Kepolisian Penegakan Hukum Terhadap Kejahatan Pemalsuan Uang Kertas Rupiah Dan Pengedarannya Di Kotamadya Medan (Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan)

pimpinan dari masing-masing unsur harus mengamati semua kegiatan yang diperankan oleh aparat bawahannya secara intensif. Berikut adalah mekanisme penegakan hukum yang dilakukan oleh kepolisian, kejaksaan, pengadilan, dan lembaga pemasyarakatan yang diuraikan secara umum sebagai berikut.

A. Kepolisian

Peredaran kejahatan pemalsuan uang dari tahun ke tahun selalu meningkat, terlebih dipergunakan sebagai transaksi untuk pembelian narkoba, serta beredarnya uang palsu di daerah-daerah konflik. 50 a. Menerima pengaduan, menangkap orang, menahan orang Pasal 13; Sebagai upaya penanggulangan kejahatan pemalsuan ini pihak kepolisian dalam hal ini Poltabes Medan dan Sekitarnya melakukan berbagai upaya melalui antisipasi dan strategi dengan melakukan penyelidikan dan penyidikan terhadap kejahatan pemalsuan mata uang rupiah di kota Medan. Polisi sebagai instansi pertama yang terlibat dalam mekanisme sistem peradilan pidana Indonesia, dalam menjalankan tugasnya berpedoman pada Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara RI, yang mempunyai tugas dan wewenang, antara lain: b. Polisi juga ikut serta secara fisik di dalam pertahanan negara Pasal 18. 50 Wawancara dengan Aipda Jikri Sinurat, Unit Ekonomi Sat Reskrim Poltabes MS. Universitas Sumatera Utara Sedangkan menurut Undang-Undang No.8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara pidana, Polisi mempunyai wewenang dan dinyatakan sebagai: a. Penyelidik Pasal 4; b. Penyidik Pasal 6; c. Polisi diharuskan membuat Berita Acara Pemeriksaan Pasal 75; d. Polisi mempunyai diskresi untuk menghentikan Penyidikan Pasal 109; e. Polisi mempunyai wewenang untuk menentukan men-stir tindak pidana apa yang dilakukan oleh tersangka Pasal 121. Oleh karena itu dapat dikatakan yang paling berat tugas dan tanggung jawabnya di antara alat penegak hukum, ialah Polisi. Polisi-lah yang pertama- tama yang harus melakukan segala daya upaya yang bersifat preventif yaitu menghindarkan terjadinya gangguan keamanan, termasuk terhadap kejahatan pemalsuan uang kertas rupiah dan pengedarannya. Polisi harus selalu siap siaga siang dan malam. Dalam tugasnya itu Polisi dianggap mempunyai indera keenam untuk mampu mencium adanya kejahatan uang palsu. Melalui indera keenam itulah Polisi diharapkan dapat dan mampu menghindarkan hal-hal yang menjadi penyebab timbulnya kejahatan uang palsu yang sama-sama tidak dikehendaki. Melihat kenyataan di atas, tugas kepolisian amat luas dan resikonya amat besar karena berhadapan dengan para penjahat. Begitu banyak kejahatan uang palsu yang tidak dilaporkan dengan demikian masih lebih banyak penjahat dibandingkan dengan yang diadili. Sehubungan dengan itu dirasakan adanya kekurangan personil dari Polisi dan untuk itu perlu banyak spesialisasi. Polisi saat melaksanakan tugasfungsi sebagai aparat keamanan dan ketertiban maupun Universitas Sumatera Utara sebagai penyelidikpenyidik kerapkali melakukan salah kira terhadap pelaku yang dicurigai. Hal ini akan menyulitkan apabila sampai pada acar pemeriksaan sampai pembuatan Berita Acara Pemeriksaan. Oleh karenanya tidak tertutup kemungkinan Berita Acara Pemeriksaan itu ditolak oleh Jaksa karena tidak lengkapnya bukti-bukti yang dapat membuktikan bahwa tersangka adalah pemalsu uang ataupun pengedarnya. Polisi sebagai penjaga gawang dalam arti apa yang harus diteruskan untuk penuntutan banyak diperhadapkan