja Alat ... 41

4.4 Percobaan Alat ... 41

4.5 Grafik Hasil Percobaan ... 48

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan ... 54

5.2 Saran ... 54


(11)

ix

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1.Infus Pump. ... 5

Gambar 2.2.Abocath (jarum suntik). ... 5

Gambar 2.3. Infus Set ... 6

Gambar 2.4. Cairan Infus ... 6

Gambar 2.5. Photodioda ... 9

Gambar 2.6.Infrared ... 10

Gambar 2.7.Simbul Motor DC. ... 11

Gambar 2.8. Motor DC. ... 12

Gambar 2.9.Motor DC Sumber Daya Terpisah ... 12

Gambar 2.10.Motor DC Sumber Daya Sendiri. ... 13

Gambar 2.11.Motor DC Tipe Shunt ... 13

Gambar 2.12.Motor DC Tipe Seri. ... 14

Gambar 2.13.Motor DC Tipe Kompon ... 15

Gambar 2.14.Commen Katode. ... 17

Gambar 2.15.Commen Anode. ... 17

Gambar 2.16.Dekoder 74LS138 ... 18

Gambar 2.17.Skematik IC Dekoder 74LS138.. ... 18

Gambar 2.18.Blok Diagram Dasar Seven Segment Display. ... 19

Gambar 2.19.Data Display Seven Segment. ... 21


(12)

x

Gambar 2.21. konfigurasi Pin Attiny2313 ... 22

Gambar 3.1. Diagram Blok ... 24

Gambar 3.2.CaraKerja Diagram Alir ... 26

Gambar 3.3. Diagram Mekanis ... 27

Gambar 3.4.Skematik Power Supply ... 29

Gambar 3.5.Rangkaian Seven Sqment ... 30

Gambar 3.6. Rangkaian Driver Motor DC ... 32

Gambar 3.7. Rangkaian Komparator Monostabil ... 33

Gambar 3.8. Rangkaian Minimum system ... 34

Gambar 3.1. Program pemanggilan library ... 35

Gambar 3.2. Program sevent segment ... 35

Gambar 3.3. Program mengendalikan motor DC. ... 36

Gambar 3.4. Program pemilihan tetesan. ... 37

Gambar 3.5. Program pengaturan scroll motor DC untuk settingan 45. ... 38

Gambar 3.6.Program pengaturan scroll motor DC untuk settingan 30. ... 38

Gambar 3.7.Program pengaturan scroll motor DC untuk settingan 15. ... 39

Gambar 4.1. Alat pengatur infuse dengan scroll elektronik ... 40

Gambar 4.2. Grafik pengukuran 15 tetes permenit. ... 48

Gambar 4.3. Grafik pengukuran 30 tetes permenit ... 49


(13)

xi

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1.Kebenaran Seven Segment ... 20

Tabel 2.2. Data Disply Seven Segment ... 21

Tabel 4.1. Pengukuran 15 tetesan permenit ... 41

Tabel 4.2.Pengukuran 30 tetesan permenit. ... 43


(14)

(15)

PENGATUR INFUS DENGAN SCROLL ELEKTRONIK ABSTRAK

BAMBANG 20133010054

Penggunaan infus secara manual untuk mengetahui jumlah tetesan yang akan diberikan kepada pasien dan perhitungannya secara manual, cara ini masi tentu jauh dari tingkat ketelitian oleh karena itu diperlukan sebuah alat infus yang scroll pengatur tetesan dapat digunakan secara otomatis.

Metode penelitian yang digunakan adalah preksperimental dengan jenis penelitian One Group Post Test Design. Pada rancangan penelitian hanya melihat hasil tanpa mengukur keadaan sebelumnya.

Hasil pengukuran 5% untuk pemilihan 15 tetes permenit, 0.133% untuk pemilihan 30 tetes permenit dan 0.04% untuk pemilihan 45 tetes permenit. Setelah melakukan proses studi literature, perencanaan, percobaan, pembuatan modul, pengulian alat dan pendataan secara umum dapat disimpulkan bahwa alat pengatur infuse dengan scroll elektronik dapat digunakan dan sesuai dengan perencanaan.


(16)

PENGATUR INFUS DENGAN SCROLL ELEKTRONIK

ABSTRAK

BAMBANG 20133010053

The use of infusion manually to determine the number of drops to be administered to the patient and the calculations manually, the way it goes certainly far from accuracy level is therefore needed a tool that scroll regulator drip infusion can be used automatically.

The method used is the type of research preksperimental One Group Post Test Design. In the study design only see results without measuring its previous state.

The results of measurements 5% to 15 drops per minute election, election 0133% to 30 drops per minute and 12:04% to 45 drops per minute election. After making the process study of literature, planning, experiment, module manufacturing, pengulian tools and data collection in general it can be concluded that the regulating device with a scroll electronic infusion can be used and in accordance with the planning.


(17)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dalam penggunaan infus secara manual untuk mengetahui jumlah tetesan yang akan diberikan kepada pasien, suster biasanya menghitung tetesannya sambil melihat jam tangan selama satu menit. Cara ini tentu masih jauh dari tingkat ketelitian, itu dikarenakan penghitungan tetesan permenitnya masih manual serta masih menggunakan scoll manual

Dalam pemakaian cairan infus di rumah sakit sering ditemukan permasalahan penghitungan jumlah cairan infus pada seorang pasien. Hal ini menyebabkan pasien menjadi bengkak, sesak nafas, hipertensi dan penurunan kuantitas urin yang disebabkan oleh kelebihan cairan dari infus yang masuk ke dalam tubuh pasen.

Penghitungan tetesan infus yang masih manual membuat penulis mencoba memodifikasi infus manual menjadi otomatis dalam penghitungan tetesannya. Penulis membahas infuse pump yang menggunakan dua motor, dua infuse set, sensor tetesan cairan infus, setting kecepatan dua motor dan terjadinya gelembung.

Penulis memanfaatkan teknologi Mikrokontroller untuk pengaturan kecepatan motor DC pada infuse pump. Oleh karena itu penulis memberi judul tugas akhir iniPengatur Infus dengan Scroll Elektronik

. Diharapkan dengan adanya alat ini dapat meningkatkan kinerja perawat di rumah sakit.


(18)

1.2. Batasan Masalah

Dalam tugas akhir ini, agar tidak menyimpang dari ketentuan yang digariskan, maka diambil batasan sebagai berikut :

1. Menggunakan photodiode infrared sebagai sensor.

2. Mengunakan infuse set dengan spesifikasi 20 drop/1ml (Terumo).

3. Dengan Jumlah settinggan pada alat 15-30-45.

1.3. Rumusan Masalah

Sehubungan dengan infus manual yang rentan akan kesalahan perhitungan tetesan permenit pada pemberian cairan infus, akan mengakibatkan pasien menjadi bengkak, sesak nafas, hipertensi dan penurunan kuantitas urin yang disebabkan oleh kelebihan cairan dari infus yang masuk ke dalam tubuh pasien. Oleh karena itu penulis mencoba memodifikasi infus manual menjadi otomatis dengan pengaturan jumlah tetesan 15-30-45 menit.

1.4 Tujuan

1.4.1 Tujuan Umum

Memodifikasi peralatan atau sistem modul infus menggunakan pengatur infus dengan scroll elektronik.

1.4.2 Tujuan Khusus.

Tujuan khusus dari modul ini adalah: 1. Membuat rangkaian sensor tetes. 2. Membuat rangkaian komparator. 3. Membuat rangkaian monostabil.

4. Membuat rangkaian mikrokontroller ATmega8 dan

programnya.

5. Membuat rangkaian driver motor DC. 6. Membuat rangkaian power supply. 7. Membuat rangkaian 7 segment.

1.5. Manfaat


(19)

Menambah pengetahuan tentang alat elektromedik khususnya pada bidang life support .

1.5.2 Manfaat Praktis

Dengan adanya alat ini diharapkan dapat;

1. Memudahkan perawat dalam memonitoring infuse pada pasien dan dapat menyelesaikan tugasnya dengan lebih efektif.


(20)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Teori Dasar Infus

Infus adalah penyimpanan cairan atau obat ke dalam aliran darah selama periode waktu tertentu.

Infus terdiri dari beberapa bagian,seperti :

a. Abocath (jarum infus)

Gambar 2.1 Abocath (jarum suntik)

Abocath terdiri dari 2 bagian yaitu, pertama bagian dalam yang isinya

adalah jarum. Jarum ini lebih panjang dari bagian yang luar, fungsi dari jarum ini adalah untuk memasukan abocth yang bagian luar terbuat dari plastik. Setelah semuanya masuk ke pembuluh darah, maka jarum bagian dalam akan dicabut dan hanya bagian luar yang ada di dalam pembuluh darah. Bagian luar yang nantinya akan berfungsi sebagai jalan masuknya cairan infus atau yang lain.

b. Infus set / Transet(selang infus).

Gambar 2.2 Infus Set.

Selang infus fungsinya untuk jalan masuk cairan. Infus digunakan untuk khusus cairan infus kalau transet gunanya untuk tranfusi, infus set


(21)

set, perbedaanya di saringannya kalau transet ada saringannya kalau infus set

tidak ada.

c. Cairan Infus.

Gambar 2.3 Cairan Infus.

Cairan infus ini ada bermacam-macam sesuai fungsinya yaitu. a. Cairan Infus

Cairan infus adalah sejumlah cairan yang masuk ke dalam tubuh melalui sebuah jarum untuk menggantikan kehilangan cairan atau zat-zat makanan dari tubuh.

b. Menghitung Cairan Intravena (Infus)

Pemberian cairan intravena yaitu memasukkan cairan atau obat secara langsung ke dalam pembuluh darah vena dalam jumlah dan waktu tertentu dengan menggunakan infus set. Tindakan ini dilakukan pada klien dengan dehidrasi, sebelum transfuse darah, pra dan pasca bedah sesuai pengobatan, serta klien yang tidak bisa makan dan minum.