pada masalah-masalah administratif, padahal Polisi itu sebagai salah satu penegak hukum harus aktif melindungi masyarakat dari terjadinya pelanggaran-pelanggaran. Polisi juga mempunyai diskresi dalam menerapkan mandat yang diberikan. Polisi juga diberikan tugas utama, yaitu membuat keputusan ondespoot di tempat. Keputusan pada saat itu mengakibatkan sesuatu yang sangat penting, yaitu bagaimana hukum itu diterapkan khususnya pengakuan terhadap hak-hak asasi tersangka. Peranan pihak Kepolisian dalam pemberantasan uang palsu antara lain: 51 a. Melakukan penangkapan terhadap pengedar serta mengajukan Berkas Perkara kepada Jaksa Penuntut Umum. Wawancara dengan Aipda Jikri Sinurat b. Melakukan penangkapan terhadap orang yang memalsukan atau orang yang mencetak sendiri uang palsu tersebut serta mengedarkannya. Info diambil dari pengalaman yang tertangkap terlebih dahulu. 51 Ibid. Universitas Sumatera Utara c. Melakukan penyitaan barang bukti berupa uang yang diduga palsu beserta alat-alat yang dipergunakan untuk membuat uang tersebut. Peran Polisi sangat penting sebagai pihak yang pertama kali mengambil tindakan apabila terjadinya pemalsuan uang. A.1. Penyelidikan dan Penyidikan terhadap Kejahatan Pemalsuan Mata Uang

a. Penyelidikan

Dibandingkan dengan HIRRBg, maka dalam hal penyelidikan dan penyidikan KUHAP telah mengadakan perincian secara jelas tentang hal-hal yang berhubungan dengan penyelidikan dan penyidikan. Pengaturan secara rinci tentang hal-hal yang berhubungan dengan penyelidikan dan penyidikan itu, yaitu dimulai dari pengertian penyelidikan dan penyidikan, para pejabat penyelidik dan pejabat penyidik, fungsi dan wewenang pejabat penyelidik dan pejabat penyidik serta tata cara pelaksanaan penyelidikan dan penyidikan. Penyelidik Secara umum dapat dirumuskan bahwa penyelidik adalah orang yang melakukan penyelidikan atau dengan kata lain penyelidik adalah orang yang menyelidiki sesuatu peristiwa atau kejadian guna mendapatkan kejelasan tentang peristiwa atau kejadian itu. Untuk menggambarkan pengertian tentang Universitas Sumatera Utara penyelidikan itu A. Hamzah mengemukakan bahwa ; “… penyelidikan berasal dari kata sidik yang mendapatkan sisipan el, menjadi selidik. Artinya sama dengan sidik, hanya diperkeras pengertiannya, banyak menyelidik” 52 a. Dalam pasal 1 angka 4 KUHAP, dirumuskan bahwa penyelidik adalah pejabat kepolisian negara Republik Indonesia yang karena diberi wewenang oleh undang-undang ini untuk melakukan penyelidikan. Pejabat Polri Sebagai Pejabat Penyelidik dalam kejahatan uang palsu: b. Dalam pasal 1 angka 5 ditegaskan pula bahwa yang dimaksudkan dengan penyelidikan adalah serangkaian tindakan penyelidik untuk mencari dan menemukan suatu peristiwa yang diduga sebagai tindak pidana guna menentukan dapat atau tidaknya dilakukan penyidikan menurut cara yang diatur dalam undang-undang ini. Dari perumusan pasal 1 angka 4 dan pasal 1 angka 5 KUHAP di atas, dapat ditarik pengertian bahwa setiap pejabat kepolisian negara Republik Indonesia itu adalah pejabat yang berstatus sebagai pejabat penyelidik dan berwenang melaksanakan penyelidikan. Bermula dari pengertian penyelidikan sebagaimana digariskan pada pasal 1 angka 5 KUHAP tersebut, maka dapat dikatakan bahwa penyelidikan adalah tindakan yang dilakukan oleh pejabat penyelidik dalam rangka mempersiapkan suatu penyelidikan terhadap suatu tindak pidana. 