Prosedur Kerja :

1. Observasi Kepatenan selang dan jarum IV

a. Buka pengatur tetesan dan observasi kecepatan aliran cairan dan larutan IV ke dalam bilik tetesan dan kemudian tutup pengatur tetesan apabila kecepatan telah sesuai dengan yang diprogramkan.

b. Apabila cairan tidak mengalir, rendahkan botol kantung cairan IV

sampai lebih rendah dari tempat masuknya infuse dan observasi


(22)

2. Periksa catatan medis untuk pemberian larutan dan zat aditif yang tepat. Program yang biasa diresepkan ialah pemberian larutan selama 24 jam, biasanya dibagi ke dalam 2 sampai 3L, Kadang kala program pemberian IV hanya berisi 1L untuk mempertahankan vena tetap terbuka (KVO).

3. Kenali faktor tetesan dalam bentuk banyaknya tetesan/ml (tts/ml) dari sebuahset infus, misalnya :

a. Mikrodrop (tetes mikro); 60/ml

b. Makrodrip (tetes makro), yang terdiri dari :

1. Abbott Lab : 15 tts/ml

2. Travenol Lab : 10 tts/ml

3. McGaw Lab : 15 tts/ml

4. Baxter : 10 tts/ml

4. Pilih salah satu volume berikut untuk menghitung kecepatan aliran (tts/ml) setelah menghitung jumlah ml/jam jika dibutuhkan. Volume

total (ml) + pemberian infus = ml/jam a. M1/jam + 60 menit = tts/mnt

b. M1/jam x paktor tetes + 60 menit = tts/mnt

5. Apabila digunakan pompa infus atau peralatan pengontrol volume,

tempatkan alat tersebut di sisi tempat tidur.

6. Tentukan kecepatan perjam dengan membagi volume dengan jam. Contohnya :

1000 ml + 8 jam = 125 ml/jam atau jika 4 L di programkan untuk 24 jam, maka :

4000 ml + 24 jam = 166,7 atau 167 ml/jam.

7. Tempelkan label volume secara vartikal pada botol atau kantong IV di sebelah garis petunjuk volume. Beri tanda plaster berdasarkan kecepatan perjam.

Misalnya : Jika seluruh volume cairan akan diinfuskan dalam 8,10, dan 12 jam, dengan plaster.

8. Setelah kecepatan perjam ditetapkan, hitung kecepatan permenit berdasarkan faktor tetes didalam set infuse. Set infuse minidrip ini memiliki faktor tetes 60 tts/ml. Tetesan yang digunakan pada contoh ini memiliki faktor tetes 15 tetes/ml.


(23)

2.2. Sensor Tetesan

Sensor tetes adalah sensor yang mengawasi kondisi tetesan infuse yang akan masuk ke tubuh pasien. Sensor tetesan yang digunakan bisa menggunakan photodiode dan infrared. Sensor photodiode merupakan diode yang peka terhadap cahaya. Sensor photodioda akan mengalami perubahan

resistansi pada saat menerima intensitas cahaya dan akan mengalirkan arus listrik secara fordward, sebagai mana dioda pada umumnya. Photodiode akan mengalirkan arus yang membentuk fungsi linear terhadap intensitas cahaya yang diterima. Arus ini umumnya teratur terhadap power density (Dp).

Gambar 2.4Photodioda

Perbandingan antara arus keluaran dengan power density disebut sebagai current responsitivity. Tegangan Frekuensi sensor photodiode

memiliki tanggapan paling baik terhadap cahaya infra merah, tepatnya pada cahaya dengan panjang gelombang sekitar 0,9 pm.

LED infra Merah merupakan salah satu jenis (Light Emiting Dioda) LED yang dapat memancarkan cahaya infra merah yang kasat mata. LED

infra merah dapat memancarkan cahaya infra merah pada saat dioda LED ini diberikan tegangan, bisa maju pada anoda dan katodanya. Bahan pembuatan LED infra merah tersebut adalah bahan gallium Arsenida (GaAs). Secara teoritis, LED infra merah mempunyai panjang gelombang 7800 nm dan mempunyai daerah frekuensi 3.104 sampai 4.104 Hz. Dilihat dari jangka frekuensi yang begitu lebar, infra merah sangat fleksibel.

LED ini akan menyerap arus yang lebih besar dari pada dioda biasa. Semakin besar arus yang mengalir, maka semakin besar daya pancarnya dan semakin jauh jarak tempuhnya.


(24)

Gambar 2.5 Infrared

Cahaya infra merah tidak mudah terkontaminasi dengan cahaya lain sehingga dapat digunakan baik siang maupun malam.

Aplikasi dari LED infra merah ini dapat digunakan sebagai transmitor remote control maupun sebagai line detector pada pintu gerbang maupun sebagai sensor pada robot.

2.3. Motor DC

Motor DC adalah motor listrik yang memerlukan supplay tegangan arus searah pada kumparan medan untuk diubah menjadi energi gerak mekanik.

Gambar 2.6 Simbul Motor DC

Motor DC memiliki 3 bagian atau komponen utama untuk dapat berputar sebagai berikut.

Bagian Atau Komponen Utama Motor DC

1. Kutub medan, motor DC sederhana memiliki dua kutub medan, yaitu kutub utara dan kutub selatan. Garis magnetic energy membesar melintasi


(25)

ruang terbuka di antara kutub-kutub dari utara ke selatan. Untuk motor yang lebih besar atau yang lebih komplek terdapat satu atau lebih

electromagnet.

2. Current Elektromagnet atau Denamo, denamo yang berbentuk slinder, dihubungkan ke as penggerak untuk menggerakan beban. Untuk kasus motor DC yang kecil, denamo berputar dalam medan magnet yang di bentuk oleh kutub-kutub, sampai kutub utara dan selatan magnet berganti lokasi.

3. Commutator, Komponen ini terutama ditemukan dalam motor DC.

Kegunaannya adalah untuk transmisi arus antara denamo dan sumber daya.

Gambar 2.7Motor DC

Keuntungan utama motor DC adalah sebagai pengendali kecepatan, yang tidak mempengaruhi kualitas pasokan daya.

Jenis-Jenis motor DC

a. Motor DC sumber daya terpisah/Separately Excited.

Gambar 2.8 Motor DC Sumber Daya Terpisah

Jika arus medan dipasok dari sumber terpisah, maka disebut motor DC

sumber daya terpisah/separately excited.


(26)

Gambar 2.9Motor DC Sumber Daya Sendiri.

c. Motor DC Tipe Shunt.

Gambar 2.10 Motor DC Tipe Shunt

Pada motor shunt, gulungan medan (medan shunt) disambungkan secara

pararel dengan gulungan denamo shunt dan gulungan denamo (A). Oleh karena itu, total arus dalam jalur merupakan penjumlahan arus medan dan arus denamo.

Karakter kecepatan motor DC tipeshunt adalah :

1. Kecepatan pada prakteknya konstan, tidak tergantung pada beban (hingga torque tertentu setelah kecepatannya berkurang) dan oleh karena itu cocok untuk penggunaan komersial dengan beban awal yang rendah, seperti peralatan mesin.

2. Kecepatan dapat dikendalikan dengan cara memasang tahanan dalam susunan seri dengan denamo (kecepatan berkurang) atau dengan memasang tahanan pada arus medan (kecepatan bertambah).


(27)

Gambar 2.11 Motor DC Tipe Seri.

Dalam motor seri, gulungan medan (medan shunt) dihubungkan secara seri dengan gulungan denamo (A). Oleh karena itu arus medan sama dengan arus denamo.

Karakter kecepatan dari motor DCtipe seri adalah : 1. Kecepatan dibatasi pada 5000 RPM

2. Hindari menjalankan motor seri tanpa ada beban sebab motor akan mempercepat kendali lajunya.

e. Motor DC Tipe Komponen/Gabungan.

Gambar 2.12 Motor DC Tipe Kompon

Motor kompon DC merupakan gabungan motor seri dan suhu shunt. Pada motor kompon, gulungan medan (medan shunt) dihubungkan secara

parallel dan seri dengan gulungan denamo (A). Sehingga, motor kompon memiliki torque penyalaan awal yang bagus dan kecepatan yang stabil.

Karakter dari motor DC tipe kompon/gabungan ini adalah, makin tinggi persentase gabungan (yakni persentase gulungan medan yang di hubungkan secara seri), makin tinggi pula torque penyalaan awal yang dapat ditangani oleh motor ini.


(28)

2.4. Seven Segment

Seven segment Display dalam bahasa Indonesia disebut dengan layar tujuh segment, adalah komponen Eletronika yang dapat menampilkan angka desimal melalui kombinasi-kombinasi segmentnya. Seven segment display

pada umumnya dipakai pada jam digital, kakulator, perhitungan atau counter digital seperti pada Microware oven ataupun pengatur suhu digital. Seven segment Display pertama diperkenalkan dan dipatenkan pada tahun 1908 oleh frank. W. wood dan mulai dikenal luas pada tahun 1970-an setelah aplikasinya pada (Light Emitting Diode). LED

Seven segment display memiliki 7 segment dimana setiap segment

dikendalikan secara ON dan OFF untuk menampilkan angka yang di inginkan. Angka-angka dari 0 (nol) sampai 9 (Sembilan) dapat ditampilkan menggunakan beberapa kombinasi segment selain 0.

Seven segment display juga dapat menampilkan huruf desimal dan A sampai F. Segment atau element-element pada seven segment display diatur menjadi bentuk angka “8” dengan angka miring ke kanan dengan tujuan untuk mempermudah pembacaan. Pada beberapa jenis seven segment display, terdapat juga penambahan “titik” yang menunjukkan angka koma desimal. Terdapat beberapa jenis seven segment display, di antaranya adalah

Incandescent bulbs Fluorescent lamps (FL), Liquid criytal display (LCD)

dan light emitting diode (LED).

Terdapat 2 jenis LED 7 segment, diantara adalah “LED 7 segment commen Cathode” dan “LED 7 segment common Anode”.

Pada LED 7 segment jenis commen cathode (katode), kaki katode pada semua segment LED terhubung menjadi satu (1) pin, sedangkan kaki anoda

akan menjadi input untuk masing-masing segment LED. Kaki katode

terhubung menjadi satu (1) pin ini merupakan terminal Negatif (-) atau

Ground sedangkan signal kendali (control signal) akan diberikan kepada masing-masing kaki Anoda Segment LED.


(29)

Gambar 2.13 Commen Katode.

Pada LED 7 segment jenis commen Anode (anoda) kaki anoda pada semua

segment LED adalah terhubung menjadi 1 pin, sedangkan kaki katode akan menjadi input untuk masing-masing segment LED. Kaki anoda yang terhubung menjadi 1 pin ini akan diberikan tegangan positif (+) dan signal

kendali (control signal) akan diberikan kepada masing-masing kaki katode segment LED.

Gambar 2.14 Commen Anode.

2.5. IC Dekoder 74lS138

Gambar 2.15 Dekoder 74LS138

IC 74LS138 adalah sebuah aplikasi demultiplexer. Demultiplexer

disebut sebagai perangkat dengan sedikit input dan banyak output. IC ini cocok untuk pengguna mikrokontroler yang membutuhkan output. Demultiplexer 74LS138 berfungsi untuk memilih salah satu dari 8 jalur dengan memberikan data BCD 3 bit pada jalur masukan A0-A2.

Demultiplexer 74SL138 memiliki 8 jalur keluaran Q0–Q1,3 jalur masukan A0- A2 dan 3 jalur control expansi E1-E3.


(30)

Gambar 2.16 Skematik IC Dekoder 74LS138.

Berikut ini adalah blok diagram dasar untuk mengendalikan LED 7 segment.

Gambar 2.17 Blok Diagram Dasar Seven Segment Display.

Blok Dekoder pada diagram di atas mengubah sinyal input yang di berikan menjadi 8 jalur yaitu “a” sampai “g” dan poin desimal (koma) untuk meng-ON-kan segmen sehingga menghasilkan angka atau digit yang diinginkan. Jika output decoder adalah a,b dan c, maka segmen LED akan menyala menjadi angka “7”. Jika sinyal input adalah berbentuk analok, maka diperlukan (Analok To Digital Converter) ADC untuk mengubah sinyal analog menjadi digital sebelum masuk ke input Decoder. Jika sinyal

input sudah merupakan sinyal digital.

Fungsi blok driver adalah untuk memberikan arus listrik yang cukup kepada segmen/elemen LED untuk menyala. Pada tipe decoder tertentu,

decoder dapat mengeluarkan tegangan dan arus listrik yang cukup untuk menyalakan segmen LED, maka blok driver ini tidak diperlukan. Pada umumnya driver untuk menyalakan 7 segmen ini terdiri dari 8 Transistor Switch pada masing-masing elemen LED.


(31)

Tabel 2.1 Kebenaran 74LS138 Seven Segment

SELEKTOR ENABLE OUTPUT

C B A G1 /G2A /G2B Y0 Y1 Y2 Y3 Y4 Y5 Y6 Y7

0 0 0 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1

0 0 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1

0 1 0 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1

0 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1

1 0 0 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1

1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1

1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1

1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0

Pada Tabel 2.1 kebenaran 71LS138 seven segment tersebut, tampak bahwa seven segmen yang hidup tergantung pada output dari decoder 71LS138, yang sedang mengeluarkan logika low “0”, sehingga dari 8 buah

display tersebut, selalu hanya satu display yang akan dihidupkan. Agar

display tampak nyala secara bersamaan, maka ketiga display tersebut harus dihidupkan secara bergantian.

Seven segmen comment anoda dikendalikan dengan menggunakan

transistor PNP melalui decoder 74LS138. Apabila anoda logika low pada

basis transistor, maka 7 segment akan menyala dan sebaliknya akan padam.


(32)

Tabel 2.2 Data DisplaySeven Segment

PC.6 PC.5 PC.4 PC.3 PC.2 PC.1 PC.0

Dispplay

G F E D C B A

1 0 0 0 0 0 0 0

1 1 1 1 0 0 1 1

0 1 0 0 1 0 0 2

0 1 0 0 0 0 0 3

0 0 0 1 0 0 0 A

0 0 0 0 0 1 1 B

1 0 0 0 1 1 0 C

Pada tabel 2.2, tampak bahwa untuk menghidupkan seven segment, harus dikirimkan data logika “0”. Sebaliknya untuk mematikan segment, harus diberikan datalogika“1”.

2.6. ATTiny 2313

Dimana semua rangkaian termasuk semua memori dan 1/0 tergantung dalam satu paket IC. Dalam pemrogramannya, kontroler ini dapat dijalankan menggunakan 2 bahasa yaitu bahasa assembly atau bahasa C, sehingga memungkinkan pengguna dapat mengoptimalkan kinerja sistem yang dibuat secara fleksibel.

Gambar 2.19 Attiny 2313

IC ATTiny 2313 ada 2 jenis yaitu: jenis PDIP/SOIC (berbentuk prisma segi empat) dan jenis VQFN/MLF yang sama, hanya saja memiliki bentuk yang berbeda.


(33)

Gambar 2.20 konfigurasi Pin Attiny2313

Gambar 2.20 merupakan konfigurasi pin dari ATiny 2313. Secara keseluruhan memiliki total 20 pin. Berikut adalah penjelasan secara garis besar dari konfigurasi pin-pin tersebut.

a. VCC

Tegangan masukan ke digital sebesar 5 Volt. (Ground) GND dihubungkan pada ground. Referensinolsuplay tegangan digital.

b. PORTA (PA0…PA2)

Pada PORT A hanya terdapat tiga (3) buah pin saja atau 3 bit pin 1/0. Dimana PORT A ini ketiga pin nya (seluruh pin PORT A) digunakan untuk keperluan membuat sismin. yaitu PA. 0 dan PA. 1 untuk input clock

(nama komponen adalah Kristal), dan PA. 2 untuk pin tombol RESET.

c. PORT B (PBO…PB7)

Pada PORT B terdapat 8 buah pin atau 8 bit pin 1/0. Dan juga pada

PORT B ini terdapat (Port Serial Peripheral Interface) SPI, yaitu pin kombinasi untuk men-download program secara serial synchronous dari komputer ke mikrontroler, pin-pin tersebut adalah MOSE (PORT,5), MISO(PORT.6), SCK(PORTB.7).

d. PORT D (PD0…PD6)

Pada PORT D terdapat 7 buah pin atau 7 bit pin 1/0.

e. RESET

Reset berfungsi untuk menyusun ulang routing program dari awal. Biasanya RESET bersifat Active Low, yaitu aktif saat logika bernilai “0”.


(34)

Sinyal LOW pada pin ini dengan lebar minimum 1,5 mokrodetik akan membawa mikrontroler ke kondisi reset.

f. XTAL 1

XTAL 1 adalah masukan ke internal clock operating circuit.

g. XTAL 2


(35)

BAB III

METODE PENELITIAN

1.1 Diagram Blok Sistem.

Gambar 3,1 Diagram Blok

a. Setting volume/waktu tetesan cairan: pengaturan jumlah volume/waktu

berfungsi untuk mengatur jumlah tetesan yang masuk ke dalam tubuh pasien dengan waktu yang ditentukan. Melalui pemilihan waktu ini, akan memberi perintah kepada mikrokontroler untuk mengaktifkan motor sesuai dengan settingan.

b. Motor: Suatu mesin listrik yang mengubah suatu daya listrik menjadi daya mekanik dengan prinsip kumparan yang bergerak terhadap medan magnet. Motor disini digunakan untuk menggerakkan gir pada scroll.

c. Driver Motor: Terdiri dari input relay (Single Pole Double Throw) SPDT

dan relay (Double Pole Double Throw)DPDT, ini didapatkan dari output driver kemotor DC.

d. Mikrokontroler: IC kompak yang dapat diprogram untuk memberikan logika perintah ke perangkat elektronika lain untuk menjalankan keseluruhan fungsi alat.

e. Program: Bahasa pemrograman yang digunakan untuk memberi instruksi

kepada mikrokontroler mengenai urutan pekerjaan apa saja yang harus dilakukan agar alat dapat berjalan sesuai dengan yang diinginkan.

Program Mikrokontroler

Segment

Driver Motor DC

Motor DC Reset

Enter

Pilihan Sensor Tetesan


(36)

f. 7 segmen: komponen elektronika yang dapat menampilkan angka

decimal melalui kombinasi-kombinasi segmennya.

g. Sensor tetesan: Mendeteksi jumlah tetesan cairan yang telah diatur pada settinggan alat.


(37)

3.2 Diagram Alir

Gambar 3.2 Diagram Alir Alat.

NO

YES

NO

YES YES

NO Star

Inisialisasi

enter

Motor bergerak

Indikasi waktu Menghitung

tetesan

reset

end Stop infusing


(38)

3.3 Cara Kerja Diagram Alir.

Pada proses pertama ialah proses pengaturan jumlah tetesan dalam satu menit. Setelah mengatur jumlah tetesan, tekan tombol enter dan kemudian motor akan berkerja menggerakan scroll otomatis. Motor akan menjepit selang infus yang sesuai dengan pengaturan tetesan yang telah diatur. Sensor tetesan menghitung jumlah tetesan/menit untuk membuktikan tetesan cairan telah sesuai dengan pengaturan pada alat.

3.4 Desain Mekanis.

Gambar 3.3 Diagram Mekanis

Keterangan dari Gambar 3.3 adalah sebagai berikut : A. Sensor Tetesan

B. Motor DC

C. Display Seven Segment D. Pemilihan

E. Enter F. Reset

3.5 Alat dan Bahan.


(39)

1. Solder Listrik 2. Atraktor 3. Timah 4. Bread board

5. PCB

6. Tool set 7. Multimeter 8. Laptop

9. IC Mikrokontroller Attiny 2313

10. IC NE 555

11. IC UNN 2003

12. Rellay DPDT

13. IC LM393

14. Seven Segment

3.6 Jenis Penelitian.

Penelitian dan pembuatan alat ini dengan menggunakan desain pre eksperimental dengan jenis penelitian adalah “one group post test design” (karena hanya melihat hasil tetesan permenit yang keluar dari infus).