52 Harun M. Husein, S.H., Penyidikan dan Penuntutan dalam Proses Pidana, Rineka Cipta, Jakarta, 1991, hlm. 54. Universitas Sumatera Utara Oleh karena itulah M. Yahya Harahap mengatakan bahwa penyelidikan merupakan tindakan tahap pertama permulaan penyidikan. Akan tetapi harus diingat, penyelidik penyelidikan, penulis bukanlah suatu tindak atau fungsi yang berdiri sendiri terpisah dari fungsi penyidikan. Karena penyelidikan itu merupakan tahap persiapan atau permulaan dari penyidikan, Soesilo Yuwono mengatakan bahwa lembaga penyelidikan di sini mempunyai fungsi sebagai “penyaring”, apakah suatu peristiwa dapat dilakukan penyidikan ataukah tidak. Sehingga kekeliruan pada tindakan penyidikan yang sudah bersifat upaya paksa terhadap seseorang, dapat dihindarkan sedini mungkin. 53 Penyelidikan sebagai sub sistem daripada penyidikan, memegang peranan penting dan sangat menentukan bagi keberhasilan penyidikan. Oleh karena itu meskipun penyelidikan itu adalah wewenang dari setiap anggota Polri, tetapi dalam pelaksanaannya seyogianya dilakukan di bawah pimpinan pejabat Dalam pedoman pelaksanaan KUHAP, diberikan penjelasan yang berhubungan dengan penyelidikan sebagai berikut : Penyelidikan bukanlah fungsi yang berdiri sendiri, terpisah dari fungsi penyidikan, melainkan hanya merupakan salah satu cara atau metode atau sub daripada fungsi penyidikan yang mendahului tindakan lain yaitu penindakan yang berupa penangkapan, penahanan, penggeledahan, penyitaan, pemeriksaan surat, penyelesaian dan penyerahan berkas perkara kepada penuntut umum. 53 Harun M. Husein, S.H., op cit, hlm. 55 Universitas Sumatera Utara penyidik. Dengan mekanisme kerja demikian diharapkan penyelidikan sejak dini telah menghasilkan gambaran tentang peristiwa yang diduga sebagai tindak pidana dan kesimpulan bahwa suatu peristiwa benar-benar merupakan tindak pidana serta terhadap tindak pidana itu dapat dilakukan penyidikan. Dengan adanya keikutsertaan pejabat penyelidik dalam pelaksanaan tugas penyelidikan itu, penyidikan yang akan dilakukan nantinya akan lebih mudah, karena sejak dini pejabat penyidik telah memperoleh gambaran tentang tindak pidana yang akan disidik itu. 54 3. Tertangkap tangan, yaitu tertangkapnya seseorang pada waktu sedang melakukan tindak pidana, atau dengan segera sesudah beberapa saat tindak pidana itu dilakukan, atau sesaat kemudian diserukan oleh khalayak ramai sebagai orang yang melakukannya atau apabila sesaat kemudian padanya Untuk mengetahui ada dugaan telah terjadi suatu peristiwa tindak pidana yaitu melalui: 1. Laporan, yaitu pemberitahuan yang disampaikan oleh seseorang karena hak atau kewajiban berdasarkan undang-undang kepada pejabat yang berwenang tentang telah atau sedang atau diduga akan, terjadinya peristiwa pidana Pasal 1 butir 24 KUHAP. 2. Pengaduan, yaitu pemberitahuan disertai permintaan oleh pihak yang berkepentingan kepada pejabat yang berwenang untuk menindak menurut hukum terhadap seseorang yang telah melakukan tindak pidana aduan yang merugikan Pasal 1 butir 25 KUHAP. 54 Ibid., hlm.55-61. Universitas Sumatera Utara ditemukan benda yang diduga keras telah dipergunakan untuk melakukan tindak pidana itu yang menunjukkan bahwa ia adalah pelakunya atau turut melakukan atau membantu melakukan tindak pidana itu Pasal 1 butir 19. 