3.7 Variabel Penelitian.

3.7.1 Variabel Bebas

Sebagai variabel bebas adalah cairan infuse.

3.7.2 Variabel Tergantung

Sebagai variabel tergantung adalah setting tetesan infuse.

3.7.3 Variabel Terkendali.

Sebagai variabel terkendali yaitu mikrokontroller, jumlah tetesan dan motor mikro servo.

3.8 Definisi Operasional Variabel.

Dalam kegiatan operasionalnya, variable-variabel yang digunakan dalam perencanaan pembuatan modul, baik variabel terkendali, tergantung dan bebas memiliki fungsi-fungsi antara lain:


(40)

Tabel 3.1Definisi Operasional Variabel.

VARIABEL DEVENISI

OPRASIONAL ALAT UKUR HASIL UKUR SKALA UKUR

Bebas Cairan

Infus

Cairan yang di butuhkan tubuh dimasukan melalui infuse

- Dalam satuan

mL atau liter

Normal Tergantu ng Seting Tetesan Untuk mengatur jumlah tetesan dibutuhkan proses

- Jumlah

tetesan 15,30,45 permenit Normal Terkend ali Mikroko ntroler Komponen pengendali sistem yang harus deprogram

- 0=gorund

1 = VCC

Normal

Jumlah tetesan

Banyaknya tetesan infuse dalam suatu menit.

- 15,30,45

Menit Normal Motor stepper Untuk menekan selang infuse

- - Normal

3.9 Prakitan Power Supply.

3.9.1. Alat dan Bahan 1. Papan PCB 2. Solder 3. Timah

4. Penyedot timah

5. Kapasitor 25 V 3300 µf

6. Kapasitor 15V 470 µf

7. IC regulator 7805

8. IC regulator 9. T-blok


(41)

3.9.2. Langkah Perakitan Power Supply

1. Rangkai sistematik rangkaian dengan menggunakan aplikasi pada laptop, aplikasi yang digunakan pada pembuatan modul ini adalah

power supply Orcard. Untuk gambar sistematik rangkaian power supply pada aplikasi dapat dilihat pada Gambar 3.4. di bawah ini:

Gambar 3.4. Skematik Power Supply.

2. Rangkai semua komponen pada papan PCB bolong dengan menggunakan solder, sehingga menjadi rangkaian power supply

yang keluaran tegangannya 12 VDC dan 5 VDC.

3.10. Prakitan Seven Segment.

3.10.1. Alat dan Bahan 1. Papan PCB 2. Solder 3. Timah

4. Penyedot Timah 5. Seven Segment.

6. Led.

7. Resistor 330. 8. Resistor 220. 9. Transistor 10. Multitun

3.10.2. Langkah Perakitan Seven Segment

1. Rangkai sistematik rangkaian dengan menggunakan aplikasi pada laptop, aplikasi yang digunakan pada pembuatan modul ini adalah seven segment orcard. Untuk gambar sistematik rangkaian

seven segment, pada aplikasi dapat dilihat pada Gambar 3.5. di bawah ini:


(42)

Gambar 3.5 Rangkaian Seven Segment

2. Rangkai semua komponen pada papan PCB bolong dengan menggunakan solder sehingga menjadi rangkaian seven segment.

3.11. Prakitan Driver Motor DC.

3.11.1 Alat dan Bahan 1. Papan PCB 2. Solder 3. Timah

4. Penyedot Timah 5. Dioda

6. Resistor

7. Relay 8. Transistor

3.11.2. Langkah Perakitan Driver Motor DC.

1. Rangkai sistematik rangkaian dengan mengunakan aplikasi pada laptop, aplikasi yang digunakan pada pembuatan modul ini adalah driver motor DC Orcard. Untuk gambar sistematik rangkaian driver motor DC pada aplikasi dapat dilihat pada Gambar 3.6. di bawah ini:

a 6 2 3 6 5 Q7 PNP CBE VCC 5v h 1 d 3 7 1 2 J1 port 1 2 3 4 5 6 7 8 S2 7Segmen

1 2 3 4 5

6

7

8

9

10

e d cm2 c dt

b a cm1 f g D1 LED 3 4 g R6 330 J4 CON1 1 R11 330 f d e 1 c 7 J8 CON4 1 2 3 4 J6 power 1 2 J3 CON1 1 J11 CON1 1 J5 CON1 1 4 R12 RESISTOR 4 J9 CON3 1 2 3 R9 330 6 Q6 PNP CBE 5 U2 74LS138 1 2 3 6 4 5 15 14 13 12 11 10 9 7 A B C G1 G2A G2B Y 0 Y 1 Y 2 Y 3 Y 4 Y 5 Y 6 Y 7 e 6 R1 330 J10 CON2 1 2 g 2 S1 7Segmen

1 2 3 4 5

6

7

8

9

10

e d cm2 cdt

b a cm1 f g R8 330 R5 220 6 J7 CON1 1 R14 RESISTOR 5 R2 220 7 3 R7 330 Q5 PNP CBE J2 CON4 1 2 3 4 4 5 R10 330 a 2 S3 7Segmen

1 2 3 4 5

6

7

8

9

10

e d cm2 c dt

b a cm1 f g c Q8 PNP CBE 5v 5v h R3 220 7 b 5 1 1 b 2 3 VCC 7 f S4 7Segmen

1 2 3 4 5

6

7

8

9

10

e d cm1 c dt

b a cm2 f g 4 R4 220


(43)

Gambar 3.6 Rangkaian Driver Motor DC

1. Rangkai semua komponen pada papan PCB bolong dengan menggunakan solder sehingga menjadi rangkaian driver motor DC.

3.12. Prakitan Comparator Monostabil.

3.12.1 Alat dan Bahan 1. Papan PCB 2. Solder 3. Timah

4. Penyedot Timah 5. Resistor 1k

6. Kapasitor 10uf

7. Lm358

8. Resistor 3k3 9. Led

10. NE555 11. Resistor 220 12. Multitun

3. 12.2. langkah Perakitan.

1. Rangkai sistematik rangkaian dengan mengunakan aplikasi pada laptop, aplikasi yang digunakan pada pembuatan modul ini adalah komparator monostabil Orcard. Untuk gambar sistematik rangkaian driver motor DC pada aplikasi dapat dilihat pada Gambar 3.7. di bawah ini:

Q1 NPN BCE Q2 NPN BCE D2 DIODE R4 R R1 R R3 R D4 DIODE Q8 NPN BCE J3 CON2 1 2 VCC_BAR D3 DIODE Q7 NPN BCE D1 DIODE Q3 NPN BCE R2 R J1 CON5 1 2 3 4 5 J2 CON4 1 2 3 4 Q5 NPN BCE Q4 NPN BCE Q6 NPN BCE VCC_BAR


(44)

Gambar 3.7 Rangkaian Komparator Monostabil

3. Rangkai semua komponen pada papan PCB bolong dengan menggunakan solder sehingga menjadi rangkaian Komparator Monostabil.

3.13. Prakitan Minsis 3.13.1 Alat dan Bahan

1. Papan PCB 2. Solder 3. Timah

4. Penyedot Timah 5. ATmega8

6. Resistor 1k 7. Resistor 330 8. Resistor 220 9. Kapasitor 10uf 10.Led

3.13.2 Langkah Perakitan Minsis

1. Rangkai sistematik rangkaian dengan menggunakan aplikasi pada laptop, aplikasi yang digunakan pada pembuatan modul ini adalah minsis Orcard. Untuk gambar sistematik rangkaian minsis pada aplikasi dapat dilihat pada Gambar 3.8. di bawah ini:

Q1 NPN BCE R2 R J5 TP2 1 5v J1 sensor tetes 1 2 3 5v 5v R7 1K D1 LED R9 220 5v 5v Q4 NPN BCE 5v J7 CON2 1 2 R1 R R8 33K J6 out monostabil 1 2 5v J3 CON2 12 R5 104 J2 TP1 1 C2 103 5v J4 TP3 1 R4 1K -+ U1A LM358 3 2 1 8 4 C1 10uF R11 1K R6 3K3 5v R3 220 Q2 PNP BCE U2 NE555 3 4 8 5 2 6 7 OUT RST VCC CV TRG THR DSCHG R10 220 5v


(45)

Gambar 3.8. Rangkaian Minsis

2. Rangkai semua komponen pada papan PCB bolong dengan menggunakan solder sehingga menjadi rangkaian minsis.

3.15. Pembuatan Program.

Dalam pembuatan program ini, menggunakan bahasa C dengan

aplikasi CV AVR. pemrograman input dan output untuk menampilkan seven segment. Berikut program yang digunakan:

Gambar 3.1 Program pemanggilan library

Gambar 3.1Program libray

J1 PC 6 1 R1 1K SCK R3 220 VCC D2 LED RST MISO J3 PD 0-4 1 2 3 4 5 C1 10uF J12 VCC 1 2 VCC VCC SW1 PB J13 PROG 1 2 3 4 5 J8 CON1 1 MOSI R2 330 MOSI J7 PD 5-7 1 2 3 J6 CON1 1 J4 PB 6-7 1 2 SCK J5 PB 0-5 1 2 3 4 5 6 RST J10 CON1 1 J2 PC 0-5 1 2 3 4 5 6 MISO J9 CON1 1 VCC IC1 ATmega8-DIL28 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 PC6 (RESET) PD0 (RxD) PD1 (TxD) PD2 (INT0) PD3 (INT1) PD4 (XCK/T0) VCC GND PB6 (XT1/TOSC1) PB7 (XT2/TOSC2) PD5 (T1) PD6 (AIN0) PD7 (AIN1) PB0 (ICP) (OC1A) PB1

(SS/OC1B) PB2 (OC2/MOSI) PB3(MISO) PB4 (SCK) PB5 AVCCAREF AGND (ADC0) PC0 (ADC1) PC1 (ADC2) PC2 (ADC3) PC3 (SDA/ADC4) PC4 (SCL/ADC5) PC5


(46)

Gambar 3.2 Program sevent segment

Gambar 3.3 Program sevent segment dengan input sensor tetesan.