4. Media Massa, di mana aparat penegak hukum dapat mengetahui terjadinya tindak pidana melalui media massa misalnya TV, surat kabar, majalah dan lain-lain. Informasi yang diberikan melalui media massa dapat menjadi informasi bagi aparat penegak hukum terutama penyelidik dan penyidik untuk melakukan tindakan-tindakan apabila dari informasi tersebut diduga telah terjadi suatu tindak pidana. Kewenangan Penyelidik Dalam melaksanakan penyelidikan, penyelidik mempunyai kewajiban dan kewenangan. Penyelidik karena kewajibannya memiliki kewenangan antara lain sebagai berikut Pasal 5 KUHAP: 1. Menerima laporan atau pengaduan dari seseorang tentang adanya tindak pidana; 2. Mencari keterangan dan barang bukti; 3. Menyuruh berhenti seseorang yang dicurigai dan menanyakan serta memeriksa tanda pengenal diri; 4. Mengadakan tindakan lain menurut hukum yang bertanggung jawab. Di samping itu, atas perintah penyidik, penyelidik dapat melakukan tindakan berupa: Universitas Sumatera Utara 1. Penangkapan, larangan meninggalkan tempat, penggeledahan dan penyitaan; 2. Pemeriksaan dan penyitaan surat; 3. Mengambil sidik jari dan memotret seseorang; 4. Membawa dan menghadapkan seseorang kepada penyidik. Penyelidikan merupakan tindakan tahap permulaan penyidikan. Akan tetapi, penyelidikan bukan merupakan tindakan yang berdiri sendiri terpisah dari fungsi penyidikan. Penyelidikan merupakan bagian yang tidak terpisah dari fungsi penyidikan. Adapun pihak yang berwenang untuk melakukan penyelidikan adalah setiap pejabat polisi negara Republik Indonesia Pasal 4 KUHAP.

b. Penyidikan

Apabila tahap penyelidikan telah dilalui dan dapat ditentukan bahwa telah terjadi suatu tindak pidana maka dilanjutkan dengan tahap penyidikan. Penyidikan adalah serangkaian tindakan penyidik dalam hal menurut cara yang diatur dalam undang-undang ini untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang tentang tindak pidana yang terjadi dan guna menemukan tersangkanya Pasal 1 butir 2 KUHAP. Penyidik Yang termasuk sebagai penyidik adalah Pasal 6 KUHAP: 1. Pejabat polisi negara Republik Indonesia; 2. Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu yang diberi wewenang khusus oleh undang-undang. Universitas Sumatera Utara Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983, syarat kepangkatan penyidik adalah sebagai berikut: a. Pejabat polisi RI tertentu yang sekurang-kurangnya berpangkat Pembantu Letnan II Polisi sekarang AIPDAAjun Inspektur Polisi Dua; b. Pejabat PNS tertentu yang sekurang-kurangnya Pengatur Mda Tk.I Gol.II B atau yang disamakan dengan itu. Pembuktian Dalam melakukan penyelidikan dan penyidikan, kepolisian berupaya untuk mengumpulkan barang bukti dan alat-alat bukti yang berkaitan guna menghukum pelaku sebenarnya.Alat-alat bukt i menurut KUHAP pasal 184 ayat 1 yaitu: a. Keterangan saksi b. Keterangan ahli c. Surat d. Petunjuk e. Keterangan terdakwa Kemudian, dalam melaksanakan tugasnya pula kepolisian membutuhkan bantuan teknis, antara lain : a. Identifikasi b. Laboratorium forensik c. Psikologi Universitas Sumatera Utara Hal yang paling penting pula dalam upaya pemberantasak kejahatan pemalsuan mata uang rupiah ini pula ialah adanya koordinasi antara para penegak hukum dan juga dengan instansi-instansi terkait lainnya. Koordinasi tersebut yaitu antara: a. Penegak hukum b. Interpol c. Instansi perbankan d. BOTASUPAL 55 Adapun proses penyelidikan yang dilakukan oleh POLRI atau Kepolisian dalam pekara kejahatan pemalsuan uang yaitu di mana pihak Kepolisian menerima pengaduan dari masyarakat atau tertangkap tangan memiliki, menyimpan, menguasai, atau mengedarkan uang palsu sehingga orang tersebut dapat dilakukan penyelidikan atas ditemukannya uang palsu tersebut. Sedangkan proses penyelidikannya adalah di mana seseorang yang sudah tertangkap tangan memiliki uang palsu sehingga dapat diproses sesuai dengan ketentuan perundang-undangan atau pasal yang dipersangkakan. Sehingga perkara tersebut