(47)

Gambar 3.5 Program pemilihan tetesan.


(48)

Gambar 3.7 Program pengaturan scroll motor DC untuk settingan 30.


(49)

BAB IV PENILITIAN 4.1. Spesifikasi Alat

Nama Alat : Pengatur Infus Dengan Scroll Elektronik Tegangan : 220 V

Motor DC : 24 V

4.2. Gambar Alat

Untuk gambar alat dapat dilihat pada Gambar 4.1. di bawah ini:


(50)

4.3. Cara Kerja Alat

Pertama ialah proses pengaturan jumlah tetesan dalam satu menit. Setelah mengatur jumlah tetesan tekan tombol Enter dan kemudian motor akan berkerja dan menggerakan scroll otomatis. Motor akan menjepit selang infus yang sesuai dengan pengaturan tetesan yang telah diatur. Sensor tetesan menghitung jumlah tetesan selama satu menit untuk membuktikan tetesan cairan telah sesuai dengan pengaturan pada alat tersebut.

4.4. Percobaan Alat.

4.4.1. Pengukuran 15 Tetesan permenit

Tabel 4.1. Pengukuran 15 tetesan permenit

N0 Ketetapan 15 Tetesan

Permenit

Hasil Tetesan

1

15

13

2 15

3 15

4 15

5 17

6 17

7 15

8 15

9 15

10 16

11 16

12 15

13 15

14 14

15 14

16 13

17 13

18 15

19 15


(51)

4.4.2. Pengukuran 30 Tetesan Permenit.

Tabel 4.2. Pengukuran 30 tetesan permenit.

No Ketetapan 30 Tetesan

Permenit

Hasil Tetesan

1

30

28

2 30

3 30

4 30

5 32

6 32

7 30

8 30

9 30

10 29

11 29

12 30

13 30

14 32

15 32

16 35

17 35

18 30

19 30

20 30

4.4.3. Pengukuran 45 Tesesan permenit Tabel 4.3. Pengukuran 45 tetesan permenit

No Ketetapan 45 Tetesan

Permenit

Hasil Tetesan

1 43

2 45


(52)

4

45

45

5 45

6 47

7 47

8 45

9 45

10 44

11 44

12 45

13 45

14 47

15 50

16 50

17 49

18 49

19 45

20 45

4.5. Analisa Perhitungan

4.5.1. Analisa Perhitungan 15 Tetesan Permenit. a. Rata-Rata (X )

Dirumuskan sebagai berikut :

X =

n n X

( )

X

=

X = 14,15

b. Simpangan

Dirumuskan sebagai berikut :

13+15+15+15+17+17+15+15+16+16+ 15+15+14+14+13+13+15+15+15 20


(53)

Simpangan = XnX

Simpangan = 15-14,15 Simpangan = 0,85

c. Eror (%)

Dirumuskan sebagai berikut :

% Error = x100%

Xn X Xn

% Error = 100%

15 15 , 14 15 x  % Error = 5,6%

d. Standart Deviasi

Rumus standart deviasi (SD) adalah:

 

1

1 2

n

X

X

SD

n i i Dimana :

SD = standart Deviasi

= nilai yang dikehendaki n = banyak data

20 1

SD (15 15) (15 15) (15 15)

) 15 13 ( ) 15 13 ( ) 15 14 ( ) 15 14 ( ) 15 15 ( 2 ) 15 15 ( 2 ) 15 16 ( 2 15) -(16 + 2 15) -(15. + 2 15) -(15 + 2 15) -(17 + 2 15) -(17 + 2 15) -(15 + 2 15) -(15 + 2 15) -(15 + 2 15) -(13                      

SD = 0.285

e. Ketidakpastian (Ua)

Dirumuskan sebagai berikut : Ua = n SD Ua = 20 285 , 0

Ua = 0.0637


(54)

Nilai ketidakpastian yang didapat adalah sebesar 0.0637

2. Perhitungan 30 tetesan permenit

a. Rata-Rata (X )

Dirumuskan sebagai berikut :

X =

n n X

( )

X

=

X = 30,7

b. Simpangan

Dirumuskan sebagai berikut : Simpangan = XnX

Simpangan = 30-30,7 Simpangan = -0,7

c. Eror (%)

Dirumuskan sebagai berikut :

% Error = x100%

Xn X Xn

% Error = 100%

30 7 , 30 30

x

% Error = 2,3%

d. Standart Deviasi

Rumus standart deviasi (SD) adalah:

 

1

1

2

n

X

X

SD

n

i i

Dimana :

SD = standart Deviasi

= nilai yang dikehendaki

28+30+30+30+32+32+30+30+30+29+29+30 +30+32+32+35+35+30+30+30

20


(55)

n = banyak data

20 1

SD 2 ) 30 30 ( 2 30 30 2 ) 30 30 ( 2 30 35 2 ) 30 35 ( 2 ) 45 32 ( 2 30 32 2 ) 30 30 ( 2 ) 30 30 ( 2 ) 30 29 ( 2 30) -(29 + 2 30) -(30 + 2 30) -(30 + 2 30) -(30 + 2 30) -(32 + 2 30) -(32 + 2 30) -(30 + 2 30) -(30 + 2 30) -(30 + 2 30) -(28                      

SD = 0.285

f. Ketidakpastian (Ua)

Dirumuskan sebagai berikut : Ua = n SD Ua = 20 285 , 0

Ua = 0.0637

Nilai ketidakpastian yang didapat adalah sebesar 0.0637

3. Perhitungan 45 Tetesan Permenit

a. Rata-Rata (X )

Dirumuskan sebagai berikut : X =

n n X

( )

X

=

X = 46

43+45+45+45+47+47+45+45+44+45 44+45+45+47+50+50+49+49+45+45


(56)

b. Simpangan

Dirumuskan sebagai berikut : Simpangan = XnX

Simpangan = 45-46 Simpangan = -1

c. Eror (%)

Dirumuskan sebagai berikut : % Error = x100%

Xn X Xn

% Error = 100% 45 46 45 x  % Error = 2.22%

d. Standart Deviasi

Rumus standart deviasi (SD) adalah:

 

1

1 2

n

X

X

SD

n i i Dimana :

SD = standart Deviasi

= nilai yang dikehendaki n = banyak data

20 1

SD 2 ) 45 45 ( 2 ) 45 45 ( 2 ) 45 49 ( 2 ) 45 49 ( 2 ) 45 50 ( 2 ) 45 50 ( 2 ) 45 47 ( 2 ) 45 45 ( 2 ) 45 45 ( 2 ) 45 44 ( 2 ) 45 -(47 + 2 45) -(45 + 2 45) -(45 + 2 47) -(47 + 2 45) -(47 + 2 45) -(45 + 2 45) -(45 + 2 45) -(45 + 2 45) -(45 + 2 45) -(43                     

SD = 5

e. Ketidakpastian (Ua)

Dirumuskan sebagai berikut : Ua =

n SD


(57)

Ua = 20 5

Ua = 1.1180

Nilai ketidakpastian yang didapat adalah sebesar 1.1180

4.6. Grafik Hasil Percobaan

4.6.1. Grafik Hasil Percobaan 15 tetes permenit

Gambar 4.2. Grafik pengukuran 15 tetes permenit.

Gambar 4.2 merupakan grafik hasil pengukuran nilai 15 tetesan permenit. Pengukuran dilakukan sebanyak 20 kali percobaan, grafik di atas menunjukkan bahwa nilai 15 tetesan permenit pada percobaan mengalami turun naik. Ada penurunan tetesan sebanyak 1 tetesan pada percobaan ke 16 dan 17, penurunan 2 tetesan terjadi pada percobaan ke 2 dan kenaikikan tetesan sebanyak 2 tetesan pada percobaan ke 6 dan 7, kenaikan 1 tetesan terjadi pada percobaan 11. Sisanya tidak mengalami penurunan atau kenaikan.

0 2 4 6 8 10 12 14 16 18

Grafik 15 Tetes Permenit

Ketetapan Tetesan 15 Tetes Permenit Hasil Percobaan 15 Tetes Permenit


(58)

4.6.2. Pengukuran Nilai 30 Tetes Permenit.

Gambar 4.3. Grafik pengukuran 30 tetes permenit

Gambar 4.3. merupakan grafik hasil pengukuran nilai 30 tetesan permenit. Pengukuran dilakukan sebanyak 20 kali percobaan, grafik di atas menunjukkan bahwa nilai 30 tetesan permenit pada percobaan mengalami turun naik. Ada penurunan tetesan sebanyak 2 tetes pada percobaan ke 2 dan penurunan tetesan sebanyak 1 tetes terjadi pada percobaan ke 11, kemudian kenaikan 1 tetes terjadi pada percobaan 6 dan 7, kenaikan 5 tetesan terjadi pada 16 dan 17. Sisanya tidak mengalami penurunan atau kenaikan.

0 5 10 15 20 25 30 35 40

Grafik 30 Tetes Permenit


(59)

4.6.3. Pengukuran Nilai 45 Tetes Permenit.

Gambar 4.4 Grafik pengukuran 45 tetes permenit.

Gambar 4.4 merupakan grafik hasil pengukuran nilai 45 tetesan permenit. Pengukuran dilakukan sebanyak 20 kali percobaan, grafik di atas menunjukkan bahwa nilai 45 tetesan permenit pada percobaan mengalami turun naik. Ada penurunan tetesan sebanyak 1 tetesan pada percobaan ke 1 dan kenaikkan tetesan sebanyak 2 tetesan pada percobaan ke 7,8 dan 15, kenaikan 4 tetesan pada percobaan ke 18 dan 19, kenaikan 5 tetesan terjadi pada percobaan ke 16 dan 17 sisanya tidak mengalami penurunan atau kenaikan.

38 40 42 44 46 48 50 52

Grafik 45 Tetes Permenit


(60)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan

1. Seven segment dapat menampilkan jumlah tetesan yang telah terdeteksi oleh drop sensor.

2. Scroll akan mengatur jumlah tetesan sesuai settingan alat.

3. Sensor inframerah merupakan sensor yang cocok untuk menghitung tetesan dan bisa dijadikan drop sensor.

4. Selesih tetesan pada setiap settingan tetesan cairan infus adalah 1-5 tetesannya permenitnya.

5.2 Saran

1. Pembuatan chasing dapat diperbaiki lagi dan diperindah dengan pola yang lebih elegant.

2 Pembuatan tiang infus dapat diperbaiki lagi dan diperindah dengan

stainless yang lebih elegant.