dapat diajukan kepada Jaksa Penuntut Umum. Koordinasi dengan instansi-instansi terkait lainnya Agar penanggulangan kejahatan pemalsuan uang dapat dilakukan semaksimal mungkin, sangat dibutuhkan adanya kerjasama yang erat antara para 55 Suryanbodo Asmoro, op cit, hlm. 8-9 Universitas Sumatera Utara penegakan hukum dan instansi terkait lainnya. Dalam hal ini akan dibahas mengenai koodinasi antara Kepolisian, Bank Indonesia, Botasupal serta tidak lepas pula peran masyarakat yang sangat penting. Berikut ini merupakan wawancara yang dilakukan oleh penulis dengan Bapak Novaryos, salah seorang dari staf pada Unit Kas Bank Indonesia Medan terkait dengan peran Bank Indonesia dalam hal ini Bank Indonesia Medan dalam rangka penanggulangan kejahatan pemalsuan uang di kota Medan sebagai berikut: 56 1. Upaya yang dapat dilakukan oleh BI dalam rangka pemberantasan kejahatan pemalsuan uang adalah upaya perventif pencegahan. Upaya preventif ini dilakukan dalam bentuk sosialisasi kepada 3 tiga golongan, yaitu: - Golongan I ialah perbankan; - Golongan II terdiri dari masyarakat, pedagang, toko, dan sebagainya; - Golongan III ialah mahasiswa dan pelajar. Bank Indonesia memberikan sosialisasi mengenai ciri-ciri uang asli bukan ciri-ciri uang palsu serta tindakan apa yang harus dilakukan apabila menemukan uang yang diduga palsu. Dalam sosialisasi tersebut ikut pula disampaikan oleh BI tentang bagaimana prosedur dalam melaporkan uang yang diduga palsu tersebut dan keadaan-keadaan atau 56 Wawancara penulis dengan Bapak Novaryos, Unit Kas Bank Indonesia Medan. Universitas Sumatera Utara sanksi yang akan diterima apabila tidak dilaporkan mengenai uang yang diduga palsu itu. Yang menjadi keburukan dari adanya uang palsu di negara kita ialah adanya beberapa kondisi yang pada akhirnya tetap membuat si pelapor merugi dengan memiliki uang palsu tersebut, di mana: - Apabila uang tersebut dijalankan olehnya diberikan kepada orang lain tanpa memberitahu bahwa uang tersebut palsu karena ia tidak mau merugi sementara diketahuinya uang yang diterimanya itu palsu, ia dapat dituduh sebagai pengedar dan diancam dengan pidana karena melakukan kejahatan pengedaran uang palsu; - Apabila uang tersebut disimpanditahantidak dijalankan karena ia takut disebut sebagai pengedar, ia merugi; - Apabila dilaporkan, ia juga merugi sebab tidak ada uang pengganti atas uang palsu. Hal-hal tersebut di atas inilah yang menjadi dilematis karena lemahnya kondisi yang ditimbulkan akibat dari kejahatan pemalsuan uang di Indonesia. Seperti halnya pribahasa seperti makan buah simalakama, dimakan mati ayah tak dimakan mati ibu. Di mana tindakan apapun yang dilakukan oleh pemegang uang palsu akan membuatnya merugi. Oleh karenanya sangat diperlukan kejelian dari setiap orang apabila menerima uang dari siapapun. 57 57 Ibid. Namun, upaya yang terbaik apabila seseorang menemukan uang yang diduga uang palsu ialah melaporkannya kepada Universitas Sumatera Utara pihak yang berwajib pihak Kepolisian untuk dapat dilakukannya proses hukum sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Adapun koordinasi yang dilakukan oleh pihak Kepolisian Poltabes MS dengan Bank Indonesia Medan salah satunya yaitu uang yang diduga palsu yang ditemukan oleh pihak Kepolisian diserahkan kepada Bank Indonesia Medan untuk dapat menentukan apakah uang itu palsu atau tidak serta menyertakan kertas dan peralatan lainnya yang digunakan mencetak uang yang ditemukan. 58 Peran yang dilakukan oleh Bank Indonesia dalam rangka pemberantasan kejahatan pemalsuan uang ini hanya dalam hal preventif pencegahan sebelum kejahatan ini terjadi yang niat dan tindakannya berasal dari BI lansung. Sedangkan upaya represifnya penanggulangan Laporan kepada pihak Kepolisian atas ditemukannya uang palsu sangat memegang peranan penting dalam upaya pemberantasan kejahatan pemalsuan uang. Dengan adanya laporan serta adanya bukti permulaan yang cukup maka tindakan penyelidikan dapat dilakukan guna menemukan pelakunya. Dengan adanya laporan tersebut juga diharapkan dapat mengungkap kasus-kasus pemalsuan uang lainnya yang ditemukan sebelumnya yang pelakunya belum diketahui. Dengan kata lain, laporan tersebut akan mempermudah penyidikan atas penyelidikan kasus yang belum ditemukan pelakunya atau jaringanorganisasi pemalsu uang tersebut. 58 Wawancar penulis dengan Bapak Jikri Sinuat, Unit Ekonomi Sat Reskrim Poltabes MS. Universitas Sumatera Utara setelah kejahatan ini terjadi merupakan peran dari para penegak hukum, tidak termasuk BI. Mengenai kerjasama antara pihak Kepolisian dengan BI yaitu apabila pihak BI Medan menemukan uang palsu karena penukaran uang lama dengan uang baru ataupun penukaran uang pecahan rupiah, maka pihak BI segera melaporkan hal tersebut ke Polda Sumut Kepolisian Daerah Sumatera Utarauntuk kemudian pihak Polda menurunkan Surat Perintah untuk dilakukannya penyelidikan atas temuan uang palsu tersebut. Kepala Polda kemudian memberikan perintah kepada bagian Reserse untuk melakukan penyelidikan atau penyidikan. Dengan dimulainya tindakan penyelidikan atau penyidikan tersebut, pihak Polda kemudian membutuhkan pernyataan dari BI bahwa uang yang diduga palsu tersebut benar-benar palsu untuk kemudian dapat dilakukan tindakan penyelidikan atau penyidikan berikutnya, antara lain meminta keterangan pelapor, saksi, atau korban uang palsu tersebut. Dari hasil penyelidikan kemudian pihak Polda meetapkan tersangkanya. Setelah menetapkan tersangka dan menyelesaikan Berkas Hasil Perkara kemudian pihak Kepolisian melimpahkan kasus tersebut kepada Jaksa Penuntut Umum. Jaksa Penuntut Umum lalu memeriksa Berkas Hasil Perkara pamalsuan uang tersebut apakah sudah lengkap atau belum untuk dilimpahkan ke pengadilan. Apabila belum lengkap maka Berkas Hasil Perkara tersebut dikembalikan kepada pihak Kepolisian atai Penyidik untuk dilengkapi disertai penjelasan tentang hal-hal yang perlu dilengkapi oleh penyidik. Universitas Sumatera Utara Setelah lengkap Jaksa Penuntut Umum kemudian melimpahkan kasus tersebut ke pengadilan untuk proses pemeriksaan selanjutnya. Kalaupun dalam hal penyelidikan di mana BI setelah dimintakan oleh pihak Kepolisian memberikan pernyataan bahwa uang yang diduga palsu itu memang benar-benar palsu dan diberi tanda oleh BI sebagai uang palsu dan juga dalam hal pembuktian yaitu setelah dimintakan oleh Kepolisian atau Jaksa Penuntut Umum untuk menjadi saksi ahli di pengadilan, maka kedua hal tersebut bukanlah upaya yang dilakukan atas inisiatif BI karena kondisinya BI dimintakan bukan atas niatnya sendiri melakukan tindakan dalam hal penyelidikan maupun pembuktian tersebut. Tanpa adanya permintaan dari pihak Kepolisian, BI tidak dapat bertindak sendiri. Sehingga tindakan tersebut bukan termasuk upaya represif. Meskipun demikian peranan dari pihak BI namun belum ada unit khusus di BI yang menangani apabila ditemukannya uang palsu pada BI. Namun, bagian di BI yang berhak menjadi saksi ahli serta dalam hal pmberitahuan kepada pihak Kepolisian Polda adalah bagian Kas BI. Di mana apabila datang permintaan dari pihak Kepolisian untuk menyatakan bahwa