3 Untuk kaki tiang infus dapat diperbaiki lagi dan diperindah dengan menggunakan roda.

2. Rangkaian Driver Relay bisa diganti menggunakan rangkaian triac atau

(solid state relay) SSR.


(61)

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, (2011) Pengertian Motor Stepper.

http://bukan-sekedar-tahu blogspot.com/pengertian-Motorstepper/ (diunduh pada 17 Agustus 2015)

Anonim, (2011), Perhitungan Cairan, Pengukuran Asupan dan Keluaran Cairan. http://curnansmadoang.blogspot.com/ (diunduh pada 18 Agustus 2015)

Anonym, (2010). Data sheet LCD. http://alldatashed.com/Icd/ (diunduh pada 19 Agustus 2015)

Delimakikidwi,(2013)infuse.http://delimakikidwi.wordpress.com/ (diunduh pada 19 Agustus 2015)

http://halosehat.com/review/tindakan-medis/akibat-kelebihan-cairan-infus (diakses pada tanggal 16 November 2016, 12:50)

Iswanto, S.T, M.Eng. Buku Diktat Mikrokontroller. Yogyakarta, 2015

Iswanto and N. M. Raharja, Mikrokontroller Teori dan Praktik Atmega 16 dengan Bahasa C. Penerbit Deepublish, 2015

Kumpulanalatkesehatan(2014).Infushttp://Kumpulanalkes.blogspot.com/(diunduh pada Set18 Agustus)

Mawadahmw(2013)CairanInfushttp://rainy1mawadah.wordpress.com/cairaninfus/(diu nduh pada 19 Agustus 2015.

Penerbit ANDI, Panduan Mudah Simulasi & Praktek Mikrokontroler Arduino. Wilson, Jon. Sensor Technology Handbook. Newnes. USA. 2005

www.atmel.com/images/doc2535.pdf (diunduh pada 24 Agustus 2015)

www.inkubator-teknologi.com, “Master Micro” Gampang Belajar Mikrokontroler AVR, Inkubator Teknologi, Yogyakarta, 2012.


(62)

Rangkaian Keseluruhan

J9 programer

1 2 3 4 5

SW1 C4 220uf /25V R11 1K R3 1K 5V 5V VCC R15 1K + -U4A LM393 3 2 1 8 4 J35 CON1 1 R10 220 12 V SW2 SW PUSHBUTTON J2 PORTD.5 1 R9 33K R16 220 5V J31 ENABLE 1 2 Q3 PNP BCE D8 LED J23 CON2 1 2 SW3 SW PUSHBUTTON 12V R18 R12 1K VCC R8 3K3 K2

RELAY SPDT

3 5 4 1 2 J32 TP4 1 J36 CON1 1 R2 1K R4 1K K1

RELAY DPDT

3 4 5 6 8 7 1 2 J19 CON7 1 2 3 4 5 6 7 Q4 NPN BCE J24 CON2 1 2 VCC 5V D2 3A J3 MOTOR 1 2 C7 10UF 5v + C1 10u VCC 5V D10 LED J22 CON3 1 2 3 D5 3A timer R14 104 1 3 2 R17 D7 4002 VCC J18 1 monostabil R2 RESISTOR U5 555 new 1 2 3 4 5 6 7 8 gnd trg output rs t c nt rl tr dscr vcc VCC J33 CON1 1 D3 3A D1 DIODE pwm U2 LM7805C/TO 1 3 2 IN OUT GN D U1 ATtiny 2313 1 3 4 5 2 6 7 8 9 10 20 19 18 17 15 14 13 12 11 16 PA2(RESET) PD1(TXD) PA1(XTAL2) PA0(XTAL1) PD0(RXD) PD2(INT0/XCK) PD3(INT1) PD4(T0) PD5(T1/OC0B) GND VCC (UCSK/SCK)PB7 (DO)PB4 (DI/SDA)PB5 (OC1A)PB3 (OC0A)PB2 (AIN1)PB1 (AIN0)PB0 (ICP)PD6 (OC1B)PB4 5v J13 decoder 1 2 3 R13 1k 5v Q1 TIP 3055 D4 3A C8 10 uF 16 v

5V 12v C6 10UF 5V monostabil J26 CON3 1 2 3 R1 1K 5V J34 CON1 1 J30 TP3 1 Q1 NPN BCE 5V R5 1K U3 LM7812C/TO 1 3 2 IN OUT GN D SW1

SW KEY -Y M061

1 2 R6 1K 5V J29 TP1 1 C2 2200uF/50V Q2 NPN BCE Q2 TIP 3055 C5 220u/25V D9 LED C9 103 12 V J1 PORTA.0 1 5V Q6 NPN BCE D6 4002 J38 CON3 1 2 3 C3 2200uF/50V


(63)

PENGATUR INFUS DENGAN SCROLL ELEKTRONIK

TUGAS AKHIR

Oleh : BAMBANG 20133010054

PROGRAM STUDI D3 TEKNIK ELEKTROMEDIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2016


(64)

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini

Nama : BAMBANG

NIM : 20133010054

Program Studi : D3 TEKNIK ELEKTROMEDIK Fakultas : VOKASI

Menyatakan dengan ini sebenarnya bahwa Karya Tulis Ilmiah yang saya bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dalam karya yang diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka dibagian akhir karya tulis ilmiah ini. Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan Karya Tulis Ilmiah ini hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Yogyakarta, 10 November 2016

Yang membuat pernyataan,


(65)

LEMBAR PERSETUJUAN TUGAS AKHIR

PENGATUR INFUS DENGAN CROLL ELEKTRONIK

Dipersembahkan dan disusun oleh BAMBANG

20133010054

Telah Dipertahankan di Depan Dewan Penguji Pada tanggal : 10 November 2016

Menyetujui,

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Heri Purwoko, S.T Hanifah Rahmi F.,S.T.,M.Eng.

NIDN. 0518088001 NIK. 19890123201604 183 014

Mengetahui,

Ketua Program Studi Teknik Elektromedik

Tatiya Padang Tunggal, S.T.

NIK.19680803201210 183 010


(66)

PENGATUR INFUS DENGAN SCROLL ELEKTRONIK

Tugas Akhir ini Diterima Sebagai Salah Satu Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya (A.Md)

Tanggal : 10 November 2016

Susunan Dewan Penguji

Nama Penguji Tanda Tangan

1. Ketua Penguji :Heri Purwoko, S.T ………… 2. Penguji Utama : Meilia Safitri,S.T.,M.Eng …...

3. Sekretaris Penguji :Hanifah Rahmi F.,S.T.,M.Eng. ……...

Yogyakar, 10 November 2016

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA Direktur Program Vokasi

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Dr. Sukamta, S.T., M.T. NIK.19700502199603 123 023


(67)

PENGATUR INFUS DENGAN SCROLL ELEKTRONIK ABSTRAK

BAMBANG 20133010054

Penggunaan infus secara manual untuk mengetahui jumlah tetesan yang akan diberikan kepada pasien dan perhitungannya secara manual, cara ini masi tentu jauh dari tingkat ketelitian oleh karena itu diperlukan sebuah alat infus yang scroll pengatur tetesan dapat digunakan secara otomatis.

Metode penelitian yang digunakan adalah preksperimental dengan jenis penelitian One Group Post Test Design. Pada rancangan penelitian hanya melihat hasil tanpa mengukur keadaan sebelumnya.

Hasil pengukuran 5% untuk pemilihan 15 tetes permenit, 0.133% untuk pemilihan 30 tetes permenit dan 0.04% untuk pemilihan 45 tetes permenit. Setelah melakukan proses studi literature, perencanaan, percobaan, pembuatan modul, pengulian alat dan pendataan secara umum dapat disimpulkan bahwa alat pengatur infuse dengan scroll elektronik dapat digunakan dan sesuai dengan perencanaan.


(68)

PENGATUR INFUS DENGAN SCROLL ELEKTRONIK

ABSTRAK

BAMBANG 20133010053

The use of infusion manually to determine the number of drops to be administered to the patient and the calculations manually, the way it goes certainly far from accuracy level is therefore needed a tool that scroll regulator drip infusion can be used automatically.

The method used is the type of research preksperimental One Group Post Test Design. In the study design only see results without measuring its previous state.

The results of measurements 5% to 15 drops per minute election, election 0133% to 30 drops per minute and 12:04% to 45 drops per minute election. After making the process study of literature, planning, experiment, module manufacturing, pengulian tools and data collection in general it can be concluded that the regulating device with a scroll electronic infusion can be used and in accordance with the planning.


(69)

1.1. Latar Belakang

Dalam penggunaan infus secara manual untuk mengetahui jumlah tetesan yang akan diberikan kepada pasien, suster biasanya menghitung tetesannya sambil melihat jam tangan selama satu menit. Cara ini tentu masih jauh dari tingkat ketelitian, itu dikarenakan penghitungan tetesan permenitnya masih manual serta masih menggunakan scoll manual

Dalam pemakaian cairan infus di rumah sakit sering ditemukan permasalahan penghitungan jumlah cairan infus pada seorang pasien. Hal ini menyebabkan pasien menjadi bengkak, sesak nafas, hipertensi dan penurunan kuantitas urin yang disebabkan oleh kelebihan cairan dari infus yang masuk ke dalam tubuh pasen.

Penghitungan tetesan infus yang masih manual membuat penulis mencoba memodifikasi infus manual menjadi otomatis dalam penghitungan tetesannya. Penulis membahas infuse pump yang menggunakan dua motor, dua infuse set, sensor tetesan cairan infus, setting kecepatan dua motor dan terjadinya gelembung.

Penulis memanfaatkan teknologi Mikrokontroller untuk pengaturan kecepatan motor DC pada infuse pump. Oleh karena itu penulis memberi judul tugas akhir iniPengatur Infus dengan Scroll Elektronik

. Diharapkan dengan adanya alat ini dapat meningkatkan kinerja perawat di rumah sakit.


(70)

1.2. Batasan Masalah

Dalam tugas akhir ini, agar tidak menyimpang dari ketentuan yang digariskan, maka diambil batasan sebagai berikut :

1. Menggunakan photodiode infrared sebagai sensor.

2. Mengunakan infuse set dengan spesifikasi 20 drop/1ml (Terumo).

3. Dengan Jumlah settinggan pada alat 15-30-45.

1.3. Rumusan Masalah

Sehubungan dengan infus manual yang rentan akan kesalahan perhitungan tetesan permenit pada pemberian cairan infus, akan mengakibatkan pasien menjadi bengkak, sesak nafas, hipertensi dan penurunan kuantitas urin yang disebabkan oleh kelebihan cairan dari infus yang masuk ke dalam tubuh pasien. Oleh karena itu penulis mencoba memodifikasi infus manual menjadi otomatis dengan pengaturan jumlah tetesan 15-30-45 menit.

1.4 Tujuan

1.4.1 Tujuan Umum

Memodifikasi peralatan atau sistem modul infus menggunakan pengatur infus dengan scroll elektronik.

1.4.2 Tujuan Khusus.

Tujuan khusus dari modul ini adalah: 1. Membuat rangkaian sensor tetes. 2. Membuat rangkaian komparator. 3. Membuat rangkaian monostabil.

4. Membuat rangkaian mikrokontroller ATmega8 dan

programnya.

5. Membuat rangkaian driver motor DC. 6. Membuat rangkaian power supply. 7. Membuat rangkaian 7 segment.


(71)

1.5. Manfaat

1.5.1 Manfaat Teoritis

Menambah pengetahuan tentang alat elektromedik khususnya pada bidang life support .

1.5.2 Manfaat Praktis

Dengan adanya alat ini diharapkan dapat;

1. Memudahkan perawat dalam memonitoring infuse pada pasien dan dapat menyelesaikan tugasnya dengan lebih efektif.


(72)

2.1.Teori Dasar Infus

Infus adalah penyimpanan cairan atau obat ke dalam aliran darah selama periode waktu tertentu.

Infus terdiri dari beberapa bagian,seperti :

a. Abocath (jarum infus)

Gambar 2.1 Abocath (jarum suntik)

Abocath terdiri dari 2 bagian yaitu, pertama bagian dalam yang isinya

adalah jarum. Jarum ini lebih panjang dari bagian yang luar, fungsi dari jarum ini adalah untuk memasukan abocth yang bagian luar terbuat dari plastik. Setelah semuanya masuk ke pembuluh darah, maka jarum bagian dalam akan dicabut dan hanya bagian luar yang ada di dalam pembuluh darah. Bagian luar yang nantinya akan berfungsi sebagai jalan masuknya cairan infus atau yang lain.

b. Infus set / Transet(selang infus).

Gambar 2.2 Infus Set.

Selang infus fungsinya untuk jalan masuk cairan. Infus digunakan untuk khusus cairan infus kalau transet gunanya untuk tranfusi, infus set

tidak bisa digunakan untuk transet dan transet bisa digunakan untuk infus

set, perbedaanya di saringannya kalau transet ada saringannya kalau infus set


(73)

c. Cairan Infus.

Gambar 2.3 Cairan Infus.

Cairan infus ini ada bermacam-macam sesuai fungsinya yaitu. a. Cairan Infus

Cairan infus adalah sejumlah cairan yang masuk ke dalam tubuh melalui sebuah jarum untuk menggantikan kehilangan cairan atau zat-zat makanan dari tubuh.

b. Menghitung Cairan Intravena (Infus)

Pemberian cairan intravena yaitu memasukkan cairan atau obat secara langsung ke dalam pembuluh darah vena dalam jumlah dan waktu tertentu dengan menggunakan infus set. Tindakan ini dilakukan pada klien dengan dehidrasi, sebelum transfuse darah, pra dan pasca bedah sesuai pengobatan, serta klien yang tidak bisa makan dan minum.

Prosedur Kerja :

1. Observasi Kepatenan selang dan jarum IV

a. Buka pengatur tetesan dan observasi kecepatan aliran cairan dan larutan IV ke dalam bilik tetesan dan kemudian tutup pengatur tetesan apabila kecepatan telah sesuai dengan yang diprogramkan.

b. Apabila cairan tidak mengalir, rendahkan botol kantung cairan IV

sampai lebih rendah dari tempat masuknya infuse dan observasi

adanya aliran balik darah.

2. Periksa catatan medis untuk pemberian larutan dan zat aditif yang tepat. Program yang biasa diresepkan ialah pemberian larutan selama 24 jam, biasanya dibagi ke dalam 2 sampai 3L, Kadang kala program


(74)

pemberian IV hanya berisi 1L untuk mempertahankan vena tetap terbuka (KVO).

3. Kenali faktor tetesan dalam bentuk banyaknya tetesan/ml (tts/ml) dari sebuahset infus, misalnya :

a. Mikrodrop (tetes mikro); 60/ml

b. Makrodrip (tetes makro), yang terdiri dari :

1. Abbott Lab : 15 tts/ml

2. Travenol Lab : 10 tts/ml

3. McGaw Lab : 15 tts/ml

4. Baxter : 10 tts/ml

4. Pilih salah satu volume berikut untuk menghitung kecepatan aliran (tts/ml) setelah menghitung jumlah ml/jam jika dibutuhkan. Volume

total (ml) + pemberian infus = ml/jam a. M1/jam + 60 menit = tts/mnt

b. M1/jam x paktor tetes + 60 menit = tts/mnt

5. Apabila digunakan pompa infus atau peralatan pengontrol volume,

tempatkan alat tersebut di sisi tempat tidur.

6. Tentukan kecepatan perjam dengan membagi volume dengan jam. Contohnya :

1000 ml + 8 jam = 125 ml/jam atau jika 4 L di programkan untuk 24 jam, maka :

4000 ml + 24 jam = 166,7 atau 167 ml/jam.

7. Tempelkan label volume secara vartikal pada botol atau kantong IV di sebelah garis petunjuk volume. Beri tanda plaster berdasarkan kecepatan perjam.

Misalnya : Jika seluruh volume cairan akan diinfuskan dalam 8,10, dan 12 jam, dengan plaster.

8. Setelah kecepatan perjam ditetapkan, hitung kecepatan permenit berdasarkan faktor tetes didalam set infuse. Set infuse minidrip ini memiliki faktor tetes 60 tts/ml. Tetesan yang digunakan pada contoh ini memiliki faktor tetes 15 tetes/ml.

2.2. Sensor Tetesan

Sensor tetes adalah sensor yang mengawasi kondisi tetesan infuse yang akan masuk ke tubuh pasien. Sensor tetesan yang digunakan bisa


(75)

menggunakan photodiode dan infrared. Sensor photodiode merupakan diode yang peka terhadap cahaya. Sensor photodioda akan mengalami perubahan

resistansi pada saat menerima intensitas cahaya dan akan mengalirkan arus listrik secara fordward, sebagai mana dioda pada umumnya. Photodiode akan mengalirkan arus yang membentuk fungsi linear terhadap intensitas cahaya yang diterima. Arus ini umumnya teratur terhadap power density (Dp).

Gambar 2.4Photodioda

Perbandingan antara arus keluaran dengan power density disebut sebagai current responsitivity. Tegangan Frekuensi sensor photodiode

memiliki tanggapan paling baik terhadap cahaya infra merah, tepatnya pada cahaya dengan panjang gelombang sekitar 0,9 pm.

LED infra Merah merupakan salah satu jenis (Light Emiting Dioda) LED yang dapat memancarkan cahaya infra merah yang kasat mata. LED

infra merah dapat memancarkan cahaya infra merah pada saat dioda LED ini diberikan tegangan, bisa maju pada anoda dan katodanya. Bahan pembuatan LED infra merah tersebut adalah bahan gallium Arsenida (GaAs). Secara teoritis, LED infra merah mempunyai panjang gelombang 7800 nm dan mempunyai daerah frekuensi 3.104 sampai 4.104 Hz. Dilihat dari jangka frekuensi yang begitu lebar, infra merah sangat fleksibel.

LED ini akan menyerap arus yang lebih besar dari pada dioda biasa. Semakin besar arus yang mengalir, maka semakin besar daya pancarnya dan semakin jauh jarak tempuhnya.


(76)

Gambar 2.5 Infrared

Cahaya infra merah tidak mudah terkontaminasi dengan cahaya lain sehingga dapat digunakan baik siang maupun malam.

Aplikasi dari LED infra merah ini dapat digunakan sebagai transmitor remote control maupun sebagai line detector pada pintu gerbang maupun sebagai sensor pada robot.

2.3. Motor DC

Motor DC adalah motor listrik yang memerlukan supplay tegangan arus searah pada kumparan medan untuk diubah menjadi energi gerak mekanik.

Gambar 2.6 Simbul Motor DC

Motor DC memiliki 3 bagian atau komponen utama untuk dapat berputar sebagai berikut.

Bagian Atau Komponen Utama Motor DC

1. Kutub medan, motor DC sederhana memiliki dua kutub medan, yaitu kutub utara dan kutub selatan. Garis magnetic energy membesar melintasi


(77)

ruang terbuka di antara kutub-kutub dari utara ke selatan. Untuk motor yang lebih besar atau yang lebih komplek terdapat satu atau lebih

electromagnet.

2. Current Elektromagnet atau Denamo, denamo yang berbentuk slinder, dihubungkan ke as penggerak untuk menggerakan beban. Untuk kasus motor DC yang kecil, denamo berputar dalam medan magnet yang di bentuk oleh kutub-kutub, sampai kutub utara dan selatan magnet berganti lokasi.

3. Commutator, Komponen ini terutama ditemukan dalam motor DC.

Kegunaannya adalah untuk transmisi arus antara denamo dan sumber daya.