uang yang dilaporkan itu memang palsu, maka pihak BI yaitu pimpinan bagian Kas BI kemudian menunjuk siapa yang akan menjadi saksi ahli dalam kasus pemalsuan uang tersebut dilihat dari kemampuan yang dimiliki. Peran BI dalam pemberantasan kejahatan pemalsuan mata uang rupiah kaitannya dengan penegakan hukum ialah membantu pihak Universitas Sumatera Utara Kepolisian dalam penyelidikan ataupun penyidikan dan membantu pihak Kejaksaan atau pengadilan dalam hal memberikan keterangan sebagai saksi ahli dalam pemeriksaan atau pembuktian di pengadilan dalam kasus kejahatan pemalsuan uang. Sebab tanpa dukungan atau bantuan dari pihak BI, pihak Kepolisian akan kesulitan dalam melakukan penyelidikan ataupun penyidikan mengingat sangat pentingnya peran BI tersebut serta mengingat jumlah kasus uang palsu yang ditemukan di BI jauh lebih banyak dibandingkan dengan kasus pemalsuan uang yang diperoleh dari laporan pada pihak Kepolisian data terlampir. Sedangkan koordinasi antara pihak Kepolisian dengan Botasupal Badan Koordinasi Pemberantasan Uang Palsu antara lain dengan Botasupal mengirimkan surat bahwasanya telah ditemukannya uang palsu beserta keterangan, kemudian pihak Botasupal akan datang secara langsung ke Poltabes MS untuk melihat uang palsu tersebut serta keterangan tentang bagaimana cara ditemukannya uang palsu oleh pihak Kepolisian itu. Terhadap segala pemeriksaan uang palsu maupun informasi lainnya pihak Kepolisian membuat Berita Acara atas ditemukannya uang palsu tersebut. Oleh karenanya kedua belah pihak ini Kepolisian dan BI harus mengeratkan koordinasinya dalam rangka pemberantasan kejahatan pemalsuan uang. Kepolisian sebagai pengambil tindakan pertama diusutnya suatu kasus pemalsuan uang dan BI sebagai penentu apakah uang yang diduga palsu tersebut itu benar palsu atau tidak. Meskipun yang termasuk dalam penegakan hukum Universitas Sumatera Utara adalah aparat Kepolisian, namun peran BI tersebut di atas sangat memegang peranan penting. Kepolisian dan BI dapat dikatakan sebagai pintu pembuka dilakukannya penegakan hukum terhadap kejahatan pemalsuan mata uang penulis, serta dilanjutkan dengan kekuasaan kehakiman serta diakhiri dengan pengambilan keputusan oleh hakim penjatuhan hukuman. Diharapkan terciptanya suatu penyamaan persepsi dan pandangan antara Bank Indonesia selaku bank sentral dengan aparat penegak hukum serta masyarakat luas dalam menangani kejahatan pemalsuan mata uang rupiah. Berikut ini adalah hal-hal yang harus dilakukan bila menerima uang yang diragukan keasliannya, yaitu: 59 1. Masyarakat umum agar melaporkan uang yang diragukan keasliannya tersebut kepada Bank Indonesia, bank umum atau pihak Kepolisian. 2. Bank umum agar melakukan hal-hal sebagai berikut: a Menahan uang yang diragukan keasliannya tersebut dan tidak menggantinya. b Tidak boleh merusak fisik uang. c Mencatat identitas pelaporpenyetor. d Membuat laporan ke Bank Indonesia. 59 Direktorat Pengedaran Uang Bank Indonesia, brosur “Kenali Rupiah Anda “ Universitas Sumatera Utara Kemudian BI memberikan pula bagaimana masyarakat seharusnya memperlakukan uang, sebagai berikut: 1. Simpanlah uang secara benar pada tempatnya. 2. Hindari perusakan fisik dari coret-coretan, staples, selotip, peremasan dan sebagainya. 3. Tukarkan uang lusuh, rusak, terbakar dan cacat ke Bank. Disebutkan pula mengenai sanksi pidana terhadap perbuatan memalsukan uang, yaitu sebagai berikut: Setiap orang yang sengaja meniru atau memalsukan uang rupiah yang berlaku sebagai alat pembayaran yang sah dengan maksud untuk mengedarkan atau menyuruh orang lain mengedarkan, dan setiap orang yang membuat benda semacam uang rupiah yang berlaku sebagai alat pembayaran yang sah, dipidana dengan pidana penjara paling lama 15 lima belas tahun sebagaimana diatur dalam Pasal 244 KUHP atau pasal IX Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1946. Kejahatan pemalsuan uang berdampak luas dan strategis serta mengganggu stabilitas perekonomian dan kepercayaan masyarakat terhadap uang dan pembangunan. Oleh karenanya dalam rangka penanggulangan kejahatan pemalsuan mata uang rupiah ini sangat diperlukan peran dari para penegak hukum untuk melaksanakan tugasnya semaksimal mungkin, terutama pihak kepolisian selaku pihak yang mengambil tindakan pertama apabila terjadi kejahatan pemalsuan uang. Namun tindakan yang dilakukan oleh pihak Universitas Sumatera Utara kepolisian ini pun sangat membutuhkan bantuan dari pihak lain seperti Bank Indonesia dan Botasupal. 2. Kemudian mengenai kerjasama antara pihak BI dengan pihak Botasupal Badan Pemberantasan Uang Palsu yaitu dalam hal saling memberikan informasi apabila mengetahui adanya hal-hal atau informasi bahwa telah ditemukannya uang yang diduga palsu ataupun tempat tertentu yang dicurigai menjadi dilakukannya praktek pembuatan uang palsu. Botasupal yang terdiri dari BIN Badan Intelegensi Nasional, Kepolisian, Kejaksaan, Kehakiman, sama halnya dengan BI yaitu berperan dalam hal melakukan upata preventif dalam rangka pemberantasan kejahatan pemalsuan uang, yaitu dengan memberikan informasi atau pemberitahuan kepada pihak yang berwajib pihak Kepolisian apabila mengetahui tentang adanya uang palsu. Demikian halnya Botasupal dengan Kepolisian, sama seperti dengan pihak BI, yaitu dalam hal pemberian informasi tentang terjadinya kejahatan pemalsuan uang.. Kemudian ada pula upaya dari Botasupal agar setiap printer berwarna pembelinya didaftar dan diberi tanda berupa sticker khusus yang antara lain memuat identitas kode printer, nama pemilik dan wilayah printer tersebut digunakan. Hal ini dilakukan untuk semakin mempersempit ruang lingkup dalam menemukan pelaku pembuat uang palsu menggunakan printer berwarna. Universitas Sumatera Utara BI mengharapkan masukan-masukan yang konstruktif dari berbagai kelompok masyarakat pengguna rupiah mengenai metode dan deteksi yang digunakan dalam mengenali keaslian uang rupiah. Langkah selanjutnya yang dilakukan oleh BI adalah mengindetifikasi berbagai modus kejahatan terhadap penggunaan uang rupiah dan upaya-upaya preventif dan represif dalam penanggulangan pemalsuan uang rupiah. Saat ini BI pun telah dan terus melakukan berbagai upaya preventif guna menghadapi tantangan risiko uang Rupiah palsu. Berbagai tindakan yang dilakukan oleh BI dalam rangka penanggulangan pemalsuan uang antara lain : a. Penggantian desain uang Rupiah secara berkala dengan menggunakan teknologi pengaman uang security features termutakhir dan terkini pada desain barunya. b. Penyebarluasan secara aktif informasi ciri-ciri keaslian uang Rupiah melalui penayangan iklan layanan masyarakat c. Melakukan kegiatan tatap muka dengan berbagai lapisan masyarakat dan instansi berwenang dalam rangkaian acara sosialisasi keaslian uang rupiah d. Membangun pusat database uang Rupiah Palsu yang dinamakan Bank Indonesia Counterfeit Analysis Center atau BC-CAC. Namun demikian, beberapa upaya tersebut yang dilakukan BI tidak akan optimal apabila tidak disertai dengan upaya represif dan penindakan tegas yang menjadi kewenangan aparat penegak hukum. Universitas Sumatera Utara

C. Kejaksaan