Gambar 2.7Motor DC

Keuntungan utama motor DC adalah sebagai pengendali kecepatan, yang tidak mempengaruhi kualitas pasokan daya.

Jenis-Jenis motor DC

a. Motor DC sumber daya terpisah/Separately Excited.

Gambar 2.8 Motor DC Sumber Daya Terpisah

Jika arus medan dipasok dari sumber terpisah, maka disebut motor DC

sumber daya terpisah/separately excited.


(78)

Gambar 2.9Motor DC Sumber Daya Sendiri.

c. Motor DC Tipe Shunt.

Gambar 2.10 Motor DC Tipe Shunt

Pada motor shunt, gulungan medan (medan shunt) disambungkan secara

pararel dengan gulungan denamo shunt dan gulungan denamo (A). Oleh karena itu, total arus dalam jalur merupakan penjumlahan arus medan dan arus denamo.

Karakter kecepatan motor DC tipeshunt adalah :

1. Kecepatan pada prakteknya konstan, tidak tergantung pada beban (hingga torque tertentu setelah kecepatannya berkurang) dan oleh karena itu cocok untuk penggunaan komersial dengan beban awal yang rendah, seperti peralatan mesin.

2. Kecepatan dapat dikendalikan dengan cara memasang tahanan dalam susunan seri dengan denamo (kecepatan berkurang) atau dengan memasang tahanan pada arus medan (kecepatan bertambah).


(79)

Gambar 2.11 Motor DC Tipe Seri.

Dalam motor seri, gulungan medan (medan shunt) dihubungkan secara seri dengan gulungan denamo (A). Oleh karena itu arus medan sama dengan arus denamo.

Karakter kecepatan dari motor DCtipe seri adalah : 1. Kecepatan dibatasi pada 5000 RPM

2. Hindari menjalankan motor seri tanpa ada beban sebab motor akan mempercepat kendali lajunya.

e. Motor DC Tipe Komponen/Gabungan.

Gambar 2.12 Motor DC Tipe Kompon

Motor kompon DC merupakan gabungan motor seri dan suhu shunt. Pada motor kompon, gulungan medan (medan shunt) dihubungkan secara

parallel dan seri dengan gulungan denamo (A). Sehingga, motor kompon memiliki torque penyalaan awal yang bagus dan kecepatan yang stabil.

Karakter dari motor DC tipe kompon/gabungan ini adalah, makin tinggi persentase gabungan (yakni persentase gulungan medan yang di hubungkan secara seri), makin tinggi pula torque penyalaan awal yang dapat ditangani oleh motor ini.


(80)

Seven segment Display dalam bahasa Indonesia disebut dengan layar tujuh segment, adalah komponen Eletronika yang dapat menampilkan angka desimal melalui kombinasi-kombinasi segmentnya. Seven segment display

pada umumnya dipakai pada jam digital, kakulator, perhitungan atau counter digital seperti pada Microware oven ataupun pengatur suhu digital. Seven segment Display pertama diperkenalkan dan dipatenkan pada tahun 1908 oleh frank. W. wood dan mulai dikenal luas pada tahun 1970-an setelah aplikasinya pada (Light Emitting Diode). LED

Seven segment display memiliki 7 segment dimana setiap segment

dikendalikan secara ON dan OFF untuk menampilkan angka yang di inginkan. Angka-angka dari 0 (nol) sampai 9 (Sembilan) dapat ditampilkan menggunakan beberapa kombinasi segment selain 0.

Seven segment display juga dapat menampilkan huruf desimal dan A sampai F. Segment atau element-element pada seven segment display diatur menjadi bentuk angka “8” dengan angka miring ke kanan dengan tujuan untuk mempermudah pembacaan. Pada beberapa jenis seven segment display, terdapat juga penambahan “titik” yang menunjukkan angka koma desimal. Terdapat beberapa jenis seven segment display, di antaranya adalah

Incandescent bulbs Fluorescent lamps (FL), Liquid criytal display (LCD)

dan light emitting diode (LED).

Terdapat 2 jenis LED 7 segment, diantara adalah “LED 7 segment commen Cathode” dan “LED 7 segment common Anode”.

Pada LED 7 segment jenis commen cathode (katode), kaki katode pada semua segment LED terhubung menjadi satu (1) pin, sedangkan kaki anoda

akan menjadi input untuk masing-masing segment LED. Kaki katode

terhubung menjadi satu (1) pin ini merupakan terminal Negatif (-) atau

Ground sedangkan signal kendali (control signal) akan diberikan kepada masing-masing kaki Anoda Segment LED.


(1)

Ua = 20 5

Ua = 1.1180

Nilai ketidakpastian yang didapat adalah sebesar 1.1180

4.6. Grafik Hasil Percobaan

4.6.1. Grafik Hasil Percobaan 15 tetes permenit

Gambar 4.2. Grafik pengukuran 15 tetes permenit.

Gambar 4.2 merupakan grafik hasil pengukuran nilai 15 tetesan permenit. Pengukuran dilakukan sebanyak 20 kali percobaan, grafik di atas menunjukkan bahwa nilai 15 tetesan permenit pada percobaan mengalami turun naik. Ada penurunan tetesan sebanyak 1 tetesan pada percobaan ke 16 dan 17, penurunan 2 tetesan terjadi pada percobaan ke 2 dan kenaikikan tetesan sebanyak 2 tetesan pada percobaan ke 6 dan 7, kenaikan 1 tetesan terjadi pada percobaan 11. Sisanya tidak mengalami penurunan atau kenaikan. 0 2 4 6 8 10 12 14 16 18

Grafik 15 Tetes Permenit

Ketetapan Tetesan 15 Tetes Permenit Hasil Percobaan 15 Tetes Permenit


(2)

4.6.2. Pengukuran Nilai 30 Tetes Permenit.

Gambar 4.3. Grafik pengukuran 30 tetes permenit

Gambar 4.3. merupakan grafik hasil pengukuran nilai 30 tetesan permenit. Pengukuran dilakukan sebanyak 20 kali percobaan, grafik di atas menunjukkan bahwa nilai 30 tetesan permenit pada percobaan mengalami turun naik. Ada penurunan tetesan sebanyak 2 tetes pada percobaan ke 2 dan penurunan tetesan sebanyak 1 tetes terjadi pada percobaan ke 11, kemudian kenaikan 1 tetes terjadi pada percobaan 6 dan 7, kenaikan 5 tetesan terjadi pada 16 dan 17. Sisanya tidak mengalami penurunan atau kenaikan.

0 5 10 15 20 25 30 35 40

Grafik 30 Tetes Permenit


(3)

4.6.3. Pengukuran Nilai 45 Tetes Permenit.

Gambar 4.4 Grafik pengukuran 45 tetes permenit.

Gambar 4.4 merupakan grafik hasil pengukuran nilai 45 tetesan permenit. Pengukuran dilakukan sebanyak 20 kali percobaan, grafik di atas menunjukkan bahwa nilai 45 tetesan permenit pada percobaan mengalami turun naik. Ada penurunan tetesan sebanyak 1 tetesan pada percobaan ke 1 dan kenaikkan tetesan sebanyak 2 tetesan pada percobaan ke 7,8 dan 15, kenaikan 4 tetesan pada percobaan ke 18 dan 19, kenaikan 5 tetesan terjadi pada percobaan ke 16 dan 17 sisanya tidak mengalami penurunan atau kenaikan.

38 40 42 44 46 48 50 52

Grafik 45 Tetes Permenit


(4)

5.1 Kesimpulan

1. Seven segment dapat menampilkan jumlah tetesan yang telah terdeteksi oleh drop sensor.

2. Scroll akan mengatur jumlah tetesan sesuai settingan alat.

3. Sensor inframerah merupakan sensor yang cocok untuk menghitung tetesan dan bisa dijadikan drop sensor.

4. Selesih tetesan pada setiap settingan tetesan cairan infus adalah 1-5 tetesannya permenitnya.

5.2 Saran

1. Pembuatan chasing dapat diperbaiki lagi dan diperindah dengan pola yang lebih elegant.

2 Pembuatan tiang infus dapat diperbaiki lagi dan diperindah dengan stainless yang lebih elegant.

3 Untuk kaki tiang infus dapat diperbaiki lagi dan diperindah dengan menggunakan roda.

2. Rangkaian Driver Relay bisa diganti menggunakan rangkaian triac atau (solid state relay) SSR.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, (2011) Pengertian Motor Stepper.

http://bukan-sekedar-tahu blogspot.com/pengertian-Motorstepper/ (diunduh pada 17 Agustus 2015)

Anonim, (2011), Perhitungan Cairan, Pengukuran Asupan dan Keluaran Cairan. http://curnansmadoang.blogspot.com/ (diunduh pada 18 Agustus 2015)

Anonym, (2010). Data sheet LCD. http://alldatashed.com/Icd/ (diunduh pada 19 Agustus 2015)

Delimakikidwi,(2013)infuse.http://delimakikidwi.wordpress.com/ (diunduh pada 19 Agustus 2015)

http://halosehat.com/review/tindakan-medis/akibat-kelebihan-cairan-infus (diakses pada tanggal 16 November 2016, 12:50)

Iswanto, S.T, M.Eng. Buku Diktat Mikrokontroller. Yogyakarta, 2015

Iswanto and N. M. Raharja, Mikrokontroller Teori dan Praktik Atmega 16 dengan Bahasa C. Penerbit Deepublish, 2015

Kumpulanalatkesehatan(2014).Infushttp://Kumpulanalkes.blogspot.com/(diunduh pada Set18 Agustus)

Mawadahmw(2013)CairanInfushttp://rainy1mawadah.wordpress.com/cairaninfus/(diu nduh pada 19 Agustus 2015.

Penerbit ANDI, Panduan Mudah Simulasi & Praktek Mikrokontroler Arduino. Wilson, Jon. Sensor Technology Handbook. Newnes. USA. 2005

www.atmel.com/images/doc2535.pdf (diunduh pada 24 Agustus 2015)

www.inkubator-teknologi.com, “Master Micro” Gampang Belajar Mikrokontroler AVR, Inkubator Teknologi, Yogyakarta, 2012.


(6)